Anda di halaman 1dari 11

Teori Humanistik Abraham Maslow

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah


Teori-teori Kepribadian
Dosen Pengampu : Komariah S.Psi, M.Pd

Disusun Oleh:
Ade Bayu Sastra (1915001)
Daeyanti (1915014)
Esmeralda Azmy Stevani (1915021)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA NEGERI ISLAM SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdullilah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas
terselesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarga, para sahabat, dan
para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman.

Ucapan terimakasih tak luput kami sampaikan pula berbagai pihak yang terkait
dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada ibu Komariah S.Psi, M.Pd sebagai dosen
pengampu mata kuliah Teori Kepribadian yang telah membina dan menuntun kami untuk
bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis menyadari tiada kesempurnaan selain
milik Allah SWT, sehingga penulis berharap adanya kririk dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca budiman demi adanya peningkatan dalam makalah kami
selanjutnya. Terlepas dari banyaknya kekurangan yang ada, penulis berharap agar isi dari
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Petaling, 27 April 2020

Kelompok 7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abraham Harold termasuk tokoh dalam sekelompok psikolog yang sesudah perang dunia
kedua mendobrak mekanisme yang dialami oleh psikologi oleh dominasi Freudianisme dan
Behaviorisme. Dalam tradisi dua aliran itu, dibelenggu oleh cita-cita mekanisme dan fisikalisme
ilmu dua pengetahuan abad ke-19, para psikolog berfokus pada “analisa” kejiwaan manusia yang
yang pada hakikatnya memahami jiwa manusiamirip dengan sebuah mesin. Analisa mekanistik
itu bertolak dari penggadaian bahwa, sebagai hasil interksi dan pertempuran berbagai dorongan
dan mekanisme psikis, atau seperti halnya behaviorisme sebagai reaksi atau rangsangan-
rangsangan dari luar.

Melawan mereka psikolog-psikolog baru itu bertolak dari paham manusia seutuhnya,
artinya dari apa yang nyata-nyata dihayati oleh manusia, dan bukan dari anggapan apriori bahwa
manusia harus dimengerti sebagai benda fisik. Aliran baru itu disebut psikologi humanis karena
bertolak dari amatan-amatan terhadap keikhlasan manusia. Salah satu tokoh aliran itu adalah
Abraham Harold Maslow1.

Teori Maslow merupakan salah satu teori kepribadian yang terkenal. Pandangan tentang
manusia dibuka Madzab baru tentang kepribadian yang dikenal dengan Psikolog Humanistik,
dan teorinya yang sangat terkenal yaitu Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. Pandangannya
mengenai manusia melewati positif dan optimistis walaupun Maslow memiliki masa lalu yang
sulit. Psikologi humanistik muncul dengan menghadirkan gagasan tentang kepribadian manusia
yang berbeda dengan psikologi psikoanalisis dan behaviorisme, yaitu yang terdiri dari manusia
merupakan hasil yang bebas dan bermatabat juga selalu bergerak kearah aktualisasi2.

1
Hendro Setiawan, “Manusia Utuh” Sebuah Kajian atas Pemikiran Abraham Maslow (Yogyakarta : PT
KANISIUS, 2014) hal. 7
2
https://www.academia.edu/28803293/TEORI_HUMANISTIK_ABRAHAM_MASLOW.docx akses Senin, April
27, 2020
Maslow sangat keberatan atas sikap Frued yang memusatkan diri pada penyelidikan
tentang orang-orang yang mengalami gangguan neurotis dan psikoti, serta terhadap sngspsn ysng
menyatakan bahwa semua bentuk tingkah laku luhur adalah hasil belajar, bukan sesuatu yang
kodrati pada manusia. Maslow memiliki keyakinan bahwa orang tidak akan dapat memahami
penyakit mental sebelum ia mengerti kesehatan mental. Bukan hanya Frued, melainkan juga
Hamilton, Hobbes dan Schopenhauer sampai pada kesimpulan masing-masing tentang kodrat
manusia dengan mengamati sifat-sifat terburuk manusia, bukan sifat-sifat terbaiknya. Berbagai
aspek positif dalam tingkah laku manusia seperti kebahagiaan, kegembiraan, kesejahteraan,
kegirangan, dan ekstaksis telah diabaikan oleh kalangan ilmuwan, demikian pula halnya sifat-
sifat positif seperti kebaikan, kebijakan dan persahabatan. Perhatian ilmiah ternyata hanya
diarahkan kepada kelemahan-kelemahan manusia, sebaliknya terlalu sedikit atau bahkan tidak
ada sama sekali perhatian bagi kekuatan-kelebihan dan kemampuan-kemampuannya3.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
1. Bagaimana biografi Abraham Maslow ?
2. Bagaimana konsep kepribadian dari teori Abraham Maslow?
3. Bagaimana struktur kepribadian dari teori Abraham Maslow?
4. Bagaiamana dinamika kepribadian dari teori Abraham Maslow?
5. Bagaimana implikasi dari teori Abraham Maslow?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini antara lain :
1. Untuk memberikan ulasan mengenai biografi tokoh teori humanistik, yakni Abraham
Maslow.
2. Menjelaskan tentang konsep kepribadian dari teori Abraham Maslow.
3. Menjelaskan struktur kepribadian dari teori Abraham Maslow.
4. Mendeskripsikan menganai dinamika kepribadian dari teori Abraham Maslow.
5. Menjelaskan implikasi dari teori Abraham Maslow
BAB II
PEMBAHASAN
3
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=JMJZNv4zZbYC&oi=fnd&pg=PA5&dq=info:9bPnMMcEGoAJ:scholar.google.com/&ots=4ThFbJeu0d&r
edir_esc=y#v=onepage&q&f=false akses Senin, 27 April 2020
A. Biografi Abraham Maslow
Abraham Harold(Abe) Maslow dilahirkan dan dibesarkan di Brooklyn, New York, 1
April 1908. Anak sulung dari tujuh bersaudara. Orang tuanya imigran Yahudi dan Rusia
yang tidak berpendidikan tinggi. Dengan latar belakang orang tua maslow yang tidak
berpendidikan tinggi membuat orang tua maslow memaksa agar anak-anaknya dapat
mencapai jenja pendidikan tinggi.
Maslow tidak terlalu dekat dengan salah satu orang tuanya, tetapi ia tidak keberatan
dengan ayahnya yang seringkali tidak ada disampingnya. Ayahnya adalah seorang imigran
keturunan Rusia-Yahudi yang bekerja mempersiapkan barel/tong. Akan tetapi, kepada
ibunya Maslow merasakan kebencian dan kemarahan yang besar, tidak hanya pada masa
kecilnya,tetapi juga hingga hari kematian ibunya yang berjarak beberapa tahun dari
kematian Maslow sendiri.
Walaupun telah beberapa tahun menjalani psikoanalisis,kebenciannya yang kuat terhadap
ibunya tak pernah hilang dan ia menolak untuk menghadiri pemakaman ibunya walaupun
saudara kandungnya yang tidak membenci ibunya memintanya untuk hadir. Setahun
sebelum kematiannya Maslow menuliskan sebuah cerita yang menggambarkan dengan jelas
tentang kekejaman Rose Maslow.
Suatu hari Maslow muda menemukan dua anak kucing yang terlantar di depan rumahnya.
Tergerak oleh rasa kasihan, ia membawa anak-anak kucing tersebut pulang kerumahnya,
,menempatkan mereka di ruang bawah tanah, dan memberi mereka susu. Ketika ibunya
melihat anak-anak kucing ini, ia sangat marah dan walaupun anak laki-laki nya melihat, ia
menendang anak-anak kucing tersebut ke tembok ruang bawah tanah hingga mereka mati.
Di sekolah Maslow diperlakukan sebagai anak Negro,Maslow pernah berkata”Aku
adalah anak laki-laki Yahudi kecil di lingkungan non-Yahudi dan sedikit mirip negro yang
mendaftarkan diri di sekolah orang kulit putih.
Sejak kecil merasa berbeda dengan orang lain, dia merasa malu dengan kondisi fisiknya
karena memiliki tubuh yang kurus dan hidung yang besar. Pada usia remaja, dia merasakan
rendah diri yang sangat dalam(inferiority complex). Dia mencoba untuk
mengkompensasinya dengan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh
pengakuan,penerimaan,dan penghargaan dalam bidang atletik namun tidak berhasil.
Sejak kecil dan remaja,Maslow sudah senang membaca. Pagi-pagi dia pergi ke
perpustakaan yang dekat dari rumahnya untuk meminjam buku. Apabila berangkat ke
sekolah, dia pergi satu jam sebelum masuk kelas. Selama satu jam tersebut ia pergunakan
untuk membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan.

B. KONSEP KEPRIBADIAN
Meskipun memiliki pengalaman yang buruk namun dalam teorinya Maslow memandang
manusia dengan optimis,memiliki kecendrungan alamiah untuk bergerak menuju kearah
aktualisasi diri. Contohnya ketika kebutuhan akan makanan dan tempat tinggal tidak
terpenuhi,maka untuk memenuhi kebutuhannya dilakukan dengan cara mencuri agar dapat
terpenuhinya kebutuhan tersebut.
Maslow mengungkapkan bahwa “Manusia di motivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar
yang bersifat sama untuk setiap spesies, tidak berubah dan tidak berasal dari sumber genetis
atau naluriah”. Dapat diartikan bahwa kepribadian manusia bersumber dari motivasi untuk
memenuhi kebutuhannya.
Kebutuhan dasar atau kebutuhan konatif adalah kebutuhan yang memiliki karakter
mendorong atau karakter motivasi. Kebutuhan dasar sering juga disebut dengan deficiency
needs.
1. Kebutuhan dasar

Maslow mengajukan gagasan bahwa kebutuhan yang pada manusia merupakan


bawaan, dan tersusun berdasarkan tingkatan yang disebut dengan hierarki kebutuhan.
Dan susunan kebutuhan-kebutuhan dasar yang bertingkat atau yang disebut dengan
hierarki kebutuhan merupakan organisasi yang mendasari motivasi manusia.

a. Kebutuhan Dasar Fisiologis


Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling mendasar dari setiap manusia,
termasuk didalamnya adalah makanan,air,oksigen, mempertahankan suhu tubuh,dan
lain sebagainya.

b. Kebutuhan akan Rasa Aman


Yang dimaksud dengan kebutuhan akan rasa maan, ialah kebutuhan yang
mendorong individu untuk memperoleh ketentraman,kepastian dan keteraturan dasri
lingkungannya.
c. Kebutuhan Cinta dan Kasih Sayang
Kebutuhan cinta dan kasih sayang adalah kebutuhan yang mendorong individu
untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu laon,
baik lawan jenis maupun sesama jenis, baik di lingkungan keluarga maupun di
lingkungan masyarakat.
d. Kebutuhan Penghargaan
Maslow membagi kebutuhan penghargaan kedalam 2 bagian yaitu:
1) Penghargaan dari diri sendiri
2) Penghargaan dari orang lain
e. Kebutuhan ilmu pengetahuan
Adalah keinginan untuk mengetahui,keinginan untuk memecahkan misteri,untuk
memahami dan untuk menjadi penasaran.
f. Kebutuhan estetika
Kebutuhan estetika berbeda dengan kebutuhan konatif yang bersifat
universal,kebutuhan estetika tidaklah bersifat universal. Menemukan ada beberaoa
orang termotivasi oleh kebutuhan akan keindahan begitu mendalam dan pengalaman
yang menyenangkan secara estetis.
g. Kebutuhan Aktualisasi
Aktualisasi diri merupakan perkembangan yang paling tinggi dan pengoptimalam
semua bakat individu dan pemenuhan semua kualitas dan kapasitas individu.
2. Kebutuhan tinggi

nilai-nilai B merupakan indikator dari kesehatan psikologis dan merupakan


kebalikan dari D-needs yang memotivasi orang-orang non-aktualisasi diri.
C. DINAMIKA KEPRIBADIAN

Kepribadian menurut Maslow seperti yang telah disebutkan dalam struktur dan
konsep kepribadian dalam bahasa sebelumnya bahwa Maslow yakin banyak tingkah laku
atau kepribadian manusia yang bisa diterangkan dengan memperhatikan motivasi individu
untuk mencapai tujuan-tujuannya yang membuat kehidupan individu menjadi bermakna dan
tercapainya kepuasan.

D. AKTUALISASI DIRI
Moslow memulai penyidikannya tentag contoh-contoh tokoh terkemuka yang bermental
sehat bukan sebagai suatu proyek penelitian ilmiah, melainkan sekedar sebagai upaya
memuaskan rasa ingin tahunya. Ia tidak pernah membayangkan akibat-akibat yang begitu
menakjubkan dari penyelidikan itu. Dr. Maslow menyatakan, “Kesehatan mental dan
penyakit mental adalah persoalan yang sedemikian mendesak sehingga setiap keterangan
yang diperoleh akan bermanfaat. Kalau kita menunggu data yang dapat diandalkan menurut
pengertian konvensional, tak mustahil kita menunggu selamanya.”
Penyelidikan tentang orang-orang yang teraktualisasikan dirinya muncul dari rasa ingin
tahu ketika Moslow masih berstatus mahasiswa, yaitu dua tokoh profesor yang sangat
dihormati dan dikaguminya. Ketika dia tengah asik membuat catatan tentang kedua tokoh
tersebut itu tiba tiba ia sadar bahwa pribadi itu memiliki persamaan. Dari usahanya tersebut
lahirlah penelitian penelitiannya yang lebih luas tentang tokoh-tokoh dengan pribadi yang
masak secara penuh.
Tokoh tokoh yang diselidiki dipilih, dalam uji awalnya terhadap kelompok anak muda,
dua ribu mahasiswa di selidiki, namun hanya ditemukan seorang yang cukup masak.
Selanjutnya diputuskan untuk memilih 1% yang tersehat dari populasi mahasiswa Kolese
Brandeis. Secara bebas Moslow melukiskan pribadi yang teraktualisasi adalah “penggunaan
dan pemanfaatan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi, dsd. Orang
semacam itu memenuhi dirinya dan melakukan yang terbaik yang dapat dilakukannya”
lriterium negatifnya adalah tiadanya kecendrungan kearah gangguan psikologis, neuroris
atau psikosis. Pendekatan ini merupakan penolakan atas pendekatan statistik yaang lazim
digunakan di lingkungan ilmu tingkah laku, yang membahas kelompok rata-rata dalam
spesies. 4
E. CIRI-CIRI AKTUALISASI DIRI
Mungkin ciri yang paling universal dan paling umum dari manusia superior ini
adalah kemampuan mereka melihat hidup secara jernih, melihat hidup apa adanya bukan
menerutkan keinginan mereka. Mereka tidak bersikap emosional, justru lebih objektif
terhadap hasil-hasil pengamatan mereka. Orang-orang teraktulisasikan dirinya tidak akan
membiarkan harapan dan hasrat menyesatkan pengamatan mereka.
Orang yang teraktualisasikan dirinya ialah kadar konflik dirinya yang rendah. Ia
tidak berperang melawan dirinya sendiri. Moslow juga menemukan bahwa orang yang
teraktualisasikan diri membaktikan hidupnya pada perkerjaan, tugas, kewajiban atau
panggilan tertentu yang mereka pandang penting5
F. IMPLIKASI
Implikasi teori Humansitik Abraham Moslow bagi bimbingan dan konseling ialah
menurut Moslow tujuan terapi adalah agar klien memperoleh B-values, atau nilai-nilai
kebenaran, keadilan, kesederhanaan, dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan tersebut,
klien harus terbebas dari ketergantungan pada orang lain, supaya dorongan alami menuju
pertumbuhan dan aktualisasi diri aktif. Meskipun Moslow bukan psikoterapis, dia
menganggap bahawa teori kepribadianya dapat diterapkan dalam psikoterapi.6

4
Frank G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta: Kanikus, 1987), hal 47-48
5
Frank G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow, (Yogyakarta: Kanikus, 1987), hal 51-52
6
D.r Hidayat, Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal 172
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Goble G. Frank. (1987). Mazhab Ketiga PSIKOLOGI HUMANSITIK MASLOW, Yogyakarta:
Kanisius
Hidayat, D.r. (2011). Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Bogor: Ghalia
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai