Anda di halaman 1dari 4

Nama: Agnes Nurita Sari

NIM: 220710101367

Kriminologi muncul pada pertengahan abad ke-19, sejak dikemukakannya hasil penelitian Casere
Lambroso (1876) tentang teori atavisme dan jenis kejahatan serta munculnya teori mengenai
kausalitas bersama Enrico Ferri sebagai tokoh aliran lingkungan dari kejahatan.1

Istilah kriminologi pertama kali digunakan oleh seorang Antropolog Perancis, Paul Topinard. Secara
umum, istilah kriminologi identik dengan perilaku yag digolongkan sebagai suatu kejahatan.2
Kejahatan disini adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh individu atau instansi yang dilarang oleh
Undang-Undang. Secara etimologis, kriminologi berasal dari bahasa Yunani, crime (kejahatan) dan
Jogos (ilmu), dengan demikian kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
kejahatan.

Kriminologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial selalu berusaha mencari tahu
sebab-sebab terjadinya berbagai jenis kejahatan dengan tujuan mengetahui cara mencegah dan
menanggulanginya guna memberantas kejahatan dan paling tidak meminimalisirnya. Kriminologi
juga mempelajari respon masyarakat terhadap kejahatan dan perilaku kriminal.3 Wolfgang, Savitz
dan Johnston dalam The Sociology of Crime and Delinguency mendefinisikan kriminologi sebagai
suatu kumpulan pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
dan pemahaman tentang gejala-gejala kejahatan dengan cara meneliti dan menganalisis secara
ilmiah informasi, keseragaman, pola dan faktor-faktor penyebab yang berkaitan dengan kejahatan.
, pelaku kejahatan dan reaksi masyarakat terhadap kedua fenomena tersebut.4

Kriminologi mulai dikenal sebagai ilmu yang berdiri sendiri sejak tahun 1830, hal ini dikarenakan
kriminologi mempergunakan metode ilmiah atau metode penelitian ilmu pengetahuan. Penelitian
dapat dirumuskan sebagai: … the use of standardized, systematic procedures in the search of
knowledge” (penggunaan prosedur yang baku dan sistematis dalam mencari pengetahuan).5

Wolfgang berpendapat bahwa kriminologi harus dipandang sebagai pengetahuan yang berdiri
sendiri, terpisah oleh karena kriminologi telah mempunyai data-data yang teratur secara baik dan
konsep teoretis yang menggunakan metode ilmiah.6 Szabo berpendapat bahwa kriminologi berada
di ambang pintu untuk menjadi suatu kenyataan (karena kesatuan dari pengetahuan yang modern)
dan dikenal sebagai ilmu baru. (Atmasasmita, 1997: 7)

Dalam perkembangan kriminologi untuk menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri, Romli
Atmasasmita (2005: 13-14) menarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Kriminologi merupakan studi tentang tingkah laku manusia tidaklah berbeda dengan studi
tentang tingkah laku lainnya yang bersifat nonkriminal.
2. Kriminologi merupakan ilmu yang bersifat inter dan multidisiplin, bukan ilmu yang bersifat
monodisiplin.
3. Kriminologi berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan lainnya.

1
Ibrahim Fikma Edrisy, S.H.,M.H.,CPCLE,KRIMINOLOGI, Pusaka Media, Bandarlampung, 2023, hal.1.
2
Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana, LaksBang Press, Yogyakarta, 2017, hal.13
3
Dr. SAHAT MARULI T. SITUMEANG, S.H., M.H., Buku Ajar Kriminologi, PT Rajawali Buana Pusaka, Depok, 2021, hal.8
4
Topo santoso, Kriminologi, 2010, Jakarta: Rajawali,Hal 10-11
5
Mardjono Reksodiputro, Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta, 1994, hal. 116.
6
Walter C. Reckless, disadur oleh Romli Atmasamita, Beberapa Catatan dalam Studi Kriminologi, YEE, Unpad, Bandung,
1975, hal 5.
4. Perkembangan studi kejahatan telah membedakan antara kejahatan sebagai suatu
tingkah laku dan pelaku kejahatan sebagai subjek perlakuan sarana peradilan pidana.
5. Kriminologi telah menempatkan dirinya sejajar dengan ilmu pengetahuan lainnnya, tidak
lagi merupakan bagian dari padanya.

Sejarah perkembangan kriminologi dapat dibedakan menjadi beberapa priode sebagai berikut :7

• Zaman Kuno (Pra-Kriminologi) Sebelum Abad 18


Pada saat itu kriminologi belum dikenal sebagai ilmu yang berdiri sendiri seperti ilmu-ilmu
lainnya, hanya kata “kejahatan” yang muncul pada beberapa karya beberapa penulis Yunani.
• Zaman Abad Pertengahan
Kriminologi pada masa itu belum banyak menarik perhatian para ahli untuk dikaji dan dibahas
secara kritis, namun bagi beberapa ahli seperti Thomas Van Aquino (1226-1274), banyak
memberikan komentar atau perspektif mengenai dampak kemiskinan terhadap kejahatan.
• Zaman Permulaan Sejarah Baru (Abad ke-16)
Sekitar waktu ini, seorang tokoh bernama Thomas More menulis buku berjudul Utopia.
Menurutnya, kejahatan tidak bisa dihilangkan tetapi kita harus mencari tahu penyebab
terjadinya kejahatan dan cara mengatasinya. Oleh karena itu, Thomas More menekankan
bahwa untuk dapat memprediksi kejahatan, pendapatan pekerja harus mencukupi dan
meningkat sesuai kebutuhan dan perkembangan ekonomi.
• Perkembangan kriminologi pada Abad ke-20
Pada Abad ke-20, ada tiga aliran yang berkembang yaitu : Aliran positif, Aliran hukum dan
kejahatan serta Aliran social defence.8

Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan juga membutuhkan ilmu-ilmu bantu yang mempunyai
hubungan saling menguntungkan, meskipun dalam perkembangannya kriminologi nampak semakin
menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Ilmu-ilmu bantu ini, baik secara tersendiri ataupun
bersama-sama memberikan bantuannya kepada kriminologi tanpa mengurangi peranan kriminologi
untuk menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri, dan ilmu-ilmu bantu tersebut antara lain: ilmu hukum,
sosiologi, psikologi, antropologi, kedokteran, biologi, sejarah, psikiatri, dan ekonomi.9

Berdasarkan sejarahnya, keberadaan kriminologi tidak dapat dipisahkan dari hukum pidana. H.
Bianchi mengatakan keterkaitan kriminologi dan hukum pidana, bahwa kriminologi sebagai
metascience dari hukum pidana.10 Kriminologi suatu ilmu yang lebih luas dari pada hukum pidana,
di mana pengertian-pengertiannya dapat digunakan untuk memperjelas konsep-konsep dan
masalah-masalah yang terdapat dalam hukum pidana. Kriminologi mempunyai fungsi klasik yaitu
ilmu penunjang hukum (hukum pidana). Hukum pidana digunakan untuk merumuskan kejahatan
dalam hukum formal, sedangkan kejahatan menjadi bahan kajian kriminologi. Melalui kriminologi,
kejahatan dianggap lebih luas dari hukum pidana, sehingga kriminologi dapat menjadikan
penerapan hukum menjadi lebih mencerahkan. Menurut fungsi klasiknya, keberadaan kriminologi
erat kaitannya dengan hukum pidana, yang mana kedua ilmu ini saling berhubungan dan saling
bergantung, bahkan sebelum kriminologi dianggap sebagai bagian dari hukum pidana. Hubungan
kriminologi dengan hukum pidana mempunyai hubungan yang sangat erat, artinya hasil-hasil
penyelidikan kriminologi dapat membantu pemerintah dalam menangani masalah kejahatan,
terutama melalui studi dibidang etiologi kriminal dan penologi.

7
Ibrahim Fikma Edrisy, S.H.,M.H.,CPCLE,KRIMINOLOGI, Pusaka Media, Bandar Lampung, 2023, hal.22-23
8
Emilia Susaniti, S.H.,M.H. Eko Rahardjo, S.H.M.H. Buku Ajar Hukum Dan Kriminologi, Aura CV. Anugrah Utama
Raharja, Bandar Lampung, 2018, hlm. 35
9
Anang Priyanto “Modul Kriminologi dan kenakalan Remaja” Hlm. 18
10
Herman Bianchi and H. Bianchi, Justice as Sanctuary: Toward A New System of Crime Control, Vol. 15, Bloomington,
Indiana University Press, 1994.
Kriminologi memberikan kontribusinya dalam menentukan ruang lingkup kejahatan atau perilaku
yang dapat dihukum. Dengan demikian maka hukum pidana bukanlah merupakan suatu silogisme
dari pencegahan, akan tetap merupakan suatu jawaban terhadap adanya kejahatan.11

Kriminologi memiliki ciri-ciri ilmiah dan memenuhi berbagai persyaratan sebagai ilmu sehingga cara
mendasar berbeda dibandingkan ilmu yang lain. Ciri-ciri ilmiah merupakan penjelasan yang harus
memenuhi syarat sebagai berikut, bahwa ciri-ciri ilmiah merupakan penjelasan yang tersusun secara
sistematis dengan kerangka dan tahap-tahap pemikiran yang mudah diikuti: memiliki metode dalam
penggalian data yang dapat dikaji bahwa kenyataan itu masuk akal atau logis yang penggaliannya
dilakukan dengan cermat dari pengalaman nyata atau yang bersifat empiris; apa yang ditemukan
dan diungkapkan merupakan suatu kebenaran yang dapat diterima secara umum dan akhirnya
hasil-hasil kebenaran ini berkembang serta semakin sempurna secara akumulatif.12

Adapun ciri khas dari kriminologi antara lain:

1. Kriminologi merupakan studi tentang tingkah laku manusia tidaklah berbeda dengan studi
tentang tingkah laku lainnya yang bersifat nonkriminal.
2. Kriminologi merupakan ilmu yang bersifat inter dan multidisiplin, bukan ilmu yang bersifat
monodisiplin.
3. Kriminologi berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan lainnya.
4. Perkembangan studi kejahatan telah membedakan antara kejahatan sebagai suatu tingkah
laku dan pelaku kejahatan sebagai subjek perlakuan sarana peradilan pidana.
5. Kriminologi telah menempatkan dirinya sejajar dengan ilmu pengetahuan lainnnya, tidak lagi
merupakan bagian dari padanya.

Karena kriminologi merupakan suatu ilmu yang berdiri sendiri di samping hukum pidana, maka
mempunyai definisi sendiri tentang apa yang disebut kejahatan ataupun tindak pidana. Berikut
adalah contoh kajian Kriminologi atas kasus Anak di Bawah Umur Jadi Korban Pelecehan Seksual
di Pasar Malam Jaksel

Sumber:

https://news.detik.com/berita/d-6147918/anak-di-bawah-umur-jadi-korban-pelecehan-seksual-di-
pasar-malam-jaksel

dalam aspek kejahatan kriminologi, kejahatan pada kasus diatas termasuk Sosiologi kriminal, yang
memiliki arti bahwa kejahatan sebagai gejala sosial mempelajari bukan kepada orangnya namun
kepada masyarakat. Sosiologi kriminal didukung dengan kurangnya pendidikan seks dalam
lingkungan masyarakat atau peran keluarga yang hilang dalam pembentukan jati diri sehingga
terdapat penyimpangan pada hasrat pribadi dan keterampilan sosial yang buruk. Tak hanya itu,
lingkungan dan pergaulan juga sangat mempengaruhi timbulnya pelecehan sosial.

11
Soerjono Soekanto, Hengkie Liklikuwata, Mulyana w. Kusumah, Kriminologi Suatu Pengantar, Ghalia Indonesia,
Jakarta, hlm. 127
12
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Penelitian Kriminologi, Remaja Karya CV Bandung, Bandung, 1984.,hal.1.
DAFTAR PUSTAKA

Bianchi, H. B. (1994). Justice as Sanctuary: Toward A New System of Crime Control, Vol. 15. Bloomington:
Indiana University Press.

Dirdjosisworo, S. (1984). Pengantar Penelitian Kriminologi. Bandung: Remaja Karya CV Bandung.

Dr. SAHAT MARULI T. SITUMEANG, S. M. (2021). Buku Ajar Kriminologi. Depok: PT Rajawali Buana Pusaka.

Emilia Susaniti, S. E. (2018). Buku Ajar Hukum Dan Kriminologi. Bandar Lampung: Aura CV. Anugrah Utama
Raharja.

Ibrahim Fikma Edrisy, S. (2023). KRIMINOLOGI. Bandarlampung: Pusaka Media.

Prakoso, A. (2017). Kriminologi dan Hukum Pidana. Yogyakarta: Laks Bang Press.

Priyanto, A. (2015). Modul Kriminologi dan kenakalan Remaja (Edisi 2). Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.

Reksodiputro, M. (1994). Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana. Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan
Pengabdian Hukum Universitas Indonesia.

Santoso, T. (2010). Kriminologi. Jakarta: Rajawali.

Soerjono Soekanto, H. L. (1981). Kriminologi Suatu Pengantar. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Walter C. Reckless, disadur oleh Romli Atmasamita, Beberapa Catatan dalam Studi Kriminologi, YEE, Unpad,
Bandung, 1975

https://news.detik.com/berita/d-6147918/anak-di-bawah-umur-jadi-korban-pelecehan-seksual-di-pasar-
malam-jaksel

Anda mungkin juga menyukai