Anda di halaman 1dari 9

PEMANFAATAN WHATSAPP GOUP DI PONDOK PESANTREN UNTUK

KOMUNIKASI ANTARA PENGELOLA PONDOK PESANTREN


DENGAN WALI SANTRI

Rido Wahyuri1
1
Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta
1
Wali Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda Unit Kuliyatul Muallimat Al-Ulya
Donoyudan, Kalijambe, Sragen

ABSTRAK
Komunikasi yang kuat antara orang tua dan guru merupakan dasar dari
kemitraan dan untuk membangun rasa kebersamaan antara rumah dan
sekolah. Komunikasi yang didukung oleh Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) akan mempercepat transformasi informasi yang
dibutuhkan. Salah satu fasilitas yang bisa digunakan dan sudah
populer adalah aplikasi WhatsApp. Berkumpulnya guru
(ustadz/ustadzah) dan wali murid di WhatsApp Group Pondok
Pesantren cukup efektif untuk menyampaikan informasi, konfirmasi,
diskusi dan problem solving masalah-masalah ringan dan sederhana.
Pengelolaan WhatsApp Group yang efektif akan mempermudah
jalinan komunikasi yang diharapkan. Sedangkan konten pembicaraan
dalam Group akan mempengaruhi kualitas pengelola (admin) dan wali
murid.

Kata kunci: WhatsApp Group, pondok pesantren

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi pada dunia pendidikan berdampak pada
transformasi pemikian dan tindakan baik kalangan pendidik, siswa maupun wali
murid. Prensky (2001) dalam Davidivitch Nitza1 & Yavich Roman (2016),
menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, telah ada peningkatan yang
signifikan dan kemajuan teknologi dan pengajaran berbantuan komputer, baik di
dunia akademis dan di sekolah-sekolah. Jelaslah bahwa sekarang ada generasi
baru anak-anak, yang disebut oleh literatur "Anak-anak digital" dan "generasi

1
jaringan", yang dikelilingi oleh media dan teknologi informasi itu termasuk
internet, telepon pintar, dan media secara umum.
Pengambilan manfaat dari teknologi informasi menjadi semakin meningkat,
baik dalam kegiatan belajar menengajar, sumber belajar, teknologi pembelajaran
serta sarana komunikasi dua arah antara sekolah dengan orang tua/wali murid.
Komunikasi ini sangat diperlukan guna memantau perkembangan anak didik yang
dalam keseharian hidup tidak di lingkungan rumah. Proses pendidikan dilakukan
oleh orang tua sejak anak dilahirkan hingga remaja, dan hingga dewasa hingga
siap menerima tanggung jawab Tuhan (taklif). Selanjutnya, setelah mereka
menempuh pendidikan, maka tanggung jawab pendidikan dibantu oleh lembaga
pendidikan, salah satunya adalah pondok pesantren.
Pendidikan karakter menjadi sebuah amanat yang dicantumkan dalam
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
khususnya pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Merujuk
pada Undang-undang tersebut, maka pendidikan di Indonesia hakikatnya tidak
hanya menekankan pada sisi intelektual saja, tetapi juga pada aspek emosional
dan spiritual anak didik.
Menengok perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang kental dengan budaya
ketimuran, menjadi sebuah renungan tersendiri dikarenakan para era terakhir ini
cenderung menurun. Dekadensi moral menjadi pekerjaan tersendiri untuk
diselesaikan. Perkembangan yang cenderung maju (progresif) ataupun mundur
(regresif) secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh kualitas
pendidikan, baik formal, non formal ataupun informal. Oleh karena itu perhatian
terhadap karakter anak didik perlu menjadi prioritas melalui komunikasi efektif
antara lembaga pendidikan dengan wali murid.
Akan lebih baik jika antara sekolah dengan orang tua terjalin kemitraan
yang baik. Vijay Kumar Grover (2012) menyatakan, komunikasi yang kuat antara

2
orang tua dan guru merupakan dasar dari kemitraan ini dan untuk membangun
rasa kebersamaan antara rumah dan sekolah. Dalam era sekarang ini, para guru
harus terus mengembangkan dan memperluas keterampilan mereka untuk
memaksimalkan komunikasi yang efektif dengan orang tua. Selanjutnya Vijay
Kumar Grover menjelaskan, berbagai peluang komunikasi tersedia bagi para guru,
termasuk penggunaan teknologi yang muncul. Komunikasi yang efektif antara
penyedia layanan dan klien selalu membantu dalam membangun kepercayaan di
antara keduanya.

WhatsApp
Fasilitas yang disediakan dalam dunia Teknologi Informasi Dan
Komunikasi (TIK) era sekarang sudah sangat memadai untuk melakukan
komunikasi dua arah yang diinginkan. Salah satunya adalah aplikasi WhatsApp
yang sudah sangat populer di masyarakat. WhatsApp adalah sebuah platform
aplikasi pesan instan di seluruh dunia untuk Smartphone. Ini memungkinkan
pengguna untuk mengirim dan menerima lokasi, informasi, foto, video, audio dan
pesan teks secara real time ke individu dan grup teman tanpa biaya. Bouhnik &
Deshen, (2014, hal.14) dalam Muhammad Al Hafizh dkk (2019), WhatsApp
adalah aplikasi smartphone untuk olahpesan cepat di mana satu fitur unik adalah
kemampuannya untuk meningkatkan komunikasi dalam suatu grup. Hal itu bisa
dilihat dari komunikasi kelas antara dosen dan mahasiswa menggunakan
WhatsApp.
WhatsApp adalah aplikasi olah pesan untuk smartphone yang gratis, lintas-
platform dan langsung terenkripsi end-to-end. Penggunaannya membutuhkan
koneksi internet dengan layanan membuat panggilan suara, panggilan video, kirim
pesan teks, dokumen, file PDF, gambar, GIF, video, lokasi pengguna, file audio,
kontak telepon dan catatan suara untuk pengguna lain yang menggunakan nomor
seluler standar (Silas Udenze, 2017). Ini tersedia untuk iPhone, Android,
Blackberry, windows phone, dan Nokia, dll. Pengguna WhatsApp dapat membuat
grup, mengirim gambar, video, dan audio tanpa batas (Bharti Batra, 2016).
Layanan tersebut di atas dapat leluasa diakses oleh pengguna sepanjang ada
koneksi internet.

3
Komunikasi yang dilakukan oleh pengguna WhatsApp bisa berupa jalur
pribadi (japri), bisa juga menggunakan fasilitas grup tergantung kebutuhan
masing-masing. Untuk sebuah komunitas yang membutuhkan komunikasi
bersama, biasanya menggunakan grup. Nuredayu Omar dkk (2018) menerangkan
bahwa melalui aplikasi WhatsApp, masing-masing dan setiap orang di dunia dapat
berkomunikasi baik dalam bentuk komunikasi interpersonal atau berbasis
kelompok.

PERMASALAHAN
Permasalah dalam kajian ini adalah:
1. Bagaimana pengelolaan WhatsApp untuk komunikasi antara pondok
pesantren dengan wali santri?
2. Bagaimana konten pembicaraan di WhatsApp Group pondok pesantren
dengan wali santri?

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan WhatsApp
Group dari sisi pengelolaan dan konten pembicaraan.

PEMBAHASAN
A. Pengelolaan WhatsApp Group
WhatsApp Group Wali Santri Miftahul Huda Ulya adalah Grup media
informasi dan komunikasi wali santri Pondok Pesantren Miftahul Huda unit
Kuliyatul Muallimat Al-Ulya yang berlokasi di desa Donoyudan, Kalijambe,
Kabupaten Sragen. Grup dibentuk pada tanggal 23 September 2015 dan
dikelola oleh dua orang admin yang terdiri dari bagian kesantrian (kesiswaan)
dan bagian akademik, dengan durasi waktu 24 jam dalam sehari, dengan kata
lain non stop. Anggota group ada 218 yang kesemuanya adalah wali murid.
Berikut ilustrasinya:

4
B. Konten Pembicaraan di Group
Konten pembicaraan di Group sekitar perkembangan pesantren dan santrinya,
diksusi seputar kegiatan pesantren, perkembangan santri, perkembangan
sararan dan prasarana, perkembangan akademik, perkembangan kegiatan di
luar KBM, dan lain-lain yang terkait dengan kepesantrenan.
Sebagai contoh beberapa konten pembicaraan:
1. Informasi kegiatan.
Yang dimaksud informasi kegiatan di sini adalah semua informasi yang
menyajikan kegiatan-kegiatan di pesantren, baik akademik maupun non
akademik.
2. Komunikasi perkembangan santri.
Perkembangan santri yang dimunculkan dalam WhatsApp Group walil
santri bersifat umum dan global. Sedangkan hal-hal yang sifatnya khusu
dan detail biasanya menggunakan metode jalur pribadi (japri).
3. Diskusi hal-hal ringan.

5
Materi diskusi biasanya berupa hal-hal terkait dengan keadaan pondok
pesantren, permasalahan dan solusinya yang tergolong ringan. Masalah-
masalah yang butuh penekanan tersendiri dilayani dengan tatap muka.

4. Broadcast motivasi.
Dalam rangka menyemangati warga Group, biasanya pihak pesantren atu
wali santri ada yang meng-upload broadcast motivasi baik berupa gambar
ataupun tulisan.
5. Konfirmasi.
WhatsApp Group wali santri biasa digunakan untuk konfirmasi sesuai
kebutuhan terkait dengan informasi-informasi yang telah diberikan.
Berikut ini beberap contoh hasil screenshoot perbincangan di WhastApp
Group Wali Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda:

6
Adakah konten yang menyimpang?
Sejauh pengamatan, tidak ada konten yang menyimpang, artinya tidak ada
konten yang melanggar kode etik komunikasii, baik berupa hujatan,
pencemaran nama baik atau yang lain.

Apakah semua warga Group aktif?


Batasan aktif dalam hal ini adalah semua nomor HP dalam kondisi hidup dan
bisa menyimak ataupun dapat dihubungi. Adapun keaktifan dalam
menyampaikan gagasan maupun komentar, cukup bervariasi dan pihak admin
tidak memaksa setiap warga Group harus aktif komentar.

SIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan WhatsApp Group
di Pondok Pesantren Miftahul Huda Unit Kuliyatul Muallimat Al-Ulya
Donoyudan, Kalijambe, Sragen berjalan dengan baik dengan kondisi sebagai
berikut:

7
1. Pengelola (admin) cukup aktif dan komunikatif dalam menyampaikan dan
menanggapi informasi, konfirmasi dari wali santri.
2. Konten pembicaraan di Group sesuai harapan yaitu masih dalam koridor
pesantren dan santri serta tidak ada konten yang menyimpang (melanggar)
dari kode etik komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Davidivitch Nitza1 & Yavich Roman (2016). WhatsApp Messaging: Achievements

and Success in Academia. International Journal of Higher Education.

Helmi Aziz (2019). Contribution of Parental Attention and Peer Association


toward Adolescent Students’ Character. International Journal of Education
Universitas Pendidikan Indonesia.
Ali Muhtadi. Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Dalam
Pendidikan Karakter Di Sekolah.
Grover,V.K. 2012. Parent Teacher Communication in School: An Analysis in
terms of Enabling and Disabling Factors as Perceived by Teachers.
International Journ.al of Science and Research (IJSR) ISSN (Online): 2319-
7064 Impact Factor (2012): 3.358
Bhatt, A., & Arshad, M. 2016. Impact of WhatsApp on youth: A Sociological
Study. IRA-International Journal of Management & Social Sciences (ISSN
2455-2267), 4(2), 376-386.
Al Hafizh,M, Sutopo & Slamet,Y. 2019. Phenomena of Da’wah Information “Co-
owner” on WhatsApp. International Journal of Multicultural and
Multireligious Understanding http://ijmmu.com, editor@ijmmu.com, ISSN
2364-5369, Volume 6, Issue 3, April, 2019
Udenze, U. 2017. Is Whatsapp Messaging Subsuming Conventional SMS?.
International Journal of Advanced Research and Publications ISSN: 2456-
9992.
Batra, B. 2016. News Communication Through WhatsApp. International Journal of
Informative & Futuristic Research (IJIFR) Volume - 3, Issue -10, June 2016
Continuous 34th Edition, Page No.: 3725-3733. ISSN: 2347-1697

8
Omar,N, Mustaffa,C.S, & Abu Talib,Z. 2018. Receiving and Responding to
WhatsApp Official Group Messages Among Employees: An Early
Interpretation Analysis. International Journal of Engineering & Technology,
7 (4.38) (2018) 1030-1033.

Anda mungkin juga menyukai