TEORI HUMANISTIK
DAN APLIKASI DALAM PEMBELAJARAN
Disusun oleh:
RIDO WAHYURI (Q100190010)
1
TEORI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW
1 Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow
2 Masbur, Internalisasi nilai-nilai kependidikan Perspektif Abraham Maslow, Jurnal Ilmiah Edukasi
Vol 1, Nomor 1, Juni 2015, h. 36
3 ibid
2
mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund
Freud. 4
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn
College. Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth
Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt psikolog,
yang ia kagumi secara profesional maupun personal. Kedua orang inilah yang
kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia,
kesehatan mental, dan potensi manusia. Ia menulis dalam subjek-subjek ini
dengan mendalam. Tulisannya banyak meminjam dari gagasan-gagasan
psikologi, namun dengan pengembangan yang signifikan. Penambahan tersebut
khususnya mencakup hierarki kebutuhan, berbagai macam kebutuhan, aktualisasi
diri seseorang, dan puncak dari pengalaman. Maslow menjadi pelopor aliran
humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an.
Pada masa ini, ia dikenal sebagai "kekuatan ke tiga" di samping teori Freud dan
behaviorisme.
Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969,
dan menjabat ketua departemen psikologi di sana selama 10 tahun. Di sinilah ia
bertemu dengan Kurt Goldstein (yang memperkenalkan ide aktualisasi diri
kepadanya) dan mulai menulis karya-karyanya sendiri. Di sini ia juga mulai
mengembangkan konsep psikologi humanistik.
Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia
meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian, Pada tahun
1967, Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar Humanist of the Year5.
Teori Humanistik
Dalam Encyclopedia of Philoshopy Paul Edward menjelaskan humanisme
adalah sebuah gerakan filsafat dan literatur yang bermula dari Italia pada
pertengahan abad ke 14 kemudian menjalar ke negara-negara Erofa lainnya.
Gerakan ini menjadi satu faktor munculnya peradaban baru. Menurutnya
4 Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow
5 ibid
3
humanisme adalah paham filsafat yang menjunjung tinggi nilai dan kedudukan
manusia serta menjadikannya sebagai kriteria segala sesuatu. Konsep utama dari
pemikiran pendidikan humanistik menurut Mangunwijaya adalah “Menghormati
harkat dan martabat manusia. Hal mendasar dalam pendidikan humanistik adalah
keinginan untuk mewujudkan lingkungan belajar yang menjadikan peserta didik
terbebas dari kompetisi yang hebat, kedisiplinan yang tinggi, dan takut gagal
(Akhmadi, 2018:2).
Pada dasarnya, teori humanistik lebih cenderung memperhatikan
perkembangan kepribadian manusia yang berusaha untuk membangun dirinya
bertindak positif. Hal inilah yang disebut sabgai potensi manusia. Para
pendidikan yang beraliran humanism biasanya memfokuskan pengajarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi
positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang
sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Humanistik
tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh
maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-
pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.6
Pendekatan humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral,
memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia
menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa
manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya.
Pendekatan eksistensial humanistik secara tajam berfokus pada fakta- fakta utama
keberadaan manusia, kesadaran diri, dan kebebasan yang konsisten.7
6 Masbur, Internalisasi nilai-nilai kependidikan Perspektif Abraham Maslow, Jurnal Ilmiah Edukasi
Vol 1, Nomor 1, Juni 2015, h. 36
7 Corey, Gerald, 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung : Refika Aditama,
Hal:84
4
Teori Humanistik Abraham Maslow
Humanistik yang dibangun oleh Maslow selalu memprioritaskan pada
harapan besar terhadap manusia, karena manusia memiliki potensi inner yang
memungkinkan untuk dioptimalkan. Keadaan ini tersirat dalam ungkapannya,
yaitu: “untuk melihat kecepatan lari manusia, maka tidak perlu untuk mengambil
kecepatan rata-rata dari kelompok orang yang diteliti, tetapi lebih baik kita
mengumpulkan para peraih medali emas pada olimpiade-olimpiade dan melihat
betapa cepatnya mereka mampu berlari”8
Individu merupakan keseluruhan yang padu dan teratur. “Adalah aneh,
tidak lazim,” katanya, “bahwa suatu tindakan atau suatu keinginan sasar hanya
memiliki satu motivasi.” Dengan kata lain, seluruh pribadinyalah yang
digerakkan oleh motivasi, bukan hanya sebagian dari prangnya. Jika seseorang
merasa lapar maka yang lapar adalah seluruh dirinya; dialah yang menginginkan
makanan, bukan hanya perutnya.9
Prinsip fundamental dari teori Humanistik maslow adalah bahwa manusia
dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh
spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.10
Teori Humanistik dari tokoh terkenal Maslow adalah teori hirarki
kebutuhan manusia, yang lebih kenal dengan Maslow’s Needs Hierarchy
Theory/A Theory of Human Motivation. Menurutnya, seseorang bertindak
ataupun bekerja dikarenakan tuntutan berbagai macam kebutuhan. Maslow
berpandangan, kebutuhan seseorang sifatnya berjenjang, dari kebutuhan pertama,
kedua hingga kelima.
Maslow menjabarkan lima lapisan kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan keselamatan dan keamanan, kebutuhan akan cinta dan
kepemilikan, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri.
8 Abraham Maslow, The Farther Reaches of Human Nature, (New York: Penguin Books, 1976),
hal. 7
9 Goble, Frank G, 1987. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta :
Kanisius Hal:69
10 Goble, Frank G, 1987. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta :
Kanisius Hal:70
5
Untuk menjelaskan kelima jenjang kebutuhan tersebut, digambarkan
dalam sebuah piramid sebagai berikut:
11Goble, Frank G, 1987. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta :
Kanisius Hal:71-76
6
memiliki tempat di tengah kelompoknya, dan ia akan berusaha keras untuk
memenuhi kebutuhan ini.
4. Kebutuhan akan penghargaan
Setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan: yakni
harga diri dan penghargaan dari orang lain. 1) Harga diri meliputi kebutuhan
akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan dan kebebasan. 2) Penghargaan dari orang lain meliputi
prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta
penghargaan.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Pemaparan ini
tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan dan
menggunakan kemampuan, oleh Maslow disebut aktualisasi diri, merupakan
salah satu aspek penting teorinya tentang motivasi pada manusia.
Pada tahap berikutnya jenjang kebutuhan berkembang menjadi sebagai berikut:
7
Pendekatan Humanistik Maslow dalam Pembelajaran
Dalam paparan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa teori Humanistik
Maslow lebih menekankan upaya untuk memanusiakan manusia. Orientasinya
adalah pada model pembelajaran yang mencerminkan pemenuhan kebutuhan
kemanusiaan bagi siswa. Dalam hal ini orang tua dan guru diarahkan untuk
bertidak sebagai motivator dan fasilitator dalam memenuhi kebutuhan psikologis
mereka. Lebih lengkap Maslow menerangkannya dalam teori Humanistiknya.
Potensi-potensi unik yang dimiliki siswa dimotivasi dengan contoh dari
orang tua, pergaulan dengan teman, penyampaian wawasan dan pengalaman
langsung. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada
proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuk yang paling ideal.12
Anak belajar bukan karena ia dipaksa untuk belajar, akan tetapi belajar
berdasarkan keinginannya untuk mengetahui sesuatu yang ada dilingkungannya.
Hal ini datang dari dalam diri anak, misalnya keinginan anak untuk mencapai
keberhasilan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Keberhasilan yang
diperoleh akan merupakan hadiah bagidirinya sendiri.13
Adanya reward menurut humanistik adalah dari diri sendiri. Pendekatan
pendidikan yang bersifat child centered mengandung implikasi bahwa anak
bertanggungjawab atas pilihan- pilihan yang ditentukannya di dalam proses
pendidikan yang diikutinya dan anak mendapatkan kesempatan yang luas dalam
mengaktualisasikan berbagai kemampuanyang dimilikinya.14
Habermas dalam hal ini mengajukan model pembelajaran yang bisa
diselenggarakan adalah sebagai berikut :
Hal:: 163
8
a. Technical Learning, belajar teknis berarti belajar sebagaimana manusia
dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
b. Practical Learning, dalam artian bahwa manusia dapat belajar dengan
lingkungan sosial yaitu dengan orang-orang disekitarnya dengan baik.
c. Emancipatory Learning, dimana manusia mencapai suatu pemahaman dan
kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya
dalam lingkungna sosial.15
Lain halnya dengan Kolb yang mengajukan bahwa dalam pembelajaran
perlu ditekankan pada pengalaman, dengan modelnya yaitu Experencial
Learning. Experencial learning menekankan pada kapasitas manusia untuk
merekonstruksi pangalaman kemudian memaknainya.16
Daftar Pustaka
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow
2. Masbur, Internalisasi nilai-nilai kependidikan Perspektif Abraham Maslow,
Jurnal Ilmiah Edukasi Vol 1, Nomor 1, Juni 2015, h. 36
3. Corey, Gerald, 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung :
Refika Aditama, Hal:84
4. Abraham Maslow, The Farther Reaches of Human Nature, (New York:
Penguin Books, 1976)
9
5. Goble, Frank G, 1987. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham
Maslow. Yogyakarta : Kanisius
6. Akhmadi, Humanistik ; Dari Teori Hingga Implementasinya Dalam
Pembelajaran. slamic Akademika, Edisi (9) 2018 No. 1
7. Jamaris, Martini, 2013. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta :
Ghalia Indonesia
10