Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

“hubungan teori-teori perubahan perilaku dengan perubahan perilaku


kesehatan pada individu”

DOSEN PENGAMPU :

DR. NS.Meri Neherta,M.Biomed.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

Azizah Alma Sa’idah 2211311033

Nada Syafwah 2211311030

Nashwa Anshari Fitri 2211312055

M. Irsyad Nst 2211312066

Muhammad Roif 2211313073

Putri Adythia Erjon 2211313071

Ratu Latania 2211312054

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS 2023


KATA PENGANTAR

Dengan segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih dan
penyayang, kami bersyukur atas rahmat dan karunia-Nya yang melimpah. Kami
merasa bersyukur dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang
hubungan antara teori perubahan perilaku dan perubahan perilaku kesehatan
pada individu. Makalah ini dibuat sebagai bagian dari tugas mata kuliah
Pendidikan dan Promosi Kesehatan..

Isi dari makalah ini disusun secara sistematis dan menggunakan referensi dari be
berapa sumber yang dijadikan acuan. Kami telah berusaha semaksimal mungkin
dalam menyusun makalah ini dan mendapatkan bantuan dari beberapa pihak yan
g turut membantu kelancaran penyusunannya. Kami ingin mengucapkan terima k
asih kepada semua yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami
sadar bahwa makalah ini mungkin memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami m
engharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penulisan ma
kalah ini. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pe
mbaca.

Padang, 26 Maret 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2

DAFTAR ISI......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 4

1.1 LATAR BELAKANG................................................................................... 4

1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 4

1.3 TUJUAN MASALAH................................................................................... 5

1.4 MANFAAT PENULIS................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 6

1.1 TEORI PERUBAHAN PERILAKU................................................................7


1.2 BENTUK TEORI PERBAHAN PERILAKU................................................11
1.3 HUBUNGAN TEORI PERUBAHAN PERILAKU ......................................17

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 21

3.1 KESIMPULAN ............................................................................................ 21

3.2 SARAN.......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam konteks biologis, perilaku merujuk pada kegiatan atau aktivitas organi
sme yang melibatkan makhluk hidup. Oleh karena itu, dari perspektif biologis
semua makhluk hidup, termasuk tumbuhan, binatang, dan manusia, memiliki
perilaku karena mereka memiliki aktivitas yang berbeda-beda. Oleh karena it
u, perilaku manusia pada dasarnya adalah tindakan atau aktivitas yang luas, s
eperti berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, memb
aca, dan sebagainya. Dalam rangkaian ini, dapat disimpulkan bahwa perilaku
manusia melibatkan segala aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner menyatak
an bahwa perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap rangsangan
dari lingkungan luar. Oleh karena itu, perilaku terjadi melalui interaksi antara
rangsangan yang diterima oleh organisme dan respons yang ditunjukkan oleh
organisme tersebut.

Dalam pemahaman umum bahwa perilaku merupakan faktor yang berkontrib


usi pada kesehatan dan menjadi target dalam promosi perubahan perilaku. Per
ubahan perilaku kesehatan, sebagai tujuan dari promosi atau pendidikan kese
hatan, memiliki setidaknya tiga dimensi. Pertama, mengubah perilaku negatif
(yang tidak sehat) menjadi perilaku positif yang sesuai dengan nilai-nilai kese
hatan. Kedua, mengembangkan perilaku positif (pembentukan atau pengemba
ngan perilaku sehat). Ketiga, memelihara perilaku yang sudah positif atau per
ilaku yang sudah sesuai dengan norma dan nilai-nilai kesehatan (perilaku seh
at). Ini termasuk mempertahankan perilaku sehat yang sudah ada. Perilaku se
seorang dapat berubah jika ada ketidakseimbangan antara dua kekuatan intern
al dalam dirinya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. apa saja teori perubahan perilaku


2. apa saja bentuk perubahan perilaku
3. bagaimana hubungan teori-teori perubahan perilaku dengan perubahan
perilaku kesehatan pada individu, kelompok, masyarakat

1.3 TUJUAN MASALAH

Mampu mengetahui apa saja perubahan perilaku kesehatan yang terjadi di


individu, masyarakat

1.4 MANFAAT PENULIS


berdasarkan tujuan penulis yang hendak dicapai, diharapka penulisan
makalah ini bermanfaat bagi pembaca sebagai bahan dalam memahami lebih
baik tentang apa saja perubahan perilaku kesehatan dalam program promosi
kesehatan.
BAB II

KERANGKA TEORI

1.PERUBAHAN PERILAKU

Perilaku adalah aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterim
a oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stim
ulus internal (Bimo walgito: 1990:15). Menurut Hasan Alwi dkk (2001: 8
59) perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsang
an atau lingkungan, sedangkan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007: 13
3) perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme dalam hal i
ni perilaku makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku makhuk hidup ter
utama manusia, pada hakikatnya adalah suatu tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri. Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku adalah kegiatan atau aktivitas makhluk hidup terutama manusia y
ang disebabkan karena adanya rangsangan yang berasal dari internal mau
pun eksternal. Siswa sebagai individu yang masih dalam tahap perkemban
gan dengan emosi yang labil akan mudah terpengaruh terutama lingkunga
n sekitar baik itu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu peril
aku positif senantiasa harus dilakukan seorang pendidik supaya dapat dija
dikan contoh. Karakteristik siswa antara individu satu dan yang lainnya b
erbeda, ada beberapa siswa yang menjadikan guru sebagai model, figure d
an panutan, sehingga menjadikan perilaku guru senantiasa memiliki perila
ku positif. Manusia yang dikodratkan sebagai makhluk sosial, yaitu indivi
du yang tidak bisa hidup sendiri, dalam kesehariannya membutuhkan oran
g lain dan saling berinteraksi. Kodrat manusia sebagai makhluk sosial jug
a merupakan salah satu penyebab individu berperilaku. Berdasarkan pemb
entukannya, perilaku, yang diproses dapat dilakukan melalui proses belaja
r. Pendidikan kesehatan di sekolah dasar lebih diutamakan tentang bagai
mana siswa mampu memiliki perilaku hidup bersih. Perilaku hidup bersih
tersebut dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan pribadi dan kebersih
an lingkungan.
Perilaku merupakan proses perubahan tingkah laku. Perilaku datang dari s
ebuah pikiran sehingga memaksa tubuh untuk melaksanakan aktivitas ata
u tindakan. Secara psikologi pikiran dan tubuh saling berhubungan yang
mempengaruhi kesehatan. Menurut Laura A. King (2010: 33-34) hubunga
n antara pikiran dan tubuh (mind and body) dibedakan menjadi dua yaitu
bagaimana pikiran berdampak pada tubuh dan bagaimana tubuh berdamp
ak pada pikiran. Pikiran berdampak pada tubuh, apa yang seseorang pikir
an akan berpengaruh pada tingkah laku seseorang tersebut, Perilaku keseh
atan yang berasal dari pikiran sehingga berdampak pada tubuh misalnya
makan dengan gizi seimbang, menggosok gigi, tidak merokok, tidak men
gkonsumsi NAPZA, akan berdampak pada tubuh seseorang. Pikiran yang
positif menyebabkan perilaku yang baik sehingga menjadikan tubuh seseo
rang bugar

2. TEORI PERUBAHAN PERILAKU

a. Teori Lawrence Green


Green berusaha untuk menganalisis perilaku manusia dalam konteks
kesehatan. Kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua
faktor utama, yaitu faktor perilaku (penyebab perilaku) dan faktor di luar
perilaku (penyebab non-perilaku). Selanjutnya, perilaku itu sendiri
ditentukan oleh tiga faktor:

1. Faktor predisposisi, yaitu faktor-faktor internal yang dapat mengambil


bentuk seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pengetahuan,
sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2. Faktor pendukung, yang melibatkan lingkungan fisik dan ketersediaan
fasilitas atau sarana kesehatan, seperti puskesmas, obat-obatan, alat
kontrasepsi, toilet, transportasi, dan sebagainya.
3. Faktor pendorong, yang melibatkan faktor-faktor eksternal yang dapat
berupa sikap dan perilaku petugas kesehatan, kelompok referensi,
perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, peraturan, atau norma yang ada.
Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:
B = Perilaku
PF = Faktor Predisposisi
EF = Faktor Pendukung
RF = Faktor Pendorong

Dapat disimpulkan bahwa perilaku individu atau masyarakat dalam hal


kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan
faktor-faktor lainnya dari individu atau masyarakat itu sendiri. Selain itu,
ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku petugas kesehatan terhadap
kesehatan juga dapat mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku
tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang enggan membawa anaknya
untuk diimunisasi di posyandu mungkin disebabkan karena kurangnya
pengetahuan tentang manfaat imunisasi bagi anaknya (faktor
predisposisi). Atau mungkin juga karena rumahnya jauh dari posyandu
atau puskesmas tempat imunisasi dilakukan (faktor pendukung). Selain
itu, faktor lain mungkin termasuk sikap dan perilaku petugas kesehatan
atau tokoh masyarakat di sekitarnya yang tidak pernah melakukan
imunisasi pada anak-anak mereka (faktor pendorong).

b. Teori Snehandu B. Kar


Kar mencoba untuk menganalisis perilaku kesehatan dengan berfokus
pada pemikiran bahwa perilaku adalah fungsi dari:
B = f (PF, EF, RF)

 Niat individu untuk bertindak terkait kesehatan atau perawatan


kesehatannya (niat perilaku).
 Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (dukungan sosial).
 Ada atau tiak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan (accessebilityof information).
 Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal ini mengambil
tindakan atau keputusan (personal autonomy).
 Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak
(action situation).

Uraian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

B = Behavior

f = fungsi

BI = Behavior Intention

SS = Social Support

AI = Accesessebility of Information

PA = Personal Autonomy

AS = Action Situation

Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat


ditentukan oleh niat orang terhadap objek kesehatan, ada atau tidak
adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya,ada atau tidaknya informasi
tentang kesehatan, kebebasan dari individu untuk mengambil keputusan/
bertindak, dan situasi yang memungkinkan ia berperilaku/bertindak atau
tidak berperilaku tidak bertindak. Seorang ibu yang tidak mau ikut KB
(behavior intention), atau barangkali juga karena tidak ada dukungan dari
masyarakat sekitarnya (social support).Mungkin juga karena kurang atau
tidak memperoleh informasi yang kuat tentang KB(accessebility of
information), atau mungkin ia tidak mempunyai kebebasan untuk
menentukan, misalnya harus tunduk kepada suaminya, mertuanya atau
orang lain yang ia segani (personal autonomy). Faktor lain yang mungkin
menyebabkan ibu ini tidak ikut KB adalah karena situasi dan kondisi yang
tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan(action situation).

B = f (BI, SS, AI, PA, AS)


c. Teori WHO

Tim kerja WHO melakukan analisis dan menyimpulkan bahwa


perilaku seseorang dipengaruhi oleh empat alasan utama.

a. Pemahaman dan pertimbangan (pikiran dan perasaan), yang


meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian individu
terhadap objek (dalam hal ini, objeknya adalah kesehatan).1) Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang


lain.Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah
memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya kena api. Seorang ibu akan
mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak setelah melihat anak
tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena anak tetangganya
tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio.

2) Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.


Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu. Misalnya, wanita hamil tidak boleh
makan telur agar tidak kesulitan waktu melahirkan.

3) Sikap

Sikap mengambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.


Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang
paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang
lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai – nilai kesehatan tidak
selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh
beberapa alasan, antara lain:

a) Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan pada situasi pada saat itu.

Misalnya, seorang ibu yang anaknya sakit, segera inggin membawa


kepuskesmas, tetapi pada saat itu tidak mempunyai uang sepersen
punsehingga ia gagal membawa anaknya ke puskesmas.
b) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu
kepada pengalaman orang lain. Seorang ibu tidak mau membawa anaknya
yang sakit keras kerumah sakit, meskipun ia mempunyai sikap yang
positif terhadap rumah sakit, sebab ia teringat akan anak tetangganya
yang meninggal setelah beberapa hari di rumah sakit.

c) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Seorang akseptor KB
dengan alat kontrasepsi IUD mengalami pendarahan. Meskipun sikapnya
sudah positif terhadap KB, tetapi ia kemudian tetap tidak mau ikut KB
dengan alat kontrasepsi apa pun.

d) Nilai (value)

Di dalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku nilai – nilai yang
menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup
bermasyarakat. Misalnya, gotong royong adalah suatu nilai yang selalu
hidup dimasyarakat.

b. Orang penting sebagai referensi (personal reference)

Perilaku orang , lebih – lebih perilaku anak kecil lebih banyak


dipengaruhi oleh orang – orang yang dianggap penting. Apabila
seseorang itu dipercaya, maka apa yang ia dipercaya, maka apa yang ia
katakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. Untuk anak – anak
sekolah misalnya , maka gurulah yang menjadi panutan perilaku mereka.
Orang – orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok
referensi (reference group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat
(suku), kepala desa, dan sebagainya.

c. Sumber – sumber daya (resources)

Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan


sebagainya.Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau
kelompok masyarakat. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat
bersifat positif maupun negatif. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat
berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga
dapat berpengaruh sebaliknya.

d. Kebudayaan (culture), kebiasaan, nilai – nilai, tradisi – tradisi.

Sumber – sumber di dalam suatu masyarakat, akan menghasilkan suatu


pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.
Kebidayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari
kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebidayaan selalu berubah, baik
secara lambat ataupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia.
Kebudayaan atau pola hidup masyarakat disini merupakan kombinasi dari
semua yang telah disebutkan sebelumnya. Perilaku yang normal adalah
salah satu aspek dari kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam
terhadap perilaku orang lain. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa
banyak alasan seseorang untuk berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang
sama diantara beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab atau latar
belakang yang berbeda – beda. Misalnya, alasan masyarakat tidak mau
berobat kepuskesmas, mungkin karena tidak percaya terhadap puskesmas,
mungkin tidak punya uang untuk pergi kepuskesmas, mungkin takut pada
dokternya, mungkin tidak tahu fungsinya puskesmas dan lain sebgainya.
Secara sederhana teori WHO ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Dimana:

B : Behavior

f : fungsi

TF : Thought and Feeling

PR : Personal Reference

R : Resources

C : Culture

Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan sesorang atau masyarakat


ditentukan oleh pemikiran dan perasaan atau pertimbangan seseorang,
adanya orang lain yang dijadikan referensi dan sumber – sumber atau
fasilitas – fasilitas yang dapat mendukung perilaku dan kebidayaan
masyarakat. Seseorang yang tidak mau membuat jamban keluarga, atau
tidak mau buang air besar di jamban, mungkin karena ia mempunyai
pemikiran dan perasaan tidak enak kalau buang air besar di jamban
(thought and feeling). Atau barangkali karena tokoh idolanya juga tidak
membuat jamban keluarga sehingga tidak ada orang yang menjadi
referensinnya (personal reference). Faktor lain juga, mungkin karena
langkahnya sumber –sumber yang dipperlukan atau tidak mempunyai
biaya untuk membuat jamban keluarga (resources). Faktor lain mungkin
karena kebudayaan (culture), bahwa jamban keluarga belum merupakan
kebudayaan masyarakat.

3. Bentuk bentuk Perubahan Perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat beragam, sesuai dengan konsep yang


digunakan oleh para ahli dalam pemahaman mereka tentang perilaku. Berikut ini
dijelaskan bentuk-bentuk perubahan perilaku menurut WHO. Menurut WHO,
perubahan perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori.

 Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu mengalami perubahan. Beberapa perubahan tersebut


terjadi secara alami. Jika terjadi perubahan dalam lingkungan fisik, sosial budaya,
atau ekonomi di suatu masyarakat, maka anggota masyarakat juga akan
mengalami perubahan. Misalnya, Bu Ani sebelumnya menggunakan ramuan
daun-daunan dari kebunnya saat mengalami sakit kepala. Namun, karena
perubahan kebutuhan hidup, Bu Ani beralih menggunakan jamu produksi pabrik
yang dapat dibeli di warung. Contoh lainnya adalah ketika seorang anak yang
pada masa kecilnya tidak tertarik pada lawan jenis, namun seiring bertambahnya
usia, ketertarikan terhadap lawan jenis menjadi lebih besar. Begitu pula dengan
seorang remaja laki-laki yang mengalami perubahan fisik saat memasuki masa
pubertas.
 .Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena individu merencanakan perubahan tersebut


sendiri, karena merasa akan mendapatkan kerugian atau keuntungan jika perilaku
tersebut dilanjutkan. Misalnya, Pak Anwar adalah seorang perokok berat. Ketika
ia mengalami batuk yang mengganggu, ia memutuskan untuk mengurangi
konsumsi rokok secara bertahap, hingga akhirnya berhasil berhenti merokok
sepenuhnya. Contoh lainnya adalah seseorang yang menderita penyakit tidak
menular seperti hipertensi atau diabetes mellitus harus mengubah pola makan dan
gaya hidupnya agar lebih sehat.

 .Kesediaan untuk Berubah (Readiness to Change)

Ketika terjadi inovasi atau program pembangunan dalam masyarakat, beberapa


orang akan dengan cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan
mengubah perilaku mereka, sementara yang lain mungkin akan lebih lambat
dalam menerimanya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kesediaan setiap individu
untuk berubah, yang dapat beragam. Setiap individu dalam masyarakat memiliki
tingkat kesediaan yang berbeda-beda untuk berubah, meskipun kondisinya sama.
Sebagai contoh, seseorang yang didiagnosis menderita penyakit mungkin
disarankan untuk melakukan pemeriksaan CT Scan. Namun, ada pasien yang
bersedia mengikuti saran dokter tersebut, sementara ada juga pasien yang enggan
melakukannya.

4. perubahan perilaku pada masyarakat

Pendidikan melibatkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku individu. Ini
berarti bahwa proses pendidikan membutuhkan waktu untuk mencapai hasilnya,
meskipun ada beberapa kasus di mana perubahan tersebut dapat terjadi dengan
cepat. Sejak kita masih bayi, proses pendidikan dimulai dan berlanjut sepanjang
hidup kita. Kita sering mendengar ungkapan "pendidikan sepanjang hayat", yang
menunjukkan bahwa belajar akan terus berlangsung selama kita hidup. Dalam
konteks ini, keluarga memainkan peran penting sebagai lingkungan pertama
dalam mendidik, terutama melalui peran orang tua.

Namun, tidak semua orang tua berhasil mendidik anak-anak mereka untuk
memiliki sikap dan tingkah laku yang benar. Hergenhahn dan Olson (2008: 87)
mengemukakan beberapa langkah yang dapat diambil oleh orang tua untuk
mengarahkan kehidupan anak, yaitu:

 Menentukan karakteristik kepribadian yang diinginkan untuk anak saat


dewasa.
 Mendefinisikan tujuan tersebut dalam bentuk perilaku konkret.
 Memberikan penghargaan atau imbalan untuk perilaku yang sesuai
dengan tujuan tersebut.
 Menciptakan konsistensi dengan mengatur lingkungan anak sedemikian
rupa sehingga lingkungan tersebut mendukung perilaku yang dianggap
penting.

Pendapat ini sejalan dengan realitas yang kita temui, terutama dalam hal perilaku
hidup sehat. Tidak semua orang tua memahami pentingnya hidup sehat dan
bagaimana cara menjalani gaya hidup sehat yang benar. Sebagai contoh,
merokok merupakan perilaku hidup yang tidak sehat, namun beberapa orang tua
masih merokok di depan anak-anak mereka. Hal ini tidak mendidik anak-anak
untuk hidup sehat, bahkan mereka bisa mengikuti kebiasaan merokok orang tua
mereka. Jika lingkungan keluarga tidak berperan dalam membentuk perilaku
hidup sehat, maka sekolah harus dapat mengambil peran untuk menanamkan
perilaku hidup sehat.

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan selanjutnya setelah keluarga, di mana


guru berperan dalam mendidik siswa agar memiliki perilaku hidup sehat sehari-
hari. Pendidikan jasmani, kesehatan, dan olahraga, termasuk dalam materi
pendidikan kesehatan, ditekankan di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Materi
pendidikan kesehatan mencakup kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan
(lingkungan fisik dan sosial).
Menurut Waryono (2013: 1-9), materi pendidikan kesehatan untuk SD meliputi:

1.Kebersihan diri sendiri, seperti kebersihan mulut dan gigi, kulit, kuku, rambut,
hidung, telinga, mata, dan menjaga pakaian yang bersih.

2.Kebersihan lingkungan, termasuk lingkungan rumah dan lingkungan sekolah.

3. Makan makanan yang sehat.

Penanaman perilaku hidup sehat melalui materi pendidikan kesehatan telah dimu
lai sejak tingkat Sekolah Dasar (SD). Namun, masih terdapat banyak siswa yang
belum mampu menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Ketika memasuki tingkat sekolah lanjutan, seperti SMP dan SMA, materi pendidi
kan kesehatan berfokus pada kesehatan reproduksi dan pola hidup sehat. Siswa p
ada usia pubertas atau dewasa ini perlu memahami mengapa penting untuk mera
wat kesehatan reproduksi mereka. Dalam hal ini, penekanan diberikan pada pola
hidup sehat dan menghindari perilaku yang tidak sehat seperti merokok dan peny
alahgunaan NAPZA.

Namun, materi yang diajarkan dalam mata pelajaran pendidikan olahraga dan kes
ehatan bukanlah satu-satunya sarana yang ada di sekolah untuk mengubah perilak
u siswa agar hidup bersih dan sehat. Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang ada di s
etiap sekolah sebaiknya dimanfaatkan secara optimal. UKS dibentuk dengan tuju
an menjadi wadah yang mampu meningkatkan kemampuan hidup peserta didik d
alam lingkungan sekolah. Sasaran dari UKS adalah siswa (SD/MI, SMP/MTS, S
MA/Madrasah), masyarakat sekolah, dan orang tua wali atau komite sekolah

UKS hadir sebagai sarana di sekolah untuk membantu siswa dalam mengubah pe
rilaku mereka menjadi lebih sehat. Ruang lingkup UKS mencakup tiga hal, yaitu
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat. Da
lam hal ini, pendidikan kesehatan menjadi bagian yang paling penting dalam ruan
g lingkup UKS. Melalui pendidikan kesehatan, siswa dapat meningkatkan penget
ahuan mereka tentang kebersihan dan kesehatan pribadi, kesehatan keluarga, dan
kesehatan masyarakat secara umum. Tujuannya adalah untuk mengubah sikap me
ntal siswa menjadi lebih positif terhadap kebersihan, serta mencintai dan menerap
kan perilaku hidup bersih dan sehat. Tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan
keterampilan hidup bersih dan sehat, baik bagi diri mereka sendiri, keluarga, mau
pun masyarakat.

Menjaga kesehatan pribadi juga melibatkan pembiasaan hidup sehat yang perlu d
itanamkan dalam diri siswa. Namun, penting untuk diingat bahwa membiasakan
hidup sehat membutuhkan waktu. Dalam rentang waktu selama 12 tahun, yang m
eliputi enam tahun di SD, tiga tahun di SMP, dan tiga tahun di SMA, siswa sehar
usnya telah mampu mengubah kebiasaan hidup sehat mereka. Mereka sudah dibe
kali dengan pendidikan kesehatan melalui mata pelajaran pendidikan jasmani, ke
sehatan, dan olahraga, serta melalui kegiatan-kegiatan yang terkait dengan UKS.

Perilaku siswa terkait hidup sehat dipengaruhi oleh banyak faktor

5.Hubungan teori perilaku pada individu, keluarga, masyarakat.

a. Individu

Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan): Teori ini menjelaskan bah
wa individu dapat mengubah perilaku kesehatan mereka jika mereka menyadari r
isiko dan manfaat yang terkait dengan perilaku tersebut. Dalam contoh merokok,
individu yang ingin berhenti merokok perlu meningkatkan keyakinan bahwa berh
enti merokok akan memberikan manfaat kesehatan jangka panjang dan meningka
tkan persepsi terhadap kerugian dari merokok. Dukungan dari keluarga, teman-te
man yang tidak merokok, dan program berhenti merokok juga dapat membantu i
ndividu dalam mengatasi kecanduan.

Transtheoretical Model of Change (Model Transisi Perubahan): Teori ini mengga


mbarkan tahap-tahap yang dialami individu dalam mengadopsi perubahan perilak
u. Dalam contoh rutinitas olahraga, individu yang ingin memulai olahraga melew
ati tahap-tahap seperti prekontemplasi (tidak menyadari pentingnya olahraga), co
ntemplation (mulai menyadari manfaat olahraga), preparation (membuat rencana),
action (melakukan olahraga secara teratur), dan maintenance (menjaga konsisten
si). Dalam setiap tahap, individu perlu mengatasi hambatan dan menjaga motivas
i untuk mencapai perubahan perilaku yang diinginkan.Social Cognitive Theory
(Teori Kognitif Sosial): Teori ini menekankan pentingnya observasi dan pembela
jaran sosial dalam perubahan perilaku. Individu yang ingin mengadopsi pola mak
an sehat perlu meningkatkan keyakinan diri, mengatur tujuan yang spesifik, men
ggunakan pengalaman positif, dan menciptakan lingkungan yang mendukung. Da
lam hal ini, individu mempelajari pola makan sehat melalui observasi, merencana
kan menu sehat, mencari pengalaman positif, dan menciptakan lingkungan yang
mendukung perilaku makan yang sehat.

Dalam keseluruhan, teori-teori perubahan perilaku digunakan untuk membantu in


dividu dalam menyadari pentingnya perubahan perilaku kesehatan, memperkuat
motivasi dan keyakinan diri, serta menciptakan lingkungan yang mendukung per
ubahan tersebut. Teori-teori ini memberikan kerangka kerja yang berguna dalam
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan dan
bagaimana perubahan perilaku dapat terjadi.

2. Keluarga

keluarga merupakan kelompok utama yang berperan dalam upaya pencegahan da


n pemeliharaan kesehatan serta memberikan asuhan kepada anggota keluarga yan
g sedang sakit. Selain itu, kelompok kecil memiliki peran dalam mempromosikan
kesehatan, kesejahteraan, dan perubahan perilaku pribadi.

Pada tingkat kelompok atau kelompok kecil, teori perubahan perilaku, seperti So
cial Cognitive Theory (SCT), dapat digunakan untuk memahami faktor sosial yan
g mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan. Teori-teori ini membantu kelomp
ok atau kelompok kecil dalam membangun norma dan budaya sehat, serta memb
entuk solidaritas dan dukungan dalam mengubah perilaku kesehatan.

Social Cognitive Theory (SCT) mengemukakan bahwa pembelajaran manusia ter


jadi dalam lingkungan sosial. Manusia dapat memperoleh pengetahuan, aturan, k
eterampilan, strategi, keyakinan, dan sikap dengan mengamati perilaku orang lain
Individu juga mengamati contoh-contoh perilaku untuk mempelajari manfaat da
n kesesuaian perilaku tersebut, lalu bertindak sesuai dengan keyakinan mereka te
ntang kemampuan dan hasil yang diinginkan.
Teori Social Cognitive Theory ini juga diterapkan dalam perubahan perilaku kese
hatan keluarga. Orang tua memiliki peran penting sebagai model atau tokoh bagi
anak-anak untuk meniru perilaku kesehatan. Sebagai contoh, anak yang sering m
elihat orang tua membersihkan tangan sebelum makan cenderung meniru perilak
u tersebut.

Dengan demikian, Social Cognitive Theory dapat membantu kelompok atau kelo
mpok kecil, termasuk keluarga, dalam memahami bagaimana perilaku individu d
apat mempengaruhi perilaku kelompok secara keseluruhan, terutama dalam konte
ks perubahan perilaku kesehatan.

3.Masyarakat

Berikut adalah beberapa strategi pencegahan perubahan perilaku di lingkunga


n masyarakat:

1. Pendidikan dan Kampanye Salah satu cara paling efektif untuk mencegah
perubahan perilaku yang tidak diinginkan adalah melalui pendidikan dan k
ampanye. Dalam konteks lingkungan masyarakat, pendidikan dan kampan
ye dapat dilakukan melalui media sosial, spanduk, poster, brosur, dan acar
a penggalangan dana. Kampanye ini harus didesain sedemikian rupa sehin
gga dapat menjangkau khalayak yang luas dan mampu memberikan infor
masi yang jelas dan tepat tentang dampak negatif dari perubahan perilaku
yang tidak diinginkan.
2. Peningkatan Kesadaran Peningkatan kesadaran merupakan strategi penceg
ahan perubahan perilaku yang paling penting. Masyarakat perlu diberi kes
adaran tentang pentingnya menjaga perilaku yang baik dan sehat, dan men
ghindari perilaku yang buruk. Kesadaran ini dapat ditingkatkan melalui be
rbagai cara seperti sosialisasi, seminar, pelatihan, dan diskusi kelompok. P
eningkatan kesadaran dapat membantu masyarakat memahami risiko yang
terkait dengan perubahan perilaku yang tidak diinginkan dan membantu m
ereka memilih perilaku yang lebih sehat dan bermanfaat.
3. Peningkatan Aksesibilitas Peningkatan aksesibilitas adalah strategi penceg
ahan perubahan perilaku yang penting dan efektif. Aksesibilitas yang baik
dapat membantu masyarakat memperoleh akses ke informasi, produk, dan
layanan yang diperlukan untuk memperbaiki perilaku mereka. Beberapa ca
ra untuk meningkatkan aksesibilitas adalah dengan memastikan ketersedia
an produk atau layanan yang dibutuhkan di pasar atau toko, memastikan k
etersediaan informasi yang tepat di media sosial dan situs web, serta mema
stikan ketersediaan layanan kesehatan yang baik di lingkungan sekitar.
4. Pemberian Insentif Pemberian insentif atau hadiah merupakan strategi yan
g efektif dalam mencegah perubahan perilaku yang tidak diinginkan. Dala
m lingkungan masyarakat, insentif dapat diberikan dalam bentuk uang tun
ai, hadiah, atau penghargaan lainnya yang dapat memotivasi masyarakat u
ntuk mempertahankan perilaku yang baik. Hal ini dapat mendorong masya
rakat untuk menghindari perilaku yang buruk dan memilih perilaku yang l
ebih sehat dan bermanfaat.
5. Pemberian Sanksi Pemberian sanksi atau hukuman juga dapat digunakan u
ntuk mencegah perubahan perilaku yang tidak diinginkan.

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam makalah ini, kami telah menjelajahi beberapa perubahan perilaku yang
relevan dalam konteks program promosi kesehatan. Perubahan perilaku
kesehatan ini memberikan kerangka konseptual yang bermanfaat bagi praktisi
kesehatan dalam merancang intervensi yang efektif untuk mendorong perubahan
perilaku yang berdampak positif pada kesehatan masyarakat..

Terakhir, perlu dicatat bahwa teori-teori perubahan perilaku hanya merupakan ke


rangka konseptual. Penerapan yang berhasil dari teori-teori ini membutuhkan pen
dekatan yang holistik dan adaptasi yang sesuai dengan 26 konteks lokal dan popu
lasi target. Praktisi kesehatan perlu menggabungkan pengetahuan teoritis dengan
pemahaman mendalam tentang populasi target dan kebutuhan mereka untuk mera
ncang program promosi kesehatan yang efektif. Dengan memanfaatkan teori-teor
i ini secara bijak, praktisi kesehatan dapat berkontribusi pada peningkatan nantin
ya.

3.2 SARAN

Diharapkan dengan adanya makalah hubungan teori perubahan perilaku


kesehatan pada individu, keluarga,dan masyarakat ini baik penulis maupun
pembaca yang khususnya calon tenaga Kesehatan ( perawat ) dapat memahami
dengan baik mengenai hubungan teori perubahan perilaku kesehatan pada
individu, keluarga, dan masyarakat dalam rangka memajukan Kesehatan
masyarakat serta meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yanuardianto, Elga. 2019. Teori Kognitif Sosial Albert Bandura. Jurnal


Auladuna, 1(2), 94-111
2. Buku modul promosi Kesehatan repositori uki.
3. Ajzen, I. (2018). Theory of planned behavior: The reasoned action
approach. Journal of Organizational Behavior, 39(3), 321-334.
4. Setyaningsih, I., & Suryawati, C. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Berbasis Teori Planned Behavior terhadap Perilaku Kesehatan Remaja.
Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 6(1), 47-58.

Anda mungkin juga menyukai