Anda di halaman 1dari 10

Isi teori

A. Teori Belajar Humanistik Menurut Abraham H. Maslow

Teori humanistik (Yusuf, 2007:141) berkembang pada tahun 1950-an sebagai sebuah
teori yang menentang teori-teori psikoanalisis dan behavioristik. Dalam kedua teori tersebut
terdapat “dehumanizing” (melecehkan nilai-nilai manusia), menurut pandangan Maslow
manusia adalah holistic yaitu (whole=menyeluruh). Dimana manusia dipandang dengan
penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, serta perbedaan yang terdapat pada setiap
manusia. Teori Humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat
tinggi. Teori Humanistik meliputi:

Abraham Maslow (1908-1970) mengemukakan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri


dasar yang menjadi nyata sebagai suatu kebutuhan. Macam-macam kebutuhan tersebut
adalah:
1. Kebutuhan fisik/biologis.
2. Kebutuhan akan rasa aman.
3. Kebutuhan akan rasa dimiliki (sense of belonging) dan cinta.
4. Kebutuhan akan penghagaan dan harga diri.
5. Kebutuhan aktualisasi / perwujudan diri.
6. Kebutuhan estetik.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut mempunyai urutan hierarki.
Keempat kebutuhan pertama disebut dengan kebutuhan “deficiency”, teori humanistik adalah
“third force” yaitu kekuatan ketiga dalam psikologi, kekuatan ketiga ini dinamakan
humanistic karena memiliki minat terhadap tingkah laku manusia. Maslow lahir pada 1 April
1908 di Brooklyn, New York. Dengan demikian semua anak-anak mereka didorong untuk
belajar; Maslow anak tertua didorong sangat keras karena ia diakui sebagai seorang
intelektual di usia muda. Para ahli psikologi humanistik mempunyai perhatian terhadap isu-
isu penting tentang eksistensi manusia, seperti : cinta, kreativitas, kesendirian dan
perkembangan diri. Mereka tidak meyakini bahwa manusia dapat mempelajari sesuatu
tentang kondisi manusia melalui penelitian terhadap binatang. Para ahli humanistik memiliki
pandangan yang optimistik terhadap hakikat manusia (Yusuf, 2007:142). Keyakinan mereka
diantaranya adalah:
1. Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri.
2. Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah
lakunya, dalam hal ini manusia bukan pion yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan.
3. Manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran,
kebutuhan irrasional dan konflik.
Pembahasan mengenai teori kepribadian humanistik menurut Maslow (Koeswara,
E.1991:115), maka ajaran dasar psikologi yang akan dibahas antara lain :
1. Individu sebagai keseluruhan yang integral.
Salah satu aspek yang fundamental dari psikologi humanistik adalah ajarannya
bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan
terorganisasi. Maslow merasa bahwa para ahli psikologi di masa lalu maupun sekarang
terlalu banyak membuang waktu untuk menganalisa kejadian-kejadian atau tingkah laku
secara terpisah dan mengabaikan aspek-aspek dasar dari pribadi menyeluruh.
2. Ketidak relevanan penyelidikan dengan hewan
Maslow memandang manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan hewan
apapun. Maslow juga menegaskan bahwa penyelidikan dengan hewan tidak relevan bagi
upaya memahami tingkah laku karena hal itu mengabaikan ciri-ciri yang khas pada
manusia seperti adanya gagasan-gagasan, nilai-nilai, rasa malu, cinta, semangat, humor,
rasa seni, kecemburuan dan sebagainya yang dengan kesemua ciri yang dimilikinya itu
manusia bisa menciptakan pengetahuan, puisi, musik, dan pekerjaan-pekerjaan khas
manusia lain-lainnya.
3. Pembawaan baik manusia
Psikologi humanistic memiliki anggapan bahwa manusia itu pada dasarnya adalah
baik atau lebih tepanya netral. Menurut prespektif humanistik sendiri sebuah kekuatan
jahat atau merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk dan
bukan merupakan bawaan.
4. Potensi kreatif manusia.
Maslow menjelaskan bahwa manusia mempunyai potensi kreatif, yaitu potensi yang
umum yang ada pada manusia. Maslow yakin jika setiap manusia mempunyai atau
menghuni lingkungan yang menunjang setiap orang dengan kreativitasnya maka akan
mampu mengungkapkan segenap potensi yang dimilikinya. Kreativitas merupakan
kekuatan yang mampu mengarahkan manusia untuk mengekspresikan potensi yang ada
dalam dirinya sendiri. Maslow merasa bahwa psikologi terlalu menekankan pada sisi
negative manusia dan mengabaikan kekuatan atau sifat-sifat yang positif. Sebaliknya
Maslow yakin bahwa kita tidak akan bisa memahami gangguan mental sebelum kita
memahami kesehatan mental. Karena itu Maslow mendesakkan perlunya studi atas orang-
orang yang berjiwa sehat sebagai landasan bagi pengembangan psikologi yang universal.

1. Hierarki Kebutuhan Bertingkat


Menurut Maslow (Koeswara E, 1991: 118) manusia merupakan makhluk yang tidak
pernah merasakan kepuasan. Bagi manusia, kepuasan itu sifatnya sementara. Jika suatu
kebutuhan telah terpuaskan, maka kebutuhan yang lain akan muncul dan menuntut pemuasan,
begitu seterusnya. Itulah yang dimaksud kepuasan sementara menurut Maslow. Dan
berdasarkan ciri yang demikian, Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang ada
pada manusia adalah merupakan bawaan tersusun menurut tingkatan atau bertingkat. Konsep
maslow tentang hierarki kebutuhan bahwa kebutuhan yang lebih rendah tingkatnya harus
dipuaskan terpenuhi secara relatif sebelum kebutuhan yang lebih tinggi tingkatnya menjadi
motivator tindakan. Lima kebutuhan yang membentuk hierarki kebutuhan ini merupakan
kebutuhan- kebutuhan konatif, artinya bercirikan daya juang atau motivasi. Kebutuhan ini
sering disebut dengan kebutuhan dasar atau kebutuhan yang mendasar pada manusia, dapat
disusun dalam sebuah hierarki atau tangga jenjang, dimana setiap anak tangga selalu
mengarah pada anak tangga yang ada di atasnya, mencerminkan adanya dorongan menuju
kebutuhan di tingkatan lebih tinggi sekaligus menjadi syarat utama untuk bisa bertahan hidup
lebih jauh.
Menurut Maslow (Koeswara E, 1991:119) kebutuhan manusia itu ada lima tingkatan
yaitu :
a. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya
karena berkaitan langsung dengan kebutuhan biologis dan kelangsungan hidup, diantaranya
adalah kebutuhan akan makanan, air, udara, aktif, istirahat, keseimbangan temperature, seks
dan kebutuhan akan stimulasi sensoris. Oleh karena itu kebutuhan fisiologis merupakan
kebutuhan yang paling utamakan oleh mnusia dari kebutuhan yang lain.
b. Kebutuhan akan rasa aman.
Kebutuhan yang dominan dan menuntut pemuasan, yakni kebutuhan akan rasa aman.
Yang dimaksud Maslow dengan kebutuhan akan rasa aman ini adalah sesuatu kebutuhan
yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari
keadaan lingkungan. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan akan rasa aman ini sangat
nyata dan bisa diamati pada bayi, anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua karena
ketidakberdayaan mereka.
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki.
Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong
individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain,
baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis, di lingkungan keluarga maupun
lingkungan di masyarakat.
d. Kebutuhan akan rasa harga diri.
Kebutuhan ini dibagi menjadi dua bagian yakni yang pertama adalah penghormatan
atau penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang
lain. Bagian pertama mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri,
kekuatan pribadi, kemadirian, dan kebebasan. Individu ingin mengetahui yakin bahwa dirinya
berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Adapun bagian kedua
meliputi antara lain prestasi. Dalam hal ini individu butuh penghargaan atas apa-apa yang
dilakukannya.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Maslow mengatakan kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk
menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Atau hasrat
individu untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang
dimilikinya. Siapapun yang sudah mencapai tingkat aktualisasi diri berarti menjadi manusia
seutuhnya, sanggup memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bagi orang lain hanya terlihat
samar-samar atau bahkan tidak pernah dilihatnya sama sekali.

Sebagai tambahan bagi lima kebutuhan konatif ini, Maslow (Feist dan Gregory, 2008 : 247)
juga mengidentifikasikan tiga kebutuhan dari kategori yang lain yaitu : kebutuhan estetis,
kebutuhan kognitif, dan kebutuhan neurotik.
1. Kebutuhan estetis tidak seperti kebutuhan konatif,
kebutuhan disetiap budaya termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan dan
pengalaman-pangalaman yang menyenangkan secara estetis. Orang dengan kebutuhan estetis
kuat menginginkan lingkungan sekeliling yang indah dan teratur, dan jika kebutuhan-
kebutuhan ini tidak terpenuhi, mereka akan menjadi sakit karena kebutuhan konatifnya
terhambat.
2. Kebutuhan kognitif
Maslow (1970) menyebut keinginan-keinginan ini dengan sebutan kebutuhan
kognitif. Maslow (1968, 1970), ia percaya bahwa pribadi yang sehat ingin tahu lebih banyak,
berteori sesuatu, menguji hipotesis, memecahkan misteri atau menemukan bagaimana sesuatu
bekerja hanya demi kepuasan mengetahui itu saja.
3. Kebutuhan Neurotik
Maslow (1976) Menurut definisinya kebutuhan neorotik bersifat non produktif.
Kebutuhan ini hanya mendesakkan terus menerus gaya hidup tidak sehat dan tanpa nilai
dalam perjuangan mereka untuk aktualisasi diri.

2. Kepribadian Yang Sehat


Menurut Maslow (Yusuf, 2007:161) bahwa seseorang akan memiliki kepribadian
yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self-
actualizing person). Seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan dirinya dan tidak
termotivasi untuk mengejar sesuatu (tujuan) yang khusus, mereduksi ketegangan, atau
memuaskan suatu kekurangan. Dia berada dalam keadaan yang menjadi baik yaitu spontan,
alami, dan senang mengekspresikan potensinya secara penuh. Sementara motivasi bagi orang
yang tidak mampu mengaktualisasikan dirinya, dia namai D-motivation atau deficiency. Tipe
motivasi ini cenderung mengejar hal yang khusus untuk memenuhi kekurangan dalam
dirinya, seperti mencari makanan untuk memenuhi rasa lapar. Ini berarti bahwa kebutuhan
khusus (lapar) untuk tujuan yang khusus (makanan) menghasilkan motivasi untuk
memperoleh sesuatu dirasakannya kurang (mencari makanan). Motif ini tidak hanya
berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, tetapi juga rasa aman, cinta kasih, dan
penghargaan. Maslow selanjutnya mengatakan bahwa kegagalan dalam memuaskan akan
berdampak kurang baik individu, sebab dapat menggagalkan pemuasan kebutuhan yang
lainnya, dan juga melahirkan metapatologi yang dapat merintangi perkembangannya.
Metapalogi merintangi self-actualizers untuk mengekspresikan, menggunakan, memenuhi
potensinya, merasa tidak berdaya, dan depresi. Individu tidak mampu mengidentifikasi
sumber penyebab khusus dari masalah yang dihadapinya dan usaha untuk mengatasinya

3. Aplikasi Teori Kepribadian Humanistik


Teori kepribadian humanistic (Koeswara E, 1991: 133) merupakan teori yang
menekankan pada kualitas manusia yang unik, serta memiliki potensi untuk mengembangkan
dirinya. Teori ini menjelaskan bahwa manusia itu pada dasarnya mempunyai sifat yang
beragam dan berbagai pemikiran yang berbeda. Dan pada dasarnya manusia juga mempunyai
potensi untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing- masing
individu. Menurut Maslow kebutuhan manusia itu dibagi menjadi lima tingkatan. Pada
hakikatnya manusia memang memiliki banyak keinginan-keinginan yang muncul dari dalam
diri individu maupun dari lingkungan sekitarnya. Karena itu, hal tersebut dapat memacu
individu agar berusaha mencapai kebutuhan-kebutuhan tersebut. Supaya kebutuhan-
kebutuhan tersebut tercapai maka individu tersebut membutuhkan lingkungan atau orang lain.
Hendaknya konselor dapat memposisikan dirinya agar dapat memahami kebutuhan-
kebutuhan yang diinginkan oleh kliennya. Kepribadian yang sehat itu terbentuk setelah
individu dapat mengaktualisasikan dirinya seutuhnya. Dalam proses bimbingan hendaknya
konselor dapat membantu kliennya agar menjadi pribadi yang sehat serta dapat mencapai
keinginan yang ada dalam individu tersebut, serta menggali potensi- potensinya

B. Teori Humanistik Menurut Carl Rogers


Teori humanistik Rogers menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat
pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang berpusat
pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan
person to person). Namun istilah person centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram serta putus asa
dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia seperti
robot. Teori ini lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia
mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian
humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang
menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga
diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:
a. Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
b. Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau
pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk
menyelesaikan masalahnya.
1. Struktur Kepribadian
Mengamati bagaimana kepribadian yang dimiliki manusia berubah dan berkembang.
Terdapat tiga dasar penting, yaitu Organisme, Medan fenomena, dan self.
- Organisme, mencakup tiga hal yaitu: Mahkluk hidup, organisme adalah mahkluk
lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan merupakan tempat semua
pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi
seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia eksternal
- Realitas Subyektif, Oranisme menganggap dunia seperti yang dialami dan
diamatinya. Realita adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk
tingkah laku.
- Holisme, Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu
bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi
dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan
diri.
2. Medan Fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal,
baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan seluruh
pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi
subyektifnya.
3. Diri
Konsep diri terbentuk mulai masa balita ketika pengalaman awal membentuk kepribadiannya
dan menjadi semakin mawas diri akan identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang
terasa baik atau buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk,
maka aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk
mengaktualisasikan diri sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran. Sehingga
kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman organik individual, sebagai
suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.
Diri dibagi atas dua subsistem, diantaranya adalah:
1. Konsep diri: penggabungan keseluruhan aspek keberadaan dan pengalaman seseorang
yang disadari oleh individu.
2. Diri ideal : Cita-cita seseorang akan dirinya sendiri. Terjadinya kesenjangan akan
menyebabkan ketidak-seimbangan dan kepribadian menjadi tidak sehat.
Menurut Rogers ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi diri, yaitu
Kesadaran, tanpa adanya ketidak sadaran maka konsep diri serta diri ideal tidak akan ada.
Ada 3 tingkatan dari kesadaran yaitu:
 Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau disangkal.
 Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis, akan secara langsung diakui
oleh struktur diri.
 Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi, jika pengalaman itu tidak sesuai
dengan diri sendiri, maka dibentuk kembali dan diditorsikan sehingga tidak dapat
diasimilasikan oleh konsep diri.
 Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara dan
keamanan, sehingga tubuh akan cenderung ungun untuk statis dan menolak untuk
berkembang.
 Peningkatan diri, meskipun tubuh menolak untuk berkembang, tetapi diri mempunyai
kemampuan untuk belajar dan berubah.
 Penghargaan posistif, kebutuhan untuk dicintai, disukai atau diterima oleh orang lain.
 Penghargaan diri yang positif, sebagai hasil dari pengalaman dengan kepuasan atau
frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari kepuasan atau kebahagiaan.
Dinamika kepribadian
Dalam dinamika kepribadian ada tiga faktor:
1. Penerimaan positif, yaitu orang merasa puas menerima apa yang diberikan orang lain
terhadapnya dan begitu sebaliknya
2. Konsistensi dan salingsuai, organisme berfungsi untuk memelihara konsisten dari
persepsi diri, salingsuai antara persepsi diri dengan pengalaman
3. Aktualisasi diri, kecenderungan diri untuk memelihara diri dan juga peningkatan diri
Perkembangan Kepribadian
Kekuatan yang tumbuh pada semua orany yang mendorong orang untuk semakin komples,
ekspansi, sosial, otonom, dan menjadi pribadi yang berfungsi utuh (Fully Function Person).
Ada lima ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya, yaitu
1. Terbuka untuk mengalami (openess to experience), orang yang terbuka mampu
mendengarkan dirinya sendiri, dan mendengarkan orang lain membual menimbulkan
rasa muak.
2. Hidup menjadi (Existential living), kecenderungan untuk hidup sepenuhnya. Disini
orang menjadi fleksibel, adaptasi, toleran dan juga spontan.
3. Keyakinan organismik (Organismic Trusting), orang dalam mengambil keputusan
berdasarkan pengalamnnya sendiri. Serta mengerjakan apa yang dirasa ia benar
4. Pengalaman kebebasa (Experiental Freedom), pengalaman yang bebas dengan cara
sendiri, tanpa adanya tekanan atau hambatan. Seseorang akan meraa mampu dan
yakin dengan apa yang ia kerjakan
5. Kreatifitas (Creativity), orang dengan kehidupan yang baik kemungkinan besar
memnunculkan produk kreatif dan hidup kreatif
Aplikasi Teori Humanistik dalam pendidikan
Dalam pendidikan dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitator dalam belajar yaitu, (a) realitas
didalam fasilitator belajar: seorang fasilitator menjadikan dirinya sendiri dan tidak
menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan dengan pelajar (b)
penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan: menghargai pendapat, perasaan dan sebagainya
membuat timbulnya penerimaan akan satu dengan lainnya. (c) pengertian yang empati: guru
harus memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai
atau mengevalusi, ini berdasarkan pandangan murid.

Teori belajar humanistik menurut Arthur Combs


Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar ini mampu dalam memahami lingkungannya
dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,bukan dari sudut pandang
pengamatnya
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Disini guru sebagai tenang pendidik
tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak sesuai dengan kehidupan mereka.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena mareka bodoh, melainkan karena
mereka tidak mau dan terpaksa dalam mempelajarinya serta merasa sebenarnya tidak ada
alasan penting dalam mempelajari hal tersebut. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan
memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan
mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Dan
belajar menempatkan diri pada posisi dimana siswa.
Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa
banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal yang terpenting ialah
bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran
tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Tujuan teori humanistik
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa
siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan dengan
sebagaimana mestinya. Ia mengambarkan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran yang bertitik pusat satu:
- Lingkaran kecil: gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar.
- Lingkungan besar: gambaran dari persepsi dunia, disini hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri sendiri, makin mudah hal itu terlupakan.

Anda mungkin juga menyukai