Anda di halaman 1dari 12

Aliran dalam KriminologiTerdapat banyak sekali aliran atau dikenal dengan istilah school dalam kriminologi, akan tetapi

ada beberapa saja yang berkembang dan memiliki banyak pengikut. Aliran Kriminologi Teori Human Nature, Teori Sosiologi Aliran Klasik (1600-1850) Aliran Positivis (1850-1920). Pembentukan Sosiologi (1900 1950) Perkembangan Sosiologi (1950) Beccaria Jeremy Bentham Biologi Positivis (Lombrosso) Psikologi Positivis (Sigmund Freud) Sosiologi Positivis (E.Durkheim) Aliran Chicago Differential Association (E. Sutherland) Strain (R. K.Merton) Kontrol Sosial Labelling Kriminologi Kritis Aliran Klasik . Dipelopori oleh Cesare Beccaria dan Jeremy Bentham yang berkembang sekitar abad 18. Secara sederhana aliran atau inti ajaran klasik menyatakan bahwa manusia melakukan kejahatan karena kemauan dan kepentingannya sendiri. Kejahatan merupakan konsekuensi logis dari sifat alami manusia yang memiliki kehendak bebas. Aliran Positivis Aliran Positivis menolak pendapat aliran klasik yang menyatakan, kejahatan adalah pilihan manusia dan konsekuensilogis dari sifat dasar manusia. Aliran positivis memiliki kaitan secara ilmiah dalam menyelidiki kejahatan dari faktor individu pelaku kejahatan. Pembagian Aliran Positivis Aliran Positivis memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang penyebab kejahatan. Aliran Positivis diklasifikasikan Positivis Psikologi

Pendiri aliran ini adalah Cesare Lombrosso yang diikuti oleh muridnya Enrico Ferri dan memiliki banyak pendukung seperti Carles Goring, William Sheldon dan lain sebagainya. Inti dari biologi positivis adalah, bahwa pelaku kejahatan memiliki perbedaan karakterisitik secara fisik dibandingkan manusia yang lain. Biologi Positivis di Italia disebut sebagai mahzab Italia. Psikologi Positivis Berbeda dengan biologi positivis, psikologi positivis menekankan, bahwa kejahatan terjadi karena perbedaan tingkat psikologis manusia. Sigmund Freud adalah tokoh aliran ini yang membagi manusia dalam tiga golongan secara psikologis yaitu ego, superego dan orang yang tidak punya naluri. Aliran Neo Klasik, k adalah penerus ajaran para utilitarian seperti Jeremy Bentham dan Cesare Lombrosso.

Pertanyaan besar yang dipertanyakan oleh aliran ini adalah apakah benar hukuman itu merupakan penghalang terjadinya kejahatan lain yang efektif? Travis Hirschi dan David Matza adalah tokoh-tokoh yang mendukung aliran ini. Selain tiga aliran yang sudah disebutkan , masih banyak aliran yang ada dalam perkembangan

Pengantar Kriminologi. Pendahuluan. Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang sifatnya masih baru apabila kita ambil definisinya secara etimologis berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan dan logos yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan, sehingga kriminologi adalah ilmu /pengetahuan tentang kejahatan. Istilah kriminologi untuk pertama kali (1879) digunakan oleh P. Topinard, ahli dari perancis dalam bidang antropologi, sementara istilah yang sebelumnya banyak dipakai adalah antropologi criminal. Menurut E.H. Sutherland, kriminologi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena social, termasuk didalamnya proses pembuatan undang-undang, pelanggaran undang-undang dan reaksi terhadap pelanggaran undang-undang. Bonger mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejahatan seluas-luasnya. Sejarah kriminologi. Meskipun Kriminologi bisa dianggap sebagai ilmu pengetahuan baru yang diakui baru lahir pada abad ke-19 ( sekitar tahun 1850 )bersamaan dengan ilmu sosiologi tetapi karangan-karangan tentang kriminologi bisa ditemukan

pada zaman kuno yaitu zaman Yunani dimulai dengan karangan Plato dalam Republiek menyatakan antara lain bahwa emas , manusia adalah sumber dari banyak kejahatan sedangkan Aristotelis menyatakan bahwa kemiskinan adalah sumber dari kejahatan. Kemudian abad pertengahan Thomas Aqunio menyatakan bahwa orang kaya memboros- boroskan kekayaanya disaat dia jatuh

miskin maka dia akan mudah menjadi pencuri. Perkembangan hukum pidana pada Akhir abad ke 19 yang dirasakan sangat tidak memuaskan membuat para ahli berfikir mengenai efektifitas hukum pidana itu sendiri, Thomas Moore melakukan penelitian bahwa sanksi yang berat bukanlah faktor yang utama untuk memacu efektifitas hukum pidana buktinya lewat penelitiannya ditemukan bahwa para pencopet tetap beraksi disaat

dilakukan hukuman mati atas 24 penjahat di tengah-tengah lapangan. Ini membuktikan bahwa sanksi hukum pidana tidak berarti apa-apa.

Ketidakpuasan terhadap hukum pidana, Hukum acara pidana dan sistem penghukuman menjadi salah satu pemicu timbulnya kriminologi . Perkembangan ilmu statistik juga mempengaruhi timbulnya kriminologi.

Statistik sebagai pengamatan massal dengan menggunakan angka-angka yang merupakan salah satu pendorong perkembangan ilmu sosial. Quetelet (1796-1829) ahli statistik yang pertama kali melakukan pengamatan terhadap kejahatan. Dialah yang pertama kali membuktikan bahwa kejahatan adalah fakta yang ada di masyarakat, dalam penelitiannya Quetelet

menemukan bahwa kejahatan memiliki pola-pola yang sama setiap tahunnya maka beliau berpendapat bahwa kejahatan dapat diberantas dengan meningkatkan/ memperbaiki kehidupan masyarakat. Sarjana lain yang

menggunakan statistik dalam pengamatan terhadap kejahatan adalah

G VonMayr ( 1841-1925) . Ia menemukan bahwa perkembangan antara tingkat pencurian dengan tingkat harga gandum terdapat kesejajaran (positif). Bahwa tiap-tiap kenaikan harga gandum 5 sen dalam tahun 1835 1861 di bayern. pencurian bertambah dengan 1 dari antara 100.000 Jumlah

penduduk.

Dalam perkembangannya ternyata tingkat kesejajaran tidak selalu tampak. Karena adakalanya berbanding berbalik ( invers) antara perkembangan ekonomi dengan tingkat kejahatan. Sebutan kriminologi sendiri

diperkenalkan oleh Topinard ( 1830-1911) seorang ahli antropologi dari perancis. Aliran Pemikiran Dalam Kriminologi Yang dimaksud dengan

aliran pemikiran di sini adalah cara pandang (kerangka acuan,Paradigma, perspektif) yang digunakan oleh para kriminolog dalam melihat, menafsirkan, menanggapi dan menjelaskan fenomena kejahatan. Oleh karena

pemamahaman kita terhadap dunia social terutama dipengaruhi oleh cara kita menafsirkan peristiwa-peristiwa yang kita alami/lihat, sehingga juga bagi para

ilmuwan cara

pandang yang dianutnya akan dipengaruhi wujud penjelasan

maupun teori yang dihasilkannya. Dengan demikian untuk dapat memahami dengan baik penjelasan-penjelasan dan teori-teori dalam kriminologi perlu diketahui perbedaan aliran pemikiran/paradigm dalam kriminologi. Teori adalah bagian dari suatu penjelasan mengenai sesuatu sementara suatu penjelasan dipandang sebagai masuk akal akan dipengaruhi oleh fenomena tertentu yang dipersoalkan di dalam keseluruhan bidang pengetahuan. Adapun keseluruhan bidang pengetahuan tersebut merupakan latar belakang budaya kontemporer yang berupa dunia informasi. Hal-hal yang dipercayai ( belief ) dan sikap-sikap yang membangun iklim intelektual dari setiap orang pada suatu

waktu dan tempat tertentu.Didalam sejarah intelektual terhadap masalah penjelasan ini secara umum dapat dibedakandua cara pendekatan yang mendasar yakni pendekatan spiritistik atau demonologik dan pendekatan naturalistic, yang kedua-duanya merupakan pendekatan yang dikenal pada masakuno maupun modern. Penjelasan demonologik mendasarkan pada adanya kekuasaan lain atau spirit ( roh). Unsur utama dalam penjelasan spiristik adalah sifatnya yang melampaui dunia empiric; dia tidak terikat oleh batasan-batasan kebendaan atau fisik, dan beroperasi dalam cara-cara yang bukanmenjadi subyek dari control atau pengetahuan manusia yang bersifat terbatas.Pada pendekatan naturalistik penjelasan diberikan secara terperinci dengan melihat dari segiobyek dan kejadian-kejadian dunia kebendaan dan fisik. Secara garis besar pendekatan inidibagi tiga bentuk sistem pemikiran atau bisa disebut sebagai paradigma yang digunakansebagai kerangka untuk menjelaskan fenomena kejahatan, adapun ketiga paradigma/ aliranini adalah aliran klasik, positivisme dan aliran kritis.a. Aliran Klasik Aliran ini mendasarkan pada pandangan bahwa intelegensi dan rasionalitas merupakan ciri

fundamental manusia dan menjadi dasar bagi penjelasan perilaku manusia, baik yang bersifat perseorangan maupun kelompok. Intelegensi mampu membawa manusia untuk berbuat mengarahkan dirinya sendiri, dalam arti lain ia adalah penguasa dari dirinya sendiri. Iniadalah pokok pikiran aliran klasik dengan dilandasi pemikiran yang demikian maka penjahat dilihat dari batasanbatasan perundang-undangan yang ada. Kejahatan dipandang sebagai pelanggaran terhadap undang-undang hukum pidana, penjahatadalah setiap orang yang melakukan adalah kejahatan. Secara rasionalitas maka

tanggapanmasyarakat

memaksimalkan keuntungan

dan menekan

kerugian yang ditimbulkan oleh kejahatan. Kriminologi di sini sebagai alat untuk menguji sistem hukuman yang dapat meminimalkan kejahatan. Salah

satu tokoh dalam aliran ini adalah Cesare Beccaria ( 1738 1794 ) merupakan tokoh yang menentang kesewenang-wenangan lembaga peradilan pada saat itu. Dalam bukunya DeiDelitti e delle pene secara gamblang dia menyebutkan keberatan-kebaratannya atas hukum pidana. Aliran ini melahirkan aliran Neo-Klasik dengan ciri khas yang masih sama tetapi ada beberapa hal yang diperbaharui antara lain adalah kondisi si pelaku dan lingkungan mulaidiperhatikan. Hal ini dipicu oleh pelaksanaan Code De Penal secara kaku dimana tidak memperhitungkan usia, kondisi mental si pelaku, aspek kesalahan. Semua faktor tersebuttidak menjadi pertimbangan peringanan hukuman, penjatuhan hukuman dipukul rata berdasarkan prinsip kesamaan hukum dan kebebasan pribadi. b. Aliran Positivisme Aliran pemikiran ini bertolak pada pandangan bahwa perilaku

manusia d

ditentukan olehfaktor-faktor diluar kontrolnya, baik yang berupa

faktor biologi maupun kultural. Ini berartimanusia bukanlah mahluk yang bebas untuk mengikuti dorongan keinginannya danintelegensinya, akan tetapi mahluk yang dibatasi atau ditentukan perangkat biologinya dan

situasi kulturalnya. Manusia berubah bukan semata-mata akan intelegensianya akan tetapimelalui proses yang berjalan secara perlahan-lahan dari aspek biologinya atau evolusikultural. Aliran ini melahirkan dua pandangan yaitu Determinisme Biologik yangmenganggap bahwa organisasi sosial berkembang sebagai hasil individu dan perilakunyadipahami dan diterima sebagai pencerminan umum dari warisan biologik. SebaliknyaDeterminis Kultural menganggap bahwa perilaku manusia dalam segala aspeknya selalu berkaitan dan mencerminkan ciri-ciri dunia sosio kultural yang melingkupinya.

Mereka berpendapat bahwa dunia kultural secara relatif tidak tergantung pada dunia biologik, dalamarti perubahan pada yang satu tidak berarti akan segera membuat perubahan yang lainnya.Salah satu pelopor aliran positivis ini adalah Cesare Lombrosso (1835-1909) seorang dokter dari itali yang mendapat julukan Bapak Kriminologi Modern lewat teorinya yang terkenalyaitu Born Criminal, Lombrosso mulai meletakkan metodologi ilmiah dalam mencarikebenaran mengenai kejahatan serta melihatnya dari banyak faktor. Teori Born Criminal ini di ilhami oleh teori evolusi dari darwin Lombrosso membantah mengenai Free Will yang menjadi dasar aliran klasik. Doktin Avatisme membuktikan bahwa manusia menuruni sifat hewani dari nenek moyangnya. Gen ini dapat muncul sewaktu-waktu dan menjadi sifat jahat pada manusia modern. Dalam perkembangan teorinya bahwa manusia jahat dapat dilihat dari ciri-ciri fisiknya lewat penelitian terhadap 3000 tentara dan narapi dana lewat rekam mediknya beberapa diantaranya telinga yang tidak sesuai ukuran, dahi yang menonjol, hidung yang bengkok. Pada dasarnya teori lombrosso ini membagi penjahat dengan empat golongan, yaitu : 1. Born Criminal iaitu orang yang memang sejak lahir berbakat

menjadi penjahat seperti paham avatisme 2. Insane Criminal iaitu orang termasuk dalam golongan orang idiot, embisil,dan paranoid 3. Ocaccasial criminal atau criminaloid adalah pelaku kejahatan yang berdasarkan pada pengalaman yang terus menerus sehingga mempngaruhi pribadinya. 4. Criminal of Passion iaitu orang yang melakukan kejahatan karena cinta, marah atapunkarena kehormatan.

Aliran Kritis Pemikiran Kritis lebih mengarahkan kepada proses manusia dalam membangun dunianya d imana dia hidup. Menurut aliran ini tingkat kejahatan dan ciri-ciri pelaku terutama ditentukan oleh bagaimana undangundang disusun dan dijalankan. Sehubungan dengan itu maka tugas dari kriminologi adalah bagaimana cap jahat tersebut diterapkan terhadap tindakan dan orang-orang tertentu. Pendekatan kritis ini secara relatif dapat dibedakan antara pendekatan interaksionis dan konflik. Pendekatan interaksionis berusaha untuk menentukan mengapa tindakan-tindakan dan orang-orang tertentu didefinisikan sebagai kriminal di masyarakat tertentu dengan cara mempelajari persepsi makna kejahatan yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Mereka juga mempelajari kejahatan oleh agen kontrol sosial dan orang-orang yang diberi batasan sebagai penjahat, juga proses sosial yang dimiliki kelompok bersangkutan dalam mendifinisikan seseorang sebagai penjahat. Hubungan antara kejahatan dan proses kriminalisasi secara umum dijelaskan dalam konseppenyimpangan ( deviance ) dan reaksi sosial. Kejahatan dipandang sebagai bagian daripenyimpangan sosial dengan arti tindakan yang bersangkutan berbeda dengan tindakan orang pada umumnya dan terhadap tindakan menyimpang ini diberlakukan reaksi yang negatif dari masyarakat. Menurut pendekatan konflik orang berbeda karena kekuasaan yang dimilikinya dalam perbuatan dan bekerjanya hukum. Secara umum dapat dijelaskan bahwa mereka yang memiliki kekuasaan yang lebih besar dan mempunyai kedudukan yang tinggi dalam mendifinisikan kejahatan adalah sebagai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan dirinya sendiri. Secara umum kejahatan sebagai kebalikan dari kekuasaan; semakin besar kekuasaan seseorang atau sekelompok orang semakin

kecil kemungkinannya untuk dijadikan kejahatan dan demikian juga sebaliknya. Orientasi sosio-psikologis teori ini pada teori-teori interaksi sosial mengenai

pembentukan kepribadian dan konsep proses sosial dari perilaku kolektif. Dalam pandangan teori ini bahwa manusia secara terus menerus berlaku uintuk terlibat dalam kelompoknya dengan arti lain hidupnya merupakan bagian dan produk dari kumpulan kumpulan kelompoknya. Kelompok selalu mengawasi dan berusaha untuk menyeimbangkan perilaku individu-individunya sehingga menjadi suatu perilaku yang kolektif.

B. RUANG LINGKUP DAN DEFINISI KRIMINOLOGI Kriminologi yang berasal dari kata crimen dan logos, seperti halnya disiplin ilmu lainnya menghendaki pembatasan atau definisi. Kriminologi menurut Van Bemmelen (Romli Atmasasmita, 1975:4) adalah layaknya merupakan The king without countries sebab daerah kekuasaannya tidak pernah ditetapkan. Menurut Sholmo Shohan, sebagaimana dikutip oleh Romli Atmasasmita (Romli Atmasasmita, 1975:4) Kriminologi mengambil konsep dasar dan metodologi dari ilmu tingkah laku manusia dan lebih luas lagi dari nilai-nilai historis dan sosiologis dari hukum pidana. Banyak literatur-literatur tentang kriminologi yang memberikan batasan atau pengertian tentang kriminologi. Tujuan dari pemberian definisi tersebut adalah untuk menunjukkan objek serta identitas suatu ilmu. Dapatkah kriminologi dikatakan sebagai ilmu yang berdiri sendiri, mengingat kriminologi mengambil konsep dasar dari bidang ilmu yang lain serta mau tidak mau harus diakui, bahwa kriminologi adalah ilmu yang yang dilahirkan secara tidak sengaja (Romli Atmasasmita,1992:15). Mengenai hal tersebut, Wolfgang berpendapat, bahwa krimimologi harus dipandang sebagai pengetahuan yang berdiri sendiri, terpisah oleh karena kriminologi telah mempunyai data-data yang teratur secara baik dan konsep teoritis yang menggunakan metode-metode ilmiah. Dengan kedudukan seperti itu tidak dipungkiri bahwa adanya hubungan yang seimbang dalam menyokong pengetahuan akan timbul dengan berbagai lapangan ilmu. Kedudukan sosiologi, psikologi, psikiatri, hukum, sejarah dan ilmu-ilmu yang lain secara sendiri-sendiri

atau bersama-sama memberikan bantuannya kepada kriminologi tidak mengurangi peranan kriminologi sebagai suatu subjek yang berdiri sendiri yang didasarkan atas penelitian ilmiah. Sebagai suatu bidang ilmu tersendiri, kriminologi memiliki objek tersendiri. Suatu bidang ilmu harus memiliki objek kajiannya sendiri, baik objek materiil maupun formil. Pembeda antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain adalah kedudukan objek formilnya. Tidak ada suatu ilmu yang memiliki objek formil yang sama, sebab apabila objek formilnya sama maka ilmu itu adalah sama. Kriminologi sebagai disiplin ilmu adalah suatu kesatuan pengetahuan ilmiah mengenai kejahatan sebagai gejala sosial (Sutherland, 1970:3), dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian mengenai masalah kejahatan, dengan menggunakan metode-metode ilmiah dalam mempelajari dan menganalisa pola-pola dan faktor-faktor kausalitas yang berhubungan dengan kejahatan dan penjahat,serta sanksi sosial terhadap keduanya. Banyak sekali tokoh-tokoh yang memberikan definisi tentang kriminologi. Diantaranya adalah;Bonger (1934) memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari, menyelidiki sebab-sebab kejahatan dan gejala-gejala kejahatan seluasluasnya. Menurut Bonger, mempelajari kejahatan seluas-luasnya adalah termasuk di dalamnya mempelajari tentang patologi sosial. Manheimm (1965) melihat kriminologi dari sisi yang berbeda, iaitu kriminologi dapat dikategorikan secara luas ataupun secara sempit. Secara luas yakni mempelajari penologi dan metode-metode yang berkaitan dengan kejahatan dan masalah pencegahan kejahatan dengan tindakan yang bersifat non punit, sedangakan dalam arti sempit kriminologi hanya mempelajari tentang kejahatan. Karena mempelajari kejahatan, maka pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan deskriptif, kausalitas dan normatif. Dengan demikian secara singkat dapat diuraikan, bahwa objek kriminologi adalah:

1. Kejahatan Berbicara tentang kejahatan, maka sesuatu yang dapat kita tangkap secara spontan adalah tindakan yang merugikan orang lain atau masyarakat umum, atau lebih sederhana lagi kejahatan adalah suatu perbuatan yang bertentangan dengan norma. Seperti apakah batasan kejahatan menurut kriminologi. Banyak para pakar mendefiniskan kejahatan dari berbagai sudut. Pengertian kejahatan merupakan suatu pengertian yang relatif, suatu konotasi yang tergantung pada nilai-nilai dan skala sosial (I Nyoman Nurjaya, 1985:60). Kejahatan yang dimaksud disini adalah kejahatan dalam arti pelanggaran terhadap undang-undang pidana. Disinilah letak berkembangnya kriminologi dan sebagai salah satu pemicu dalam perkembangan kriminologi. Mengapa demikian, perlu dicatat, bahwa kejahatan didefinisikan secara luas, dan bentuk kejahatan tidak sama menurut tempat dan waktu. Kriminologi dituntut sebagai salah satu bidang ilmu yang bisa memberikan sumbangan pemikiran terhadap kebijakan hokum pidana. Dengan mempelajari

kejahatan dan jenis-jenis yang telah dikualifikasikan, diharapkan kriminologi dapat mempelajari pula tingkat kesadaran hukum masyarakat terhadap kejahatan yang dicantumkan dalam undang-undang pidana. 2. Pelaku Sangat sederhana sekali ketika mengetahui objek kedua dari kriminlogi ini. Setelah mempelajari kejahatannya, maka sangatlah tepat kalau pelaku kejahatan tersebut juga dipelajari. Akan tetapi, kesederhanaan pemikiran tersebut tidak demikian adanya, yang dapat dikualifikasikan sebagai pelaku kejahatan untuk dapat dikategorikan sebagai pelaku adalah mereka yang telah ditetapkan sebagai pelanggar hukum oleh pengadilan. Objek penelitian kriminologi tentang pelaku adalah tentang mereka yang telah melakukan kejahatan,dan dengan penelitian tersebut diharapkan dapat mengukur tingkat kesadaran masyarakat terhadap hukum yang berlaku dengan muaranya adalah kebijakan hukum pidana baru.

Anda mungkin juga menyukai