Anda di halaman 1dari 23

TEORI HUMANISTIK ABRAHAM MASLOW

A. Biografi Singkat Abraham Maslow

Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow
dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi.
Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain
sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam
lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.

Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia tumbuh di perpustakaan diantara buku-
buku. Ia awalnya berkuliah umum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk mempelajari psikologi
dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia berkuliah, ia menikah dengan sepupunya yang
bernama Bertha pada bulan Desember 1928 dan bertemu dengan mentor utamanya yaitu Profesor
Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934.
Maslow kemudian memperdalam riset dan studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami
subjek yang sama. Di sana ia bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu
kolega awal dari Sigmund Freud.

Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di New York, ia bertemu
dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang
Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal. Kedua orang inilah yang
kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia. Maslow menjadi pelopor
aliran humanistik psikologi yang ter

Abraham Harold Maslow adalah pelopor teori psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya
tentang hirarki kebutuhan. Maslow lahir di Brooklyn New York pada tahun 1908. Ia dibesarkan dalam
keluarga Yahudi. Latar belakang pendidikan orang tuanya tidaklah tinggi. Pada masa kecilnya Maslow
dikenal sebagai anak yang mengalami perkembangan yang agak kurang jika dibandingkan dengan
anak-anak seusianya saat itu. Ia juga merasa tidak bahagia dengan hidupnya. Ia seorang Yahudi,
namun ia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan non Yahudi. Otomatis sering kali ia merasa
terasing. Menginjak masa kuliah, Maslow memilih jurusan hukum untuk ia tekuni. Namun pada
akhirnya, ia memil

ih untuk mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Tahun 1928 ia menikah dengan
sepupunya, Bertha. Dan pada tahun yang sama tepatnya bulan Desember, ia bertemu dengan
mentor pertamanya yaitu Prof. Harry Harlow.

Gelar Bachelor ia dapatkan pada tahun 1930, master pada tahun 1931, dan PhD pada tahun 1934.
Kemudian ia memperdalam riset dan studinya di Universitas Columbia dan juga bertemu dengan
mentor lainnya yaitu Alfred Adler. Tahun 1937-1951 Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn
College dan juga bertemu dengan Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer
seorang Gestalt psikolog. Kedua orang inilah yang menginspirasi Maslow dalam mendalami perilaku,
kesehatan mental, dan potensi yang dimiliki oleh manusia. Maslow menjadi pelopor aliran
humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an. Pada masa ini, ia
dikenal sebagai "kekuatan ke tiga" di samping teori Freud dan behaviorisme. .

Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan menjadi resident fellow
untuk Laughlin Institute of California. Ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Pada
tahun 1967, Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar Humanist of the Year kepadanya

Teori psikologi Maslow menarik untuk dikaji karena dalam teori humanistiknya benar-benar
memanusiakan manusia. Segala potensi yang ada dalam diri manusia tidak luput dari
pengamatannya. Manusia dipandang sebagai mkhluk hidup dalam arti yang sebenarnya. Tidak ada
istilah dehumanisasi dalam teori psikologi Maslow ini. Manusia benar-benar diakui eksistensinya.

B. Asumsi dan Prinsip Dasar

Psikologi humanistik adalah salah satu teori belajar yang orientasinya pada masalah bagaimana tiap-
tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka yang sendiri. Psikologi humanistik adalah gerakan psikologi
yang merasa tidak puas dengan psikologi behaviouristik dan psikoanalisis. Fokus dari psikologi
humanistik adalah manusia dengan berbagai ciri eksistensinya.

Gerakan psikologi humanistik dimulai dari tanah Amerika pada tahun 1950 dan terus mengalami
perkembangan. Tokoh-tokoh dari teori ini berpendapat bahwa psikologi lain terutama psikologi
behaviouristik telah mendehumanisasi manusia. Meskipun psikologi behaviouristik dapat
menunjukkan keberhasilannya dalam bidang-bidang tertentu, namun sebenarnya psikologi
behaviouristik telah gagal memberikan sumbangan dalam pemahaman manusia dan kondisi
eksistensinya.

Adanya ketidakpuasan dengan psikologi behaviouristik itu mendorong banyak tokoh untuk
melahirkan teori psikologi yang baru, yang dapat menghilangkan dehumanisasi terhadap manusia.
Salah satu tokoh tersebut adalah Abraham Maslow.

Teori Humanistik menurut Maslow didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada 2 hal:

a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang;

b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu (maslov, 1968)

Ahli-ahli teori humanistik menunjukkan bahwa (1) tingkah laku individu pada mulanya ditentukan
oleh bagaimana mereka merasakan dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, dan (2) individu bukanlah
satu-satunya hasil dari lingkungan mereka seperti yang dikatakan oleh ahli teori tingkah laku,
melainkan langsung dari dalam (internal), bebas memilih, dimotivasi oleh keinginan untuk aktualisasi
diri (self-actualization) atau memenuhi potensi keunikan mereka sebagai manusia.

Struktur Kepribadian Abraham H. Maslow


Teori kepribadian Abraham Maslow terdiri diatas jumlahn asumsi dasar tentang motivasi. Pertama,
Maslow mengadopsi pendekatan holistik terhadap motivasi, yaitu: seluruh orang, bukan satu bagian
atau fungsi tunggalnya saja, yang termotivasi.

Kedua, motivasi biasanya bersifat kompleks, artinya perilaku seseorang bisa muncul dari beberapa
motif yang terpisah. Contohnya, hasrat untuk melakukan hubungan seks biasanya dimotivasi bukan
hanya oleh kebutuhan genital, tetapi juga untuk kebutuhan mendominasi, persahabatan, cinta dan
harga diri. Selain itu, motivasi tingkah laku tertentu bisa saja tidak disadari atau tidak diketahui
pribadi tersebut. Contohnya, motivasi seorang mahasiswa untuk meraih nilai tinggi bisa saja
menopangi kebutuhannya untuk mendominasi atau menguasai. Penerimaan Maslow terhadap
pentingnya motivasi yang tidak disadari adalah suatu pembeda utama dirinya dari Gordon Allport.
Jika Allport yakin seseorang yang bermain golf untuk mencari kesenangan main golf itu sendiri
namun, Maslow berpendapat lain dengan mencari berbagai alasan yang melandasi dibalik
kesenangan itu, yang sering kali lebih kompleks dari sekedar keinginan untuk bermain golf.

Asumsi ketiga adalah manusia termotivasi secara terus menerus oleh suatu kebutuhan atau
kebutuhan yang lainnya. Ketika suatu kebutuhan terpenuhi biasanya dia kehilangan daya
motivasinya, dan digantikan oleh kebutuhan lain. Contohnya, selama kebutuhan rasa lapar tidak
terpenuhi, manusia akan berjuan untuk mencari makanan. Namun ketika sudah cukup makan,
mereka akan bergerak pada kebutuhan lain, seperti rasa aman, persahabatan dan harga diri.

Asumsi keempat adalah semua orang dimanapun termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang
sama. Cara manusia diberagam budaya memperoleh makanan, mengungkapkan persahabatan, dan
seterusnya bisa sangat beragam namun, kebutuhan fundamental akan makanan, rasa aman, dan
persahabatan adalah fakta umum bagi seluruh spesies manusia.

IV. Perkembangan Kepribadian dalam Perspektif Maslow

Konsep perkembangan bagi Abraham Maslow adalah erat kaitannya dengan gagasan-gagasannya
tentang kemampuan. Hasil-hasil penelitiannya membawanya sampai pada kesimpulan bahwa
perkembangan kearah aktualisasi diri merupakan sesuatu yang wajar sekaligus perlu. Perkembangan
diartikannya sebagai mekarnya bakat-bakat, kapasitas-kapasitas, kretivitas, kebijaksanaan dan
karekter secara terus menerus. Sedangkan pertumbuhan diartikan sebagai pemuasan secara
prodresif atas kebutuhan-kebutuhan psikologisyang makin meningkat.

Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang, tapi kecil
presentase orang yang mampu mendekati realitas penuh atas kemampuan-kemampuan mereka, tak
terkecuali dilingkungan masyaratakat Amerika yang cenderung bebas. Sehinggga Maslow
mengemukakan beberapa factor mengapa manusia itu gagal untuk berkembang dan tumbuh,
diantarantaya adalah:

Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa, naluri manusia itu cenderung lemah, akibatnya benih-
benih pertumbuhan dengan mudah dibuat tak berdaya oleh kebiasaan-kebiasaan buruk, lingkungan,
budaya yang kurang baik atau pendidikan yang kurang memadai atau bahkan keliru.

Dilingkungan kebudayaan barat ada kecendrungan kuat untuk takut pada naluri-naluri,
kecendrungan untuk memandang semua naluri bersifat kebinatangan serta hina.

Pengaruh negative kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan yang rendah itu ternyata kuat.

Kecendrungan pada orang dewasa untuk meragukan dan bahkan takut pada kemampuan-
kemampuan mereka sendiri, takut bahwa potensi mereka lebih besar dari yan selama ini merka
sadari.

Lingkungan budaya dapat menghambat perkembangan manusia kearah aktualisasi diri.

Sudah dikemukakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya adalah lebih fleksibel dari
kebanyakan orang, lebih terbuka pada gagasan-gagasan dan pengalaman-pengalaman baru. Tapi
banyak dari manusia yan terkungkung dengan masa lalunya, sehingga hal itu dapat menghambat
proses perkembangan manusia itu sendiri dan bahkan mereka tidak dapat mengaktualisasiaka
dirinya.

Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:

Suatu usaha yang positif untuk berkembang

Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang
bersifat hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan
psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan rasa aman dan seterusnya.

Maslow Berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek individu, dan
menekankan kesehatan daripada sekedar penyakit dan masalah.

Detail Teori
Teori yang terkenal dari Maslow yang merupakan salah satu tokoh humanistik adalah teori tentang
Hirarki Kebutuhan. Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

Kebutuhan fisiologis atau dasar

Kebutuhan akan rasa aman

Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi

Kebutuhan untuk dihargai

Kebutuhan untuk aktualisasi diri

C. Hierarchy of needs atau Hirarki kebutuhan

Abraham Maslow adalah tokoh yang dapat dikatakan sebagai bapak psikologi humanistik. Maslow
menjadi terkenal karena teori motivasinya. Teorinya itu terdapat dalam “Motivation and
Personality”. Dalam bukunya tersebut, ia mengajukan teori tentang “hierarchy of needs” . Hierarchy
of needs adalah tingkatan kebutuhan manusia yang terdiri dari 7 kebutuhan. Berikut urutannnya :

1. Kebutuhan jasmaniah

2. Kebutuhan keamanan

3. Kebutuhan untuk memiliki dan cinta

4. Kebutuhan harga diri

5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri

6. Kebutuhan untuk tahu dan mengerti

7. Kebutuhan estetis

1. Kebutuhan jasmaniah

Kebutuhan jasmaniah adalah kebutuhan paling mendasar yang ada pada diri manusia. Kebutuhan ini
sangat menuntut untuk segera dipuaskan. Contoh dari kebutuhan jasmaniah ini adalah makan,
minum, tidur, dan lain-lain.

2. Kebutuhan keamanan

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan dan untuk menghindari dari bencana dan
bahaya. Contoh dari kebutuhan ini adalah berhati-hati dalam berkendara agar tidak terjadi
kecelakaan.

3. Kebutuhan untuk memiliki dan cinta


Adalah kebutuhan berupa dorongan untuk mempunyai kawan, berkeluarga, dan menjadi bagian dari
suatu kelompok dan sebagainya. Ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan ini dapat
mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu agar memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya
adalah menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Dalam kasus keseharian yang sering kita
temui adalah adanya rasa “caper’ dari seseorang sebagai suatu langkah untuk memperoleh
pengakuan dari orang lain. Siswa sekolah dasar sering kali bersikap seperti ini.

4. Kebutuhan harga diri

Adalah kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan dipercaya oleh orang lain. Dalam memenuhi
kebutuhan ini sering kali orang berlomba-lomba mencari prestasi dan kekayaan sebagai upaya untuk
memperoleh penghargaan dan kepercayaan dari orang lain. Contoh dari kebutuhan ini adalah
pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Adalah kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Orang
biasanya berbuat sesuka hatinya sesuai dengan bakat dan minat yang ia miliki . Contohnya adalah
seorang yang mengembangkan bakat dan minatnya dalam bidang seni suara untuk menjadi
penyanyi

6. Kebutuhan untuk tahu dan mengerti

Adalah kebutuhan untuk mencari tahu, mencari ilmu, dan memperoleh pemahaman dalam suatu
hal. Dalam memenuhi kebutuhan ini seseorang berusaha mencari jawapan mengenai makna
kehidupannya dan tentang kewujudan dirinya.

7. Kebutuhan Estetis

Adalah kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan kelengkapan. Manusia berkeinginan untuk
memiliki dan memahami keindahan dan kecantikan dalam dirinya. Salah satu untuk memiliki
perasaan tersebut adalah dengan cara memiliki barang yang cantik dan mempunyai unsur-unsur
kesenian dalam dirinya. Akibat keperluan ini manusia sanggup membelanjakan beratus malahan
beribu rupiah untuk memiliki barang yang indah .

Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada
masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain
mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari prilaku yang tidak nampak, mempelajari
ketidaksadaran sekaligus kesadaran. Instropeksi sebagai suatu metode penelitian yang telah
disingkirkan, harus dikembangkan lagi sebagai metode penelitian psikologi. Psikologi harus
mempelajari manusia tidak hanya sebatas tanah liat yang pasif yang ditentukan oleh kekuatan dari
luar tetapi psikologi harus mempelajari manusia sebagai makhluk yang aktif yang dapat
menentukan geraknya sendiri serta memiliki kekuatan dari dalam untuk menentukan perilakunya.

Maslow (1968) berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan untuk tingkat yang
paling rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini
adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan
merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan
untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika
kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi
intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya self-actualization.

Maslow (1954) menyusun hirerarki kebutuhan. Di dalam hirarki ini, ia menggunakan suatu susunan
piramida untuk menjelaskan dorongan atau kebutuhan dasar yang memotivasi individu. Kebutuhan
yang paling dasar, yakni kebutuhan fisiologis akan makanan, air, tidur, tempat tinggal, ekspresi
seksual, dan bebas dari rasa nyeri, harus dipenuhi pertama kali. Tingkat kedua adalah kebutuhan
akan keselamatan, keamanan, dan bebas dari bahaya atau ancaman kerugian. Tingkat ketiga ialah
kebutuhan akan mencintai dan memiliki, yang mencakup membina keintiman, persahabatan, dan
dukungan. Tingkat keempat ialah kebutuhan harga diri, yang mencakup kebutuhan untuk dihormati
dan diargai orang lain. Tingkat yang paling tinggi ialah aktualisasi diri, kebutuhan akan kecantikan,
kebenaran, dan keadilan.

Maslow mengajikan hipotesis bahwa kebutuhan dasar di tingkat paling bawah piramida akan
mendominasi perilaku individu sampai kebutuhan tersebut dipenuhi, kemudian kebutuhan tingkat
selanjutnya menjadi dominan.

Maslow menggunakan istilah aktualisasi diri untuk menjelaskan individu yang telah mencapai semua
kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara keseluruhan dalam hidup.

Teori Maslow menjelaskan bahwa perbedaan individu terletak pada motivasinya, yang tidak selalu
stabil seanjang kehidupan. Lingkungan hidup yang traumatic atau kesehatan yang terganggu dapat
menyebabkan individu mundur ke tingkat motivasi yang lebih rendah.

Kebutuhan akan Rasa Aman

Setelah kebuthan-kebutuhan fisiologis dapat terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan baru yang
oleh Maslow disebut dengan kebutuhan akan rasa aman. Karena kebutuhan rasa aman biasanya
terpuaskan pada orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara yang terbaik untuk mengetahui
kebutuhan tersebut adalah dengan mengamati tingkah laku orang dewasa yang mengalami
gangguan (neurotic). Maslow mengatakan bahwa orang dewasa yang tidak aman (neurotic), maka ia
akan bertingkah laku seperti anak-anak yang tidak aman, ia akan merasa dalam keadaan terancam,
disamping itu ia akan bertindak seakan-akan dalam keadaan darurat.

Kebutuhan akan rasa cinta kasih


Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh Maslow, tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang
dapat dipadankan dengan sebagai kebutuhan fisiologi semata. Ia mengatakan bahwa “tingkah laku
seksual ditentukan oleh banyak kebutuhan, bukan hanya kebutuhan seksual melaikan oleh
kebutuhan lain, yang utama diantaranya adalah kebutuhan akan cinta dan kasih saying. Maslow
menyukai rumusan yang dikemukakan oleh Carl Roges tentang cinta, yaitu “keadaan dimengerti
secara mendalam dan diterima dengan dengan sepenuh hati.

Disamping itu Maslow juga berpendapat bahwa, kecendrungan Freudian menggap cinta berasal dari
seks merupakan kesalahan serius. Maslow juga merasa heran mengapa psikologi hanya membahsa
sedikit saja tentang cinta, Maslow juga mengemukakan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan
perkembangan manusia akan terhambat. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan
penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Dalam hubungan yang sejati
tidak akan ada rasa takut, sering kali cinta akan rusak apabila salah satu pihak merasa takut kalau-
kalau kelemahan dan kesalahan akan terungkap. Maslow mengatakan juga, “kenutuhan akan cinta
meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.

Kebutuhan akan penghargaan

Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan yakni” harga diri dan
penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi: kebutuhan akan percaya diri, kompetensi,
penguasaan, kecukupan prestasi, ketidak katergantungan dan kebebasan. Sedangkan kebutuhan
akan dihargai oleh orang lain adalah: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama
baik serta penghargaan.

Kebutuhan akan aktualisasi diri

“Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya”, itulah yang dikatakan oleh Maslow.
Oleh karenanya pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan oleh Maslow dikatakan dengan aktualisasi diri. Dimana aktualisasi
pada hirarki kebutuhan Maslow merupakan tingkatan paling tinggi, bagaimana tidak karena setiao
orang dapat mengembangkan dirinya dengan sepenuh kemampuan yang dimilikinya untuk dapat
menjadi manusia seutuhnya.

Maslow juga membrikan cirri yang universal kepada mereka yang dapat mengaktualisasikan dirinya
adalah kemampuan mereka melihat hidup dengan jernih, melihat hidup apa adanya bukan apa yang
mereka inginkan. Mereka tidak bersikap emosional, justru bersikap objektif terhadap hasil-hasil
pengamatan mereka. Disamping itu cirri lain dari orang teraktualisasikan dirinya adalah kadar konflik
dirinya yang rendah, ia tidak melawan dirinya sendiri tapi ia lebih bersifat produktif.
Dari hirarki kebutuhan tersebut dapat terlihat bahwa prioritas pemenuhan kebutuhan sangat
ditentukan oleh tingkatan kebutuhan yang ada. Artinya individu yang sudah terpenuhi kebutuhan
fisiologis dasar secara otomatis akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan di tingkat yang lebih
tinggi dan begitu seterusnya.

1. Kebutuhan jasmaniah

Kebutuhan jasmaniah adalah kebutuhan paling mendasar yang ada pada diri manusia. Kebutuhan ini
sangat menuntut untuk segera dipuaskan. Contoh dari kebutuhan jasmaniah ini adalah makan,
minum, tidur, dan lain-lain.

2. Kebutuhan keamanan

Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan dan untuk menghindari dari bencana dan
bahaya. Contoh dari kebutuhan ini adalah berhati-hati dalam berkendara agar tidak terjadi
kecelakaan.

3. Kebutuhan untuk memiliki dan cinta

Adalah kebutuhan berupa dorongan untuk mempunyai kawan, berkeluarga, dan menjadi bagian dari
suatu kelompok dan sebagainya. Ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan ini dapat
mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu agar memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya
adalah menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Dalam kasus keseharian yang sering kita
temui adalah adanya rasa “caper’ dari seseorang sebagai suatu langkah untuk memperoleh
pengakuan dari orang lain. Siswa sekolah dasar sering kali bersikap seperti ini.

4. Kebutuhan harga diri

Adalah kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan dipercaya oleh orang lain. Dalam memenuhi
kebutuhan ini sering kali orang berlomba-lomba mencari prestasi dan kekayaan sebagai upaya untuk
memperoleh penghargaan dan kepercayaan dari orang lain. Contoh dari kebutuhan ini adalah
pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Adalah kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Orang
biasanya berbuat sesuka hatinya sesuai dengan bakat dan minat yang ia miliki . Contohnya adalah
seorang yang mengembangkan bakat dan minatnya dalam bidang seni suara untuk menjadi
penyanyi

6. Kebutuhan untuk tahu dan mengerti

Adalah kebutuhan untuk mencari tahu, mencari ilmu, dan memperoleh pemahaman dalam suatu
hal. Dalam memenuhi kebutuhan ini seseorang berusaha mencari jawapan mengenai makna
kehidupannya dan tentang kewujudan dirinya.

7. Kebutuhan Estetis

Adalah kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan kelengkapan. Manusia berkeinginan untuk
memiliki dan memahami keindahan dan kecantikan dalam dirinya. Salah satu untuk memiliki
perasaan tersebut adalah dengan cara memiliki barang yang cantik dan mempunyai unsur-unsur
kesenian dalam dirinya. Akibat keperluan ini manusia sanggup membelanjakan beratus malahan
beribu rupiah untuk memiliki barang yang indah .

Aktualisasi diri digambarkan Maslow sebagai berikut:

Acceptance and Realism: Orang yang memahami dan memiliki persepsi realistis terhadap diri
mereka sendiri, orang lain serta lingkungan di sekitarnya. (baca: Kode Etik Psikologi)

Problem centering: Memiliki rasa untuk membantu orang lain memecahkan masalahnya, mencari
solusi yang paling efektif terhadap permasalahan. Hal tersebut terjadi meskipun permasalahan
terjadi di luar diri atau lingkungan pribadi mereka. Motivasi akan rasa tanggungjawan dan etika
sosial menjadi dasar keinginannya. (baca: Teori Belajar Behavioristik)

Spontaneity: Mampu bersikap spontan baik secara pikiran maupun perilaku. Orang dengan mudah
menyesuaikan diri dengan orang lain atau lingkungan lain, aturan sosial, dan cenderung terbuka.

Autonomy and Solitude: Orang dengan aktualisasi diri memiliki kebutuhan akan kebebasan dan
privasi yang lebih tinggi. (baca: Tipe Kepribadian MBTI)

Continued Freshness of Appreciation: Orang dengan aktualisasi diri melihat dunia dengan penuh
penghargaan dan kekaguman yang terus menerus. Rasa syukur atas setiap pengalaman sekecil
apapun yang didapatkan akan menjadi sumber inspirasi dan kesenangan.

Peak Experiences: Orang dengan aktualisasi diri memiliki puncak maslow yang disebut suka cita.
Setelah semua pengalaman yang dia dapatkan, orang merasa terinspirasi, diperkuat, dan menjadi
lebih baik.

Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada
masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain
mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari prilaku yang tidak nampak, mempelajari
ketidaksadaran sekaligus kesadaran. Instropeksi sebagai suatu metode penelitian yang telah
disingkirkan, harus dikembangkan lagi sebagai metode penelitian psikologi. Psikologi harus
mempelajari manusia tidak hanya sebatas tanah liat yang pasif yang ditentukan oleh kekuatan dari
luar tetapi psikologi harus mempelajari manusia sebagai makhluk yang aktif yang dapat
menentukan geraknya sendiri serta memiliki kekuatan dari dalam untuk menentukan perilakunya.

Kualitas dari Orang dengan Aktualisasi Diri

Maslow menyadari bahwa individu yang dia pelajari memiliki personaliti yang hampir sama.
Semuanya merupakan ‘reality centered’ atau bahkan ‘problem centered’ yang berfokus pada
kesulitan dalam hidup sebagai masalah yang membutuhkan solusi. Tipe individu seperti ini akan
merasa nyaman jika sendiri dan memiliki hubungan personal yang sehat. Mereka hanya memiliki
sedikit teman.

Orang dengan aktualisasi diri berfokus pada masalah diluar diri mereka, memiliki sense yang kuat
terhadap mana yang benar dan mana yang salah, spontak dan kreatif, dan tidak cenderung kaku
terhadap peraturan sosial. Maslow menyadari orang dengan aktualisasi diri memiliki pandangan
hidup yang lebih baik, penerimaan yang baik pada diri sendiri, orang lain, maupun dunia,
menghadapi banyak masalah dan orang yang impulsif. Orang dengan aktualisasi diri yang baik
sangatlah mandiri, dan menjadi privat ketika membahas tentang lingkungan dan budaya mereka,
khususnya perkembangan diri dalam potensi dan inner resources pada dirinya.

Menurut Maslow orang dengan aktualisasi diri memiliki kualitas sebagai berikut:

Truth : jujur, cantik, polos, bersih, relality.

Goodness : kebenaran, kejujuran, uprightness, desirability, benevolence.

Beauty : perfection, completion, aliveness, rightness, wholeness.

Wholeness : terorganisasi, unity, sinergi, simplicity, terstruktur.

Dikotomi : resolution, acceptance, transcendence , contradictions, opposites.

Aliveness : spontan, self- functioning, self- regulation.

Unique : individuality, novelty, non comparability.

Perfection : semuanya benar, tidak ada yang kurang.

Necessity : yakin pada jalannya dan tidak mudah terpengaruh dengan hal hal kecil.

Completion : ending, fullfillment, justice.

Justice : adil, tidak memihak, tidak setengah- setengah.

Order : sesuai aturan dan hukum, terencana.

Simplicity : abstrak, bluntness.

Richness : totalitas, complexity, differentiation.

Effortlessness : tidak terkekang, ease.

Playfullness : fun, joy, amusement.

Self- sufficiency : mandiri, memiliki keyakinan diri, autonomy.


Orang yang dapat mencapai aktualisasi diri akan mencapai kriteria tersebut sebagai cerminan
seseorang yang baik secara individu baik pikiran maupun perilaku dan baik secara sosial hubungan
dengan orang di sekitarnya. orang dengan aktualisasi diri lebih mampu mengendalikan diri dan
menyesuaikan diri dengan situasi yang ada, serta mampu menempatkan diri dan memberikan
keputusan yang terbaik dalam suatu situasi.

c. Empat Ciri psikologi yang berorientasi humanistik

Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu :

a. Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada
pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.

b. Menekankan pada kualitas-kuaitas yang khas pada manusia seperti kreatifitaas aktualisasi diri,
sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistis dan rediuksionitis.

c. Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari
dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan

d. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat
manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu (Misiak dan
sexton, 1988).

Hierarki kebutuhan manusia tersebut mempunyai implikasi yang penting dan sebaiknya diperhatikan
oleh guru dalam mengajar. Kadang guru beranggapan bahwa hasrat belajar murid merupakan
kebutuhan yang penting bagi semua anak. Namun, bagi Maslow minat atau pun motivasi untuk
belajar tidak dapat berkembang kalau kebutuhan-kebutuhan pokok tidak terpenuhi misalnya anak-
anak yang berangkat ke sekolah tanpa makan pagi, atau malamnya tidak dapat tidur nyenyak, atau
mempunyai masalah-masalah keluarga yang bersifat pribadi, cemas, atau takut, tidak berminat
mengaktualisasikan dirinya dengan memanfaatkan belajar sebagai sarana untuk mengembangkan
potensi-potensi yang dipunyainya.

D. Kedudukan Pengasuhan dalam Teori

Dalam pendekatan humanistik, orang tua diajarkan untuk mencerminkan perasaan anak-anak
mereka dan membantu mereka tumbuh dalam kesadaran diri dan pemahaman, serta memfasilitasi
kematangan psikologis anak-anak mereka.

Abraham Maslow melengkapi pemikiran tersebut dengan teori motivasi. Menurutnya, potensi-
potensi unik seorang anak akan muncul apabila diberi motivasi dengan cara penyampaian wawasan,
contoh orang tua, pergaulan dengan teman lain, maupun pengalaman langsung.
Dalam praktik pengasuhan, orang tua dianggap sebagai fasilitator yaitu menyediakan lingkungan dan
sarana belajar anak untuk mengembangkan potensinya. Semakin dipenuhinya fasilitas yang
dibutuhkan anak, akan semakin berkembang potensi-potensi yang dimiliki seorang anak.

Selain itu, orang tua harus berperan sebagai motivator. Peran ini dilakukan dengan memberikan
dorongan dan dukungan bagi berbagai hal yang menjadi minat seorang anak. Apabila anak
melakukan kekeliruan tidak disalahkan atau disudutkan tetapi diberi berikan bimbingan dengan
kalimat-kalimat yang membangkitkan semangat. Sehingga anak terpacu untuk melakukan tugasnya
dan semakin tinggi tingkat pengaktualisasiannya.

Kelebihan Teori Humanistik

Mengedepankan demokratis, partisipatif dialogis, dan humanis

Kelebihan pertama yang dapat diperoleh dari ilmu psikologi humanistis adalah prinsipnya yang selalu
mengedepankan sifat sifat dan aturan yang berakitan dengan demokratis, partisipasif dialogis, dan
humanis sehingga sangat mengesankan menghargai seseorang dengan baik. Teori humanistik
menjadi lebih baik dibandingkan teori belajar kognitif.

Suasana yang saling menghargai

Kelebihan selanjutnya dari teori pembelajaran humanistik adalah dapat membuat suasana jadi
semakin menghargai satu sama lain, Munculnya kebebasan untuk berpendapat tanpa dibatasi, dan
kebebasan mengungkapkan batasan. Dengan begitu maka peserta didik dapat menjadi lebih kreatif.
Ada banyak contoh penerapan psikologi humanistik dalam pembelajaran yang berhasil dilakukan
dalam suasana saling menghargai.

Peran aktif peserta didik

Sebagai teori untuk memberikan pembelajaran yang baik berkaitan dengan kelebihan dan
kekurangan teori humanitis, pendekatan demokratis, humanis seperti yang disebutkan sebelumnya
dapat menjadikan pembelajaran lebih mendapatkan peran aktif dari peserta didik. Selain peran aktif,
antar individu juga dapat hidup bersama meskipun memiliki berbagai macam pertimbangan masing
masing yang memicu perbedaan.

Kekurangan Teori Humanistik

Pengujian yang tidak mudah


Kekurangan atau kelemahan yang pertama dalam teori belajar humanistik untuk mempelajari ilmu
psikologi adalah pengujiannya yang dirasa tidak mudah atau dapat dikatakan cukup sulit. Bahkan
kerap kali ditemukan kecurangan kecurangan yang menjadi sebuah tradisi.

Beberapa konsepnya masih buram dan subjektif

Hal lainnya yang juga menjadi salah satu kekurangan dari teori humanistik dalam pembelajaran ilmu
psikologis adalah adanya beberapa konsep yang masih dikatakan buram dan subjektif karena guru
tidak dapat memberikan informasi yang jelas. Konsep yang masih buram tersebut dapat menjadi
penghambat pembelajaran.

Kreatifitas yang sering disalahgunakan

Kelemahan lain dari teori humanistik atau kreatifitas yang semakin bebas dan tanpa batas, kerap kali
sering disalahgunakan untuk tujuan yang tidak sesuai dengan arah pendidikan. Kondisi ini terjadi
ketika ada individu yang tidak bertanggung jawab ditengah tengah kelompok.

Pemikiran yang tidak terpusat

Pembelajaran teori humanistik dapat menyebabkan adanya pemikiran yang tidak terpusat pada
pokok permasalahan karena tiap individu diberikan kebebasan untuk dapat mengali potenisnya
masing masing untuk menjawab persoalan yang diberikan.

MAKALAH FILSAFAT UMUM DAN LOGIKA

DINAMIKA CACAT LOGIKA

DISUSUN OLEH:

1. SINTA SEPTENA
2. MARIA DELLA FAJAR BULAN
3. RINDRI SUCI RODIA
4. M. KUSUMAH PRANATA
5. MELLA LIBRANTI
6. ELVINE MAGDAYAN
7. EZRA KRISTINA SILITONGA
8. NOPA SINTIA
9. NABILLA DAROZATUN NISA

DOSEN PENGAJAR: ACHMAD AKMALUDDIN, S.IP, M.IP.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BINA DARMA

PALEMBANG

2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesalahan logika, atau yang sering disebut juga logical fallacy, merupakan
cacat atau sesat penalaran, yang tidak hanya sering (secara tak sengaja) digunakan
oleh orang-orang yang kemampuan penalarannya terbatas, tetapi juga sering (secara
sengaja) digunakan oleh orang-orang tertentu, termasuk media, untuk mempengaruhi
orang lain.

Ada banyak macam cacat mental yaitu,Argumentum ad


antiquitatem,Argumentum ad ignoratium,argumentum ad logicam,Argumentum ad
misericordiam,Argumentum ad nauseam,Argumentum ad numerum,Argumentum ad
populum,Argumentum ad verecundiam,Strawman fallacy,False Equivalence.

Kaderisasi merupakan suatu proses pemantasan diri dimana ada interaksi


pengkader dan kader untuk kebutuhan regenerasi dari suatu organisasi. Di dalam
interaksi tersebut lah yang diharapkan penurunan penurunan nilai dari suatu organisasi
itu terjadi. Interaksi tersebut pastinya akan melibatkan argumentasi diantara pengkader
dan yang dikader, baik itu argumentasi yang membantah apa yang dikatakan
pengkader ataupun membantah apa yang dikatakan dikader. Dengan adanya kecacatan
logika, kita sebagai pengkader tidak bisa membuat keputusan — keputusan yang baik.
Apabila kita mempunyai pola pikir yang logis dan mempunyai alasan alasan yang kuat
untuk mendukungnya, ini tidak hanya akan mempermudah pengambilan keputusan
untuk para pengkader, tetapi juga kita sendiri sebagai pengkader akan lebih memahami
esensi dan dasar — dasar dari semua yang dilakukan sebagai pengkader. Ini sangat
penting karena apabila kita sendiri tidak memahami secara dalam segala keputusan
yang diambil, bagaimana kita bisa membuat peserta kaderisasi bisa memahami dan
mengambil ideologi yang kita miliki?.

B. RUMUSAN MASALAH
1.Pengertian cacat logika.
2.Macam-macam cacat logika.
3.Pengertian gangguan mental
4.adakah hubungan antara cacat logika dengan ganmgguan mental.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cacat Logika


Kesalahan logika, atau yang sering disebut juga logical fallacy, merupakan
cacat atau sesat penalaran, yang tidak hanya sering (secara tak sengaja) digunakan
oleh orang-orang yang kemampuan penalarannya terbatas, tetapi juga sering (secara
sengaja) digunakan oleh orang-orang tertentu, termasuk media, untuk mempengaruhi
orang lain.
Berbicara mengenai cacat logika, tentunya kita tidak akan bisa lepas dari istilah
logical fallacy. Istilah ini mungkin sudah pernah kita dengar dalam konteks percakapan
sehari-hari, Akan tetapi, ada baiknya kita mendefinisikan istilah ini terlebih dahulu.
Pertama, logical yang secara gamblang langsung dapat diterjemahkan menjadi kata
logis. Logis memiliki arti sesuai dengan logika, sesuai dengan akal, atau masuk akal1.
Kemudian, kata fallacy didefinisikan sebagai kesalahan dalam berpikir, terutama yang
memiliki kecenderungan menyesatkan2. Dengan demikian, logical fallacy berarti
kesalahan dalam berpikir secara logis. Singkatnya, logical fallacy adalah kecacatan
logika itu sendiri.
Menyambung pernyataan pada beberapa paragraf di atas, keberadaan cacat
logika dalam suatu argumen sekilas akan menambah “bukti” atau alasan untuk
mendukung suatu klaim. Hal ini berpotensi menyesatkan orang-orang sesuai dengan
sifat kecacatan logika itu sendiri, terlebih bagi yang tidak terbiasa berpikir secara kritis.
Karenanya, sebuah argumen dengan klaim yang didukung oleh kecacatan logika
mungkin tampak meyakinkan. Akan tetapi, jika ditelaah lebih lanjut, tentunya kita
dapat melihat kecacatan logika dalam klaim yang dibawa oleh argumen tersebut.

B. Macam-macam Cacat Logika

Anda pernah mengikuti sebuah debat profesional maupun debat kecil-kecilan


di dunia maya? Pasti pernah. Mungkin saja saat Anda ikut merumuskan pendapat,
Anda disangkal dengan bahasa-bahasa latin nan keren semacam argumentum ad
hominem oleh lawan debat? Jika belum, berarti debat Anda kurang jauh. Argumentum
ad hominem adalah salah satu cacat logika (logical fallacy) paling populer, bahkan
yang sering kita lakukan saat mengikuti debat mini di sebuah forum daring.
Sebelumnya, sebagai sangkalan, info seputar cacat logika ini hanya untuk
debat yang benar-benar logis, yang bisa dinalar dan dibuktikan dengan otak. Bila
dikaitkan dengan agama, cacat logika sering atau sama sekali tidak berlaku. Oleh
karena itu, sangat logis kalau agama saya melarang penganutnya untuk berdebat
masalah agama. Jadi, ini hanya untuk tambahan pengetahuan saja pak!

1. Argumentum ad antiquitatem
Hal yang sering dilakukan sebelumnya dianggap sebagai hal yang benar. Ini termasuk
cacat logika yang populer. Misalnya, untuk menginstal Windows, kita bisa meminjam
CD instalasi Windows dari rental CD dan menginstalnya dengan bantuan crack atau
serial number yang sudah disediakan.

2. Argumentum ad hominem
Merupakan pendapat yang menyerang kepribadian orang atau motif orang alih-alih
menyerang ide atau gagasannya. Misalnya, ide bu menteri untuk meledakkan kapal-
kapal pencuri ikan adalah hal yang konyol dan bodoh karena dia hanya lulusan SMP.

3. Argumentum ad ignoratium
Ketika ada orang yang membenarkan sesuatu karena sesuatu itu belum terbukti
keberadaannya, maka ia telah melakukan cacat logika ini. Misalnya, ketika guru
mengatakan di depan kelas, “karena tidak ada yang bertanya mengenai materi tadi,
besok kita ujian.”

4. Argumentum ad logicam
Sedikit berhubungan dengan cacat logika sebelumnya, argumentum ad
logicam adalah anggapan bahwa sesuatu itu salah karena hal yang menyebabkan
sesuatu itu salah. Misalnya, presiden Sukarno hebat karena telah mengurangi depresi
masyarakat Indonesia. Presiden mengurangi depresi masyarakat Indonesia? Belum
tentu. Namun tidak berarti pernyataan “presiden Sukarno hebat” salah.

5. Argumentum ad misericordiam
Ketika ada orang yang memaksakan kebenarannya dengan rasa kasihan, maka dia
telah melakukan cacat logika ini. Misalnya, ketika ibu Miriam menyalahkan tindakan
gegabah para Avengers atas meninggalnya sang anak akibat pertempuran Avengers
dengan kelompok Crossbones.
6. Argumentum ad nauseam
Cacat logika ini terjadi saat sebuah argumen yang belum tentu benar atau bahkan
salah, yang selalu diulang-ulang, sehingga akan dianggap benar secara otomatis. Atau
argumen yang sudah benar, tapi terus diulang-ulang sehingga menutupi objek debat
sebenarnya. Misalnya, anggapan bahwa global warming itu tidak ada dan hanya akal-
akalan.

7. Argumentum ad numerum
Cacat logika bisa timbul saat seseorang berusaha membuktikan kebenaran
argumennya dengan cara menunjukkan jumlah orang yang percaya dengan
argumennya. Misalnya, pernyataan “paling tidak ada 70 persen masyarakat yang
muak dengan presidennya.”

8. Argumentum ad populum
Cacat logika ini identik dengan argumentum ad numerum, yang berusaha
membuktikan bahwa masyarakat umum setuju dengan kita.

9. Argumentum ad verecundiam
Cacat logika yang konyol. Argumentum ad verecundiam akan aktif ketika kita ingin
membuktikan sesuatu dengan cara mengutip pernyataan seseorang yang tidak ahli di
bidangnya. Misalnya, “Pemanasan global tidak benar, menurut Kak Seto, pencairan di
beberapa titik di benua Antartika adalah hal normal, yang akan pulih sekitar delapan
bulan sekali.”

10. Strawman fallacy


Cacat logika yang terjadi ketika seseorang melakukan kesalahan interpretasi
(mendistorsi pesan) terhadap lawan bicaranya hanya karena satu dua argumen atau
ciri khas tertentu yang disampaikan sang lawan.

Contohnya;
A: Menurut antum bentuk pemerintahan apa yang memang patut diterapkan di
Indonesia?
B: Jelas, demokrasi Pancasila! Demokrasi Pancasila itu sudah harga mati, tak bisa
ditawar lagi. Lalu, menurutmu sistem pemerintahan Islam atau khilafah menjamin
keadilan maupun kemakmuran negara?
A: Anda menuduh saya sebagai penganut sistem khilafah karena panggilan “antum”?
B: telah melakukan strawman fallacy.

11. False Equivalence


Sebuah cacat logika yang bermaksud menyamakan dua hal, padahal faktanya
keduanya berbeda. Contoh, “Pistol dan nuklir adalah senjata. Selama ini warga negara
Amerika Serikat diizinkan memiliki pistol sehingga seharusnya mereka juga diizinkan
memiliki nuklir”.

C. Dampak Cacat Logika dalam Kaderisasi

Seperti yang sudah dijelaskan, kaderisasi merupakan suatu proses pemantasan


diri dimana ada interaksi pengkader dan kader untuk kebutuhan regenerasi dari suatu
organisasi. Di dalam interaksi tersebut lah yang diharapkan penurunan penurunan nilai
dari suatu organisasi itu terjadi. Interaksi tersebut pastinya akan melibatkan
argumentasi diantara pengkader dan yang dikader, baik itu argumentasi yang
membantah apa yang dikatakan pengkader ataupun membantah apa yang dikatakan
dikader. Argumentasi tersebut harus terdiri dari argumen — argumen yang logis dan
alasan — alasan yang tepat agar dapat memperkuat ideologi — ideologi yang
diturunkan kepada peserta kaderisasi. Sebagai pengkader, kita harus bisa melihat,
sadar, dan tahu ketika kecacatan logika itu ada karena dampaknya sangat
mempengaruhi proses kaderisasi tersebut.

Dengan adanya kecacatan logika, kita sebagai pengkader tidak bisa membuat
keputusan — keputusan yang baik. Apabila kita mempunyai pola pikir yang logis dan
mempunyai alasan alasan yang kuat untuk mendukungnya, ini tidak hanya akan
mempermudah pengambilan keputusan untuk para pengkader, tetapi juga kita sendiri
sebagai pengkader akan lebih memahami esensi dan dasar — dasar dari semua yang
dilakukan sebagai pengkader. Ini sangat penting karena apabila kita sendiri tidak
memahami secara dalam segala keputusan yang diambil, bagaimana kita bisa membuat
peserta kaderisasi bisa memahami dan mengambil ideologi yang kita miliki?

Kecacatan logika juga dapat memperlemah hal — hal yang kita percayai.
Dengan adanya kecacatan logika, kita sebagai pemegang suatu ideologi akan
mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk melepas ideologi tersebut. Kita bisa
melihat dasar — dasar dari segala keyakinan kita sebagi pondasi rumah, apabila
pondasinya tidak kuat, rumah kita bisa rubuh, dan ini adalah kasus yang sama untuk
ideologi — ideologi yang kita pegang. Sebagai pelaku kaderisasi, kita harus pahami
betul segala alasan dan dasar — dasar dari yang kita lakukan, dengan itu, kita bisa
mempengaruhi peserta kaderisasi.
Dalam interaksi lapangan, Logical Fallacy sangat rentan terjadi. Logical
Fallacy bisa dilakukan oleh pihak pengkader dan pihak dikader. Interaksi lapangan
merupakan suatu forum, untuk mencapai suatu keputusan bersama yang diinginkan.
Untuk mencapai keputusan tersebut, perlu adanya penjelasan yang kuat mengapa
keputusan tersebut perlu dilakukan. Jika logical fallacy terjadi dan dilakukan oleh
pihak pengkader, maka keputusan tersebut akan terkesan memaksakan, sehingga bisa
menyebabkan perasaan ‘perpeloncoan’ yang menghilangkan makna dari kaderisasi
tersebut. Jika logical fallacy dilakukan oleh pihak dikader, pada umumnya hal ini dapat
diterima. Hal ini diakibatkan oleh pihak dikader adalah pihak yang belum terdidik, dan
kaderisasi adalah bagian untuk mendidik pihak dikader.

Permasalahan pasti akan terjadi di dalam sebuah tim manapun. Permasalahan


mungkin terjadi karena adanya anggota tim yang saling tidak setuju satu sama lain.
Argumen — argumen yang baik yang tidak menjatuhkan dan menyakiti hati satu sama
lain tentunya merupakan solusi yang baik untuk menyelesaikan permasalahannya.
Apabila adanya sebuah Logical Fallacy yang dilibatkan dalam argumen tersebut,
tentunya akan berdampak buruk pada pertemanan dan kinerja tim tersebut. Di dalam
kaderisasi, harus dipastikan bahwa segala permasalahan yang terjadi baik itu dalam
internal tim maupun dalam interaksi lapangan, tidak boleh kita selesaikan dengan
argumen — argumen yang melibatkan kecacatan logika.

D. Pengertian Gangguan Mental


Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit yang mempengaruhi
emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Sama halnya dengan penyakit fisik,
penyakit mental juga ada obatnya.
Gangguan mental adalah pola mental atau perilaku atau anomali yang
menyebabkan penderitaan atau gangguan kemampuan untuk berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari. Pola atau anomali ini tidak bersifat normatif perkembangan
atau sosial. Gangguan mental adalah kombinasi dari bagaimana seseorang berpikir,
berperilaku, merasa dan merasakan. Seringkali gangguan mental memiliki aspek
sosial dan berhubungan dengan fungsi otak tertentu, atau area di otak atau di tempat
lain dalam sistem saraf.

Ada berbagai alasan yang dapat (sebagian) menjelaskan mengapa dan


bagaimana gangguan mental berkembang atau dipicu. Terkadang kerusakan pada otak
bisa menjadi penjelasan, terkadang terjadi perubahan hormon. Kejadian traumatis
(kecelakaan mobil, kehilangan orang yang dicintai, pelecehan fisik atau emosional)
juga terkait dengan gangguan jiwa. Peristiwa traumatis ini bisa berasal dari masa
kanak-kanak. Anak-anak yang diintimidasi di Sekolah Dasar dapat mengembangkan
masalah harga diri dan mungkin juga gangguan kepribadian atau gangguan
kecemasan. Pengalaman buruk dengan laba-laba dapat berkembang menjadi
gangguan stres pasca trauma dan mungkin juga menjadi Spider-Fobia. Singkatnya,
gangguan jiwa bisa berkembang dan dipicu dengan berbagai cara.

Gangguan mental tidak timbul dari hari ke hari yang lain. Seringkali sudah
ada indikasi pada tahap awal yang mengisyaratkan perkembangan kelainan mental.
Dengan cepat memeriksa semua lampu di dalam rumah sebelum tidur biasanya akan
berkembang menjadi tiga puluh menit sambil mengambil ritual setiap kali anda
meninggalkan rumah atau pergi tidur. Seseorang yang tidak suka berada di pesta,
mungkin akan menghindari mereka dan lama kelamaan menghindari aktivitas sosial
lainnya. Dalam beberapa tahun orang ini bisa mengurung diri di rumah tanpa melihat
siapa pun selama berminggu-minggu.

Macam- macam gangguan mental

1. Gangguan mood
a. Gangguan depresi mayor
b. Gangguan bipolar
c. Distimia
d. Ganguan afektif musiman ( depresi musim dingin, depresi musim panas)
e. Depresi psikotik

2. Ganguan kecemasan
a. Gangguan panic
b. Agoraphobia (misalnya takut pada tempat umum)
c. Fobia spesifik (misalnya fobia laba-laba)
d. Gangguan stress pasca trauma
e. Gangguan kecemasan social
3. Gangguan kepribadian
a. Cluster A
- Paranoid
- Schizoid
- Skizotipal

b. Cluster B
- Antisosial
- Borderline
- Histrionic
- Narsisistil

c. Cluster C
- Menghindar
- Dependen
- Obsesif-Kompulsif

d. Gamgguan makan
- Anorexia nervosa
- Bulimia nervosa

E. Adakah hubungan antara cacat logika dengan gangguan mental?

Tidak ada hubungan antara cacat logika dengan gangguan mental karena ini
merupakan materi yang berbeda dan tidak bisa disatukan. Cacat logika adalah suatu
kesalahan dalam penalaran,sedangkan gangguan mental merupakan suatu penyakit
jiwa yang berkaitan dengan kondisi emosional. Contoh gangguan mental adalah :
Skizofrenia
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari materi diatas kelompok kami menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
cacat logika dengan gangguan mental. Karena kedua materi ini tidak dapat disatukan. Cacat
logika adalah suatu kesalahan terhadap penalaran sedangkan gangguan mental merupakan
suatu penyakit gangguan jiwa yang berhubungan dengan kondisi emosional, seperti insomnia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa


Indonesia Edisi V

2. Harry J. Gensler, The A to Z of Logic (2010: hal. 74). Rowman & Littlefield

3. Ali Amossawi, “An Illustrated Books of Bad Arguments”, halaman 38

4. Dr. Michael C. LaBossiere, “42 Fallacies”, page 5

5. Dr. Michael C. LaBossiere, “42 Fallacies”, page 12

6. Dr. Michael C. LaBossiere, “42 Fallacies”, page 3

7. Dr. Michael C. LaBossiere, “42 Fallacies”, page 48

8. Bo Bennett, Ph. D, “Kitab Anti Bodoh”, halaman 35–40, 197, 284, 302, dan 335.

Anda mungkin juga menyukai