Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ODGJ DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu :
Ns. Tri Setyaningsih, M. Kep.,Sp.Kep. J
Ns. Dian Fitria, M. Kep.,Sp.Kep. J

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Dinda Firdaus 2110095
Elkana Dame Hotmaria S 2110082
Farhanah Andika Putri 2110093
Kaisar Yordan Fanggidae 2110100
Muhamad Aswan 2110084
Nurul Khoryati 2110091
Silvana Aqila S 2110083

Kelas : 3C D3 Keperawatan

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya sehingga kami sanggup menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan
Jiwa dengan judul “Makalah ODGJ dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan
Perilaku Kekerasan” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung tunjangan
banyak sekali pihak, sehingga sanggup memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu,
kami menerima saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat
bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi pembaca untuk mengangkat permasalahan lain.

Jakarta, 18 September 2023

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

MAKALAH ODGJ DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN ............................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 2

BAB I ......................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................ 4
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
C. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5

BAB II ....................................................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 6


A. Konsep Gangguan Perilaku Kekerasan ........................................................... 6
1. Definisi ............................................................................................................ 6
2. Etiologi ............................................................................................................ 6
3. Manifestasi Klinis .......................................................................................... 7
4. Rentang Respon Konsep Diri ....................................................................... 8
5. Pathway ........................................................................................................ 10
6. Pohon Masalah ............................................................................................ 10
7. Penatalaksanaan .......................................................................................... 10

B. Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................... 13


1. Pengkajian .................................................................................................... 13
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 15
3. Intervensi Keperawatan.............................................................................. 15

BAB III .................................................................................................................... 16

TINJAUAN KASUS ............................................................................................... 16


A. Pengkajian. .................................................................................................... 16
B. Identitas Klien : ............................................................................................ 16

C. Alasan Masuk .............................................................................................. 16

D. Faktor Predisposisi ...................................................................................... 16

2
E. Faktor Presipitasi ........................................................................................ 17

F. Pemeriksaan Fisik ....................................................................................... 17

G. Psikososial .................................................................................................... 18

Masalah Keperawatan : Perilaku kekerasan....................................................... 19

H. Status Mental ............................................................................................... 19

I. Pola Makan dan Eliminasi .......................................................................... 20

8. Mekanisme Koping...................................................................................... 21

J. Analisa Data ................................................................................................. 22

BAB IV .................................................................................................................... 30

PENUTUP ............................................................................................................... 30
A. Kesimpulan .................................................................................................... 30
B. Saran .............................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 32

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut undang-undang nomor 18 tahun 2014 yaitu kondisi
seseroang atau individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial
sehingga mampu menyadari segala potensi dan kemampuan diri, mengatasi
tekanan, bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Seseorang disebut sebagaigangguan jiwa apabila individu tersebut
mengalami ketidakmampuan menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk. Di
Indonesia, seseorang yang memiliki gangguan jiwadisebut sebagai orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ) (Herniyanti, 2019).

Menurut (WHO, 2016) 21 juta orang dengan skizofrenia dengan prevalensi


pasien dengan perilaku kekerasan di dunia. Berdasarkan data Nasional Indonesia
tahun 2017 dengan risiko perilaku kekerasan sekitar 0,8 % atau dari 10.000 orang.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa angka kejadian risiko perilaku kekerasan
sangatlah tinggi. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami
risiko perilaku kekerasan adalah dapat mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Berdasarkan data yang di dapatkan dari RSJProf. M. Ildrem Provsu medan tahun
2018 total pasien 4.341 orang dan yang mengalami risiko perilaku kekerasan
sebanyak 3,6% (155 orang) dari total keseluruhannya.

Implementasi yang dilakukan pada pasien perilaku kekerasan diantaranya


adalah membina hubungan saling percaya, melakukan pengkajian mulai dari
identitas pasien, alasan masuk, factor prediposisi,pemeriksaan fisik, konsep diri,
masalah psikososial dan lingkungan spiritual status mental kebutuhan persiapan
pulang, mekanisme koping dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses
keperawatan dari membina hubungan saling percaya, dan menggunakan obat
sesuaiprogram yang telah ditetapkan.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

4
Mampu mengetahui gambaran kesehatan asuhan keperawatan jiwa pada
Tn. J dengan resiko perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan pengkajian keperawatan pada pasiengangguan perilaku

kekerasan.

b. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan pada pasiengangguan perilaku

kekerasan.

c. Untuk melakukan intervensi keperawatan pada pasien gangguan perilaku

kekerasan.

d. Untuk melakukan implementasi keperawatan pada pasien gangguan


perilaku kekerasan.
e. Untuk melakukan evaluasi keperawatan pada pasien gangguan perilaku
kekerasan.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulisan

Hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah


pengetahuan dan wawasan dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan pada
penulis tentang asuhan keperawatan pada klien dengan masalah gangguan
resiko perilaku kekerasan.
2. Institusi Pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan


pembelajaran di Prodi D3 Keperawatan STIKES RS Husada untuk
pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah gangguan resiko perilaku kekerasan.
3. Bagi penulis selanjutnya

Hasil penulisan yang diperoleh ini dapat menjadi data dasar pada penulis
selanjutnya tentang asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
gangguan resiko perilaku kekerasan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gangguan Perilaku Kekerasan


1. Definisi
Gangguan perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun
orang lain dan dapat merusak lingkungan sekitar. Tanda dan gejala resiko
perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat,
denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah tersinggung, marah, amuk
serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain (Pardede, Siregar &
Hulu, 2020).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendari perilaku
seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh
diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan
pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau
membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa
perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting dan semua yang ada di
lingkungan.Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar melakukan
kekerasan dirumah.Perawat harus jeli dalam melakukan pengkajian untuk
menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan selama dirumah
(Yusuf, 2015).

2. Etiologi
Menurut Pardede,.(2020) Tanda dan gejala dengan perilaku yang
ditampilkan

Data Subjektif :
a) Mengungkapkan perasaan kesal atau marah.

b) Keinginan untuk melukai diri sendiri,orang lain dan lingkungan.

c) Klien suka membentak dan menyerang orang lain.

6
Data Objektif :

a. Mata melotot/ pandangan tajam.

b. Tangan mengepal dan Rahang mengatup.

c. Wajah memerah.

d. Postur tubuh kaku.

e. Bicara kasar, ketus.

f. Amuk/agresif.

g. Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/ oranglain.

3. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
7
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

4. Rentang Respon Konsep Diri


Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri
sendiri dan menganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan
langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Oleh karnanya
perawat harus pula mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi
positif marah.(Muhith, 2015)

Respon adaptif Respon maladaptif


Asertif Frustasi Pasif Agresif amuk

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan


melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan
menantang merupakan respon yang maladaptif, yaitu agresif-kekerasan
perilaku yang menampakkan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu
:

8
a. Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan
merasa lega.
b. Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang
tidak realistis.
c. Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan
yang sedang dialami.
d. Agresif: memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati
orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai.
Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai
orang lain.
e. Amuk : Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara
menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai disertai melukai pada
tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai atau merusak secara
serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri (Muhith, 2015).

9
5. Pathway

6. Pohon Masalah
Akibat Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Core problem Perilaku kekerasan/amuk

Sebab Mekanisme koping tidak efektif: gangguan harga diri

7. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
a. Psikofarmakologi
Penggunaan obat-obatan untuk gangguan jiwa berkembang dari
penemuan neurobiologi. Obat-obatan tersebut memengaruhi sistem saraf
pusat (SSP) secara langsung dan selanjutnya memengaruhi perilaku,
persepsi, pemikiran, dan emosi (Videbeck, 2001). Menurut (Stuart dan
10
Laraia, 2005), beberapa kategori obat yang digunakan untuk mengatasi
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
1) Antianxiety dan Sedative Hipnotics : Obat-obatan ini dapat
mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti
Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan didalam kedaruratan
psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini
direkomendasikan untuk dalam waktu lama karena dapat
menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa
memperburuk gejala depresi. Selanjutnya pada beberapa klien yang
mengalami disinhibiting effect dari Benzodiazepines dapat
mengakibatkan peningkatan perilaku agresif. Buspirone obat
Antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang
berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan dengan
menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera kepala,
demensia dan ’developmental disability’.
2) Antidepressant : Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif
dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.
Amitriptyline dan Trazodone, efektif untuk menghilangkan
agresivitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan
mental organik (Keliat, dkk., 2005).
b. Psikoterapi
Terapi kesehatan jiwa telah dipengaruhi oleh perubahan terkini
dalam perawatan kesehatan dan reimbursement, seperti pada semua area
kedokteran, keperawatan, dan disiplin ilmu keshatan terkait. Bagian ini
secara singkat menjelaskan modalitas terapi yang saat ini digunakan baik
pada lingkungan, rawat inap, maupun rawat jalan (Videbeck, 2001).
1) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan
lingkungan bagi semua klien ketika mencoba mengurangi atau
menghilangkan agresif. Aktivitas atau kelompok yang direncanakan
seperti permainan kartu, menonton dan mendiskusikan sebuah film,
atau diskusi informal memberikan klien kesempatan untuk
membicarakan peristiwa atau isu ketika klien tenang. Aktivitas juga

11
melibatkan klien dalam proses terapeutik dan meminimalkan
kebosanan.
Penjadwalan interaksi satu-satu dengan klien menunjukkan
perhatian perawat yang tulus terhadap klien dan kesiapan untuk
mendengarkan masalah, pikiran, serta perasaan klien. Mengetahui apa
yang diharapkan dapat meningkatkan rasa aman klien (Videbeck,
2001, hlm. 259).
2) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, klien berpartisipasi dalam sesi bersama
kelompok individu. Para anggota kelompok bertujuan sama dan
diharapkan memberi kontribusi kepada kelompok untuk membantu
yang lain dan juga mendapat bantuan dari yang lain. Peraturan
kelompok ditetapkan dan harus dipatuhi oleh semua anggota
kelompok. Dengan menjadi anggota kelompok klien dapat,
mempelajari cara baru memandang masalah atau cara koping atau
menyelesaikan masalah dan juga membantunya mempelajari
keterampilan interpersonal yang penting (Videbeck, 2001).
3) Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang
mengikutsertakan klien dan anggota keluarganya. Tujuannya ialah
memahami bagaimana dinamika keluarga memengaruhi
psikopatologi klien, memobilisasi kekuatan dan sumber fungsional
keluarga, merestrukturisasi gaya perilaku keluarga yang maladaptif,
dan menguatkan perilaku penyelesaian masalah keluarga (Steinglass,
1995 dalam Videbeck, 2001).
4) Terapi individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan perubahan
pada individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan
perilakunya. Terapi ini memiliki hubungan personal antara ahli terapi
dan klien. Tujuan dari terapi individu yaitu, memahami diri dan
perilaku mereka sendiri, membuat hubungan personal, memperbaiki
hubungan interpersonal, atau berusaha lepas dari sakit hati atau
ketidakbahagiaan.

12
Hubungan antara klien dan ahli terapi terbina melalui tahap yang
sama dengan tahap hubungan perawat-klien: introduksi, kerja, dan
terminasi. Upaya pengendalian biaya yang ditetapkan oleh organisasi
pemeliharaan kesehatan dan lembaga asuransi lain mendorong upaya
mempercepat klien ke fase kerja sehingga memperoleh manfaat
maksimal yang mungkin dari terapi (Videbeck, 2001).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Penanggung jawab
c. Keluhan utama
d. Alasan masuk.
e. Faktor predisposisi
1) Riwayat penyakit pasien
2) Riwayat pengobatan
3) Riwayat trauma
4) Riwayat penyakit keluarga
5) Riwayat masa lalu yang tidak menyenangkan
f. Pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital, TB, BB, kondisi fisik
g. Psikososial
1) Genogram
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
b) Identitas
c) Peran
d) Ideal diri
e) Harga diri
3) Hubungan sosial: dengan orang terdekat, dalam masyarakat, hambatan
dalam hubungan dengan orang lain.
4) Spiritual: nilai keyakinan, kegiatan ibadah.
h. Status mental
1) Penampilan
2) Pembicaraan
3) Aktivitas motorik

13
4) Alam perasaan
5) Afek
6) Interaksi selama wawancara
7) Persepsi
8) Pola piker
9) Tingkat kesadaran
10) Memori
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung
12) Kemampuan penilaian
13) Daya tilik diri
i. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
2) BAB/BAK
3) Mandi
4) Berpakaian/berhias
5) Istirahat dan tidur
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan
8) Kegiatan di dalam rumah
j. Mekanisme koping
1) Mampu berbicara dengan orang lain
2) Mampu menjelaskan masalah ringan
3) Lebih suka diam jika ada masalah
k. Masalah psikososial dan lingkungan
1) Masalah dengan kelompok
2) Masalah dengan lingkungan
3) Masalah dengan kesehatan
4) Masalah dengan perumahan
5) Masalah dengan ekonomi
l. Aspek medic
m. Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku:
1) Muka merah dan tegang
2) Pendangan tajam

14
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Megepalkan tangan
5) Jalan mondar-mandir
6) Bicara kasar
7) Mengancam secara verbal atau fisik
8) Melempar dan memukul
9) Merusak barang.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual atau
potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan
proses kehidupan. Rumusan diagnosa keperawatan yaitu permasalahan
berhubungan dengan Etiologi dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara
ilmiah (Hidayat, 2019). Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia adalah :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Harga Diri Rendah Situasional.
c. Isolasi Sosial.

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan menurut SDKI. SIKI, SLKI (2018).
a. Pencegahan Perilaku Kekerasan.
b. Promosi Harga Diri.
c. Promosi Sosialisasi.

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengkajian Keperawatan Jiwa


Nama Kelompok : 4 (Empat)
Kelas : 3C D3 Keperawatan
A. Pengkajian.
Tanggal Pengkajian : 19 September 2023
Ruang Rawat : Nusa Indah K-1
Tanggal Dirawat : 19 September 2023
No. Reg : RG0945673
Diagnosa Medis : Fractur

B. Identitas Klien :
Nama : Tn. R
Umur : 80 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl. Bendungan Melayu, Jakarta Utara
Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga

C. Alasan Masuk
Pada saat dilakukan pengkajian, di dapatkan data : Istri Pasien mengatakan pasien
suka marah - marah, mudah tersinggung dan memberontak dan melempar batu bila
di ejek dan digangu oleh anak - anak tetangga, istri pasien mengatakan biasa pergi
pada pagi hari dan pulang jam 12 malam dengan naik sepeda.
Masalah Keperawatan : Perilaku kekerasan

D. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Istri pasien mengatakan pasien mengalami depresi sebelum menikah dan
mengetahui suami ada kelainan jiwa setelah menikah
.

16
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga kurang baik karna sifat marah-marah
tanpa sebab.
3. Faktor psikologis
Klien mudah stress.

4. Faktor genetik
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit keturunan seperti yaitu
hipertensi, dm, dan kanker.

E. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.

2. Faktor biokimia
Timbul rasa stress dan malu jika diejek oleh anak tetangga.

3. Faktor psikologis
Istri pasien mengatakan kalau klien pasien suka marah-marah, pemberontak
dan melempar batu jika di ejek oleh anak-anak tetangga.

F. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
TD : 135 / 90 mmHg N : 80 x/mt S : 36.00C P: 18 x/mt
2. Ukur
TB : 170 cm BB : 50 kg
3. Keluhan Fisik
Klien mengeluhkan terkadang kepalanya nyeri.

17
G. Psikososial
1. Genogram

? ? ? ? ? ?

80 ?

? ?
? ? ? ? ? ?

Ket :

: Laki-laki X : Meninggal

: Perempuan ? : Umur tidak diketahui

: Pasien : tinggal serumah

Jelaskan : Tn.R merupakan pasien yang saat ini tinggal bersama


keluarganya. Status menikah dengan memiliki 9 anak dengan kondisi yang
sekarang yang lagi terganggu suka marah marah, mudah tersinggung,
memberontak danmelempar batu bila diejek apabila diganggu oleh anak –
anak tetangga.

2. Konsep Diri

a. Citra tubuh
Pasien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang cacat.

b. Identitas diri
18
Pasien mengatakan hanya lulusan SMA

c. Peran diri
Keluarga Pasien mengatakan anak ketiga darienam bersaudara.

d. Ideal Diri
Pasien mengatakan menyadari sakitnya daningin cepat sembuh.

e. Harga Diri
Keluarga pasien mengatakan sering mandidan bersih-bersih.

Masalah Keperawatan : Perilaku kekerasan

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Pasien mengatakan bahwakeluarganya adalah orang
yang sangat berarti baginya terutama istri dan anak anaknya, pasien juga
mengatakan menyesal suka marah marah dan suka menghancurkan barang
barang dirumah
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Pasien mengatakan
tidak mengikuti kegiatan di masyarakat
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Pasien beragama islam dan yakin dengan
agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : P asien tidak pernah beribadahtapi istri dan
anaknya selalu diajarkan untuk sholat dan bila tidak dikerjakan maka Allah
akan memotong kedua tangan dan kakinya.

H. Status Mental
1. Penampilan

Penampilan pasien nampak kelihatan kotor dan kurangrapi.


2. Pembicaraan
Pasien berbicara lambat, tangan mengepal.
3. Aktivitas motorik
Pasien mengatakan bisa melakukan aktifitas sehari-hari.

19
4. Alam perasaan.
Pasien tidak mampu megespresikan perasaan sesuaikondisi pada saat emosi.
5. Interaksi selama wawancara.
Selama diwawancara pasien bersifat koperatif.
6. Persepsi
Pasien mengatakan sekali - kali mendengarkan suara yang Memicu
amarahnya dan ingin memukul orang yangdi sekitarnya.
7. Proses Pikir
Pasien mampu berbicara sesuai topik pembicaraan dan dapat merespon umpan
balik dan dapat mengulang hal penting yang disampaikan perawat, pasien juga
mengatakan sudah tidak serumah lagi dengan anak- anaknya dan rindu akan
anak-anaknya dan cucunya.
8. Isi pikir
Pasien mengatakan rindu kepada anak – anaknya beserta cucunya yang jauh
dimana sudah tidak serumah lagi dengan dirinya.
9. Tingkat Kesadaran
Pasien tidak mengalami gangguan orientasi, pasien mengenali Waktu, orang
dan tempat dan pasien mampu mengingat rumah sejauh pun dia pergi dan
selarut malampun dia bisa kembali kerumah.
10. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Pasien mampu menjawab pertanyaan dan hitungan sederhana, kemampuan
Penilain Pasien dapat membedakan tempat yang kotor dan bersih.
11. Daya titik diri
Pasien mengatakan sadar dirinya mengalami gangguanjiwa, namun
mengingkarinya.

I. Pola Makan dan Eliminasi

1. Makan dan minum


Klien makan 3 kali sehari dengan porsi seperti biasanya dan habis, klien dapat
makan tanpa bantuan.
1. BAB/BAK
Klien dapat BAK dan BAB sendiri.

2. Mandi

20
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari.Klien mandi menggunakan
sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
3. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain.
Klien menggunakan baju dengan benar.
4. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur nyenyak , namun terkadang klien terbangun karena
ingin BAK.
5. Penggunaan Obat
Klien masih mengonsumsi obat yang rutin klien dapatkan dari puskesmas.
Hingga obat peambah darah dan vitamin.
6. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan sering menonton TV, dan berbincang-bincang dengan
keluarga dirumah.
7. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan klien jarang keluar rumah, keluar rumah hanya untuk ke
pasar dan keperluan yang mendesak.

8. Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada
istri dan anaknya.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mengatakan sering marah-marah dan memberontak jika ada anak-anak
tetangga yang mengejeknya.
10. Kurang Pengetahuan Tentang
Tidak ada.
11. Aspek Medis
Diagnosa : Perilaku kekerasan

21
J. Analisa Data

No Data Masalah

1. DS :

• Pasien mengatakan suka marah jika

diganggu oleh anak anak tetangganya

• Pasien mengatakan merasa marah Perilaku Kekerasan

den jengkel apabila keinginannya

tidak terpenuhui

DO :

• Mata klien tanpak tajam seperti

menunjukkan bermusuhan

• Raut wajah tegang

• Mudah tersinggung
2. DS :

• Klien merasa tidak percaya diri untuk Harga Diri Rendah


Situasional
berinteraksi dengan orang sekitar
• Klien merasa malu karena sering diejek-
ejek oleh anak tetangga
DO :

• Raut wajah klien sangat sedih saat


mengatakan hal di atas.
• Terkadang mata klien tampak berkaca-
kaca

3. DS :

22
• Klien mengatakan kurang berinteraksi
social dengan masyarakat sekitar
Isolasi Sosial
• Klien mengatakan waktunya habis untuk
berdagang.
• Klien tidak ingin terlibat dengan
masyarakat umum

DO :

• Klien hanya dirumah saja


• Klien tampak sering melamun dan
menyendiri

K. Daftar Masalah

1. Perilaku Kekerasan.

2. Harga Diri Rendah Situasional.

3. Isolasi Sosial.

L. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan b.d ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah.
2. Harga diri rendah situasional b.d perilaku tidak konsisten dengan nilai.
3. Isolasi sosial b.d ketidaksesuaian perilaku sosial dengan norma.

M. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan


Keperawatan Hasil

1. Perilaku Setelah dilakukan Pencegahan Perilaku Kekerasan


kekerasan b.d Tindakan (I.14544).
mengendalikan
dorongan marah keperawatan selama 3
Observasi:
x 24 jam.maka

23
. control diri (L.09076) a. Monitor adanya benda yang berpotensi
meningkat. membahayakan (mis.benda tajam, tali).

Kriteria hasil : b. Monitor keamanan barang yang


dibawa oleh pengunjung.
a. Perilaku
menyerang menurun c. Monitor selama penggunaan barang
menurun. yang dapat membahayakan (mis pisau
cukur).
b. Perilaku
agresif/amuk Terapeutik:
menurun.
a. Pertahankan lingkungan bebas dari
c. Suara keras bahaya secara rutin.
menurun.
b. Libatkan keluarga dalam perawatan

Edukasi:

a. Anjurkan pengunjung dan keluarga


untuk mendukung keselamatan pasien.

b. Latih cara mengungkapkan perasaan


secara asertif.

c. Latih mengurangi kemarahan secara


verbal dan non verbal (mis relaksasi,
bercerita

Setelah dilakukan Promosi Harga Diri (I.09307)


2. Harga diri
rendah situasional tindakan keperawatan
b.d perilaku tidak Observasi :
selama 3 x 24 jam,
konsisten dengan
nilai. maka Harga Diri a. Identifikasi budaya, agama, ras, jenis
(L.09069) meningkat. kelamin, dan usia terhadap harga diri.

Kriteria hasil: b. Monitor verbilisasi yang merendahkan


diri sendiri.
a. Penilaian diri
positif meningkat.

24
b. Perasaan memiliki Terapeutik:
kelebihan atau
a. Motivasi terlibat dalam verbalisasi
kemampuan positif
positif untuk diri sendiri.
meningkat.
b. Motivasi tantangan atau hal baru.
c. Minat mencoba hal
baru meningkat. c. Diskusikan pertanyaan tentang harga
diri.
d. Aktif meningkat.
d. Diskusikan kepercayaan tentang harga
e. Perasaan tidak
diri.
mampu melakukan
apapun menurun. e. Diskusikan pengalaman yang
meningkatkan harga diri.

f. Diskusikan persepsi negative diri.

g. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas


yang meningkatkan harga diri.

Edukasi:

a. Jelaskan kepada keluarga pentingnya


dukungan dalam perkembangan konsep
positif diri pasien.

3. Isolasi Sosial Setelah dilakukan Promosi Sosialisasi (I.13498)


b.d tindakan keperawatan
Observasi :
ketidaksesuaian selama 3 x 24 jam,
perilaku sosial maka Keterlibatan a. Identifikasi kemampuan melakukan
dengan norma Sosial (L.13116) interaksi dengan orang lain.
meningkat.
b. Identifikasi hambatan melakukan
Kriteria hasil: interaksi dengan orang.

25
a. Minat interaksi Terapeutik:
meningkat.
a. Motivasi meningkatkan keterlibatan
b. Verbalisasi isolasi dalam suatu hubungan.
menurun.
b. Motivasi kesabaran dalam
c. Verbalisasi mengembangkan suatu hubungan.
ketidakamanan
c. Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas
ditempat umum
baru dan kegiatan kelompok.
menurun.
d. Motivasi berinteraksi diluar
d. Perilaku menarik
lingkungan (mis jalan- jalan, ketoko
diri menurun.
buku).
e. Afek murung/sedih
e. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan
menurun.
dalam berkomunikasi dengan orang lain.

f. Diskusikan perencanaan kegiatan


dimasa depan.

g. Berikan umpan balik positif dalam


perawatan diri.

h. Berikan umpan balik positif pada


setiap peningkatan kemampuan.

Edukasi:

a. Anjurkan berinteraksi dengan orang


lam secara bertahap.

b. Anjurkan ikut serta kegiatan social dan


kemasyarakatan Anjurkan berbagi
pengalaman dengan orang lain.

26
c. Anjurkan meningktakan kejujuran diri
dan menghormati hak orang lain.

d. Anjurkan penggunaan alat bantu (mis


kacamata dan alat bantu dengar).

e. Anjurkan membuat perencanaan


kelompok kecil untuk kegiatan khusus.

B. Implementasi Keperawatan
Tgl./ No. Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan
Waktu DK Nama Jelas
16/09/23
09.10 1. Kelompok 4
Monitor adanya benda yang berpotensi
membahayakan.
Hasil : Istri klien mengatakan klien sering melepar
batu kepada anak tetangga jika klien diejek-ejek .

09.20 2.
Memonitor verbilisasi yang merendahkan diri
sendiri.
Hasil : Klien mengatakan merasa tidak percaya diri
untuk berinteraksi dengan orang sekitar dan klien
merasa malu karena sering diejek-ejek oleh anak
tetangga

09.30 3. Mengidentifikasi kemampuan melakukan interaksi


dengan orang lain.
Hasil : Klien mengatakan kurang berinteraksi
sosial dengan masyarakat sekitar karna sibuk
berdagang.

27
C. Evaluasi (Catatan Perkembangan)

No. Hari/Tgl/Jam Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


DK Nama Jelas
(Mengacu pada tujuan)
1. Selasa, 19 Perilaku kekerasan b.d mengendalikan
September dorongan marah
2023
S : Istri klien mengatakan klien sering melepar Kelompok 4

Jam : 09.30 batu kepada anak tetangga jika klien diejek-


ejek.

O : Mata klien tanpak tajam seperti

menunjukkan bermusuhan, raut wajah

tegang dan mudah tersinggung

A : Perilaku kekerasan masih ada.


P : a. Perilaku menyerang menurun menurun.

b. Perilaku agresif/amuk menurun.

c. Suara keras menurun.


2. Selasa, 18 Harga diri rendah situasional b.d perilaku
September tidak konsisten dengan nilai.
Kelompok 4
2023
S : Klien merasa tidak percaya diri untuk
berinteraksi dengan orang sekitar, klien merasa
Jam : 09.30
malu karena sering diejek-ejek oleh anak
tetangga.

O : Raut wajah klien sangat sedih saat


mengatakan hal di atas dan terkadang mata
klien tampak berkaca-kaca.
A : Harga diri rendah situasional masih ada.
P : a. Penilaian diri positif meningkat.

b. Perasaan memiliki kelebihan atau


kemampuan positif meningkat.

28
c. Minat mencoba hal baru meningkat.

d. Aktif meningkat.

e. Perasaan tidak mampu melakukan apapun


menurun.
3. Selasa, 19 Isolasi sosial b.d ketidaksesuaian perilaku
September sosial dengan norma.
Kelompok 4
2023
S : Klien mengatakan kurang berinteraksi
Jam : 09.30 social dengan masyarakat sekitar, klien
mengatakan waktunya habis untuk
berdagang, klien tidak ingin terlibat dengan
masyarakat umum.
O : Klien hanya dirumah saja dan klien
tampak sering melamun dan menyendiri.
A : Isolasi social masih ada.
P : a. Minat interaksi meningkat.

b. Verbalisasi isolasi menurun.

c. Verbalisasi ketidakamanan ditempat umum


menurun.

d. Perilaku menarik diri menurun.

e. Afek murung/sedih menurun.

29
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Gambaran dari hasil pengkajian didapatkan ialah pasien mudah tersinggung,
mudah marah, saat marah wajah pasien nampak merah dan tegang, mata
molotot. Istri pasien mengatakan ketika keinginannya tidak dipenuhi pasien
langsung marah dan melempar barang-barang yang ada disekitar.
2. Diagnosa keperawatan pada Tn. R yaitu risiko perilaku kekerasan.
3. Pada pengkajian pasien mudah tersinggung. Saat marah pasien menunjukkan
wajah tegang, mata melotot, wajah pasien nampak merah, Pasien juga sering
melempar barang- barang yang ada disekitarnya. gejala di atas menunjukkan
tindakan berisiko yang dapat mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
perilaku kekerasan merupakan tindakan yang berisiko dapat membahayakan
atau mencederai secara fisik, emosional, dan atau seksual pada diri sendiri atau
oranglain.
4. Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan
keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian dan
penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya

5. menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan pohon masalah


keperawatan yaitu perilaku kekerasan.
6. Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Tn. Rdan disimpulkan
bahwa pasien dapat mengontrol risiko perilaku kekerasan dengan terapi yang di
ajarkan oleh mahasiwa. Dimana pasien dapat melakukan tarik nafas dalam,
memukul bantal secara mandiri untuk mengontrol amarahnya. Pasien juga
minum obat secara teratur dan berbicara secara baik-baik jika ingin meminta
sesuatu atau melakukan penolakan, hingga pasien dapat melakukan spritual
sesuai ajaran agama yang dianut.
7. Evaluasi pada risiko perilaku kekerasan diberikan terapi yaitu mengajarkan
tehnik tarik napas dalam, mengajarkan cara mengontrol emosi yaitu memukul
bantar secara mandiri, diberikn terapi obat secara teratur, dan diajarkan untuk
melakukan sholat 5 waktu oleh keluarganya.
8. Hasil analisis intervensi terapi diatas terbukti memberikan pengaruh yang baik

30
dan signifikan terhadap pengendalian emosi dan mengurangi gejala risiko
perilaku kekerasan pada pasien.

B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Keperawatan Perlu adanya pengembangan teori terhadap terapi-terapi
keperawatan dan pelatihan terkait intervensi keperawatan pada pasien perilaku
kekerasan
2. Bagi Rumah Sakit
Perlu adanya pengembangan program dalam meningkatkan kesadaran pasien
dan masyarakat terhadap pentingnya pengobatan secara teratur dan penanganan
pada individu yang mengalami gangguan jiwa. Selain itu, penyediaan media
terapi murottal dan dzikir, seperti spiritual kita diharapkan agar tidak hanya
memberikan ketenangan tetapi juga memenuhi kebutuhan spiritual bagi pasien
3. Bagi Keluarga dan masyarakat
a. Bagi Keluarga
Keluarga dapat berperan penting dalam masa penyembuhan pasien,
keluarga harus memperhatikan obat dikonsumsi serta membawa pasien
kontrol secara teratur ke pelayanan kesehatan.
b. Bagi masyarakat
masyarakat disarankan agar tidak mencemooh, mendiskriminasi dan
menganggap sebuah aib orang dengan gangguan jiwa atau memiliki
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Kita harus menyadari

bahwa mereka menderita penyakit yang menyerangneuro atau saraf yang


termanifestasi pada perubahan daya pikir dan perilaku. Selain itu,
pentingnya menyerahkan atau melaporkan ke petugas kesehatan apabila
memiliki anggota keluarga dengan tanda dan gejala gangguan jiwa atau
skizofrenia/psikosis dan tidak memasung sehingga dapat tertangani dengan
cepat dan lebih baik.
.

31
DAFTAR PUSTAKA

Herniyanti, R., Hema, M., & Netrida. (2019). Pengaruh Terapi Murrotal Terhadap
Perubahan Perilaku Kekerasan Klien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan. Vol. 11(3).

Hidayat, A. (2019). Dokumentasi Keperawatan; Aplikasi Praktik Klinik.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:


Andi.

Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). EFEKTIVITAS BEHAVIOUR


THERAPY TERHADAP RISIKO PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN
SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM
PROVSU MEDAN. JURNAL MUTIARA NERS, 3(1), 8–14. Retrieved from
http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/NERS/article/view/1005
Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC.Yosep,
I., 2009, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama
Videbeck, S L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC
Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

32

Anda mungkin juga menyukai