Anda di halaman 1dari 7

Nama : Alya Shafira Rahmadhani

NIM : 1910713055

Kelas : 19D

5. Penelitian Desain Cross Sectional


Penelitian Desain cross sectional ialah penelitian yang mendesain pengumpulan
datanya dilakukan pada satu titik waktu (at one point in time) dan fenomena yang diteliti
ialah selama satu periode pengumpulan data [ CITATION Pol03 \l 1033 ]. Pada penelitian ini,
seringkali untuk dipergunakan di bidang kesehatan dan kedokteran.
Penelitian Cross Sectional ini sering kali disebut juga sebagai studi prevalens. Hal ini
dikarenakan pada penggunakan desain cross sectional dapat diperoleh prevalens suatu
penyakit di dalam populasi dalam suatu waktu.

Pada penelitian cross sectional, subjek penelitian diklasifikasikan menjadi subkek


yang sakit dan sehat atau yang tidak terkena kelainan atau tidak terkena kelainan, serta
terpapar dan tidak terpapar oleh faktor yang kemudian akan diteliti pada waktu yang
bersamaan. Kemudian akan dilakukan pengukuran prevalensinya dengan membandingkan
antara mereka yang terpapar dan tidak terpapar faktor yang diteliti terhadap kelainan yang
diteliti berikut merupakan penjabarannya.

SAKIT SEHAT TOTAL


(DISEASE +) (DISEASE -)
TERPAPAR A B (A+B)
(EXPOSURE
+)
TIDAK C D (C+D)
TERPAPAR
(EXPOSURE
-)
TOTAL
Maka bentuk-bentuk kemungkinan yang dapat terjadi dari tabel hubungan penyakit dan
paparan diatas ialah.
1. D+E+ yaitu terdapat subyek yang mengalami kelainan atau penyakit dan terkena
paparan yang diteliti
2. D+E-,yaitu terdapat subyek yang mengalami kelainan atau penyakit, namun tidak
terkena paparan yang diteliti
3. D-E+, yaitu subyek tidak mengalami kelainan atau penyakit, meskipun ia terkena
paparan
4. D-E-, yaitu subyek tidak mengalami kelaian atau penyakit dan juga tidak terkena
paparan

Dari penelitian cross sectional ini dapat menjawab pertanyaan seberapa sering atau
suatu kelainan ditemukan dan apakah paparan (exposure) dan penyakit (disease) saling
berhubungan atau tidak.

A. Ciri-Ciri Penelitian Cross Sectional


Menurut [ CITATION Eko04 \l 1033 ] penelitian Cross sectional memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Pengumpulan data yang dilakukan pada satu waktu atau satu periode
tertentu dan pengamatan subjek studi hanyak dilakukan sekali dalam satu
penelitian
2) Perkiraannya perhitungan terkait besarnya sampel tanpa memperhatikan
kelompok yang terpajan atau tidak
3) Pengumpulan data dapat dilakukan sesuai dengan berbagai kriteria subjek
studi.
4) Tidak terdapat kelompok control dan tidak adanya hipotesis yang spesifik
5) Hubungan kausal atauu hubungan sebab akibat hanya berupa perkieaan
yang digunakan sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau
eksperimental.

B. Faktor Risiko
Faktor risiko ialah faktor yang mempengaruhi perkembangan suatu penyakit
atau status kesehatan tertentu, pada tingkat individu terdapat dua macam faktor
risiko, yaitu faktor risiko intristi dan faktor risiko ekstristik.
1) Faktor Risiko Intristik
Faktor Risiko Intristik ialah faktor yang berasal dari dalam diri organisme itu
sendiri. Pada faktor ini berupa tingkat suseptibilitas individu terhdap suatu
penyakit. Adapun beberapa keadaan yang mempengaruhi suseptibilitas yaitu
faktor genetic, faktor jenis kelamin dan usia, faktor anatomi, dan faktor nutrisi.
2) Faktor Risiko Eskrtistik
Faktor risiko ekstristik ialah faktor lingkungan yang mempengaruhi suatu
individu dalam terjangkit suatu penyakit. Pada faktor ini dapat berupa beberapa
keadaan yatiu keadaan kimia, fisik, dan biologi. Adapun dua mekanisme terkait
bagaiman faktor ekstristik dapat mempengaruhi eksposur individu oleh penyakit,
yaitu dengan meningkatkan suseptibilitas individua tau dengan mempengaruhi
atau merupakan exposure agen penyakit.

C. Prosedur Penelitian Cross Sectional


Dalam melakukan suatu penelitian, pastinya terdapat langkah-langkah untuk
dilakukan. Berikut merupakan langkah-langkah pelaksanaan rancangan cross
sectional [ CITATION Ari03 \l 1033 ].
1) Mengidentifikasi variable penelitian. Pada tahap ini, diidentifikasi manakah faktor
risiko dan yang menjadi efek. Adapun define operasional harus dideskrpsikan
dengan jelas.
2) Menetapkan subjek penelitian. Dalam penetapan diusahakan agar varibilitas faktor
risiko yang dipelajri menjadi besar dan semaksimal mungkin, lalu faktor risiko
yang tidak dipelajri menjadi kecil dan seminimal mungkin.
3) Melakukan observasi atau pengukuran, pengukuran faktor risko dapat dilakukan
dengan cara kuisioner, uji laboratorium, dan lain-lain.
4) Melakukan analisis korelasi. Pada tahap ini bermaksudkan utnuk mempelajrai
apakah adanya hubungan atau perbedaan prevalensi antar kelompok yang akan
diobservasi. Dalam melakukan analisis dapat dilakukan secara statistic ataupun
secara deskriptif.
D. Jenis Penelitian Desain Cross Sectional
Dilihat dari bagaimana kedalaman analisis data, penelitian desain cross
sectional terdapat dua jenis, yaitu cross sectional deskriptif dan cross sectional
analitik.
1) Cross sectional deskriptif
Cross sectional deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan secara mendalam terhadap satu variabel atau lebih, dan tidak
dimaksudkan untuk diketahui tentang bagaimana hubungan atau perbedaan
nilai/data antar variabelnya. Biasanya pada Cross sectional deskriptif digunakan
untuk meneliti prevalensi penyakit, atau paparan atau keduanya.
Pengukuran yang digunakan adalah dengan menggunakan Point Prevalence
(pengukuran satu saat) untuk mengukur keberadaan suatu penyakit, kondisi pada
satu titik waktu yang singkat. rumus Point Prevalence sebagai berikut:

jumlah kasus penyakit yang ada


Point Prevalensi= x 1000
populasi total

2) Cross sectional analitik.


Pada jenis penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan atau
perbedaan penyakit antara kelompok terpapar dengan kelompok tidak terpapar.
Selain itu, Cross sectional analitik dapat digunakan untuk meneliti hubungan
antara paparan dan penyakit.
Prevalensi kelompok terpapar
a
P 0=
a+ b
Prevalensi Kelompok tidak terpapar
c
P 1=
c+ d

Prevalensi rasio
prevalensi kelompok terpapar ( P 0)
Prevalensi rasio=
prevalensi kelompok tidak terpapar ( P1)
E. Kelebihan dan Kelamahan Penelitian Cross Sectional
Pada setiap penlitian terdapat berbagai kelebihan dan kelemah yang dimiliki
masing-masing. Adapun kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh penelitian cross
sectional, antara lain.
1) Kelebihan Penelitian Cross Sectional
- Peneliti tidak perlu untuk menunggu efek dari faktor risiko. Hal ini
menjadikan penelitian menjadi cepat dan murah.
- Dapat dijadikan ke dalam tahap pertama untuk penelitan cohort ataupun
penelitian eksperimen.
- Dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian selanjutnya yang mempunyai
sifat lebih konklusif
- Memungkinan untuk melakukan penelitian banyak faktor atau outcomes pada
satu titik waktu.
- Baik untuk membantu berbagai program perencanaan, dan sebagainya.

2) Kelemahan Penelitian Cross Sectional


- Sulitnya dalam menentukan hubungan efek kausal dari data observasi
- Impractical untuk penelitian dengan kasus yang langka terjadi.
- Tidak menggambarkan perjalanan suatu penyakit
- Hanya akurat jika dilaksanakan kepada individu yang representatif
DAFTAR PUSTAKA

Arief, S. S. (2003). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Budiarto, E. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penlitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Pinontoan, O. R., Sumampouw, O. J., & Nelwan, J. E. (2019). Epidemiologi Kesehatan


Lingkungan. Yogyakarta: Deepublish.

Polit, D. F., & Beck, C. T. (2003). Nursing Research Principals and Methods. New York:
Williams Book Company.

Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi OFFSET.


Contoh crosss sectional
Penelitian tentang hubungan bentuk tubuh dengan hipertensi. Maka peneliti
memilih suatu populasi untuk dijadikan penelitian, memilih sampel secara random,
kemudian dari masing-masing sampel tersebut diambil data denagan wawancara
apakah mereka hipertensi atau tidak, dan pada saat yang sama diambil data paparan
yaitu bentuk tubuh dengan metode observasi. Kemudian dihitung proporsi penderita,
da yang tidak. Lalu simpulkan hubungan bentu tubuh dengan hipertensi.

Langkah-langkah tidak terlaksana


Pada penelitian pastinya diharuskan memiliki data yang tepat, akurat, dan
dapat dipercaya. Tapi, bagaimana jika salah satu data tersebut tidak dilakukan?
Misalnya tidak melakukan observasi. Jika kita tidak melakukan observasi, lalu
darimana kita bisa dapat? Darimana kita bisa buktikan kalau data tersebut akurat?
Jadi, yang dilakukan jika tidak dilakukan salah satunya adalah mengulang dari awal
dari melakukan observasi.

Anda mungkin juga menyukai