DOSEN PENGAMPU:
Dra. M. DWI WIWIK ERNAWATI, M.Kes
1. TEORI HUMANISTIK
A. Defenisi
B. Psikologi Humanistik
Usaha dari para ahli psikologi humanistis dan positif untuk menjelaskan
tingkah laku manusia sering kali berarti bahwa teori-teori tersebut tidak dapat
dibuktikan salah, namun bukan berarti pula bahwa teori-teori ini benar adanya.
Sebagai contoh, teori psikologi Adler dapat menjelaskan hampir semua tingkah
laku sebagai tanda bahwa seorang telah mengatasi perasaan inferior mereka.
Sebaliknya, dengan tingkah laku yang sam juga dapat berlaku sebagai tand
bahwa seorang individu gagal mengatasi perasaan inferior.
c. Vigotsky
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif yang dikemukakan oleh
piaget, kontruktivisme sosial dikembangakan oleh vigotsky
memiliki pengertian bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam
interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemu atau
discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks
sosial budaya seseorang. Teori ini merupakan teori sosiogenesis,
yang membahas tentang faktor primer (kesadaran sosial) dan faktor
sekunder (individu), serta pertumbuhan kemampuan. Peserta didik
berpartisipasi dalam kegiatan sosial tanpa makna,kemudian terjadi
internalisasi atau pengendapan dan pemaknaan atau kontruksi
pengetahuan baru, serta perubahan (transformasi) pengetahuan.
Tingkat perkembangan kemampuan aktual terjadi secara mandiri
dan kemampuan potensial melalui bimbingan orang dewasa. Proses
kontruksi pengetahuan dilakukan secara bersama-sama dengan
bantuan yang diistilahkan degan scaffolding, misalnya dengan
memberikan petunjuk, pedoman, bagan/gambar, prosedur, atau
balik-an. Teori ini melandasi munculnya pembelajaran
kolaboratif/koperatif, pembelajaran berbasis masalah (PBL), dan
pembelajaran kontekstual.
Menurut teori ini, pengetahuan ada dalam pikiran manusia
dan merupakan interpetasi manusia terhadap pengalamannya
tentang dunia, bersifat perspektif, konvensional, tentatif, dan
evolusioner. Pengetahuan/konsep baru dibangun secara bertahap
dari waktu ke waktu dalam konteks sosial. Peserta didik
berinteraksi dengan materi pengetahuan dan mengintegrasikan info
lama dengan info baru dan kesadaran tentang apa yang dipelajari
(metakognitif) prinsip teori ini adalah sebgai berikut.
a) Pembelajaran sosial: peserta didik belajar melalui interaksi
dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
b) Zona perkembangan terdekat: peserta didik lebih mudah
belajar konsep jika konsep itu berada pada zona
perkembangan terdekat mereka.
c) Pemagagan kognitif: peserta didik secara bertahap
memperoleh keahlian melalui interaksinya dengan orang lain
yang telah menguasai bidangnya.
d) Scaffolding: peserta didik diberikan tugas-tugas kompleks,
sulit dan realitas untuk kemudian diberikan bantuan
secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut.
d. Tasker
Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar
kontruktivisme sebagai berikut.
e. Wheatley
Wheatley mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua
prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar
kontruktivisme, yaitu sebagai berikut.
1) Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara
aktif oleh struktur kognitif siswa.
2) Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yag dimiliki
anak.
f. Hanbury
Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitanya dengan
pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1) Siswa mengontruksi pengetahuan dengan cara
mengintegrasikan ide yang mereka miliki.
2) Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa
mengerti.
3) Strategi siswa lebih bernilai.
4) Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling
bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan
temannya.
C. Unsur Penting dlam Lingkungan Pembelajaran
Kontruktivisme
Widodo menyimpulkan tentang lima unsur penting dalam lingkungan
pembelajaran yang kontruktivis sebagai berikut.
a) Memerhatikan dan memanfaatakan pengetahuan awal siswa
Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam
mengontruksi pengetahuan. Siswa didorong untuk mengentruksi
pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang
telah dimilikinya. Oleh karena itu, pembelajaran harus
memerhatikan awal siswa dan memanfaatkan teknik-teknik untuk
mendorong agar terjadi perubahan konsepsi pada diri siswa.
b) Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna
Segalakegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang
sedemikian rupa sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu,
minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa benar-benar dijadikan
bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan
pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari usaha-usaha untuk
mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, penggunaan
sumber daya dari kehidupan sehari-hari, dan juga konsep
penerapan.
c) Adanya lingkungan sosial yang kondusif
Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif
dengan sesama siswa maupun dengan guru. Selain itu, juga ada
kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai konteks
sosial.
d) Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri
Siswa didorong untuk bisa bertanggung jawab terhadap proses
belajarnya. Oleh karena itu, siswa dilatih dan diberi kesempatan
untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya.
e) Adanya usah untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah
Sains bukan hanya berupa produk (fakta, konsep, prinsip, dan
teori), namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karenaitu,
pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan
siswa tentang kehidupan ilmuan.
b. Kelemahan
Jawaban
1) Teori behavioristik umumnya teori ini digunakan pada usia bayi dengan
menekankan pada perubahan perilaku melalui hubungan stimulus-respon (S-R),
reinforcement (penguatan) yang biasanya menggunakan stimulus hadiah atau
hukuman. Tokoh dari teori belajar behavioristik adalah Pavlov, Watson,
Skinner, Wull, Guthrie dan Thorndike.
Carl roger adalah seorang ahli ilmu jiwa humanistik yang menganjurkan
perluasan penggunaan teknik psikoterapi di bidang pembelajaran. Menurut
pendapatnya , peserta belajar dan fasilitator hendaknya memiliki pemahaman
yang dalam mengenai dirinya melalui pengalaman kelompok yang lebih
intensif. Pendekatan ini lebih dikenal dengan istilah latihan sensitivitas dan
sering pula disebut kelompok T (T-groups), kelompok temu karya/wicara,
kelompok laboratorium, lokakarya intensif, analisis transaksional, dan latihan
hubungan masyarakat. Menurut Rogers, latihan sensitivitas dimaksudkan untuk
membantu peserta belajar berbagi rasa dalam penjajagan sikap dan hubungan
interpersonal di antara mereka. Semula latihan sensitivitas diselenggarakan
untuk para fasilitator dan tenaga administrasi, kemudian atas anjuran Rogers
latihan itu juga diselenggarakan dikalangan siswa-siswa sekolah lanutan dan
sekolah tinggi dengan metode yang sama. Rogers menyebut sistem tersebut
pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar, satu sebutan yang
merefleksikan konsep dasarterapi yang berpusat pada klien.
Jawab :
1. Media tulis,
Jawab :
Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah)
atau kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari
Amerika Latin) adalah pendidikan gaya bank. Sistempendidikan ini sangat tidak
membebaskan karena para peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia
yang tidak tahu apa-apa Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan
murid sebagai obyek. Model pendidikan ini tidak membebaskan karena sangat
menindas para murid.
Yang ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka manusia yang
dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan
bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Manusia sebagai objek (yang
adalah wujud dari dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak
belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari akar-
akar budayanya (seperti di dunia Timur/Asia)
b. Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait
langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah
kualitas guru dan prestasi siswa. Solusi untuk masalah-masalah teknis
dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas
sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi
peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai
pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa,
misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi
pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan
sebagainya.
Jawaban :
Identifikasi Masalah
Strategi yang biasa diterapkan guru belum dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Batasan Masalah