Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

PENDEKATAN HUMANISTIK

Kelompok 7
1. Nahda Layali 41183507210074
2. Tri Wahyu Setianingsih 41183507210085

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI
SEMESTER GENAP 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
psikologi kepribadian pendekatan humanistik ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
biopsikologi yaitu ibu Siti Nurhidayah, S.psi, M.psi dan juga mamah saya tercinta
yang telah membantu dan memberikan suportnya sehingga makalah ini bisa selesai.
Saya menyadari bahwa makalah psikologi kepribadian yang saya buat ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pembaca agar makalah psikologi kepribadaian
ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Bekasi, 12 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
KONSEP KEPRIBADIAN...........................................................................................................................4
PENDEKATAN HUMANISTIK...................................................................................................................4
I Tokoh-tokoh........................................................................................................................................4
A. Perspektif holistik-humanistik (Abraham Maslow)....................................................................4
1. Konsep Teori..........................................................................................................................6
2. Struktur Kepribadian..............................................................................................................7
3. Dinamika Kepribadian............................................................................................................8
4. Psikopatologi Kepribadian.....................................................................................................9
B. perspektif fenomenologi (Carl Rogers)......................................................................................9
1. Konsep Teori........................................................................................................................11
2. Struktur Kepribadian............................................................................................................12
3. Dinamika Kepribadian..........................................................................................................13
4. Psikopatologi Kepribadian...................................................................................................14
II. Contoh kasus...................................................................................................................................16

3
KONSEP KEPRIBADIAN
PENDEKATAN HUMANISTIK
I Tokoh-tokoh
A. Perspektif holistik-humanistik (Abraham Maslow)
Maslow dilahirkan pada tahun 1908 di Brooklyn, New York. Dia anak sulung
dari tujuh bersaudara. Pada waktu Maslow berusia 24 tahun, orang tuanya berimigrasi
dari Rusia menuju Amerika Serikat. Dalam perjalanan hidupnya, Maslow
berkembang dalam iklim keluarga yang kurang menyenangkan. Dia merasa tidak
bahagia dan terisolasi, karena orang tuanya tidak memberikan kasih sayang, ayahnya
bersikap dingin dan tidak akrab, dan sering tidak ada di rumah dalam waktu yang
cukup lama. Ibunya sangat percaya akan tahayul, yang sering menghukum Maslow
gara-gara hal kecil saja, Dia menghukum, menolak. dan lebih mencintai saudaranya
dari pada mencintai Maslow.
Pada suatu hari Maslow membawa dua anak kucing yang tersesat, ibunya
membunuh kedua kucing tersebut, kemudian ibunya menampar dan membenturkan
kepala Maslow ke tembok. Perlakuan ibunyva kepada Maslow memberikan dampak
yang serius bagi dirinya, tidak hanya kepada kehidupan emiosionalnya, tetapi juga
pada pekerjaannya dalam psikologi.
Dalam satu tulisannya, Maslow mengemukakan keyakinan vang penuh akan filsafat
hidupnya, seluruh penelitian dan perumusan teorinya berakar dari kebencian untuk
melawan terhadap segala sesuatu yang telah dilakukan ibunya. Sejak kecil Maslow
merasa berbeda dengan orang lain. Dia merasa malu karena memiliki badan yang
kurus dan hidung yang besar. Pada usia remaja, dia merasakan rendah diri yang
sangat dalam (înferiorty complex). Dia mencoba untuk mengkompensasinya dengan
berusaha semaksimal mungkin untuk meraih pengakuan, penerimaan, dan
penghargaan dalam bidang atletik, namun tidak berhasil. Dia kembali bersahabat
dengan buku.
Sejak kecil dan remaja, Maslow sudah senang membaca. Pagi pagi dia pergi
keperpustakaan yang dekat dari rumahnya untuk meminjam buku. Apabila berangkat
kesekolah, dia pergi satu jam sebelum masuk kelas. Selama satu jam tersebut dia
pergunakan untuk membaca buku yang dia pinjam dari perpustakaan. Maslow
melanjutkan studi ke Universitas Cornel, kemudian ke Universitas Wisconsis bersama

4
sepupunya, Bertha dalam bidang psikologi. Pada usia 20 dia menikah dengan Bertha
(berusia 19 tahun). Permikahan ini membawa kebahagaiaan baginya, karena dia
merasa memiliki perasaan yang berharga dan bermakna dalam hidupnya, yang
sebelumnya tidak dimilikinya.
Di Wisconsin, dia terkesan sekali dengan psikologi behavioristik dari John B.
Watson seorang penganjur revolusioner untuk menjadikan psikologi sebagai suatu
ilmu pengetahuan tentang perilaku (science of behavior). seperti halnva banvak orang
pada tahun 1930-an, Maslow berpendapat bahwa behavioristik dapat memecahkan
berbagai masalah. Dia menerima pelatihan dalam psikologi eksperimėn, bekerja
bersama Harry Harlow dalam mempelajari perilaku monyet.
Di samping itu, Maslow juga mempelajari hasil karya Freud, psikologi gestalt,
filsafat Alfert North Whitehead, dan Henri Bergson. Maslow menerima gelar ph.D
dari Universitas Wisconsin pada tahun 1934. Dia kemudian pindah ke New York, dan
menjadi postdoctoral fellowship yang berada di bawah tanggung jawab EL
Thorndike, di Universitas Colombia. Kemudian dia menjadi pengajar di Brooklyn
College sampai mengikuti tes kecerdasan dan bakat skolastik. Thorndike mengatakan
kepadanya, bahwa IQ-nya sangat tinggi, yaitu 195, masuk kelompok genius.
Selama mengajar di New York, dia berkesempatan bertemu dengan Erich
Fromm, Karen Horney, Max Wertheimer (ahli psikologi gestalt). Alfred Adler, dan
Ruth Benedict (Antropolog Amerika). Kekagumannya kepada Benedict dan
Wertheimer mendorong dia- untuk meneliti "self-actualization” dan merumuskan
teori kepribadiannya.
Sejak tahun 1951 sampai 1959 dia mengajar di Universitas Brandeis di
Waltham Massachussets. Kemudian dia pindah ke California untuk memperdalam
filsafat politik, ekonomi, dan etika, yang semuanya itu memperkaya teorinva,
psikologi humanistik. Di akhir kehidupannya, dia menjadi salah seorang ahli
psikologi yang populer. Dia menerima banyak penghargaan dari berbagai pihak, dan
tahun 1967 dia terpilih sebagai Presidėn Assosiasi Psikologi Amerika.
Teori kepribadian Maslow dibuat berdasarkan beberapa asumsi dasar
mengenai motivasi. Pertama, Maslow (1970) mengadopsi sebuah pendekatan
menyeluruh pada motivasi (holistic approach to motivation). Yaitu, keseluruhan dari
seseorang, bukan hanya satu bagian atau fungsi, termotivasi.
Kedua, motivasi biasanya kompleks atau terdiri dari beberapa hal (motivation
is usually complex), yang berarti bahwa tingkah laku seseorang dapat muncul dari
5
beberapa motivasi yang terpisah. Contohnya, keinginan untuk berhubungan seksual
dapat termotivasi tidak hanya oleh adanya kebutuhan yang berkaitan dengan alat
kelamin, tetapi juga oleh kebutuhan akan dominasi, kebersamaan, cinta, dan harga
diri.
Asumsi ketiga adalah bahwa orang orang berulang kali bermotivasi oleh
kebutuhan-kebutuhan (people are continually motivated by one need or another).
Ketika sebuah kebutuhan terpenuhi, biasanya kebutuhan tersebut berkurang kekuatan
untuk motivasinya dan di gantikan kebutuhan lain.
Asumsi lainnya adalah bahwa semua orang dimanapun termotivasi oleh
kebutuhan dasar yang sama (all people everywhere are motivated by the same basic
needs). Bagaimana cara orang-orang dikultur yang berbeda-beda memperoleh
makanan, membangun tempat tinggal, mengekpresikan pertemanan. dan seterusnya
bisa bervariasi, tetapi kebutuhan dasar untuk makanan, keamanan, dan pertemanan
merupakan kebutuhan yang berlaku umum untuk semua spesies. Asumsi terakhir
mengenai motivasi adalah bahwa kebutuhan kebutuhan dapat di bentuk menjadi
sebuah hierarki (needs can be arrangedon a hierarchy)

1. Konsep Teori
Konsep hierarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow yang beranggapan
bahwa kebutuhan-kebutuhan di level rendah harus terpenuhi paling tidak cukup
terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi menjadi
hal yang memotivasi. Lima kebutuhan membentuk hierarki ini adalah kebutuhan
konatif (konative needs), yang berarti bahwa kebutuhan-kebutuhan ini memiliki
karakter mendorong atau memotivasi. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang sering kali
Maslow sebut sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar yang dapat dibentuk menjadi
sebuah hierarki atau tangga dimana anak tangga menggambarkan kebutuhan yang
lebih tinggi tetapi bukan merupakan kebutuhan untuk bertahan hidup, kebutuhan
kebutuhan di level rendah mempunyai prapotensi yang lebih besar di bandingkan
kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan di
level lebih rendah ini harus terpenuhi atau cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum
kebutuhan di level tinggi bisa aktif. Contohnya seorang yang termotivasi untuk
mendapatkan penghargaan atau aktualisasi diri harus terlebih dahulu terpenuhi
kebutuhan akan makanan dan keamanannya. Oleh karena itu, rasa lapar dan
keamanan prapotensi terhadap penghargaan maupun aktualisasi diri.

6
2. Struktur Kepribadian
Maslow (1970) mengungkapkan kebutuhan kebutuhan berikut ini berdasarkan
prapotensi dari masing masing: fisiologis (physiological), keamanan (safety), cinta
dan keberadaan (love and belongingness), penghargaan (esteem), kognitif; dan
aktualisasi diri (selfactualization).

a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar, kebutuhan untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan. minuman,
seks, istirahat (tidur), dan oksigen.

b. Kebutuhan rasa aman


Kebutuhan ini sangat penting bagi setiap orang, baik anak, remaja, maupun
dewasa. Pada anak kebutuhan akan rasa aman ini nampak dengan jelas, sebab mereka
suka mereaksi secara langsung terhadap sesuatu yang mengancam dirinya. Agar
kebutuhan anak akan rasa aman ini terpenuhi, maka pērlu diciptakan iklim kehidupan
yang memberi kebebasan untuk berekspresi.

c. Kebutuhan pengakuan dan kasih sayang


Kebutuhan ini dapat diekspresikan dalam berbagai cara.seperti persahabatan.
percintaan, atau pergaulan yang lebih luas. Kebutuhan akan kasih sayang atau
mencintai dan dicintai dapat dipuaskan melalui hubungan yang akrab dengan orang
lain. Maslow berpendapat bahwa kegagalan dalam mencapai kepuasan kebutuhan
cinta atau kasih savang merupakan penyebab utama dari gangguan emosional atau
maladjustment.

d. Kebutuhan Penghargaan
Jika seseorang telah dicintai atau diakui maka orang itu akan mengembangkan
kebutuhan perasaan berharga. Kebutuhan ini meliputi dua kategori, yaitu: (a) harga
diri meliputi kepercayaan diri, kompetensi, kecukupan, prestasi, dan kebebasan; (b)
penghargaan dari orang lain meliputi pengakuan. perhatian, prestise, respek, dan
kedudukan (status).

e. Kebutuhan Kognitif
Secara alamiah manusia memiliki hasrat ingin tau (memperoleh pengetahuan, atau
pemahaman tentang sesuatu). Rasa ingin tau ini biasanya terhambat
perkembangannya oleh lingkungan, baik keluarga maupun sekolah. Kegagalan dalam
memenuhi kebutuhan akan menghambat pencapaian perkembangan secara penuh.
Menurut Maslow. rasa ingin tau ini merupakan ciri mental yang sehiat kebutuhan
7
kognitif ini diekspresikan sebagai kebutuhan untuk memahami, mēnganalisis,
mengevaluasi, mēnjelaskan, sesuatu atau suasana baru untuk meneliti.

f. Kebutuhan Estetika
Kebutuhan estetik (order and beauty merupakan ciri orang yang sehat mentalnya.
Melalui kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan kreativitasnya dalam
bidang seni (lukis, rupa, patung. dan grafis), arsitektur, tata busana, dan tata rias. Di
samping itu orang yang sehat mentalnya ditandai dengan kebutuhan keteraturan,
keserasian, atau keharmonisan dalam setiap aspek kehidupannya, seperti dalam cara
berpakaian (rapi dengan keterpaduan warna yang serasi), dan kepemeliharaan
terhadap lalu lintas.

g. Kebutuhan Aktualisasi Diri


Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk menjadi segala sesuatu
yang dia mampu untuk menjadi itu. Walaupun kebutuhan lainnya terpenuhi namun
kebutuhan aktualisasi diri tidak terpenuhi, tidak mengembangkan atau tidak mampu
menggunakan kemampuan bawaannya secara penih. maka seseorang akan mengalami
kegelisahan. ketidaksenangan. atau frustasi.

3. Dinamika Kepribadian
Maslow memandang manusia dengan optimis, memiliki kecenderungan
alamiah untuk bergerak menuju aktualisasi diri. Manusia memiliki kebebasan untuk
berkehendak, memiliki kesadaran untuk memilih serta memiliki harapan, meskipun
juga memiliki kemampuan jahat dan merusak tetapi bukan merupakan esensi dasar
dari manusia. Sifat-sifat jahat muncul dari rasa frustrasi terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar, misalnya ketidak kebutuhan akan makanan tidak terpenuhi, maka ia
akan mencuri supaya dapat makan.
Maslow percaya bahwa kesempurnaan manusia tidak akan tercapai, tetapi
meyakini bahwa manusia mampu untuk terus tumbuh dan berkembang dengan luar
biasa. Manusia mempunyai potensi untuk menjadi aktual, tetapi kebanyakan manusia
akan berjuang dalam hidupnya untuk memperoleh makanan, rasa aman ataupun
cinta.
Teori Maslow didasarkan kepada pandangan mengenai sejarah manusia
sebagai hewan evolusioner yang terus berproses untuk tumbuh menjadi manusia
yang sesungguhnya. Selama proses tersebut, secara berangsur-angsur manusia lebih
termotivasi oleh metamotivasi dan B-values. Pada umumnya perilaku manusia

8
termotivasi oleh kebutuhan fisiologis dan rasa aman yang ditentukan oleh kekuatan
dari luar, dimana perilaku aktualisasi diri manusia menjadi lebih sedikit bagiannya.
Individu dibentuk secara biologis (genetis) dan masyarakat, keduanya tidak dapat
dipisahkan. Ketika manusia mencapai aktuaisasi diri, mereka mangalami sinergi
yang baik diantara kebutuhan biologis, sosial dan aspek spiritual dalam dirinya.

4. Psikopatologi Kepribadian
Menurut Maslow tujuan terapi adalah agar klien memperoleh B-Values, atau
nilai-nilai kebenaran, keadilan, kesederhanaan dan sebagainya. Untuk mencapai
tujuan tersebut klien harus bebas dari ketergantungan kepada orang lain, supaya PP.
Penerapan Teori Hirarki Kebutuhan dalam Konseling 204 dorongan alami menuju
pertumbuhan dan aktualisasi diri menjadi aktif. Meskipun Maslow bukan
psikoterapis dia mengganggap bahwa teori kepribadiannya dapat diterapkan dalam
psikoterapi. Pertama, dalam konsep hirarki kebutuhan dinyatakan bahwa jika
seseorang masih dapat bergerak pada level kebutuhan dasar (fisiologis) dan rasa
aman melebihi yang lainnya, biasanya mereka tidak termotivasi untuk mencari
psikoterapis, sebaliknya mereka akan berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan
akan perawatan dan kesamaan. Kebanyakan manusia yang membutuhkan terapi
adalah mereka yang memiliki kebutuhan tingkat ketiga. Tingkat kebutuhan ini
biasanya dipenuhi dengan baik, tetapi masih kesulitan untuk mendapatkan kasih
sayang. Karena itu psikoterapi diarahkan kepada proses interpersonal yang hangat
dan penuh kasih sayang. Dengan demikian klien memperoleh kepuasan dalam
memenuhi kebutuhan akan rasa cinta serta memperoleh rasa percaya diri dan
penghargaan diri sendiri. Hubungan yang baik antara klien dan terapis merupakan
pengobatan psikologis terbaik. Hubungan yang saling menerima akan memberikan
perasaan patut dicintai dan memfasilitasi kemampuan mereka untuk
mengembangkan hubungan yang sehat di luar terapi

B. perspektif fenomenologi (Carl Rogers)


Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8-1-1902. Pada umur 12 tahun
keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian
secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan pada tahun-tahun
pertama dia sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat. Setelah menyelesaikan
pelajaran di Universitas Of Wisconsin pada 1924 dia lalu masuk Union Theological
Seminary di New York City, dimana dia mendapat pandangan yang liberal dan

9
filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of Columbia, disana
dia terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal Psikologi klinis dan
bimbingan L. Hollingworth. Dia mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doktor pada
1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama diperolehnya di
Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut orientasinya freudian. Rogers
menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan
pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut
aliran Thorndike.
Berdasarkan etimologinya istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
phenomenon dan logos. Sedangkan menurut bahasa fenomenologi dapat diartikan
sebagai penampilan sesuatu yang menampilkan diri. Dalam psikologi, fenomena
biasanya didefinisikan sebagai data dari pengalaman yang diamati dan dijabarkan oleh
subjek yang mengalami suatu waktu. Husserel merupakan bapak fenomenologi
modern, dia mengartikan fenomenologi sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang
fenomena, tentang objek-objek sebagaimana objek-objek fenomenologi berfokus pada
fenomena-fenomena yang disadari oleh manusia. Fenomenologi bukanlah suatu aliran
atau doktrin ,lebih tepatnya fenomenologi merupakan suatu gerakan yang mencakup
berbagai doktrin yang memiliki inti yang umum.
Setelah mendapat doktor dalam psikologi Rogers menjadi anggota staf dari pada
Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi pemimpinnya. Selama masa ini
Rogers dipengaruhi oleh Otto Rank, seorang psychoanalyst yang memisahkan diri
dari Freudian yang ortodok.
Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar psikologi di
Ohio State University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini
dirasa oleh Rogers sendiri sangat tajam. Karena ransangan-ransangannya dia merasa
terpaksa harus membuat pandangan-pandangannya dalam psikoterapi itu menjadi
jelas. Dan dikerjakannya pada 1942 dalam buku: Counselling dan psychotherapy.
Pada tahun 1945 Rogers menjadi mahaguru psikologi di Universitas Of Chicago. yang
dijabatnya hingga kini. Tahun 1946-1957 menjadi presiden the American
Psychological Association.
Sepanjang karimya, Rogers mengusulkan pendekatan kepribadian fenomenologis.
Menurut pendapat fenomenologisnya (1951), tiap individu memahami dunia dengan
cara yang unik. Persepsi inilah yang menciptakan bidang atau medan fenomenal
individual. Medan fenomenal individual menyertakan persepsi sadar dan bawah sadar.
10
termasuk yang disadari maupun yang tidak disadari oleh individu. Akan tetapi
penentu prilaku paling penting, khususnya dalam diri orang yang sehat, adalah
kesadaran. Dengan demikian, pendekatan Rogers berbeda dari penekanan
psikoanalitis pada alam bawah sadar. Walaupun medan fenomenal pada dasarnya
merupakan dunia pribadi seseorang, kita dapat mencoba merasakan dunia yang dilihat
orang lain, melihat prilaku melalui mata mereka dan memahami makna psikologis
dunia tersebut bagi mereka.
Rogers berkomitmen pada fenomenologi sebagai dasar pengetahuan ilmiah
tentang manusia. Menurut Rogers. riset dalam psikologi harus menyertakan upaya
keras dan berkesinambungan untuk memahami fenomena pengalaman subjektif.
Sesuai dengan prinsip ilmiah, berbagai upaya tersebut harus dimulai dari laboratorium
atau di komputer. Rogers percaya bahwa materi klinis. yang didapat sepanjang
psikoterapi. menawarkan sumber berharga untuk data fenomenologis.
Dalam usahanya memahamı perilaku manusia. Rogērs selalu memulai dengan
observasi klinis dan kemudian menggunakan observasi ini untuk mērumuskan
hipotesis yang dapat diuji dalam berbagai cara. Dia memandang terapi sebagai
pengalaman yang dapat diuji dalam berbagai cara Dia memandang terapi sebagai
pengalaman “bebas” yang subjektif dan menganggap riset sebagai upaya objektif
yang baik, dia menggunakan yang satu sebagai sumber hipotesis dan menggunakan
yang satunya lagi sebagai alat untuk konfirmasi berbagai hipotesis tersebut.

1. Konsep Teori
Kunci konsep struktural dalam teori kepribadian Rogerian adalah diri (self).
Menurut Rogers, individu memahami objek dan pengalaman eksternal, dan
memberikan makna kepada mereka. Keseluruhan sistem persepsi dan makna
menciptakan medan fenomenal individual. Berbagai bagian dari medan fenomenal
yang dilihat oleh individu sebagai self (diri), “me” (saya-objek), atau “I” (aku-subjek)
akan membentuk diri. Diri. atau konsep diri, merepresentasikan pola persepsi yang
terorganisasi dan konsisten. Walaupun diri selalu berubah, akan tetapi diri selalu
mempertahankan kualitas yang telah terpola, terintegrasi, dan terorganisir ini. Karena
kualitas terorganisir terus bertahan dari waktu ke waktu dan menjadi karakteristik
seseorang, maka diri adalah struktur kepribadian.
Dua poin tambahan yang patut diperhatikan berkaitan dengan konsep “diri"
Rogers. Pertama, diri bukanlah sesosok “orang” mini dalam diri kita. Diri tidak

11
“melakukan" apapun. Individu tidak memiliki diri yang mengontrol perilaku. Diri
lebih merupakan serangkaian persepsi yang terorganisir. Kedua, pola pengalaman dan
persepsi yang dikenal sebagai diri, pada umumnya tersēdia bagi kesadaran artinya,
pola tersebut dapat dinaikkan ke level kesadaran. Walaupun indiividu memiliki
pengalaman yang tidak mereka sadari, konsep diri pada dasarnya berada dilevel
kesadaran. Rogers percaya bahwa definisi diri tersebut akurat dan diperlukan untuk
riset. Definisi diri yang mencakup materi bawah sadar, menurut Rogers, tidak dapat
dipelajari secara objektif.
Konsep struktural yang terkait adalah diri ideal (ideal self). Diri ideal adalah
konsep diri yang paling diinginkan oleh individual. Konsep tersebut mencakup
persepsi dan makna yang secara potensial relevan terhadap diri dan amat penting bagi
individu tersebut. Dengan demikian, rogers menyadari bahwa pandangan kita akan
diri kita sendiri mengandung dua komponen yang saling berlawanan: diri kita saat ini,
dan diri yang dilihat sebagai wujud ideal diri kita di masa mendatang.

2. Struktur Kepribadian
Roger mengajukan dua konstruk pokok dalam teorinya, yaitu Organisme dan Self :

a. organisme
Organisme yaitu makhluk fisik (physical Creature) dengan semua fungsi-
fungsinya, baik fisik maupun psikis, organisme ini merupakan locus (tempat) semua
pengalaman, dan pengalaman ini merupakan persepsi seseorang tentang peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam diri sendiri, dan juga di dunia luar (external world).
Totalitas pengalaman, baik yang disadari maupun tidak, membangun medan
fenomenal (phenomenal field).

b. Self
Self merupakan konstruk utama dalam Teori Kepribadian Rogers, yang saat ini
dikenal dengan Self Concept (konsep diri), Roger mengartikannya sebagai presepsi
tentang karakteristik “I” atau “me” dengan orang lain atau berbagai aspek kehidupan,
termasuk nilai-nilai yang terkait dengan persepsi tersebut. Diartikan juga sebagai
keyakinan “keyakinan tentang kenyataan, keunikan dan kualitas tingkah laku diri
sendiri”. Konsep diri merupakan gambaran mental tentang diri sendiri, seperti “Saya
cantik” dan “Saya seorang pelajar yang rajin”.

12
Hubungan antara self concept dengan organisme (actual experience) terjadi dalam
dua kemungkinan, yaitu “Congruance” atau “Incongruance”. Kedua kemungkinan
hubungan ini menentukan perkembangan kematangan penyesuaian (adjustment) dan
kesehatan mental (mental health) seseorang.

Sebagaimana ahli Humanistik umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika


kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang
mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah
menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai
kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti
kreativitas, inovasi, dan lain-lain.

c. Medan Fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun
eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan
seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana
persepsi subyektifnya.

3. Dinamika Kepribadian
Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis
yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin
berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers
menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah
tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami, dalam
medan sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995 :136-137).

Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan


menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :

1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar
(makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci
fungsi tubuh serta generasi.
2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri
sendiri.
3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan
tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi
lebih baik. c. Perkembangan kepribadian Rogers tidak membahas teori

13
pertumbuhan dan perkembangan, namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh
pada semua orang yang secara alami mendorong proses organisme menjadi
semakin kompleks, otonom, sosial, dan secara keseluruhan semakin
aktualisasi diri. Rogers menyatakan bahwa self berkembang secara utuh-
keseluruhan, menyentuh semua bagian-bagian. Berkembangnya self diikuti
oleh kebutuhan penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang
disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya berkembang
menjadi pribadi yang berfungsi utuh.

Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai kapasitas
dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap
mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya. Rogers
menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :

1) terbuka untuk mengalami (openess to experience)


2) hidup menjadi (existential living)
3) keyakinan organismik (organismic trusting)
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom); 5) kreativitas (creativity)

4. Psikopatologi Kepribadian
Carl Rogers terkenal karena kontribusinya terhadap terapi. Terapi nya telah
melalui beberapa perubahan nama sepanjang jalan: Dia awalnya disebut itu
nondirektif, karena ia merasa bahwa terapis tidak boleh mengarahkan klien,
melainkan berada di sana untuk klien sementara mengarahkan klien kemajuan terapi .
Ketika ia menjadi lebih berpengalaman, ia menyadari bahwa, sebagai "non-direktif"
seperti dirinya, ia masih dipengaruhi oleh kliennya sangat "non-directiveness!"
Dengan kata WW. Aplikasi teori berpusat pada diri dalam konseling 215 lain, klien
melihat ke terapis untuk bimbingan, dan akan menemukannya bahkan ketika terapis
tidak mencoba untuk membimbing.
Jadi, ia berganti nama menjadi berpusat pada klien. Dia masih merasa bahwa
klien-lah yang harus mengatakan apa yang salah, menemukan cara-cara untuk
memperbaiki, dan menentukan kesimpulan terapi - terapi nya masih sangat
"klienberpusat" bahkan ketika dia mengakui dampak dari terapis. Sayangnya, terapis
lain merasa bahwa nama ini untuk terapi adalah sedikit tamparan di wajah untuk
mereka: Apakah tidak kebanyakan terapi "berpusat pada klien?"

14
Saat ini, meskipun istilah non-direktif dan berpusat pada klien masih
digunakan, kebanyakan orang hanya menyebutnya Rogerian terapi. Salah satu frasa
yang digunakan untuk mendeskripsikan Rogers terapi nya adalah "mendukung, tidak
rekonstruksi," dan ia menggunakan analogi belajar naik sepeda untuk menjelaskan:
Ketika Anda membantu seorang anak untuk belajar mengendarai sepeda, Anda tidak
boleh hanya memberitahu mereka bagaimana. Mereka harus mencobanya sendiri. Dan
Anda tidak bisa menahan mereka sepanjang waktu baik. Ada datang satu saat ketika
Anda harus membiarkan mereka pergi. Jika mereka jatuh, mereka jatuh, tetapi jika
anda bertahan, mereka tidak pernah belajar.
Itu sama dalam terapi. Jika kemerdekaan (otonomi, kebebasan dengan
tanggung jawab) adalah apa yang Anda membantu klien untuk mencapai, maka
mereka tidak akan mencapai hal itu jika mereka tetap bergantung pada Anda, para
terapis. Mereka perlu mencoba wawasan mereka sendiri, dalam kehidupan nyata di
luar kantor terapis! Pendekatan otoriter terapi mungkin tampak bekerja mengagumkan
pada awalnya, tetapi pada akhirnya hanya menciptakan orang tanggungan.
Hanya ada satu teknik yang dikenal untuk Rogerians: refleksi. Refleksi adalah
cerminan komunikasi emosional: Jika klien mengatakan "Saya merasa seperti
sampah!" terapis ini mungkin mencerminkan kembali ke klien dengan mengatakan
sesuatu seperti "Jadi, Anda semakin hidup, ya?" Dengan melakukan ini, terapis adalah
mengomunikasikan kepada klien bahwa ia benar-benar mendengarkan dan cukup
peduli untuk mengerti.
Terapis juga membiarkan klien tahu apa itu klien berkomunikasi. Sering kali,
orang-orang dalam kesulitan mengatakan hal-hal yang mereka tidak berarti karena
rasanya enak untuk mengatakan mereka. Sebagai contoh, seorang wanita pernah
datang kepada saya dan berkata "Aku benci laki-laki!" Aku tercermin dengan
mengatakan "Kau benci semua orang?" Yah, katanya, mungkin tidak semua - ia tidak
membenci ayahnya atau kakaknya atau, dalam hal ini, aku. Bahkan dengan orang-
orang itu dia "membenci," ia menemukan bahwa sebagian besar dari mereka ia tidak
merasa sekuat kata menyiratkan benci. Bahkan, pada akhirnya, ia menyadari bahwa ia
tidak mempercayai banyak orang, dan bahwa dia takut terluka oleh mereka, seperti
dia telah oleh satu orang tertentu.
Refleksi harus digunakan dengan hati-hati, namun. Banyak ahli terapi awal
menggunakannya tanpa berpikir (atau merasa), dan hanya mengulangi setiap kalimat
yang keluar dari mulut klien. Mereka terdengar seperti burung beo dengan 216
15
psikologi derajat! Kemudian mereka berpikir bahwa klien tidak pemberitahuan,
padahal sebenarnya telah menjadi stereotip terapi Rogerian cara yang sama seperti
seks dan ibu telah menjadi stereotip terapi Freudian. Refleksi harus datang dari hati -
itu harus tulus, kongruen.
Yang membawa kita ke Rogers 'persyaratan terkenal terapis. Rogers merasa
bahwa seorang terapis, agar efektif, harus memiliki tiga kualitas yang sangat khusus:
1. Kesesuaian → keaslian, kejujuran dengan klien.
2. Empati → kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan klien.
3. Respect → penerimaan, tanpa syarat menganggap positif klien
Dia mengatakan kualitas ini adalah "perlu dan memadai:" Jika terapis
menunjukkan kualitas ketiga, klien akan membaik, bahkan jika tidak ada khusus lain
"teknik" yang digunakan. Jika terapis tidak menunjukkan ketiga kualitas, perbaikan
klien akan menjadi minimal, tidak peduli berapa banyak "teknik" yang digunakan.
Sekarang ini banyak meminta seorang terapis! Mereka hanya manusia, dan cukup
sering sedikit lebih "manusia" (katakanlah tidak biasa) daripada kebanyakan. Rogers
tidak menyerah sedikit, dan dia menambahkan bahwa terapis harus menunjukkan hal-
hal ini dalam hubungan terapi. Dengan kata lain, ketika terapis meninggalkan kantor,
ia dapat menjadi "manusia" seperti orang lain.

II. Contoh kasus


Contoh kasus kepribadian ditinjau dari teori humanistik
Kasus: seorang mahasiswa yang memiliki perasaan tidak percaya diri, dan
ketidakmampuan untuk membuat keputusan atau secara efektif mengarahkan
hidup mereka sendiri. 
Dikutip dari berbagai media online
(http://ikhsanzakaria27.blogspot.com/2016/07/teori-humanistik-beserta-contoh-
kasus_2.html?m=1) diberitakan bahwa ……
Leon seorang mahasiswa, mungkin melihat dirinya sebagai dokter masa
depan, tetapi  nilainya yang dikeluarkan dari sekolah kedokteran ternyata dibawah
rata-rata. Perbedaan antara dengan apa Leon melihat dirinya (konsep diri) atau
bagaimana ia ingin melihat dia (ideal konsep diri) dan realitas kinerja akademis yang
buruk dapat menyebabkan kegelisahan dan kerentanan pribadi, yang dapat
memberikan motivasi yang diperlukan untuk masuk terapi. Leon harus melihat bahwa
ada masalah atau tidak pada dirinya. Leon pesimis untuk menghadapai penyesuaian

16
psikologis untuk mengeksplorasi perubahan dirinya. Konseling berlangsung, klien
dapat mengeksplorasi lebih luas keyakinannya dan perasaan (Rogers, 1967). Mereka
dapat mengekspresikan ketakutan mereka, rasa bersalah kecemasan, malu, kebencian,
kemarahan, dan lain sebagainya. emosi telah dianggap terlalu negatif untuk menerima
dan memasukkan ke dalam diri mereka. Dengan terapi, orang disortir kurang dan
pindah ke penerimaan yang lebih besar dan integrasi perasaan yang saling
bertentangan dan membingungkan. Mereka semakin menemukan aspek dalam diri
mereka yang telah disimpan tersembunyi.
Sebagai klien merasa dimengerti dan diterima, mereka menjadi kurang
defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman mereka. Karena mereka
merasa lebih aman dan kurang rentan, mereka menjadi lebih realistis, menganggap
orang lain dengan akurasi yang lebih besar, dan menjadi lebih mampu untuk
memahami dan menerima orang lain. Individu dalam terapi datang untuk menghargai
diri mereka lebih seperti mereka, dan perilaku mereka menunjukkan lebih banyak
fleksibilitas dan kreativitas. Mereka menjadi kurang peduli tentang memenuhi
harapan orang lain, dan dengan demikian mulai berperilaku dengan cara yang lebih
benar untuk diri mereka sendiri. Mereka bergerak ke arah yang lebih berhubungan
dengan apa yang mereka alami pada saat ini, kurang terikat oleh masa lalu, kurang
ditentukan, lebih bebas untuk membuat keputusan, dan semakin percaya diri masuk
untuk mengelola kehidupan mereka sendiri.
Dari contoh kasus Leon dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu alasan
klien mencari terapi adalah perasaan tidak percaya diri, dan ketidakmampuan untuk
membuat keputusan atau secara efektif mengarahkan hidup mereka sendiri. Leon
diarahkan supaya melihat kepotensian diri dia yang sebenarnya, terapi difokuskan ke
saat yang sekarang agar Leon dapat melanjtukan hidupnya.
Dari contoh kasus tersebut inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapi
yang kapasitas untuk sadar akan dirinya, meningkatkan kesadaran diri yang
memotivasi atau mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup individu itu

17
18

Anda mungkin juga menyukai