PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori kepribadian merupakan deskripsi organisasi tingkah laku secara
sistematis. Kepribadian disebut organisasi karena bukan merupakan bentuk perilaku
tunggal dan tersendiri, melainkan terdiri dari banyak tingkah laku. Kemunculan satu
tingkah laku terjadi melalui faktor latar belakang, sebab musabab, pendorong sasaran,
dan tujuan. Faktor-faktor tersebut diletakkan dalam satu kerangka yang saling
berhubungan. Kepribadian atau personality merupakan salah satu kajian psikologi
yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian, atau temuan-temuan yang dikemukakan
oleh para ahli, yang objek kajiannya adalah perilaku manusia sekaitan dengan apa,
mengapa, dan bagaimana manusia berperilaku (Yusuf & Nurihsan, 2013).
Pembahasan terkait kepribadian atau personality tidak hanya membicarakan tentang
mengapa individu berperilaku, tetapi juga mengapa individu, antara yang satu dengan
yang lainnya, memiliki perbedaan dan keunikan masing-masing dalam berperilaku
(Boeree, 2013).
Pandangan tentang konsep teori kepribadian banyak digunakan oleh beberapa
keilmuan yang membahas keseluruhan manusia sebagai objek material kajiannya,
termasuk salah satunya keilmuan bimbingan dan konseling. Teori kepribadian
mempunyai peranan penting dalam pendekatan konseling, yang mana konseling
merupakan suatu proses interaksi antar konselor dan konseli dalam upaya membantu
pemecahan masalah yang dihadapi oleh konseli. Penyelesaian masalah yang dihadapi
oleh suatu individu tentunya menggunakan berbagai pendekatan yang berkaitan
dengan teori-teori kepribadian. Terdapat tiga teori besar yang dalam pembahasan
tentang teori-teori kepribadian, yaitu psikoanalisis, behaviorisme, dan humanisme
(McCrae & Costa, 2006).
Teori humanistik berkembang sekitar tahun 1950, sebagai teori yang
menentang teori-teori psikoanalisis dan behavioristik. Dikritik karena kedua teori
kedua-duanya bersifat “dehumanizing” (melecehkan nilai-nilai manusia), kedua teori
tersebut memandang manusia sebagai individu yang tidak berdaya, dikontrol oleh
lingkungan dan masa lalu, dan sedikit sekali kemampuan untuk mengarahkan diri.
Padahal manusia juga harus di pandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap
harga dirinya, perkembangan pribadinya, perbedaan individualnya dan dari sudut
pandang kemanusiaan nya itu sendiri. Psikologi seharusnya masuk dalam topik-topik
yang selama ini hampir tidak pernah diteliti oleh aliran-aliran behaviorisme dan
psikoanaalisis, seperti cinta, kreativitas, pertumbuhan, aktualisasi diri, kemandirian,
tanggung jawab, dan sebagainya. Pandangan seperti inilah yang disebut pandangan
humanistik. Teori Humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan
psikologis tingkat tinggi. Humanisme memberitakan tentang kehormatan dan nilai
umat manusia secara keseluruhan dan kapasitasnya untuk mengaktualisasikan diri.
Para teoris humanisme menentang apa yang mereka lihat sebagai pesimisme dan
keputusasaan perspektif psikoanalisis dan konsep manusia sebagai “robot” yang
diajukan oleh behaviorisme. Oleh sebab itu, untuk lebih memahami mengenai teori ini
dalam makalah ini pemakalah akan membahas mengenai teori humanistik dari
Abraham Maslow.
Teori Maslow merupakan salah satu di antara teori kepribadian yang sangat
terkenal. Teori Maslow ini membahas mengenai pandangan hierarki kebutuhan
manusia, Maslow dikenal sebagai kekuatan psikologi kepribadian baru, yaitu
psikologi humanistik, sebuah mazhab yang melengkapi teori lainnya yaitu teori
psikoanalisis dan behaviorisme. Teori Maslow juga dimasukan kedalam paradigm
traits karena teori itu menekankan pentingnya peran kebutuhan dalam pembentukan
kepribadian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kehidupan Maslow?
2. Bagaiamana pandangan Maslow terhadap manusia?
3. Bagaimana hirarki kebutuhan Maslow?
4. Bagaimana Implikasi teori kepribadian Maslow terhadap layanan bimbingan dan
konseling?
5. Bagaimana Kelebihan dan Kelamahan teori Maslow?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah kehidupan Maslow
2. Mengetahui pandangan Maslow terhadap manusia
3. Mengetahui hirarki kebutuhan Maslow
4. Mengetahui Implikasi teori kepribadian Maslow terhadap layanan bimbingan dan
konseling
5. Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan teori Maslow
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kehidupan Abraham Maslow
Maslow anak sulung dari tujuh bersaudara, ia dilahirkan pada tahun 1908 di
Brooklyn, New York. Pada waktu Maslow berusia 14 tahun, orang tuanya berimigrasi
dari Rusia menuju Amerika Serikat. Dalam kehidupannya, Maslow berkembang pada
suasana keluarga yang kurang menyenangkan. Ia merasa tidak bahagia dan terisolasi,
karena orang tuanya tidak memberikan kasih sayang, ayahnya bersikap dingin dan tidak
akrab, serta sering tidak ada di rumah dalam waktu yang cukup lama. Ibu Maslow
termasuk orang yang percaya pada tahyul, yang sering menghukum Maslow yang pahadal
hanya masalah kecil.
Pada masa kecil, Maslow mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan oleh
ibunya, ia mendapatkan tamparan dan kepalanya di benturkan ke tembok. Kejadian
tersebut ia dapatkan karena Maslow membawa dua anak kucing yang tersesat, namun
sang ibu tidak menyukai apa yang dilakukan Maslow sehingga membunuh kedua kucing
tersebut. Akibat kejadian itu, memberikan dampak serius terhadap dirinya, tidak hanya
kekehidupan emosionalnya, tetapi juga pada pekerjaannya dalam psikologi.
Dalam suatu tulisannya, Maslow mengemukakan keyakinannya yang penuh
akan filsafat hidup yang dialaminya. Seluruh penelitian dan perumusan teorinya berakar
dari kebencian untuk melawan terhadap segala sesuatu yang telah dilakukan ibunya.
Sejak kecil, Maslow merasa berbeda dengan orang lain. Dia merasa malu karena memiliki
badan yang kurus dan hidung yang besar.
Pada usia remaja, Maslow merasakan rendah diri (inferiority complex) karena
penolakan-penolakan dari orangtuanya, sehingga tidak heran jika masa kanak-kanak dan
remaja, Maslow menjadi anak penyendiri dan menghabiskan hari-harinya dengan buku
yang dipinjamnya di perpustakaan dekat rumahnya (Boeree, 2013:252; Fudyartanta,
2012:385; Schultz & Schultz, 2005:308-309; Yusuf & Nurihsan, 2011:153-155).
Orang tua Maslow sangat berharap anak-anaknya berhasil, Maslow dan saudara-
saudaranya dipaksa belajar keras agar meraih keberhasilan di bidang akademik. Demi
menuruti keinginan orang tuanya, pertama-tama Maslow belajar hukum di City College
of New York (CCNY). Setelah tiga semester belajar disana, Maslow melanjutkan
keperguruan tinggi di Universitas Cornell, pengalaman pertama dengan ilmu psikologi
hampir benar-benar mengasingkannya, karena mata kuliah yang diambil Maslow tersebut
diajar oleh E. B. Titchener yang membosankan dan hambar dan tidak ada kaitannya
dengan manusia (Schultz & Schultz, 2013:560).
Kemudian Maslow ke Wisconsin agar bisa masuk ke University of Wisconsin
jurusan psikologi bersama sepupunya Bertha. Pada usia 20 tahun Maslow menikah
dengan Bertha Godman dan dikaruniai dua orang putri yaitu Ann Maslow dan Ellen
Maslow. Pernikahannya membawa kebahagiaan baginya, karena dia merasa memiliki
perasaan berharga dan bermakna dalam hidupnya, yang sebelumnya tidak dimilikinya.
Setelah masuk di University of Wisconsin Maslow menemukan pendekatan yang berbeda
mengenai psikologi sehingga menimbulkan ketertarikan Maslow pada bidang psikologi
mulai tumbuh, dan perjalanan akademis Maslow pun berubah secara dramatis. Maslow
sangat terkesan dengan psikologi behavioristik dari John B. Watson, seorang penganjur
revolusioner untuk menjadikan psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang
perilaku (science of behavior). Ketertarikannya pada bidang psikologi mengantarkan dia
untuk dapat bergaul dengan beberapa pemikir Eropa Adler, Fromm, Horney dan
psikolog-psikolog Gestalt dan Freudian (Lindzey & S. Calvin, 1985: 198).
Serangkaian pengalaman pribadi mempengaruhi Maslow bahwa behaviorisme
terlalu terbatas untuk bisa relevan dengan persoalan-persoalan manusia yang terus ada.
Maslow sangat terpengaruh oleh kelahiran anaknya dan hal-hal yang dibacanya tentang
filsafat, psikologi gestalt, dan psikoanalisis, selain itu Maslow juga dipengaruhi oleh
kontak yang dilakukannya dengan para psikolog Eropa. Kekaguman dan perasaan takjub
Maslow terhadap psikologi Gestalt Max Wertheimer dan antropologi Ruth Bendict
mendorong Maslow kepada studi pertamanya mengenai ciri-ciri orang yang
mengaktualisasikan diri mereka dengan sehat atau yang dikenal dengan “self-
actualization”. Selain itu, Maslow juga sangat terpengaruh oleh sebuah parade yang
dilihatnya tak lama setelah serangan mendadak Jepang terhadap angkatan laut Amerika
yang membuat Maslow memutuskan untuk mengabdikan dirinya untuk membangun
sebuah psikologi yang akan menangani masalah cita-cita tertinggi manusia. Maslow akan
bekerja untuk meningkatkan kualitas kepribadian manusia dan menunjukkan bahwa
setiap orang punya kemampuan untuk bertingkah laku lebih mulia daripada hanya
menunjukkan kebencian, prasangka dan perang.
Maslow menerima gelar Ph.D dari Universitas Wisconsin pada tahun 1934.
Setahun setelah lulus Maslow kembali ke New York untuk bekerja sebagai postdoctoral
fellowship yang berada dibawah tanggung jawab E. L. Thorndike di Columbia, tempat
dimana Maslow mulai melakukan penelitian tentang seksulitas manusia. Kemudian,
Maslow mulai mengajar full time di Booklyn College sampai pada tahun 1951. Tahun
1951 sampai 1959, Maslow menjabat ketua departemen psikologi di Brandels di Waltham
Massachussets, di tempat inilah Maslow dipertemukan dengan Kurt Goldstein (yang
memperkenalkan ide aktualisasi–diri kepada Maslow). Kemudian Maslow mulai menulis
karya-karya teoritisnya dan juga mulai mengembangkan konsep Psikologi Humanistik,
konsep yang menurut Maslow jauh lebih penting daripada usaha-usaha teoritisnya dengan
mempelajari seberapa banyak potensi yang dimiliki untuk perkembangan dan
pengungkapan diri manusia secara penuh. Selain itu, Maslow selalu berhubungan dengan
orang yang sehat, Maslow tidak mau memandang manusia disekelilingnya sebagai orang
yang tidak sehat (neurotis) sebagaimana yang diungkapkan oleh Freudian. Dimana
Maslow membangun dan menyempurnakan teorinya ini dengan menyampaikannya dalam
serangkaian buku popular.
Kemudian, Maslow pindah ke California untuk memperdalam filsafat politik,
ekonomi, dan etika, untuk memperkaya teorinya, psikologi humanistik. Maslow menjadi
salah seorang ahli psikologi yang popular yang menerima banyak penghargaan dari
berbagai pihak, dan pada tahun 1967 karena mendukung gerakan kelompok sensitivitas
Maslow terpilih sebagai Presiden Asosiasi Psikologi Amerika (APA). Maslow
menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya meninggal pada tahun 8
Juni 1970 karena serangan jantung (Boeree, 2013:248).
Salah satu sifat yang menunjukkan bahwa individu telah mengalami fase aktualisasi
diri adalah jika dia mengalami pengalaman-pengalaman puncak (peak experiences). Selain
itu, aktualisasi diri dapat dipandang sebagai tujuan final dari kehidupan manusia. Tujuan
aktualisasi diri bersifat alami, yang dibawa sejak lahir (Alwisol, 2009: 208). Ada kesempatan
di mana orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan
terpesona yang hebat dan meluap-luap, seperti pengalaman keagamaan yang mendalam.
Inilah yang disebut Maslow “peak experience” atau pengalaman puncak. Pengalaman puncak
ini ada yang kuat dan ada yang ringan. Pengalaman puncak umumnya dialami oleh orang
yang telah mengaktualisasikan diri sepenuhnya. Pemahaman yang didapatkan melalui
pengalaman puncak ini membantu orang untuk mempertahankan kepribadian yang dewasa.
Orang seperti itu terpenuhi secara spiritual – nyaman dengan dirinya sendiri dan dengan
orang lain, mencintai dan kreatif, realistis dan produktif (Friedman & Schustack, 2008: 351).
Pada orang yang teraktualisasi, perasaan “berada di puncak” ini bisa diperolehnya
dengan mudah, setiap hari; ketika bekerja, mendengarkan musik, membaca cerita, bahkan
saat mengamati terbit matahari. Meskipun banyak teori kepribadian yang berasal dari
penelitian mengenai orang yang hysteria, neurotic, atau tidak sehat lainnya, akan tetapi
Maslow mempelajari kehidupan orang yang sehat dan ideal. Maslow menekankan potensi
positif bawaan dalam diri manusia. Orang yang mencapai aktualisasi diri memiliki
pengetahuan yang realistis mengenai dirinya dan mampu menerima dirinya apa adanya
(Colledge, 2002 : 135).
Mengenai self-actualizing person, atau orang yang sehat mentalnya, Maslow
mengemukakan ciri-cirinya sebagai berikut.
a. Mempersepsi kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman
dalam menjalaninya.
b. Menerima dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya.
c. Bersikap spontan, sederhana, alami, bersikap jujur, tidak dibuat-buat dan terbuka.
d. Mempunyai komitmen atau dedikasi untuk memecahkan masalah di luar dirinya
(yang dialami orang lain).
e. Bersikap mandiri atau independent.
f. Memiliki apresiasi yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya.
g. Mencapai puncak pengalaman yaitu suatu keadaan seseorang yang mengalami
kegembiraan yang luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih bersifat mistik atau
keagamaan.
h. Memiliki minat sosial: simpati, empati, dan altruis.
i. Sangat senang menjalin hubungan interpersonal (persahabatan atau persaudaraan)
dengan orang lain.
j. Bersikap demokratis (toleran, tidak rasialis, dan terbuka).
k. Kreatif (fleksibel, spontan, terbuka, dan tidak takut salah).
Pandangannya tentang hakikat manusia, Maslow berpendapat bahwa manusia itu
bersifat optimistik, bebas berkehendak, sadar dalam memilih, unik, dapat mengatasi
pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia, kepribadian itu dipengaruhi oleh hereditas
dan lingkungan. Sejalan dengan itu dalam buku Hall & Lindzey (1993:109) dinyatakan
bahwa menurut teori Maslow, setiap individu memiliki kodrat bawaan yang pada
hakikatnya baik atau sekurang-kurangnya netral. Karena kepribadian berkembang melalui
pematangan dalam lingkungan yang menunjang dan usaha-usaha aktif pada dari diri
individu untuk merealisasikan kodratny, maka daya-daya kreatif dalam diri individu akan
meyatakan dirinya dengan lebih jelas lagi. Seabaliknya, apabila individu menderita atau
neurotic, maka hal itu disebabkan karena lingkungannya lewat ketidaktahuan dan
patologi sosial, atau karena mereka telah mendistorsikan pikiran mereka.
Ada beberapa contoh menurut Maslow tokoh-tokoh yang mampu
mengaktualisasikan dirinya dan sukses, dikutip dari (Friedman & Schustack, 2006:352).
Tabel. 2
Aktualisasi Diri
Pada teori yang dikembangakan Maslow adalah teori hirarki kebutuhan manusia,
Maslow dikenal sebagai kekuatan psikologi kepribadian baru, yaitu “Psikologi Humanistik”,
sebuah mahzab yang melengkapi teori lain sebelumnya, yaitu psikoanalisis dan behaviorisme.
Psikologi humanistik memasukkan aspek positif dari manusia yang memilki peran penting,
yaitu cinta, kreativitas, nilai, makna dan pertumbuhan pribadi. Maslow membuat ide
mengenai hierarki kebutuhan yang sangat terkenal. Teori kebutuhan Maslow ini dikenal
dengan piramida Teori Kebutuhan Maslow yang terdiri dari (1) kebutuhan fisiologis; (2)
kebutuhan rasa aman; (3) kebutuhan pengakuan dan kasih sayang; (4) kebutuhan akan harga
diri atau penghargaan; (5) kebutuhan kognitif; (6) kebutuhan estetika; dan (7) aktualisasi diri.
Tujan dari penerapan teori Maslow yaitu agar klien memperoleh nila-nilai kebenaran,
keadilan, kesederhanaan, dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan tersebut, klien harus bebas
dari kebergantungan pada orang lain, supaya dorongan alami menuju pertumbuhan dan
aktualisasi diri menjadi aktif. Pada teori humanistik ini memiliki kelebihan diantaranya selalu
mengedepankan hal-hal yang bernuansa demokrasi dan humanis. Serta kemampuan hidup
bersama manusia yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda. Pada pendekatan
humanistik menjelaskan bahwa pada hakekatnya manusia memiliki potensi individual dan
dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Pada konseling
humanistik terciptanya stimulus yang positif serta didorong oleh konselor yang aktif yaitu
caranya dengan menciptakan hubungan pribadi yg harmonis. Jadi teknik konseling pada
pendekatan humanistik adalah building relationship yang baik dengan penerapan teknik
genuine dan unconditional positif regard.