BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika kebutuhan pertama dan kedua sudah terpenuhi, maka kebutuhan ketiga dan
setrerusnya sampai tingkat kelima akan dikejar. Maslow membagi kebutuhan
tersebut ke dalam beberapa jenjang yaitu: Kebutuhan Fisiologis, Kebutuhan
Keselamatan dan Keamanan, Kebutuhan Sosial, Kebutuhan Akan Penghargaan,
Kebutuhan Aktualisasi Diri. Hierarki kebutuhan dari Maslow merupakan suatu
pernyataan luas tentang kebutuhan-kebutuhan manusia dan menyediakan sebuah
kerangka dasar konseptual sebagai landasan untuk memahami kekuatan-kekuatan
yang menyebabkan orang-orang berperilaku dengan cara tertentu dalam situasi
tertentu, (Winardi, 2012).
C. Tujuan Penulisan
Tujuan di tulisnya makalah ini ialah diharapkan agar pembaca maupun penulis
dapat memahami teori humanistic dari Abraham Maslow.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Maslow tidak terlalu dekat dengan salah satu dari orang tuanya, tetapi ia tidak
keberatan dengan ayahnya yang seringkali tidak ada di sampingnya. Ayahnya
adalah seorang imigran keturunan Rusia-Yahudi yang bekera mempersiapkan
barel/tong. Akan tetapi, kepada ibunya Maslow merasakan kebencian dan
kemarahan yang besar, tidak hanya pada masa kecilnya, tetapi juga hingga hari
kematian Ibunya yang hanya berjarak beberapa tahun dari kematian Maslow
sendiri.walapun telah beberapa tahun menjalani psikoanalisis, kebenciannya yang
4
kuat terhadap Ibunya tak pernah hilang dan ia menolak untuk menghadiri
pemakaman Ibunya walaupun saudara kandungnya yang tidak membenci Ibunya
memintanya untuk hadir (dalam Feist & Feist, 2010).
Sejak kecil, maslow merasa berbeda dengan orang lain, dia merasa malu
dengan kondisi fisiknya karena memiliki tubuh yang kurus dan hidung yang besar
(Hidayat, 2011). Pada usia remaja, dia merasakan rendah diri yang sangat dalam
(inferiority complex) (Yusuf & Nurihsan, 2011). Dia mencoba untuk
mengkompensasinya dengan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh
pengakuan, penerimaan, dan penghargaan dalam bidang atletik, namun tidak
berhasil. Dia kembali bersahabat dengan buku (Yusuf & Nurihsan, 2011).
Sejak kecil dan remaja, Maslow sudah senang membaca. Pagi-pagi dia pergi
ke perpustakaan yang dekat dari rumahnya untuk meminjam buku. Apabila
berangkat ke sekolah, dia pergi satu jam sebelum masuk kelas. Selama satu jam
tersebut ia pergunakan untuk membaca buku yang dia pinjam dari perpustakaan
(Yusuf & Nurihsan, 2011). Oleh karena berbakat secara intelektual, Abe atau
Maslow menemukan kenyamanan ketika berada di Boys High School di Brooklyn,
dimana nilainilai akademisnya menjadi sedikit tinggi dari nilai rata-rata (Feist &
Feist, 2010). Pada saat yang sama Abe menjalin pertemanan dengan Will Maslow
sepupunya yang juga bersekolah ditempat yang sama dengan Abe, Will
merupakan seorang yang ramah dan aktif bergaul sehingga melalui jalinan
pertemanannya dengan Will, Abe mengembangkan kemampuan sosialnya dan
menjadi tergabung di beberapa aktivitas di sekolah ( Hoffman dalam Feist & Feist,
2010).
Setelah Abe atau Maslow lulus dari Boys High School, sepupunya Will
mendukungnya untuk mendaftar ke Cornell University, akantetapi Maslow tidak
percayadiri untuk mendaftar (Feist & Feist, 2010). Oleh karena itu Maslow
memilih City College of New York yang kurang terkemuka. Karena Ayahnya
menginginkan anak lelaki tertuanya menjadi seorang pengacara Maslow memilih
Hukum sebagai bidang stdinya ketika berkuliah di City College of New York
5
(Feist & Feist, 2010). Tetapi ia meninggalkan kelas hukumnya disuatu malam dan
meninggalkan semua buku-bukunya dikelasnya. Setelah tiga semester, ia pindah
ke Cornell University di bagian utara New York. Sebagian alasannya ialah untuk
lebih dekat dengan sepupunya Will yang juga berkuliah di tempat yang sama, dan
untuk menjauhkan dirinya dari Bertha Goodman, sepupunya yang ia cintai
(Hoffman dalam Feist & Feist, 2010).
sampai tahun 1951. Ketika mengajar disana ia bertemu dengan Erich Fromm,
Alfred Adler, Karen Horney, antropolog Ruth Benedict, dan tokoh psikologi
Gestalt Max Watheimer. Kedua orang terakhir ialah tokoh yang dikagumi oleh
Maslow, baik secara profesional maupun pribadi. Maslow mulai membuat catatan
tentang kehidupan mereka. Catatan ini kemudian menjadi dasar dari penelitian
seumur hidup dan pemikiran tentang kesehatan mental dan potensi manusia.
Maslow menulis secara ekstensif tentang masalah konsep hierarki kebutuhan,
metaneds, aktualisasi diri, dan pengalaman puncak yang sebenarnya bersumber
dari ide dari psikologi lain, tetapi dengan pertambahan yang signifikan. Maslow
menjadi pemimpin aliran psikologi humanistik yang muncul pada 1950-an, yang
ia sebut sebagai “kekuatan ketiga”- di luarteori psikoanalisis dan behaviorisme.
Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis tahun 1951-1969, kemudian
menjadi anggota Laughin Institute di California. Dia meninggal karena serangan
jantung pada 8 Juni 1970. Pada tahun 1967, AsosiasimHumanis Amerika
memberinya gelar Humanist of the Year.
jahat atau merusak yang ada pada manusia itu adalah hasil dari lingkungan
yang buruk dan bukan merupakan bawaan.
d. Potensi kreatif manusia
Pengutamaan kreativitas manusia merupakan salah satu prinsip yang penting
dari Psikologi Humanistik. Maslow, dari studinya atas sejumlah orang
tertentu menemukan bahwa pada orang-orang yang ditelitinya itu terdapat
satu ciri yang umum, yakni kreatif. Dari situ Maslow menyimpulkan bahwa
potensi kreatif merupakan potensi yang umum pada manusia.
e. Penekanan pada kesehatan psikologi
Maslow juga merasa bahwa psikologi terlalu menekankan pada sisi negatif
manusia dan mengabaikan kekuatan atau sifat-sifat yang positif dari
manusia. Maslow yakin bahwa kita tidak akan bisa memahami gangguan
mental sebelum kita memahami kesehatan mental. Karena itu Maslow
mendesak perlu adanya studi atas orang-orang yang berjiwa sehat sebagai
landasan bagi pengembangan psikologi yang universal.
C. Konsep Kepribadian
D. Struktur Kepribadian
Kebutuhan dasar sering juga disebut dengan dengan deficiency needs atau
menurut koeswara (2011) diartikan dengan motif kekurangan yaitu yang
menyangkut dengan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Jika individu kekurangan
sesuatu atau ia mengalami defisit maka ia akan merasakan sangat membutuhkan
hal tersebut, dan apabila sudah terpenuhi maka ia tidak akan merasakan apa-apa
lagi (Boeree, 2010). Sedangkan kebutuhan tinggi atau dalam buku yang ditulis
oleh koeswara (2011) disebut dengan metaneeds atau being needs
(B-needs)adalah motif-motif yang mendorong individu untuk mengungkapkan
potensi-potensinya. Untuk lebih jelas lagi akan dibahas pada bahasan berikut:
mengadakan hubungan efektif atau ikata emosional dengan individu lain, baik
dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis, baik di lingkungan keluarga
maupun di lingkungan masyarakat. Sebagai contoh, mahasiswa perantauan yang
jauh dari kampung halamannya akan kehilangan ikatan atau rasa memiliki, maka
ia termotivasi untuk membentuk ikatan baru dengan orang-orang atau kelompok
yang ada di tempat merantau. Menurut Jaenudin (2015) pemusan kebutuhan akan
kasih sayang atau cinta diwujudkan melalui hubungan yang akrab atau menjalin
relasi dengan oranglain. Maslow (dalam Koeswara 2011) secara tegas menolak
pendangan Freud yang megatakan bahwa cinta dan afeksi itu berasal dari naluri
seksual yang di sublimasikan. Menurut Maslow (dalam Koeswara, 2011) cinta
dan seks adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Maslow (dalam Koeswara,
2011) juga menekankan bahwa kebutuhan akan cinta mencakup keinginan untuk
mencintai dan dicintai. Maslow (dalam Koeswara, 2011) akhirnya menyimpulkan
bahwa antara kepuasan cinta dan afeksi di masa kanak-kanak serta kesehatan
mental di masa depan terdapat korelasi yang signifikan.
4. Kebutuhan Penghargaan
b) Bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain, meliputi antara
lain prestasi. Individu membutuhkan penghargaan atas apa yang telah
dilakukannya. Keempat kebutuhan (kebutuhan konatif) yang telah
dipaparkan diatas di sebut oleh Maslow (dalam Boeree, 2010) dengan
sebutan defisit needs (D-needs).
13
5. Kebutuhan Aktualisasi
E. Dinamika Kepribadian
Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan memiliki
kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umunya. Menurut Maslow pada
tahun 1970, ada beberapa karakteristik yang menunjukkan sseorang mencapai
aktualisasi diri. Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut:
10. Demokratis
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat
ini dimanifestasikan denga perilaku yang tidak membedakan orang lain
berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi,
partai dan lain-lain. Sifat demokratis ini lahir karena pada orang yang
mengaktualisasikan diri tidak mempunyai perasaan risih bergaul dengan
orang lain. Juga karena sikapnya yang rendah hati, sehingga ia senantiasa
menghormati orang lain tanpa terkecuali.
11. Rasa humor yang bermakna dan etis
Rasa humor orang yang mengaktualisasikan diri berbeda dengan humor
kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa terhadap humor yang menghina,
merendahkan bahkan menjelekkan orang lain. Humor orang yang
mengaktualisasikan diri bukan saja menimbulkan tertawa, tetapi sarat dengan
makna dan nilai pendidikan. Humornya benar-benar menggambarkan hakikat
manusiawi yang menghormati dan menjunjumg tinggi nilai-nilai
kemanusiaan.
12. Kreativitas
Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang
mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya
melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan
maupun orang lain. m.Independensi. Ia mampu mempertahankan pendirian
dan keputusan-keputusan yang ia ambil. Tidak goyah atau terpengaruh oleh
berbagai guncangan ataupun kepentingan.
13. Pengalaman puncak (peak experiance)
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang
menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara dirinya
dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri
terbebas dari sekat-sekat berupa suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan,
dan sekat-sekat lainnya. Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat yang jujur,
ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan terbuka. Karakter-karakter ini merupakan
cerminan orang yang berada pada pencapaian kehidupan yang prima (peak
20
Dari sekian banyak teori motivasional yang ada, mungkin teori Hirarki
Kebutuhan Maslow yang paling luas dikenal. Teori ini mewariskan pesan bagi
kita bahwa begitu orang melewati tingkat kebutuhan tertentu, ia tidak lagi
terdorong oleh motivasi tingkat di bawahnya. Sebagaimana lumrahnya
perkembangan suatu teori, tesis Maslow juga mengundang sejumlah antitesis.
Itulah dinamika dan dialektika ilmu pengetahuan.
Teori Freud secara Implisit menganggap bahwa manusia pada dasarnya
memiliki karakter jahat. Impuls-impuls manusia, apabila tidak dikendalikan
akan menjuruskan manusia kepada pembinasaan sesamanya dan juga
penghancuran dirinya sendiri sementara menurut Maslow hanya memiliki
sedikit kepercayaan tentang kemuliaan manusia, dan berspekulasi secara
pesimis tentang nasib manusia. Sebaliknya, Psikologi humanistik memiliki
anggapan bahwa manusia itu pada dasarnya adalah baik, atau tepatnya netral.
Menurut perspektif humanistik, kekuatan jahat atau merusak yang ada pada
manusia itu adalah hasil dari lingkungan yang buruk dan bukan merupakan
bawaan.
Dalam hal ini Maslow terutama mengkritik Freud yang menurutnya terlalu
mengutamakan studi atas orang-orang yang tidak sehat. Maslow juga merasa
bahwa psikologi terlalu menekankan pada sisi negatif manusia dan
mengabaikan kekuatan atau sifat-sifat yang positif dari manusia. Maslow yakin
bahwa kita tidak akan bisa memahami gangguan mental sebelum kita
memahami kesehatan mental. Karena itu Maslow mendesak perlu adanya studi
atas orang-orang yang berjiwa sehat sebagai landasan bagi pengembangan
psikologi yang universal.
21
Sejumlah kalangan melihat bahwa teori Maslow, kendati tampak sah bagi
banyak orang, namun masih harus dibuktikan secara empiris. Dalam
kenyataannya, sulit sekali untuk memisahkan dan mengukur kebutuhan itu.
Urutan hirarki spesifik tidak sama bagi semua orang. Juga tidak ada
penjelasan kapan suatu kebutuhan sudah cukup terpenuhi. Dan mungkin ada
beberapa kebutuhan yang dominan dalam diri seseorang pada saat yang sama.
Manusia memang makhluk yang dinamis dan multidimensional.
Semua teori ilmu pengetahuan tentang manusia mesti berhadapan dengan
kenyataan itu. Dari kenyataan ini, orang melihat bahwa teori Maslow
semestinya didukung lagi dengan bukti-bukti empiris yang lebih banyak.
Hingga saat ini belum cukup bukti yang jelas yang menunjukkan bahwa
kebutuhan-kebutuhan manusia dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok
yang berbeda atau berada pada suatu hirarki. Sejumlah ahli menjadi ragu
karena hasil penelitian-penelitian memberikan hasil yang berbeda; beberapa
penelitian mendukung, sedangkan yang lainnya menolak.
Wahba dan Bridwell (2006) menyimpulkan suatu paradoks untuk teori
Maslow: bahwa teori ini diterima luas, tapi tidak banyak didukung oleh bukti
riset. Patut disayangkan bahwa bagian terbesar dari hasil-hasil riset tersebut
dicapai dari studi-studi yang tidak menguji teori Maslow secara tepat.
Evaluasi di atas menunjukkan sejumlah keterbatasan yang lumrah pada suatu
teori ilmiah. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa teori Maslow telah
meletakkan batu pertama untuk penelitian struktur individu.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abraham Harold Maslow adalah seorang filsuf dari NewYork, ia seorang filsuf
yang mencetus Psikologi Humanistik. Teori Hierarti kebutuhan abaraham maslow
terbagi menjadi 5 struktur kepribadian, yaitu : Kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keamanan, kebutuhan cinta dan kasih sayang, kebutuhan harga diri dan aktualisasi.
Abraham maslow dijuluki sebagai humanis. Karena tidak puas dengan
Psikologi behavioristik dan psikoanalisis sehingga ia mencari alternatif psikologi
yang fokusnya adalah manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Beberapa teori yang
diteliti secara alternatif seperti :
1. Psikologi Humanisti
Yaitu mengobjek manusia sebagai salah satu aliran filsafat modern yang
berakar, yakni eksistensisme.
2. Sifat-sifat aktualisasi diri
Yaitu dimana manusia mempunyai dorongan untuk lebih berkembang. Seperti
mengamati, penerimaan diri sendiri, spontan sederhana dan wajar, fokus pada
masalah pemisahan diri dan kebutuhan privasi, berfungsi secara otonom, kesegaran
dan apresiasi, pengalaman, minat sosial, hubungan antar pribadi, berkarakter
demokratis, perbedaan antara baik dan buruk, rasa humor yang filosofis,
kreativitas, resistensi terhadap inkulturasi.
Sejumlah kalangan melihat bahwa teori Maslow, kendati tampak sah bagi
banyak orang, namun masih harus dibuktikan secara empiris. Urutan hirarki
spesifik tidak sama bagi semua orang. Juga tidak ada penjelasan kapan suatu
kebutuhan sudah cukup terpenuhi. Dan mungkin ada beberapa kebutuhan yang
dominan dalam diri seseorang pada saat yang sama. Manusia memang makhluk
yang dinamis dan multidimensional. Teori ini diterima luas, tapi tidak banyak
didukung oleh bukti riset.
Patut disayangkan bahwa bagian terbesar dari hasil-hasil riset tersebut dicapai
dari studi-studi yang tidak menguji teori Maslow secara tepat. Evaluasi di atas
menunjukkan sejumlah keterbatasan yang lumrah pada suatu teori ilmiah. Namun
23
secara umum dapat dikatakan bahwa teori Maslow telah meletakkan batu pertama
untuk penelitian struktur individu.
Dari kesimpulan di atas, kita bisa menelaah lebih terperinci tentang bagasi
yang dicetuskan oleh Bapak Psikologi kita yaitu Abraham Harold Maslow, yang
mengarahkan arti, fungsi, jabatan manusia dalam kehidupan yang selalu ingin
berkembang.
B. Saran
Dalam hal inu penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
pembuatan makalah teori Abraham Maslow. Semoga makalah ini bisa menambah
wawasan pembaca dan menjadi landasan untuk penulis selanjutnya supaya lebih
baik lagi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian (7th ed.). (M. Astriani, Penyunt.,
& Handrianto, Penerj.) Jakarta: Salemba Humanika.
Pervin, L. A., Cervone, D., & John, O. P. (2010). Psikologi Kepribadian. (A. K.
anwar, Ed.) Jakarta: Kencana.
Ulandari, Weni. “Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Aktualisasi Diri Anak
Usia Sekolah Di Kelas 7 Smpn 29 Semarang”.Universitas Muhammadiyah
Semarang, 2009.
Yusuf, S., & Nurihsan, J. (2011). Teori Kepribadian. Bandung: Rosda Karya.