DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
FAKULTAS KEPERAWATAN
Dengan segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih dan
penyayang, kami bersyukur atas rahmat dan karunia-Nya yang melimpah. Kami
merasa bersyukur dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang
hubungan antara teori perubahan perilaku dan perubahan perilaku kesehatan
pada individu. Makalah ini dibuat sebagai bagian dari tugas mata kuliah
Pendidikan dan Promosi Kesehatan..
Isi dari makalah ini disusun secara sistematis dan menggunakan referensi dari be
berapa sumber yang dijadikan acuan. Kami telah berusaha semaksimal mungkin
dalam menyusun makalah ini dan mendapatkan bantuan dari beberapa pihak yan
g turut membantu kelancaran penyusunannya. Kami ingin mengucapkan terima k
asih kepada semua yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami
sadar bahwa makalah ini mungkin memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami m
engharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penulisan ma
kalah ini. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pe
mbaca.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
3.2 SARAN.......................................................................................................... 21
PENDAHULUAN
KERANGKA TEORI
1.PERUBAHAN PERILAKU
Perilaku adalah aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterim
a oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stim
ulus internal (Bimo walgito: 1990:15). Menurut Hasan Alwi dkk (2001: 8
59) perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsang
an atau lingkungan, sedangkan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007: 13
3) perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme dalam hal i
ni perilaku makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku makhuk hidup ter
utama manusia, pada hakikatnya adalah suatu tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri. Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku adalah kegiatan atau aktivitas makhluk hidup terutama manusia y
ang disebabkan karena adanya rangsangan yang berasal dari internal mau
pun eksternal. Siswa sebagai individu yang masih dalam tahap perkemban
gan dengan emosi yang labil akan mudah terpengaruh terutama lingkunga
n sekitar baik itu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu peril
aku positif senantiasa harus dilakukan seorang pendidik supaya dapat dija
dikan contoh. Karakteristik siswa antara individu satu dan yang lainnya b
erbeda, ada beberapa siswa yang menjadikan guru sebagai model, figure d
an panutan, sehingga menjadikan perilaku guru senantiasa memiliki perila
ku positif. Manusia yang dikodratkan sebagai makhluk sosial, yaitu indivi
du yang tidak bisa hidup sendiri, dalam kesehariannya membutuhkan oran
g lain dan saling berinteraksi. Kodrat manusia sebagai makhluk sosial jug
a merupakan salah satu penyebab individu berperilaku. Berdasarkan pemb
entukannya, perilaku, yang diproses dapat dilakukan melalui proses belaja
r. Pendidikan kesehatan di sekolah dasar lebih diutamakan tentang bagai
mana siswa mampu memiliki perilaku hidup bersih. Perilaku hidup bersih
tersebut dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan pribadi dan kebersih
an lingkungan.
Perilaku merupakan proses perubahan tingkah laku. Perilaku datang dari s
ebuah pikiran sehingga memaksa tubuh untuk melaksanakan aktivitas ata
u tindakan. Secara psikologi pikiran dan tubuh saling berhubungan yang
mempengaruhi kesehatan. Menurut Laura A. King (2010: 33-34) hubunga
n antara pikiran dan tubuh (mind and body) dibedakan menjadi dua yaitu
bagaimana pikiran berdampak pada tubuh dan bagaimana tubuh berdamp
ak pada pikiran. Pikiran berdampak pada tubuh, apa yang seseorang pikir
an akan berpengaruh pada tingkah laku seseorang tersebut, Perilaku keseh
atan yang berasal dari pikiran sehingga berdampak pada tubuh misalnya
makan dengan gizi seimbang, menggosok gigi, tidak merokok, tidak men
gkonsumsi NAPZA, akan berdampak pada tubuh seseorang. Pikiran yang
positif menyebabkan perilaku yang baik sehingga menjadikan tubuh seseo
rang bugar
Dimana:
B = Behavior
f = fungsi
BI = Behavior Intention
SS = Social Support
AI = Accesessebility of Information
PA = Personal Autonomy
AS = Action Situation
2) Kepercayaan
3) Sikap
a) Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan pada situasi pada saat itu.
c) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Seorang akseptor KB
dengan alat kontrasepsi IUD mengalami pendarahan. Meskipun sikapnya
sudah positif terhadap KB, tetapi ia kemudian tetap tidak mau ikut KB
dengan alat kontrasepsi apa pun.
d) Nilai (value)
Di dalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku nilai – nilai yang
menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup
bermasyarakat. Misalnya, gotong royong adalah suatu nilai yang selalu
hidup dimasyarakat.
Dimana:
B : Behavior
f : fungsi
PR : Personal Reference
R : Resources
C : Culture
Pendidikan melibatkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku individu. Ini
berarti bahwa proses pendidikan membutuhkan waktu untuk mencapai hasilnya,
meskipun ada beberapa kasus di mana perubahan tersebut dapat terjadi dengan
cepat. Sejak kita masih bayi, proses pendidikan dimulai dan berlanjut sepanjang
hidup kita. Kita sering mendengar ungkapan "pendidikan sepanjang hayat", yang
menunjukkan bahwa belajar akan terus berlangsung selama kita hidup. Dalam
konteks ini, keluarga memainkan peran penting sebagai lingkungan pertama
dalam mendidik, terutama melalui peran orang tua.
Namun, tidak semua orang tua berhasil mendidik anak-anak mereka untuk
memiliki sikap dan tingkah laku yang benar. Hergenhahn dan Olson (2008: 87)
mengemukakan beberapa langkah yang dapat diambil oleh orang tua untuk
mengarahkan kehidupan anak, yaitu:
Pendapat ini sejalan dengan realitas yang kita temui, terutama dalam hal perilaku
hidup sehat. Tidak semua orang tua memahami pentingnya hidup sehat dan
bagaimana cara menjalani gaya hidup sehat yang benar. Sebagai contoh,
merokok merupakan perilaku hidup yang tidak sehat, namun beberapa orang tua
masih merokok di depan anak-anak mereka. Hal ini tidak mendidik anak-anak
untuk hidup sehat, bahkan mereka bisa mengikuti kebiasaan merokok orang tua
mereka. Jika lingkungan keluarga tidak berperan dalam membentuk perilaku
hidup sehat, maka sekolah harus dapat mengambil peran untuk menanamkan
perilaku hidup sehat.
1.Kebersihan diri sendiri, seperti kebersihan mulut dan gigi, kulit, kuku, rambut,
hidung, telinga, mata, dan menjaga pakaian yang bersih.
Penanaman perilaku hidup sehat melalui materi pendidikan kesehatan telah dimu
lai sejak tingkat Sekolah Dasar (SD). Namun, masih terdapat banyak siswa yang
belum mampu menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Ketika memasuki tingkat sekolah lanjutan, seperti SMP dan SMA, materi pendidi
kan kesehatan berfokus pada kesehatan reproduksi dan pola hidup sehat. Siswa p
ada usia pubertas atau dewasa ini perlu memahami mengapa penting untuk mera
wat kesehatan reproduksi mereka. Dalam hal ini, penekanan diberikan pada pola
hidup sehat dan menghindari perilaku yang tidak sehat seperti merokok dan peny
alahgunaan NAPZA.
Namun, materi yang diajarkan dalam mata pelajaran pendidikan olahraga dan kes
ehatan bukanlah satu-satunya sarana yang ada di sekolah untuk mengubah perilak
u siswa agar hidup bersih dan sehat. Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang ada di s
etiap sekolah sebaiknya dimanfaatkan secara optimal. UKS dibentuk dengan tuju
an menjadi wadah yang mampu meningkatkan kemampuan hidup peserta didik d
alam lingkungan sekolah. Sasaran dari UKS adalah siswa (SD/MI, SMP/MTS, S
MA/Madrasah), masyarakat sekolah, dan orang tua wali atau komite sekolah
UKS hadir sebagai sarana di sekolah untuk membantu siswa dalam mengubah pe
rilaku mereka menjadi lebih sehat. Ruang lingkup UKS mencakup tiga hal, yaitu
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sehat. Da
lam hal ini, pendidikan kesehatan menjadi bagian yang paling penting dalam ruan
g lingkup UKS. Melalui pendidikan kesehatan, siswa dapat meningkatkan penget
ahuan mereka tentang kebersihan dan kesehatan pribadi, kesehatan keluarga, dan
kesehatan masyarakat secara umum. Tujuannya adalah untuk mengubah sikap me
ntal siswa menjadi lebih positif terhadap kebersihan, serta mencintai dan menerap
kan perilaku hidup bersih dan sehat. Tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan
keterampilan hidup bersih dan sehat, baik bagi diri mereka sendiri, keluarga, mau
pun masyarakat.
Menjaga kesehatan pribadi juga melibatkan pembiasaan hidup sehat yang perlu d
itanamkan dalam diri siswa. Namun, penting untuk diingat bahwa membiasakan
hidup sehat membutuhkan waktu. Dalam rentang waktu selama 12 tahun, yang m
eliputi enam tahun di SD, tiga tahun di SMP, dan tiga tahun di SMA, siswa sehar
usnya telah mampu mengubah kebiasaan hidup sehat mereka. Mereka sudah dibe
kali dengan pendidikan kesehatan melalui mata pelajaran pendidikan jasmani, ke
sehatan, dan olahraga, serta melalui kegiatan-kegiatan yang terkait dengan UKS.
a. Individu
Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan): Teori ini menjelaskan bah
wa individu dapat mengubah perilaku kesehatan mereka jika mereka menyadari r
isiko dan manfaat yang terkait dengan perilaku tersebut. Dalam contoh merokok,
individu yang ingin berhenti merokok perlu meningkatkan keyakinan bahwa berh
enti merokok akan memberikan manfaat kesehatan jangka panjang dan meningka
tkan persepsi terhadap kerugian dari merokok. Dukungan dari keluarga, teman-te
man yang tidak merokok, dan program berhenti merokok juga dapat membantu i
ndividu dalam mengatasi kecanduan.
2. Keluarga
Pada tingkat kelompok atau kelompok kecil, teori perubahan perilaku, seperti So
cial Cognitive Theory (SCT), dapat digunakan untuk memahami faktor sosial yan
g mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan. Teori-teori ini membantu kelomp
ok atau kelompok kecil dalam membangun norma dan budaya sehat, serta memb
entuk solidaritas dan dukungan dalam mengubah perilaku kesehatan.
Dengan demikian, Social Cognitive Theory dapat membantu kelompok atau kelo
mpok kecil, termasuk keluarga, dalam memahami bagaimana perilaku individu d
apat mempengaruhi perilaku kelompok secara keseluruhan, terutama dalam konte
ks perubahan perilaku kesehatan.
3.Masyarakat
1. Pendidikan dan Kampanye Salah satu cara paling efektif untuk mencegah
perubahan perilaku yang tidak diinginkan adalah melalui pendidikan dan k
ampanye. Dalam konteks lingkungan masyarakat, pendidikan dan kampan
ye dapat dilakukan melalui media sosial, spanduk, poster, brosur, dan acar
a penggalangan dana. Kampanye ini harus didesain sedemikian rupa sehin
gga dapat menjangkau khalayak yang luas dan mampu memberikan infor
masi yang jelas dan tepat tentang dampak negatif dari perubahan perilaku
yang tidak diinginkan.
2. Peningkatan Kesadaran Peningkatan kesadaran merupakan strategi penceg
ahan perubahan perilaku yang paling penting. Masyarakat perlu diberi kes
adaran tentang pentingnya menjaga perilaku yang baik dan sehat, dan men
ghindari perilaku yang buruk. Kesadaran ini dapat ditingkatkan melalui be
rbagai cara seperti sosialisasi, seminar, pelatihan, dan diskusi kelompok. P
eningkatan kesadaran dapat membantu masyarakat memahami risiko yang
terkait dengan perubahan perilaku yang tidak diinginkan dan membantu m
ereka memilih perilaku yang lebih sehat dan bermanfaat.
3. Peningkatan Aksesibilitas Peningkatan aksesibilitas adalah strategi penceg
ahan perubahan perilaku yang penting dan efektif. Aksesibilitas yang baik
dapat membantu masyarakat memperoleh akses ke informasi, produk, dan
layanan yang diperlukan untuk memperbaiki perilaku mereka. Beberapa ca
ra untuk meningkatkan aksesibilitas adalah dengan memastikan ketersedia
an produk atau layanan yang dibutuhkan di pasar atau toko, memastikan k
etersediaan informasi yang tepat di media sosial dan situs web, serta mema
stikan ketersediaan layanan kesehatan yang baik di lingkungan sekitar.
4. Pemberian Insentif Pemberian insentif atau hadiah merupakan strategi yan
g efektif dalam mencegah perubahan perilaku yang tidak diinginkan. Dala
m lingkungan masyarakat, insentif dapat diberikan dalam bentuk uang tun
ai, hadiah, atau penghargaan lainnya yang dapat memotivasi masyarakat u
ntuk mempertahankan perilaku yang baik. Hal ini dapat mendorong masya
rakat untuk menghindari perilaku yang buruk dan memilih perilaku yang l
ebih sehat dan bermanfaat.
5. Pemberian Sanksi Pemberian sanksi atau hukuman juga dapat digunakan u
ntuk mencegah perubahan perilaku yang tidak diinginkan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam makalah ini, kami telah menjelajahi beberapa perubahan perilaku yang
relevan dalam konteks program promosi kesehatan. Perubahan perilaku
kesehatan ini memberikan kerangka konseptual yang bermanfaat bagi praktisi
kesehatan dalam merancang intervensi yang efektif untuk mendorong perubahan
perilaku yang berdampak positif pada kesehatan masyarakat..
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA