Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

A
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI YAYASAN DHIRA SUMAN TRITOHA KAB. SERANG

Disusun Oleh :
Mia Wahyuni

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI YAYASAN DHIRA SUMAN TRITOHA KAB. SERANG”. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan dengan perkembangan
kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Keperawatan Jiwa.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan para
pembaca dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat
diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di
masa mendatang.

Serang, 03 Oktober 2019


Penyusun,

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG................................................................................ 1
B. TUJUAN..................................................................................................... 2
C. PROSES PEMBUATAN MAKALAH..................................................... 2

BAB II : GAMBARAN KASUS................................................................................... 4

A. PENGKAJIAN........................................................................................... 4
B. MASALAH KEPERAWATAN................................................................ 7
C. POHON MASALAH.................................................................................. 8

BAB III : LANDASAN TEORI................................................................................... 9

A. PROSES TERJADINYA MASALAH..................................................... 9


B. TINDAKAN KEPERAWATAN............................................................... 11

BAB IV : PELAKSANAAN TINDAKAN.................................................................. 17

BAB V : PEMBAHASAN............................................................................................. 18

BAB VI : PENUTUP..................................................................................................... 21

A. KESIMPULAN........................................................................................... 21
B. SARAN........................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adanya orang lain
di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesama
manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh individu, sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain (Azizah, 2016)
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan yang lain.
Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani
sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan
ketidaksamaan, kesukaan dan menarik diri (Stuart dan Laraia, 2013). Terapi kelompok
adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama
dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/ petugas
kesehatan yang telah dilatih (Keliat, 2011).
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah
pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok yaitu agar pasien
dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan
kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan
memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat berinteraksi
dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain (Bayu,
2011).
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Wilson dan Kneisl
menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif
untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan repon sosial dan harga
diri (Keliat, 2011).
Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan kerusakan
atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan tidak jauh dari
kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu
sebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah
yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak
langsung (Sumirta, 2013).
1
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui
tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah (Yosep, 2013).
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) pasien dengan
perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini adalah pasien yang mampu mengontrol
dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK pasien dapat bekerjasama dan tidak
mengganggu anggota kelompok lain

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang gangguan jiwa dengan gangguan jiwa
perilaku kekerasan
2. Tujuan Khusus
Dalam pelaksanaan kegiatan ini diharapkan mahasiswa mampu:
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan
perilaku kekerasan
b. Mampu mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada klien dengan perilaku
kekerasan
c. Mampu mendiskripsikan perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah
perilaku kekerasan.
d. Mampu mendiskripsikan pada pasien dengan perilaku kekerasan
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan.
f. Mampu mendeskripsikan tingkat emosi klien perilaku kekerasan sebelum dan
sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam di Yayasan Dhira Suman Tritoha
Kab. Serang
g. Mampu mendeskripsikan pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap klien
perilaku kekerasan di Yayasan Dhira Suman Tritoha Kab. Serang.

C. PROSES PEMBUATAN MAKALAH


Pembuatan makalah ini melibatkan klien langsung dan keluarga klien yang sedang
berkunjung melihat keadaan klien, pengkajian klien juga didapatkan dari perawat/

2
petugas Yayasan Dhira Suman Tritoha Kab. Serang yang sedang bertugas dan didapat
pula dari lembar rekam medis klien. Klien dirawat diruangan pemulihan yang luas
kamarnya 3x7 meter dan ditempati ±12 orang pasien, yang letaknya tidak jauh dari jalan
raya, walaupun letaknya berdekatan dengan jalan raya namun di lokasi tersebut cukup
tenang sehingga membantu proses penyembuhan klien. Di tempat tersebut juga di
tinggali oleh 32 pasien yang mengalami gangguan jiwa dan terdapat 15 orang yang
mengalami gangguan jiwa yang sama dengan klien yaitu perilaku kekerasan.
Pembuatan makalah ini juga mengambil dari beberapa literature terbaru dari buku
tentang keperawatan jiwa antara lain; Mode Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Oleh
Budi Anna Keliat and Akemat pada tahun 2011 yang di terbitkan oleh ECG di Jakarta;
Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa oleh
Dermawan, R. & Rusdi. Pada tahun 2013 diterbitkan oleh Gosyen Publishing di
Yogyakarta; dan lain-lain. Untuk menunjang kesembuhan pasien penulis mengadakan
Terapi Aktifitas Kelompok yang menurut Yosef (2013) merupakan suatu psikoterapi
yang dilakukan sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama
lalu bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan
oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Pembuatan
makalah ini hasil dari diskusi dan konsultasi dengan pembimbing akademis dosen mata
ajar kuliah keperawatan jiwa dan hasil pengkajian dipresentasikan didalam kelas.

3
BAB II

GAMBARAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Kp. Sawah Labuan
Sumber informasi : Klien, Perawat ruangan & RM klien
Tanggal pengkajian : 15-27 September 2019
No. RM : 2019005
Diagnose Medis : Skizofrenia Paranoid

2. Alasan Masuk Rumah Sakit


Klien dibawa ke panti Dhira pada tanggal 13 januari 2019 diantar oleh ibunya,
klien suka berbicara sendiri, klien suka marah-marah pada ibu dan neneknya disaat
sedang kumat, pernah memukul dan membanting barang-barang di rumah. Klien
sudah ±10 tahun mengalami penyakit ini, serta mengkonsumsi obat-obatan dan
minuman keras.

3. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa, klien mengatakan
kurang diperhatikan oleh keluarganya, karna ibu klien tinggal di jakarta dan klien
tinggal bersama neneknya, klien pernah dipukul oleh neneknya pada usia 17 th karena
nakal, klien juga pernah memukul teman nya.

4
4. Riwayat Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
 Ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu klien pernah
dikeluarkan dari sekolah karena klien nakal.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital :
 TD : 120/80 mmHg
 Sh : 36,3
 N : 80 x/mnt
 P : 20 x/mnt
b. Antopometri :
 TB : 172 cm
 BB : 73 kg
c. Saat pengkajian tidak ditemukan keluhan fisi

6. Psikososial
a. Klien mengatakan orang yang berarti adalah ibunya karena klien menyayanginya
b. Klien mengatakan pernah menjadi remaja di karang taruna dan selama dirawat
klien ikut serta dalam kegiatan TAK
c. Klien mengatakan pemalu karena merasa tidak berguna dan sering mengurung diri
di rumah dan tidak pernah berinteraksi di luar rumah dengan orang lain, karna
setiap keluar rumah klien selalu mendapat ejekan dari lingkungan sekitar
rumahnya

7. Konsep Diri
a. Gambaran diri : klien mengatakan tidak ada bagian tubuhnya yang disukai
b. Identitas diri : mampu menyebutkan nama, umur dan jenis kelamin
c. Peran : klien berperan sebagai anak, dan cucu di keluarganya dan sebagai remaja
di lingkungannya

5
8. Status Mental
a. Penampilan
Klien tampak rapi, rambut cepak bersih, kebersihan secara umum bersih,
memakai sendal bila keluar panti, klien mengatakan mandi memakai sabun, gosok
gigi dan keramas.
b. Pembicaraan
Dalam pemicaraan klien tampak kooperatif, klien tidak mampu memulai
pembicaraan karena malu dan tidak percaya diri, nada suara klien kurang keras/
pelan
c. Aktivitas motoric
Klien tampak aktif, klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri
d. Afek
Klien tampak senyum-senyum namun kemudian tiba-tiba tidak ada ekspresi,
wajah datar
e. Interaksi Selama Wawancara
Klien tampak kontak mata kurang
f. Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara menyuruh memukul, tidak tentu muncul
suaranya, selama 15 menit, muncul saat klien bengong
g. Proses Pikir
Blocking, klien saat bicara terhenti tiba-tiba

9. Kebutuhan Persiapan Pulang


a. Penggunaan obat : bantuan minimal
b. Pemeliharaan kesehatan : perawatan lanjutan
c. Kegiatan di rumah : menjaga kerapihan rumah dan mencuci pakaian

10. Mekanisme Kopping


Klien mengatakan selama di panti berinteraksi dengan orang lain, mampu
menyelesaikan masalah dan suka melakukan olah raga

6
11. Masalah Psikososisal Dan Lingkungan
a. Klien mengatakan tidak pernah keluar rumah saat sakit, karna takut di ejek
b. Klien mengatakan sekolah sampai SMP
c. Klien mengatakan belum bekerja
d. Klien tinggal dengan neneknya
e. Klien mengatakan mendapat penolakan dari lingkungan dan tidak ada dukungan
dari lingkungan karna sering dikucilkan

12. Pengetahuan Kurang Tentang


Klien mengerti akan penyakitnya dan cara mengontrolnya saat kambuh

13. Aspek Medik


a. Diagnosa medik : F19, post Nafsa
b. Terapi Medik :
 Inj. Haldol decalnoat ½ amp
 Haloperidol 2x1 tab
 Ikelef 1x250 mg

14. Analisa Data

Data Fokus Masalah


Tgl/ jam
Keperawatan
15 – 9 - DS : Prilaku kekerasan,
2019  Klien mengatakan melakukan koping keluarga
tindakan kekerasan inefektif
 Klien mengatakann dirumah
sering marah – marah dan
membanting barang
DO :
 Ada tanda prilaku kekerasan
pada anggota tubuh

B. MASALAH KEPERAWATAN
1. Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan yaitu:
 Perilaku Kekerasan

7
2. Sedangkan masalah keperawatan yang juga perlu dikaji antara lain:
 Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
 Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

C. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri


Efec sendiri, orang lain dan
lingkungan

Core Problem Perilaku Kekerasan

Gangguan konsep
diri: Harga diri
Causa rendah

(Yusuf dkk. 2015)

8
BAB III

LANDASAN TEORI

A. PROSES TERJADINYA MASALAH

Ancaman atau kebutuhan


Stress

Cemas

Marah

Merasa kuat Mengungkapkan secara vertikal Merasa tidak adekuat

Menantang Menjaga keutuhan Menantang orang lain

Lega Mengingkari marah


Masalah tidak selesai
Ketegangan menurun Marah tidak terungkap
Marah berkepanjangan
Rasa marah teratasi

Muncul rasa bermusuhan

Rasa bermusuhan menahun

Marah pada diri sendiri Marah pada orang lain/


lingkungan
Depresi peikomatik
(Yusuf dkk. 2015) Agresif/ mengamuk

Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara internal
dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal
dapat berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga
cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3) menantang.

9
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-
kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain akan memberikan
kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif
dan menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan
masalah yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan
amuk. (Yusuf, dkk. 2015)

10
B. TINDAKAN KEPERAWATAN

PERENCANAAN
No DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1. Perila TUM: Setelah dilakukan ...x20 menit  Beri salam / panggil nama pasien.
ku Pasien dapat interaksi diharapkan klien  Sebut nama perawat sambil Salaman
keker melanjutkan menunjukkan tanda-tanda  Jelaskan maksud hubungan Interaksi
asan hubungan peran a. Pasien mau membalas salam.  Beri rasa nyaman dan sikap Empatis
sesuai tanggung b. Pasien mau jabatan  Lakukan kontrak singkat tapi sering
jawab. c. Pasien menyebutkan Nama
TUK: d. Pasien tersenyum
1. Pasien dapat Membina e. Pasien ada kontak Mata
Hubungan saling f. Pasien tahu nama Perawat
percaya g. Pasien menyediakan waktu untuk kontrak
TUK: a. Pasien dapat Mengungkapkan  Beri kesempatan untuk
2. Pasien dapat perasaannya. Mengungkapkan perasaannya.
mengidentifikasi b. Pasien dapat menyebutkan perasaan  Bantu pasien untuk mengungkapkan
penyebab marah / amuk marah/ jengkel marah atau jengkel.

TUK: a. Pasien dapat mengungkapkan perasaan  Anjurkan pasien mengungkapkan


3. Pasien dapat saat marah/jengkel. perasaan saat marah /jengkel.
mengidentifikasi tanda b. Pasien dapat menyimpulkan tanda-tanda  Observasi tanda perilaku kekerasan
marah jengkel/ kesal pada pasien

TUK: a. Pasien mengungkapkan marah yang biasa  Anjurkan pasien mengungkapkan


4. Pasien dapat dilakukan marah yang biasa dilakukan
mengungkapkan b. Pasien dapat bermain peran dengan

11
perilaku marah yang perilaku marah yang dilakukan  Bantu pasien bermain peran sesuai
sering dilakukan c. Pasien dapat mengetahui cara marah yang perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan menyelesaikan masalah atau dilakukan.
tidak  Bicarakan dengan pasien apa dengan
cara itu bisa menyelesaikan masalah
TUK:  Bicarakan akibat / kerugian cara yang
5. Pasien dapat a. Pasien dapat menjelaskan akibat dari cara dilakukan
mengidentifikasi akibat yang digunakan  Bersama pasien menyimpulkan cara
perilaku Kekerasan yang digunkana pasien.
 Tanyakan pasien apakah mau tahu cara
marah yang sehat
TUK: a. Pasien dapat melakukan berespon  Tanyakan pada pasien apakah pasien
6. Pasien mengidentifikasi terhadap kemarahan secara konstruktif. mau tahu cara baru yang sehat
cara construksi dalam  Beri pujian jika pasien engetahui cara
berespon terhadap lain yang ehat
perilaku kekerasan  Diskusikan cara marah yang sehat
dengan pasien.
1) Pukul bantal untuk melampiaskan
marah
2) Tarik nafas dalam
3) Mengatakan pada teman saat ingin
marah
4) Anjurkan pasien sholat atau berdoa
TUK: a. Pasien dapat mendemonstrasikan cara  Pasien dapat memilih cara yang paling
7. Pasien dapat mengontrol perilaku kekerasan tepat.
mendemonstrasikan cara 1) Tarik nafas dalam  Pasien dapat mengidentifikasi manfaat
mengontrol marah 2) Memukul bantal yang terpilih
3) Mengungkapkan rasa marah secara

12
verbal: menolak dengan baik,  Bantu pasien menstimulasi cara
meminta dengan baik, tersebut.
mengungkapkan perasaan dengan  Beri reinforcement positif atas
baik keberhasilan.
4) Dengan cara spiritual (sholat/ berdoa)  Anjurkan pasien menggunakan cara
yang telah dipelajari.
2. RPK (Resiko TUM: Keluarga pasien dapat :  Identifikasi kemampuan keluarga
Perilaku Pasien tidak mencederai  Menyebutkan cara merawat pasien dengan merawat pasien dari sikap apa yang
Kekerasan) dirisendiri, orang lain dan perilaku kekerasan. telah dilakukan
mencederai lingkungan  Jelaskan peran serta keluarga dalam
 Mengungkapkan rasa puas dalam merawat
merawat pasien.
diri sendiri TUK 1: pasien
 Jelaskan cara-cara merawat pasien.
orang lain Pasien dapat dukungan
 Bantu keluarga mendemonstrasikan
dan keluarga mengontrol marah cara merawat pasien.
lingkungan  Bantu keluarga mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan
demonstrasi.
TUK 2:  Pasien dapat menggunakan obat-obat yang  Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum
Pasien dapat menggunakan diminum dengan kegunaannya. pasien dan keluarga.
obat dengan benar  Pasien dapat minum obat sesuai program  Diskusikan manfaat minum obat.
pengobatan  Jelaskan prinsip 5 benar minum obat
 Anjurkan pasien minum obat tepat
waktu
TUK 3: Lingkungan  Jelaskan peran serta lingkungan
Pasien dapat dukungan dari  Mengetahui bagaimana cara menyikapi terhadap kondisi pasien
lingkungan untuk pasien dengan perilakukekerasan.  Beri penjelasan bagaimana cara
mengontrol marah menyikapi pasien dengan perilaku
kekerasan
 Diskusikan cara -cara yang dilakukan

13
untuk menyikapi pasien dengan
perilaku kekerasan
3. Harga Diri TUM:  Ekspresi Wajah bersahabat , menunjukkan Bina hubungan saling percaya dengan
Rendah Pasien dapat mengontrol rasa scaang, ada kontak mata, mau mengungkapkan prinsip komunikasi
(HDR) perilaku kekerasan pada saat berjabat tangan, mau menyebutkan nama, tcrapeutik Sapa pasien dengan ramah laik
berhubungan dengan orang mau menjawab salam, klien mau duduk verbal maupun non verbal
lain berdampingan dengan perawat, mau  Perkenalkan diri dengan sopan
TUK 1: mengutarakan masalah yang dihadapi  Tanyakan nama iengkap pasien dan
Pasien dapat membina nama panggilan disukai pasien
hubungan saling percaya  Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan siknp empati dan menerima
pasien apa adanya
 Beri perhatian kepada pasien dan
perhatikan kebutuhan dasar pasien
TUK 2: Daftar kemampuan yang dimiliki  Diskusikan kemampuan dan aspek
Pasien dapat pasien di rumah sakit, rumah, sekolah positif yang dimiliki buat daftarnya
mengidentifikasi dan tempat kerja  Setiap bertemu pasien dihindarknn dari
kemampuan dan aspek  Daftar positif keluarga pasien metnberi penilni; negatif
positif yang dimilik  Daftar positif lingkungan pasien  Utamakan memberi pujian yang
realistic pada kemampuan dan aspek
positif pasien
TUK 3:  Pasien menilai kemampuan yang  Diskusikan dengan pasien kemampuan
Pasien dapat menilai digunakan yang masih dapat  digunakan selama
kemampuan yang   Pasien memiliki  kemampuan yang dapat sakit
digunakan digunakan di rumah  Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan pengguna di rumah sakit

14
 Berikan pujian
TUK 4:  Pasien menilai kemampuan yang akan .  Meminta pasien untuk: memilih satu
Pasien dapat menetapkan dilatih kegiatan yang mau  dilakukan di rumah
dan merencanakan kegiatan  Pasien mencoba Susunan jadwal harian sakit
sesuai dengan kemampuan  Bantu pasien melakukannya jika perlu
yang dimiliki beri contoh
 Beri pujian atas keberhasilan pasien.
 Diskusi kaji jadwal kegiatan harian atas
kegiatan yang telah dilatih
 Catatan : Ulangi untuk kemampuan
lain sampai semua selesai
TUK 5:  Pasien melakukan kegiatan yang telah di  Beri kesempatan pada pasien untuk
Pasien dapat melakukan latih (mandiri, dengan bantuan atau mencoba kcgiatan yang telah
kegiatan sesuai kondisi sakit tergantung) direncanakan
dari kemampuannya  Pasien marnpu melakukan beberapa  Beri pujian atas keberhasian pasien
kegiatan secara mandiri  Diskusikan kemungkinan penaksiiran
di rumah
TUK 6:  Keluarga memberi dakungan dan pujian  Beri pendidikan kcschatan pada
Pasien dapat  memanfatkan  Keluarga memahami jadwal kegiatan keluarga tentang cara merawat pasien
system pendukung yang ada harian pasien dengan harga diri rcndah
 Bantu keluarga memberikan dukungnn
selama pasien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah
 Jelaskan cara pelaksmann jadwal
kegiatan pasien di rumah
 Anjurkan memberi pujian pada pasien

15
setiap berhasil

16
BAB IV

PELAKSANAAN TINDAKAN

Diagnosa utama keperawatan yang di dapatkan adalah perilaku kekerasan dengan


cause harga diri rendah (koping keluarga inefektif) dan efeknya adalah mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan dengan tujuan umum yaitu pasien dapat melanjutkan
hubungan peran sesuai tanggung jawab. Pada klien ini dilakukan tindakan keperawatan yang
telah di rencanakan sebelumnya, dengan respon yang sangat baik, klien dapat membalas
salam dengan baik, klien dapat menyebutkan nama dengan kontak mata yang baik, dalam
melakukan tindakan diharuskan membuat klien senyaman mungkin dan pada saat di kaji klien
merasa nyaman dengan kehadiran perawat, pada saat menggali perasaan klien, klien dapat
mengungkapkan perasaaannya dan penyebab dia marah, dan bagaimana klien
mengungkapkan/ meluapkan marahnya, klien dapat mengontrol marahnya dengan cara tarik
nafas dalam dan bila marahnya semakin membesar klien meluapkannya dengan cara
memukul bantal.

Pada saat dikaji klien sudah merasa kalau emosinya sudah cukup membaik, tetapi
kadang ada saja yang membuat di marah, selain dari cara menarik nafas dan memukul bantal
klien biasanya mengambil wudhu dan beranjak untuk shalat dan mendekatan diri pada Allah
SWT. Pada saat dijelaskan kerugian dari masalah klien tersebut, klien memahami apa yang
akan terjadi bila emosinya tidak dikontrol, dan manfaat dari cara mengatasi marah yang
diajarkan oleh perawat. Sehingga cara tersebut akan dipakai bila pasien akan kembali
kerumahnya dan tidak lupa pula perawat mengingatkan agar pasienminum obat dengan
teratur yang telah dianjurkan oleh dokter.

17
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan permasalahan yang terjadi didalam kasus serta
perbandingan teori dengan kenyataan yang terjadi pada saat melakukan asuhan keperawatan
pada Tn.A dengan perilaku kekerasan di Yayasan Dhira Suman Tritoha Kab. Serang yang
dilaksanakan pada tanggal 15-27 September 2019. Untuk memudahkan pemahaman pada
kasus ini diperlukan menggunakan asuhan keperawatan yang terdiri dari: pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi

Hasil pengkajian pada tanggal 15 September 2019 pada Tn. A dengan diagnosa:
1. Resiko Perilaku kekerasan
Pada pengkajian ditemukan data subjekyif: Klien mengatakan suka berbicara sendiri,
membanting barang dirumah dan mengamuk. Dan ditemukan data Objektif: Klien terlihat
tengang dengan suara agak keras. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya
kendali perilaku seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau
membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku kekerasan pada orang adalah
tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku
kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca,
genting, dan semua yang ada di lingkungan. Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa
sebagian besar akibat melakukan kekerasan di rumah. Perawat harus jeli dalam
melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan
selama di rumah. (Yusuf, dkk. 2015). Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon
terhadap stresor yang dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian
baik diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang
ditimbulkan, maka penangnan pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara
cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional (Keliat & Akemat, 2011). Perilaku
kekerasan adalah atau agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih
merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan
perasaan marah (Dermawan dan Rusdi, 2013). Perilaku kekerasan: diangkat sebagai
perioritas diagnosa karena dari pengkajian didapatkan data-data yang menunjukan tanda-
tanda dari pasien perilaku kekerasan. Data-data tersebut di atas merupakan data sbjektif

18
dan objektif yang diperoleh penulis saat melakukan pengkajian. Maka penulis menarik
kesimpulan secara emperis (teori) tidak ada perbedaan yang mencolok. Masalah yang
terjadi pada Tn. A adalah Pasien mengatakan suka membanting barang dirumah dan
mengamuk, dan pasien tampak sering melamun serta berbicara sendiri. Data-data tersebut
data subjektif yang sudah memenuhi batasan karakteristik (Yosep, 2013). Oleh sebab itu
penulis dapat menarik kesimpulan perilaku kekerasan. Yang dilakukan pasien dengan
membanting barang dan mengamuk. Pasien berfikir dengan mengamuk masalah akan
terselesaikan. Tujuan dari asuhan keperawatan pada diagnosa keperawatan perilaku
kekerasan yaitu pasien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai tanggung jawab,
sedangkan tujuan khususnya yaitu Pasien dapat membina hubungan saling percaya,
pasien dapat mengidentifikasi penyebab marah/ amuk, pasien dapat mengidentifikasi
tanda marah, pasien dapat mengungkapkan perilaku marah yang sering dilakukan, pasien
dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, pasien mengidentifikasi cara construksi
dalam berespon terhadap perilaku kekerasan, pasien dapat mendemonstrasikan cara
mengontrol marah seperti menarik nafas dalam, memukul bantal dan beribadah.
Implementasi yang dapat penulis lakukan pada Tn.A dengan perilaku kekerasan dengan
strategi tindakan keperawatan membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
penyebab perilaku kekerasan, mengidentikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan,
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, menyebutkan cara mengontrol perilaku
kekerasan, membantu cara latihan 1 perilaku kekerasan : latihan nafas dalam.
Mengeevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, melatih mongontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik tarik nafas dalam. Menganjurkan klien memasukan latihan nafas dalam
kedalam catatan harian pasien. Tindakan keperawatan pada teknik relaksasi nafas dalam
terhadap tingkat emosi pasien perilaku kekerasan yang diteliti oleh Nanny dan Sujarwo
(2010) pada pasien perilaku kekerasan di RSJ Dr.Amino Gondhohutomo Semarang.
Tingkat emosi tinggi frekuensi 24 presentasi (80%), emosi sedang frekuensi 6
presentasase 20% dan emosi rendah frekuensi 0 presentase. Dan yang menunjukan
tingkat emosi tinggi sebanyak 24 responden (80). Kemampuan klien dalam mengontrol
emosi dalam teknik relaksasi nafas dalam sebelum diajarkan tinggi. Setelah diajarkan
teknik relaksasi nafas dalam selama 3 hari emosi klien berkurang atau menurun. Pada
penelitian Kustanti dan Widodo (2008) tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap
Perubahan Setatus Mental Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta telah
membutikan bahwa relaksasi efektif untukk menurunkan keluhan fisik yang dialami oleh

19
klien perilaku kekerasan. Pada pasien penulis yang diberikan intervensi sesuai dengan
hasil penelitian Nanny dan Sujarwo, dan Kustanti dan Widodo dapat dibuktikan sebelum
diberikan intervensi teknik relaksasi nafas dalam pasien tidak menunjukan pengaruh
relaksasi nafas dalam saat marah. Kemudian setelah diberikan teknik relaksasi nafas
dalam selama tiga hari pasien merasa dirinya lebih lega dan tenang. Pasien yang
melakukan tarik nafas dalam, dengan kondisi dan situasi yang rileks maka hasil dan
prosesnya akan optimal, emosinya menjadi menurun. Setelah tindakan keperawatan
diberikan selama 3 hari maka dapat dievaluasi dari diagnosa perilaku kekerasan dengan
pasien yang sudah terlaksanakan yaitu pasien mampu membina hubungan saling percaya,
pasien mampu cara menontrol perilaku kekerasan dengan teknik relakasasi nafas dalam.
Upaya penulis untuk mengatasi masalah dengan memberikan teknik relaksasi nafas
dalam pada Tn. A adalah untuk mengontrol marah yang dilakukan pasien.

20
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada Tn. A dengan perilaku kekerasan
Yayasan Dhira Suman Tritoha Kab. Serang pada tanggal 15-27 September 2019 sebagai
langkah terakhir dalam penyusunan makalah ini maka penulis mengambil beberapa
kesimpulan yang sekiranya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemberian
asuhan keperawatan jiwa pada pasien khususnya pasien perilaku kekerasan. Kesimpulan
yang diperoleh penulis setelah melakukan tindakan keperawatan di Yayasan Dhira
Suman Tritoha Kab. Serang berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya
tulis ilmiah:
1. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan perilaku
kekerasan
2. Mampu mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan
3. Mampu mendiskripsikan perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah perilaku
kekerasan.
4. Mampu mendiskripsikan pada pasien dengan perilaku kekerasan
5. Mampu mendeskripsikan evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan.
6. Mampu mendeskripsikan tingkat emosi klien perilaku kekerasan sebelum dan sesudah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam di Yayasan Dhira Suman Tritoha Kab. Serang
7. Mampu mendeskripsikan pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap klien
perilaku kekerasan di Yayasan Dhira Suman Tritoha Kab. Serang.

B. SARAN
1. Bagi perawat, perlu menyampaikan dan memberi informasi tentang masalah
keperawatan dengan perilaku kekerasan sebab masalah tersebut sangat penting untuk
memandirikan pasien dan keluarga dalam perawatan dirumah.
2. Bagi sarana Rumah Sakit/ Yayasan untuk menunjang keberhasilan perawatan pasien
dengan perilaku kekerasan perlu diingatkan hubungan kerja sama antara pihak rumah
sakit/ yayasan dan keluarga dalam perawatan baik dirumah sakit maupun sesudah
pasien pulang kerumah.

21
3. Bagi keluarga, berperan penting bagi peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan proses
penyesuain kembali setiap pasien, oleh karena itu perlu serta keluarga dalam proses
pemulihan dan pencegahan pada pasien gangguan jiwa sangat diperlukan.
4. Bagi pasien, harus meningkatkan apa yang telah diajarkan selama dirumah sakit/
yayasan dan harus bisa mempraktekan apabila pasien sedang marah dan serta tidak
boleh lupa minum obat dan kontrol secara teratur.
5. Bagi masyarakat, berperan penting dalam kesembuhan pasien karena masyarakat yang
utama dalam kehidupan seharai-hari pasien dirumah, oleh sebab itu masyarakat
dianjurkan ikut berpartisipasi dalam kesembuhan pasien agar tidak terjadi
kekambuhan kembali setelah pulang dari rumah sakit/ yayasan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, lilik ma,rifatul (2016) Keperawatan jiwa (aplikasi praktik klinik) edisi pertama
Yogyakarta : Graha ilmu.

Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Dyah, Nanny. Sujarwo. Mugi Hartono (2010) Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Tingkat Emosi Klien Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal the Indonesian Publication Index (IPI).

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).
Jakarta : EGC

Kustanti, Erviana dan Widodo, Arif (2008) Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan
Status Mental Klien Skizofernia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Jurnal UMS.

Kusumawati dan Hartono. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Stuart, G.W& Laraia, M.T. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (7 th Ed)
St. Louis: Mosby Bayu, 2011

Sumirta, dan Laraswati. (2013). Faktor yang menyebabkan gangguan tidur (insomnia) pada
lansia. Denpasar.

Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Yosep, I. (2013). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai