Anda di halaman 1dari 7

Nama : A.

Gipari

Jurusan/Kelas : Ilmu Komunikasi/B

NIM : 50700120039

HIRARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW

Sebagai makhluk hidup di bumi, manusia berperan penting dalam memelihara


kelestarian alam. Salah satu indikasi kelestarian tersebut, dapat dilihat dari kondisi
masyarakatnya. Apabila alam itu baik, tidak menutup kemungkinan masyarakatnya
dalam kondisi yang baik pula. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban setiap
individu untuk menjaga kelangsungan hidup diri, keluarga, masyarakat dan
lingkungannya. Untuk bisa mencapai tujuan ini, tentunya harus di mulai dari tiap-tiap
individu itu sendiri bagaimana bisa mengatur hidupnya sehingga berhasil pula
mengatur masyarakat dan lingkungannya. Maka, di sini perlu diketahui bagaimana
melihat manusia sebagai makhluk yang berkebutuhan dalam rangka memelihara
kehidupan, khususnya yang terkait dengan kelangsungan jiwanya.

Sudah banyak ilmuwan yang mengkaji tentang manusia dari berbagai


perspektifnya, khususnya dari kalangan psikolog. Dalam hal ini, kelompok psikologi
aliran Freudianisme dan Behaviourisme telah berhasil mendominasi. Namun
demikian, pada abad ke 19- an, para psikolog memahami manusia hanya berfokus
pada analisa kejiwaan. Sehingga, seolah-olah menganggap manusia mirip dengan
mesin. Analisa mekanistik ini bertolak dari pengandaian bahwa mirip dengan alam
fisik, gerak-gerik jiwa manusia harus dipahami sebagai hasil interaksi dan pertemuan
berbagai dorongan mekanis dan psikis, atau sebagaimana halnya behaviorisme
sebagai reaksi atas rangsangan-rangsangan dari luar.1

1
Hendro Setiawan, Manusia Utuh, Sebuah Kajian atas Pemikiran Abraham Maslow,
(Yogyakarta, PT. Kanisius, 2014), h. 7.
Keadaan tersebut bertolak dari pemahaman tentang manusia seutuhnya.
Manusia adalah makhluk khas yang memiliki beberapa ciri unik seperti asimilasi
(berkembang dan mengembangkan diri) serta memproduksi atau melipatgandakan
dirinya.2 Sehingga muncullah aliran baru yang disebut dengan psikologi humanis.
Salah satu tokoh aliran ini ialah Abraham Maslow.

Maslow merupakan seorang psikolog yang pemikirannya banyak


dimanfaatkan dalam ilmu manajemen. Di sisi lain, pemikirannya juga memiliki
implikasi pada ranah filosofis sehingga dapat membantu beberapa pertanyaan kuno
filsafat manusia tentang apa dan siapa manusia. Selain itu, Maslow bukanlah seorang
materialis ataupun platonis. Artinya, ia tidak memandang manusia sebagai sepotong
materi yang berkembang cukup tinggi, bukan pula “roh” yang harus membebaskan
diri dari “penjara tubuh”. Karenanya, benar bahwa manusia harus memenuhi
kebutuhan fisiknya lebih dulu. Jika tidak, ia akan mati. Di sisi lain, kebutuhan akan
sesama juga penting. Di sinilah Maslow ingin menunjukkan bagaimana manusia
dengan berbagai kebutuhannya dapat mengaktualisasikan diri menjadi manusia utuh.3

A. Latar Belakang Abraham Maslow


Tidak satupun pemikiran lahir dari ruang kosong, tanpa adanya
sentuhan dengan lingkungan sekitar. Begitu juga yang dialami oleh Maslow.
Pemikirannya tentang manusia sangat dipengaruhi oleh kehidupannya saat itu.
Maslow lahir pada 1 April 1908 M. Pada masa kanak-kanak, ia menjadi satu-
satunya anak laki-laki Yahudi yang hidup di perkampungan non-Yahudi di
Brooklyn, New York. Ia lalu tumbuh besar di sana, dengan situasi yang sempit
sehingga menjadikan pergaulannya pun cukup sulit. Maslow merupakan anak
tertua dari tujuh bersaudara dalam keluarga yang kurang harmonis. Alhasil, ia

2
Louis Leahy, Manusia Sebuah Materi, Sintesis Filosofis tentang Makhluk Paradoksal, (Jakarta,
PT. Gramedia, 1993), h. 45.
3
Siti Mauzaroh dan Subaidi, KEBUTUHAN MANUSIA DALAM PEMIKIRAN ABRAHAM MASLOW,
Vol. 7, Jurnal Al- Mazahib, No. 1, 2019, h. 19.
menjadi anak yang sangat tidak bahagia. Ia mengungkapkan perasaan tersebut
dalam sebuah kalimat:
Dulu saya terpencil dan tidak bahagia. Saya tumbuh di ruang-ruang
perpustakaan di antara buku-buku yang hampir tanpa teman.4
Namun demikian, tidak seluruh tahun-tahun awal kehidupannya
dihabiskan untuk menyendiri dan belajar. Ia juga berpengalaman dalam dunia
praktis. Bahkan sebagian dari pengalaman inilah yang akhirnya menjadi
sumber saran-saran praktis Maslow sesudah ia tumbuh matang.
B. Teori Kebutuhan Manusia
Membaca pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan, tidak bisa lepas
dari teori motivasi yang menjadi landasannya. Ada tujuh belas konsep dasar
yang digunakan Maslow dalam memahami manusia secara menyeluruh di
antaranya adalah:
I. Manusia adalah individu yang terintegrasi penuh.
II. Karakteristik dorongan atau kebutuhan yang muncul tidak bisa
dilokasikan pada satu jenis kebutuhan tertentu.
III. Kajian tentang motivasi harus menjadi bagian dari studi tentang
puncak tujuan manusia.
IV. Teori motivasi tidak dapat mengabaikan tentang kehidupan bawah
sadar.
V. Keinginan yang mutlak dan fundamental manusia adalah tidak jauh
dari kehidupan sehari-harinya.
VI. Keinginan yang muncul dan disadari, seringkali merupakan pencetus
dari tujuan lain yang tersembunyi.
VII. Teori motivasi harus mengasumsikan bahwa motivasi adalah konstan
dan tidak pernah berakhir.

4
Frank G. Goble, Terj. Drs. A. Supratinya, Madzhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham
Maslow, (Yogyakarta, PT. Kanisius, 1971), h. 28.
Teori motivasi Maslow ini berguna untuk memberikan argumen yang
kuat dalam penggunaan struktur kebutuhan sebagai penggerak motivasi
manusia secara menyeluruh. Inilah yang menjadi ciri khas pemikiran Maslow
sebelum ada filsafat manusia sebelumnya. Yaitu tentang kebutuhan manusia.
Struktur teori Maslow yang menyeluruh dibangun atas landasan hierarki
kebutuhan yang lain. Maslow membagi hierarki kebutuhan dalam lima tingkat
dasar kebutuhan yaitu:5
a. Kebutuhan Fisik (Physiological Needs)
Kebutuhan ini adalah tingkatan kebutuhan yang paling dasar,
paling kuat dan paling jelas antara kebutuhan manusia adalah
kebutuhannya untuk mempertahankan hidup secara fisik, yaitu yaitu
kebutuhan akan makan, minum, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen
dan pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan itu sangat penting dalam
kelangsungan hidup.6
b. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety Needs)
Apabila kebutuhan fisiologis relatif telah terpenuhi, maka akan
muncul seperangkat kebuthan-kebuutuhan yang baru yang kurang-
lebih dapat di kategorikan (keamanan, kemantapan, ketergantungan,
perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan;
kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas; kekuatan
pada diri pelindung, dan sebagainya).7
c. Kebutuhan Akan Kepemilikan dan Cinta (The Belongingness and love
Needs)
Apabila kebutuhan-kebutuhan Faali (fisiologi) dan
keselamatan cukup terpenuhi, maka akan muncul kebutuhankebutuhan
5
Abraham Maslow, Motivation and Personality (Teori Motivasi dengan Ancangan Hirarki
Kebutuhan manusia) Penerjemah Nurul Iman, (Jakarta: PT. Gramedia, 1984), h. 41.
6
Frank G. Goble, Mazhab ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow Penerjemah A.
Supratiknya, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), h. 71.
7
Abraham Maslow, Motivation and Personality (Teori Motivasi dengan Ancangan Hirarki
Kebutuhan manusia) Penerjemah Nurul Iman, (Jakarta: PT. Gramedia, 1984), h. 41.
akan cinta, rasa kasih, dan rasa memiliki, dan seluruh jalur yang telah
di gambarkan diulangi kembali dengan menempatkan hal-hal ini
sebagai titik pusat yang baru. Maka sekarang, dan belum pernah
sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya kawan-kawan,
atau kekasih, atau istri, atau anak-anak. Ia haus akan hubungan yang
penuh rasa dengan orang-orang pada umumnya, yakni akan suatu
tempat dalam kelompok atau keluarganya, dan ia akan berikhtiar lebih
keras lagi untuk mencapai tujuan ini. Ia akan bermaksud mendapatkan
tempat seperti itu lebih daripada lainnya di dunia ini, dan mungkin
dengan melupakan bahwa, ketika lapar, ia pernah mencemoohkan cinta
sebagai sesuatu yang tidak nyata, atau tidak perlu atau tidak penting.
Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu,
pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, keadaan yang tak
menentu.8
d. Kebutuhan untuk Dihargai (The Esteem Needs)
Maslow mengklasifikasikan kebutuhan ini menjadi dua bagian
yaitu, Pertama lebih mengarah pada harga diri. Kebutuhan ini
dianggap kuat, mampu mencapai sesuatu yang memadai, memiliki
keahlian tertentu menghadapi dunia, bebas dan mandiri. Sedangkan
kebutuhan yang lainnya lebih pada sebuah penghargaan. Yaitu
keinginan untuk memiliki reputasi dan pretise tertentu (penghormatan
atau penghargaan dari orang lain). Kebutuhan ini akan memiliki
dampak secara psikologis berupa rasa percaya diri, bernilai, kuat dan
sebagainya.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization).
Kebutuhan inilah yang menjadi puncak tertinggi pencapaian
manusia setalah kebutuhan-kebutuhan di atas terpenuhi. Pencapaian
aktualisasi diri ini berdampak pada kondisi psikologi yang meninggi
8
Ibid, h. 48.
pula seperti perubahan persepsi, dan motivasi untuk selalu tumbuh dan
berkembang.9
Dengan kelima hierarki kebutuhan itulah yang menjadi struktur
kunci Maslow dalam menjelaskan manusia. Konsep fundamental dari
pendirian teori Maslow yaitu manusia dimotivasikan oleh sejumlah
kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak
berubah, dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.
Menurutnya, kebutuhan juga bersifat psikologis, bukan semata-
mata fisiologis. Sebab, kebutuhan inilah yang menjadi inti dari kodrat
manusia. Sedangkan sesuatu itu disebut sebagai kebutuhan dasar
apabila memenuhi beberapa syarat berikut yaitu:
I. Bila tidak terpenuhi dapat menimbulkan penyakit.
II. Memenuhinya dapat mencegah timbulnya penyakit.
III. Pemulihannya dapat menyembuhkan penyakit.
IV. Dalam situasi-situasi tertentu yang sangat kompleks, orang
bebas memilih (seseorang yang sedang kekurangan, akan
cenderung memilih kebutuhan dibanding kepuasan lainnya).
V. Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak
terdapat pada orang yang sehat.10

9
A.H. Maslow, Motivation and Personality, (New York: Harper and Brothers Publisers, 1954),
h. 80.
10
Frank G. Goble, Terj. Drs. A. Supratinya, Madzhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham
Maslow, (Yogyakarta, PT. Kanisius, 1971), h. 70.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Hendro. 2014. Manusia Utuh, Sebuah Kajian atas Pemikiran


Abraham Maslow. Yogyakarta: PT. Kanisius.

Leahy, Louis. 1993. Manusia Sebuah Materi, Sintesis Filosofis tentang


Makhluk Paradoksal. Jakarta: PT. Gramedia.

Mauzaroh, S & Subaidi. (2019). KEBUTUHAN MANUSIA DALAM


PEMIKIRAN ABRAHAM MASLOW. Jurnal Al- Mazahib, 7(2), 17-33.

Goble, Frank G. 1971. Madzhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham


Maslow. Diterjemahkan oleh: Drs. A. Supratinya. Yogyakarta: PT. Kanisius.

Maslow, Abraham. 1984. Motivation and Personality (Teori Motivasi dengan


Ancangan Hirarki Kebutuhan manusia). Diterjemahkan oleh: Nurul Iman. Jakarta:
PT. Gramedia.

Maslow, A.H. 1954. Motivation and Personality. New York: Harper and
Brothers Publisers.
Sejati, Sendang. 2018. Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham H. Maslow Dan
Relevansinya Dengan Kebutuhan Anak Usia Dini Dalam Pendidikan Islam. Skirpsi.
Fakultas Tarbiyah dan Tadris. Institut Agama Islam Negeri (IAIN): Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai