1. Teori Klasik
Mayoritas teori kriminologi telah dikembangkan sejak tahun 1900 melalui penelitian
sosiologis. Teori-teori ini menegaskan bahwa individu yang dinyatakan normal secara biologis dan
psikologis akan secara alami menanggapi tekanan dan keadaan sosial tertentu dengan perilaku
kriminal.
1. Teori Transmisi Budaya
Muncul di awal 1900-an, teori transmisi budaya berpendapat bahwa perilaku kriminal
ditransmisikan dari generasi ke generasi — konsep "seperti ayah, seperti anak". Teori tersebut
menyatakan bahwa keyakinan dan nilai budaya bersama tertentu di beberapa daerah perkotaan
melahirkan tradisi perilaku kriminal yang bertahan dari satu generasi ke generasi lainnya.
2. Strain Theory
Pertama kali dikembangkan oleh Robert K. Merton pada tahun 1938, strain theory menyatakan
bahwa strain masyarakat tertentu meningkatkan kemungkinan kejahatan. Teori tersebut menyatakan
bahwa emosi frustrasi dan kemarahan yang timbul dari berurusan dengan ketegangan ini menciptakan
tekanan untuk mengambil tindakan korektif, seringkali dalam bentuk kejahatan. Misalnya, orang yang
mengalami pengangguran kronis mungkin tergoda untuk melakukan pencurian atau perdagangan
narkoba untuk mendapatkan uang.
3. Teori Disorganisasi Sosial
Dikembangkan setelah berakhirnya Perang Dunia II, teori disorganisasi sosial menegaskan
bahwa karakteristik sosiologis lingkungan tempat tinggal masyarakat berkontribusi besar terhadap
kemungkinan bahwa mereka akan terlibat dalam perilaku kriminal. Misalnya, teori tersebut
menyarankan bahwa terutama di lingkungan yang kurang beruntung, kaum muda dilatih untuk karir
masa depan mereka sebagai penjahat sambil berpartisipasi dalam subkultur yang membenarkan
kenakalan.
4. Teori Pelabelan
Dikembangkan pada tahun 1979, teori kegiatan rutin menyarankan bahwa ketika
penjahat termotivasi bertemu dengan mengundang korban atau target yang tidak
dilindungi, kejahatan kemungkinan akan terjadi. Lebih lanjut dikatakan bahwa rutinitas
aktivitas beberapa orang membuat mereka lebih rentan untuk dipandang sebagai target
yang cocok oleh penjahat yang menghitung secara rasional. Misalnya, secara rutin
membiarkan mobil yang diparkir tidak terkunci mengundang pencurian atau vandalisme.
Kondisi sosial yang beragam dapat memicu terjadinya kriminalitas hal ini dikarnakan salah satu
faktornya yakni pengangguran , kemiskinan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
tindakan kriminal demi menyambung hidup.
2. Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kriminalitas di negeri ini.
Bagaimana tidak, sebab tidak bisa dipungkiri perbedaan tingkatan sosial dimasyarakat akan
menimbulkan perbedaan pandang dan perlakuan. Misalnya saja mereka yang memiliki uang dan
jabatan akan cenderun lebih mudah mendapatkan kekuasaan. Sebaliknya masyarakat ekonomi
lemah cenderung mengalami kesulitan bahkan hanya untuk mendapatkan perlakuan adil saat
berada di depan hukum. Perbedaan perlakuan karena kesenjanagan sosial ini tentu dapat memicu
tindakan kriminalitas. Terlebih dari masyarakat ekonomi lemah yang cenderung akan ingin
mendapatkan status yang setara. Sehingga tindak kriminal seperti perampokan, pembegalan hingga
pencurian menjadi salah satu tindakan kriminal yang paling sering terjadi.
4. Adanya Dendam Pribadi
5. Faktor Ekonomi
Budaya merupakan bagian dari identitas kita sebagai bangsa indonesia. Sebagai negar yang
dikenal dengan budaya ketimuran sekaligus juga dengan negara mayoritas penduduk muslim
tentunya ada aturan tata krama dan ada istiadat yang melekat. Namun, dengan masuknya budaya
barat yang tidak bisa dibendun saat ini banyak yang mengikuti gaya berpakaian ala kebarat-baratan
yang cenderung terbuka . Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab maraknya tindak kejahatan
pelecehan seksual seperti pemerkosaan terutama terhadap kaum wanita.
7. Pengangguran Meningkat
Meningkatnya jumlah pengangguran juga disinyalur menjadi salah satu penyebab peningkatan
angka kriminalitas. Sebab tentunya tidak dipungkiri bahwa seseorang yang menganggur masih
membutuhkan dana untuk memenuhi kehidupannya. Sedangkan ia tidak memiliki penghasilan
sebagai sumber pendapatannya. Maka tentu tidak ada pilihan lain selain melakukan tindak
kejahatan. Cara ini dianggap menjadi cara yang paling instan untuk mendapatkan uang.
8. Gengsi Tinggi