Anda di halaman 1dari 10

BIOGRAFI ABRAHAM MASLOW,

TEORI HUMANISTIK
DAN APLIKASI DALAM PEMBELAJARAN

Tugas Mata Kuliah Filsafat Pembelajaran


Dosen Pengampu: Prof. Dr. Endang Fauziati

Disusun oleh:
RIDO WAHYURI (Q100190010)

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019

1
TEORI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW

Biografi Abraham Maslow


Abraham Harold Maslow adalah salah seorang tokoh psikologi terkenal
dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908.[2] Maslow
dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orang tua yang tidak
mengenyam pendidikan tinggi.[3] Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak
yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa
dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang
mayoritas dihuni oleh non Yahudi. 1
Setelah menyelesaikan sekolah menengah, Maslow belajar hukum di City
College of New York (CCNY). Setelah kuliah tiga semester, pada tahun 1927 dia
pindah ke Cornell dan kemudian balik lagi ke New York. Setelah menyelesaikan
studi di City College, dia melanjut studinya di University of Wisconsin untuk
belajar psikologi. Pada tahun 1928, dia kawin dengan sepupunya Bertha
Goodman yang masih sekolah di sekolah menengah pada saat itu. Dia bersama
Bertha menghabiskan waktu bekerja dengan Harry Harlow untuk penelitian yang
sangat terkenanl tentang monyet2.
Maslow mendapatkan sarjananya (BA) pada tahun 1930, masternya pada
tahun 1931 dan Doktor (Ph.D) nya pada tahun 1934, semuanya dalam bidang
psikologi di Univestas Wisconsin. Setahun setelah selesai kuliahnya, dia kembali
ke New York untuk bekerja bersama E.L. Trorndike di Universitas Columbia,
dimana Maslow menjadi sangat tertarik melakukan penelitian tentang seksualitas
manusia.3
Maslow kemudian memperdalam riset dan studinya di Universitas
Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia bertemu dengan

1 Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow
2 Masbur, Internalisasi nilai-nilai kependidikan Perspektif Abraham Maslow, Jurnal Ilmiah Edukasi
Vol 1, Nomor 1, Juni 2015, h. 36
3 ibid

2
mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund
Freud. 4
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn
College. Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth
Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt psikolog,
yang ia kagumi secara profesional maupun personal. Kedua orang inilah yang
kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia,
kesehatan mental, dan potensi manusia. Ia menulis dalam subjek-subjek ini
dengan mendalam. Tulisannya banyak meminjam dari gagasan-gagasan
psikologi, namun dengan pengembangan yang signifikan. Penambahan tersebut
khususnya mencakup hierarki kebutuhan, berbagai macam kebutuhan, aktualisasi
diri seseorang, dan puncak dari pengalaman. Maslow menjadi pelopor aliran
humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an.
Pada masa ini, ia dikenal sebagai "kekuatan ke tiga" di samping teori Freud dan
behaviorisme.
Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969,
dan menjabat ketua departemen psikologi di sana selama 10 tahun. Di sinilah ia
bertemu dengan Kurt Goldstein (yang memperkenalkan ide aktualisasi diri
kepadanya) dan mulai menulis karya-karyanya sendiri. Di sini ia juga mulai
mengembangkan konsep psikologi humanistik.
Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia
meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian, Pada tahun
1967, Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar Humanist of the Year5.

Teori Humanistik
Dalam Encyclopedia of Philoshopy Paul Edward menjelaskan humanisme
adalah sebuah gerakan filsafat dan literatur yang bermula dari Italia pada
pertengahan abad ke 14 kemudian menjalar ke negara-negara Erofa lainnya.
Gerakan ini menjadi satu faktor munculnya peradaban baru. Menurutnya

4 Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow
5 ibid

3
humanisme adalah paham filsafat yang menjunjung tinggi nilai dan kedudukan
manusia serta menjadikannya sebagai kriteria segala sesuatu. Konsep utama dari
pemikiran pendidikan humanistik menurut Mangunwijaya adalah “Menghormati
harkat dan martabat manusia. Hal mendasar dalam pendidikan humanistik adalah
keinginan untuk mewujudkan lingkungan belajar yang menjadikan peserta didik
terbebas dari kompetisi yang hebat, kedisiplinan yang tinggi, dan takut gagal
(Akhmadi, 2018:2).
Pada dasarnya, teori humanistik lebih cenderung memperhatikan
perkembangan kepribadian manusia yang berusaha untuk membangun dirinya
bertindak positif. Hal inilah yang disebut sabgai potensi manusia. Para
pendidikan yang beraliran humanism biasanya memfokuskan pengajarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi
positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang
sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Humanistik
tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh
maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-
pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.6
Pendekatan humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral,
memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia
menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa
manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya.
Pendekatan eksistensial humanistik secara tajam berfokus pada fakta- fakta utama
keberadaan manusia, kesadaran diri, dan kebebasan yang konsisten.7

6 Masbur, Internalisasi nilai-nilai kependidikan Perspektif Abraham Maslow, Jurnal Ilmiah Edukasi
Vol 1, Nomor 1, Juni 2015, h. 36
7 Corey, Gerald, 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung : Refika Aditama,

Hal:84

4
Teori Humanistik Abraham Maslow
Humanistik yang dibangun oleh Maslow selalu memprioritaskan pada
harapan besar terhadap manusia, karena manusia memiliki potensi inner yang
memungkinkan untuk dioptimalkan. Keadaan ini tersirat dalam ungkapannya,
yaitu: “untuk melihat kecepatan lari manusia, maka tidak perlu untuk mengambil
kecepatan rata-rata dari kelompok orang yang diteliti, tetapi lebih baik kita
mengumpulkan para peraih medali emas pada olimpiade-olimpiade dan melihat
betapa cepatnya mereka mampu berlari”8
Individu merupakan keseluruhan yang padu dan teratur. “Adalah aneh,
tidak lazim,” katanya, “bahwa suatu tindakan atau suatu keinginan sasar hanya
memiliki satu motivasi.” Dengan kata lain, seluruh pribadinyalah yang
digerakkan oleh motivasi, bukan hanya sebagian dari prangnya. Jika seseorang
merasa lapar maka yang lapar adalah seluruh dirinya; dialah yang menginginkan
makanan, bukan hanya perutnya.9
Prinsip fundamental dari teori Humanistik maslow adalah bahwa manusia
dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh
spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.10
Teori Humanistik dari tokoh terkenal Maslow adalah teori hirarki
kebutuhan manusia, yang lebih kenal dengan Maslow’s Needs Hierarchy
Theory/A Theory of Human Motivation. Menurutnya, seseorang bertindak
ataupun bekerja dikarenakan tuntutan berbagai macam kebutuhan. Maslow
berpandangan, kebutuhan seseorang sifatnya berjenjang, dari kebutuhan pertama,
kedua hingga kelima.
Maslow menjabarkan lima lapisan kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan keselamatan dan keamanan, kebutuhan akan cinta dan
kepemilikan, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri.

8 Abraham Maslow, The Farther Reaches of Human Nature, (New York: Penguin Books, 1976),
hal. 7
9 Goble, Frank G, 1987. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta :

Kanisius Hal:69
10 Goble, Frank G, 1987. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta :

Kanisius Hal:70

5
Untuk menjelaskan kelima jenjang kebutuhan tersebut, digambarkan
dalam sebuah piramid sebagai berikut:

Kelima jenjang kebutuhan tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:11


1. Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan berkaitan dengan fisik seseorang.
Yang paling dasar, paling kuat dan paling jelas dari antara sekian kebutuhan
manusia adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik,
yaitu kebutuhannya akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur
dan oksigen.
2. Kebutuhan akan rasa aman.
Segera setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya,
muncullah apa yang oleh Maslow dilukiskan sebagai kebutuhan-kebutuhan
akan rasa aman.
3. Kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan kasih sayang.
Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman sudah terpenuhi,
maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-
dimiliki. Selanjutnya orang akan mendambakan hubungan penuh kasih
sayang dengan orang lain pada umumnya, khususnya kebutuhan rasa

11Goble, Frank G, 1987. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta :
Kanisius Hal:71-76

6
memiliki tempat di tengah kelompoknya, dan ia akan berusaha keras untuk
memenuhi kebutuhan ini.
4. Kebutuhan akan penghargaan
Setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan: yakni
harga diri dan penghargaan dari orang lain. 1) Harga diri meliputi kebutuhan
akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan dan kebebasan. 2) Penghargaan dari orang lain meliputi
prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta
penghargaan.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Pemaparan ini
tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan dan
menggunakan kemampuan, oleh Maslow disebut aktualisasi diri, merupakan
salah satu aspek penting teorinya tentang motivasi pada manusia.
Pada tahap berikutnya jenjang kebutuhan berkembang menjadi sebagai berikut:

7
Pendekatan Humanistik Maslow dalam Pembelajaran
Dalam paparan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa teori Humanistik
Maslow lebih menekankan upaya untuk memanusiakan manusia. Orientasinya
adalah pada model pembelajaran yang mencerminkan pemenuhan kebutuhan
kemanusiaan bagi siswa. Dalam hal ini orang tua dan guru diarahkan untuk
bertidak sebagai motivator dan fasilitator dalam memenuhi kebutuhan psikologis
mereka. Lebih lengkap Maslow menerangkannya dalam teori Humanistiknya.
Potensi-potensi unik yang dimiliki siswa dimotivasi dengan contoh dari
orang tua, pergaulan dengan teman, penyampaian wawasan dan pengalaman
langsung. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada
proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuk yang paling ideal.12
Anak belajar bukan karena ia dipaksa untuk belajar, akan tetapi belajar
berdasarkan keinginannya untuk mengetahui sesuatu yang ada dilingkungannya.
Hal ini datang dari dalam diri anak, misalnya keinginan anak untuk mencapai
keberhasilan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Keberhasilan yang
diperoleh akan merupakan hadiah bagidirinya sendiri.13
Adanya reward menurut humanistik adalah dari diri sendiri. Pendekatan
pendidikan yang bersifat child centered mengandung implikasi bahwa anak
bertanggungjawab atas pilihan- pilihan yang ditentukannya di dalam proses
pendidikan yang diikutinya dan anak mendapatkan kesempatan yang luas dalam
mengaktualisasikan berbagai kemampuanyang dimilikinya.14
Habermas dalam hal ini mengajukan model pembelajaran yang bisa
diselenggarakan adalah sebagai berikut :

12Akhmadi, Humanistik ; Dari Teori Hingga Implementasinya Dalam Pembelajaran. slamic


Akademika, Edisi (9) 2018 No. 1
13 Jamaris, Martini, 2013. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta : Ghalia Indonesia,
Hal:: 163
14 Jamaris, Martini, 2013. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta : Ghalia Indonesia,

Hal:: 163

8
a. Technical Learning, belajar teknis berarti belajar sebagaimana manusia
dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
b. Practical Learning, dalam artian bahwa manusia dapat belajar dengan
lingkungan sosial yaitu dengan orang-orang disekitarnya dengan baik.
c. Emancipatory Learning, dimana manusia mencapai suatu pemahaman dan
kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya
dalam lingkungna sosial.15
Lain halnya dengan Kolb yang mengajukan bahwa dalam pembelajaran
perlu ditekankan pada pengalaman, dengan modelnya yaitu Experencial
Learning. Experencial learning menekankan pada kapasitas manusia untuk
merekonstruksi pangalaman kemudian memaknainya.16

Disamping itu, menggambarkan bahwa model pembelajaran yang relevan


dengan pendidikan humanistik adalah Cooperative learning, yang merupakan
metode pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk
menumbuhkembangkan perasaan sosial, pengendalian emosi dan perilaku siswa
serta pengembangan kemampuan intelektual siswa di dalam lingkungan belajar
yang menekankan kesetaraan, kebersamaan dan saling menghargai.

Daftar Pustaka
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow
2. Masbur, Internalisasi nilai-nilai kependidikan Perspektif Abraham Maslow,
Jurnal Ilmiah Edukasi Vol 1, Nomor 1, Juni 2015, h. 36
3. Corey, Gerald, 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung :
Refika Aditama, Hal:84
4. Abraham Maslow, The Farther Reaches of Human Nature, (New York:
Penguin Books, 1976)

15 Akhmadi, Humanistik ; Dari Teori Hingga Implementasinya Dalam Pembelajaran. slamic


Akademika, Edisi (9) 2018 No. 1
16 Akhmadi, Humanistik ; Dari Teori Hingga Implementasinya Dalam Pembelajaran. slamic

Akademika, Edisi (9) 2018 No. 1

9
5. Goble, Frank G, 1987. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham
Maslow. Yogyakarta : Kanisius
6. Akhmadi, Humanistik ; Dari Teori Hingga Implementasinya Dalam
Pembelajaran. slamic Akademika, Edisi (9) 2018 No. 1
7. Jamaris, Martini, 2013. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta :
Ghalia Indonesia

10

Anda mungkin juga menyukai