Dosen Pengampu :
Ns. Tri Setyaningsih, M. Kep.,Sp.Kep. J
Ns. Dian Fitria, M. Kep.,Sp.Kep. J
Kelas : 3C D3 Keperawatan
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya sehingga kami sanggup menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan
Jiwa dengan judul “Makalah ODGJ dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan
Perilaku Kekerasan” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung tunjangan
banyak sekali pihak, sehingga sanggup memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu,
kami menerima saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi pembaca untuk mengangkat permasalahan lain.
Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................ 4
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
C. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................... 6
2
E. Faktor Presipitasi ........................................................................................ 17
G. Psikososial .................................................................................................... 18
8. Mekanisme Koping...................................................................................... 21
BAB IV .................................................................................................................... 30
PENUTUP ............................................................................................................... 30
A. Kesimpulan .................................................................................................... 30
B. Saran .............................................................................................................. 31
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut undang-undang nomor 18 tahun 2014 yaitu kondisi
seseroang atau individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial
sehingga mampu menyadari segala potensi dan kemampuan diri, mengatasi
tekanan, bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Seseorang disebut sebagaigangguan jiwa apabila individu tersebut
mengalami ketidakmampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk. Di
Indonesia, seseorang yang memiliki gangguan jiwadisebut sebagai orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ) (Herniyanti, 2019).
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
4
Mampu mengetahui gambaran kesehatan asuhan keperawatan jiwa pada
Tn. J dengan resiko perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan pengkajian keperawatan pada pasiengangguan perilaku
kekerasan.
kekerasan.
kekerasan.
Hasil penulisan yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar pada penulis
selanjutnya tentang asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
gangguan resiko perilaku kekerasan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Menurut Pardede,.(2020) Tanda dan gejala dengan perilaku yang
ditampilkan
Data Subjektif :
a) Mengungkapkan perasaan kesal atau marah.
6
Data Objektif :
c. Wajah memerah.
f. Amuk/agresif.
3. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
7
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
8
a. Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan
merasa lega.
b. Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang
tidak realistis.
c. Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan
yang sedang dialami.
d. Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati
orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai.
Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai
orang lain.
e. Amuk : Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara
menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai disertai melukai pada
tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai atau merusak secara
serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri (Muhith, 2015).
9
5. Pathway
6. Pohon Masalah
Akibat Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
7. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
a. Psikofarmakologi
Penggunaan obat-obatan untuk gangguan jiwa berkembang dari
penemuan neurobiologi. Obat-obatan tersebut memengaruhi sistem saraf
pusat (SSP) secara langsung dan selanjutnya memengaruhi perilaku,
persepsi, pemikiran, dan emosi (Videbeck, 2001). Menurut (Stuart dan
10
Laraia, 2005), beberapa kategori obat yang digunakan untuk mengatasi
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
1) Antianxiety dan Sedative Hipnotics : Obat-obatan ini dapat
mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti
Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan didalam kedaruratan
psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini
direkomendasikan untuk dalam waktu lama karena dapat
menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa
memperburuk gejala depresi. Selanjutnya pada beberapa klien yang
mengalami disinhibiting effect dari Benzodiazepines dapat
mengakibatkan peningkatan perilaku agresif. Buspirone obat
Antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang
berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan dengan
menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala,
demensia dan ’developmental disability’.
2) Antidepressant : Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif
dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.
Amitriptyline dan Trazodone, efektif untuk menghilangkan
agresivitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan
mental organik (Keliat, dkk., 2005).
b. Psikoterapi
Terapi kesehatan jiwa telah dipengaruhi oleh perubahan terkini
dalam perawatan kesehatan dan reimbursement, seperti pada semua area
kedokteran, keperawatan, dan disiplin ilmu keshatan terkait. Bagian ini
secara singkat menjelaskan modalitas terapi yang saat ini digunakan baik
pada lingkungan, rawat inap, maupun rawat jalan (Videbeck, 2001).
1) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan
lingkungan bagi semua klien ketika mencoba mengurangi atau
menghilangkan agresif. Aktivitas atau kelompok yang direncanakan
seperti permainan kartu, menonton dan mendiskusikan sebuah film,
atau diskusi informal memberikan klien kesempatan untuk
membicarakan peristiwa atau isu ketika klien tenang. Aktivitas juga
11
melibatkan klien dalam proses terapeutik dan meminimalkan
kebosanan.
Penjadwalan interaksi satu-satu dengan klien menunjukkan
perhatian perawat yang tulus terhadap klien dan kesiapan untuk
mendengarkan masalah, pikiran, serta perasaan klien. Mengetahui apa
yang diharapkan dapat meningkatkan rasa aman klien (Videbeck,
2001, hlm. 259).
2) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, klien berpartisipasi dalam sesi bersama
kelompok individu. Para anggota kelompok bertujuan sama dan
diharapkan memberi kontribusi kepada kelompok untuk membantu
yang lain dan juga mendapat bantuan dari yang lain. Peraturan
kelompok ditetapkan dan harus dipatuhi oleh semua anggota
kelompok. Dengan menjadi anggota kelompok klien dapat,
mempelajari cara baru memandang masalah atau cara koping atau
menyelesaikan masalah dan juga membantunya mempelajari
keterampilan interpersonal yang penting (Videbeck, 2001).
3) Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang
mengikutsertakan klien dan anggota keluarganya. Tujuannya ialah
memahami bagaimana dinamika keluarga memengaruhi
psikopatologi klien, memobilisasi kekuatan dan sumber fungsional
keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga yang maladaptif,
dan menguatkan perilaku penyelesaian masalah keluarga (Steinglass,
1995 dalam Videbeck, 2001).
4) Terapi individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan perubahan
pada individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan
perilakunya. Terapi ini memiliki hubungan personal antara ahli terapi
dan klien. Tujuan dari terapi individu yaitu, memahami diri dan
perilaku mereka sendiri, membuat hubungan personal, memperbaiki
hubungan interpersonal, atau berusaha lepas dari sakit hati atau
ketidakbahagiaan.
12
Hubungan antara klien dan ahli terapi terbina melalui tahap yang
sama dengan tahap hubungan perawat-klien: introduksi, kerja, dan
terminasi. Upaya pengendalian biaya yang ditetapkan oleh organisasi
pemeliharaan kesehatan dan lembaga asuransi lain mendorong upaya
mempercepat klien ke fase kerja sehingga memperoleh manfaat
maksimal yang mungkin dari terapi (Videbeck, 2001).
13
4) Alam perasaan
5) Afek
6) Interaksi selama wawancara
7) Persepsi
8) Pola piker
9) Tingkat kesadaran
10) Memori
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung
12) Kemampuan penilaian
13) Daya tilik diri
i. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
2) BAB/BAK
3) Mandi
4) Berpakaian/berhias
5) Istirahat dan tidur
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan
8) Kegiatan di dalam rumah
j. Mekanisme koping
1) Mampu berbicara dengan orang lain
2) Mampu menjelaskan masalah ringan
3) Lebih suka diam jika ada masalah
k. Masalah psikososial dan lingkungan
1) Masalah dengan kelompok
2) Masalah dengan lingkungan
3) Masalah dengan kesehatan
4) Masalah dengan perumahan
5) Masalah dengan ekonomi
l. Aspek medic
m. Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku:
1) Muka merah dan tegang
2) Pendangan tajam
14
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Megepalkan tangan
5) Jalan mondar-mandir
6) Bicara kasar
7) Mengancam secara verbal atau fisik
8) Melempar dan memukul
9) Merusak barang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual atau
potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan
proses kehidupan. Rumusan diagnosa keperawatan yaitu permasalahan
berhubungan dengan Etiologi dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara
ilmiah (Hidayat, 2019). Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia adalah :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Harga Diri Rendah Situasional.
c. Isolasi Sosial.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan menurut SDKI. SIKI, SLKI (2018).
a. Pencegahan Perilaku Kekerasan.
b. Promosi Harga Diri.
c. Promosi Sosialisasi.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
B. Identitas Klien :
Nama : Tn. R
Umur : 80 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl. Bendungan Melayu, Jakarta Utara
Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga
C. Alasan Masuk
Pada saat dilakukan pengkajian, di dapatkan data : Istri Pasien mengatakan pasien
suka marah - marah, mudah tersinggung dan memberontak dan melempar batu bila
di ejek dan digangu oleh anak - anak tetangga, istri pasien mengatakan biasa pergi
pada pagi hari dan pulang jam 12 malam dengan naik sepeda.
Masalah Keperawatan : Perilaku kekerasan
D. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Istri pasien mengatakan pasien mengalami depresi sebelum menikah dan
mengetahui suami ada kelainan jiwa setelah menikah
.
16
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga kurang baik karna sifat marah-marah
tanpa sebab.
3. Faktor psikologis
Klien mudah stress.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit keturunan seperti yaitu
hipertensi, dm, dan kanker.
E. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2. Faktor biokimia
Timbul rasa stress dan malu jika diejek oleh anak tetangga.
3. Faktor psikologis
Istri pasien mengatakan kalau klien pasien suka marah-marah, pemberontak
dan melempar batu jika di ejek oleh anak-anak tetangga.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
TD : 135 / 90 mmHg N : 80 x/mt S : 36.00C P: 18 x/mt
2. Ukur
TB : 170 cm BB : 50 kg
3. Keluhan Fisik
Klien mengeluhkan terkadang kepalanya nyeri.
17
G. Psikososial
1. Genogram
? ? ? ? ? ?
80 ?
? ?
? ? ? ? ? ?
Ket :
: Laki-laki X : Meninggal
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Pasien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang cacat.
b. Identitas diri
18
Pasien mengatakan hanya lulusan SMA
c. Peran diri
Keluarga Pasien mengatakan anak ketiga darienam bersaudara.
d. Ideal Diri
Pasien mengatakan menyadari sakitnya daningin cepat sembuh.
e. Harga Diri
Keluarga pasien mengatakan sering mandidan bersih-bersih.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Pasien mengatakan bahwakeluarganya adalah orang
yang sangat berarti baginya terutama istri dan anak anaknya, pasien juga
mengatakan menyesal suka marah marah dan suka menghancurkan barang
barang dirumah
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Pasien mengatakan
tidak mengikuti kegiatan di masyarakat
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Pasien beragama islam dan yakin dengan
agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : P asien tidak pernah beribadahtapi istri dan
anaknya selalu diajarkan untuk sholat dan bila tidak dikerjakan maka Allah
akan memotong kedua tangan dan kakinya.
H. Status Mental
1. Penampilan
19
4. Alam perasaan.
Pasien tidak mampu megespresikan perasaan sesuaikondisi pada saat emosi.
5. Interaksi selama wawancara.
Selama diwawancara pasien bersifat koperatif.
6. Persepsi
Pasien mengatakan sekali - kali mendengarkan suara yang Memicu
amarahnya dan ingin memukul orang yangdi sekitarnya.
7. Proses Pikir
Pasien mampu berbicara sesuai topik pembicaraan dan dapat merespon umpan
balik dan dapat mengulang hal penting yang disampaikan perawat, pasien juga
mengatakan sudah tidak serumah lagi dengan anak- anaknya dan rindu akan
anak-anaknya dan cucunya.
8. Isi pikir
Pasien mengatakan rindu kepada anak – anaknya beserta cucunya yang jauh
dimana sudah tidak serumah lagi dengan dirinya.
9. Tingkat Kesadaran
Pasien tidak mengalami gangguan orientasi, pasien mengenali Waktu, orang
dan tempat dan pasien mampu mengingat rumah sejauh pun dia pergi dan
selarut malampun dia bisa kembali kerumah.
10. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Pasien mampu menjawab pertanyaan dan hitungan sederhana, kemampuan
Penilain Pasien dapat membedakan tempat yang kotor dan bersih.
11. Daya titik diri
Pasien mengatakan sadar dirinya mengalami gangguanjiwa, namun
mengingkarinya.
2. Mandi
20
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari.Klien mandi menggunakan
sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
3. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Klien menggunakan baju dengan benar.
4. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur nyenyak , namun terkadang klien terbangun karena
ingin BAK.
5. Penggunaan Obat
Klien masih mengonsumsi obat yang rutin klien dapatkan dari puskesmas.
Hingga obat peambah darah dan vitamin.
6. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan sering menonton TV, dan berbincang-bincang dengan
keluarga dirumah.
7. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan klien jarang keluar rumah, keluar rumah hanya untuk ke
pasar dan keperluan yang mendesak.
8. Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada
istri dan anaknya.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mengatakan sering marah-marah dan memberontak jika ada anak-anak
tetangga yang mengejeknya.
10. Kurang Pengetahuan Tentang
Tidak ada.
11. Aspek Medis
Diagnosa : Perilaku kekerasan
21
J. Analisa Data
No Data Masalah
1. DS :
tidak terpenuhui
DO :
menunjukkan bermusuhan
• Mudah tersinggung
2. DS :
3. DS :
22
• Klien mengatakan kurang berinteraksi
social dengan masyarakat sekitar
Isolasi Sosial
• Klien mengatakan waktunya habis untuk
berdagang.
• Klien tidak ingin terlibat dengan
masyarakat umum
DO :
K. Daftar Masalah
1. Perilaku Kekerasan.
3. Isolasi Sosial.
L. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan b.d ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah.
2. Harga diri rendah situasional b.d perilaku tidak konsisten dengan nilai.
3. Isolasi sosial b.d ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma.
M. Intervensi Keperawatan
23
. control diri (L.09076) a. Monitor adanya benda yang berpotensi
meningkat. membahayakan (mis.benda tajam, tali).
Edukasi:
24
b. Perasaan memiliki Terapeutik:
kelebihan atau
a. Motivasi terlibat dalam verbalisasi
kemampuan positif
positif untuk diri sendiri.
meningkat.
b. Motivasi tantangan atau hal baru.
c. Minat mencoba hal
baru meningkat. c. Diskusikan pertanyaan tentang harga
diri.
d. Aktif meningkat.
d. Diskusikan kepercayaan tentang harga
e. Perasaan tidak
diri.
mampu melakukan
apapun menurun. e. Diskusikan pengalaman yang
meningkatkan harga diri.
Edukasi:
25
a. Minat interaksi Terapeutik:
meningkat.
a. Motivasi meningkatkan keterlibatan
b. Verbalisasi isolasi dalam suatu hubungan.
menurun.
b. Motivasi kesabaran dalam
c. Verbalisasi mengembangkan suatu hubungan.
ketidakamanan
c. Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas
ditempat umum
baru dan kegiatan kelompok.
menurun.
d. Motivasi berinteraksi diluar
d. Perilaku menarik
lingkungan (mis jalan- jalan, ketoko
diri menurun.
buku).
e. Afek murung/sedih
e. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan
menurun.
dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Edukasi:
26
c. Anjurkan meningktakan kejujuran diri
dan menghormati hak orang lain.
B. Implementasi Keperawatan
Tgl./ No. Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan
Waktu DK Nama Jelas
16/09/23
09.10 1. Kelompok 4
Monitor adanya benda yang berpotensi
membahayakan.
Hasil : Istri klien mengatakan klien sering melepar
batu kepada anak tetangga jika klien diejek-ejek .
09.20 2.
Memonitor verbilisasi yang merendahkan diri
sendiri.
Hasil : Klien mengatakan merasa tidak percaya diri
untuk berinteraksi dengan orang sekitar dan klien
merasa malu karena sering diejek-ejek oleh anak
tetangga
27
C. Evaluasi (Catatan Perkembangan)
28
c. Minat mencoba hal baru meningkat.
d. Aktif meningkat.
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gambaran dari hasil pengkajian didapatkan ialah pasien mudah tersinggung,
mudah marah, saat marah wajah pasien nampak merah dan tegang, mata
molotot. Istri pasien mengatakan ketika keinginannya tidak dipenuhi pasien
langsung marah dan melempar barang-barang yang ada disekitar.
2. Diagnosa keperawatan pada Tn. R yaitu risiko perilaku kekerasan.
3. Pada pengkajian pasien mudah tersinggung. Saat marah pasien menunjukkan
wajah tegang, mata melotot, wajah pasien nampak merah, Pasien juga sering
melempar barang- barang yang ada disekitarnya. gejala di atas menunjukkan
tindakan berisiko yang dapat mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
perilaku kekerasan merupakan tindakan yang berisiko dapat membahayakan
atau mencederai secara fisik, emosional, dan atau seksual pada diri sendiri atau
oranglain.
4. Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan
keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian dan
penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya
30
dan signifikan terhadap pengendalian emosi dan mengurangi gejala risiko
perilaku kekerasan pada pasien.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Keperawatan Perlu adanya pengembangan teori terhadap terapi-terapi
keperawatan dan pelatihan terkait intervensi keperawatan pada pasien perilaku
kekerasan
2. Bagi Rumah Sakit
Perlu adanya pengembangan program dalam meningkatkan kesadaran pasien
dan masyarakat terhadap pentingnya pengobatan secara teratur dan penanganan
pada individu yang mengalami gangguan jiwa. Selain itu, penyediaan media
terapi murottal dan dzikir, seperti spiritual kita diharapkan agar tidak hanya
memberikan ketenangan tetapi juga memenuhi kebutuhan spiritual bagi pasien
3. Bagi Keluarga dan masyarakat
a. Bagi Keluarga
Keluarga dapat berperan penting dalam masa penyembuhan pasien,
keluarga harus memperhatikan obat dikonsumsi serta membawa pasien
kontrol secara teratur ke pelayanan kesehatan.
b. Bagi masyarakat
masyarakat disarankan agar tidak mencemooh, mendiskriminasi dan
menganggap sebuah aib orang dengan gangguan jiwa atau memiliki
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Kita harus menyadari
31
DAFTAR PUSTAKA
Herniyanti, R., Hema, M., & Netrida. (2019). Pengaruh Terapi Murrotal Terhadap
Perubahan Perilaku Kekerasan Klien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan. Vol. 11(3).
32