PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
sekarang,
dia
berpendapat
bahwa
masa
lampau
memang
akan
c. Tujuan
1. Mengetahui biografi Carl Ransom Rogers.
2. Mengetahui pengertian Person Centered Therapy (Rogers).
3. Mengetahui tujuan Person Centered Therapy.
4. Mengetahui fungsi dan peran Terapis.
5. Mengetahui pengalaman klien dalam Terapi.
6. Mengetahui konsep dasar Person Centered Therapy.
7. Mengetahui proses Terapeutik.
8. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan Person-Centered Therapy.
BAB II
PEMBAHASAN
A. LATAR BELAKANG
Pendekatan ini dikembangkan dari konsep psikologi humanistik.
Pandangan humanistik
ini,
pendekatan
berpusat
berfokus
pada
klien
mampu
dan
dorongan
dasar,
yaitu
mengaktualisasikan,
sebagaimana
dialaminya
dan
dalam
medan
Kecenderungan Mengaktualisasi
untuk
mengarahkan,
mengatur,
menontrol
dirinya,
dan
2.
terdekat. berdasarkan penilaian orang lain tentang dirinya, dan individ itu
menyetujui apa yang dinilai itu maka struktur self itu membentuk.
Pengalaman seseorang baik pengalaman sendiri maupun pengalaman hasil
interaksi dengan orang lain atau lingkungan sekitarnya tidak selalu
membentuk struktur self individu. Pengalaman-pengalaman yang dapat
terdiferensiasi sebagai struktur self adalah pengalaman- pengalaman yang
sesuai dengan struktur self adalah pengalaman-pengalaman yang sesuai
dengan struktur self, sedangkan pengalaman yang tidak sesuai akan ditolak
(denied) atau kaburkan (distortion). Menurut Rogers Pengalaman yang
didistorsi adalah pengalaman yang disadari tetapi hanya dalam bentuk yang
dibuat konsisten atau sesuai dengan konsep diri yang diimajinasi. Sedangkan
pengalaman yang ditolak merupakan pengalaman yang tidak diakui sebagai
sebagai bagian dari dirinya dan/atau tidak diakui sebagai hal yang telah
dilakukan. Distorsi atau penolakan pengalaman dilakukan untuk menjaga
integritas struktur selfnya yang telah terbentuk(Hjelle dan Ziegler, 1981).
Pribadi dengan penyesuaian baik sangat erat hubungannya dengan
pengalaman individu,
Rogres terdapat tiga unsur yang sangat esensial dalam hubungan dengan
kepribadian, yaitu, self, medan fenomenal,dan organisme.
Rogers membagi Kepribadian menjadi dua bagian, yaitu :
1. Karakteristik Pribadi Sehat Pribadi yang sehat menurut konseling berpusat
pada person (Person Centered) adalah :
1. Kapasitas untuk memberikan toleransi pada apapun dan siapapun.
2. Menerima dengan senang hati hadirnya ketidakpastian dalam hidup.
3. Mau menerima diri sendiri dan orang lain.
4. Spontanitas dan Kreatif.
5. Kebutuhan untuk tidak dicampuri orang lain dan menyendiri (privacy).
6. Otonomi; kapasitas untuk menjalin hubungan antar pribad yang mendalam
dan akrab. 7. Mempunyai kepedulian yang tulus pada orang lain.
8. Mempunyai rasa humor.
9. Terarah dalam diri sendiri.
10. Mempunyai sikap terbuka dalam hidup.
2. Karakteristik Pribadi yang Tidak sehat Karakteristik Pribadi yang
Menyimpang menurut Person Centered adalah:
1. Adanya ketidaksesuaian antara persepsi diri dan pengalamannya yang riil.
2. Adanya ketidaksesuaian antara bagaimana dia melihat dirinya (self concept)
dan kenyataan atau kemampuannya.
E. HAKIKAT DAN TUJUAN KONSELING
1. HAKIKAT
Manusia dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia mempercayai
bahwa manusia memiliki dorongan kuat untuk selalu bergerak kemuka, berjuang
memiliki
kemampuan
untuk
membimbing,
mengatur
dan
kenyataan itu hadir di luar dirinya. Hal ini berarti juga bahwa
kepercayaan-kepercayaan individu tidak kaku dan individu memiliki
kesadaran atas diri sendiri pada saat sekarang serta kesanggupan
mengalami dirinya dengan cara-cara yang baru.
b. Kepercayaan terhadap organisme sendiri
Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam
membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Sering kali saat klien
datang untuk terapi, ia memiliki kepercayaan pada diri sendiri yang kecil
untuk memutuskan sesuatu. Dengan meningkatnya keterbukaan klien
pada pengalaman-pengalamannya, kepercayaan klien kepada dirinya
sendiri pun mulai timbul.
c. Tempat evaluasi
Tempat evluasi internal yang brkaitan dengan kepercayaan diri,
berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi
masalah-masalah keberadaannya. Individu menetapkan standar-standar
tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat
putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
d. Kesediaan untuk menjadi suatu proses
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian, yang merupakan
lawan dari konsep tentang diri sebagai produk, sangat penting. Klien
dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan
kepercayaan-kepercayaan
serta
membuka
diri
bagi
pengalaman-
kemampuannya
untuk
memecahkan
masalah
yangdihadapinya.
G. TAHAP TAHAP KONSELING
Pada garis besarnya langkah-langkah proses konseling yang berpusat pada
klien adalah sebagai berikut :
a. Konseli datang kepada konselor atas kemauannya sendiri atau atas saran
orang lain. Apabila konseli datang atas saran orang lain, maka konselor harus
mampu menciptakan situasi yang nyaman dan permisif agar konseli dapat
menentukan untuk tetap mengikuti
konseling daripada membatalkannya.
b. Situasi konseling sejak awal menjadi tanggung jawab konseli, sehingga
konselor berperan untuk mengarahkan konseli.
c. Konselor mendorong konseli untuk mampu mengungkapkan pikiran,
perasaan, bersikap ramah, bersahabat dan menerima konseli apa adanya.
d. Konselor menerima dan memahami konseli.
e. Konseli berupaya agar konseli mampu menerima dirinya sendiri (Self
accepince)
f. Konseli menentukan pilihan sikap.
g. Konseli merealisasikan pilihannya.
Jika dilihat dari segi pengalaman klien dalam proses hubungan konseling,
dapat dijabarkan bahwa proses hubungan konseling dapat proses konseling
dapat dibagi menjadi empat tahap(corey, 1998), yaitu:19
Tahap pertama : klien datang ke konselor dalam kondisi tidak kogruensi,
mengalami kecemasan atau kondisi penyesuain diri yang tidak baik.
b) Tahap kedua : saat klien menjumpai konselor dengan penuh harapan dapat
memperoleh bantuan, jawaban atas permasalahan yang sedang dialami, dan
menemukan jalan atas kesulitankesulitannya.
Perasaan yang ada pada klien adalah ketidakmampuan mengatasi masalah
hidupnya. Tahap ketiga : pada awal konseling klien menunjukan prilaku,
sikap, dan persaan yang kaku. Dia menyatakan permasalahan yang dialami
kepada konselor secara permukaan dan belum menyetakan pribadi yang
dalam. Dengan kondisi yang diciptakan konselor kondusif dengan sikap
empati
dan
penghargaan,
konselor
terus
membantu
klien
untuk
mengeksplorasi dirinya secara lebih terbuka. Jika hal ini berhasil maka klien
mulai menunjukan sikap yang lebih menyatakan diri yang sesungguhnya.
d) Tahap keempat : inilah klien mulai menghilangkan sikap dan prilaku yang
kaku, membuka diri terhadap pengalamannya,dalam belajar untuk bersikap
lebih matang dan teraktualisasi, dengan jalan menghilangkan pengalaman
yang didistrosinya
H. TEKNIK
Teknik yang digunakan dalam konseling yang berpusat dalam pribadi (person
centered counseling) berbeda dengan teknik-teknik konseling yang lainnya.
Perbedaannya adalah bahwa terapi atau konselor lain sering berfokus pada sesuatu
yang klien dapat lakukan atau ungkapkan selama sesi terapi/konseling, sedangkan
teknik yang digunakan dalam konseling yang berpusat dalam pribadi dilakukan
oleh terapi/konselor dengan cara menciptakan lingkungan yang memfasilitasi
proses kesadaran diri (self-awareness). Teknik-teknik konseling yang dapat
digunakan dalam person centered counseling berupa congruence, unconditional
positive regard and acceptance, empathy, and reflection of feelings. Dalam
beberapa sumber dijelaskan seorang konselor wajib menguasai 3 teknik utama
klien atau yang klien lakukan, bagaimanapun konselor harus melihat klien sebagai
individu dalam berusaha melakukan yang terbaik yang dia bisa dan menunjukkan
ini dengan mengungkapkan keprihatinan daripada tidak setuju dengan apa yang
klien ungkapkan. Penerimaan tanpa syarat memungkinkan klien untuk
mengungkapkan bagaimana mereka berpikir tanpa merasa dihakimi, dan
membantu untuk memfasilitasi proses perubahan dengan menunjukkan bahwa
mereka dapat diterima.
3. Empathy
Empathy atau empati adalah keterampilan yang digunakan dalam konseling
berpusat pada pribadi
Empati berbeda dengan simpati, simpati sering dilihat sebagai cara pengungkapan
mengasihani
klien
sedangkan
empati
menunjukkan
pemahaman
dan
Tanggapan empati : Jadi Anda merasa sendirian saat ini dan seakan
tidak ada yang peduli.
Tanggapan simpati : Saya prihatin bahwa Anda merasa seperti itu.
4. Nondirectiveness
Konseling yang berpusat dalam pribadi menggunakan nondirectiveness
sebagai
teknik
oleh
terapis/konselor
nya.
Nondirectiveness
mengacu
umpen
balik
langsung
dan
khas
dari
apa
yang
baru
BAB III
KESIMPULAN
.A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi yang telah dibahas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Person centered therapy menggunakan sedikit teknik, akan tetapi menekankan
sikap konselor. Teknik dasar adalah mencakup mendengar dan menyimak secara
katif, refleksi, klarifikasi, being here bagi klien.
2. Konseling berpusat pada klien tidak menggunakan tes diagnostik, interpretasi,
studi kasus dan kuesioner untuk memperoleh informasi.
3. Keberhasilan terapi tergantung kepada faktor-faktor tingkat gangguan psikis,
struktur biologis klien, lingkungan hidup klien dan ikatan emosional.
4. Bentuk implikasi person centered therapy ini ialah seperti kelompok
pertumbuhan pribadi, kelompok kesadaran sensori, kelompok sensitivitas, dan
kelompok relasi manusia. Kelompok ini menekankan pentingnya emosi dan
kecocokan (congruence) dalam interaksi manusia Pendekatan ini lebih
menekankan pada kelompok-kelompok kecil.
5. Premis-premis terapi kelompok yang berpusat pada orang kerja kelompok ini
didasarkan atas kepercayaan terhadap sumber-sumber dalam diri individu yang
siap ditumbuh-kembangkan dalam kelompok sehingga dapat mengembangkan
potensi anggota tanpa diarahkan pada tujuan tertentu oleh pemimpin kelompok.
B. SARAN
1. Terlalu menekankan pada aspek afektif, emosinal, perasaan sebagai penentu
perilaku, tetapi melupakan faktor intelektif, kognitif, dan rasional.
2. Penggunaan informasi untuk membantu klien tidak sesuai dengan teori.
3. Tujuan setiap klien yaitu memaksimalkan diri dirasa terlalu luas, umum, dan
longgar sehingga sulit untuk menilai setiap individu.
DAFTAR PUSTAKA
J & S Garrett. Person-Centred Threapy a Guide To Counseling Therapies (DVD).
Journal. Australian Instute of Professional Counsellors.
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),