Anda di halaman 1dari 5

Sejarah E-sport

Pada dasarnya, kata dasar 'sport' berasal dari 'dis-ports' dari Bahasa Perancis Kuno. Kata
tersebut memiliki arti 'untuk menghibur diri' atau 'untuk menyenangkan diri'. Ini juga yang merupakan
konsep utama olahraga, yaitu untuk bermain. Berdasarkan pengertian di atas, bermain game bisa saja
digolongkan menjadi olahraga.

E-Sport atau Electronic Sport merupakan fenomena olahraga elektronik yang sedang
berkembang di Indonesia.

Sejarah E-Sport, bermula turnamen local di Universitas Stanford yang dihelat pada 19 oktober
1972 dengan game Spacewars.

Turnamen Space Invaders Atari pada tahun 1980 adalah salah satu pertandingan game
kompetitif pertama yang tercatat paling populer (sekitar 10.000 pendatang), di mana para pemain
berusaha untuk meraih nilai atau skor tertinggi.

Kemudian pada tahun 90-an, permainan video game makin merebak. Permainan konsol yang
lebih kompetitif muncul, seperti Super Street Fighter II, game pertarungan satu lawan satu klasik dengan
format 2D. Disamping itu game PC ( Personal Computer) seperti Doom, selain membuat perubahan baru
genre FPS ( First Person Shooter) , memungkinkan para pemain untuk bermain bersama dengan jarikan
area lokal (LAN). Game Quake dan Starcraft juga diluncurkan, dan kedua game tersebut membuat celah
E-Sport berkembang.

Pada tahun 1997, Cyberathlete Professional League dibentuk. dan beberapa kalangan
profesional pertama mulai membuat nama untuk dirinya sendiri, termasuk Jonathan “Fatal1ty” Wendel ,
yang dilaporkan telah memenangkan sekitar setengah juta dolar hadiah selama karirnya di bidang
esports. Pada tahun 1999, Game FPS yang baru seperti Unreal Tournament dan Counter-Strike tiba, dan
sampai hari ini telah menjadi salah satu permainan E-Sport terpopuler di dunia.

Pada tahun 2000-an, konsol game multiplayer mencapai level baru. Pengenalan layanan online
seperti Xbox Live memungkinkan gamer konsol bermain secara kooperatif atau melawan pemain lain
dalam game seperti Halo 2, yang nantinya membuka jalan bagi game online populer lainnya, termasuk
Call of Duty. Hal ini memudahkan para gamer untuk bermain dengan pemain lain melalui internet.

Keberadaan komputer yang dilengkapi dengan jaringan internet membuat game online di
Indonesia mulai marak dan dari sini, perkembangan internet berlanjut ke arah komersial dengan
bermunculannya warung internet (warnet). Alhasil, semakin banyak pula orang yang bisa bermain game
online. Dan bisa jadi, game yang dimainkan itu termasuk kategori E-Sports.

Indonesia Gamers, yang saat ini dikenal dengan Liga Game . Selaiknya platform jejaring sosial
seperti Facebook atau Twitter, Liga Game dibentuk sebagai wadah untuk mengumpulkan para pemain di
Indonesia. Liga Game menjadi pionir bagi kemunculan eSports di Indonesia saat menghelat kompetisi
game online pertama pada 1999.

Liga Game kemudian menjadi pintu pertama bagi masuknya kompetisi game berskala
internasional di Indonesia dengan menjadi event organizer (EO) kejuaraan World Cyber Games (WCG)
pada 2002. Liga Game juga Event Organizer pertama, menjalankan kejuaraan game pertama, dan
mengirimkan atlet eSports pertama ke luar negeri. Serta menjadi EO kejuaraan World Cyber Games
pada 2002 yang diselenggarakan di delapan kota di Indonesia.

Dengan skala yang lebih besar, game-game online yang dimainkan pun semakin banyak.
Tercatat pada tahun 2002, bertepatan dengan Piala Dunia di Jepang dan Korea Selatan itu, beberapa
game seperti 2002 FIFA World Cup, Age of Empires II, Counter-Strike, dan StarCraft: Brood War
dipertandingkan.

Dari sini, perkembangan eSports di Indonesia berjalan naik-turun lantaran semakin banyaknya
game online baru bermunculan --yang belum tentu termasuk ke dalam kategori eSports-- membikin
animo masyarakat untuk mencoba game eSports jadi berkurang. Puncaknya, ketika game semacam
Ragnarok ramai pada 2003 hingga 2006.

Namun, karena telah memiliki pondasi cukup kuat, eSports tetap menemukan jalan untuk terus
berkembang. Bahkan, pada April 2018 lalu, kejuaraan Indonesia Games Championship yang
mengundang tim-tim mancanegara, diikuti lebih dari 9.000 peserta dan dihadiri lebih dari 13 ribu
pengunjung. Total hadiahnya pun mencapai Rp 500 juta.

Tak berhenti sampai di situ. Indonesia yang notabene tertinggal beberapa kali dalam menerima
perkembangan teknologi, termasuk game online, malah berkesempatan menjadi tempat lahirnya
sebuah sejarah baru bagi eSports dunia. Sebabnya, eSports resmi menjadi cabang olahraga (cabor)
ekshibisi di Asian Games 2018 yang digelar di Jakarta dan Palembang.

semua ini bermula dari kompetisi yang disebar di warnet-warnet. Dan akhirnya, Indonesia mulai
menuai hasilnya: menjadi panggung dunia yang mementaskan babak baru perjalanan eSports.
Pandangan masyarakat mengenai E-Sport sendiri
Penghasilan yang didapat dari bermain game atau mengikuti kejuaraan esport.

Dalam esport seorang atlet atau pemain dapat menghasilkan uang atau penghasilan dengan
berbagai macam cara seperti mengikuti tournament , gaji bulanan dari team yang menaungi, sponsor,
melakukan live streaming dan sebagainya.

Para atlet esport atau pemain game professional harus melakukan hal hal khusus untuk dapat
berpenghasilan , contoh : masuk dalam sebuah team professional , mengikuti latihan secara disiplin ,
mengikuti pertandingan , melakukan live streaming untuk menarik penonton agar mendukung teamnya,
serta untuk mempromosikan sponsor yang sudah disepakati.

Aldean Tegar, General Manager Evos Esports Indonesia mengatakan bahwa para pemain esports
di timnya di gaji layak dengan bayaran sekitar Rp5-6 juta. Jumlah tersebut masih bisa bertambah kala
mendapatkan bonus atau memenangkan pertandingan kompetisi.

"Selain itu, juga kan ada sponsor, biaya pokoknya sudah ditanggung. Jadi, mereka bersih
penghasilannya dan tinggal berfokus untuk ikut di pertandingan saja.” (Ilman A. Sudarwan, Wawancara,
25 Februari 2018).
Penulis memilih tema esport untuk dijadikan film documenter karena fenomena esport yang
saat ini sedang ramai diperbincangkan dan mempengaruhi kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, penulis
membuat film documenter ini memberikan informasi serta mengedukasi masyarakat tentang fenomena
esport itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai