Anda di halaman 1dari 39

TEORI KEPRIBADIAN PSIKODINAMIKA

(TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI UMUM 2)

Oleh:
1. Rabiatul Adhawiyah (1702105006)
2. Umi Tangkas Cahyani (1702105012)
3. Yusuf Khalifah Arkhab (1702105016)
4. Andra Riyandi Dwitama (1702105024)
5. Ana Rosidatul Mualimah (1702105026)
6. Ainun Nisa (1702105038)
7. Fasya Rizkyta Anwar (1702105042)
8. Chusnia Pawalaka Hadi (1702105048)

Kelas: Psikologi A 2017

Dosen pengampu: Elda Trialisa Putri, S.Psi., M.Psi., Psikolog

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………....... 2


BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………….... 3
A. SIGMUND FREUD ……………………………………………… 3
B. ALFRED ADLER ………………………………………………... 7
C. CARL GUSTAV JUNG ………………………………………….. 9
D. MELANIE KLEIN ……………………………………………….. 11
E. KAREN HORNEY ……………………………………………….. 14
F. ERICH FROMM ………………………………………………….. 20
G. HARRY STACK SULLIVAN …………………………………… 23
H. ERICK ERIKSON ……………………………………………….. 30
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 38

1
BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang dibuatnya makalah Teori Kepribadian Psikodinamika ini


adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan oleh Ibu Elda Trialisa Putri,
S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Umum 2
program studi S1 Psikologi Universitas Mulawarman. Adapun tujuan dari
makalah ini ialah untuk mengetahui teori-teori kepribadian psikodinamika dari
beberapa ahli.
Kepribadian (personality) adalah pola-pola perilaku, tata krama,
pemikiran, motif, dan emosi yang khas; yang memberikan karakter kepada
individu sepanjang waktu dan pada berbagai situasi yang berbeda. Pola ini
meliputi banyak trait, yaitu cara-cara dan kebiasaan berperilaku, berpikir dan
merasakan: pemalu, ramah, mudah berteman, kasar, murung, percaya diri, dan
sebagainya.
Psikodinamika merupakan teori yang menjelaskan perilaku kepribadian
dalam arti dinamika energi yang tidak disadari dalam diri seseorang. Unsur-unsur
utama dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal lainnya.
Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian perkembangan ketika terjadi
konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang umumnya terjadi
selama masa kanak-kanak. Para teorisi psikodinamik percaya bahwa
perkembangan merupakan suatu proses aktif dan dinamis yang sangat di-
pengaruhi oleh dorongan-dorongan atau implus-implus individual yang dibawa
sejak lahir serta pengalaman-pengalaman sosial dan emosional mereka.
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui teori-teori
kepribadian terutama dari para ahli. Oleh karena ini di dalam makalah ini ada
berbagai teori dari delapan tokoh yang kami ambil.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. SIGMUND FREUD
Sigmund Freud terkenal dengan teori psikoanalisnya dan merupakan teori
kepribadian psikodinamika pertama yang dikenal. Teori Freud disebut
psikodinamika karena berfokus pada pergerakan energi psikologis di dalam
manusia, dalam bentuk kelekatan (attachment), konflik dan motivasi.
Wilayah motivasi, gairah, perasaaan bersalah yang dipendam, keinginan
yang tak terungkapkan, dan konflik antara keinginan dan kewajiban yang tak
disadari. Freud berpendapat bahwa ketidaksadaran muncul dalam seni, mimpi,
humor, kecelakaan, dan selip lidah yang kemudian disebut “Freudian slips”.
Menurut teori Freud, kepribadian terdiri dari tiga sistem utama: id, ego,
dan superego. Setiap tindakan yang kita ambil merupakan hasil interaksi dan
keseimbangan antara ketiga sistem tersebut.

1. Struktur Kepribadian
Id
Pada bagian inti dari kepribadian yang sepenuhnya tak disadari adalah wilayah
psikis yang disebut sebagai id, dari kata Latin yang berarti “itu” (dia untuk benda).
Sedangkan menurut istilah diambil dari kata ganti untuk “sesuatu” atau “itu” atau
komponen yang tak diakui sepenuhnya oleh kesadaran. Id tidak punya kontak
dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk meredam ketegangan dengan
cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Karena tidak punya kontak dengan dunia
nyata, maka id tidak berubah seiring perjalanan waktu atau akibat pengalaman.
Pada in, keinginan di masa kanak-kanak tak berubah sampai berpuluh-puluh tahun
(Freud, 1933/1964 dalam Feist 2012)
Satu-satunya fungsi id adalah untuk memperoleh kepuasan sehingga kita
menyebutnya sebagai prinsip kesenangan (pleasure principle). Karena sifatnya
tidak realistis dan mencari kesenangan, id tidak logis dan mampu memuaskan
pikiran-pikiran yang saling bertentangan satu dengan lainnya. Id tidak mampu
membuat keputusan atas nilai dasar atau membedakan hal-hal yang baik dari yang
buruk. Id adalah sesuatu yang amoral, bukan immoral atau melanggar moral.
Seluruh energi id dicurahkan demi mencari kesenangan tanpa peduli apakah

3
kesenangan tersebut sesuai atau tidak untuk ditampilkan (Freud, 1923/1961a,
1933/1964).
Id adalah wilayah yang primitif, kacau balau, dan tak terjangkau oleh alam
sadar. Id tak sudi diubah, amoral, tidak logis, tak bisa diatur, dan penuh energi
yang datang dari dorongan-dorongan dasar serta dicurahkan semata-mata untuk
memuaskan prinsip kesenangan. Id beroprasi berdasarkan proses pertama
(primary process) dan id bertahan dengan cara bergantung pada pengembangan
proses sekunder (secondary process) yang membuatnya dapat berhubungan
dengan dunia luar. Fungsi proses sekunder ini dijalankan oleh ego.

Ego
Dari kata Latin yang berati “aku”. Ego adalah satu-satunya wilayah pikiran yang
memiliki kontak dengan realita. Ego berkembang dari id semasa bayi dan menjadi
satu-satunya sumber seseorang dalam berkomunikasi dengan dunia luar. Ego
dikendalikan oleh prinsip kenyataan (reality principle) yang berusaha
menggantikan prinsip kesenangan milik id.
Sebagai satu-satunya wilayah dari pikiran yang terhubung dengan dunia
luar, maka ego mengambil peran eksekutif atau pengambilan keputusan dari
kepribadian. Akan tetapi, karena ego sebagian bersifat sadar, sebagian bawah
sadar, dan sebagian lagi tidak sadar, maka ego dapat membuat keputusan di tiga
tingkat tersebut.
Pada saat menjalankan fungsi kognitif dan intelektual, ego harus
menimbang-nimbang antara sederetan tuntutan id yang tidak masuk akal dan
saling bertentangan dengan superego. Jadi, ego terus-menerus berupaya untuk
mengendalikan tuntutan buta dan irasional dari id serta superego dengan tuntutan
realistis dari dunia luar. Terjepit oleh tiga sisi kekuatan yang saling berbeda dan
berlawanan satu dengan lainnya, maka ego pun memunculkan reaksi cemas. Oleh
karena itu, ego menggunakan represi dan mekanisme pertahanan (defense
mechanisms) lainnya untuk melindungi diri darri kecemasan tersebut.
Menurut Freud, ego berkembang terpisah dari id ketika bayi belajar untuk
membedakan dirinya dengan dunia luar. Sementara id tetap tak berubah, ego terus
mengembangkan aneka strategi untuk mengontrol tuntutan-tuntutan id akan
kesenangan yang tidak realistis dan tidak sudi untuk tunduk. Ego tak punya
kekuatan sendiri karena ia meminjam energi dari id. Sekalipun bergantung pada
id, terkadang ego berhasil memegang kendali penuh.
Ketika anak belajar melalui imbalan atau penghargaan (reward) dan
hukuman (punishment) dari orang tua, mereka pun belajar apa yang harus mereka
lakukan agar mendapatkan kesenangan dan menghindari rasa sakit. Di usia belia,

4
kesenangan dan rasa sakit merupakan fungsi dari ego karena anak belum
sepenuhnya mengembangkan suara hati dan ego-ideal, yaitu superego. Begitu
anak memasuki usia lima atau enam tahun, mereka mengidentifikasikan diri
mereka dengan orang tua dan mulai belajar apa yang seharusnya dan tidak
seharusnya mereka lakukan. Inilah yang menjadi asal-usul superego.
Superego
Menurut Freud, superego atau “saya yang lebih” (above-I) mewakili aspek-aspek
moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistis
dan idealis (moralistic and idealistic principles). Superego berkembang dari ego
dan juga tidak memiliki sumber energinya sendiri.
Superego memiliki dua subsistem, yaitu suara hati (conscience) dan ego
ideal. Secara umum, suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman mendapatkan
hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang
sebaiknya tidak dilakukan. Sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman
mendapatkan imbalan atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal
yang sebaiknya dilakukan.
Superego yang berkembang dengan baik berperan dalam mengendalikan
dalam dorongan-dorongan seksual dan agresif melalui proses represi. Superego
memang tidak bisa memproduksi represi sendiri, tapi superego bisa
memerintahkan ego untuk melakukannya. Superego mengawasi ego dengan ketat
serta menilai tindakan dan niat dari ego. Rasa bersalah muncul saat ego bertindak
atau berniat yang bertentangan dengan standar moral superego. Perasaan inferior
muncul ketika ego tidak bisa memenuhi standar kesempurnaan yang ditetapkan
oleh superego. Jadi, rasa bersalah merupakan fungsi dari suara hati sementara
perasaan inferior berakar pada ego ideal.
Freud menggarisbawahi bahwa antarwilayah pikiran tersebut tidaklah
dipisahkan secara tegas maupun dibagi oleh sekat yang jelas. Perkembangan
ketiga wilayah ini bervariasi antarindividu yang berbeda. Pada individu yang
sehat, id dan superego terintegrasi ke dalam ego yang berfungsi baik dan
beroperasi harmonis dengan konflik yang minim.
Jika seseorang merasa cemas atau terancam saat keinginan id berkonflik dengan
aturan sosial, ego memiliki metode-metode yang disebut mekanisme pertahanan
diri (defense mechanisms), mekanisme pertahanan diri memiliki fungsi untuk
menolak atau mengubah kenyataan sekaligus juga melindungi dari konflik dan
kecemasan. Beberapa contoh mekanisme pertahanan diri utama yang
diidentifikasikan oleh Freud dan ilmuan lainnya (A. Freud, 1967; Vailant. 1992):

5
a. Represi terjadi saat ide, ingatan, atau emosi yang mengancam ditahan agar tidak
keluar tataran kesadaran. Ilmuan modern mengartikan bahwa represi merupakan
pertahanan diri yang tidak disadari.
b. Proyeksi terjadi saat perasaan-perasaan yang tidak dapat diterima atau
mengancam di dalam diri seseorang ditekan dan dialihkan kepada orang lain.
c. Pemindahan (displacement) terjadi saat seseorang mengarahkan emosi-emosi
mereka (terutama kemarahan) terhadap benda, binatang, atau orang lain yang
bukan merupakan sasaran emosi mereka yang sesungguhnya.
d. Pembentukan reaksi (reaction formation) terjadi saat perasaan-perasaan yang
menghasilkan kecemasan yang tidak disadari berubah menjadi perasaan
kebalikannya dalam kesadaran.
e. Regresi terjadi saat seseorang mundur ke fase perkembangan psikologi
sebelumnya. Orang dewasa dapat mengalami regresi dengan melakukan perilaku
kekanak-kanakan saat berada dalam tekanan.
f. Penyangkalan (denial) terjadi saat seseorang menolak mengakui bahwa sesuatu
tidak nyaman telah terjadi. Denial melindungi citra diri seseorang dan
mempertahankan ilusi tidak terkalahkan.

2. Perkembangan kepribadian
Freud berpendapat bahwa kepribadian berkembang dalam tahapan-
tahapan psikoseksual, saat energi seksual berubah-ubah seiring kematangan anak.
Setiap tahap menghasilkan sejumlah perasaan frustasi, konflik dan kecemasan.
Tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual Freud adalah sebagai
berikut:
a. Oral (0 - 1 tahun), yang memiliki ciri bahwa bayi merasakan kenikmatan pada
derah mulut. Mengunyah, menggigit, dan menghisap merupakan sumber utama
kenikmatan.
b. Anal (1 – 3 tahun), kenikmatan terbesar anak terdapat di sekita daerah lubang
anus. Berkaitan erat dengan kegiatan buang air besar.
c. Phalic (3 – 6 tahun), kenikmatan berfokus pada alat kelamin, ketika anak
menemukan bahwa manipulasi diri dapat memberi kenikmatan.
d. Latency (6 – 12 tahun), anak menekankan semua minat terhadap seks dan
mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual.
f. Genital (12 – dewasa), dorongan-dorongan seks yang ada pada masa phalic
kembali berkembang, setelah berada dalam keadaan tenang selama masa latency.

6
B. ALFRED ADLER
1. Teori Psikologi Individual Alfred Adler
Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred
Adler (1870-1937), yang pada mulanya bekerja sama dengan dalam
mengembangkan psikoanalisis. Karena ada perbedaan pendapat yang tidak bisa
diselesaikan akhirnya Adler keluar dari organisasi psikoanalisis dan bersama
pengikutnya dia mengembangkan aliran psikologi yang dia sebut Psikologi
Individual (Individual Psychology).
Menurut Adler manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah.
Kondisi ketidakberdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau
tidak mampu) dan ketergantung kepada orang lain. Manusia, menurut Adler,
merupakan makhluk yang saling tergantung secara sosial. Perasaan bersatu
dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama
kesehatan jiwanya. Berdasarkan paradigma tersebut kemudian Adler me-
ngembangkan teorinya yang secara ringkas disajikan pada uraian berikut.
Pertama, Adler menekankan pentingnya sifat khas (unik) kepribadian,
yaitu individualitas. Menurut Adler setiap orang adalah suatu konfigurasi motif-
motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas, dan setiap perilakunya menunjukkan
corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual. Kedua, dalam diri setiap
individu terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatarbelakangi
segala perilakunya, yaitu:
1) Dorongan kemasyarakatan, yang mendorong manusia bertindak untuk
kepentingan orang lain;
2) Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan
diri sendiri.

Ketiga, Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang


menimbul-kan perasaan inferior. Perasaan inilah yang kemudian menjadi
pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada inferioritasnya.
Keempat, menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior,
berjuang menjadi superior. Namun setiap orang berusaha mewujudkan keinginan
tersebut dengan gaya hidup yang berbedabeda. Adler menyatakan bahwa gaya
hidup adalah cara yang unik dari setiap individu Struktur Kepribadian Manusia
Perspektif Psikologi dan Filsafat Suhermanto Ja’far 216 dalam berjuang mencapai
tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam kehidupan
tertentu di mana seseorang itu berada (Alwisol, 2005).

7
Kelima, Self kreatif merupakan puncak prestasi Adler sebagai teoris
kepribadian. Menurut Adler, self kreatif atau kekuatan kreatif adalah kekuatan
ketiga yang paling menentukan tingkah laku (kekuatan pertama dan kedua adalah
hereditas dan lingkungan). Self kreatif, menurut Adler, bersifat padu, konsisten,
dan berdaulat dalam struktur kepribadian. Keturunan memberi kemampuan
tertentu, lingkungan memberi imresi atau kesan tertentu. Self kreatif adalah sarana
yang mengolah faktafakta dunia dan menstranformasikan faktafakta itu menjadi
kepribadian yang bersifatsubjektif, dinamis, menyatu, personal dan unik. Self
kreatif memberi arti kepada kehidupan, menciptakan tujuan maupun sarana untuk
mencapainya.

2. Tipologi Kepribadian Adler


Adler mencoba memasukkan idenya ke dalam ide yunani kuno mengenai
cairan temperamen yang mendasari kepribadian. Berdasarkan ide kuno ini,
dominasi cairan empedu kuning mengindikasikan tempramen mudah marah
(koleris); dominasi darah menghasilkan tempramen yang gembira (sanguinis);
dominasi cairan empedu hitam menghasilkan tempramen sedih dan misterius
(melankolis); dan dominasi lender menghasilkan tempramen lesu (plegmatis).
Terhadap pola dasar ini, Adler menambahkan idenya mengenai variasi tingkat
ketertarikan sosial seseorang. (di Jerman disebut Gemein schaftsgeful), atau
“perasaan komunitas”, juga pertimbangan mengenai tingkat aktivitas.

Tipe
Cairan Minat Sosial Aktivitas Tipe Adler
Yunani
Empedu kuning Koleris Rendah Tinggi Riling-Dominant
lendir plegmatis Rendah Rendah Getting-Leaning
empedu hitam melankolis sangat rendah Rendah Avoiding
Darah sanguinis Tinggi Tinggi Socially Useful

Adler mengganti istilah keempat kompolnen Yunani Klasik dengan tipologinya :


(1) Rulling-Dominant = Agresif dan Mendominasi
(2) Getting-Leanin = Mengambil dari orang lain, cenderung pasif
(3) Avoiding = Melawan/mengatasi masalah dengan menjauhi
masalah
(4) Socially Useful = Menghadapi masalah dengan realistis. Kooperatif

8
Adler menulis bahwa tubuh yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan akan dianggap oleh pikiran sebagai suatu halangan. Anak-anak yang
menderita “ketidaksempurnaan organ” tersebut ditantang untuk mencoba
mengatasi keterbatasan mereka, baik cara aktif yang tidak bersifat sosial
(mendominasi) atau dengan cara yang aktif sosial (bekerja sama); dengan cara
pasif yang tidak bersifat sosial (mengambil apa yang diberikan oleh orang lain)
atau dengan cara pasif yang bersifat depresif (lari dari masalah). Pada banyak
anak yang tertantang seperti itu, pikiran mereka menjadi terbebani dan egois.
Jalan untuk mendapat kesehatan fisik dan mental berkaitan dengan mengatasi
keegoisan itu. Pada kebanyakan teori besar, telah terbukti betapa sulitnya
membuat validasi empiris dan sederhana dari topologi ini.

C. CARL GUSTAV JUNG


Semasa hidup Jung telah menghasilkan berbagai macam karya ilmiah
dengan penelitian psikologinya, ada sekitar dua ratusan karya Jung, baik yang
dipublikasikan atau yang belum dipublikasikan.
Jung adalah psikolog yang menemukan kembali totalitas dan struktur
polair psike manusia dan tendensinya kepada kesatuan yang utuh. Jung adalah
penafsir yang sangat dalam dari simbolik asli yang terdapat dalam proses
individuasi umat manusia. Jung adalah budayawan kritis yang dapat
mendiagnostisir gejala-gejala kritis dari manusia modern dalam abad ini yang
ditentukan oleh ilmu rasional, teknik, dan oleh massa-anonim. Oleh sebab itu,
Jung tetap akan diingat sebagai salah satu psikolog terbesar dalam abad ini.
Psikologi “Arketipal”-nya merupakan sumbangan besar.

Teori Carl Guvtav Jung


Jung tidak berbicara tentang kepribadian melainkan tentang psyhe. Adapun yang
dimaksud psyhe ialah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun
tidak disadari. Jadi jiwa manusia terdiri dari dua alam, yaitu :
1. Alam sadar (kesadaran)
Alam sadar adalah penyesuaian terhadap dunia luar.
Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap
jiwa, yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi
manusia dalam dunianya.
a. Fungsi Jiwa.
Apa yang dimaksud dengan fungsi jiwa oleh jung ialah suatu
bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam
lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi

9
pokok, yang dua rasional, yaitu pikiran dan perasaan, sedang yang dua
lagi irrasional, yaitu pendirian dan intuisi.
b. Sikap Jiwa
Yang dimaksud dengan sikap jiwa adalah arah daripada energy
psikis umum yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap
dunianya.
c. Tipologi Jung
Usaha untuk menggolong-golongkan orang berdasarkan tipe
kepribadiannya. Tipologi Jung terdiri dari sikap hidup (attitude type)
dan fungsi psikis (functional type).
d. Persona
Apa yang dikemukakan itu adalah keadaan kehidupan alam sadar
yang sebenarnya: tetapi masih ada suatu soal lagi, yaitu bagaimana
orang itu dengan sadar menampakkan diri keluar, karena cara individu
dengan sadar menampakkan diri ke luar itu belum tentu kalau sesuai
dengan dirinya yang sebenarnya, dengan individualitasnya.

2. Alam tak sadar (Ketidaksadaran)


Ketidaksadaran mempunyai dua lingkungan, yaitu ketidaksadaran
pribadi dan ketidaksadaran kolektif.
a. Ketidaksadaran Pribadi
Ketidaksadaran Pribadi ini meliputi hal-hal yang terdesak atau
tertekan dan hal-hal yang terlupakan serta hal-hal yang teramati,
terpikir dan terasa dibawah ambang kesadaran.
b. Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif mengandung isi-isi yang diperoleh selama
pertumbuhan jiwa seluruhnya, yaitu pertumbuhan jiwa seluruh jenis
manusia, melalui generasi yang terdahulu. Ini merupakan endapan
cara-cara reaksi manusia menghadap situasi-situasi ketakutan,bahaya,
perjuangan, kelahiran, kematian, dan sebagainya. Daerah yang paling
atas langsung dibawah ketidaksadaran pribadi berisikan emosi-emosi
dan afek-afek serta dorongan primitive. Daerah dibawahnya lagi
berisikan “inivasi”, yaitu erupsi dari bagian terdalam daripada
ketidaksadaran serta hal-hal yang sama sekali tak dapat dibuat sadar.

Ketidaksadaran adalah tidak disadari, lalu bagaimana orang


dapat mengenalnya atau mengetahuinya. Pengetahuan mengenai
ketidaksadaran itu diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui
manifestasi daripada isi-isi ketidaksadaran itu. Manifestasi
ketidaksadaran itu dapat terbentuk symptom dan kompleks, mimpi,
dan archetypes.

10
1. Symptom dan Kompleks
Symptom dan kompleks merupakan gejala-gejala yang
masih dapat disadari. Symptom adalah “gejala dorongan”
daripada jalannya energy yang normal, yang terbentuk
symptom kejasmanian maupun kejiwaan. Symptom adalah
tanda bahaya, yang memberitahu bahwa ada sesuatu dalam
kesadaran yang kurang, dan karenanya perlu perluasan ke
alam tak sadar.
Kompleks-kompleksnya adalah bagian kejiwaan
kepribadian yang telah terpecah dan lepas dari control
kesadaran dan kemudian mempunyai kehupan sendiri
dalam kegelapan alam ketidaksadaran, yang selau dapat
menghambat atau memajukan prestasi-prestasi kesadaran.

2. Mimpi, Fantasi, Khayalan


Mimpi sering timbul dari kompleks dan merupakan “pesan
rahasia dari sang malam”. Mimpi mempunyai hukum
sendiri dan bahasa sendiri; dalam mimpi soal-soal sebab
akibat, ruang dan wakti tidak berlaku; bahasanya bersifat
lambang dan karenanya untuk memahaminya perlu
ditafsirkan.Disamping mimpi Jung juga mengemukakan
pula fantasi dan khayalan sebagai bentuk manifestasi
ketidaksadaran.

3. Archetypus
Istilah Archetypus ini diambil Jung dari Augustinus
merupakan bentuk pendapat instinktif dan reaksi instinktif
terhadap situasi tertentu, yang terjadi diluar kesadaran.

D. MELANIE KLEIN
Melanie Klein adalah wanita yang mengembangkan teori yang
menekankan pada konsep pengasuhan dan hubungan penuh cinta kasih antarao
rang tua dan anak. Teori Relasi Objek dari Melanie Klein dibangun berdasarkan
observasi yang cermat pada anak-anak. Kebalikan dari Freud, yang menekankan
empat sampai enam tahun pertama kehidupan, Klein menekankan pentingnya
empat sampai enam bulan setelah kelahiran.
Ia juga sangat menekankan bahwa dorongan-dorongan pada bayi (lapar,
seks, dan lainnya) dilandasi oleh sebuah objek, yaitu payudara, penis, vagina, dan
seterusnya. Menurut Klein hubungan anak dengan payudara merupakan dasar dari

11
sebuah hubungan dan berperan sebagai prototipe dari hubungan selanjutnya.
Seperti ibu dan ayah. Kecenderungan awal seorang bayi untuk mcnghubungkan
bagian-bagian dari suatu objek membuatnya mengalami suatu kondisi tidak
realistis atau serupa dengan khayalan yang memengaruhi hubungan
interpersonalnya di kemudian hari.
Klein disebut sebagai ibu dari teori relasi objek. Klein dan teori relasi
objek lainnya memulai dari asumsi dasar yang dikemukakan Freud tersebut. Teori
relasi objek Melanie Klein ini menekankan pentingnya pola yang konsisten dalam
hubungan interpersonal, bersifat maternal yang menekankan keintiman dan
pengasuhan ibu, Lebih memandang kontak dan hubungan sebagai motif utama
tingkah laku manusia.

Kehidupan Psikis pada Bayi


Seorang bayi tidak memulai hidupnya sebagai individu yang kosong. Bayi
membawa presdiposisi untuk mengurangi pengalaman kecemasan yang dihasilkan
oleh dorongan insting hidup dan insting mati.
1. Fantasi
Seorang bayi sudah memiliki fantasia tau khayalan kehidupan yang aktif. Fantasi
ini merupakan representasi psikis dari ketaksadaran insting id yang tidak bisa
dicampuradukkan dengan fantasi kesadaran yang dimiliki oleh anak-anak dan
orang dewasa. Muncul fantasi ketidaksadaran lainnya yaitu Oedipus complex atau
keinginan anak untuk menghancurkan salah satu orang tuanya dan untuk terlibat
secara seksual dengan orang tua satunya. Fantasi ini dibentuk melalui kenyataan
yang dialami dan presdiposisi bawaan.
2. Objek
Klein sependapat dengan freud bahwa manusia memiliki dorongan bawaan atau
insting. Insting atau dorongan tersebut berupa objek. Klein yakin pada masa bayi
awal, anak sudah berkaitan dengan objek-objek eksternal, misalnya dorongan
lapar untuk mendapatkan payudara, dorongan seksual, dan lain-lain baru
kemudian bayi mulai berminat dengan wajah dan tangan ibunya. Dalam khayalan
aktifnya, bayi mengintroyeksikan atau mencapai struktur psikis pada objek-objek
eksternal, misalnya penis ayahnya, tangan, dan wajah ibunya. Mereka juga
berkhayalan dengan menginternalisasikan objek dalam suatu istilah-istilah yang
berwujud dan konkret, contonya mempercayai ibunya akan selalu didalam dirinya.
Klein berpendapat bahwa objek internal mempunyai kekuatannya sendiri.

Posisi
Bayi mengatur pengalaman mereka berdasarkan posisi tertentu, dalam usahanya
untuk menghadapi dikotomi baik dan buruk atau dalam menghadapi objek internal
dan objek eksternal. Ada dua posisi, yaitu:
1. Posisi Paranoid-Schizoid : Cara bayi untuk mengatur pengalamannnya yang

12
juga mengandung perasaan paranoid sebagai pelaksana pemisahan objek internal
dan
eksternal menjadi objek yang baik dan buruk.
2. Posisi Depresif : Kekhawatiran akan kehilangan objek yang dicintainya
bergabung dengan perasaan bersalah karena menginginkan kehancuran konstitusi
objek. Posisi depresif ini menghilang saat anak berkhayalan bahwa mereka sudah
membuat perbaikan dan mengenali bahwa ibunya tidak akan menghilang
selamanya, tetapi akan kembali setiap kali ia pergi. Saat posisi depresif
menghilang, anak menghapuskan pandangan mengenai ibu baik dan ibu buruk.

Mekanisme Pertahanan Psikis


1. Introyeksi
Khayalan yang diperoleh bayi mengenai persepsi dan pengalaman mereka dengan
objek eksternal, yang asalnya dari payudara ibu.
2. Proyeksi
Khayalan yang dirasakan oleh seseorang dan impuls-impuls yang sebetulnya
dipindahkan pada orang lain, tidak berasal dari dalam diri sendiri.
3. Pemisahan
Memisahkan impuls-impuls yang tidak sesuai untuk mengatur aspek-aspek baik
dan buruk serta objek eksternal. Apabila pemisahan dilakukan tidak secara
ekstrem dan tidak kaku, maka bisa berdampak positif dan bermakna, baik pada
bayi maupun pada orang dewasa. Serta memungkinkan seseorang untuk
melihataspek positif dan negatif pada kepribadiannya sendiri dan membedakan
antara kepribadian yang disukai dan tidak disukai. Sebaliknya, jika pemisahan
dilakukan secara berlebihan, bisa menyebabkan represi patologis.
4. Identifikasi Proyektif
Bayi memisahkan bagian dari diri mereka yang tidak dapat diterimanya.

Internalisasi
Hal ini berati bahwa orang melakukan introyeksi, yaitu memasukkan aspek
eksternal kemudian diolahnya menjadi rangka kerja yang bermakna secara
psikologis.
1. Ego
Klein meyakini bahwa ego atau sifat mementingkan diri sendiri, sudah matang
pada tahap yang jauh lebih awal daripada yang diperkirakan oleh Freud.
2. Superego
Klein menyimpulkan bahwa semakin dewasa maka superego akan menghasilkan
perasaan bersalah dan inferior , tetapi analisisnya terhadap anak-anak
membuatnya percaya bahwa superego awal yang muncul pada anak-anak bukan
menghasilkan perasaan bersalah tetapi perasaan terancam. Klein menyatakan
bahwa sperego berkembang sejalan dengan perkembangan odipus complex dan

13
akhirnya menyatu dalam perasaan bersalah yang realiistis setelah oedipus
complex berkembang sepenuhnya.
3. Oedipus Complex
Klein mengungkapkan bahwa oedipus complex terjadi bersamaan dengan tahap
oral dan anal , dan mencapai puncaknya pada tahap genital, yaitu sekitar usia tiga
atau empat tahun. Klein percaya bahwa bagian terpenting dari oedipus complex
adalah bahwa ketakutan anak akan adanya ancaman

E. KAREN HORNEY
1. Gambaran Umum Teori Psikoanalisis Sosial
Teori psikoanalisis sosial dari Karen Horney (dibaca Horn-eye) dibentuk
berdasarkan asumsi bahwa kondisi sosial dan cultural, terutama pengalaman-
pengalaman masa kanak-kanak, sangat besar pengaruhnya dalam membentuk
kepribadian seseorang. Orang-orang yang tidak mendapatkan kebutuhan akan
cinta dan kasih sayang yang cukup selama masa kanak-kanak mengembangkan
rasa permusuhan dasar (basic hostility) terhadap orang tua mereka dan, sebagai
akibatnya, mengalami kecemasan dasar (basic anxiety). Horney mengatakan
bahwa seseorang melawan kecemasan dasar dengan melakukan salah satu dari
tiga cara pokok dalam berhubungan dengan orang lain, yaitu (1) mendekati orang
lain, (2) melawan orang lain, atau (3) menjauhi orang lain. Individu normal
mungkin menggunakan cara manapun dari ketiga cara tersebut, tetapi orang-orang
neurotik terdorong untuk menggunakan hanya satu cara. Tingkah laku kompulsif
mereka dapat berkembang menjadi sebuah konflik intrapsikis dasar yang dapat
berupa sebuah gambaran diri ideal atau kebencian diri. Gambaran diri ideal
diekspresikan dalam bentuk (1) pencarian neurotik akan kemuliaan (neurotic
search for glory), (2) permintaan neurotik (neurotic claims), atau (3) kebanggan
neurotik (neurotic pride). Kebencian diri diekspresikan dalam bentuk penghinaan
terhadap diri (self-contempt) atau tidak menjadi diri sendiri (alienation from self).
Walaupun tulisan Horney lebih ditujukan untuk kepribadian neurotik,
banyak ide-idenya dapat berlaku pula pada individu normal. Bab ini
membicarakan tentang teori dasar neurosis dari Horney, membandingkan ide-ide
Horney dengan ide-ide Freud, membahas pandangan Horney mengenai psikologi
feminine, dan membahas singkat mengenai ide-idenya tentang psikoterapi.
Sama halnya seperti teoretikus kepribadian lainnya, pandangan Horney
mengenai kepribadian merupakan refleksi dari pengalaman-pengalaman
hidupnya. Bernard Paris (1994) menulis bahwa “Pemikiran-pemikiran Horney
diperoleh dari usahanya untuk mengatasi penderitaan yang ia alami tidak kuat,

14
maka pemikiran-pemikirannya akan menjadi kurang mendalam” (hlm.xxv).
Sekarang kita akan membahas tentang kehidupan wanita yang sering bermasalah
ini.

2. Biografi Karen Horney


Karen Danielsen Horney lahir di Eilbek, sebuah kota kecil dekat
Hamburg, Jerman, pada 15 September 1885. Ia adalah anak perempuan satu-
satunya Berndt (Wackels) Danielsen, seorang kapten kapal, dan Clothilda van
Ronzelen Danielsen, seorang wanita yang berusia hampir 18 tahun lebih muda
dari suaminya. Satu-satunya anak lainnya dari pernikahan ini adalah seorang anak
laki-laki yang berusia sekitar 4 tahun lebih tua dari Karen. Akan tetapi, kapten tua
ini telah menikah sebelumnya dan mempunyai empat orang anak, yang sebagian
besar sudah dewasa pada saat Horney dilahirkan.
Pada tahun 1950, Horney memublikasikan karya paling penting dalam
hidupnya, Neurosis and Human Growth. Buku ini menjabarkan teori-teori yang
tidak lagi hanya sebuah reaksi terhadap pemikiran Freud melainkan teori-teori
yang merupakan ekspresi pemikiran pribadinya yang kreatif. Setelah mengalami
sakit dalam waktu singkat, Horney meninggal dunia akibat kanker pada 4
Desember 1952 di usia 65 tahun.

3. Pengantar Teori Psikoanalisis Sosial


Tulisan-tulisan awal Karen Horney, seperti juga tulisan-tulisan Adler,
Jung, dan Klein, mempunyai cirri khas Freudian. Seperti Adler dan Jung, Horney
lama-kelamaan tidak sepaham dengan psikoanalisis ortodoks/konvensional dan
membentuk sebuah teori revisi yang merefleksikan pengalaman-pengalaman
pribadinya baik pengalaman klinis maupun bukan.
Walaupun tulisan-tulisan Horney hampir sebagian besar berkaitan dengan
masalah kejiwaan dan kepribadian neurotik, pemikirannya dapat pula diterapkan
pada kepribadian normal dan sehat. Kultur, terutama pengalaman-pengalaman
masa kanak-kanak awal, mempunyai peranan penting dalam membentuk
kepribadian manusia, menjadi kepribadian neurotik atau sehat. Horney setuju
dengan pendapat Freud bahwa trauma pada kanak-kanak awal merupakan hal
yang penting, tetapi letak perbedaannya dengan Freud adalah pada keyakinannya
bahwa dorongan sosial lebih berperan penting dalam perkembangan kepribadian
dibandinngkan dengan dorongan biologis.

4. Perbedaan antara Horney dan Freud


Horney mengkritik teori-teori Freud dalam beberapa aspek. Pertama, ia
memperingatkan bahwa mengikuti sepenuhnya pandangan psikoanalisis ortodoks

15
/ konvensional akan mengarah pada tidak berkembangnya pemikiran teoretis dan
praktek terapi (Horney, 1937). Kedua, Horney (1937, 1939) tidak sependapat
dengan ide Freud tentang psikologi feminine, materi yang akan kita bahas
belakangan. Ketiga, ia menegaskan pandangan bahwa psikoanalisis sebaiknya
menyoroti lebih dari sekedar teori insting dan menitikberatkan pentingnya
pengaruh kultur dalam membentuk kepribadian. “Manusia tidak hanya diatur oleh
prinsip kesenangan saja, tetapi oleh dua prinsip, yaitu keamanan dan kepuasan”
(Horney, 1939, hlm. 73). Serupa dengan hal ini, ia mengatakan bahwa masalah
kejiwaan bukan merupakan akibat dari insting melainkan akibat dari “usaha
seseorang mencari jalan agar dapat melalui keadaan yang penuh dengan
rintangan” (hlm. 10). Keadaan ini diciptakan oleh lingkungan sekitar dan bukan
oleh insting atau anatomi.
Walaupun semakin menentang pandangan Freud, Horney tetap mengakui
pengetahuan yang dimiliki Freud. Perdebatan utamanya dengan Freud bukan
berkaitan dengan keakuratan observasi yang dilakukan Freud melainkan berkaitan
dengan validitas dari interpretasinya. Dengan kata lain, ia mengatakan bahwa
penjelasan Freud menyebabkan cara pandang konsep kemanusiaan yang pesimis
berdasarkan insting bawaan dan kepribadian yang tidak berkembang. Di lain
pihak, cara pandangnya tentang kemanusiaan adalah cara pandang yang optimis
dan berpusat pada dorongan cultural yang mudah mengalami perubahan (Horney,
1950).

5. Pentingnya Pengalaman Masa Kanak-kanak


Horney (1939) membuat hipotesis bahwa masa kanak-kanak yang berat
berperan penting dalam menimbulkan kebutuhan-kebutuhan neurotik. Kebutuhan-
kebutuhan ini menjadi kuat karena hal ini merupakan satu-satunya cara bagi sang
anak untuk merasakan perasaan aman. Walaupun demikian, satu pengalaman
awal tidak baik bisa berperan membentuk kepribadian di kemudian hari. Horney
berpendapat bahwa “keseluruhan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak
membentuk struktur karakter tertentu, atau juga, memulai perkembangannya”
(hlm. 152). Dengan kata lain, keseluruhan hubungan yang terjalin di masa-masa
awal membentuk perkembangan kepribadian seseorang. “Dengan demikian,
sikap-sikap terhadap orang lain yang dilakukan di masa dewasa bukan merupakan
pengulangan dari sikap-sikap yang dilakukan di masa bayi, melainkan timbul dari
struktur karakter yang dasarnya berkembang pada masa kanak-kanak” (hlm. 87).

6. Permusuhan Dasar dan Kecemasan Dasar


Horney (1950) percaya bahwa setiap manusia memulai hidupnya dengan
kemungkinan berkembang secara sehat. Akan tetapi, sama halnya dengan
organisme hidup lainnya, manusia membutuhkan kondisi-kondisi yang

16
mendukung untuk berkembang. Kondisi-kondisi ini harus mencakup lingkungan
yang hangat dan saling mencintai, tetapi bukan lingkungan yang terlalu permisif.
Anak-anak perlu untuk merasakan cinta yang tulus dan kedisiplinan yang baik.
Kondisi-kondisi seperti ini memberikan perasaan aman dan puas kepada mereka
dan memungkinkan mereka tumbuh sesuai dengan diri mereka sebenarnya (real
self).
Sayangnya, sejumlah pengaruh buruk dapat mengganggu kondisi-kondisi
yang mendukung tersebut. Ssalah satu pengaruh buruk utama adalah
ketidakmampuan atau ketidakinginan orang tua untuk mencintai anak mereka.
Oleh karena kebutuhan neurotik mereka sendiri, maka orang tua sering kali
mendominasi, mengabaikan, terlalu melindungi, menolak, atau terlalu
memanjakan. Apabila orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan sang
anak akan keamanan dan kepuasan, maka sang anak akan mengembangkan
perasaan permusuhan dasar (basic hostility) terhadap orang tuanya. Akan tetapi,
anak-anak jarang menunjukakan secara terang-terangan rasa permusuhan ini
sebagai kemarahan, melainkan mereka menekan rasa permusuhan mereka
terhadap orang tuanya dan tidak menyadari akan keberadaan rasa permusuhan
tersebut. Rasa permusuhan yang ditekan kemudian mengarah kepada perasaan
tidak aman yang kuat dan kecemasan yang samar-samar. Kondisi ini disebut
sebagai kecemasan dasar (basic anxiety), yang Horney (1950) jelaskan sebagai
“perasaan terisolasi dan tidak berdaya di dunia yang dianggap tidak ramah” (hlm.
18). Sebelumnya, ia memberikan gambaran yang lebih jelas dengan menyebutkan
kecemasan dasar sebagai “perasaan kecil, tidak berarti, tidak berdaya,
ditinggalkan, terancam bahaya,, di dunia yang siap untuk menyiksa, menipu,
menyerang, mempermalukan,mengkhianati, dan iri” (Horney, 1937, hlm.92).

7. Kebutuhan-Kebutuhan Neurotik
Horney menemukan sepuluh kategori kebutuhan neurotik yang
belakangan akan berubah yang menggambarkan orang-orang neurotik dalam
usahanya untuk melawan kecemasan dasar. Masing-masing kebutuhan-kebutuhan
neurotik berikut ini berhubungan dengan orang lain dalam berbagai cara.
a. Kebutuhan neurotik akan kasih saying dan penerimaan diri (the neurotic need
for affection and approval). Dalam pencarian akan kasih sayang dan penerimaan
diri, orang-orang neurotik berusaha dengan cara apapun untuk menyenangkan
orang lain. Mereka berusaha untuk memenuhi harapan orang lain, cenderung takut
mengatakan bahwa dirinya benar (self-assertion), serta cenderung kurang nyaman
dengan permusuhan/pertengkaran orang lain dan rasa permusuhan dalam dirinya.
b. Kebutuhan neurotik akan rekan yang kuat (the neurotic need for a powerful
partner). Kurangnya rasa percaya diri membuat orang-orang neurotik berusaha

17
mendekatkan diri mereka dengan pasangan yang lebih kuat/berpengaruh.
Termasuk dalam kebutuhan ini adalah penilaian yang terlalu tinggi terhadap cinta
dan ketakutan jika sendirian atau ditinggalkan. Pengalaman hidup Horney pribadi
mengungkapkan adanya kebutuhan yang besar untuk bisa bersama seorang laki-
laki yang berpengaruh dan ia memiliki serangkaian hubungan dengan laki-laki
yang berpengaruh sepanjang masa dewasanya.
c. Kebutuhan neurotik untuk membatasi hidupnya dalam lingkup yang sempit (the
neurotic need to restrict one’s life within narrow borders). Orang-orang neurotik
sering kali berusaha untuk tidak menonjol, berada ditempat kedua, dan merasa
puas dengan stimulus yang sangat sedikit. Mereka menurunkan kemampuan
mereka ke tingkatan yang lebih rendah dan takut membuat permintaan yang
membebani orang lain.

d. Kebutuhan neurotik akan kekuasaan (the neurotic need for power). Kekuasaan
dan kasih sayang mungkin merupakan dua kebutuhan neurotik yang paling besar.
Kebutuhan akan kekuasaan biasanya dibarengi dengan adanya kebutuhan akan
penghargaan sosial dan kepemilikan yang menjelma dalam bentuk kebutuhan
untuk mengatur orang lain dan menghindari perasaan lemah atau tidak pintar.

e. Kebutuhan neurotik untuk memanfaatkan orang lain (the neurotic need to


exploit others). Orang-orang neurotik sering kali menilai orang lain berdasarkan
bagaimana orang-orang tersebut bisa digunakan atau dimanfaatkan untuk
kepentingan mereka, tetapi pada saat yang sama, mereka takut dimanfaatkan oleh
orang lain.

f. Kebutuhan neurotik akan penghargaan sosial atau gengsi (the neurotic need for
social recognition or prestige). Beberapa orang melawan kecemasan dasar dengan
berusaha menjadi orang pertama, orang paling penting, atau menarik perhatian
orang lain agar tertuju pada dirinya.

g. Kebutuhan neurotik akan kekaguman pribadi (the neurotic need for personal
admiration). Orang-orang neurotik mempunyai kebutuhan untuk dikagumi atas
diri mereka daripada atas apa yang mereka miliki. Harga diri mereka yang tinggi
harus terus-menerus ditunjang dengan kekaguman dan penerimaan dari orang
lain.

h. Kebutuhan neurotik akan ambisi dan pencapaian pribadi (the neurotic need for
ambition and personal achievement). Orang-orang neurotik sering kali
mempunyai dorongan kuat untuk menjadi yang terbaik -- sales terbaik, pemain
boling terbaik, atau kekasih terbaik. Mereka harus mengalahkan orang lain untuk
membuktikan keunggulan mereka.

18
i. Kebutuhan neurotik akan kemandirian dan kebebasan (the neurotic need for
self-sufficiency and independence). Banyak orang-orang neurotik yang
mempunyai kebutuhan yang kuat untuk menjauh dari orang lain, yang
membuktikan bahwa mereka bisa bertahan hidup tanpa orang lain. Playboy yang
tidak bisa terikat dalam sebuah hubungan merupakan contoh dari kebutuhan
neurotik ini.

j. Kebutuhan neurotik akan kesempurnaan dan ketidakmungkinan untuk salah


(the neurotic need for perfection and unassailability). Dengan berusaha
semaksimal mungkin untuk sempurna, orang-orang neurotik mendapat “bukti”
atas harga diri dan keunggulan pribadi mereka. Mereka takut membuat kesalahan
dan mempunyai kelemahan pribadi sehingga mereka selalu berusaha untuk
menyembunyikan kelemahan mereka dari orang lain.

8. Kecenderungan Neurotik
Seiring dengan perkembangan teorinya, Horney mulai melihat bahwa
sepuluh kebutuhan neurotik yang ia temukan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori umum, yang masing-masing berhubungan dengan sikap dasar seseorang
terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Pada tahun 1945, Horney
mengidentifikasi tiga sikap dasar, yang disebut kecenderungan neurotik
(neurotic trends), yaitu mendekati orang lain, melawan orang lain, dan menjauhi
orang lain.

a. Mendekati Orang Lain


Konsep mendekati orang lain yang diutarakan Horney tidak berarti
mendekati orang lain melalui cinta yang tulus. Melainkan, mendekati orang
lain dalam hal ini mengacu kepada sebuah kebutuhan neurotik untuk
melindungi diri dari perasaan ketidakberdayaan.

b. Melawan Orang Lain


Jika orang-orang penurut menganggap semua orang baik, maka orang-
orang agresif menganggap semua orang tidak ramah. Sebagai akibatnya,
mereka mangadopsi strategi melawan orang lain. Orang-orang neurotik
yang agresif sama kompulsifnya dengan orang-orang penurut, dan tingkah
laku mereka juga sama-sama dipicu oleh kecemasan dasar. Daripada
mendekati orang lain dengan selalu menurut dan bergantung, orang-orang
neurotik yang agresif lebih memilih untuk melawan orang lain dengan cara
tampil kuat dan kejam. Mereka termotivasi oleh keinginan kuat untuk
memeras orang lain dan memanfaatkan orang-orang tersebut untuk
kepentingan diri mereka sendiri. Mereka jarang mengakui kesalahan mereka
dan tidak henti-hentinya berusaha tampil sempurna, kuat, dan unggul.

19
c. Menjauhi Orang Lain
Supaya dapat mengatasi konflik dasar terisolasi, beberapa orang
memisahkan diri dari orang lain dan mengadopsi sebuah kecenderungan
neurotik yaitu menjauhi orang lain. Strategi ini merupakan ekspresi dari
kebutuhan akan kesendirian, kebebasan, dan kemandirian. Sama seperti
sebelumnya, masing-masing kebetuhan ini dapat mengarah kepada tingkah
laku positif, dan beberapa orang memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini dengan
cara yang sehat. Akan tetapi, kebutuhan-kebutuhan ini menjadi neurotik
ketika orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan membuat
jarak emosional antara diri mereka dan orang lain secara terus-menerus.

9. Kritik terhadap Horney


Teori Horney tidak cukup kuat untuk mengembangkan penelitian dan
untuk memenuhi kriteria falsifiability (kemungkinan logis bahwa sebuah ide dapat
dianggap salah atau benar berdasarkan observasi atau penelitian). Spekulasi dari
teori tidak dapat dengan mudah menghasilkan hipotesis yang bisa diteliti dan oleh
karena itu teori tersebut kurang dalam hal verifiability (kemungkinan bahwa
sebuah ide dapat diverifikasi) dan falsifiability. Teori Horney sebagian besar
didasari oleh pengalaman-pengalaman klinis dimana ia sering kali berhubungan
dengan individu-individu neurotik. Ia keberatan untuk membuat asumsi-asumsi
spesifik tentang keadaan psikologis dari individu-individu sehat. Oleh karena
teorinya lebih banyak tentang neurotik, maka teori tersebut dinilai tinggi dalam
kemampuannya mengorganisasi pengetahuan mengenai neurotik. Akan tetapi,
teori Horney dinilai rendah dalam kemampuannya menjelaskan tentang orang-
orang pada umumnya.

F. ERICH FROMM
1. Pendapat yang dikemukakan oleh Eric Fromm mengenai psikologis :
Erich Fromm tidak memiliki keraguan dalam hal ini: Sigmund Freud
"adalah pendiri psikologi yang benar-benar ilmiah, dan penemuannya tentang
proses tak sadar dan sifat dinamis sifat karakter merupakan kontribusi unik
terhadap ilmu manusia yang telah mengubah gambaran tentang manusia untuk
semua waktu yang akan datang. "Namun, psikoanalisis Freud hanyalah sebuah"
kontribusi "terhadap ilmu manusia, dan kritik Fromm terhadap Freud
berhubungan secara tepat dengan klaim Freud bahwa ia dapat mendefinisikan
manusia secara ilmiah, yang mana di sini berarti secara psikoanalitik.

20
Untuk "sebagai motor perilaku manusia, [psikoanalisis] telah menunjukkan
dorongan dan kebutuhan yang diberi makan oleh 'dorongan' secara fisiologis yang
tidak dapat diobservasi secara langsung. "Awalnya, Freud telah mendalilkan dua
kelompok dorongan: pelestarian diri dan dorongan seksual. Yang terakhir ini
diberi makan oleh energi yang melekat di dalamnya, libido, yang memiliki
kualitas yang relatif konstan. "Libido ini menyebabkan ketegangan yang
menyakitkan, yang hanya dikurangi dengan tindakan pelepasan fisik; Pembebasan
ini dari ketegangan yang menyakitkan Freud memberi nama 'kesenangan'.
Dinamisme ini yang menyebabkan ketegangan melepaskan ketegangan ke
ketegangan baru, dari rasa sakit hingga kesenangan menjadi sakit, Freud
menyebut 'prinsip kesenangan'. "Prinsipnya sangat penting bagi manusia sehingga
pada dasarnya mendefinisikannya, yang berarti manusia pada dasarnya cenderung
menuju pelepasan ketegangan yang maksimal. Menurut Freud, manusia
mengembangkan sifat sosialnya, budayanya, agamanya dan sainsnya, hanya
sementara dan modifikatorily - yaitu dengan formasi reaksi atau sublimasi. Hal ini
terjadi dalam kemitraan dengan "prinsip realitas", yang bertentangan dengan
prinsip kesenangan individu dan mewujudkan tuntutan realitas dan masyarakat,
yang bergantung pada penolakan atau penundaan kesenangan sehingga
ketidaksenangan yang lebih besar.

2. Teori yang dikemukakan oleh Eric Fromm mengenai manusia sebagai


Karakter sosial :
a. Pembentukan Manusia oleh Hubungannya dengan Dunia: Pembentukan
Karakter
Fromm menjelaskan bahwa badan psikis, mekanisme, dan struktur dibentuk
oleh kondisi sosial ekonomi dalam doktrin asal mula karakter. Menurut
Fromm, karakter tidak terbentuk oleh fase perkembangan libidinal namun
merupakan entitas psikis yang diciptakan oleh berbagai cara manusia
berhubungan dengan dunia. Namun dalam pemahaman mereka tentang asal
mula karakter Freud dan Fromm sangat berbeda. Teori karakter Freud
didasarkan pada dua pengamatan. Dia mencatat bahwa ciri-ciri karakter
adalah usaha terus-menerus yang relatif konstan yang tidak dapat begitu saja
ditinggalkan seperti bentuk perilaku yang dipelajari. Dia juga menjadi yakin
bahwa semua nafsu bawaan kecuali dorongan untuk mempertahankan diri
berakar pada hasrat seksual dan libidinous. Semua teori Fromm terkadang
terkait langsung dengan hasrat dan libido seseorang.
b. Karakter sosial sebagai meditasi diantara struktrus sosial ekonomi dan
idealitas di masyarakat.
Oleh karena itu, nilai penyelidikan sosial-psikologis tidak dapat terbentang
dalam kenyataan bahwa kita memperolehnya dari pandangan yang penuh ke

21
dalam kekhasan psikis anggota individu, namun hanya dengan kenyataan
bahwa kita dapat membangun. "Selama Fromm berlangganan teori libido
Freud, dia biasanya menyebut kecenderungan ini atau" sikap psikis tertentu
yang umum terjadi pada anggota sebuah kelompok "sebagai" struktur
libidinal ":" Struktur libido dari sebuah masyarakat adalah media yang
melaluinya ekonomi memberikan pengaruh mendalam pada manifestasi
intelektual dan mental manusia. "43 Setelah dia menolak teori libi-do Freud
dan mengembangkan pandangannya sendiri tentang asal mula karakter,
"Struktur libidinal" dan berbicara tentang "karakter sosial" sebagai gantinya

3. Fromm berpendapat bahwa terdapat lima macam kebutuhan manusia


yang didalamnya terdapat kontradiksi yaitu:
a. Kebutuhan berhubungan dan narsisme
Kebutuhan terhadap ketergantungan dengan yang lain, membawa manusia
pada dua arah yang dapat diperoleh; manusia dapat mencapai kebutuhan
ini dengan menyatukannya dengan dunia melalui ketertundukan pada
seseorang, kelompok, institusi atau pada Tuhan.
b. Transedensi: Kreatif dan Kehancuran
Kebutuhan transendental , mengandung dua unsur dalam diri manusia.
Manusia menunjukkan dirinya sebagai pencipta kehidupan, namun ia juga
mampu untuk menghancurkan.
c. Keterikatan persaudaraan dan incest
Ikatan paling elementer secara alami adalah ikatan antara ibu dan anak.
Ketergantungan rasa aman yang diperoleh dari ibu, setelah ia memutuskan
ikatan itu, maka ia mulai mencari akar baru dalam keterikatannya; atau ia
tetap akan mencari bentuk ikatan yang diberikan ibunya. Pada ikatan yang
baru, ia mulai mencari ikatan persaudaraan manusia dengan membebaskan
diri dari masa lampau. Sedang pada bentuk yang lain, ia tetap mencari akar
ikatan simbolis seperti diberikan oleh ibunya; atau ikatan pada tanah,
alam, negara, atau Tuhan.
d. Rasa identitas : individualitas dan kecocokan kelompok
Kebutuhan rasa identitas bermula pada manusia sebagai entitas yang
terpisah. Ia dibedakan dengan manusia lain. Rasa identitas berkembang
dalam proses pemunculan diri dari ‘ikatan primer’ yang mengikat
seseorang pada ibu atau pada alam. Pada masyarakat primitif mengatakan
bahwa individualitas adalah kita dan berbeda dengan masyarakat modern
yang mengatakan individualitas adalah sendiri sehingga terkadang dapat
hilang jati diri mereka.
e. Kebutuhan kerangka orientasi dan pengabdian: rasional dan irrasional.

22
Kebutuhan bagi kerangka orientasi ada dalam dua taraf. Pertama, secara
fundamental membutuhkan kerangka orientasi tanpa memperhatikan
apakah hal itu benar atau salah. Jika tidak demikian manusia yang
memiliki kepuasan subjektif kerangka orientasinya tidak dapat hidup
sehat. Kedua, manusia telah menyentuh realitas dengan akalnya untuk
menggenggam dunia secara objektif. Namun demikian, pentingnya
mengembangkan akalnya tidaklah secepat berkembangnya kerangka
orientasi, karena apa yang ditancapkan bagi manusia dalam kasus
berikutnya adalah kebahagiaan dan ketentraman yang tidak bisa dianggap
bijak atau sehat.

G. HARRY STACK SULLIVAN


Harry Stack Sullivan, orang Amerika pertama yang membangun teori
kepribadian yang komprehensif. Ia percaya bahwa manusia mengembangkan
kepribadian mereka dalam konteks sosial. Tanpa orang lain, menurut Sullivan,
manusia tidak akan memiliki kepribadian. Sullivan menyatakan bahwa
pengenalan akan kepribadian manusia hanya dapat diperoleh melalui studi ilmiah
mengenai hubungan interpersonal. Teori interpersonal Sullivan menekankan
pentingnya ragam tahapan perkembangan yakni masa bayi, masa kanak-
kanak, masa anak muda, masa praremaja, masa remaja awal, masa remaja akhir,
dan masa dewasa (Jess Feist & Gregory J. Feist, Teori Kepribadian 2008).

1. Tahap-tahap Perkembangan

a. Masa Bayi (Infacy)

Masa bayi dimulai dari lahir sampai saat belajar berbicara. Ini adalah masa
di mana daerah oral merupakan daerah utama dalam interaksi bayi dan
lingkungannya. Perawatan yang diberikan ibu memberikan bayi pengalaman antar
pribadi yang pertama. Segi lingkungan yang menonjol pada masa bayi adalah
benda yang menyediakan makanan kepada bayi yang lapar, entah itu puting susu
ibu atau dot dari botol. Sehingga puting yang mewakili ibu itu menimbulkan
asumsi, sesuai dengan pengalaman bayi itu dengan puting tersebut.

b. Masa Kanak-Kanak (Childhood)

Masa Kanak-kanak dimulai dengan munculnya bahasa sintaksis dan


berlanjut sampai timbulnya kebutuhan akan teman dengan status setara. Usia
kanak-kanak, beragam dari kultur yang satu dengan kultur yang lain dan dari

23
individu yang satu dengan individu lain. Timbal balik emosi juga terjadi pada
masa ini, dimana seorang anak dapat memberikan kelembutan sebagai mereka
menerimanya. Hubungan antara ibu dan anak semakin pribadi dan tidak lagi
hanya berlangsung satu sisi. Selama tahapan ini, sang ibu tetap menjadi orang lain
yang paling signifikan, namun perannya berbeda dengan ketika masih bayi.
Personifikasi ganda akan ibu sekarang melebur menjadi satu dan persepsi anak
akan ibu menjadi lebih kongruen dengan ibu secara nyata. Walaupun demikian,
personifikasi ibu yang baik dan ibu yang buruk biasanya ditahan di tingkat
parataksis. Selain memadukan kedua personifikasi ibu, anak membedakan ber-
bagai orang yang sebelumnya membentuk konsep seseorang yang keibuan,
memisahkan ibu dan ayah dan melihat masing-masing mereka memiliki peran
yang berbeda. Selain hubungan dengan orang tua, di masa ini pun mereka
memiliki hubungan signifikan lain, yakni teman khayalan. Teman khayalan ini
membantu anak dalam membangun hubungan yang kokoh dan aman sehingga
menghilangkan sedikit rasa cemas (Jess Feist & Gregory J. Feist, Teori
Kepribadian 2008).
Sullivan dapat menyebut masa kanak-kanak sebagai periode akulturasi
yang pesat. Selain memperoleh bahasa, anak-anak mulai belajar mengenai pola
dan budaya kebersihan, toilet training, adat makan, dan peran suatu gender.
Mereka juga mempelajari beberapa proses penting:

1. Dramatisasi (Dramatization): usaha untuk bertindak atau bersuara


seperti figur otoriter yang signifikan, khususnya ayah dan ibu.
Misalnya anak berperan sebagai orang tua dan boneka berperan
sebagai seorang anak yang diberi hukuman karena bertingkah laku
yang tidak dikehendaki.
2. Bergaya sibuk (Preoccupation): anak belajar berkonsentrasi pada satu
kegiatan yang membuat mereka bisa menghindari sesuatu yang
menekan dirinya. Misalnya, anak mencoba menghindar dari
kecemasan mendapat komentar secara pedas orang tuanya, dengan
menyibukkan diri dengan koleksi musiknya.
3. Transformasi Jahat (Malevolent Transformation): transformasi jahat
perasaan bahwa dirinya hidup ditengah-tengah musuh, sehingga
hidupnya penuh rasa kecurigaan dan ketidakpercayaan bahkan sampai
tingkahlakunya paranoid. Ini terjadi karena dramatisasi dan
preoccupational (yang kalau dipakai sekedarnya dapat membantu anak
tumbuh dan berkembang) dipakai secara berlebihan ketika anak
dihadapkan pada kecemasan yang sangat, untuk mempertahankan diri
dari bahaya terlibat dengan orang lain.

24
4. Sublimasi taksadar (Unwaiting Sublimation): mengganti sesuatu atau
aktivitas (tak sadar atau unwaiting) yang dapat menimbulkan
kecemasan dengan aktivitas yang dapat diterima secara social.

c. Masa Anak Muda (Juvenile Era)

Masa anak muda dimulai dengan kemunculan kebutuhan akan teman


sebaya atau teman bermain yang status dan tujuannya sama ketika seorang anak
menemukan seorang teman karib untuk memuaskan kebutuhannya akan keintiman
(Jess Feist & Gregory J. Feist, Teori Kepribadian 2008 hlm. 199). Di akhir tahap
anak muda ini, seorang anak mestinya mengembangkan sebuah orientasi menuju
kehidupan yang membuatnya lebih mudah untuk menangani secara konsisten rasa
cemas, memuaskan kebutuhan, dan kelembutan, dan menetapkan tujuan-tujuan
berdasarkan kepada memori dan prediksi. Orientasi dalam kehidupan ini ialah
menuju persiapan pribadi untuk dapat menjalin hubungan antar pribadi yang lebih
dalam ke depan (Sullivan, 1953b).

d. Masa Praremaja (Preadolescense)

Masa praremaja dimulai pada saat usia 8 ½ tahun dan berakhir p masa
remaja adalah waktu untuk keintiman dengan orang tertentu, biasanya dengan
jenis kelamin yang sama. Semua ditahapan sebelumnya adalah egosentris, dimana
pertemanan mereka dibentuk di atas dasar kepentingan diri, maka dimasa
praremaja untuk pertama kalinya anak memulai ketertarikan yang tulus kepada
orang lain. Sullivan (1953a) menyebut proses menjadi makhluk sosial ini
“kejaiban praremaja” (hlm. 41), merupakan acuan pada transformasi kepribadian
yang dialaminya sendiri selama masa praremajanya sendiri (Jess Feist & Gregory
J. Feist, Teori Kepribadian 2008 hlm. 200).
Karakteristik praremaja yang luar biasa adalah terbentuknya kemampuan
untuk mengasihi. Hal ini merupakan permulaan untuk mencintai. Sebelumnya,
semua hubungan interpersonal didasari oleh hanya kepada pemuasan kebutuhan,
namun selama masa praremaja, keintiman dan kasih sayang menjadi intisari dari
pertemanan. Sullivan percaya bahwa masa praremaja adalah masa paling riang
dan tanpa masalah dalam hidup. Pengalaman selama masa praremaja penting
untuk perkembangan kepribadian di masa depan. Apabila anak-anak tidak belajar
mengenai keintiman di masa ini, maka mereka akan cenderung untuk tetap kerdil
dalam pertumbuhan kepribadiannya nantinya. Periode praremaja yang cukup
singkat dan tidak rumit dapat dihancurkan oleh munculnya pubertas (Jess Feist &
Gregory J. Feist, Teori Kepribadian 2008 hlm. 200-201).

e. Masa Remaja-Awal (Early Adolescense)

25
Masa remaja awal dimulai dari pubertas dan berakhir dengan kebutuhan
akan cinta seksual terhadap seseorang. Masa ini ditandai dengan meledaknya
ketertarikan genital dan datangnya hubungan bersifat birahi. Kebutuhan akan
keintiman yang dicapai selama tahapan sebelumnya berlanjut selama masa remaja
awal, namun kali ini disertai kebutuhan pararel namun terpisah, yakni birahi.
Selain itu rasa aman atau kebutuhan untuk bebas dari kecemasan, tetap aktif
selama remaja awal. Karena dinamisme birahi bersifat biologis, maka ia akan
meluap saat pubertas terlepas dari kesiapan interpersonal individu untuk
dinamisme ini (Jess Feist & Gregory J. Feist, Teori Kepribadian 2008 hlm. 201).

Sullivan (1953b) percaya bahwa masa remaja awal adalah titik balik dalam
perkembangan kepribadian. Seseorang dapat keluar dari tahapan ini atas perintah
keintiman dan dinamisme birahi atau menghadapi kepribadian serius selama
tahapan-tahapan selanjutnya. Walaupun penyesuaian seksual penting untuk
perkembangan kepribadian, Sullivan berpendapat bahwa pokok permasalahan
terletak pada pergaulan dengan orang lain.

f. Masa Remaja Akhir (Late Adolescense)

Masa remaja akhir dimulai ketika anak-anak muda mampu merasakan


keintiman terhadap orang yang sama dan berakhir dengan masa dewasa ketika
mereka mencapai hubungan cinta yang abadi. Ciri khas dari remaja akhir adalah
peleburan keintiman dan birahi. Apabila masa perkembangan sebelumnya tidak
berhasil, maka mereka tiba di remaja akhir tanpa hubungan interpersonal intim,
pola tidak konsisten dalam aktivitas seksual, dan kebutuhan besar untuk
mempertahankan operasi rasa aman (Jess Feist & Gregory J. Feist, Teori
Kepribadian 2008 hlm. 202).

g. Masa Dewasa (Adulthood)

Keberhasilan melewati remaja akhir akan mencapai puncaknya di masa


dewasa, yaitu sebuah periode ketika manusia dapat mencapai hubungan cinta
dengan setidaknya satu orang lain yang signifikan. Sullivan (1953b) menyatakan
bahwa “keintiman yang berkembang pesatdengan orang lain ini bukan urusan
utama dalam hidup, namun mungkin merupakan sumber pemuasan utama dalam
hidup” (hlm. 34). Dewasa matang adalah persepsi dari kecemasan, kebutuhan, dan
rasa aman orang lain. Ketiganya beroperasi lebih banyak pada tingkat sintaksis
dan mendapati bahwa hidup ini menarik dan menyenangkan (Sullivan, 1593b).

2. Dinamika Kepribadian
Sullivan memandang kehidupan manusia sebagai sistem energi, dimana
perhatian utamanya adalah bagaimana menghilangkan tegangan yang ditimbulkan

26
oleh keinginan dan kecemasan. Energi dapat berwujud dalam bentuk tegangan
atau dalam bentuk tingkah laku itu sendiri.

a. Tegangan
Tegangan adalah potensi untuk brtingkah laku yang disadari atau
tidak disadari.
Sumber tegangan ada dua yaitu;
1. Kebutuhan (needs)
Kebutuhan adalah ketegangan yang dibawa oleh ketidak-
seimbangan biologis antara seseorang dengan lingkungan
fisiokimiawi, baik di dalam maupun luar organisme. Kebutuhan
bersifat sementara. Saat mereka terpuaskan, mereka kehilangan
kekuatan untuk sementara, namun seiring waktu, mereka cenderung
untuk muncul kembali. Walaupun sebenarnya kebutuhan memiliki
komponen biologis banyak kebutuhan yang berakar dari situasi
interpersonal. Kebutuhan interpersonal yang paling mendasar adalah
kelembutan (tenderness).
2. Kecemasan (Anxiety)
Definisi Sullivan tentang kecemasan:”rasa cemas adalah sebuah
tegangan yang berlawanan dengan tegangan-tegangan kebutuhan dan
memerlukan tindakan yang tepat untuk bisa melepaskannya”.
Kecemasan lahir berasal dari transfer dari orangtua kepada bayi lewat
proses empati. Sullivan menekankan bahwa rasa cemas dan kesepian
adalah keunikan diantara segala pengalaman, yaitu bahwa
pengalaman-pengalaman ini sungguh-sungguh tidak diinginkan dan
diharapkan. Sullivan membedakan rasa cemas dari rasa takut dalam
beberapa hal. Pertama, rasa cemas biasanya berasal dari situasi-situasi
hubungan antarpribadi yang kompleks, dan hadir dalamkesadaran
hanya secara samar-samar. Rasa takut lebih mudah dibedakan dan asal
usulnya lebih mudah ditemukan. Kedua, rasa cemas tidak mempunyai
nilai positif. Ketiga, rasa cemas menghalangi pemuasan kebutuhan,
sementara rasa takut membantu manusia untuk memenuhi kebutuhan
(Jess Feist & Gregory J. Feist, Teori Kepribadian 2008 hlm. 191).

b. Transformasi energi
Transformasi energy adalah tegangan yag ditransformasikan
menjadi tingkahlaku, baik tingkahlaku terbuka maupun tertutup. Tidak
semua transformasi energi terlihat jelas sebagai tindakan terbuka,
sebagian besar bentuk emosi, pikiran atau tingkah laku dapat

27
tersembunyi dibaliknya (Jess Feist & Gregory J. Feist, Teori
Kepribadian 2008 hlm. 191).

3. Struktur Kepribadian
Sullivan tegas memandang sifat dinamik kepribadian, sehingga
merendahkan konsep id-ego-superego-dan lain-lain. Yang membuat kepribadian
menjadi statis atau stabil. Namun ternyata dia juga memberi tempat penting dalam
teorinya beberapa aspek kepribadian yang nyata-nyata stabil dalam waktu yang
lama, yakni:

a. Dinamisme
Dinamisme didefinisikan sebagai “pola transformasi energi yang
relatis menetap, yang secara berulang memberi ciri kepada organisme
selama keberadaannya sebagai organisme hidup” Karena dinamisme
merupakan pola tingkah laku yang menetap dan berulang, maka
dinamisme kira-kira sama dengan kebiasaan. Dinamisme-dinamisme
yang khas manusiawi adalah dinamisme-dinamisme yang memberi ciri
kepada hubungan hubungan antar pribadi seseorang. Misalnya, orang
mungkin biasa bertingkah laku bermusuhan dengan seseorang atau
sekelompok orang tertentu yang merupakan suatu ungkapan
dinamisme kedengkian. Suatu dinamisme biasanya memakai daerah
atau bagian tertentu dalam badan seperti mulut, tangan, anus. Dan alat
kelamin untuk berinteraksi dengan lingkungan. Kebanyakan
dinamisme bertujuan memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar
organisme. Akan tetapi ada suatu dinamisme yang penting yang
berkembang sebagai akibat dari kecemasan. Dinamisme itu disebut
dengan dinamisme diri atau sistem diri. (Calvin S. Hall & Gardner
Lindzey, Teori-Teori Psikodinamik. 2005)
b. Sistem Diri (Self-System)
Sistem self merupakan bagian dinamisme paling kompleks. Suatu
pola tingkah laku yang konsisten yang mempertahankan keamanan
interpersonal dengan menghindari atau mengecilkan kecemasan.
Sistem ini mulai berkembang pada usia 12-18 bulan, usia ketika anak
mulai belajar tingkah laku mana yang berhubungan, meningkatkan
atau menurunkan kecemasan. Kecemasan adalah suatu produk dari
hubungan-hubungan antar pribadi yang berasal dari ibu dan diteruskan
kepada bayi dan dalam kehidupan selanjutnya oleh ancaman-ancaman
terhadap keamanannya. Sistem diri sebagai penjaga keamanan
seseorang cenderung menjadi terpisah dari aspek-aspek lain dalam
kepribadian, sistem diri tersebut tidak akan membiarkan masuknya

28
informasi yang tidak sesuai dengan organisasinya sekarang dan karena
itu tidak dapat mengambil pelajaran dari pengalaman. Sullivan yakin
bahwa sistem diri merupakan produk dari aspek-aspek irrasional
masyarakat. Maksudnya, anak kecil dibuat supaya merasa cemas
dengan alasan-alasan yang tidak akan ditemukan dalam masyarakat
yang lebih rasional; ia terpaksa menggunakan cara-cara yang tak wajar
dan tidak realistik untuk mengatasi kecemasannya. (Calvin S. Hall &
Gardner Lindzey, Teori-Teori Psikodinamik. 2005).
c. Personifikasi
Personifikasi adalah suatu gambaran yang dimiliki individu tentang
dirinya sendiri atau orang lain. Personifikasi adalah perasaan, sikap,
dan konsepsi kompleks yang timbul karena mengalami kepuasan
kebutuhan atau kecemasan. Gambaran-gambaran itu dibentuk pertama
untuk menghadapi orang-orang dalam situasi-situasi antarpribadi yang
agak terisolasi, tetapi sekali terbetuk maka gambaran-gambaran itu
biasanya tetap ada dan mempengaruhi sikap kita terhadap orang lain.
(Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, Teori-Teori Psikodinamik. 2005).
Sullivan (1953b) melukiskan tiga personifikasi dasar yang berkembang
selama masa bayi: ibu-jahat, ibu-baik, dan saya.
d. Proses kognitif
Sumbangan yang unik dari Sullivan tentang peranan kognisi atau
pengetahuan dalam hubungannya dengan kepribadian ialah
klasifikasinya tentang pengalaman ke dalam tiga golongan. Tingkatan-
tingkatan kognisi ini mengacu kepada cara-cara mengamati,
membayangkan, dan memahami. Pengalaman terjadi dalam tiga cara
yaitu: prototaksis, parataksis, dan sintaksis (Calvin S. Hall & Gardner
Lindzey, Teori-Teori Psikodinamik. 2005). Prototaksis ini adalah
pengalaman paling dini dan primitif dan sulit dilukiskan atau
didefinisikan dengan tepat. Satu-satunya cara untuk memahaminya
adalah membayangkan pengalaman-pengalaman subyektif paling dini
dari seorang bayi yang baru lahir. Pada orang dewasa, pengalaman-
pengalaman prototaksis mengambil untuk sensasi-sensasi, perasaan-
perasaan, suasana hati, dan impresi-impresi sesaat. Cara berfikir
parataksik meliputi hubungan kausal antara peristiwa-peristiwa yang
terjadi kira-kira pada saat yang sama tetapi yang tidak berhubungan
secara logis. Sullivan yakin bahwa banyak pemikiran kita tidak pernah
beranjak dari tingkat parataksik; bahwa kita melihat hubungan kausal
antara pengalaman-pengalaman di mana pengalaman yang satu tidak
ada kaitannya dengan pengalaman yang lain. semua tahayul misalnya
adalah contoh dari pemikiran parataksik. Tinjauan ke masa depan

29
tergantung pada ingatan orang pada masa lampau dan interpretasinya
terhadap masa sekarang (Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, Teori-
Teori Psikodinamik. 2005).

H. ERICK ERIKSON
Erik Erickson lahir di kota Frankfurt, Jerman, tanggal 15 Juni 1902. Dalam
teori psikodinamika Erikson merupakan orang yang menyumbangkan istilah krisis
identitas. Berbeda dengan teoretikus psikodinamika lainnya yang bersikap tajam
pada psikoanalisis aliran Freud. Erikson bermaksud agar teori kepribadiannya
mengembangkan, bukan menangkal asumsi Freud.
Teori pasca-aliran Freud yang dikemukakan Erikson mengembangkan
tahap perkembangan Freud, yang dimana Erikson menyatakan bahwa pada tiap
tahap, perjuangan psikososialspesifik memberikan kontribusi pada pembentukan
kepribadian, perjuangan tersebut berbentuk krisis identitas.

1. Ego dalam Teori Pasca-Aliran Freud


Dalam teorinya Frued percaya bahwa orang-orang yang sehat secara
psikologis, ego cukup mengembangkan kendali akan id, walaupun kendali
tersebut masih lemah dan dorongan-dorongan id dapat meletus dan menutupi ego
setiap saat. Kebalikannya, Erickson menyatakan bahwa ego kita adalah kekuatan
positif yang menciptakan jati diri, rasa “saya”. Sebagai pusat kepribadian, ego
menolong kita untuk beradaptasi dengan beragam konflik dan krisis dalam hidup
dan menjaga kita agar tidak kehilangan individualitas pada kekuatan yang
meningkat pada masyarakat. Selama masa kanak-kanak, ego lemah, lentur dan
rapuh, namun mulai terbentuk dan memiliki kekuatan saat remaja. Erickson
melihat ego sebagai agen pengatur setengah tidak sadar yang mempersatukan
pengalaman-pengalaman sekarang dengan jati diri di masa lampau dan juga
dengan gambaran diri yang diharapkan. Ia mendefinisikan ego sebagai
kemampuan seseorang untuk menyatukan pengalaman-pengalaman dan tindakan-
tindakan dengan cara yang adaptif (Erickson, 1963).
Erickson (1968) memperkenalkan tiga aspek ego yang saling berhubungan :
ego tubuh, ego ideal, dan ego identitas. Ego tubuh mengacu pada pengalaman-
pengalaman dengan tubuh kita, yaitu cara memandang fisik diri kita sebagai
sesuatu yang berbeda dengan orang lain. Ego ideal mewakili gambaran yang kita
miliki terhadap diri kita sendiri dibandingkan dengan apa dicapai diri ideal. Ego
identitas adalah gambaran yang kita miliki terhadap diri kita sendiri dalam ragam
peran sosial yang kita mainkan.

30
Erickson percaya bahwa ego berkembang melalui beragam tahap kehidupan
menurut prinsip epigenetik, istilah yang dipinjam dari embriologi.
Perkembangan epigenetik menyiratkan pertumbuhan langkah demi langkah dari
organ janin. Janin perkembang menurut tingkat yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam urutan yang tetap. Ego memiliki cara yang sama dengan perkembangan
epigenetik dengan tiap tahap perkembangan pada tahap waktu yang seharusnya.
Satu tahap muncul dari dan dibangun berdasarkan tahap sebelumnya,
namun tidak menggantikan tahap sebelumnya.

2. Tahap Perkembangan
Dalam tahap perkembangan Erickson terdapat delapan tahap perkembangan,
yang mana di dalamnya membutuhkan pemahaman terhadap beberapa poin
penting. Pertama, pertumbuhan terjadi berdasarkan prinsip epigenetik. Kedua, tiap
tahap kehidupan terdapat interaksi berlawanan- yaitu konflik antara elemen
sintonik (harmonis) dan elemen distonik (mengacaukan). Ketiga, di tiap tahap,
konflik antar elemen sintonik dan elemen distonik menghasilkan kualitas ego dan
kekuatan ego, yang Erickson sebut sebagai kekuatan dasar (basic strength).
Keempat, terlalu sedikitnya kekuatan pada satu tahap mengakibatkan patologi inti
(core pathology).
Kelima, walaupun mengacu pada delapan tahapan psikososial, Erickson tidak
pernah meninggalkan aspek biologi dalam perkembangan manusia. Keenam,
peristiwa-peristiwa sebelumnya tidak menyebabkan perkembangan kepribadian
selanjutnya. Identitas ego dibentuk oleh keanekaragaman konflik dan kejadian.
Ketujuh,selama tiap tahap, khususnya sejak remaja dan selanjutnya,
perkembangan kepribadian ditandai oleh krisis identitas yang Erickson(1968)
sebut sebagai “titik balik, yaitu periode krusial akan meningkatnya kerapuhan dan
memuncaknya potensi”.
a) Masa Bayi (0-1 tahun)

Psikoseksual : Gaya Sensori-Oral


Pandangan luar Erickson diungkapkan dalam istilah sensori-oral, frasa
yang mencakup gaya Psikoseksual utama dalam penyesuaian diri. Tahap
sensori-oral ditandai oleh dua gaya pembentuk- memperoleh dan menerima
apa yang diberikan. Bayi menerima bukan hanya melalui mulut, namun juga
melalui organ indra yang lain.

Krisis Psikososial : Rasa Percaya Dasar Vs Rasa Tidak Percaya Dasar


Apabila pola menerima segala sesuatu cocok dengan cara kulturalnya
menerima sesuatu, maka bayi belajar rasa percaya dasar. Sebaliknya, mereka

31
belajar rasa tidak percara dasar bila mereka tidak menemukan kecocokan
anatar kebutuhan sensori-oral mereka dengan lingkungan mereka.
Rasa percaya dasar biasanya sintonik, sementara rasa tidak percaya dasar
umumnya distonik. Pada tahap ini bayi harus mengembangkan kedua sikap
tersebut. Rasa percaya terlalu besar membuat mereka mudah ditipu dan rapuh
terhadap keanehan dunia, sedangkan sedikit kepercayaan mengakibatkan
frustasi, amarah, sifat permusuhan, sikap sinis, atau depresi.

Kekuatan dasar : Harapan


Harapan muncul dari konflik antara rasa percaya dasar dan rasa tidak
percaya dasar. Apabila bayi tidak mengembangkan harapan yang cukup pada
masa ini, maka mereka akan menampilkan antitesis atau lawan dari harapan-
penarikan diri, patologi inti di masa bayi. Dengan hanya sedikit harapan,
mereka akan menarik driri dari dunia luar dan memulai perjalanan menuju
gangguan psikologi yang serius.
b) Kanak-Kanak Awal (2-3 tahun)

Psikoseksual : Gaya Otot-Uretral-Anal


Pada masa ini, anak belajar untuk mengendalikan tubuh mereka,
khususnya berkaitan dengan kebersihan dan pergerakan. Masa kanak-kanak
awal lebih dari sekedar waktu untuk pelatihan menggunakan toilet (toilet
training), namu juga waktu untuk belajar jalan, berlari, memeluk orang tua,
berpegangan pada mainan, atau objek lain.

Krisis Psikososial : Otonomi Vs Rasa Malu dan Ragu


Masa kanak-kanak awal adalah masanya kontradiksi, masa
pemberontakan yang bersikeras dan kepatuhan yang lembut, masa
pengungkapan diri yang implusif dan penyimpangan yang kompulsif, masa
kerja sama yang penuh cinta dan penolakan penuh kebencian. Desakan yang
bersikeras dan dorongan yang berlawanan ini memicu krisis psikososial
utama masa kanak-kanak (Erickson, 1968).
Otonomi tumbuh dari rasa percaya dasar, bila rasa percaya dasar pada
masa bayi tidak tercapai, maka usaha mereka untuk mengendalikan organ
anal, uretral, dan ototnya selama masa kanak-kanak awal akan diakhiri
dengan rasa malu dan ragu yang kemudian membangun krisis psikososial
yang serius. Rasa malu adalah perasaan sadar diri bahwa ia dipandang dan
dipertontonkan. Rasa ragu adalah perasaan tidak pasti, perasaan bahwa
sesuatu tetap disembunyikan dan tidak bisa dilihat.

32
Kekuatan dasar : Keinginan
Kekuatan dasar akan keinginan dan kemauan perkembangan dari resolusi
krisis otonomi versus rasa malu dan ragu. Kekuatan keinginan yang matang
dan ukuran signifikan kehendak bebas tertahan hingga tahap perkembangan
selanjutnya, namun mereka berasal dari keinginan awal yang timbul pada
masa kanak-kanak.
Ketika pengalaman mereka mengakibatkan rasa malu dan ragu terlalu
besar, anak-anak tidak mampu mengembangkan kekuatan dasar yang penting.
Ketidakmampuan ini akan diungkapkan sebagai dorongan, patologi inti dari
masa kanak-kanak awal.
c) Usia Bermain (3-5 tahun)

Psikoseksual : Gaya Lokomotor-Genital


Gaya psikoseksual utama selama usia bermain adalah lokomotor-
genital. Erickson (1982), melihat situasi Oedipal sebagai prototipe “
kekuatan seumur hidup akan keriangan manusia”. dengan kata lain, Oedipus
complex adalah drama yang dimainkan dalam imajinasi anak-anak dan
mencakup pengertian yang mulai meningkat akan konsep dasar, seperti
reproduksi, pertumbuhan, masa depan, dan kematian.
Ketertarikan anak-anak usia bermain akan aktivitas genital diiringi
dengan meningkatnya sarana daya gerak mereka, seperti bergerak,
berlari,melompat, dan memanjat.

Krisis Psikososial : Inisiatif Vs Rasa Bersalah


Sebagaimana anak mulai bergerak dengan lebih mudah dan lebih kuat
sebagaimana ketertarikan genital mereka bangkit, mereka mengadopsi gaya
intrusif untuk melakukan pendekatan terhadap dunia. Pada tahap usia
bermain anak mulai mengadopsi inisiatif dalam memilih dan mengejar tujuan
mereka. ketika tujuan yang diinginkan terhambat atau tabu maka muncul rasa
bersalah. Konflik antara inisiatif dan rasa bersalah menjadi krisis psikososial
utama di usia bermain.

Kekuatan dasar : Tujuan


konflik antara inisiatif versus rasa bersalah menghasilkan kekuatan dasar
tujuan. Anak-anak sekarang bermain dengan tujuan, bersaing dalam
permainan dengan tujuan menang atau mencapai puncak. Usia bermain juga
merupakan tahapan di mana anak-anak mengembangkan hati nurani dan

33
mulai menempelkan label benar atau salah pada tingkah laku mereka. Hati
nurani di masa muda ini menjadi “landasan akan moralitas”(Erickson, 1968).
d) Usia Sekolah (6-13 tahun)

Psikoseksual : Latensi
Erickso setuju dengan Freud bahwa usia sekolah adalah periode latensi
psikoseksual. Latensi seksual penting karena memungkinkan anak-anak
mengalihkan energi mereka untuk mempelajari teknologi kultur mereka dan
strategi anak interaksi sosial mereka. Sebagaimana anak-anak bekerja dan
bermain untuk memperoleh hal-hal esensial ini, mereka mulai membentuk
gambaran diri mereka sebagai orang yang kompoten dan tidak kompoten.

Krisis Psikososial : Industri Vs Rasa Rendah Diri


Krisis psikososial pada tahap ini adalah industri versus rendah diri.
Industri, kualitas sintonik yang berarti kesungguhan, kemauan untuk tetap
sibuk akan sesuatu, dan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Jika
pekerjaan mereka tidak cukup baik untuk mencapai sasaran, maka mereka
memperoleh rasa rendah diri- kualitas distonik dalam usia sekolah.

Kekuatan dasar : Kompetensi


Dari konflik industri versus rendah diri, anak usia sekolah
mengembangkan kekuatan dasar kompetensi, yaitu rasa percaya diri untuk
menggunakan kemampuan fisik dan kognitif dalam menyelesaikan masalah
yang mengiringi usia sekolah. Patotogi inti usia sekolah adalah inersia, yaitu
kemunduran tahap perkembangan, ke tahap sebelumnya.
e) Remaja (14-18 tahun)

Psikoseksual : Pubertas
Pubertas, didefinisikan sebagai kematangan genital yang memainkan
peranan cukup kecil dalam konsep remaja Erickson. Untuk sebagian orang
muda, kematangan genital tidak menampilkan krisis seksual. Akan tetapi,
pubertas penting secara psikologis karena memicu pengharapan akan peran
seksual di masa mendatang- peran yang secara esensial sosial dan dapat
dipenuhi hanya dengan perjuangan mencapai ego identitas.

Krisis Psikososial : Identitas Vs Kebingungan Identitas


Pencarian akan ego identitas mencapai puncak selama remaja sebagai
anak muda yang berjuang untuk mencari tahu siapa dirinya dan bukan
dirinya. Menurut Erickson (1982). identitas timbul dari dua sumber : (1)

34
penegasan atau penyangkalan remaja akan identifikasi masa kanak-kanak,
dan (2) konteks sosial serta sejarah mereka, yang mendukung konformitas
pada standar tertentu.
Identitas digambarkan, baik dengan cara positif maupun negatif,
sebagaimana remaja memutuskan apa yang mereka inginkan dan apa yang
mereka yakini, sementara juga menemukan apa yang mereka tidak inginkan
untuk menjadi dan apa yang mereka tidak percayai. Sering kali mereka harus
menyangkal nilai-nilai orang tua mereka dan menolak nilai-nilai teman
kelompok, dilema yang dapat menguatkan kebingungan identitas mereka.
Kebingungan identitas adalah gejala dari masalah yang mencakup gambaran
diri yang terpisa, ketidakmampuan untuk mencapai keintiman, rasa terdesak
oleh waktu, kurangnya konsentrasi pada tugas-tugas yang harus dilakukan,
dan penolakan keluarga atau standar komunitas.

Kekuatan dasar : Kesetiaan


Kekuatan dasar yang timbul dari krisis identitas remaja adalah kesetiaan
atau keyakinan terhadap satu ideologi. Anak-anak muda harus belajar
mempercayai orang lain sebelum mereka memiliki keyakinan akan
pandangan mereka terhadap masa depan. Tiap-tiap kekuatan dasar-
keinginan, tujuan, dan kompetensi merupakan persyaratan bagi kesetiaan.
Pasangan patologi kesetiaan adalah penyangkalan peran, patologi inti
remaja yang menghalangi kemampuan seseorang untuk mempersatukan
beragam gambaran diri dan nilai-nilai menjadi identitas yang berfungi.
Penyangkalan peran dapat berupa kurangnya percaya diri atau penyimpangan
(Erickson, 1982)
f) Dewasa Muda (19-30 tahun)

Psikoseksual : Genitalitas
Genetalitas sejati dapat berkembang hanya selama dewasa muda ketika
ia dibedakan dengan rasa percaya yang sama dan berbagi secara stabil
kepuasan seksual dengan seseorang yang dicintai. Ia merupakan pencapaian
utama psikoseksual terhadap masa dewasa muda dan hanya didapati dalam
hubungan intim (Erickson, 1963).

Krisis Psikososial : Keintiman Vs Keterasingan


Dewasa muda ditandai dengan krisis psikososial keintiman versus
keterasingan. Keintiman adalah kemapuan untuk meleburkan identitas
seseorang dengan orang lain tanpa ketakutan akan kehilangan identitas
tersebut. Dalam psikologi, lawan dari keintiman adalah ketersaingan yang

35
didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengambil kesempatan dengan
identitas seseorang dengan berbagi keintiman sejati (Erickson, 1968).

Kekuatan dasar : Cinta


Cinta merupakan kekuatan dasar dewasa muda yang muncul dari krisis
keintiman versus keterasingan. Erickson (1968, 1982) mendefinisikan cinta
sebagai pengabdian matang yang mengatasi perbedaan-perbedaan antara pria
dan wanita. Cinta yang matang berarti komitmen, hasrat seksual, kerja sama,
persaingan, dan pertemanan. Lawan dari cinta adalah eksklusivitas, inti
patologi pada deasa muda.
Eksklusivitas menjadi patologi ketika ia menghambat kemampuan
seseorang dalam bekerja sama, bersaing, atrau berkompromi- semua hal yang
mendasari keintiman dan cinta.
g) Dewasa (31-60 tahun)

Psikoseksual : Prokreativitas
Teori psikoseksual Erickson berasumsi bahwa dorongan insting
mempertahankan spesies. Dorongan ini adalah lawan dari insting binatang
orang dewasa terhadap prokresi dan merupakan perpanjangan dari genitalias
yang menandai masa dewasa muda (Erickson, 1982). Akan tetapi,
prokreativitas tidak sekedar mengacu pada kontak genital dengan pasangan
intim. Ia juga mencakup tanggung jawab untuk mengasuh keturunan yang
merupakan hasil kontak seksual. Idealnya, prokreasi datang dari keintiman
yang matang dan cinta yang stabil selama tahap sebelumnya.

Krisis Psikososial : Generativitas Vs Stagnasi


Kualitas sintonik masa dewasa adalah Generativitas yang didefinisikan
sebagai “generasi akan keberadaan baru sebagaimana produk-produk baru
dan gagasan-gagasan baru” (Erickson, 1982). generativitas, yang berurusan
dengan menetapkan dan membimbing generasi selanjutnya, mencakup
prokreasi anak, produksi bekerja, dan kreasi hal-hal serta gagasan-gagasan
baru yang berkontribusi untuk membangun dunia yang lebih baik.
Sebaliknya, Stagnasi (disebut juga “penyerapan diri”) berkembang ketika
individu merasa bahwa mereka tidak melakukan apa-apa bagi generasi
berikutnya.
Generativitas tumbuh dari kualitas sintonik lainnya, seperti keintiman dan
identitas. Memberikan petunjuk akan kultur adalah praktik yang ditemukan
pada semua masyarakat. Untuk dewasa yang sudah matang, dorongan ini
bukan semata-mata kewajiban atau kebutuhan egois, namun merupakan

36
dorongan evolusioner untuk berkontribusi pada generasi yang sukses dan
untuk menghasilkan kesinambungan masyarakat manusia juga.

Kekuatan dasar : Rasa Peduli


Erickson (1982) mendefinisikan rasa peduli sebagai “komitmen meluas
merawat seseorang, produk, dan gagasan seseorang yang harus dipedulikan”.
Rasa peduli timbul dari kekuatan dasar ego sebelumnya. Rasa peduli
bukanlah tugas atau kewajiban, namun dorongan alamiah yang muncul dari
konflik antara generativitas dan stagnasi atau keterpakuan diri.
Antipati dari rasa peduli adalah penolakan, patologi inti dewasa.
Penolakan adalah ketidak inginan untuk merawat orang-orang atau
kelompok-kelompok tertentu ( Erickson, 1982).
h) Usia Lanjut (60 tahun keatas)

Psikoseksual : Sensualitas Tergeneralisasi


Sensualitas tergeneralisasi memiliki arti mendapat kesenangan dalam
ragam sensasi fisik yang berbeda- penglihatan, suara, bau, berpelukan, dan
mungkin rangsangan genital.

Krisis Psikososial : Integritas Vs Keputusasaan


Integritas Versus keputusasaan merupakan krisis identitas manusia.
Integritas berarti perasaan akan keutuhan dan koherensi, kemampuan untuk
mempertahankan rasa “kesayaan” serta tidak kehilangan kekuatan fisik dan
intelektual. Dalam tekanan integritas ego, orang sering diliputi rasa
keputusasaan yang secara harfiah berarti tanpa harapan. Dari masa bayi
hingga usia lanjut, harapan bisa diperoleh. Seketika harapan itu hilang,
keputusasaan mengikuti dan hidup tak lagi bermakna.

Kekuatan dasar : Kebijaksanaan


Pertarungan tak terelakkan antara integritas dan keputusasaan
menghasilkan kebijaksanaan, kekuatan dasar usia lanjut. Erickson (1982)
mendefinisikan kebijaksanaan sebagai “kepedulian terdidik dan terpisah
dengan kehidupan itu sendiri dalam menghadapi kematian itu sendiri”.
dengan kebijaksanaan yang matang, mereka mempertahankan integritas
mereka walaupun kemampuan fisik dan mentalnya menurun. Patologi inti
dari kebijaksanaan adalah penghinaan, yang Erickson (1982) didefinisikan
sebagai “reaksi terhadap perasaan (atau melihat orang lain) dalam
meningkatnya kondisi tamat, kebingungan, dan tak berdaya”. penghinaan
adalah kelanjutan dari penolakan yang merupakan patologi inti masa dewasa.

37
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Kees. 1979. Memperkenalkan Psikoanalisa Lima Ceramah. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.
Berry, Ruth. 2001. Freud: Seri Siapa Dia?. Jakarta: Erlangga.
Boeree, C.George. 2016. Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda
Bersama Psikolog. Yogyakarta: Prismasophie

Feist, Jess dan Feist, Gregory J. 2010. Teori Kepribadian. Edisi 7 Buku I. Jakarta:
Salemba Humanika. Penerjemah : Handrianto
Friedman, Howard S dan Schustak, Miriam W. 2006. Kepribadian: Teori Klasik
dan Riset Modern. Edisi 3 Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Funk, Rainer. 2011. Erich Fromm - The Courage to Be Human. Germany:
Tuebingen. Translated from German by Michael Shaw.
https://opus4.kobv.de/opus4-Fromm/frontdoor/deliver/index/docId/9852/
file/Funk_R_1982b.pdf
Hall, Calvin S dan Lindzey, Gardner. 1993. Teori-teori Psikodinamik. Dalam:
Psikologi Kepribadian 1. Yogyakarta: Kanisius. Diterjemahkan oleh:
Supratiknya.
Ja’far, Suhermanto. 2015. Struktur Kepribadian Manusia Perspektif Psikologi dan
Filsafat. Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2015, Vol. 2, No.
2, Hal: 209 - 221.
Larsen, Randy J dan Buss, David M. 2002. Personality Psychology: Domain of
Knowledge About Human Nature. New York: McGraw-Hill.
Suryabrata, Sumadi. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sutikna, Nana. 2008. Ideologi Manusia Menurut Erich Fromm (Perpaduan
Psikoanalisis Sigmund Freud dan Kritik Sosial Karl Marx). Jurnal Filsafat
Vol.18, Nomor 2. https://media.neliti.com/media/publications/84496-ID-
ideologi-manusia-menurut-erich-fromm-per.pdf
Wade, Carole dan Tavris, Carol. 2007. Psikologi Umum Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

38

Anda mungkin juga menyukai