Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya kita diberikan nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Dan tidak lupa pula kita panjatkan salawat beriring salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita ke alam yang terang benderang seperti saat ini. Tugas ini disusun untuk melengkapi mata kuliah Psikologi Kepribadian II. Dalam penyusunan tugas ini kami mengucapkan terima kasih kepada Kak Arliza J. Lubis, M.Si, psikolog, dan Kak Juliana I. Saragih, M.Psi, psikolog, selaku dosen pengampu mata kuliah Kepribadian 2 ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Besar harapan kami makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 14 September 2012

Penulis

A. Biografi Maslow Abraham Maslow lahir di Brooklyn pada tahun 1908, merupakan anak paling tua dari tujuh bersaudara. Orang tuanya merupakan imigran yang berasal dari Rusia. Masa kecil Maslow kurang bahagia. Keluarganya miskin, dan ibunya adalah sosok yang mengerikan baginya. Terisolasi dan merasa tidak bahagia, ia hidup tanpa teman dan kasih sayang dari orang tua. Maslow mempunyai hubungan yang buruk dengan ibunya, karena ibunya sering memarahi dan menghukumnya. Bahkan ketika ibunya meninggal, ia menolak untuk hadir dalam pemakaman ibunya. Maslow merasa berbeda dengan anak-anak lainnya. Ia mempunyai fisik yang kurus dan hidung yang besar, dan ketika remaja ia mengalami inferiority complex. Ia berusaha mengkompensasi kekurangan fisiknya itu dengan mengembangkan kemampuan atletiknya. Namun ketika ia tidak sukses dalam bidang atletik tersebut, ia mengalihkannya terhadap buku. Perpustakaan menjadi latar belakang di masa kecil dan masa remajanya, dengan membaca membuatnya merasa puas dan tidak lagi merasa kesepian. Ia pergi ke perpustakaan yang ada di dekat rumahnya pada pagi hari saat perpustakaan tersebut masih tutup, dan menunggu di depan pintu perpustakaan itu sampai buka. Ia juga datang ke sekolah satu jam sebelum kelas dimulai, dan gurunya melihatnya duduk di ruangan kosong sambil membaca buku sendirian. Ia masuk ke City College of New York, dan memulainya dengan jurusan Hukum seperti yang diinginkan oleh ayahnya, tetapi ia tidak menyukai jurusan tersebut karena tidak sesuai dengan keinginannya. Maslow semangat untuk belajar dikarenakan dukungan dari Bertha, sepupunya. Dia segera meninggalkan rumah, dengan alasan pertama untuk Cornell University dan kemudian untuk University of Wisconsin, dimana Bertha bergabung dengannya. Mereka menikah ketika Maslow berusia 20 dan Bertha 19. Pernikahan memberinya perasaan memiliki dan arah. Dia kemudian mengatakan bahwa kehidupan memiliki sedikit makna baginya sampai ia menikah dan mulai membuat studinya di Wisconsin. Maslow menerima gelar Ph.D. dari University of Wisconsin pada tahun 1934 dan kembali ke New York, untuk sebuah tingkat doktoralnya di bawah EL Thorndike di Universitas Kolombia, dan kemudian mengajar di Brooklyn College, dan ia tinggal di sana sampai tahun 1951. Ia Mengajar di New York pada tahun 1930-an dan awal 1940-an, Maslow telah berkesempatan untuk bertemu gelombang emigran yang cerdik yang melarikan diri dari Nazi Jerman, termasuk Erich Fromm, Karen Horney,dan Alfred Adler.

Pada tahun 1941, ketika Amerika Serikat memasuki Perang Dunia II, Maslow menyaksikan parade sesaat setelah serangan terhadap Pearl Harbor. Pengalaman itu mengubah hidupnya. Dia memutuskan untuk mengabdikan dirinya untuk mengembangkan psikologi yang akan berurusan dengan cita-cita manusia tertinggi.Dia akan meningkatkan kepribadian manusia dan menunjukkan bahwa kita dapat menampilkan perilaku yang lebih mulia dari kebencian, prasangka dan perang. Dari tahun 1951 sampai 1969, Maslow mengajar di Universitas Brandies, Massachusetts. Dasar kemungkinan dia pindah ke California untuk mempengaruhi filosofi dari politik, ekonomi, dan etika, yang akan dihasilkan oleh psikologi humanistik. Pada akhir hidupnya, Maslow telah menjadi tokoh yang sangat populer baik dalam psikologi dan kalangan masyarakat umum. Dia menerima banyak penghargaan dan gelar kehormatan dan terpilih presiden dari American Psychological Association pada tahun 1967. Maslow meninggal pada tahun 1970 karena serangan jantung, yang dideritanya saat jogging di sekitar kolam renang nya, latihan yang telah direkomendasikan oleh ahli jantungnya.

B. Personality Development: The Hierarchy of Needs Maslow mengemukakan teori Hierarki Kebutuhan yang terdiri dari physiological, safety, belongingness and love, esteem, and self-actualization needs. Maslow menggambarkan kebutuhankebutuhan ini sebagai hal yang naluriah, dimana mereka memiliki komponen hereditas. Gambaran Umum Hirarki Kebutuhan Maslow 1. Kebutuhan paling dasar adalah kebutuhan yang kuat dan menjadi prioritas utama. Contohnya makanan,air, dan seks. 2. Kebutuhan berikutnya dalam kehidupan manusia adalah kebutuhan akan keamanan yang muncul semenjak infancy, kebutuhan akan belongingness dan cinta dan penghargaan muncul pada masa remaja, dan kebutuhan akan aktualisasi diri muncul pada masa pertengahan kehidupan. 3. Karena kebutuhan pada tingkat tertinggi tidak terlalu dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan, maka kebutuhan ini dapat ditangguhkan. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan ini tidak akan menimbulkan krisis yang berat seperti kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan dasar. 4. Meskipun kebutuhan yang tertinggi hanya sedikit mempengaruhi kehidupan, namun kebutuhan ini dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan kehidupan, kepuasan pada

jenjang kebutuhan ini dapat memimpin seseorang dalam memperbaiki kehidupan, merasa hidup panjang dan berarti, dan manambah efisienci biologis. Maslow menyebut ini sebagai growth atau being needs. 5. Kepuasan pada jenjang kebutuhan tertinggi merupakan keberhasilan dan bermanfaat yang keduanya bersifat biologis dan psikologis. 6. Terpenuhinya jenjang kebutuhan yang paling tinggi memerlukan lingkungan yang sangat bagus (social, ekonomi dan politik) dari pada pemenuhan kebutuhan dasar. 7. Suatu kebutuhan tidak memiliki kepuasan secara penuh sebelum kebutuhan berikutnya pada hirarki menjadi penting. Maslow berpendapat bahwa presentasi kepuasan akan turun seiring meningkatnya kebutuhan. 85 % pada kebutuhan physiologis, 70 % rasa aman, 50 % pada kebutuhan belongingness dan cinta, 40 % pada kebutuhan akan keberhargaan diri dan 10 % pada aktualisasi diri.

Physiological Needs Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat homeostatic (usaha menjaga keseimbangan unsurunsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks. Safety Needs Maslow percaya bahwa kebutuhan rasa aman keamanan paling penting pada masa infant dan pada neurotic orang dewasa. Secara emosional kesehatan orang dewasa secara khusus telah dipuaskan oleh rasa aman. Kepuasan membutuhkan stabilitas, keamanan dan bebas dari rasa takut dan cemas. Pada masa infant dan anak-anak, rasa aman terlihat jelas karena reaksi anak muda secara nyata dan dekat terhadap ancaman dan rasa takut. Orang dewasa telah mempelajari bagaimana mencegah rasa takut mereka untuk beberapa tingkat Belongingness and Love Needs Belongliness and love needs dapat ditampilkan dengan berhubungan dekat dengan teman, pacar, ataupun hubungan sosial dalam sebuah kelompok. Tidak terpenuhinya love needs dapat

menyebabkan ketidakstabilan emosional. Esteem Needs Manusia membutuhkan penghargaan dan penghormatan dari orang di sekelilingnya, seperti rasa harga diri ataupun pengakuan sosial.

The Self-Actualization Needs Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri merupakan pemaksimalan kemampuan diri dan mencapai perkembangan kepribadian secara penuh, dengan syarat : 1. Tidak ada kendala dari lingkungan ataupun diri sendiri. 2. Tidak terganggu oleh kebutuhan lain yang berada di bawah. 3. Memiliki self-image yang baik dan menyukai serta disukai oleh orang lain. 4. Sadar akan kelebihan dan kekurangan diri. Cognitive Needs Merupakan kebutuhan bawaan lahir untuk tahu dan mengerti dimana kebutuhan untuk tahu lebih besar daripada untuk mengerti. Kegagalan untuk memenuhi cognitive needs dapat membahayakan dan mengganggu pemaksimalan perkembangan dan fungsi diri. C. The Study of Self-Actualization Perbedaan antara self-actualizers dengan orang lain pada umumnya terletak pada motivasi dasarnya. Motivasi para self-actualizers merupakan tipe motivasi yang berbeda daripada umumnya yang disebut metamotivation (B-Motivation atau Being). Penambahan awalan meta yang berarti melampaui atau di luar jangkauan mengindikasikan bahwa metamotivation merupakan motivasi yang berbeda dari pengertian motivasi yang selama ini dipahami dalam psikologi. Metamotivation Self-actualizers bukan termotivasi untuk berusaha keras dalam mengejar suatu tujuan tertentu, namun mereka adalah orang orang yang berkembang dari dalam. Maslow menggambarkan orangorang yang bukan pengaktualisasi diri sebagai orang-orang dalam kondisi D-Motivation atau Deficiency. D-Motivation melibatkan usaha untuk sesuatu yang spesifik untuk menutupi sesuatu yang kurang dalam diri kita. D-Motivation digunakan dalam kebutuhan fisiologis (physiological needs) seperti rasa lapar, kebutuhan atas rasa aman (needs for safety), rasa memiliki, cinta dan dihargai (esteem). Self-actualizers berfokus untuk memenuhi potensinya dan dengan mengenali serta mengerti lingkungannya. Dalam keadaan metamotivation-nya, mereka bertujuan untuk memperkaya hidup

mereka dengan bertindak untuk meningkatkan ketegangan untuk mengalami berbagai peristiwa yang menstimulasi dan penuh tantangan. Mereka berada dalam keadaan "sedang", secara spontan, alami, dan sukacita mengekspresikan kemanusiaan mereka sepenuhnya. Maslow mengajukan daftar metaneeds yang merupakan arah dari perkembangan selfactualizers. Metaneeds adalah keadaan suatu perkembangan atau proses menjadi, bukan merupakan suatu objek tujuan yang spesifik. Kegagalan dalam memuaskan metaneeds dapat membahayakan dan menghasilkan metapathology, yang dapat menggagalkan perkembangan kepribadian sepenuhnya. Metapathology mencegah self-actualizers dalam mengekspresikan, menggunakan dan memenuhi potensinya. Mereka mungkin akan merasa tak berdaya dan tertekan, tidak dapat menentukan darimana perasaan ini bersumber, serta tidak dapat mengidentifikasi hal yang bisa meringankan penderitaannya. Karakteristik Orang yang Mengaktualisasikan Diri (Self-Actualizers) Penelitian Maslow pada orang-orang yang sehat secara emosional membentuk dasar dari teori kepribadiannya. Ia memperkirakan bahwa self-actualizers hanyalah 1 persen atau kurang dari populasi, namun mereka memiliki kesamaan suatu karakter tertentu. 1. Persepsi yang efisien tehadap realitas Self-actualizers menyadari dunianya, termasuk orang lain, secara jelas dan objektif, serta tidak terpengaruh oleh prasangka. 2. Menerima dirinya sendiri, orang lain, dan alam sekitarnya. 3. Spontanitas, kesederhanaan, dan alami. Perilaku self-actualizers bersifat terbuka, langsung dan alami. Mereka jarang menyembunyikan perasaan dan emosinya ataupun berpura-pura menyenangkan lingkungannya, walaupun mungkin mereka akan melakukannya untuk menghindari agar orang lain tidak tersakiti. 4. Fokus pada masalah diluar diri mereka. Self-actualizers mencurahkan energinya terhadap rasa misi dan komitmen yang dimilikinya. 5. Suatu perasaan tertarik dan kebutuhan untuk pribadi. Orang yang memiliki aktualisasi diri dapat mengalami pengasingan tanpa efek berbahaya karena mereka kelihatan memerlukan kesunyian lebih dari pada orang yang tidak mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri tergantung pada diri untuk mencapai kepuasan dan tidak bergantung pada orang lain.

6. Kesegaran apresiasi. Self-actualizers mampu melihat dan mengalami lingkungannya dengan kesegaran, rasa heran dan rasa kagum. Pengalaman . Self-actualizers mengapresiasi apa yang mereka miliki dan mengambil sedikit untuk diberikan. 7. Mistik atau peak experiences. Self-actualizer mengetahui momen bahagia yang luar biasa, sama seperti pengalaman religius yang dalam, yang dapat terjadi pada setiap kegiatan yang sebenarnya. Maslow menyebutnya dengan peak experiences, dimana seseorang akan merasa diri mereka sulit dipahami dan merasakan kekuatan tertinggi, kepercayadirian, dan penuh keyakinan. Maslow mengatakan bahwa terdapat perbedaan kuantitas dan kualitas pada selfactualizer dalam hal peak experiences mereka. Yang disebut peakers memiliki pengalaman yang lebih daripada non-peakers, dan pengalaman ini cenderung bersifat mistis dan religius. Tentu saja peakers lebih bersifat suci dan memiliki perasaan yang kuat, daripada non-peakers yang lebih bersifat praktis dan lebih terpaut pada urusan duniawi. 8. Ketertarikan sosial. Maslow mengadopsi konsep ketertarikan sosial Adler untuk menunjukkan simpati dan empati self-actualizer dalam hal kemanusiaan. Meskipun mereks seringkali disakiti oleh perilaku-perilaku individu lain, self-actualizer memiliki kebaikan dan pemahaman akan orang lain dan kerinduan untuk membantu masyarakat. 9. Hubungan interpersonal yang mendalam. Walaupun lingkaran pertemanan self-actualizer tidak besar, mereka memiliki pertemanan yang mendalam dan lama. Mereka cenderung untuk memilih-milih teman yang memiliki kepribadian seperti mereka, sama seperti kita yang memilih teman yang cocok dengan kita. 10. Struktur karakter yang demokratis. Self-actualizer lebih bersikap bertoleransi dan menerima kepribadian dan perilaku orang lain. 11. Kreativitas. Self-actualizer adalah orang-orang yang sangat kreatif dan menunjukkan keahlian menciptakan/menemukan sesuatu dan keaslian dalam perkerjaan. 12. Ketahanan terhadap enkulturasi. Self-actualizer berikap otonomi, mandiri, dan mencukupkan diri mereka. Mereka merasa bebas untuk melawan sosial dan tekanan budaya dalam berpikir dan berperilaku pada jalan mereka sendiri. Kegagalan Mengaktualisasikan Diri Sebagai need tertinggi pada hierarki, aktualisasi diri merupakan potensi yang terakhir. Need ini dapat dengan mudah dicampuri atau dihalangi. Pada tingkatan yang lebih bawah, kondisi

ekonomi juga akan dapat membuat sulitnya memenuhi kebutuhan fisiologis dan keamanan, sehingga aktualisasi diri dapat dikatakan tidak terlalu penting. Kecukupan akan kasih sayang pada masa kanak-kanak merupakan prasyarat untuk aktualisasi diri. Jika anak-anak merasa aman dan nyaman pada masa awal kehidupan, mereka akan mengingatnya atau merasakannya pada masa dewasa. Tanpa cukupnya kasih sayang orang tua, keamanan dan harga diri pada masa kanak-kanak, maka akan sulit untuk mencapai aktualisasi diri pada masa dewasa. Alasan lain mengenai kegagalan dalam aktualisasi diri adalah apa yang dikatakan Maslow sebagai Jonah Complex, yaitu ketakutan yang memaksimalkan potensi kita yang akan menunjukkan kita pada situasi dimana kita tidak bisa mengatasinya. Proses aktualisasi memerlukan usaha, disiplin, dan kontrol diri. Self-actualizer mencoba dan menantang diri mereka secara kostan dengan cara meninggalkan rutinitas yang aman dan sikap dan kelakuan yang sudah biasa. D. Question About Human Nature Pandangan Maslow tentang kepribadian adalah humanistik dan optimistis. Dia lebih berfokus pada yang kesehatan dari pada penyakit. Maslow juga percaya pada keinginan untuk bebas. Dalam pandangannya kita semua mampu memilih bagaimana memuaskan kebutuhan kita dan mewujudkan potensi kita. Kita bisa menciptakan perwujudan diri atau menahan dari prestasi tertinggi. Jadi, kita bertanggungjawab pada tingkat perkembangan kepribadian yang kita capai. Kepribadian ditentukan oleh interaksi antara nature dan nurture, keturunan dan lingkungan, variabel personal dan situasional. Maslow memberatkan keunikan dari kepribadian manusia. Kebutuhan dan motivasi kita adalah universal, akan tetapi cara dimana kebutuhan dipuaskan bervariasi dari orang ke orang karena tingkah laku tersebut dipelajari. Maslow mengakui pentingnya pengalaman pada masa kanak-kanak awal dalam membantu mengembangkan atau menghambat perkembangan berikutnya. Dia membantah bahwa nature kita pada dasarnya baik, sopan, dan ramah, akan tetapi dia tidak menyangkal adanya kejahatan. Maslow berpikir bahwa kejahatan bukan bagian keturunan dan nature manusia tetapi hasil dari lingkungan yang tidak layak. Keoptimisannya diekspresikan dalam kepercayaan bahwa masing-masing kita bisa memenuhi potensi diri kita yang sangat banyak. E. Assessment in Maslows Theory

Maslow tak berangkat dari self actualization sebagai penilai kepribadian dan penelitian. Melainkan ia memulainya dengan rasa ingin tahu terhadap dua orang yang ia kagumi yaitu antropolog Ruth Benedict dan psikolog gestalt Max Wertheimer. Maslow mencari tahu hal apa yang membuat mereka bisa berbeda dengan orang pada umumnya. Didalam menafsirkan kepribadian para tokoh-tokoh terdahulu, Maslow menggunakan assessment yang menurutnya sesuai dengan dirinya. Dalam menilai kepribadian orang-orang seperti albert Einstein, Thomas Jefferson, Eleanor Rosevelt , Maslow mempelajari biography mereka,

menganalisa catatan tertulis tentang karakteristik pribadinya. Bagi subjek

yang masih hidup,

Maslow mengadakan wawancara, asosiasi bebas, dan test proyeksi. Ia menyatakan banyak subjek yang sadar diri setelah ditanya. Oleh karena itu penting untuk mempelajari mereka secara tidak langsung tetapi Maslow tidak menjelaskan bagaimana cara melakukannya. Dan walaupun Maslow tidak membuat assessment kepribadian, psikolog Everett Shostrom membuat kuesioner penilaian diri yang disebut The Personal Orientation Inventory (POI) untuk mengukur self-actulization. Test ini menyediakan 150 pernyataan, subjek diminta untuk memilih pernyataan yang paling sesuai dengan diri mereka. Assessment ini mengukur sejauh mana seseorang bergantung pada diri sendiri dalam hal menilai dan nilai-nilai.

F. Research in Maslows Theory Dalam penelitiannya, Maslow tidak menggunakan studi kasus ataupun experimen serta metode korelasi . Maslow menulis bahwa dia tidak memiliki cukup waktu untuk untuk menampilkan experimennya. Studi Korelasional dengan POI POI telah banyak digunakan untuk penelitian korelasional, dimana skore POI ini akan

berhubungan dengan pengukuran perilaku dan kepribadian. Skor yang mengindikasikan skor aktualisasi diri yang tinggi memiliki hubungan positif dengan beberapa faktor seperti; kesehatan emosional, kreativitas, pencapaian akademik, autonomi, toleransi. Studi lain menghasilkan korelasi negatif antara tingginya skor aktualisasi diri dengan alkoholisme, institusionalisasi gangguan mental, neuriticsm, depresi, hypochondriasis. Hasil ini merupakan daerah terkecuali berdasarkan penggambaran aktualisasi diri Maslow. Penelitian studi korelasional menjelaskan ke-tidakvalid-an pengukuran independen dari aktualisasi diri yang berhubungan dengan skor POI.

The Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan) Hasil penelitian pada mahasiswa laki-laki dan perempuan menyatakan bahwa kepuasan akan kebutuhan akan rasa aman, rasa dimiliki dan dicintai (belongingness) dan harga diri (esteem) berkorelasi negatif dengan neurotis dan depresi. Penelitian ini menggunakan sebuah tes yang didesain untuk mengukur ketiga kebutuhan tersebut, juga menunjukkan bahwa kebutuhan akan harga diri (esteem) lebih kuat daripada kebutuhan akan rasa dimiliki dan dicintai (belongingness). Penelitian ini menunjukkan perhatian yang kurang akan kebutuhan rasa aman seperti yang diharapkan remaja pada umumnya. Kebutuhan akan Rasa Dimiliki (The Belongingness Need) Maslow menyatakan bahwa kebutuhan akan rasa dimiliki hanya dapat dipenuhi melalui perkumpulan dan yang paling penting yaitu perasaan diterima oleh orang lain. Di dalam sebuah studi, 91 mahasiswa yang dituntun untuk berinteraksi dengan orang lain di chat room internet kemudian mengabaikan partisipan yang lain. Tidak ada yang merespon pesan mereka, tidak ada yang membalas komen dan pertanyaan mereka. Kelihatannya semua partisipan terlibat dalam keramahtamahan percakapan online. Namun, partisipan di dalam penelitian ini telah dibuat terisolasi. Kebutuhan akan Harga Diri (Self-Esteem) Penelitian mendukung Maslow bahwa orang-orang yang tinggi pada harga diri memiliki penghargaan dan kepercayaan diri yang lebih baik. Di dalam sebuah studi mahasiswa mencari pekerjaan, mereka yang tinggi pada harga diri menerima penawaran kerja yang lebih banyak dan dinilai baik oleh perekrut daripada mereka yang rendah pada harga diri (Ellis & Taylor, 1983). G. Self-Determination Theory Sebuah perkembangan kontemporer dari esensi Teori Aktualisasi Diri Maslow adalah teori penentuan nasib sendiri, yang menunjukkan bahwa orang memiliki kecenderungan bawaan untuk mengekspresikan ketertarikan mereka, berlatih dan mengembangkan kemampuan dan potensi, dan mengatasi tantangan (Ryan & Deci, 2000). Self-determination difasilitasi oleh motivasi intrinsik seseorang, seperti misalnya terlibat dalam suatu kegiatan karena ketertarikan ataupun tantangan dari aktivitas itu sendiri. Motivasi ekstrinsik misalnya terlibat dalam beberapa kegiatan hanya demi penghargaan eksternal seperti pujian, promosi, ataupun naik pangkat. Dapat dilihat bahwa terdapat persamaan yang mendasar di antara konsep motivasi intrinsik dan penentuan nasib sendiri, dan

konsep Aktualisasi Diri Maslow. Keduanya terpusat kepada pemenuhan talenta dan kemampuan demi kepuasan batin daripada demi penghargaan eksternal. Teori Self-determination menyebutkan 3 kebutuhan dasar, dan seseorang dapat sejahtera hanya jika memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. CompetenceKebutuhan merasa bahwa mampu menguasai tugas-tugas yang sulit. AutonomyKebebasan untuk bertindak sesuai ketertarikan, kebutuhan dan nilai-nilai. RelatednessKebutuhan untuk merasakan hubungan yang dekat dengan orang lain.

Penelitian menunjukkan bahwa pemenuhan atas ketiga kebutuhan ini, dan yang terpusat pada motivasi intrinsik, menunjukkan kaitan positif dengan harga diri tinggi dan aktualisasi diri (Ryan & Deci, 2000).

Komentar Kelompok : Menurut kelompok kami, Teori Hirarki Kebutuhan Maslow sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Pada dasarnya, manusia memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow dimana kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling mendasar yang harus dipenuhi. Di dalam pengerjaan makalah ini, kami juga sedikit terbantu karena materi ini sudah pernah dibahas di beberapa mata kuliah yang sudah kami jalani. Kendala utama kami adalah kurangnya komunikasi saat mengerjakan makalah ini. Sehingga waktu pengerjaan makalah yang diberikan juga kurang dapat kami gunakan secara maksimal. Contoh Teori Hirarki Kebutuhan Maslow pada Film Hunger Games: Pada adegan Film Hunger Games, dapat kita lihat perbedaan yang signifikan antara kepribadian Cato dengan Katniss. Cato hanya ingin membanggakan distriknya merasa distriknya yang paling kuat, sedangkan Katniss dan Peeta ingin bertahan hidup dan mereka memiliki rasa saling memiliki. Dari cerita tersebut, diketahui bahwa Cato memiliki self esteem yang tinggi, namun Cato kurang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar seperti kebutuhan fisiologis dan love and belongingness. Sedangkan Katniss dan Peeta memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu, kemudian kebutuhan akan rasa aman dan juga kebutuhan akan cinta dan kasih sayang.

Daftar Pustaka

Schultz &Schultz.1994.Theories of Personality.5 ed.Belmont :Wadswort. Alwisol.2009.Psikologi Kepribadian.Malang : UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai