Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan nikmatnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul tentang “Teori Humanistik” ini. Dala mata
kuliah Bimbingan konseling dalam kelompok. Tidak lupa sholawat serta salam kami
hanturkan kepada Baginda kita Nabi yang Mulia, Nabi yang Agung, Nabi yang Bijaksana
yaitu Nabi kita Nabi besar Muhammad SAW. Makalah tentang “Teori Humanistik” ini saya
susun dengan sebenar-benarnya dan berdasarkan apa yang saya baca dari beberapa sumber
yang saya dapatkan. Meskipun demikian saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak, khususnya teman-teman yang
membaca sangat kami harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca sebagai bahan pembelajaran untuk menambah ilmu.

Pontianak, Juli 2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II PEMBAHSAN
A. Pengertian Teori Humanistik
B. Sejarah Teori Humanistik
C. Konsep Dasar
D. Ciri-ciri Teori Humanistik
E. Tujuan Humanistik
F. Hakikat Humanistik
G. Aplikasi Humanistik
H. Peranan Humanistik
I. Kelbihan dan Kekurangan Humanistik
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama lain psikologi kemanusiaan
adalah suatu pendekatan yang multifase terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia yang
memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli
psikologi humanistik adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi yang lainnya
merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalisis ( Misiak
dan Sexton, 2005 ).

Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu : (1) Psikologi
humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan
keadaan manusia.(2) Psikologi humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah
penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia.(3) Psikologi humanistik menawarkan
metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yang lebih efektif dalam dalam pelaksanaan
psikoterapi.

Psikologi Humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada
tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada
abad pertengahan.Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran
psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai “kekuatan ketiga” dalam aliran
psikologi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Humanistik
Pengertian Psikologi Humanistik Menurut Para Ahli
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok
ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham
Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran
intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan
behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third
force).

Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah
suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang
memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli
psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanistik
yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis
(Misiak dan Sexton, 2005). Psikologi humanistik berdasarkan kepada keyakinan bahwa nilai-
nilai etika merupakan daya psikologi yang kuat dan ia merupakan penentu asas kelakuan
manusia. Keyakinan ini membawa kepada usaha meningkatkan kualitas manusia seperti
pilihan, kreativitas, interaksi fisik, mental dan jiwa, dan keperluan untuk menjadi lebih bebas.
Situs yang sama menyebutkan bahwa psikologi humanistik juga didefinisikan sebagai sebuah
sistem pemikiran yang berdasarkan kepada berbagai nilai, sifat, dan tindak tanduk yang
dipercayai terbaik bagi manusia.

Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu, pertamapsikologi
humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan
keadaan manusia. Kedua, ia menawarkan pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan
dalam bidang tingkah laku manusia. Ketiga, ia menawarkan metode yang lebih luas akan
kaedah-kaedah yang lebih efektif dalam pelaksanaan psikoterapi. Pokok persoalan dari
psikologi humanistik adalah pengalaman subjektif manusia, keunikannya yang membedakan
dari hewan-hewan, sedangkan area-area minat dan penelitian yang utama dari psikologi
humanistik adalah kepribadian yang normal dan sehat, motivasi, kreativitas, kemungkinan-
kemungkinan manusia untuk tumbuh dan bagaimana bisa mencapainya, serta nilai-nilai

4
manusia Dalam metode-metode studinya, psikologi humanistik menggunakan berbagai
metode mencakup wawancara, sejarah hidup, sastra, dan produk-produk kreatif lainnya.
(Misiak dan Sexton, 2005).

Sebagaimana behaviorisme dan psikoanalisis, psikologi humanistik pun mempunyai


tokoh-tokoh yang terkenal, yang pemikiran-pemikiran dan teori-teorinya memberikan
kontribusi yang cukup besar demi perkembangan psikologi humanistik. Dari tokoh-tokoh
tersebut, ada dua orang tokoh yang berperan besar dalam pembentukkan serta perkembangan
psikologi. Kedua tokoh tersebut adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers. Oleh karena
peran mereka yang signifikan itu maka penulis pada tulisan berikut akan mencoba bercerita
mengenai biografi singkat berserta teori-teori yang diciptakan dari kedua tokoh psikologi
humanistik tersebut.

1. Abraham Maslow

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow


percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin.
Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of
Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau
hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi
(aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa
manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis),
safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan
akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan,
self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri). Berikut penjelasannya:

 Kebutuhan Fisiologis. Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan


dasar semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya.
Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa
sakit, dan, seks. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka tubuh akan menjadi
rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak fit, sehingga proses untuk memenuhi
kebutuhan selanjutnya dapat terhambat. Hal ini juga berlaku pada setiap jenis kebutuhan
lainnya, yaitu jika terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.

5
 Kebutuhan Akan Rasa Aman. Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah
terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman,
stabilitas, proteksi, dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika
tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat
pemenuhan kebutuhan lainnya.
 Kebutuhan Akan Rasa Kasih Sayang. Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis
kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih
sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari
dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian
dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan, dan seterusnya.
Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.
 Kebutuhan Akan Harga Diri. Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi,
akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu
lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status,
atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan
kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan
ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.
 Kebutuhan Akan Aktualisi Diri. Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan
Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat
dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri.

2. Carl Ransom Rogers

Pada tahun 1931 pula Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for
the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan
pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk
membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi.
Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the
Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas
psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari
American Psychological Society.Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang
menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapis)
dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini
bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas

6
terapis hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-
teknik assessment dan pendapat para terapis bukanlah hal yang penting dalam melakukan
treatment kepada klien. Hasil karya Rogers yang paling terkenal dan masih menjadi literatur
sampai hari ini adalah metode konseling yang disebut Client-Centered Therapy. Dua buah
bukunya yang juga sangat terkenal adalah Client-Centered Therapy(1951) dan On Becoming
a Person (1961).

Contoh Kasus Teori Humanistik


Leon seorang mahasiswa, mungkin melihat dirinya sebagai dokter masa depan, tetapi
nilainya yang dikeluarkan dari sekolah kedokteran ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan
antara dengan apa Leon melihat dirinya (konsep diri) atau bagaimana ia ingin melihat dia
(ideal konsep diri) dan realitas kinerja akademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan
dan kerentanan pribadi, yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk masuk
terapi. Leon harus melihat bahwa ada masalah atau tidak pada dirinya. Leon pesimis untuk
menghadapai penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi perubahan dirinya. Konseling
berlangsung, klien dapat mengeksplorasi lebih luas keyakinannya dan perasaan (Rogers,
1967). Mereka dapat mengekspresikan ketakutan mereka, rasa bersalah kecemasan, malu,
kebencian, kemarahan, dan lain sebagainya. emosi telah dianggap terlalu negatif untuk
menerima dan memasukkan ke dalam diri mereka. Dengan terapi, orang disortir kurang dan
pindah ke penerimaan yang lebih besar dan integrasi perasaan yang saling bertentangan dan
membingungkan. Mereka semakin menemukan aspek dalam diri mereka yang telah disimpan
tersembunyi.
Sebagai klien merasa dimengerti dan diterima, mereka menjadi kurang defensif dan
menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman mereka. Karena mereka merasa lebih aman dan
kurang rentan, mereka menjadi lebih realistis, menganggap orang lain dengan akurasi yang
lebih besar, dan menjadi lebih mampu untuk memahami dan menerima orang lain. Individu
dalam terapi datang untuk menghargai diri mereka lebih seperti mereka, dan perilaku mereka
menunjukkan lebih banyak fleksibilitas dan kreativitas. Mereka menjadi kurang peduli
tentang memenuhi harapan orang lain, dan dengan demikian mulai berperilaku dengan cara
yang lebih benar untuk diri mereka sendiri. Mereka bergerak ke arah yang lebih berhubungan
dengan apa yang mereka alami pada saat ini, kurang terikat oleh masa lalu, kurang
ditentukan, lebih bebas untuk membuat keputusan, dan semakin percaya diri masuk untuk
mengelola kehidupan mereka sendiri.

7
Dari contoh kasus Leon dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu alasan klien
mencari terapi adalah perasaan tidak percaya diri, dan ketidakmampuan untuk membuat
keputusan atau secara efektif mengarahkan hidup mereka sendiri. Leon diarahkan supaya
melihat kepotensian diri dia yang sebenarnya, terapi difokuskan ke saat yang sekarang agar
Leon dapat melanjtukan hidupnya.
Dari contoh kasus tersebut inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapi yang
kapasitas untuk sadar akan dirinya, meningkatkan kesadaran diri yang memotivasi atau
mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup individu itu (Baldwin, 1987).
Teori humanistik lebih mengedepankan sisi humanis manusia dan tidak menuntut
jangka waktu bagi pelajar mencapai pemahaman yang diinginkan. Teori ini lebih
menekankan pada isi/materi yang harus dipelajari dari pada proses agar membentuk manusia
seutuhnya. Teori humanistik berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan
kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Teori
humanistik memandang bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Teori humanistik berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut.
Menurut Dimyati & Mudjiono (2002) humanistik lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian bagaimana manusia
membangun dirinya untuk melakukan hal-hal positif. Kemampuan bertindak positif ini yang
disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya
memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan
tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi
dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan
menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan
pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil
utama dari psikologi humanistik, yaitu: (1) keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke
dalam komponen-komponen; (2) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan
dengan manusia lainnya; (3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain; (4) manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung
jawab atas pilihan-pilihanya; dan (5) manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari
makna, nilai dan kreativitas.

8
Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan
psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah
membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang merupakan
salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Morris (1954) meyakini bahwa manusia
dapat memikirkan tentang proses berfikirnya sendiri dan kemudian mempertanyakan dan
mengoreksinya.
Dia menyebutkan pula bahwa setiap manusia dapat memikirkan tentang perasaan-
persaannya dan juga memiliki kesadaran akan dirinya. Dengan kesadaran dirinya, manusia
dapat berusaha menjadi lebih baik. Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi
humanistik untuk dapat diaplikasian dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu filosofi
pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama
berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional
yang kondusif agar dapat membentuk pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan pada
hubungan emosional antara guru dengan siswa.
B. Sejarah Teori Humanistik

Historis Teori Humanistik


Aliran Humanistik muncul sekitar tahun 1960-1972. Kemudian muncul bebrapa perubahan
dan inovasi baru sampai dekade terakhir. Adapun tokoh – tokoh yang mempelopori psikologi
humanistik yang digunakan sebagai teori belajar humanisme sebagai berikut :
Abraham Maslow
Maslow percaya bahwa manusia bergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa
mungkin. Teorinya yang paling di kenal adalah teori tentang Hierarchy of Needs ( Hirarki
kebutuhan ). Dia mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri orang memiliki rasa takut yang dapat
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain memiliki
dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan. Manusia juga bermotivasi untuk memenuhi
kebutuhan – kebutuhan hidupnya. Kebutuhan – kebutuhan tersebut memiliki tingkatan mulai
dari yang rendah sampai yang tinggi.
Carl Rogers
Adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu mengatasi masalah – masalah
kehidupannya. Menurutnya hal yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah
pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu :

9
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus
belajar tentang hal – hal yang tidak ada artinya.
Siswa akan mempelajari hal – hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian
bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai
bahan yang bermakna bagi siswa.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom to learn, ia menunjukan sejumlah prinsip – prinsip yang terpenting
adalah :
Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami
Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi
dengan maksud – maksud tersendiri.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri di anggap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
Belajar yang bermakna di peroleh siswa dengan melakukanya.
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung
jawab terhadap proses belajar itu.
Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme? Orang balajar
karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan
proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tentang apakah proses
belajarnya berhasil.
Adapun para penganut ahli humanistic yang dilibatkan dan dapat di jadikan
perbandinga dalam makalah ini di antaranya: (1) Abraham H. Maslow dan (2) Carl Roger
1. Teori Humanistik Menurut Abraham H. Maslow
Teori humanistik (Yusuf, 2007:141) berkembang sekitar tahun 1950-an sebagai teori
yang menentang teori-teori psikoanalisis dan behavioristik. Serangan humanistik terhadap
dua teori ini adalah bahwa kedua-duanya bersifat “dehumanizing” (melecehkan nilai-nilai
manusia). Manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati, dan pada
dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri. Karena itu ,walaupun dalam peneletian
boleh saja dilakukan analisis rinci mengenai bagian-bagian dari jiwa ( psyche) manusia.
Namun dalam penyimpulan nya ,manusia seperti ini dinamakan pandangan holistic ( whole =
menyeluruh). Selain itu manusia juga harus di pandang dengan penghargaan yang tinggi
terhadap harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan individualnya dan dari sudut

10
pandang kemanusiaan nya itu sendiri. Karena itu psikologi harus masuk dalam topic-topik
yang selama ini hamper tidak pernah diteliti oleh aliran-aliran behaviorisme dan
psikoanaalisis , seperti cinta , kreativitas , pertumbuhan ,aktualisasi diri ,kemandirian ,
tanggung jawab , dan sebagainya. Pandangan seperti ini disebut pandangan humanistic (
human= manusia )
Abraham Maslow (Yusuf, 2007: 152). adalah seorang psikolog terkenal yang teman
bekerja pada psikologi humanistik telah melihat ketenaran menyebar ke berbagai mata
pelajaran kemanusiaan seperti geografi dan demografi. Ia terutama terkenal dengan
Hierarchy-nya Kebutuhan. Teori Humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan
psikologis tingkat tinggi. Teori Humanistik meliputi: Abraham Maslow (1908-1970)
berpendapat manusia mempunyai naluri- naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan.
Kebutuhan tersebut adalah:
1. Kebutuhan fisik/biologis.
2. Kebutuhan akan rasa aman.
3. Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta.
4. Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri.
5. Kebutuhan aktualisasi / perwujudan diri.
6. Kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan tersebut mempunyai urutan hierarki.
Keempat Kebutuhan pertama disebut kebutuhan “deficiency”.
1. Teori Humanistik Carl Rogers
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun
keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers
pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person
centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-
centered), teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person to person).
Namun istilah person centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan putus
asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia
seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia
karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai
dengan pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan
cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada
kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:

11
· Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
· Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau
pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk
menyelesaikan masalahnya.
C. Konsep Dasar Teori Humanistik

Menurut Ahmad Sudrajat, konsep dasar pendekatan Humanistik terdiri dari tiga aspek yaitu :

1. Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dn
yang tidak ia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap orang
bertanggung jawab atas segala tindakannya.
2. Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu
manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi
diri.
3. Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas
merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self
expression.

Dasar dari terapi Humanistik adalah penekanan keunikan setiap individu serta
memusatkan perhatian pada kecenderungan alami dalam pertumbuhan dan pewujudan
dirinya. Dalam terapi ini para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita, tetapi
bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya
memecahkan masalahnya sendiri. Salah satu pedekatan yang dikenal dalam terapi Humanistik
ini adalah terapi yang berpusat kepada klien atau Client-Centered Therapy.

Client-Centered Therapy adalah terapi yang dikembangkan oleh Carl Rogers yang
didasarkan kepada asumsi bahwa klien merupakan ahli yang paling baik bagi dirinya sendiri
dan merupakan orang yang mampu untuk memecahkan masalahnya sendiri. Tugas terapis
adalah mempermudah proses pemecahan masalah mereka sendiri. Terapis juga tidak
mengajukan pertanyaan menyelidik, membuat penafsiran, atau menganjurkan serangkaian
tindakan. Istilah terapis dalam pendekatan ini kemudian lebih dikenal dengan istilah
fasilitator (Atkinson dkk., 1993). Untuk mencapai pemahaman klien terhadap permasalahan

12
yang dihadapi, maka dalam diri terapis diperlukan beberapa persyaratan antara lain adalah:
empati, rapport, dan ikhlas.

Empati adalah kemampuan memahami perasaan yang dapat mengungkapkan keadaan


klien & kemampuan mengkomunikasikan pemahaman ini terhadap klien. Terapis berusaha
agar masalah yang dihadapi klien dipandang dari sudut klien sendiri. Rapport adalah
menerima klien dengan tulus sebagaimana adanya, termasuk pengakuan bahwa orang
tersebut memiliki kemampuan untuk terlibat secara konstruktif dengan masalahnya. Ikhlas
dalam arti sifat terbuka, jujur, dan tidak berpura-pura atau bertindak di balik topeng
profesinya (Atkinson dkk., 1993). Selain ketiga hal tersebut, di dalam proses konseling harus
terdapat pula adanya jaminan bahwa masalah yang diungkapkan oleh klien dapat dijamin
kerahasiaannya serta adanya kebebasan bagi klien untuk kembali lagi berkonsultasi atau tidak
sarna sekali jika klien sudah dapat memahami permasalahannya sendiri.
Menurut Rogers (dalam Corey, 1995), pertanyaan "SiapaSaya?" dapat menjadi
penyebab kebanyakan seseorang datang ke terapis untuk psikoterapi. Kebanyakan dari
mereka ini bertanya: Bagaimana sayadapat menemukan diri nyata saya? Bagaimana saya
dapat menjadi apa yang saya inginkan? Bagaimana saya memahami apa yang saya yang ada
di balik dinding saya dan menjadi diri sendiri? Oleh karena itu tujuan dari Client-Centered
Therapy adalah menciptakan iklim yng kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi
pribadi yang dapat berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan tersebut terapis perlu
mengusahakan agar klien dapat menghilangkan topeng yang dikenakannya dan
mengarahkannya menjadi dirinya sendiri.
Terdapat asumsi dasar humanistik, yaitu:
1. Manusia pada dasarnya baik.
2. Manusia memiliki free will.
3. Setiap manusia itu unik dan memiliki dorongan dasar untuk mencapai aktualisasi diri.
Manusia memiliki free will untuk mengaktualisasikan potensinya dimasa depan apabila
berada dalam kondisi lingkungan yang mendukung.
Konsep dasar dari teori humanistik Abraham Maslow adalah teori kebutuhan Maslow
atau hierarki kebutuhan Maslow, yaitu kebutuhan fsiologis, rasa aman, kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai, dan aktualisasi diri.
D. Ciri-Ciri Teori Humanastik
1. Mementingkan manusia sebagai pribadi
2. Mementingkan kebulatan pribadi

13
Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup
kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk
memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau
kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan
karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada dalam diri mereka.

Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu
untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa
mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat
memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka akan
belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan dari hasil
belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses
yang terjadi dalam individu yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi
domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan,
komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode
pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan
siswa. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran lebih menekankan nilai-
nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk
diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran
yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.

14
E. Tujuan Teori Humanistik
1. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya
menurut apa adanya. “Saya adalah saya”.
2. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-
pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar
individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualication seoptimal
mungkin.
3. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam
proses aktualisasi.
4. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat
dijangkau menurut kondisi dirinya.

F. Hakikat Teori Humanistik


Maslow memandang manusia dengan optimis, memiliki kecenderungan alamiah untuk
bergerak menuju aktualisasi diri.Manusia memiliki kebebasan untuk berkehendak, memiliki
kesadaran untuk memilih serta memiliki harapan.Meskipun memiliki kemampuan jahat dan
merusak, tetapi bukan merupakan esensi dasar dari manusia.Sifat-sifat jahat muncul dari rasa
frustasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Maslow percaya bahwa kesempurnaan
manusia tidak akan tercapai, tetapi ia menyakini bahwa manusia mampu untuk terus tumbuh
dan berkembang luar biasa. Manusia mempunyai potensi untuk menjadi actual, karena
kebanyakan manusia akan berjuang dalam hidupnya untuk memperoleh makanan, rasa aman,
cinta.
Teori maslow didasarkan kepada pandangan mengenai sejarah manusia sebagai hewan
evolusioner yang terus berproses untuk tumbuh menjadi manusia yang sesungguhnya. Selama
proses tersebut, secara berangsur-angsur manusia lebih termotivasi oleh metamotivasi dan B-
values. Pada umumnya, perilaku manusia termotivasi oleh kebutuhan fisiologis dan rasa
aman yang ditentukan oleh kekuatan dari luar, yang memposisikan perilaku aktualisasi diri
manusia memiliki porsi yang lebih kecil.Individu dibentuk secara biologis (genetis) dan
dipengaruhi lingkungan sosial.Ketika manusia mencapai aktualisasi diri, mereka mengalami
sinergi yang baik antara kebutuhan biologis, social, dan aspek spiritual dalam dirinya.

G. Aplikasi Teori Humanistik


Teori kepribadian humanistic (Koeswara E, 1991: 133) merupakan teori yang
menekankan pada kualitas manusia yang unik dan mempunyai potensi untuk

15
mengembangkan dirinya. Teori ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, bahwa
manusia itu pada dasarnya mempunyai sifat yang beragam dan berbagai pemikiran yang
berbeda. Dan pada dasarnya manusia juga mempunyai potensi untuk mengembangkan diri
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing- masing individu.
Menurut Maslow kebutuhan manusia itu dibagi menjadi lima tingkatan. Pada
hakikatnya manusia memang memiliki banyak keinginan-keinginan yang muncul dari dalam
diri individu maupun dari lingkungan sekitarnya. Karena itu, hal tersebut dapat memacu
individu agar berusaha mencapai kebutuhan-kebutuhan tersebut. Supaya kebutuhan-
kebutuhan tersebut tercapai maka individu tersebut membutuhkan lingkungan atau orang lain.
Hendaknya konselor dapat memposisikan dirinya agar dapat memahami kebutuhan-
kebutuhan yang diinginkan oleh kliennya. Kepribadian yang sehat itu terbentuk setelah
individu dapat mengaktualisasikan dirinya seutuhnya. Dalam proses bimbingan hendaknya
konselor dapat membantu kliennya agar menjadi pribadi yang sehat serta dapat mencapai
keinginan yang ada dalam individu tersebut, serta menggali potensi- potensinya.

H. Peranan Teori Humanistik


1. Memahami dunia konseli dan membantu konseli untuk berfikir dan mengambil
keputusan atas pilihannya yang sesuai dengan keadaan sekarang.
2. Mengembangkan kesadaran, keinsafan tentang keberadaannya sekarang agar klien
memahami dirinya bahwa manusia memiliki keputusan diri sendiri.
3. Konselor sebagai fasilitator memberi dorongan dan motivasi agar klien mampu
memahami dirinya dan bertanggung jawab menghadapi reality.
4. Membentuk kesempatan seluas luasnya kepada klien bahwa putusan akhir pilihannya
terletak ditangan konseli.

I. Kelebihan dan Kelemahan Teori Humanistik


Kelebihan Teori Humanistik
a. Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis
dan humanis.
b. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat,
kebebasan mengungkapkan gagasan.
c. Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya
mempunyai pandangan yang berbeda-beda.

16
Kelemahan Teori Humanistik
a. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
b. Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
c. Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

17
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia /


individu. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana
manusia melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk
berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam
meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab
terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk
mengubah sikap dan perilaku mereka.

Pendekatan humanistik juga menekan kepentingan peranan guru dalam memberi


sokongan dan mengambil berat, serta bergantung lebih kepada menerangkan sebab sesuatu
perkara perlu dilakukan dengan cara tertentu. Bagi teori ini, guru perlu memberi sokongan
serta motivasi kepada murid kerana murid yang lemah dari segi pelajaran kurang berminat
untuk belajar. Oleh itu murid perlu dididik dengan tegas dan prihatin kerana mereka perlu
perhatian dari guru,

18
Daftar Pustaka

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Hadis dan Abdul. 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfbeta

Hidayat dan Dede Rahmat. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian Dalam
Konseling. Bogor: Ghalia Indonesia

Husamah dkk. 2016. Belajar dan Pembelajaran Malang: UMM Press

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Cipayung: Gaung Persada ( GP ) Press

Mahmud dan Dimyati. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: BPFE - Yogyakarta

Mujib, Abdul Dkk. 2002. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,

Sri Esti Wueyani Djiwandono. 2006. Psikologi Pendidikan Jakarta: Grasindo

Uno dan Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara

W Sarwono. 2000. Aliran-aliran dan tokoh psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo.

19

Anda mungkin juga menyukai