Anda di halaman 1dari 22

TEORI HUMANISTIK

Teori Humanistik

Beberapa psikolog pada waktu yang sama tidak menyukai uraian aliran
psikodinamika dan behaviouristik tentang kepribadian. Mereka merasa bahwa
teori-teori ini mengabaikan kualitas yang menjadikan manusia itu berbeda dari
binatang, seperti misalnya mengupayakan dengan keras untuk menguasai diri
dan merealisasi diri. Di tahun 1950-an, beberapa psikolog aliran ini mendirikan
sekolah psikologi yang disebut dengan humanisme.

Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana


manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada
prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada
kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam
mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal
mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap
hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk
mengubah sikap dan perilaku mereka.

Dua psikolog, Abraham Maslow dan Carl Rogers, sangat terkenal dengan teori
humanistik mereka.

Teori Abraham Maslow

Tahapan tertinggi dalam tangga hierarki motivasi manusia dari Abaraham


Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow mengatakan bahwa
manusia akan berusaha keras untuk mendapatkan aktualisasi diri mereka, atau
realisasi dari potensi diri manusia seutuhnya, ketika mereka telah meraih
kepuasan dari kebutuhan yang lebih mendasarnya. Teori hierarki kebutuhan
Maslow digambarkan pada halaman 247.

Maslow juga mengutarakan penjelasannya sendiri tentang kepribadian manusia


yang sehat. Teori psikodinamika cenderung untuk didasarkan pada studi kasus
klinis maka dari itu akan sangat kurang dalam penjelasannya tentang
kepribadian yang sehat. Untuk sampai pada penjelasan ini, Maslow mengkaji
tokoh yang sangat luar biasa, Abaraham Lincoln dan Eleanor Roosevelt,
sekaligus juga gagasan-gagasan kontemporernya yang dipandang mempunyai
kesehatan mental yang sangat luar biasa.

Maslow menggambarkan beberapa karakteristik yang ada pada manusia yang


mengaktualisasikan dirinya:

Kesadaran dan penerimaan terhadap diri sendiri

Keterbukaan dan spontanitas

Kemampuan untuk menikmati pekerjaan dan memandang bahwa


pekerjaan merupakan sesuatu misi yang harus dipenuhi

Kemampuan untuk mengembangkan persahabatan yang erat tanpa


bergantung terlalu banyak pada orang lain

Mempunyai selera humor yang bagus

Kecenderungan untuk meraik pengalaman puncak yang memuaskan


secara spiritual maupun emosional

Teori Pribadi Terpusat Manusia dari Carl Rogers

Carl Rogers, seorang psikolog humanistik lainnya, mengutarakan sebuah teori


yang disebut dengan teori pribadi terpusat. Seperti halnya Freud, Rogers
menjelaskan berdasarkan studi kasus klinis untuk mengutarakan teorinya. Dia
juga mengembangkan gagasan dari Maslow serta ahli teori lainnya. Dalam
pandangan Rogers, konsep diri merupakan hal terpenting dalam kepribadian,
dan konsep diri ini juga mencakup kesemua aspek pemikiran, perasaan, serta
keyakinan yang disadari oleh manusia dalam konsep dirinya.
Kongruensi dan Inkongruensi

Rogers mengatakan bahwa konsep diri manusia seringkali tidak tepat secara
sempurna dengan realitas yang ada. Misalnya, seseorang mungkin memandang
dirinya sebagai orang yang sangat jujur namun kenyataannya seringkali
berbohong kepada atasannya tentang alasan mengapa dia datang terlambat.
Rogers menggunakan istilah inkongruensi (ketidaksejajaran) untuk mengacu
pada kesenjangan antara konsep diri dengan realitas. Di sisi lain, kongruensi,
merupakan kesesuaian yang sangat akurat antara konsep diri dengan realitas.

Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya inkongruensi ini ketika
mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya.
Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku
sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang
dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih
sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan
kongruensinya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang
kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk
mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.

Dampak dari Inkongruensi

Rogers brefikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka
terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia
akan mengubah perbuatanny sehingga mereka masih akan tetap mampu
berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat inkongruensi yang
lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam
konsep diri mereka secara terus menerus.

Contoh:
Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia
seringkali sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips
yang sedikit atau bahkan tidak memberikan tips sama sekali saat di restauran.
Ketika teman makan malamnya memberikan komentar pada perilaku pemberian
tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu sudah layak
dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku
pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, aka dia dapat terhindar dari
kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang katanya dermawan.

Kritik pada Teori Humanistik

Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan
budaya populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini ketika
teori tersebut membahas tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusi
mempunyai bobot yang lebih tinggi daripada relitas objektif. Psikolog humanistik
yang terfokus pada manusia sehatm daripada manusia yang bermasalah, juga
telah menjadi suatu kontribusi yang bermanfaat.

Meskipun demikian, kritik dari teori humanistik tetap mempunyai beberapa


argumentasi:

Teori humanistik terlalu optimistik secara naif dan gagal untuk


memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat alamiah manusia

Teori humanistik, seperti halnya teori psikodinamik, tidak bisa diuji dengan
mudah

Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang


telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
Beberapa kritisi menyangkal bahwa konsep ini bisa saja mencerminkan nilai dan
idealisme Maslow sendiri.

Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

Pergeseran Teori Kontruktivisme Menuju Teori Humanisme

Menurut Teori Konstruktivisme seseorang harus membangun sendiri


pengetahuannya secara aktif. Penekanan Teori Konstruktivisme adalah proses
internal yang terjadi di dalam struktur kognitif individu yang belajar. Sedangkan
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda
yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau
isu-isu yang berhubungan dengan manusia.

Dalam teori belajar konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan tidak


dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa
siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Siswa tidak diharapkan
sebagai wadah yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan
kehendak guru. Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam
pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:

Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah


menghasilkan individuatau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk
menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.

Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang


memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar
kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor,
dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik.

Dalam teori ini bertujuan untuk memberikan motivasi untuk siswa bahwa belajar
adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, mengembangkan kemampuan siswa
untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya, membantu
siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara
lengkap, mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri, dan lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Sedangkan teori humanistik memandang manusia sebagai manusia, yakni
makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagai makhluk hidup ia
harus melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidup. Sebagai

makhluk batas (antara hewan dan malaikat), ia memiliki sifat-sifat kehewanan


(nafsu-nafsu rendah) dan sifat-sifat kemalaikatan (budi luhur), sebagai makhluk
dilematik ia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan dalam hidupnya; sebagai
makhluk moral, ia bergulat dengan nilai-nilai. Sebagai makhluk pribadi, ia
memiliki kekuatan konstruktif dan destruktif. Sebagai makhluk sosial, ia memiliki
hak-hak sosial.

Aplikasi teori humanistik lebih menuju pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberi motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan siswa. Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan
satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. Guru hanya salah satu
sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa
teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.

Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang mengacu kepada Teori
humanisme lebih menjanjikan,agar para siswa dapat bertahan dan mampu
bersaing di era globalisasi ini berdasarkan hasil-hasil penelitian yang
membandingkan keduanya.

Teori Belajar Humanistik

Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya


dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu
adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala
pendidikan. Dalam artikel What is Humanistik Education?, Krischenbaum
menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat
humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa
tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatanpendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.

Dalam artikel some educational implications of the Humanistic Psychologist


Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik.
Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang
dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia daripada berfokus pada ketidaknormalan atau sakit seperti yang
dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah
sakit tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut
sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya
memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.

Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif


yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan
menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan
kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain,
kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah
meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.

Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang


beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang
membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat,
berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi.
Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas
mengenai perilaku manusia. Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia?
Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut
dengan lebih baik?

Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak


bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia
pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu
perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi.
Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang
nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan
saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan
mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar
menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik
ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan
kognisi.

Berbeda dengan behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu


usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manuisa atau dengan freudian yang
melihat motivasi sebagai berbagai macam kebutuhan seksual, humanistik
melihat perilaku manusia sebagai campuran antara motivasi yang lebih rendah
atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama pendekatan
humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia, bukan spesies
lain. Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi manusia dan motivasi yang
dimiliki binatang. Hirarki kebutuhan motivasi maslow menggambarkan motivasi
manusia yang berkeinginan untuk bersama manusia lain, berkompetensi,
dikenali, aktualisasi diri sekaligus juga menggambarkan motovasi dalam level
yang lebih rendah seperti kebutuhan fisiologis dan keamanan.

Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang


lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia
mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga
belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini
dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal

yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap
secara fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah
sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam Freudian ataupun
pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.

Secara singkatnya, penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan


pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia
untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan
interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk
memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat.
Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat
penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar


memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan


dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensipotensi yang ada dalam diri mereka.

Berikut adalah para tokoh dalam aliran psikologi humanistik. 3 tokoh aliran
humanistik akan disinggung, namun demikian tokoh humanistik yang menjadi
fokus dalam paper ini adalah Carl Rogers.
Tokoh-Tokoh Teori Humanistik
Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak
perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep
dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu.
Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan
dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan
karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa
sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku
buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami
dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru

harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku
internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa
banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar
apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.

Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari
materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang
mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa
yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya
semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada
saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki.


Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan
fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya,
ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan
manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus
diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan
bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan
dasar si siswa belum terpenuhi.

Carl Ransom Rogers

Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari
1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Kepindahan dari kota ke
daerah pertanian diusianya yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu pertanian.
Ia pun belajar pertanian di Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun 1924,
ia masuk ke Union Theology Seminary di Big Apple dan selama masa studinya ia
juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil. Meskipun belajar di seminari,
ia malah ikut kuliah di Teacher College yang bertetangga dengan seminarinya.

Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan
psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori
Freud. Pada masa ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan John
Dewey yang memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang didapatkannya
justru membuatnya menemukang benang merah yang kemudian dipakai untuk
mengembangkan teorinya kelak.

Tahun 1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk mengembangkan


idenya tentang psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers menjadi
profesor psikologi di Universitas Universitas Negeri Ohio. Kepindahan dari
lingkungan klinis ke lingkungan akademik membuat Rogers mengembangkan
metode client-centered psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan
istilah klien terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah
pasien. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

Kognitif (kebermaknaan)
experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Kecewa karena tidak bisa menyatukan psikiatri dengan psikolog, Rogers pindah
ke California tahun 1964 dan bergabung dengan Western Behavioral Science
Institute. Ia lalu mengembangkan teorinya ke bidang pendidikan. Selain itu ia
banyak memberikan workshop di Hongaria, Brazil, Afrika Selatan, dan bahkan ke
eks Uni Soviet. Rogers wafat pada tanggal 4 Februari 1987.

Teori Humanistik Carl Rogers

Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik,
namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori
humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang
berpusat pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered),
teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada
kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person
centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.

Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan
putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang
memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh
harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensipotensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian
humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara
hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan
pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk
maksud tertentu.

Asumsi dasar teori Rogers adalah:


-

Kecenderungan formatif

Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang
lebih kecil.
-

Kecenderungan aktualisasi

Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan


atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang
kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.

Struktur Kepribadian
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang,
dan ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme,
Medan fenomena, dan self.

1. Organisme
Pengertian organisme mencakup tiga hal:
mahkluk hidup
organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan
merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran
setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri
dan dunia eksternal
Realitas Subyektif
Oranisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita
adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
Holisme
Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian
akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi

dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan


mengembangkan diri.

2. Medan Fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun
eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan
seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia,
sebagaimana persepsi subyektifnya.

3. Diri
Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan
pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan
identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa
ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk, maka
aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk
mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran.
Sehingga kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman
organik individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran
dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.

Diri dibagi atas 2 subsistem :

Konsep diri yaitu penggabungan seluruh aspek keberadaan dan


pengalaman seseorang yang disadari oleh individual (meski tidak selalu akurat).

Diri ideal yaitu cita-cita seseorang akan diri.

Terjadinya kesenjangan antara akan menyebabkan ketidak-seimbangan dan


kepribadian menjadi tidak sehat.

Menurut Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Self, yaitu:
Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada 3
tingkat kesadaran.
Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau
disangkal.
Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara
langsung diakui oleh struktur diri.
Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang
dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan
didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.

Kebutuhan
-

Pemeliharaan

Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara,


dan keamanan , sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk
berkembang.
-

Peningkatan diri

Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai


kemampuan untuk belajar dan berubah.
-

Penghargaan positif (positive regard)

Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh
orang lain.
-

Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)

Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil


dari pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi
dengan mencari kepuasan akan positive self-regard.

Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
ada ketidak seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang
dirasakan oleh diri organis.
Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dengan pengalaman
organis membuat seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan
kesadaran diri akan membuat seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya
untuk orang lain namun juga untuk dirinya.
Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab
dan akan memuncak menjadi ancaman.

Untuk mencegah tidak konsistennya pengalaman organik dengan konsep diri,


maka perlu diadakan pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman adalah
penyangkalan dan distorsi terhadap pengalaman yang tidak konsisten. Distorsi
adalah salah interpretasi pengalaman dengan konsep diri, sedangkan
penyangkalan adalah penolakan terhadap pengalaman. Keduanya menjaga
konsistensi antara pengalaman dan konsep diri supaya berimbang.

Cara pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik. Jika
seseorang gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka individu akan
menjadi tidak terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk menerima

keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan akhirnya
konsep dirinya menjadi hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul
mendadak atau dapat pula muncul bertahap.

Dinamika Kepribadian
1. Penerimaan Positif (Positive Regard) Orang merasa puas menerima regard
positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang
lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence)
organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa
konflik ) dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan
pengalaman.

3. Aktualisasi Diri (Self Actualization) Freud memandang organisme sebagai


sistem energi, dan mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan,
ditransfer dan disimpan. Rogers memandang organisme terus menerus bergerak
maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan enerji tetapi
mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme untuk
aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri
(enhancement).

Perkembangan Kepribadian
Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua orangyang
mendorong orang untuk semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan secara
keselutuhan semakin menuju aktualisasi diri atau menjadi Pribadi yang berfungsi
utuh (Fully Functioning Person)
Ada lima ciri kepribadian yang berfungsi

sepenuhnya:

Terbuka untuk mengalami (openess to experience)


Orang yang terbuka untuk mengalami mampu mendengar dirinya sendiri,
merasakan mendalam, baik emosional maupun kognitif tanpa merasa terancam.
Mendengar orang membual menimbulkan rasa muak tanpa harus diikuti
perbuatan untuk melampiaskan rasa muak tersebut.

Hidup menjadi (Existential living).


Kecenderungan untuk hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin pada seiap
eksistensi. Disini orang menjadi fleksibel, adaptable, toleran, dan spontan.

Keyakinan Organismik (Organismic trusting)

Orang mengambil keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri,


mengerjakan apa yang dirasanya benar sebagai bukti kompetensi dan
keyakinannya untuk mengarahkan tingkah laku. Orang mampu memakai
perasaan yang terdalam sebagai sumber utama membuat keputusan.
Pengalaman kebebasan ( Experiental Freedom).
Pengalaman hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri, tanpaperasan
tertekan atau terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa
mampu mengerjakan apa yang ingin dikerjakannya.

Kreatifitas (Creativity)
Merupakan kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life
kemungkinan besar memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.

Terapi yang Diberikan


Seperti disebutkan di atas, bahwa Rogers menolak psikoanalisis Freud dan
behavioris dalam teorinya, sehingga terapi yang digunakannya juga berbeda.
Rogers tidak mempermasalahkan bagaimana klien menjadi seperti ini, namun
lebih menekankan bagaimana klien akan berubah. Terapis hanya menolong dan
mengarahkan klien dan yang melakukan perubahan adalah klien itu sendiri.
Itulah sebabnya teori Rogers disebut sebagai person-centered theory.

Kesimpulan Teori Humanistik Carl Rogers

1.
Teori Rogers disebut humanis karena teori ini percaya bahwa setiap
individu adalah positif, serta menolak teori Freud dan behaviorisme.
2.
Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan
kecenderungan aktualisasi.
3.
Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri
terdiri dari 2 subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.
4.
Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3)
penghargaan positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif
(positive self-regard)
5.
Stagnasi psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman dan konsep diri yang
tidak konsisten dan untuk menghindarinya adalah pertahanan (1) distorsi dan (2)
penyangkalan. Jika gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut konsep diri
akan hancur dan menyebabkan psikotik.
6.
Dalam terapi, terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang
melakukan perubahan adalah klien itu sendiri.

Aplikasi Teori Humanistik Carl Roger Dalam Pendidikan


Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam
fasilitator belajar yaitu (1) realitas di dalam fasilitator belajar, (2) penghargaan,
penerimaan, dan kepercayaan, dan (3) pengertian yang empati.

Realitas di dalam fasilitator belajar

Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri
dan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan
dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.

Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan

Menghargai pendapat, perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya


penerimaan akan satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut,
maka akan muncul kepercayaan akan satu dengan lainnya.

Pengertian yang empati

Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus
memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus
memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak
menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari
sudut murid dan bukan guru.

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai


seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil.
Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan
siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara
personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang
membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya


guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

1.
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2.
Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3.
Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar


humanistik yang penting diantaranya ialah :

a.

Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

b.
Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d.
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e.
Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f.

Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

g.
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan
ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h.
Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari.
i.
Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya
sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini
adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses
perubahan itu.

Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang
fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun
1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang
mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru
yang fasilitatif adalah :

Merespon perasaan siswa


Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
Menghargai siswa

Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan


Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari siswa)
Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih
prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang
disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan
mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih
spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Implikasi Teori Belajar Humanistik

a. Guru Sebagai Fasilitator


Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai
kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa
(petunjuk):

1.
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2.
Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.
Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4.
Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu
mencapai tujuan mereka.
5.
Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.
Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan
menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok
7.
Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur
dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang
anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang
individu, seperti siswa yang lain.
8.
Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya
dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi

sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
siswa
9.
Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba
untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa
dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri
yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.


Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
Merumuskan tujuan belajar yang jelas
Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,
jujur dan positif.
Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri
Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri
Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku
yang ditunjukkan.
Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa,
tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab
atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada


materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari
keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri.

Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin
atau etika yang berlaku.

Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik


Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil,
menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah
dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada
perubahan.

Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang
rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan
komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap
perubahan yang ada.

Kesimpulan

Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan
dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri.Teori humanisme merupakan konsep
belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran
yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan
analisis terhadap fenomena sosial.
Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.

Prinsip- prinsip belajar humanistic:

1.

Manusia mempunyai belajar alami

2.
Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid
mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3.
dirinya

Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai

4.
Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan
bila ancaman itu kecil
5.
Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam
memperoleh caar
6.

Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya

7.

Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar

8.
mendalam

Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang

9.
Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan
membiasakan untuk mawas diri
10.

Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar

Pandangan humanisme dalam kepribadian menekankan hal-hal


berikut :
1. Holisme
Holisme mengaskan bahwa organisme selalu bertingkahlaku
sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian /
komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang
terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan, dan apa yang terjadi di
bagian ssatu akan mempengaruhi bagian lain. Hukum yang
berlaku umum mengatur fungsi setiap bagian. Hukum inilah yang
mestinya ditemukan agar dapat dipahami berfungsinya tiap
komponen. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting
adalah :
Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi,
dan koherensi (unity, integration, consistency, dan coherence).
Organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasi berarti
patologik.

Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap


bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam
isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukum-hukum yang
tidak terdapat dalam bagian-bagian.
Organisme memiliki satu dorongan yang berkuasa, yakni
aktualisasi diri (self actualization). Orang berjuang tanpa henti
(continuous) untuk merealisasikan potensi inheren yang
dimilikinya pada ranah maupun yang terbuka baginya.
Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal
bersifat minimal. Potensi organisme, jika terkuak di lingkungan
yang tepat, akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan
integral.
Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih
berguna daripada penelitian ekstensif terhadap banyak orang
mengenai fungsi psikologis yang diisolir.
HAL UTAMA
HUMANISTIK DALAM
KEPRIBADIAN
Holisme
Pengantar Aliran Humanistik Halaman 3
2. Menolak Riset Binatang
Psikologi Humanistik menekankan perbedaan tingkah laku
manusia dengan tingkah laku binatang. Riset binatang
memandang manusia sebagai mesin dan mata rantai reflekskondisioning,
mengabaikan karakteristik manusia yang unik
seperti idea, nilai-nilai, keberanian, cinta, humor, cemburu,
dosa, serta puisi, musik ilmu, dan hasil kerja berfikir lainnya.
3. Manusia Pada Dasarnya baik
Manusia mempunyai struktur psikologis yang analog dengan
struktur fisik : mereka memiliki kebutuhan, kemampuan, dan
kecenderungan yang sifat dasarnya genetik : beberapa sifat
menjadi ciri umum kemanusiaan, sifat-sifat lainnya menjadi ciri

unik individual. Kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan itu


secara esensial sesuatu yang baik, atau paling tidak sesuatu
yang netral. Pandangan Maslow menjadi pembaharuan
terhadap pakar yang menganggap kebutuhan dan tendensi
manusia iitu buruk atau antisosial (misalnya, apa yang disebut
dosa warisan oleh ahli agama dan konsep id dari Freud). Sifat
setan yang jahat, destruktif dan kekerasan adalah hasil dari
frustrasi atau kegagalan memuaskan kebutuhan dasar, dan
bukan bagian dari hereditas. Manusia mempunyai struktur yang
potensial untuk berkembang positif.
4. Potensi Kreatif
Kreativitas merupakan ciri universal manusia, sejak dilahirkan.
Ini adalah sifat alami, sama dengan sifat biji yang
menumbuhkan daun, burung yang terbang, maka manusia
mempunyai sifat alami untuk menjadi kreatif. Kreativitas adalah
potensi semua orang, yang tidak memerlukan bakat dan
kemampuan yang khusus. Sayangnya, umumnya orang justru
kehilangan kreativitas ini karena proses pembudayaan
(enculturated). Termasuk di dalamnya pendidikan formal, yang
memasung kreativitas dengan menuntut keseragaman berfikir
kepada semua siswanya. Hanya sedikit orang yang kemudian
menemukan kembali potensi kreatif yan segar, naif, dan
langsung, dalam memandang segala sesuatu.
5. Menekankan Kesehatan Psikologik
Pendekatan humanistik mengarahkan perhatiannya kepada
manusia sehat, kreatif dan mampu mengaktualisasikan diri.
Ilmu jiwa seharusnya memusatkan analisisnya kepada tema
pokok kehidupan manusia, yakni aktualisasi diri. Maslow
mengungkapkan psikopatologi umumnya hasil dari penolakan,
frustrasi, atau penyimpangan dari hakekat alami seseorang.

Anda mungkin juga menyukai