Anda di halaman 1dari 15

BAB III

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

A. ALIRAN HUMANISTIK

Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun
1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad
pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl
Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji
secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri,
kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.

Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan
behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga “ dalam aliran psikologi. Psikoanalisis
dianggap sebagai kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya datang dari
psikoanalisisala Freud yang berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang
dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat.
Kelompok psikoanalis berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh
kekuatan tak sadar dari dalam diri.

Kekuatan psikologi yang kedua adalah behaviorisme yang dipelopori oleh Ivan Pavlov dengan
hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondisikan. Kalangan Behavioristik meyakini bahwa
semua perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari lingkungan.

Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi


manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan
pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-
nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental
(1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu: (1)
keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen; (2) manusia memiliki
keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya; (3) manusia memiliki
kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain; (4) manusia memiliki
pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya; dan (5) manusia memiliki
kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.

Terdapat beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan pemikirannya terhadap
perkembangan psikologi humanistik. Sumbangan Snyggs dan Combs (1949) dari kelompok
fenomenologi yang mengkaji tentang persepsi. Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku
sejalan dengan apa yang dipersepsinya. Menurutnya, bahwa realitas bukanlah sesuatu yang yang
melekat dari kejadian itu sendiri, melainkan dari persepsinya terhadap suatu kejadian.

Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang
potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah membantu guna memahami
tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam
pendidikan humanistik. Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan tentang
proses berfikirnya sendiri dan kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Dia menyebutkan
pula bahwa setiap manusia dapat memikirkan tentang perasaan-persaannya dan juga memiliki
kesadaran akan dirinya. Dengan kesadaran dirinya, manusia dapat berusaha menjadi lebih baik.
Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk dapat diaplikasian
dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu filosofi pendidikan yang menekankan pentingnya
pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui
upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif agar dapat membentuk pemaknaan personal
tersebut. Dia memfokuskan pada hubungan emosional antara guru dengan siswa

Berkenaan dengan epistemiloginya, teori-teori humanistik dikembangkan lebih berdasarkan pada


metode penelitian kualitatif yang menitik-beratkan pada pengalaman hidup manusia secara nyata
(Aanstoos, Serlin & Greening, 2000). Kalangan humanistik beranggapan bahwa usaha mengkaji
tentang mental dan perilaku manusia secara ilmiah melalui metode kuantitatif sebagai sesuatu
yang salah kaprah. Tentunya hal ini merupakan kritikan terhadap kalangan kognitivisme yang
mengaplikasikan metode ilmiah pendekatan kuantitatif dalam usaha mempelajari tentang
psikologi.

Sebaliknya, psikologi humanistik pun mendapat kritikan bahwa teori-teorinya tidak mungkin
dapat memfalsifikasi dan kurang memiliki kekuatan prediktif sehingga dianggap bukan sebagai
suatu ilmu (Popper, 1969, Chalmers, 1999).
Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling
dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered
therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami
perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa
prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers
menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan
tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers,
teknik-teknik asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan
treatment atau pemberian bantuan kepada klien.

Selain memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik juga
memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan
humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu
secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental,
dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik ini.

Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari Psikologi


Humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap psikologi behavioristik dan psikoanalisis,
dan memfokuskan penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Psikologi
humanistik dimulai di Amerika Serikat Pada tahun 1950 dan terus berkembang. Tokoh-tokoh
psikologi humanistik memandang behaviorisme mendahului manusia. Psikologi humanistik
mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia.
Menurut psikologi humanistik manusia adalah mahluk kreatif yang dikendalikan oleh nilai-nilai
dan pilihan-pilihannya sendiri, bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya yang dituangkan dalam bukunya
“Motivation and Personality”. Dalam buku tersebut diuraikan bahwa manusia terdapat 5 macam
kebutuhan hierarki.
Aliran humanistik memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang membedakan menusia
dengan binatang, yaitu kebebasan untuk memilih (freedom for choice) dan kemampuan untuk
mengarahkan pekembangannya sendiri (self-direction). Banyak ahli menyebut teori tersebut
sebagai “self-theorities” karena teori-teori tersebut membahas pengalaman-pengalaman batin,
pribadi, yang berpengaruh terhadap proses pendewasaan diri seseorang, dan pertumbuhan itu
diarahkan pada aktualisasi diri.
1. Prinsip-prinsip belajar humanistik :
a. Manusia mempunyai belajar alami.
b. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai
relevansi dengan maksud tertentu.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
d. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu
kecil.
e. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh caar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
g. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.
h. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
i. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas
diri.
j. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
2. Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada
aktualisasi diri :
a. Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi
sepenuhnya.
b. Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak
berbahaya.
c. Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang
suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
d. Jujur ; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
e. Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar
orang.
f. Memikul tanggung jawab.
g. Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
h. Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk
menghentikannya.

3. Terdapat empat ciri psikologi humanistic yaitu:


1. Memusatkan perhatian pada person mengalami, dan karenanya berfokus pada
pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2. Member tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas,
akutalisasi diri, sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan
reduksionistis.
3. Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah – masalah yang akan
dipelajari dan prosedur – prosedur penelitian yang akan digunakan.
4. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan
martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap
individu. Selain Maslow sebagai tokoh dalam Psikologi Humanistik, juga Carl
Rogers, yang terkenal dengan client – centered therapy.
B. PENDAPAT ALLPORT

1. Pengertian Kematangan Kepribadian

Allport (dalam Suryabrata) mendefinisikan bahwa kematangan kepribadian merupakan


hasil akhir keselarasan antara fungsi-fungsi fisik dan psikis sebagai hasil pertumbuhan dan
perkembangan (Suryabrata, 2005:339). Sedangkan Maslow (dalam Globe) mengungkapkan
bahwa kematangan kepribadian merupakan kemampuan individu untuk mengaktualisasikan
dirinya, yaitu kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan secara penuh bakat,
kapasitas-kapasitas dan potensi yang ada pada dirinya (Globe, 1987:48). Sedangkan
menurut Kartono, bahwa kematangan kepribadian pada dasarnya ditandai oleh adanya
keberanian untuk hidup, sifat yang mandiri dari individu, serius, tekun, rasa tanggung
jawab, serta dapat menerima kenyataan hidup (Kartono, 1990:126).

Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa kematangan kepribadian
adalah hasil akhir keselarasan antar fungsi-fungsi fisik dan psikis sebagai hasil pertumbuhan
dan perkembangan, di mana individu dapat mengaktualisasikan dirinya dengan
memanfaatkan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, dan potensi yang ada pada dirinya.

Para ahli psikologi banyak membuat pengertian kepribadian diantaranya Gordon

Allport (1960) dalam kutipan Ngalim Purwanto (1992), mendefinisikan kepribadian sebagai

suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku

dan pemikiran individu secara khas (Purwanto, 1992:156). Psikofisik yang dimaksud adalah

bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan

satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah

laku dan memilki arti yang khas bahwa setiap individu memiliki kepribadian sendiri. Tidak

ada dua orang yang berkepribadian sama, dan karenanya tidak akan ada dua orang pun yang

bertingkah laku sama. Sementara itu Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu
struktur yang terdiri dari tiga sistem

yakni id, ego, dan super ego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil
dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.
Kepribadian dapat juga diartikan sebagai "kualitas perilaku individu yang tampak
dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik" (Abin Syamsudin
Makmun, 1996) (Yusuf, 2006:127). Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan
aspek- aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi:
a. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten atau
teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
b. Tempramen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat/ lambatnya mereaksi
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
c. Sikap, sambutan terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya)
yang bersifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
d. Stabilitas Emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosianal terhadap rangsangan
dari lingkungan, seperti: mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih atau putus asa.
e. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan, seperti mau menerima resiko secara wajar, atau melarikan
diri dari resiko yang dihadapi.

f. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal.


Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka (Yusuf,
2006:128).

2. Allport : Ciri-ciri Kepribadian yang Matang

Tujuh kriteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-


sifat khusus dari kepribadian sehat.

1. Perluasan Perasaan Diri


Ketika dia berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda.
Mula-mula diri berpusat hanya pada individu. Kemudian ketika lingkaran
pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita
yang abstrak. Dengan kata lain, ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan
perhatian-perhatian di luar diri. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan
sesuat ata seseorag di lar diri seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan
yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “pasrtisipasi otentik yang
dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana. Yang penting dari usaha manusia”.
Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.

Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri;
harus berarti sesuatu bagi orang itu. Pekerjaan itu menantang kemampuan-
kemampuan anda, karena dengan mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya
membuat anda merasa enak. Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan
berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara
psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita, hubungan
dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran dan keanggotaan kita dalam politik
dan agama. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas yang penuh arti ini dan aktivitas-
aktivitas ini menjadi perluasan perasaan diri.

2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang lain.


Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang
lain : kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta)
terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas
untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik.
Orang mengungkapkan partisipasi otentik dengan orang yang dicintai dan
memperlihatkan kesejahteraan individu sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk
keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang
kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang
yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-
penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri
kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan
orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.
Sebagai hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar
tehadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya.
Orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui
bahwa dia memiliki kelemahan-kelemahan yang sama.
3. Keamanan Emosional
Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa kualitas; kualitas utama
adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima
semua segi dari ada mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-
kekurangan tersebut. Orang-orang yang sehat mampu berusaha bekerja sebaik
mungkin dan dalam proses mereka berusaha memperbaiki diri mereka.
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia
dan bukan tawanan dari emosi-emosi itu. Kepribadian-kepribadian yang sehat
mengontrol emosi-emosi mereka. Kontrol ini bukan merupakan represi tetapi
emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang lebih konstruktif.
Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar
terhadap kekecewaan”. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi
terhadap tekanan dan terhadap hambatan dari kemauan-kemauan dan keinginan.
Orang-orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran ini. Orang-
orang yang matang tidak dapat begitu sabar terhadap kekecewaan, tidak dapat
begitu menerima diri, atau tidak dapat begitu banyak mengontrol emosi mereka,
jika mereka tidak merasakan suatu perasaan dasar akan keamanan.
4. Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Orang-orang
yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi
semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap
realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri
sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan
keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkat kemampuan dan
menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan
menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita. Tidak mungkin mencapai
kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang
penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-
keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Usaha untuk mengetahui diri secara objektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan
pernah berhenti, tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri (self-
objectification) tertentu yang berguna dalam setiap usia. Pengenalan diri yang memadai
menuntut pemahaman tentang hubungan / perbedaan antara gambaran tentang diri yang
dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Orang yang
memiliki suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification) yang tinggi atau wawasan
diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada
orang-orang lain.
7. Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-
rencana jangka panjang. Allport menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah”
(directness), dan lebih kelihatan pada kepribbadian-kepribadian yang sehat. Arah itu
membimbing semua segi kehidupanseseorang menuju sautu tujuan (atau rangkaian
tujuan) serta memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup. Jadi, bagi Allport rupanya
mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa
depan.
Mungkin kerangka untuk tujuan-tujuan khususitu aadalah ide tentang nilai-nilai. Allport
menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting
bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Suara hati ikut juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati
yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri
dan kepada orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau nilai-
nilaietis.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Kepribadian Remaja

Dalam uraian yang telah dikatakan di atas, bahwa perkembangan pribadi remaja itu
berkembang dan mengalami, suatu perubahan-perubahan. Akan tetapi di dalam

perkembangan itu sendiri semakin terbentuklah pola atau arah yang tetap dan khas,

sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan kepribadian itu dapat dibagi sebagai berikut (Purwanto,

1992:160-166):

a. Faktor Sosial

Faktor sosial disini adalah masyarakat, yakni manusia lain disekitar individu yang

mempengaruhi individu yang bersangkutan. Dalam faktor ini peranan lingkungan

keluarga sangatlah penting dan menentukan bagi perkembangan pribadi anak

selanjutnya. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan pribadi anak

sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan anak

selanjutnya. Hal ini disebabkan karena (Purwanto, 1992:161):

1. Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama.

2. Pengaruh yang diterima anak itu masih terbatas jumlah dan luasnya.

3. Intensitas tinggi karena berlangsung terus-menerus siang dan malam.

4. Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman bersifat intim dan

bernada emosional.

Dari penjelasan di atas, nyatalah betapa besar pengaruh faktor sosial yang diterima
anak itu dalam pergaulan dan kehidupannya sehari-hari dari kecil sampai besar,
terhadap perkembangan kepribadiannya.

b. Faktor Kebudayaan

Menurut Ralph Linton (1978) dalam kutipan Ngalim Purwanto (1992) merumuskan

kebudayaan itu seperti berikut; “Kita mengetahui bahwa kebudayaan itu tumbuh

dan berkembang di dalam masyarakat. Kita dapat mengenal pula, bahwa kebudayan
tiap daerah/ negara berlainan.” Sehingga ini semua menunjukkan cara-cara hidup,

adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan, bahasa, kepercayaan, dan sebagainya. Dengan

demikian perkembangan kepribadian pada diri masing-masing anak tidak dapat

dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana anak itu dibesarkan. Kemudian

juga di dalam faktor ini terdapat beberapa aspek kebudayaan yang sangat

mempengaruhi perkembangan kepribadian remaja dalam kehidupan sehari-hari,

antara lain adalah (Purwanto, 1992:164-166):

1. Nilai-nilai

Di dalam setiap kebudayan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh setiap
manusia yang hidup dalam kebudayan itu. Mentaati dan mematuhi nilai-nilai hidup di
dalam kebudayaan, sehingga nilai-nilai itu menjadi idaman dan kewajiban setiap anggota
masyarakat. Dan semuanya itu akan dapat diterima sebagai masyarakat, yang harus
memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayan yang berlaku di masyarakat.

2. Adat dan Tradisi

Di setiap daerah terdapat adat dan tradisi yang berlainan. Sehingga dengan adat dan

tradisi yang ada di dalam masyarakat dan yang masih berlaku disuatu daerah, di

samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga

menentukan pula cara bertindak dan bertingkah laku manusia-manusianya.

3. Pengetahuan dan Ketrampilan

Pengetahuan yang dimiliki setiap orang sangat mempengaruhi sikap dan tindakan. Tiap

orang pula memiliki pengetahuan yang berlainan, dari pengetahuan yang sangat

elementer sampai kepada yang tinggi dan luas. Demikian pula kecakapan dan

ketrampilan seseorang membuat dan mengerjakan sesuatu adalah merupakan bagian dari

kebudayaan.
4. Bahasa

Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, sesungguhnya bahasa

merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu

kebudayaan. Betapa eratnya hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang

memilki bahasa itu. Pertama, kita mengetahui bahasa merupakan alat komunikasi antara

individu dengan individu lain yang sangat penting. Kedua, bahasa adalah alat berfikir

bagi manusia. Sehingga dengan begitu jelasnya, bahwa bagaimana sikap dan cara kita

bertindak dan reaksi terhadap orang lain, bagaimana cara kita hidup bermasyarakat,

sebagian besar dipengaruhi oleh bahasa yang kita miliki. Demikianlah bahasa

merupakan faktor kebudayan yang sangat penting, dan turut mempengaruhi dan bahkan

menentukan kepribadian seseorang (Purwanto, 1992:166).

Dari uraian di atas, jelaslah kiranya bahwa perkembangan kepribadian seseorang

sangatlah dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, faktor sosial, dan faktor kebudayaan.

Sehingga dalam ketiga faktor ini yang akan mempengaruhi dan menjadikan suatu

kepribadian sesuai dengan pola atau arah perkembangannya ke depan.


EVALUASI TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

1. Apa menurutmu tentang aliran humanistik? Jelaskan secara singkat!


2. Apa menurutmu tentang teori kepribadian sehat menurut pendapat allport?
3. Jelaskan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat!
4. Sebutkan empat ciri psikologi humanistic!
5. James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi
humanistic. Sebutkan !
DAFTRA PUSTAKA

https://dosenpsikologi.com/teori-psikologi-humanistik

Goble, frank G., “Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow” (1987)

http://www.psychoshare.com/file-156/psikologi-kepribadian/abraham-maslow-teori-kepribadian-
humanistik.html

https://www.academia.edu/19394686/Isi_makalah_konsep_dasar_kesmen

http://penulisabcd.blogspot.com/2016/03/kesehatan-mental-dipandang-dari-aliran.html

file:///D:/KULIAH/kesehatan%20mental/makalah.pdf

https://agnesdevia.wordpress.com/2013/07/09/teori-kepribadian-sehat-menurut-tokoha-allport-
ciri-ciri/

Anda mungkin juga menyukai