Dosen pengampu:
Ibu Ira Nurmala, S.K.M, MPH., PHD
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta inayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Makalah berjudul
“Social Cognitive Theory”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi
dan Pendidikan Kesehatan. Dalam penulisan laporan ini tentu tidak lepas dari arahan,
dukungan, serta bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ira
Nurmala, S.K.M, MPH., PHD selaku dosen pengampu mata kuliah Promosi dan Pendidikan
Kesehatan yang dengan kesabaran dan ketelitiannya dalam memberi arahan, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung penulis sehingga bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini masih jauh dari sempurna,
sehingga kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi pembaca dan kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perubahan perilaku antar individu dalam bidang
kesehatan menurut Social Cognitive Theory.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami dan mengetahui sejarah Social Cognitive Theory.
2. Memahami dan mengetahui pengertian Social Cognitive Theory.
3. Memahami dan mengetahui pengertian, faktor, dan tahapan dari
Observational Learning.
4. Memahami dan mengetahui karakteristik Social Cognitive Theory.
5. Memahami dan mengetahui perbedaan Social Learning Theory dengan
Social Cognitive Theory.
1.3 Manfaat
Penulisan dari makalah ini memiliki beberapa manfaat penting. Pertama,
penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta menambah literatur
mengenai perubahan perilaku antar individu dalam bidang kesehatan menurut
Social Cognitive Theory. Kedua, penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat serta peningkatan pengetahuan mengenai promosi kesehatan untuk mencapai
perubahan perilaku masyarakat yang sehat dan bersih. Ketiga, makalah ini juga dapat
menjadi referensi bagi para mahasiswa dan akademisi untuk mempelajari lebih lanjut
tentang Social Cognitive Theory dan konsep-konsep yang terkait dengan perubahan
perilaku individu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
memukul bobo doll. Setelah anak itu ditinggalkan sendirian hanya dengan bobo doll,
anak tersebut menunjukkan perilaku yang sama dengan pria dalam video. Berdasarkan
eksperimen ini, Bandura menyimpulkan bahwa perilaku dipelajari berdasarkan proses
meniru atau imitasi dan modeling perilaku orang lain. Eksperimen ini menjadi gagasan
utama teori kognitif sosial. (Nickerson, 2023)
4
menambahkan empat proses kognitif yang memediasi pembelajaran, yaitu perhatian,
retensi, produksi, dan motivasi. Terakhir, dia menambahkan konsep self-efficacy,
keyakinan pribadi pada kemampuan seseorang untuk merencanakan dan bertindak
sesuai dengan respon terhadap situasi yang dapat diperkirakan.
2.3 Observational Learning
Observational learning adalah komponen yang terdapat pada Social Cognitive
Theory. Observational learning diartikan sebagai proses belajar manusia, baik itu
keterampilan baru, sikap, maupun tingkah laku dengan mengamati orang lain atau
observasi model. Dalam proses belajar ini, seseorang belajar melalui observasi, namun
tak hanya sekedar meniru seseorang tersebut juga mengalami proses kognitif.
Observational learning dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
2.3.1 Karakteristik Model
Semakin mirip model dengan individu akan memudahkan individu
tersebut terpengaruh oleh model
2.3.2 Karakteristik Observer
Individu yang memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang rendah akan
jauh lebih mungkin meniru perilaku daripada individu yang memiliki rasa
kepercayaan diri dan harga diri yang tinggi
2.3.3 Konsekuensi dari tingkah laku yang ditiru
Adanya sistem reward dan sanksi. Adanya reward akan memungkinkan
seseorang untuk meniru perilaku orang lain, sedangkan adanya sanksi akan
mengurangi kemungkinan seseorang meniru perilaku orang lain.
Pada observational learning, Bandura menjelaskan ada empat tahap yang terjadi, yaitu:
5
model harus terlihat menonjol, menarik, bergengsi, bahkan tampak mirip
dengan individu sehingga individu tersebut lebih mudah terpengaruh oleh
perilaku model.
2.3.5 Retention Process
Individu menyimpan atau mengingat perilaku model sehingga nantinya
dapat ditiru atau diulangi di kemudian hari. Maksudnya, imitasi tidak selalu
terjadi secara langsung. Proses ini menggunakan simbol-simbol untuk
mewakili perilaku yang ditiru (Bandura, 1998). Simbol tersebut dapat berupa
kata-kata, gambar, dan gerak tubuh.
2.3.6 Motor Reproduction
Individu menerjemahkan gambaran mental dari perilaku model ke
perilaku nyata secara fisik, dan selanjutnya akan menerima umpan balik,
salah satunya dari lingkungan. Dalam tahap ini, individu harus memiliki
kemampuan dalam meniru perilaku yang diamati. Jika tidak, individu tersebut
tidak dapat mempelajarinya (Bandura, 1998)
2.3.7 Motivation
Pada tahap ini, individu yang menjadi observer harus memiliki motivasi
untuk melakukan perilaku yang ditiru. Jika tidak, individu tersebut tidak akan
melakukannya. Motivasi dapat berasal dari mana saja, seperti sebuah harapan,
keinginan untuk mencapai tujuan, dan menghindari hukuman.
Bandura (1977) menyatakan bahwa motivasi memiliki tiga komponen
utama: harapan, nilai, dan reaksi afektif. Pertama, harapan mengacu pada
keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil melakukan perilaku. Kedua, nilai
mengacu pada pentingnya tujuan yang ingin dicapai oleh perilaku. Dan
terakhir, reaksi afektif, mengacu pada emosi yang terkait dengan perilaku.
Jika perilaku dikaitkan dengan emosi positif, itu lebih mungkin dipelajari
daripada perilaku yang dikaitkan dengan emosi negatif.
6
2.4 Karakteristik Social Cognitive Theory
2.4.1 Reciprocal Determinism
Tindakan manusia merupakan hasil interaksi antara lingkungan (environment),
individu (person), dan perilaku (behavior). Tindakan manusia merupakan hubungan
yang reciprocal. Artinya, tak hanya berlangsung satu arah, namun berlangsung secara
tiga arah. Terdapat tiga komponen pada reciprocal determinism, yaitu:
2.4.1.1 Person
Meliputi faktor internal pada individu seperti kognitif, persepsi, dan
pengalaman diri.
2.4.1.2 Behavior
Respons terhadap rangsangan untuk mencapai tujuan.
2.4.1.3 Environment
Meliputi konteks sosial eksternal di sekitar individu.
2.4.2 Behavioral Capability
Behavioral capability merujuk pada kemampuan seseorang untuk
melakukan suatu perilaku berdasarkan pengetahuan dan kemampuannya
sendiri. Individu untuk melakukan perilaku harus tahu apa yang harus
dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Individu belajar dari
konsekuensi dari perilaku mereka yang selanjutnya akan mempengaruhi
lingkungan tempat tinggal mereka.
2.4.3 Reinforcement
Reinforcement mengacu pada respon internal dan eksternal terhadap
perilaku suatu individu yang mempengaruhi kemungkinan individu tersebut
melanjutkan atau menghentikan perilaku tersebut. Reinforcement dapat
bersifat positif dan negatif. Reinforcement yang positif memungkinkan
individu tersebut melanjutkan perilakunya, sedangkan reinforcement yang
negatif memungkinkan individu untuk menghentikan perilakunya.
Reinforcement juga dapat berlangsung secara langsung dan tidak
langsung. Reinforcement langsung adalah individu tersebut mendapatkan
konsekuensi secara langsung yang dapat mempengaruhi kemungkinan
perilakunya. Contohnya adalah seorang pekerja mendapatkan gaji setelah
7
bekerja selama satu bulan. Reinforcement tidak langsung adalah suatu individu
mendapatkan konsekuensi secara tidak langsung yang dapat mempengaruhi
kemungkinan perilakunya. Contohnya adalah seorang siswa kelas 12 belajar
giat untuk masuk perguruan tinggi.
2.4.4 Expectations
Expectations adalah konsekuensi yang diantisipasi seseorang atas
perilakunya. Ketika seseorang mengantisipasi konsekuensi dari perilaku
mereka sebelum terlibat, ekspektasi ini dapat memengaruhi apakah seseorang
dapat melakukan perilaku dengan sukses atau tidak. Ekspektasi sebagian besar
berasal dari pengalaman seseorang sebelumnya, tetapi ekspektasi juga berfokus
kepada nilai yang ditempatkan dalam sebuah hasil. Sebagai contoh, seorang
siswa yang tidak termotivasi untuk belajar dan mendapatkan nilai yang tinggi
akan menempatkan nilai yang lebih rendah daripada siswa yang giat belajar.
2.4.5 Self Efficacy
Self efficacy adalah tingkat kepercayaan diri seseorang terhadap
kemampuannya untuk berhasil dalam melakukan sesuatu. Self efficacy
dipengaruhi oleh kemampuan diri seseorang dan faktor lainnya, seperti
pengalaman dan keyakinan dari perilaku sebelumnya. Self efficacy seringkali
disebut tugas-spesifik karena suatu individu merasa percaya diri dalam
kemampuan mereka untuk melakukan satu tugas tetapi tidak yang lain. Sebagai
contoh, seorang siswa mungkin merasa percaya diri dengan kemampuan
mereka untuk mengerjakan ujian dengan baik tetapi tidak merasa percaya diri
dengan kemampuan mereka untuk berteman. Ini karena self-efficacy
didasarkan pada pengalaman dan keyakinan masa lalu. Jika seorang siswa
belum pernah berteman sebelumnya, mereka cenderung tidak percaya bahwa
mereka akan melakukannya di masa depan.
8
2.5.1 Definition
Social Cognitive Theory adalah perluasan dari teori belajar sosial Albert
Bandura yang menyatakan bahwasanya belajar itu dapat terjadi hanya dengan
mengamati suatu perilaku dan bahwa manifestasi dari perilaku tersebut dalam
diri pembelajar diatur oleh determinisme resiprokal triadik antara faktor-faktor
pribadi (kognitif), perilaku itu sendiri., dan oleh lingkungan (penguatan).
Sedangkan Social Learning Theory merupakan suatu teori belajar yang
mengusulkan bahwa belajar itu terjadi dalam konteks sosial. dengan cara
mengamati suatu perilaku dan konsekuensi yang mengikutinya.
2.5.2 Proponent/s
Social Cognitive Theory dikemukakan oleh Albert Bandura sendiri.
Sedangkan Social Learning Theory dari karya kolektif dengan kontribusi
terbanyak yang berasal dari Bandura tetapi dengan kontribusi sebelumnya yaitu dari
Neil Miller dan John Dollard, Julian Rotter, dan Robert Burgess dan Ronald Akers,
serta pengaruh dari perspektif kognitif pada pembelajaran.
2.5.3 Konsep inti
Konsep inti Social Cognitive Theory adalah manusia, pembelajaran
observasional dan empat proses meditasinya (perhatian, retensi, produksi,
motivasi), determinisme resiprokal triadik antara faktor kognitif, perilaku dan
lingkungan, dan self-efficacy. sedangkan konsep inti dari Social Learning Theory
adalah pembelajaran observasional, penguatan (langsung atau pengganti),
pembelajaran sebagai proses kognitif-perilaku, dan identifikasi dengan model.
9
2.5.5 Role of reinforcement (peran penguatan)
Social Cognitive Theory, Role of reinforcement (peran penguatan)
memiliki peran yang sama dalam pembelajaran dan produksi perilaku dengan faktor
kognitif. Sedangkan Social Learning Theory, konsekuensi dan penguatan
memainkan peran utama dalam perolehan dan produksi perilaku.
2.5.6 Cakupan
Social Cognitive Theory memiliki ruang lingkup teoritis yang lebih luas
karena mencakup konseptualisasi manusia sebagai agen yang mampu
membentuk lingkungannya dan pengaturan diri. Sedangkan Social Learning
Theory terbatas pada menangani proses pembelajaran dalam konteks sosial.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Social Cognitive Theory atau Teori Kognitif Sosial merupakan salah satu
teori yang dapat digunakan untuk memahami perubahan perilaku antar individu.
Teori kognitif sosial (Social Cognitive Theory) adalah teori psikologi yang
dikembangkan oleh Albert Bandura pada tahun 1977. Teori ini berfokus pada
interaksi antara faktor kognitif, lingkungan sosial, dan perilaku. Pengembangan
teori kognitif sosial dimulai dengan studi tentang pengaruh model perilaku pada
anak-anak. Bandura menemukan bahwa anak-anak cenderung meniru perilaku
yang mereka lihat pada orang dewasa dan teman sebaya mereka. Ia kemudian
mengembangkan teori kognitif sosial untuk menjelaskan bagaimana faktor
lingkungan dan internal memengaruhi perilaku seseorang. Maka dapat dikatakan
bahwa Social Cognitive Theory adalah teori yang menonjolkan pada gagasan
bahwa sebagian besar pembelajaran manusia itu terjadi di sebuah lingkungan
sosial, dengan mengamati orang lain, manusia akan memperoleh pengetahuan,
aturan-aturan, keterampilan, sikap, dan lain-lain. Tidak hanya itu komponen yang
terdapat pada Social Cognitive Theory yaitu Observational learning.
Observational learning diartikan sebagai proses belajar manusia, baik itu
keterampilan baru, sikap, maupun tingkah laku dengan mengamati orang lain atau
observasi model.
3.2 Saran
Social Cognitive Theory atau Teori Kognitif Sosial berasal dari pemodelan
abstrak yang dapat direproduksi oleh remaja. Melalui observasi ini, dapat
memberi kita informasi dan arahan yang berharga saat mendidik remaja kita.
Teori yang telah dikemukakan oleh Bandura harus melakukan banyak hal untuk
meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya model dalam pengasuhan dan
pendidikan anak. Meskipun sebagian besar orang tua dan guru sudah agak
menyadari fakta bahwa mereka mengajar dengan teladan, mereka mungkin juga
mengabaikan betapa pentingnya pengaruh modelling. Contoh kasusnya adalah
hukuman fisik. Banyak orang tua berusaha mencegah anak mereka berkelahi
11
dengan memukul pantat mereka ketika mereka bertengkar. Dengan memukul,
orang tua secara tidak sengaja memberikan demonstrasi yang baik tentang
bagaimana mengendalikan orang lain secara fisik. Demikian pula, ahli teori
pembelajaran sosial telah mengajarkan kita bahwa setiap kali kita menemukan
bahwa kita tidak dapat menyingkirkan seorang anak dari beberapa perilaku yang
menyusahkan, kita mungkin bertanya apakah kita sendiri yang secara tidak
sengaja memodelkan perilaku itu (Schunk, 1996).
12
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G. 2020. Difference Between Social Cognitive Theory and Social Learning
Theory. URL : http://www.differencebetween.net/science/difference-between-
social-cognitive-theory-and-social-learning-theory/ . Diakses tanggal 14 April 2023
Bandura, A. (1977). Social learning theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Bandura, A. (1998). Health promotion from the perspective of social cognitive theory.
Psychology and health, 13 (4), 623-649
Nickerson, C., 2023. Albert Bandura’s Social Cognitive Theory: Definition & Examples.
[Online]
Available At: https://www.simplypsychology.org/social-cognitive-
theory.html#Observational-Learning [Diakses 14th April 2023].
O'Rorke, K., 2006. Social Learning Theory and Mass Communication. ABEA Journal,
Volume 25, pp. 72-74.
13