NIM : 1471042050
Kelas : III E
Carl Ransom Rogers lahir pada 8 januari 1902 di Oak Park di Illinois, anak keempat
dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Walter dan Julia cushing. Rogers lebih dekat
dengan ibunya daripada ayahnya, karena ayahnya seorang insyinyur sipil. Rogers dibesarkan
dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang keras
dan kaku dalam hal agama dan moral. Namun karena keluarga yang religius Rogers jadi
tertaruik untuk membaca alkitab disamping juga buku buku lainnya.
Cita-cita Rogers adalah menjadi petani sehingga ia masuk ke university of Wiconsin
jurusan pertanian. Setelah ia lulus SMA. Namun setelah tahun ke tiga nya diWiconsin dia
lebih aktif dal;am kegiatan keagamaan dikampus dan menghabiskan waktu selama enam
bulan untuk keliling ke China untuk menghadiri konferensi keagamaan bagi mahasiswa.
Yang mempertemukannya dengan para pemimpin agama muda sehingga mengubah
pemikirannya menjadi lebih liberal dan mendorongnya menjadi indepedensi dari pandangan
agama orangtuanya.
Sepulangnya dari perjalanan, Rogers sakit tapi ini tidak menghalanginya untuk
bekerja. Dia menyibukkan diri dengan mengerjakan pemotongan kayu dan lahan pertanian.,
sebelum akhirnya dia balik lagi ke Wisconsin dan bergabung dengan kelompok persaudaraan
dan menunjukkan dan menunjukkan rasa Percaya Diri yang lebih besar.
Pada tahun 1924, Rogers masuk ke sekolah Union Theological Seminary untuk masuk
ke Teacher College untuk mempelajari sepenuhnya topik Psikologi Klinis dan Psikologi
Pendidikan pada tahun 1927 Rogers bekerja sebagai rekanan di Institute for Child Guidance
yang baru didirikan di New York City sambil menyelesaikan gelar doktoralnya. Pada tahun
1931 di8a menerima gelar Ph.D dan kemudian dia pindah ke New York untuk bekerjadi
Rochester Society for the Prevention of cruelty to Children . dan pada tahun 1936 Rogers
mengundang Otto Rank ( salah satu rekan freud yang telah keluar ) untuk memberikan
seminar tiga hari mengenai praktik Psikoterapi Post Freud yang memberikan keyakinan
mendalam bahwa terapi ini merupakan konsep tentang hubungan yang menghasilkan
pertumbuhan emosional, yang disediakan lewat cara terapis yang menyimak secara empatis
dan penerimaan tanpa syarat kepada kliennya.
Selama kariernya Rogers menulis buku pertamanya yang berjudul “The Clinical
Treatment of The Problem Child” (1939) yang membuatnya diundang ke Ohio State
University. Kemudian pada tahun 1942 tulisannya diterbitkan dalam Counseling and
Psychoterapy”
Rogers seorang anak yang pemalu dan tidak memiliki teman dekat. Sehingga ketika
dia masuk ke university of Wisconsin dia hanya sanggup berbicara dengan seorang
perempuan yang sudah dikenalnya sejak SD di Oak Park yang akhirnya menjadi istri Rogers
yaitu Helen Elliot. Merekan menikah pada tahun 1924 dan memiliki dua orang anak David
dan Nathalie. Ketika awal rumah tangganya, Rogers menjadi salah satu pemikir terkemuka
yang menjadikannya bahwa hubungan antar pribadi diantara 2 individu merupakan kekuatan
dahsyat yang dapat menumbuhkan perkembangan psikologis yang sehat pada diri individu
tersebut. Pada masa kehidupan profesionalnya Rogers banyak menerima penghargaan
diantaranya, American Association for Apllication for Apllied Psychology, Distinguished
Scientific Contibution Award (1956) dari Amerika Psychology Association ( APA) Pada 4
Februari 1987 Rogers meninggal setelah operasi bedah tulang pinggul.
b. Dinamika kepribadian
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang
diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin
luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya
tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan
(Hall dan Lindzey, 1995 :136-137).
Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan
menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana,
minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta
generasi.
2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.
3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yaitu
tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
Penerimaan Positif
Perkembanngan pengalaman menempatkan regard positif timbal balik. Orang merasa
puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif
kepada orang lain. Ketika regard positif itu diinternaliasai, orang dapat memperoleh kepuasan
dari menerima dirinya sendiri, atau menerima diri positif (positive self regard). Aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi
psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh
belajar khususnya dalam masa kanak – kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan
perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan
mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh
hereditas. Ketika organisme itu matang, maka akan berdifferensiasi, makin luas, makin
otonom, dan makin tersosialisasikan. Tendensi dasar pertumbuhan ini mengaktualisasikan
dan mengekspansikan diri sendiri – tampak paling jelas sekali bila individu diamati dalam
suatu jangka waktu yang lama. Ada suatu gerak maju pada kehidupan setiap orang; tendensi
yang tak henti-hentinya inilah yang merupakan satu – satunya kekuatan yang benar-benar
dapat diandalkan oleh ahli terapi untuk mengadakan perbaikan dalam diri klien.
Secara ringkas, rogers mengasumsikan bahwa pada dasarnya ada semua peluang
semua tingkah laku manusia diarahkan atau bertujuan meningkatkan kompetensinya, yang
berarti mengaktualiasasikan dirinya. Besarnya sumbangan tingkah laku terhadap tendensi
aktualisasi diri dapat dinilai, melalui proses penilaian organisme (organismic valuing
process). Pengalaman tingkah laku yang meningkatkan dan mengembangkan self dinilai
positif, sebaliknya pengalaman yang menghalangi aktualisasi dinilai negative. Aktualisasi
diri merupakan tujuan ideal, dimana tidak seorangpun mampu mencapai aktualisasi
potensinya secara tuntas. Rogers percaya, tidak ada seorangpun ang dapat menacapai
aktualisasi diri sepenuhnya sehingga tidak membutuhkan motivasi lagi. Menurutnya, akan
selalu ada bakat yang harus dikembangkan, keterampilan yang harus dikuasai, atau dorongan
biologic yang dapat lebih dipuaskan secara lebih efisien.
c. Perkembangan kepribadian
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal
yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap
pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara
perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan
“apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self
concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan
aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk
menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2
konsep lagi yaitu:
1. Incongruence
Adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai
pertentangan dan kekacauan batin.
2. Congruence
Adalah situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah
konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai kapasitas
dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap
mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya.
Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai
berikut :
1. Keterbukaan pada pengalaman (openess to experience)
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman
dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami
banyak emosi (emosional) baik yang positif maupun negatif.
2. Kehidupan Eksistensial (existential living)
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung
menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.