Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENGANTAR PSIKOLOGI KRIMINOLOGI

A. PENGERTIAN KRIMINOLOGI
Pengertian kriminologi pertama kali disampaikan oleh P.Topinard ( 1830- 1911)
antropolog Perancis. Secara harfiah berasal dari kata “ crimen “ yang berarti Kejahatan
atau penjahat dan “Logos” yang berarti Ilmu Pengetahuan. Maka Kriminologi dapat
berarti Ilmu ini mengkaji tentang Kejahatan (Penjahat) dan gejala-gejalanya.
Kriminologi (criminology) atau ilmu kejahatan sebagai disiplin ilmu sosial atau
non-normative discipline yang mempelajari kejahatan dari segi sosial. Kriminologi
disebut sebagai ilmu yang mempelajari manusia dalam pertentangannya dengan norma-
norma sosial tertentu, sehingga kriminologi juga disebut sebagai sosiologi penjahat.
Kriminologi berusaha untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian mengenai gejala
sosial di bidang kejahatan yang terjadi di dalam masyarakat, atau dengan perkataan lain
mengapa sampai terdakwa melakukan perbuatan jahatnya itu. Kriminologi menurut
Enrico Ferri berusaha untuk memecahkan masalah kriminalitas dengan telaah positif dan
fakta sosial, kejahatan termasuk setiap perbuatan yang mengancam kolektif dan dari
kelompok yang menimbulkan reaksi pembelaan masyarakat berdasarkan
pertimbangannya sendiri. Kriminologi mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial
sehingga sebagai perilaku kejahatan tidak terlepas dalam interaksi sosial, artinya
kejahatan menarik perhatian karena pengaruh perbuatan tersebut yang dirasakan dalam
hubungan antar menusia. Andaikan seseorang yang oleh masyarakatnya dinyatakan telah
berbuat jahat, maka perbuatan seperti itu bila dilakukan terhadap dirinya sendiri misalnya
mengambil barang miliknya untuk dinikmati- atau perbuatan tersebut dilakukan terhadap
hewan-hewan di hutan bebas- misalnya menganiaya babi hutan yang ditangkapnya maka
perbuatan itu tidak dianggap jahat dan perilaku itu tidak menarik perhatian.

Pengertian menurut para ahli :


 W.A Bonger: Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki
gejala kejahatan seluas-luasnya.
 Sutherland: Kriminologi adalah keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian
dengan perbuatan kejahatan sebagai gejala sosial dan mencakup proses-proses
perbuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum.
 Wood: Kriminologi adalah keseluruhan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan
teori atau pengalaman yang bertalian dengan perbuatan jahat dan penjahat
dan,termaksud di dalamnya reaksi dari masyarakat terhadap perbuatan jahat dan para
penjahat.
 Noach: Kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang perbuatan jahat dan perilaku
tercela yang menyangkut orang-orang terlibat dalam perilaku jahat dan perbuatan
tercela itu.
 Walter Reckless: Kriminologi adalah pemahaman ketertiban individu dalam tingkah
laku delinkuen dan tingkah laku jahat dan pemahaman bekerjanya sistem peradilan
pidana.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN KRIMINOLOGI


Konsep kriminologi pertama kali dikemukakan pada 427- 347 sebelum masehi,
oleh Plato yang mengemukakan bahwa emas dan manusia merupakan sumber kejahatan,
dan jika tidak ada status orang miskin dan orang kaya maka akan adanya kesusilaan dan
tidak akan ada rasa iri hati dan kealiman, pada 384-322 sebelum masehi, Aristoteles
mengemukakan bahwa kemiskinan yang menyebabkan kejahatan dan pemberontakan,
kedua pengarang tersebut mengemukakan bahwa sanksi hukuman bukanlah untuk
perbuatan jahat namun untuk mencegah terjadinya kejahatan.
Pada tahun 1226, Thomas Van Aquino mengemukakan bahwa kemiskinan dapat
memyebabkan kejahatan dan kekayaan dapat menyebabkan kejahatan bila jatuh miskin,
hal ini menjadi dorongan untuk mencuri, dari hal ini pengarang tertarik kepada summa
theological yang membenarkan perncurian bila dalam keadaan terpaksa, Pada tahun
1516 kriminologi lahir dalam arti sempit, hal ini dikarenakan Thomas More membahas
hubungan kejahatan dengan masyarakat dengan mengarang roman sisialistis yang
bersifat utopis, Thomas More mengkeritik pemerintahan Inggris dalam menghukum
penjahat, dengan menyatakan bahwa kejahatan akan berkurang dengan perbaikan hidup
dan bukan dengan hukuman keras seperti hukuman mati, dimana penjahat harus menebus
dosanya. Pada abad ke-18 hingga revolusi Prancis, terdapat ketentangan terhadap hukum
pidana. Pada awalnya Hukum pidana berfungsi sebagai penjatuhan hukuman
penganiayaan dengan tujuan untuk menakuti, yang acara hukumnya bersifat inkuisitor,
yang berarti bahwa pembuktian dalam suatu acara pidana dilaksanakan sesuai dengan
keinginan pemerika atau pengakuan dari tersangka, yang mengundang reaksi resim lama,
yang mempengaruhi hukum pidana dan acara pidana, situasi ini didukung dengan
timbulnya aufklarung (pencerahan), dengan lahirnya hak asasi manusia, keprihatinan
terhadap keadilan semakin diperhatikan, dikarenakan hak asasi manusia mencakup
semua subyek manusia meskipun ia adalah seorang penjahat, Pada tahun 1748
Motesquieu menerbitkan bukunya Esprit delois yang mencantumkan kata-kata yang
menentang tindakan sewenang- wenang dan hukuman yang kejam, kemudian pada tahun
1712- 1778 Rousseau menentang perlakuan kejam terhadap penjahat, pada tahun 1672,
Voltaire melakukan pembelaan kepada Jean Calas yang dijatuhi hukuman mati atas
peradilan yang melaksanakan peradilan dengan tindakan sewenang-wenang meskipun
Jean Calas tidak berdosa, tokoh-tokoh terkenal lainnya yang mendukung gerakan ini,
adalah C.Beccaria, yang pada tahun 1764 menerbitkan sebuah buku dengan judul buku
Crime and Punisment, dalam bukunya tertulis segala keberatan yang ditujukan kepada
hukum pidana beserta dengan hukum yang berlaku pada saat itu dengan sifat sewenang-
wenangnya, selain C.Beccaria, J.Bentham, seorang filsafat dan juga seorang ahli hukum
merupakan pencipta aliran ultilitarisme dalam karyanya yang dikeluarkan pada tahun
1780 Introduction to the principles of morals and legislation, dan membuat sebuah
rancangan untuk membuat sebuah lembaga pemasyarakatan model baru dengan nama
Panopticon or Inspection House, dalam pernyataan Monterquieu, ia menyatakan bahwa
bentuk perundang-undangan yang baik, haruslah mengutamakan pencegahan terhadap
kejahatan, bukan terhadap hukumannya. Pada abad 19 tahun 30 dari revolusi perancis
terdapat 3 hal penting yang terjadi kepada ilmu pengetahuan kriminologi, yang pertama
adalah perubahan hukum pidana, pada tahun 1791 perancis mengakhiri sistem hukum
pidana lama, dengan kode penalti disusun sesuai dengan perumusan dari tegas kejahatan,
beserta di depan hukum undang-undang semua manusia adalah sama, hal ini
mempengaruhi belanda, dan pada tahun 1809 diadakan “Het crminel wetboek voor het
Koningkrijk Holland”.
Pada tahun 1810 Di Inggris Kitab Undang-Undang Hukum Pidana disusun oleh
J.Bentham, keadaan lembaga pemasyarakatannya buruk namun di Nederland telah
direorientasi. Pada tahun 1791 Amerika mengadakan perubahan yang radikal dengan
lembaga pemasyarakatan dan di tahun 1823 New York menjalankan System Auburn,
perbaikan tersebut bejumlah sempurna atau sepenuhnya dan memiliki sifat yuridis, tetapi
satu hal yang masih dipertahankan adalah perlakuan yang sama terhadap semua penjahat.
Namun masih terdapat pertentangan terhadap hal tersebut dikarenakan tindakan
kejahatan antara semua penjahat berbeda dan secara logis tidak dapat dipersamakan,
Perubahan yang terbaru terjadi pada abad 19 tahun 70 dengan kriminologi sebagai
sumbangannya. Hal kedua yang terjadi adalah sebab-sebab sosial dari kejahatan, pada
tahun 1756-1836 W.Gowin mengungkapkan adanya hubungan dari susunan masyarakat
dan kejahatan. Pada tahun 1783-1819 Ch.Hall mengungkapkan bahwa sosialitas yang
pincang dari kaum buruh diakibatkan oleh industrialisasi, Pada tahun 1787-1869
Th.Hodsgkin memberikan pandangan baru pada R.Owen pada tahun 1771-1858 yang
mengemukakan bahwa lingkungan yang tidak baik dapat mempengaruhi seseorang untuk
menjadi jahat beserta dengan sebaliknya jika lingkungan tersebut adalah lingkungan
yang baik. Dari hal tersebut menimbulkan sebuah semboyan yang mengutarakan dalam
isinya yaitu ubahlah keadaan masyarakat dan anggota-anggotanya pun akan berubah, jika
setiap orang dididik dengan baik dan cukup untuk hidupnya, taraf moral pun akan naik
dan hukuman pun tidak akan diperlukan lagi. Hal Keitga yang terjadi adalah sebab-sebab
psikiartri antropologis dari kejahatan. Pada masa itu, orang yang tidak waras atau gila
masih dikategorikan sebagai penjahat. Penjahat memiliki kemauan bebas, sedangkan
orang gila tidak memiliki kemauan bebas dalam hal untuk memilih melakukan perbuatan
baik ataupun jahat. Dengan lahirnya ilmu psikiatrik yang diperkenalkan oleh Ph.Pinel
pada tahun 1754-1826 terjadilah perubahannya, dengan penambahan satu pasal pada
kode penalti yang berbunyi “tidaklah terdapat suatu kejahatan aabila si terdakwah berada
dalam sakit jiwa”. Pada tahun 1758-1828 F.J Gall mengemukakan pendapat bahwa
kelainan yang terdapat pada otak atau antropologis menyebabkan orang untuk menjadi
jahat sama dengan P.Broca pada tahun 1824- 1880, jika terdapat benjolan pada bagia
tengkorak atau antropologis, dapat menyebabkan tingkah laku kejahatan.
Pada Abad 20 terdapat 3 jenis aliran yang berkembang yaitu aliran positif Matza,
aliran hukum dan kejahatan, dan aliran social defense dipelopori Judge arc Ancel. Aliran
positif Matza memiliki ciri-ciri positif yaitu, pengutamaan pelaku kejahatan dari hukum
pidana, penentuan tingkah laku manusia yang didasarkan dengan faktor lingkungan dan
fisik, dan pembedaan antara pelaku kejahatan dan non pelaku kejahatan. Pada tahun 60-
an Aliran hukum dan kejahatan, yaitu peranan hukum dalam menentukan arti atau
pengertian dari kejahatan, beberapa tokoh-tokoh berikut menentukan arti kejahatan
sebagai berikut, Sutherland berpendapat tindak kejahatan adalah tindakan yang
melanggar hukum, Nettler berpendapat bahwa kejahatan merupakan pelanggaan
internasional dari hukum pidana, Tappen mengungkapkan bawa kejahatan merupakan
tindakan internasional atau kelalaian dari hukum pidana, dan Mannhein mengungkapkan
bahwa kejahatan adalah pelaksanaan perbuatan yang dapat dihukum sesuai dengan
ketentuan hukum pidana. Pada tahun 1954 aliran social defense yang dipelopori oleh
Judge Marce Ancel memberikan penjelasan terhadap teori tersebut bahwa teori ini tidak
bersifat deterministic, tidak menyetujui tipologi kejahatan, memiliki keyakinan terhadap
nilai-nilai kesusilaan, dan menolak pendominasian ilmu pengetahuan modern dan diganti
menjadi politik kriminal.

C. HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN KRIMONOLOGI


Pada era modern, Kriminologi diartikan sebagai ilmu yang mengkaji dan
membahas kejahatan dan penyimpangan tingkah laku manusia baik sebagai sebuah
gejala sosial maupun Psikologi Oleh karena itu, dunia hukum membutuhkan disiplin
ilmu lain yang mampu menjelaskan setiap penyimpangan, kaitannya dengan Perilaku,
serta situasi psikologis tertentu yang memotivasi perilaku kejahatan (terdesak, panik,
marah, cemburu, depresi, gangguan jiwa).
Tindakan kriminal pada saat ini menjadi tindakan yang hampir umum terjadi di
beberapa daerah tau negara, yakni umumnya terjadi pada negara miskin atau berkembang
dimana rakyatnya terpaksa melakukan tindakan kriminal untuk mencukupi kebutuhannya
atau karena paksaan dalam hidup, tentunya tindakan kriminal yang dilakukan tersebut
berhubungan dengan aspek psikologi dalam diri seseorang, yakni secara lengkapnya
penulis uraikan dalam artikel berikut, Hubungan Psikologi dengan Kriminologi.
1. Kriminal Berhubungan dengan Kebutuhan Psikologi
Banyak ahli yang telah memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa orang
melakukan tindakan kriminal secara psikologis.  Faktor penyebabnya antara lain :
 Kemiskinan merupakan penyebab dari revolusi dan tindakan kriminal secara
psikologi (Aristoteles).
 Kesempatan untuk menjadi pencuri (Sir Francis Bacon, 1600-an).
 Kehendak bebas, keputusan yang hedonistik, dan kegagalan dalam melakukan
kontrak sosial (Voltaire & Rousseau, 1700-an).
 Atavistic trait atau  Sifat-sifat antisosial bawaan sebagai penyebab perilaku
tindakan kriminal secara psikologi ( Cesare  Lombroso, 1835-1909).
 Hukuman yang diberikan pada pelaku tidak proporsional (Teoritisi Klasik Lain).
2. Kriminal Terjadi Karena Tekanan Psikologi
Teori pertama yaitu dari Deutsch & Krauss, 1965) tentang level of aspiration.  Teori
ini menyatakan bahwa keinginan seseorang melakukan tindakan kriminal secara
psikologi ditentukan oleh tingkat kesulitan dalam mencapai tujuan dan probabilitas
subyektif pelaku apabila  sukses dikurangi probabilitas subjektif kalau gagal.
3. Kriminal Merupakan Interaksi dari Perilaku Psikologi dan Lingkungan
Teori kedua yaitu perilaku yang tidak terencana yakni tindakan kriminal secara
psikologi dapat dijelaskan dengan persamaan yang diusulkan oleh kelompok gestalt
tentang Life Space. Perilaku merupakan fungsi dari life-spacenya. Life space ini
merupakan interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.  Mengapa model
perilaku Gestalt digunakan untuk menjelaskan perilaku kriminal secara psikologi
yang tidak berencana?
Pertama, pandangan Gestalt sangat mengandalkan aspek kekinian. Kedua, interaski
antara seseorang dengan lingkungan bisa berlangsung sesaat. Ketiga, interaksi tidak
bisa dilacak secara partial.
4. Tindakan Kriminal Berhubungan dengan Keberanian dan Kepribadian Secara
Psikologi
 Adanya Reaksi Negatif dari Lingkungan
Hubungan antara tindakan tindakan kriminal secara psikologi dan proses
tindakan kriminal secara psikologi secara umum dijelaskan dalam konsep
“tindakan kriminal secara psikologi” ( deviance ) dan reaksi sosial. Tindakan
tindakan kriminal secara psikologi dipandang sebagai bagian dari “tindakan
kriminal secara psikologi sosial” dengan arti tindakan yang bersangkutan
“berbeda” dengan tindakan orang pada umumnya dan terhadap tindakan
tindakan kriminal secara psikologi ini diberlakukan reaksi yang negatif dari
masyarakat.
 Adanya Konflik
Menurut teori psikologi, “konflik” orang berbeda karena kekuasaan yang
dimilikinya dalam perbuatan dan bekerjanya hukum. Secara umum dapat
dijelaskan bahwa mereka yang memiliki kekuasaan yang lebih besar dan
mempunyai kedudukan yang tinggi dalam mendifinisikan tindakan tindakan
kriminal secara psikologi adalah sebagai kepentingan yang bertentangan dengan
kepentingan dirinya sendiri. Secara umum tindakan tindakan kriminal secara
psikologi sebagai kebalikan dari kekuasaan; semakin besar kekuasaan seseorang
atau sekelompok orang semakin kecil kemungkinannya untuk dijadikan
tindakan tindakan kriminal secara psikologi dan demikian juga sebaliknya.
 Pengaruh Kelompok
Orientasi sosio-psikologis teori ini pada teori-teori interaksi sosial mengenai
pembentukan kepribadian dan konsep “proses sosial” dari perilaku kolektif.
Dalam pandangan teori ini bahwa manusia secara terus menerus berlaku uintuk
terlibat dalam kelompoknya dengan arti lain hidupnya merupakan bagian dan
produk dari kumpulan kumpulan kelompoknya. Kelompok selalu mengawasi
dan berusaha untuk menyeimbangkan perilaku individu-individunya sehingga
menjadi suatu perilaku yang kolektif.
5. Kriminal Terjadi Akibat Kepentingan dan Pandangan Masyarakat
Terdapat teori “kriminologi Marxis” dengan dasar 3 hal utama yaitu :
 Bahwa perbedaan bekerjanya hukum merupakan pencerminan dari kepentingan
rulling class.
 Tindakan tindakan kriminal secara psikologi merupakan akibat dari proses
produksi dalam masyarakat
 Hukum pidana dibuat untuk mencapai kepentingan ekonomi dari rulling class.
6. Kriminal Berhubungan dengan Situasi Keluarga
Keluarga secara psikologi merupakan kelompok terkecil dan yang paling intensif
dalam membentuk kebiasaan. Orang tua merupakan kekuasaan yang besar sebagai
sarana untuk memaksakan perilaku tindakan kriminal secara psikologi bagi anak-
anaknya baik yang masih kecil maupun para remaja, sebelum memisahkan diri
sebagai keluarga secara psikologi sendiri. Pengaruh yang diterapkan di dalam
keluarga secara psikologi adalah melalui : asosiasi, asimilasi, imitasi dan juga
paksaan.
 Keluarga secara psikologi yang besar pada umumnya menderita tekanan
ekonomi yang lebih besar daripada keluarga secara psikologi kecil.
 Orang-orang kurang mendapatkan waktu untuk memperoleh perhatian dari
orang tua.
 Kenakalan orang dari keluarga secara psikologi besar tidak banyak perhatian
baik orang tuanya maupun masyarakat sekelilingnya.
 Kemungkinan untuk berkonflik dengan lingkungan tetangganya lebih besar,
demikian pula orang tuanya. Kenakalan seseorang terhadap seseorang lain
tetangganya dapat menimbulkan konflik antar tetangga..
7. Kriminal Berhubungan dengan Umur
Pembagian umur berdasarkan angka tahun kiranya kurang tepat, karena pertambahan
tidak selalu sama dengan kedewasaan lebih baik kalau pembagian itu berdasarkan
stadium dalam kehidupan:
 Masa kanak-kanak, masa remaja, tahun-tahun pertama sebagai orang dewasa
 Masa dewas penuh, dan masa usia lanjut
Dapat diperkirakan bahwa mereka yang baru mulai untuk pertama kali menjadi
kriminal pada usia dewasa, kemungkinan-kemungkinannya menjadi residivis lebih
kecil, karena :
 Waktu untuk melakukan kembali kejahatan atau menjadi residivis relatif
pendek
 Pola watak pada masa dewasa telah mantap
 Kriminalitas yang dilakukan dan diketahui orang tidak jarang hanya
merupakan masalah kondisi yang kebetulan, dan bukannya kondisi yang
berulang
Dengan berpangkal tolak pada frekuensi, orang-orangnya dapat kita bagi menjadi:
 Orang yang tidak melakukan perbutan kriminalitas menurut psikologi
 Orang yang hanya sekali melakukan perbuatan kriminalitas menurut
psikologi
 Orang yang lebih dari sekali mlakukan perbuatan kriminalitas menurut
psikologi
Hukuman selama ini hukuman (punishment) menjadi sarana utama untuk membuat
jera pelaku kriminal secara psikologi. Dan pendekatan behavioristik ini tampaknya
masih cocok untuk dijalankan dalam mengatasi masalah kriminal dalam pandangan
psikologi. Hanya saja, perlu kondisi tertentu, misalnya konsisten, fairness, terbuka,
dan tepat waktunya.

D. TEORI PSIKOLOGI DALAM KRIMINOLOGI


1. Teori Psikologi Kriminologi Tipologi Fisik / Kepribadian
Teori psikologi kriminologi tipologi ini memandang bahwa sifat dan karakteristik
fisik manusia berhubungan dengan perilaku teori psikologi dalam kriminologi. Tokoh
yang terkenal dengan konsep ini adalah Kretchmerh dan Sheldon: Kretchmer dengan
constitutional personality, melihat hubungan antara tipe tubuh dengan kecenderungan
perilaku. Menurutnya ada tiga tipe jarigan embrionik dalam tubuh, yaitu :
 Endoderm  berupada sistem digestif (pencernaan),
 Ectoderm: sistem kulit dan syaraf, dan Mesoderm yang terdiri dari tulang dan
otot.
 Endomorf:  Gemuk (Obese), lembut (soft), and rounded people, menyenangkan
dan sosiabal.
 Mesomorf : berotot (muscular), atletis (athletic people), asertif,  vigorous, and
bold.
 Ektomorf : tinggi (Tall), kurus (thin), and otk berkembang dengan baik (well
developed brain),   Introverted, sensitive, and nervous.
2. Tipe Orang yang Sering Melakukan Tindakan Kriminal
Menurut Sheldon, tipe mesomorf merupakan tipe yang paling banyak melakukan
tindakan teori psikologi dalam kriminologi.  Berdasarkan dari dua kajian di atas,
banyak kajian tentang perilaku teori psikologi dalam kriminologi saat ini yang
didasarkan pada hubungan antara bentuk fisik dengan tindakan teori psikologi dalam
kriminologi. Salah satu simpulannya misalnya, karakteristik fisik pencuri itu
memiliki kepala pendek (short heads), rambut merah (blond hair) dan rahang tidak
menonjol keluar (nonprotruding jaws), sedangkan karakteristik perampok misalnya ia
memiliki rambut yang panjang bergelombang, telinga pendek, dan wajah lebar.
Apakah teori psikologi kriminologi ini diterima secara ilmiah? Barangkali metode ini
yang paling mudah dilakukan oleh para ahli psikologi kriminologi kala itu, yaitu 
dengan mengukur ukuran fisik para pelaku kejahatan yang sudah ditahan/ dihukum,
orang lalu melakukan pengukuran dan hasil pengukuran itu disimpulkan.
3. Teori Psikologi Kriminologi Pensifatan / Trait Teori tentang kepribadian
Teori psikologi kriminologi ini menyatakan bahwa sifat atau karakteristik
kepribadian tertentu berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan
tindakan teori psikologi dalam kriminologi. Beberapa ide tentang konsep ini dapat
dicermati dari hasil hasil pengukuran tes kepribadian.  Dari beberapa psikologan
tentang kepribadian baik yang melakukan teknik kuesioner ataupun teknik proyektif
dapatlah disimpulkan kecenderungan kepribadian memiliki hubungan dengan
perilaku teori psikologi dalam kriminologi.
Dimisalkan orang yang cenderung melakukan tindakan teori psikologi dalam
kriminologi adalah rendah kemampuan kontrol dirinya, orang yang cenderung
pemberani, dominansi sangat kuat, power yang lebih, ekstravert, cenderung asertif,
macho, dorongan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang sangat tinggi. Sifat-sifat di
atas telah diteliti dalam kajian terhadap para tahanan oleh beragam ahli psikologi.
Hanya saja, tampaknya masih perlu kajian yang lebih komprehensif tidak hanya satu
aspek sifat kepribadian yang diteliti, melainkan seluruh sifat itu bisa diprofilkan
secara bersama sama.
4. Teori Psikologi Kriminologi Psikoanalisis
Penjelasan dari teori psikologi kriminologi psikoanalis yaitu bahwa tindakan teori
psikologi dalam kriminologi disebabkan karena rasa cemburu pada bapak yang tidak
terselesaikan, sehingga individu senang melakukan tindak teori psikologi dalam
kriminologi untuk mendapatkan hukuman dari bapaknya.
Psikoanalist lain (Bowlby:1953) menyatakan bahwa aktivitas teori psikologi dalam
kriminologi merupakan pengganti dari rasa cinta dan afeksi. Umumnya teori
psikologi dalam kriminologi dilakukan pada saat hilangnya ikatan cinta ibu-anak.
5. Teori Psikologi Kriminologi Sosial
Teori ini dimotori oleh Albert Bandura (1986). Bandura menyatakan bahwa peran
model dalam melakukan penyimpangan yang berada di rumah, media, dan subcultur
tertentu (gang) merupakan contoh baik tuntuk terbentuknya perilaku teori psikologi
dalam kriminologi orang lain.  Observasi dan kemudian imitasi dan identifikasi
merupakan cara yang biasa dilakukan hingga terbentuknya perilaku menyimpang
tersebut.
Ada dua cara observasi yang dilakukan terhadap model yaitu secara langsung dan
secara tidak langsung (melalui vicarious reinforcement)Tampaknya metode ini yang
paling berbahaya dalam menimbulkan tindak teori psikologi dalam kriminologi.
Sebab sebagian besar perilaku manusia dipelajari melalui observasi terhadap model
mengenai perilaku tertentu.
6. Teori Psikologi Kriminologi Kognitif
Teori psikologi kriminologi ini menanyakan apakah pelaku teori psikologi dalam
kriminologi memiliki pikiran yang berbda dengan orang “normal”? Yochelson &
Samenow (1976, 1984) telah mencoba meneliti gaya kognitif (cognitive styles)
pelaku teori psikologi dalam kriminologi dan mencari pola atau penyimpangan
bagaimana memproses informasi. Para psikolog ini yakin bahwa pola berpikir lebih
penting daripada sekedar faktor biologis dan lingkungan dalam menentukan
seseorang untuk menjadi teori psikologi dalam kriminologi atau bukan.
Dengan mengambil sampel pelaku teori psikologi dalam kriminologi seperti ahli
psikologi manipulasi (master manipulators), liar yang kompulsif, dan orang yang
tidak bisa mengendalikan dirinya mendapatkan hasil simpulan bahwa pola pikir
pelaku teori psikologi dalam kriminologi itu memiliki logika yang sifatnya internal
dan konsisten, hanya saja logikanya salah dan tidak bertanggung jawab.
Ketidaksesuaian pola ini sangat beda antara pandangan mengenai realitas.

E. RUANG LINGKUP KRIMINOLOGI


Ruang lingkup pembahasan dalam kriminologi (Mustafa, 2007):
 Kejahatan, perilaku menyimpang, dan kenakalan (Pornografi, alkohol, dan
narkotika)
 Pola tingkah laku kejahatan dan motivasi terjadinya kejahatan (Motif)
 Korban kejahatan (ketidakberdayaan, korban mendukung munculnya perilaku
kejahatan)
 Reaksi sosial masyarakat terhadap kejahatan

F. KRIMINOLOGI MERUMUSKAN TIPE TIPE PELAKU KEJAHATAN


Pada umumnya, tipe-tipe penjahat itu ada born criminal, insane criminal, dan
criminaloid.
 Tipe penjahat born criminal mencakup sepertiga dari jumlah seluruh penjahat
yang ada di dunia Common Crime.
 Tipe insane criminal, merupakan tipe kejahatan yang perbuatannya dipicu oleh
penyakit jiwa, seperti idiosi (kebodohan), imbesilitas (taraf kecerdasan berpikir
yang rendah bagi orang dewasa), paranoid, demensia (kondisi kemunduran otak
seseorang), alkoholisme, epilepsi, histeria, dan sebagainya.
 Tipe criminaloid, termasuk golongan terbesar penjahat yang terdiri dari orang-
orang yang tidak punya ciri-ciri fisik yang khas. Mereka punya susunan mental
dan emosional sedemikian matang, tenang, Sehingga dalam keadaan tertentu
mereka bisa melakukan sesuatu yang sangat kejam dan jahat.
Untuk mengetahui seseorang termasuk tipe penjahat yang mana, harus lihat dari
beragam sudut pandang dan pisau analisis yang berbeda. Aparat hukum, juga
tidak dapat langsung menetapkan karakter seorang tersangka dengan satu metode
analisis saja. Harus ada pendekatan ilmu yang lain yang dijadikan bahan
pelengkap. Seperti melihat gestur, Karakter, kepribadian, emosi, seorang
kriminolog dalam mencari tahu soal gestur, perlu dibantu oleh psikolog, yang
lebih paham dan menguasai hal tersebut.

G. KETERKAITAN KRIMINOLOGI DENGAN PSIKOLOGI


Kegunaan pemahaman psikologis dalam penjelasan kriminologi tentang kejahatan dan
penjahat merupakan sumbangan pengetahuan tentang penjelasan mengenai kejahatan dan
penjahat dilihat dari sudut ilmu jiwa. Penyelidikan tentang jiwa penjahat sangat berguna
untuk mengerti dan memahami hal-hal yang terkait dengan kepribadian penjahat.
Kondisi kejiwaan, emosional, dan sikap tempramen sesorang yang diyakini memiliki
korelasi dengan tindakan agresivitas dan tidak terkontrol ataupun maniak adalah suatu
perhatian dari psikologi yang banyak menyumbang terhadap kriminologi dalam upaya
memahami dan memberikan penjelasan mengapa orang-orang tertentu melakukan
pelanggaran hukum atau melakukan. Dalam perkembangannya, karena fokus penjelasan
kejahatan dan penjahat ini juga banyak mendapatkan kontribusi dari psikologi maka
muncullah bidang ilmu seperti psikologi kriminal.
Memandang ke belakang sebentar, pada tahun 1886, Wilhelm Wundt diakui oleh
masyarakat telah berhasil mendirikan suatu laboratorium psikologi yang dapat
mengembangkan psikologi eksperimental dan pada gilirannya kemunculan psikologi
eksperimental ini mendorong berdirinya ilmu jiwa yang berdiri sendiri. Tidak lama
kemudian, ada seorang sarjana yang bernama Sigmund Freud yang terkenal dengan teori
psiko-analisisnya ikut serta memperkaya dan memberi peran bagi psikologi dalam
berbagai bidang, misalnya bidang pendidikan, usaha niaga, kemiliteran, dan kejahatan.
Sumber: http://www.leksikon.org/ images/freud.jpg.
Gambar 1.15.
Sigmund Freud.
Dengan Psikoanalisisnya memperkaya dan memberi peran bagi psikologi dalam berbagai
bidang penjelasan termasuk bidang kejahatan.

Dengan psikoanalisisnya, Freud membuka lembaran baru dalam sejarah ilmu


pengetahuan manusia. Freud menemukan adanya jiwa tak sadar atau bawah sadar dan
memberi pengertian kepada masyarakat tentang berbagai rahasia hidup manusia yang
tersembunyi di dalam diri orang yang bersangkutan. Melalui berbagai penelitiannya
tentang psikopatologi, Freud menemukan fakta bahwa kata-kata yang khilaf, salah tulis,
gerak-gerik tak sadar dan kelakuan-kelakuan aneh tetapi tidak gila mempunyai arti
psikopatologis, di mana kesemuanya itu merupakan pernyataan simbolis dari perasaan
dan pikiran seseorang yang terganggu, walaupun orang tersebut normal.
Melalui hasil-hasil penemuan Freud tentang psiko-analisis, serta psiko-patologi
dan penemuan-penemuan psikologi pada umumnya, masyarakat ilmiah dan masyarakat
umum memperoleh sumbangan yang tiada taranya bagi studi kejahatan bahkan bagi
upaya-upaya pencegahan kejahatan dalam arti seluas-luasnya.
Kini mari kita lihat bagaimana peran psiko-analisis, psikopatologi, dan
penemuan-penemuan psikologi pada umumnya bagi studi kejahatan. Melalui
pemahaman psiko-analisis, dapat diperoleh pemahaman bahwa manusia sebenarnya
mempunyai kemampuan untuk dapat mengerti dirinya sendiri, dapat mengerti dorongan-
dorongan hatinya yang irasional serta dorongan-dorongan dalam alam tidak sadarnya.
Menyadari impuls-impuls tidak sadar dan serba tidak sehat itulah yang mendatangkan
“insight” atau pengertian pada diri manusia sehingga manusia yang bersangkutan
dibebaskan dari segala gangguan-gangguan jiwa yang membuatnya berbahagia. Dengan
demikian, bukankah melalui psikoanalisis kita juga dapat memahami perilaku kriminal
yang mungkin saja muncul dalam diri seseorang?
Tujuan utama dari psikoanalisis adalah mencari pengertian dan pemahaman
tentang sebab-sebab dari konflik-konflik emosional dalam jiwa tak sadar, untuk
membebaskan manusia dari segala perasaan-perasaan dendam dengkinya, permusuhan,
prasangka-prasangka, ketakutan-ketakutannya dan sebagainya, dan menyalurkan impuls-
impulsnya kepada jasa-jasa yang baik.

Sementara itu, psikopatologi dan psikologi pada umumnya menyumbang peran pada
studi kejahatan dengan mempelajari atau memberi pemahaman mengenai:
1. struktur kepribadian serta hubungannya dengan perilaku jahat;
2. kondisi kejiwaan dan hubungannya dengan kejahatan;
3. pengaruh interaksi sosial dan situasi kelompok sosial yang dapat menimbulkan
kesulitan atau ketidakmampuan penyesuaian diri, yang dapat mendorong individu
yang bersangkutan melakukan perilaku jahat;
4. pengaruh interaksi sosial dan situasi kelompok sosial yang dapat mempengaruhi
keyakinan individu tertentu untuk memilih atau menyetujui perbuatan pelanggaran
hukum atau kejahatan dari pada mentaati undang-undang.

H. TUGAS PSIKOLOGI DIDUNIA KRIMINAL

 Mampu melihat perbedaan-perbedaan struktur kepribadian tertentu dengan


kaitannya terhadap tindak kriminal

 Memahami kejahatan dan proses kejahatan dari sudut korban dan pelaku

 Memberi gambaran perbedaan-perbedaan individual antara tipe-tipe dan kelompok-


kelompok pelaku kejahatan melalui penelitian

 Memprediksi tingkah laku melalui penelitian-penelitian yang mengarah ke


perubahan Kebijakan.
EVALUASI

1. Jelaskan secara singkat tentang sejarah perkembangan kriminologi!


2. Jelaskan apa tugas psikologi dalam dunia kriminal!
3. Sebutkan secara umum tipe tipe penjahat!
4. Sebutkan dan jelaskan teori psikologi dalam kriminologi!
5. Sebutkan tiga tipe jarigan embrionik dalam tubuh!
KESIMPULAN

Kriminologi secara harfiah berasal dari kata “ crimen “ yang berarti Kejahatan atau penjahat
dan “Logos” yang berarti Ilmu Pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa Kriminologi adalah
ilmu mengkaji tentang Kejahatan (Penjahat) dan gejala-gejalanya. Hubungan psikologi
dengan kriminologi adalah Pada era modern disebuntukan bahwa ilmu kriminologi yang
mengkaji dan membahas kejahatan dan penyimpangan tingkah laku manusia baik sebagai
sebuah gejala sosial maupun Psikologi, sehingga dunia hukum membutuhkan disiplin ilmu
lain yang mampu menjelaskan setiap penyimpangan, kaitannya dengan Perilaku, serta situasi
psikologis tertentu yang memotivasi perilaku kejahatan (terdesak, panik, marah, cemburu,
depresi, gangguan jiwa).
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kriminologi#:~:text=Pengertian%20menurut%20para
%20ahli%20%3A,menyelidiki%20gejala%20kejahatan%20seluas%2Dluasnya.&text=Noach
%3A%20Kriminologi%20adalah%20ilmu%20pengetahuan,jahat%20dan%20perbuatan
%20tercela%20itu. Diakses pada 24 April 2021 pukul 20.18
https://dosenpsikologi.com/teori-psikologi-dalam-kriminologi#:~:text=Teori%20psikologi
%20kriminologi%20ini%20menyatakan,hasil%20hasil%20pengukuran%20tes
%20kepribadian. Diakses pada 24 April 2021 pukul 21.36

Anda mungkin juga menyukai