MASLOW)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Broklyn, New York pada tanggal 1 April
1908. Dia dapat di pandang sebagai Bapak dari Psikologi humanistik. Pada awalnya, Maslow
yang anak imigran Rusia ini adalah seorang yang behavioris. Karena merasa tidak puas
dengan Psikologi behavioristik dan psikianalisis, Watson mencari alternatif psikologi yang
fokusnya adalah manusia dengan ciri-ciri eksistensinya.
Maslow memutuskan untuk belajar psikologi terutama karena pengaruh behaviorisme
Watson. Melalui penelitian-penelitiannya di Universitas Wisconsin, dengan menggunakan
teori-teori Watson, Maslow menemukan berbagai persamaan antara kera dan manusia.
Akan tetapi ada suatu peristiwa yang menyebabkan ia meninggalkan behaviorisme. Yaitu
kelahiran anaknya yang pertama, “Halilintar yang membereskan segala sesuatu”, begitu dia
menggambarkan pengalaman itu. “Saya akan berkata bahwa siapa saja yang mempunyai
seorang bayi tidak dapat menjadi seorang behavioris”.[1] Dia terpesona oleh misteri
kehidupan dan bukan dengan mengontrolnya sebagaimana dikemukakan oleh behaviorisme.
Karena itu Maslow kemudian beralih ke psikologi holistik dan humanistik. Gerakan psikologi
humanistik mulai di Amerika Serikat tahun 1950 dan terus berkembang. Para tokohnya
berpendapat bahwa psikologi terutama psikologi behavioristik mendehumanisasi manusia.
[2]Sekalipun psikologi behavioristik menunjukkan keberhasilannya yang cukup spektakuler
dalam bidang-bidang tertentu, namun sebenarnya gagal untuk memberikan sumbangan dalam
pemahaman manusia dan kondisi eksistensinya.
Dalam suasana ketidakpuasan terhadap psikologi behavioristik, muncul berbagai macam
buku ataupun artikel yang berkisar pada penekanan soal person. Misalnya Maslow dengan
bukunya yang berjudul “motivation and personality”, bukunya Allport yang
berjudul “Becoming”, yang menekankan pada sifat-sifat yang ada pada manusia. Karena itu
para Ahli psikologi humanistik mengarahkan perhatiannya pada “humanisasi” psikologi,
yang menekankan pada keunikan manusia.
Manusia adalah makhluk yang kreatif, yang dikendalikan bukan oleh kekuatan-kekuatan
ketidak sadaran “psikoanalisis” melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri.
Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya
pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia,
selain mempelajari prilaku yang tampak juga mempelajari prilaku yang tidak tampak,
mempelajari ketidak sadaran sekaligus mempelajari kesadaran, instropeksi sebagai suatu
metode penelitian yang telah di singkirkan, harus dikembalikan lagi sebagai metode
penelitian psikologi. Psikologi harus mempelajari manusia bukan sebagai tanah liat yang
pasif, yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar tetapi manusia adalah makhluk yang
aktif, menentukan geraknya sendiri, ada kekuatan dari dalam untuk menentukan prilakunya.
1. Rumusan Masalah
Adapun yang akan dirumuskan di dalam makalah ini adalah :
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori Kepribadian Humanistik (ABRAHAM MASLOW)
1. Eksistensialisme dan Psikologi Humanistik
Istilah Psikologi humanistik diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal
tahun 1960-an bekerjasama dibawah kepemimpinan Maslow dalam mencari alternatif dari
dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori
yang dimaksud adalah psikoanalisa dan behaviorisme. Sekelompok ahli tersebut memiliki
pandangan yang berbeda, tetapi mereka berpijak kepada konsepsi fundamental yang sama
mengenai manusia yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yakni
Eksistensialisme.
Eksistensialisme dengan sejumlah tokohnya yang mengesankan adalah sebuah aliran filsafat
yang mempermasalahkan manusia sebagai individu dan sebagai problema yang unik dengan
keberadaannya. Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata
sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya para filsuf eksistensialis percaya
bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib
atau wujud keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya itu.
Kebutuhan rasa aman muncul sebagai kebutuhan yang paling penting kalau kebutuhan
psikologis telah terpenuhi. Ini membutuhkan kebutuhan perlindungan, keamanan, hukum,
kebebasan dari rasa takut dan cemas. Karena adanya kebutuhan inilah maka manusia
menciptakan peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan dan sebagainya.
1. Kebenaran
2. kebaikan
3. keindahan/ kecantikan
4. keseluruhan (kesatuan) / integrasi
5. dikhotomi – transendensi
6. berkehidupan
7. keunikan
8. kesempurnaan
9. keniscayaan
10. penyelesaian
11. keadilan
12. keteraturan
13. kesederhanaan
14. kekayaan
15. tanpa susah payah
16. bermain
17. mencukupi diri sendiri
1. Sifat-sifat Pengaktualisasi-Pengaktualisasi Diri
Sifat umum orang-orang yang mengaktualisasikan diri, menurut defenisi mereka telah cukup
memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang lebih rendah secara teratur. Selain sifat umum,
Maslow juga membicarakan sejumlah sifat khusus yang menggambarkan pengaktualisasi-
pengaktualisasi diri.
14. Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu sifat yang akan diharapkan seseorang dari pengaktualisasi-
pengaktualisasi diri. Mereka adalah asli, inventif dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam
pengertian menghasilkan sesuatu karya seni. Kreativitas lebih merupakan suatu sikap, suatu
ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan
bereaksi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari suatu karya
seni. Jadi, orang-orang dalam pekerjaan apa sja dapat memperlihatkan kreativitas.
Bagi Maslow bukanlah suatu kejutan apabila ia menemukan bahwa orang-orang yang
dipelajarinya ini yang ia sebut sebagai orang-orang yang self-actualized, memiliki ciri kreatif.
Maslow mengartikan kreativitas pada orang-orang yang self-actualized sebagai suatu bentuk
tindakan yang asli, naif, dan spontan sebagaimana yang dijumpai pada anak-anak yang masih
polos dan jujur.[8]
15. Resistensi terhadap Inkulturasi
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri dapat berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan
dengan baik pengaruh-pengaruh sosial, untuk berfikir atau bertindak menurut cara-cara
tertentu. Mereka mempertahankan otonomi batin, tidak terpengaruh oleh kebudayaan mereka,
dibimbing oleh diri mereka bukan oleh orang-orang lain.
Akan tetapi mereka tidak terus menentang kebudayaan. Mereka tidak sengaja melanggar
aturan-aturan sosial untuk memperhatikan independensi hanya apabila timbul suatu soal yang
sangat penting bagi pribadi (biasanya suatu masalah moral atau etis), mereka akan terus
terang menentang aturan-aturan dan norma-norma masyarakat.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Abraham Harold Maslow adalah seorang filsuf dari NewYork, ia seorang filsuf yang
mencetus Psikologi Humanistik. Dia dapat juga dijuluki sebagai behavioris. Karena tidak
puas dengan Psikologi behavioristik dan psikoanalisis sehingga ia mencari alternatif
psikologi yang fokusnya adalah manusia dengan ciri-ciri eksistensinya.
1. Psikologi Humanistik
Yaitu mengobjek manusia sebagai salah satu aliran filsafat modern yang berakar, yakni
eksistensisme.
Dari kesimpulan di atas, kita bisa menelaah lebih terperinci tentang bagasi yang dicetuskan
oleh Bapak Psikologi kita yaitu Abraham Harold Maslow, yang mengarahkan arti, fungsi,
jabatan manusia dalam kehidupan yang selalu ingin berkembang.
1. Saran
Setelah melalui studi pustaka dan diskusi kelompok selesailah makalah ini. Sepenuhnya kami
sadar akan banyaknya kekurangan di beberapa titik. Banyak penafsiran-penafsiran serta
pendapat yang berbeda dan itu semua tidak lepas dari sifat fitrah dari penulis sebagai manusia
yang memiliki banyak keterbatasan. Jadi maklumlah kiranya, jika terdapat berbagai pendapat
yang penulis simpulkan. Oleh semua itu, jika sampai terdapat beberapa perbedaan pendapat,
tentunya bisa di pelajari. Maka, besar harapan kami adanya respon dari pembaca terhadap
makalah ini.
Lepas dari itu semua kami berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi
siapapun pembacanya. Selanjutnya kami ingin berterima kasih kepada dosen pembimbing
dan rekan-rekan yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah sederhana ini.
Syukron. . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA
1991. Koswara, Teori-Teori Kepribadian, ed. II, Bandung : Eresco, 1991.
Sarwono, Sarlito W., Berkenalan Dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi,
Jakarta : PT. Bulan Bintang, 2000.
Schultz, Duane, Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat, New York :
Kanisius, 1977.
Sobur, Alex, Psikologi Umum, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2003.
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Andi, 2004