Anda di halaman 1dari 45

TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.A


DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERPIREKSIA
DI BANGSAL BIMA 1 RSU
MITRA PARAMEDIKA
YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :
ANA DEVI NURVIAN DANI
ASP. 19.1893
ASISTEN PERAWAT

LEMBAGA LATIHAN KERJA KESEHATAN


CIPTO BHAKTI HUSODO
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir ini dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny.A Dengan
Diagnosa Medis Hiperpireksi di Bangsal Bima 1 RSU MITRA PARAMEDIKA
YOGYAKARTA

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat :

Mengetahui

Pebimbing Lapangan Pebimbing Akademik

Lina Kurniawati Prastiwi Dewi Saputri,AMd Keb

Kepala Bagian Akademik

Dono Susilo, S.Pd


HALAMAN MOTTO

1. Perubahan yang hakiki bisa terjadi ketika mempunyai keyakinan yang kuat
2. Keberanian dibutuhkan untuk meraih keberhasilan
3. Pusat kebahagian adalah hati, maka jagalah hati anda dengan islam
4. Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan
5. Kesuksesan adalah bagaimana menggunakan waktu dengan baik
6. Kesulitan cenderung menghasilkan sifat yang hebat
7. Jangan pernah berkata tidak bisa jika belum mencoba
8. Jangan suka menunda pekerjaan

i
HALAMAN PERSEMBAHAN

Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain engkau Ya Allah
SWT. Syukur Alhamdulilah berkat rahmat dan karuniamu, saya dapat mengerjakan
Tugaas Akhir Ini. Karya tulis ini penulis persembahan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, pikiran, serta kemudahan


sehingga saya mampu menyelesaikan tugas ini dengan lancer tanpa halangan
apapun.
2. Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan Doa tulus, kasih sayang yang tiada
henti, dukungan yang selalu membuat saya semangat, serta kerja keras mereka
membesarkan saya hingga sekarang.
3. Untuk teman teman almamater seperjuangan dikampus yang tak dapat
kusebutkan satu persatu. Mari kita lanjutkan perjuangan kita diluar sana menjadi
professional dan mengabdi pada masyarakat dan negara.
4. Dosen dosenku yang telah menjadi orang tua keduaku yang namanya tak dapat
kusebutkan satu persatu yang selalu memberikan motivasi untukku, selalu peduli
dan perhatian, kuucapkan terimakassih yang tak terhingga atas ilmu yang telah
kalian berikan sangatlah bermanfaat untukku.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahnya sehingga laporan Asuhan Keeperawatan pada Ny.A
Dengan Diagnosa Stroke dibangsal Bima 1 RSU MITRA PARAMEDIKA dapat
tersusun.
Karya tulis ini disusun dan diajukan guna untuk melengkapi tugas-tugas dan
untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan D1 asisten perawat Cipto Bhakti
Husodo Yogyakarta sesuai dengan program dan kegiatan selama menjalankan
Praktek Kerja Lapangan di RS MITRA PARAMEDIKA yang dimulai tanggal 17
Agustus 2020 sampai dengan 17 September 2020.
Didalam menyusun tugas ini penulis menyadari masih ada kekurangan,
kekurangan tersebut tidak ada unsur kesengajaan dan masih memerlukan banyak
latihan lagi.
Dengan selesainya karya tulis ini, penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasih pada :
1. Ibu Hj. Nur Arofah, SE selaku Direktur LLK2 CBH Yogyakarta.
2. Bapak Dono Susilo, S.Pd selaku diklat LLK2 CBH Yogyakarta.
3. Dr. Ichsan Poyotomo Direktur Utama RSU MITRA PARAMEDIKA.
4. Ibu Prastiwi Dewi Saputri, A.Md Keb Selaku Pebimbing akademik.
5. Semua perawat dan karyawan/karyawati RSU MITRA PARAMEDIKA.
6. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan baik mental maupun
spiritual.

Dengan demikian penulis menyadari bahwa laporan akhir ini masih banyak
kekurangan, semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi
pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN MOTTO..............................................................................................................i
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
C. Batasan Masalah.........................................................................................................3
D. Tujuan Penelitian.........................................................................................................3
E. Manfaat Penulisan......................................................................................................4
F. METODE PENELITIAN...................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI GAMBARAN UMUM PENYAKIT.....................................................7
A. DEFINISI.......................................................................................................................7
B. ETIOLOGI.....................................................................................................................9
C. Patofisiologi...............................................................................................................11
D. Manifestasi Klinis.......................................................................................................12
E. Prognosis...................................................................................................................14
F. Komplikasi.................................................................................................................14
G. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................15
H. Penatalaksanaan.......................................................................................................15
I. Pencegahan...............................................................................................................16
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN...................................................................18
A. Identitas Pasien.........................................................................................................18
B. Riwayat Kesehatan....................................................................................................19
C. Pola Kebiasaan Pasien...............................................................................................20
D. Pemeriksaan fisik.......................................................................................................21
E. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................23

iv
F. Pambahasan Masalah................................................................................................23
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................29
A. Kesimpulan................................................................................................................29
B. Saran.........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................34

v
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hiperpireksia yaitu peningkatan suhu tubuh diatas 38 oC, sejak dahulu


sudah dikenal sebagai tanda adanya suatu penyakit.Penderita atau orang tua
biasanya menyamakan tingginya berat dengan beratnya suatu
penyakit.Walaupun penderita dapat menahan suhu tubuh antara 38 oC – 40
o
C , namun demam dapat menimbulkan efek yang merusak . Pada 3% anak
yang berumur kurang dari 5 tahun terdapat kejang demam yang merupakan
separuh daripada seluruh kejang pada kelompok umur ini(Arvin 2003).
Demam adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan suhu tubuh.
Demam merupakan kondisi suhu tubuh diatas 37.5oC, sedangkan keadaan
hiperpireksia atau hipertermi (demam tinggi) adalah kenaikan suhu tubuh
sampai 41oC atau lebih. Peningkatan suhu tubuh ini sebagai respon terhadap
infeksi atau peradangan, dimana demam sering menjadi alasan mengapa
orang tua membawa anaknya ke pelayanan kesehatan( Menurut WHO).
Hiperpireksia dimana suhu tubuh lebih daripada 40 oC atau 41 oC,
terdapat pada 0,476/1000 kasus demam . Kenaikan suhu tubuh diatas 41 C
sebenarnya jarang terjadi, karena adanya set pointpengatur suhu yang diatur
oleh hipotalamus di otak (Arvin 2003).
Dari penderita yang datang keruang gawat darurat terdapat 0,048%
yang menderita Hiperpireksia, sedangkan dari 1761 penderita dengan infeksi
berat, misalnya Tipus Abdominalis dan Pneumonia lobaris ternyata 5%
diantaranya menderita Hiperpireksia. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa
meningkatnya suhu disertai dengan meningkatnya kasus bakterimia. Hal ini
dibuktikan bahwa pada kasus dengan Hiperpireksia terdapat 26% bakterimia
kultur positif dibandingkan dengan hanya 13% penderita dengan demam
dibawah 39 oC (www.blog.DocAstridGayatri).

1
Hiperpireksia meningkatkan metabolisme tubuh dan kerja sytem
kardiopulmoner dan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga harus
ditanggulangi sebagai kasus emergensi.
Angka kematian penderita Hiperpireksia cukup tinggi tetapi lebih pada
separuhnya bukan disebabkan oleh tingginya suhu, melainkan disebabkan
oleh penyebab Hiperpireksia (www.blog.DocAstridGayatri).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan jumlah kasus demam
di seluruh dunia mencapai 18-34 juta.Anak merupakan yang rentan terkena
demam, walaupun gejala yang dialami lebih ringan dari orang dewesa.
Hampir disemua daerah endemik, insidensi demam banyak terjadi pada anak
usia 5-19 tahun. Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil
terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karna menderita demam.
Profil kesehatan Indonesia tahun 2013, menggungkapkan bahwa jumlah
penderita demam yang disebabkan oleh insfeksi dilaporkan sebanyak 112.511
kasus demam dengan jumlah kematian 871 orang. Terjadi World Health
Organization (WHO) tahun 2018 menyatakankondisi musculoskeletal adalah
penyumbang disabilitas terbesar kedua di dunia, dengan nyeri punggung
bawah menjadi penyebab utama kecacatan secara global. Studi Global
Burden of Disease (GBD) memberikan bukti dampak kondisi
musculoskeletal, menyoroti beban disabilitas yang signifikan yang terkait
dengan kondisi ini.
Peningkatan jumlah kasus demam yang disebabkan oleh infeksi pada
tahun 2013 di bandingkan dengan tahun 2012 dengan angka 90.245 kasus
demam infeksi pada anak di Indonesia. Data Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung tahun 2013 menyebutkan bahwa demam pada anak usia 114 tahun
mencapai 4.074 anak dengan klasifikasi 1.837 anak usia 14 tahun, 1.192 anak
pada usia 5-9 tahun dan 1.045 pada anak usai 10-14 tahun.
Sedangkan penemuan kasus Hiperpireksi pada balita di Kota
Yogyakarta cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2015 – 2018, dengan
jumlah penemuan kasus hiperpireksi tahun 2015 sebanyak 396 kasus, tahun
2016 sebanyak 760 kasus, tahun 2017 sebanyak 823 kasus dan tahun 2018
sebanyak 1.178 kasus dengan jumlah prosentase 66,07%.

2
Penemuan kasus hipertermia di Kota Yogyakarta Per Puskesmas Tahun
2018. Jumlah penemuan kasus hipertermia tertinggi di Puskesmas
Mergangsan dengaan kasus penemuan hipertermia sebanyak 386 kasus,
jumlah kasus penemuan hipertermia terendah di Puskesmas Kotagede II
dengan jumlah kasus sebanyak 3 kasus. Laporan kasus hipertermia ada dari
Puskesmas dan RS jumlah penemuan kasus hipertermia di RS sebanyak 172
kasus.
Dari uraian tersebut jumlah keseluruhan kasus hiperpireksia masih
tinggi dan juga agar pembaca mengetahui gejala dan penanganan yang tepat
sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul “ Asuhan Keperawatan
Pada Ny.A dengan Hiperpireksia di RSU Mitra Pramedika Yogyakarta
Sebagai Karya Tulis Ilmiah.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Hiperpireksia?


2. Apa saja penyebab Hiperpireksia?
3. Bagaimana gejala dan tanda Hiperpireksia ?
4. Komplikasi apa saja yang terjadi pada penderita Hiperpireksia?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari Hiperpireksia?
6. Bagaimana penanganan dan pencegahan Hiperpireksia?
7. Bagaimana pengobatan Hiperpireksia?

C. Batasan Masalah

Penulis Melakukan asuhan keperawatan mulai tanggal 21 Agustus 2020


sampai tanggal 23 Agustus 2020 pada penderita diruang inap/bangsal Sadewa
di RSU Mitra Paramedika dan menggunakan proses Keperawatan Menjadi
Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanan dan evaluasi.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

3
a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan penderita Hiperpireksia dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat.
b. Penulis mendapat pengalaman secara nyata dalam melaksanakan
asuhan keperawatan kelas III RSU MITRA PARAMEDIKA
YOGYAKARTA.
c. Untuk memenuhi tugas kuliah.
d. Dapat memenuhi salah satu syarat kelulusan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu mengkaji pada kasus Ibu Ngatminah dengan diagnosa
medis Hiperpireksia.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada kasus Ibu
Ngatminah dengan diagnose medis Hiperpireksia.
c. Penulis mampu melakukan intereunsi Ibu Ngatminah dengan diagnosa
medis Hiperpireksia.
d. Penulis mampu melakukan implementasi Ibu Ngatminah dengan
diagnosa medis Hiperpireksia.

E. Manfaat Penulisan

Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan maanfaat dalam


keperawatan yaitu:
1. Bagi Penulis
Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya pada
penyakit Hiperpireksia dan pengalaman langsung dalam melakukan
penelitian.
2. Bagi Klien
Sebagai bahan masukan kepada pasien dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan pasca sembuh dari Hiperpireksia.
3. Bagi Keluarga
Sebagai bahan masukan kepada keluarga supaya mampu memperhatikan
masalah kesehatan didalam keluarga.
4. Bagi Rumah Sakit

4
Sebagai bahan masukan bagi rumahsakit Mitra Paramedika dalam rangka
melaksanakan program penanggulangan Stroke dan salah satunya
masukan informasi tentang faktor yang mempengaruhi kapatuhan minum
obat.
5. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam
pengelolaan kasus Hiperpireksia dan kekambuhannya.
6. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun
internassional.
7. Bagi Masyarakat
Menambahkan informasi mengenai penyakit Hiperpireksia (Demam) dan
pengobatannya sehingga dapat digunakan oleh masyarakat untuk
membantu program pemerintah dan pemberantaasannya.

F. METODE PENELITIAN

Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode diskripsi atau metode


pustaka dengan bentuk laporan studi kasus pemaparan masalah serta
pemecahan masalah secara langsung. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah :
1. Data Primer
a. Wawancara
Metode wawancara dilakukan pada pasien, keluarga pasien, perawat
serta dokter yang menangani untuk memperoleh informasi yang
lengkap dan gambaran umum penyakit yang diderita pasien.
b. Observasi
Metode observasi dilakukan dengan pengamatan langsung dan
tindakan keperawatan langsung pada pasien saat dirawat dirumahsakit.
c. Pemeriksaan Fisik

5
1) Inspeksi atau melihat yaitu Pemeriksaan dengan cara melihaat
langsung dengan mata seluruh tubuh atau sebagian ubuh tertentu
yang dibutuhkan : rambut, dada, mata.
2) Palpasi atau meraba yaitu Pemeriksaan pasien dengan cara meraba
dengan tangan pada bagian tubuh misal : kulit abdomen.
3) Perkusi atau mengetuk yaitu Pemeriksaan Pasien dengan cara
mengetuk-ngetuk tangan atau memakai alat pada bagian tertentu
guna mendengarkan suara bunyi atau gerakan reflex.
2. Data Sekunder
a. Study Dokumentasi : Metode yang dilakukan untuk memperoleh data
tentang riwayat penyakit pasien,perkembangan kesehatan
pasien,rencana tindakan pengobatan, hasil pemeriksaan kesehatan
selama dirawat di RS.
b. Study Kepustakaan : Sumber data yang diperoleh dari sumber data
lain yang berhubungan dengan penyakit dan cara perawatanya.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI GAMBARAN UMUM PENYAKIT

A. DEFINISI
Hipertermi merupakan keadaan kapan individu mengalami atau
beresiko mengalami kenaikan suhu tubuh lebih dari 37 oC per lisan atau 38 oC
per rektal karena peningkatan kerentaan terhadap faktor-faktor eksternal(blog
asuhan keperawatan).
Demam adalah peningkatan suhu tubuhdiatas normal 37 oC yang
merupakan respon fisiologi tubuh terhadap penyakit zang diperantairai pleh
sitokin dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh serta aktivitas
sistem imum (Hakim&Ahrens, 2002 dalam Kania, 2007) Menurut Badjatia
(2009), Demam adalah gejala peningkatan suhu tubuh sebagai respon
normal tubuh terhadap rusaknza termogulasi. Suhu tubuh ketika demam
biasanza lebih dari 38 C, ketika suhu tubuh melebihi 40 oC, maka suhu
dikatan sebagai Hiperpireksia (Calvello,Hu,& Khoujah,2001)
Menurut (Nanda 2015) Hipertermi (Demam adalah) suatu keadaan
dimana suhu tubuh lebih tinggi daripada biasanya, dan merupakan gejala dari
suatu penyakit. Menurunkan atau mengendalikan Demam pada anak dapat
dilakukan dengan pemberiaan antiseptik (farmakologik). Namun pemberiaan
antiseptik memiliki efek samping bila tidak diberikan dengan tepat yaitu
mengakibatkan Spasme Bronkus, peredaran saluran cerna, penurunan fungsi
ginjal dan dapat menghalangi supresi respon antibodi serum( Sumarno,
2010).
Demam terjadi jika berbagi proses infeksi ataupun noninfeksi saling
berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes (penjamu). Kebanyakan
demam terjadi pada anak karena perubahan pada pusat panas di hipotalamus.
Penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang
sistem tubuh. Selain itu demam mungkin demam berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam

7
membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi. Berbeda dengan
keyakinan yang lebih umum, baik peningkatan suhu maupun respon terhadap
antiseptik tidak mengidikasikan keparahan infeksi yang menyingkirkan
keraguan penilaian penggunaan demam sebagai indikator diagnostik atau
prognostik ( Sodikin,2012).
Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara
abnormal(NANDA 2015). Tipe-tipe demam yang biasanya sering ditemui
antara lain:
1. Demam Septik.
Merupakan suhu badan yang berangsur naik ketingkat yang tinggi pada
malam hari dan turun kembali ketingkat yang normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan mengiggil dan berkeringat.
2. Demam Remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dari titik sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam Intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbatas demam diantara dua serangan demam
tersebut.
4. Demam Kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari atu derajat.

Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai


bagian tubuh sebagai berikut: suhu aksila/ketiak diatas 37,2°C, suhu
oral/mulut diatas 37,8°C, suhu rektal/anus diatas 38,0°C, suhu dahi diatas
38,0°C, suhu di membran telinga diatas 38,0°C. Sedangkan dikatakan
demam tinggi apabila suhu tubuh diatas 39,5°C dan hiperpireksia bila suhu
diatas 41,1°C (Bahren, etal., 2014).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa demam merupakan peningkatan suhu tubuh diatas normal yang
terjadi sebagai suatu bentuk respon fisiologis tubuh terhadap gangguan
yang terjadi dalam tubuh termasuk penyakit ataupun gangguan
termogulasi.

8
G. ETIOLOGI
Demam sangat bergantung pada tingkat kenaikan suhu tubuh . Suhu
tubuh normal sangat bervariasi . Hal tersebut terjadi karena suhu tubuih
dipengarui oleh beberapa faktor meliputi individu dan lingkungan, usia, dan
aktivitas fisik (El-Rahdi & Barry, 2006: Avner, 2009). Berikut ini adalah
rentang normal suhu tubuh berdasarkan tempat pengukur zang berbeda, yaitu:

Tabel 2.1 Suhu normal pada anak berdasarkan tempat pengukuran (Canadian
Pediatric, Societz, 2000)
Tempat Rentang Suhu
Jenis Termometer Demam
Pengukuran Normal
Air 37,4
Aklis 34,7-37,3
raksa,elektronik
Air raksa,
Sublingual 35,5-37,5 37,6
elekronik
Air raksa,
Rektal 36,6-38 38,1
elektronik
Telinga Emisi infra merah 35,8-38 38,1

Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali diderita
anak yaitu demam non-infeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2008).
1. Demam Non-infeksi
Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang diderita oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam non-infeksi timbul karena
adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani
dengan baik. Contoh demam non-infeksi antara lain demam yang
disebabkan oleh adanya kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada
jantung, demam karena stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya
penyakit-penyakit berat misalnya leukimia dan kanker.
2. Demam Infeksi
Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan patogen,
misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil lainnya ke
dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara, atau

9
persentuhan tubuh. Imunisasi juga merupakan penyebab demam infeksi
karena saat melalukan imunisasi berarti seseorang telah dengan sengaja
memasukan bakteri, kuman atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam
tubuh balita dengan tujuan membuat balita menjadi kebal terhadap
penyakit tertentu. Beberapa pda enyakit yang dapat menyebabkan infeksi
dan akhirnya menyebabkan demam pada anak antara lain yaitu tetanus,
mumps atau parotitis epidemik, morbili atau measles atau rubella, demam
berdarah, TBC, tifus dan radang paru-paru (Widjaja, 2008).
Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi
menjadi 3 yaitu:
1. Demam infeksi
Antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam berdarah) dan infeksi
bakteri (demam tifoid dan pharingitis).
2. Demam non infeksi
Antara lain karena kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun
(penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu sendiri).
3. Demam fisiologis
Bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu panas dan
kelelahan setelah bermain disiang hari.

Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang, namun


anak adalah demam akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry & Marendra,
2010).
Pada kasus Typus Abdominalis , demam yang terjadi dimulai pada
minggu pertama ketika pertama kali kuman masuk kedalam intestial. Pada
saat ini terjadi demam yang naik turun . Suhu tubuh anak naik pada sore dan
malam hari dan akan menurun pada pagi hari. Demam pada periode ini dapat
dikategorikan dalam demam intermintten. Pada minggu selanjutnya, ketika
telah terjadi infeksi pada intestial, suhu tubuh anak tidak setinggi pada fase
bakterimia, namun demam yang terjadi pada periode ini berlangsung secara
terus menerus atau dapat dikatakan sebagai demam kontinu (Muttaqin & Sari,
2011).
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap obat, juga pada gangguan pusat
regulasi suhu sentral (misalnya pendarahan otak,koma). Pada perdarahan

10
internal, saat terjadinya reabsorbsi darah dapat pula menyebabkan
peningkatan temperatur (NANDA 2015).

H. Patofisiologi
Mekanisme naik turunya tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur
keseimbangaan antara produksi panas dan kehilangan panas. Hipotalamus
posterior bertugas meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran
panas. Bila hipotalamus posterior menerima suhu lingkungan lebih rendah
dari suhu tubuh maka pembentukan panas di tambah dengan meningkatkan
metabolisme dan aktivitas otot rangka dan bentuk mengigil dan vasokontrisi
kulit, serta pengurangan produksi keringan sehingga suhu tubuh konstan.
Heplotamus anteriormengatur suhu tubuh dengan cara mengeluarkan panas.
(Keyman , 2003 ; Niyet,Vinci & Lovejoz, 1994 dalam Kantin, 2007).
Pada umumnya peningktan suhu tubuh terjadi akibat peningkatan set
poin. Infeksi bakteri menimbulkan demam karena endotoksin bakteri
merangsang pembentukan progen dan endrogen. Progen endrogen bekerja di
hipotalamus dengan bantuan enzim siklooksigense membentuk progtaladin
selanjutnya prostaglagin meningkatankan set point hipotalamus. Selain itu
pelepasan pirogen endrogen diikuti oleh pelepasan cryogens (antipirestik
endrogen) yang ikut memodulasi peningktan suhu tubuh dan mencegah
peningkatan suhu tubuh pada tingkat yang mengancam jiwa ( Keyman,2003;
Nizet, Vinci& Lovejoy, 1994 dalam Kania 2007).
Pada kasus typus abdominlis , demam yang terjadi sebagai akibat
proses inflamisi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Kuman
yang masuk dalam usus halus akan melakukan invaginasi ke dalam plak
player, kemudian kuman masuk kedalam saluran limpatik dan sirkulasi darah
terjadilah bakterimia. Bakterimia tersebut mendasari timbulnya gejala seperti
pusing, mual, muntah, dan peningktan suhu ( Mutaqqin & Sari, 2011).
Peningkatan suhu pada kasus ini disebabkan karena Salmonella Typhi
melepaskan endotoksin yang merangsang sintesis pirogen edogren yang
mempengaruhu mekanisme termogulasi di hipotalamus. Selain itu sekresi
endotoksin juga mempengaruhu aktivitas metabolisme. Dalam hal ini akan

11
terjadi hipermetabolisme yang mengakibatkan tubuh mudah merasa lelah.
Efek endotoksin lainya ke hati dan lipa sehingga terjadi splenomegali dan
dimanisfestikan dengan hipertermi (Juwono, 1996).
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi
dengan mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung
bakteri ataubpecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag,
serta limfosit pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh
sel ini kemudian mencerna hasil pecahan bakteri, dan melepas zat interleukin
kedalam cairan tubuh zat pirogen leukosit/pirogen edogen). Pada saat
interleukin-1 sudah sampai hipotalamus akan menimbulkan demam dengan
cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit. Interleukin-1
juga memiliki kemampuan untuk mengidukasi pembentukan
prostagladinataupun zat yang memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian
bekerja dibagian hipotalamus untuk membagikan demam ( Sodikin,2012).

I. Manifestasi Klinis
Pada demam yang disebabkan oleh peningktan set point hipothalamus,
baik yang berhubungan dengan edogenus pyrogen maupun non-EP, terdapat
peninggian pembentukan panas dan penggurangan pengeluaran panas.
Penderita merasa dingin, terdapat piloeraction, mengiggil(shivering),
ekstremitas dingin, keringat tidak ada atau sedikit sekali dan posisi tubuh
penderita dalam posisi untuk mengurangi luas permukaan tubuh. Pada
demam dimana set-point hipothalamus normal, pembentukan panas
meningkat melebihi pengeluran panas dan mekanisme pengeluaran panas
normal, penderita merasa panas, tidak ada atau sedikit sekali dan posisi tubuh
penderita dalam posisi tubuh untuk mengurangi luas permukaan tubuh.
Pada demam disebabkan oleh displasia ektoderma,terbakar,
kelebihan/keracunan phenotiazine dan heat stroke terdapat pembentukan
panas normal tetapi mekanisme pengeluaran panas terganggu/bekurang.
Dalam hal ini penderita merasa panas,gelisah, lemah, ekstermitas panas dan
keringat berkurang sampai tidak ada.

12
Pada penderita dimana pusat pengaturan suhu rusak,pederita ini seperti
makluk poikilotermal, tidak dapat mempertahankan suhu tubuh terhadap
perubahan suhu disekitarnza.Suhu tubuh akan menetap, tidak dapat naik
turun. Rasisten terhadap antiseptik.
Pada penyakit terentu misaknya dehidrasi dengan hipertermia yang
disebabkan oleh diare terdapat gabungan set point normal dan meningkat
yaitu demam disebabkan oleh diare , yang mengakibatkan terjadinya set point
tetap normal.
Jika suhu badan meningkat terus pada pengukuran rektal mencapai 40
o
C atau lebih terjadilah apa yang dinamakan hiperpireksia sebuah menifestasi
secara klinis akan bertambah,terganggantung pada keadaan.
Hubungan demam dendan infeksi banyak diselidiki . Pada anak berobat
jalan dengan suhu tubuh 38,3 oC, ditemukan bakterimia pada 3,2-4,4% kasus.
Pada anak berumur 7 bulan sampai dengan 1 tahun dengan suhu tubuh dari
39,4 oC dan jumlah sel leukosit lebih dari 20.00/ml besar kemungkinan
menderita infeksi. Pada anak berumur kurang dari 2 tahun dengan suhu tubuh
40 C atau lebih dengan leukosit atau laju edap darah lebih dari 30mm/jam,
resiko bakterimi 3 kali lebih besar. Pada anak berumur kurang dari 3 bulan
dengan suhu lebih dari 40 oC, infeksi berat ditemuikan pada 31,4%- kasus,
meningtis bakterial pada 13,63% kasus. Sedangkan bila suhu tubuh antara
37,7-39,9 infeksi berat hanya ditemukan pada 9,5% kasus, tidak dijumpai
kasus meningitis bakterial (www.blogasuhankeperawatan).
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37 oC-40 oC, kulit hangat, takikardi, sedangkan batasan miror yang muncul
yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernafasan, menggil/
merinding perasan hangat atau dingin, nyeri dan sakit yang spesifik atau
umum (Carpenito,2008)

J. Prognosis
Prognosis hipertermi bergantung pada penyakit yang menyebabkan
hiperpireksi itu. Bila penatalaksaan baik,kebanyakan kasus dapat sembuh

13
daripada hiperpireksianya disebuah fungsi bisa kembali normal. Kematian
karena hiperpireksi saja 3-7% sedangkan kematiaan pada penyakit utama
20%. Jadi pengobatan yang ditujukan terhadap penyakit yang menyebabkan
hiperpireksi tetap merupakan hal yang utama.
Hipertermi juga dapat berakibat fatal bila penangananya terlambat,
dengan normal 80%, namun angka ini sudah turun ke 14% dengan adanya
adminitrasi detrolene (Doc Astrid Gayatri).
Studi dari Larch et al tahun 2004 menunjukan pentingnya monitoring
suhu dalam tatalaksa hipertermi. Studi ini menemukan bahwa resiko
klematian lebih tinggi 14 kali pada pasien dengan core temperature yang
tidak dimonitor . Selain itu, kemungkinan komplikasi meningkat 2,9 kali
untuk setiap kenaikan suhu 2 °C dan 1,6 kali untuk setiap penundaan 30
menit.

K. Komplikasi
Komplikasi bila tidak segara tertangani, hipertermia dapat
mengakibatkan kerusakan organ penting dalam tubuh , seperti otak. Pada
kondisi lanjut tanpa penanganan yang baik hipertermia juga dapat berujung
pada kematian.
Berikut beberapa contoh komplikasi akibat Hipertermia:
1. Gagal jantung kongesif merupakan kondisi kronis ketika jantung tidak
memompa darah sebagaimana mestinya. Gagal jantung dapat terjadi jika
jantung tidak dapat memompa sistolik ataupun mengisi distolik secara
memadai.
2. Nyeri sendi merupakan kondisi munculnya rasa tidak nyaman, rasa sakit
atau peradangan disetiap bagian dari sendi.
3. Henti jantung merupakan hilangnya fungsi jantung,napas,dan kesadaran
secara tiba-tiba dan tak terduga.
4. Iskemia intestinal merupakan beberapa kondisi yang terjadi ketika
penyumbatan di pembuluh darah yang menuju usus jadi berkurang.
5. Kulit Kemerahan merupakan infeksi virus yang ditandai dengan demam
dan kemunculan ruam merah dikulit. Ruang merah yang muncul saat
orang mengalami roseola disebut dengan exanthema subitum.
6. Dehidrasi merupakan keluarya banyak cairantubuh yang membahayakan,
yang disebabkan oleh penyakit, keringat berlebi, atau kurang asupan.

14
7. Anoreksia merupakan gangguan makanan yang menyebabkan seseorang
terobsesi dengan berat badan dan apa yang dimakanya.
8. Kejang Demam merupakan kejang pada anak yang disebabkan oleh
lonjakan suhu tubuh
9. Kematian (5,18%)

L. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui hiperpireksia lebih lanjut maka dilakukan
pemeriksaan Laboraturium yang meliputi pemeriksaan sel darah Hemoglobin,
Hematrokit, Eritosit, MCV, MCH, MCHC,Limfosit, Monosit. Serta
dilakukan tindakan seperti mengukur suhu mengunakan termometer dan
memberi terapi seperti infus Rl 30tpm, Injeksi Ranitidin 1 Amp.

M. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan
besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Betapa pentingnya
pengobatan Hiperpireksia sedini mungkin.
Hal yang harus dilakukan adalah:
1. Stabilitas pasien dengan tindakan ABC (Airway, breathing, Circulation)
2. Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas
3. Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9 % dengan
kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa
5 % dalam air dan salin 0, 45 %, karena dapat memperhebat edema otak.
4. Berikan makanan dan minuman lewat mulut dengan DET Khusus
5. Ambil sampel untuk pemeriksaan darah: pemeriksaan darah perifer
lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan
kreatinin), masa protrombin, dan masa tromboplastin parsial
6. Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut: kadar alkohol, fungsi hati, gas
darah arteri, dan skrining toksikologi
7. Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

N. Pencegahan
Demam adalah reaksi tubuh yang berusaha untuk melawan virus atau
infeksi.Demam tidak dianggap sebagai penyakit tetapi biasanya merupakan
gejala dari sebuah gangguan kesehatan atau infeksi.

15
Beberapa obat tanpa resep dapat membantu menurunkan suhu
seseorang. Ibupropen dan Acetaminophen keduanya efektif dalam
mengurangi demam. Jika kembali Demam setelah minum obat , jalan yang
baik adalah mencari bantuan dokter untuk mengenali penyebab demam secara
benar.Minum Ibuprofen dan acetaminophen dalam jangka waktu yang lama
dapat memiliki efek samping dan menyebabkan gagal hati.(blog askep 2008)
Secara umum orang-orang dengan penyakit yang sudah diketahui
sebelumnya, harus dokter yang telah mencoba pengobatan rumah, demam
tersebut mungkin merupakan tanda dari kondisi memburuk.
Jika disebabkan oleh hiperpitreksia serangan karena panas atau akibat
karena panas tak satupun dari obat-obat tersebut yang dapat
menyembuhkan.Pasien perlu didinginkan segera dan dijauhkan dari
lingkungan yang panas terlebih dahulu, melepas pakaianya, dan kemudian
menggunakan spons basah ketubuhnya untuk menurunkan suhu. Hal ini akan
membantu keadaan darurat tetapi bantuan dokter tetap harus dilakukan.
Kekurangan cairan juga dapat menyebabkan demam. Dalam hal ini,
pasien perlu diberi cairan Ciptanya. Pendinginan pasien dengan sponsor
basah juga dapat memperburuk situasi karena tidak hanya membuat pasien
tidak nyaman, tetapi tektik ini juga dapat menzyebabkan pasien mengggil dan
bahkan dapat meningkatkan suhu tubuh jika penyebabnya infeksi(blog
docdoc).
Ketika suhu tubuh mulai mencapai 106,1F dan lebih tinggi, mungkin
perlu untuk mengobati demam itu sendiri. Pengobatan langsung Hiperpireksia
dapat meliputi:
1) Mandi dengan air dingin dan spons basah di kulit.
2) Cairan hidrasi melalui IV atau diminum
3) `Obat penurun demam.

16
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Pasien
1. Nama Pasien.
Nama : Ny. A
Tempat,Tanggal Lahir : Sleman, 22 Agustus 1992
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Candwinagun 02/11
Sandonoharjo Ngaglik Sleman

No.RM : 025751

Diagnosa Medis : Hiperpireksia


Tanggal Masuk : 21 Agustus 2020
Tanggal Keluar : 23Agustus 2020
2. Nama Pnanggung jawab.
Nama Penanggung Jawab : Tn. S
Alamat Penanggung Jawab : Cadwinagun 02/11
Sandonoharjo
Hubungan Dengan Pasien : Suami
Pekerjaan : Pekerja Pabrik

18
O. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan pasien


a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan demam,mual dan muntah.

b. Keluhan utama saat dikaji


Pasien deman, batuk, pilrk dan nyeri tenggorokan.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien demam dari senin malam terhitung 3 hari yang lalu, pusing,
mual batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. TTV, TD : 110/70 mmgh, N :
98x/menit, S : 40,1 0c, RR : 20x/menit.

d. Riwayat Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit karena
demam tipoid 1 tahun yang lalu. Klien mengatakan tidak mempunyai
riwayat alergi obat ataupun makan tertentu.

2. Riwayat Keluarga
a. Genogram

19
= Laki-laki

= Pasien.

= Perempuan

P. Pola Kebiasaan Pasien

1. Aspek Fisik Biologis


a. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : pasien mengonsumsi makanan berupa nasi, sayur, lauk
3x sehari dan air putih 4-5 gelas/ hari. Tidak ada keluhan dalam makan
dan minum.
Saat sakit : pasien mengonsumsi makanan yang diberikandari rumah
sakit 3x sehari, tetapi pasien mengtakn makanan yang diberikan tidak
habis karena tidak nafsu makan dan air putih 2-3 gelas/ hari.

b. Pola Eliminasi

20
Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB lancar 1x dalam sehari
dengan konsistensi feses lunak, BAK 4-5x dalam sehari warna jernih
bau khas.
Saat sakit : pasien mengatakan BAB lancar 1x dalam sehari dengan
konsistensi feses lunak, BAK 3-4x dalam sehari warna kuning bau
khas.

c. Pola Aktivitas – Istirahat – Tidur


Sebelum sakit : pasien beraktifitas tanpa bantuan orang lain. Pasien
mengatakan tidur cukup 6-7 jam dalam sehari.
Saat sakit : pasien memerlukan bantuan orang lain. Pasien mengatakan
tidur 6-8 jam dalam sehari

d. Pola Kebersihan Diri


Sebelum sakit : pasien mandi sehari 2x dan berganti pakaian sehari 2
kali pagi dan sore. dilakukan secara mandiri.
Saat sakit : pasien hanya di seka keluarganya 2x sehari pada pagi dan
sore hari dan berganti pakean sehari 1 kali.

2. Aspek Sosial – Spiritual


a. Hubungan Komunikasi
Sebelum sakit : pasien berkomunikasi dengan baik.
Saat sakit : pasien berkomunikasi dengan baik

b. Faktor Lingkungan
Sebelum sakit : pasien aktif dalam kegiatan di daerahnya.
Saat sakit : pasien hanya di rumah.

c. Tingkat Ketergantungan
Sebelum sakit : pasien melakukan kegiatan sendiri tanpa bantuan orang
lain.

21
Saat sakit : pasien melakukan kegiatan dibantu oleh keluarganya,

d. Aspek Spiritual
Sebelum sakit : Klien beragama islam, beribadah kepada Allah SWT
dengan cara solat, puasa, dan sedekah. Klien tidak ada hambatan dalam
melakukan ibadah.
Saat sakit : Klien beragama islam, beribadah kepada Allah SWT
dengan cara solat, puasa, dan sedekah. Klien tidak ada hambatan dalam
melakukan ibadah.

Q. Pemeriksaan fisik

1. Kesehatan Umum
kesadaran : CM (Compos Mentis)
Status Gizi : Sedang.
Tanda-tanda : TTV, TD : 110/70 mmgh, N : 98x/menit, S : 40,1 0c, RR :
20x/menit.

2. Pemeriksa Secara Sistematik (Cepalo Caudal)


a. Kepala : bentuk mesocepal, rambut hitam, tidak ada benjolan,
tidak ada bekas luka jahit.
b. Mata : fungsi pengelihatan normal, konjungtiva ananemis,
sklera anikterik.
c. Hidung : fungsi penciuman baik, simetris, tidak ada polip.
d. Mulut : fungsi pengecapan normal, gigi lengkap, mukosa
bibir kering
e. Telinga : fungsi pendengaran normal, tidak ada lesi, tidak ada
serumen.
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thiroid.
g. Dada
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi.

22
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : bunyi sonor
Auskultasi : vesikuler, tidak ada tambahan bunyi nafas
h. Jantung
Inspeksi : tidak ada lesi, supel, simetris.
Auskultasi : suara bising usus 10x/menit.
Palpasi : ada nyeri tekan perut bagian bawah kanan.
Perkusi : tympani
i. Genetalia : tidak dikaji
j. Ekstermitas
k. Atas : 5 4

Bawah :
5 5

R. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan Laboraturium pada tanggal 21 Agustus 2020


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Unit

Sel Darah

Hemoglobin 12,7 11-16,5 g/dl

Hematokrit 36,50 4,8-10,8 %

Eritrosit 3,98 3,80-5,80 10^3/mm^3

Index

MCV 91,0 76-96 Fl

MCH 32.,1 27,0-32,0 Pg

MCHC 35,1 30,0-35,0 g/Dl

Differential

Limfosit 35,0 17,0-48,0 %

Monosit 70,2 43,0-76,0 %

23
Terapi yang di berikan :

1. Infus Rl 30tpm.
2. Injeksi Ranitidin 1 Amp.
3. Konsul Dokter.

S. Pambahasan Masalah

1. Analisa Data
DATA/SYMPTOM ETIOLOGI/PENYEBA PROBLEM
B

DO : Hipertermia
1. Hasil TTV TD : 110/70 mmhg, N :
98x/menit, S : 40,1oC, RR :
20x/menit.
2. Kulit beraba panas dan terlihat
kemerahan.
DS :
1. Pasien mengatakan demam
Agen injuri biologis Nyeri akut
DO :
1. Pasien tampak memejamkan mata
menahan nyeri
2. Hasil Hasil TTV TD : 110/70
mmhg, N : 98x/menit, S : 40,1 oC, RR
: 20x/menit
DS:
1. Pasein mengatakan pusing.

DO : Intake kurang Devisit

24
1. Membran mukosa kering volume cairan
2. Penurunan turgon kulit
3. Peningkatan suhu tubuh
DS:
1. Pasein mengatakan lemas dan minum
berkurang.

2. Diagnosa
a. Hipertermia
b. Nyeri b.d agrn ijuri biologis
c. Devisit volume cairan b.d intake kurang.
3. Intervensi.
NO TUJUAN DAN RENCANA RASIONALISASI
KRITERIA HASIL TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Setelah dilakukan 1. Pantau suhu 1. Untuk
tindakan keperawatan dan TTV memantau
selama 3x24 jam lainya. suhu pasien.
diharapkan masalah 2. Monitor warna 2. Untuk
hipertermia dapat kulit dan suhu. mengetahui
teratasi dengan kriteria 3. Dorong perkembangan
hasil ; konsumsi tanda-tanda
1. Peningkatan suhu cairan vital pasien.
kulit tidak ada dari 4. Lembabkan 3. Mengetahui
2 ke 5 bibir dan perkembangan
2. Perubahan warna mukosa keadaan
kulit tidak ada dari hidung yang pasien.
3 ke 5 kering.
3. Dehidrasi tidak ada
dari 3 ke 5
4. Sakit kepala tidak

25
ada dari 3 ke 5

2. Setelah dilakukan Manegement 1. Untuk


tindakan keperawatan nyeri memantau
selama 3x24 jam 1. Dilakukan tingat nyeri
diharapkan masalah pengkajian pasien.
nyeri dapat teratasi nyeri secara 2. Untuk
dengan kriteria hasil ; komprehensif. mengetahui
Tingkat nyeri 2. Berikan posisi perkembangan
nyeri dilaporkan tidak yang nyaman. tanda-tanda
ada dari 3 ke 5. 3. Monitor TTV. vital pasien.
ekspresi nyeri wajah 4. Ajarkan klien 3. Melatih
tidak ada dari 4 ke 5. mengontrol relaksasi
Melaporkan nyeri yang nyeri dengan mengontrol
terkontrol teknik non nyeri.
farmakologi : 4. Mengetahui
napas dalam perkembangan
keadaan
pasien.

3. Setelah dikalukan 1. Memonitor 1. Mengetahui


tindakan keperawatan membran perkebangan
selama 3x24 jam maka mukosa, tugon dehidrasi
devisit volume cairan kulit, dan pasien
teratasi dengan kriteria respon haus 2. Memberi rasa
hasil ; 2. Berikan cairan segar dan
1. Turgon kulit dengan tepat. rileks.
tidak terganggu. 3. Pastikan bahwa
2. Membran IV dan asupam
mukosa lembab eksternal

26
3. Tidak ada berjalan dengan
peningkatan suhu benar.
tubuh.
4. Intake cairan
tidak terganggu.

4. Implementasi
Waktu TINDAKAN RESPON PASEIN TTD
KEPERAWATAN
Jumat, 21 Anjurkan pasien DS :
Agustus untuk minum banyak Pasien mengatakan
2020 kurang minum
06.00 WIB DO :
Pasirn tampak
mengerti
Sabtu, 22 Mengganti cairan DS:
Agustus infus Pasien mengatakan
2020 cairan infus habis
12.00 WIB DO:
Pasien tampak rileks.

12.30 WIB Ajurkan pasien DS:


menghabiskan Pasien mengatakan
makanan makanan habis.
DO:
Klien tampak rileks
Minggu, 23 Mengganti cairan DS:
Agutus infus Keluarga pasien
2020 mengatakn cairan
15.00 WIB infus habis.
DO:
Klien tampak rileks

27
5. Evaluasi
No Tanggal Evaluasi
.
1. 21Agustus 2020 S : Pasien Baru Datang dengan keluhan
Demam dari hari senin
malam(+)pusing(+), mual(+), muntah-
muntah(-), Nyeri tenggorokan(+)
O : KU = Sedang
TD = 110/80 mmHg
N = 114 x/menit
S = 40,1 oC
R = 20 x//menit
A : Hipertermi, mual
P : Lanjutkan Tindakan
S : Pasien mengatakan pusing dan batuk
O : Sedang
A : Hipertermi Agak membaik
P : Memotivasi banyak minum.
2. 22Agustus 2020 S : Pasien mengatakan pusing,batuk
O : KU = Sedang
TD = 110/80 mmHg
N = 101 x/menit
S = 39 oC
R = 22 x//menit
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan Intervensi
3. 23 Agustus 2020 S : Pasien mengatakan Demam
O : KU = Sedang
TD = 110/80 mmHg
N = 101 x/menit
S = 36 oC
R = 22 x//menit
A Tifoid Fever Obs Trombosittopen

28
P : Lanjutkan Intervensi
BLPL

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A maka penulis


menyimpulkan bahwa hipertermi adalah keadaan dimana suhu tubuh
meningkat diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu untuk
menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas. Rentang normalnya
suhu tubuh berkisar antara 36,5-37,5 C. Secara umum penyebab hipertemia
yaitu Dehidrasi , penyakit atau trauma, ketidak mampuan atau menurunnya
kemampuan untuk berkeringat , Kecepatan metabolisme meningkat.
Hipertermi disebut demam serta dapat menyerang siapa saja(Avinn 2013).
Gejala yang sering dialami oleh penderita hiperpireksia antara lain
adalah:
1. Rasa haus meningkat.
2. Berkeringat ekstrim.
3. Pusing.
4. Kram otot.
5. Kelelahan dan kelemahan.
6. Mual,Muntah.
Dalam bab ini penulis membahas tentang keterkaitan dan kesenjangan
antara landasan teori dengan pelaksanan asuhan keperawatan pada Ny.A di
Bangsal Bima 1 RSU MITRA PRAMEDIKA YOGYAKARTA.
Ada beberapa yang dilakukan sesuai dengan tinjauan teori dan
pelaksanaan. Berikut yang dilakukan sesuai dengan tidakan teori dan
pelaksanan yaitu pemeriksaan fisik, terapi obat yang diberikan dan
pemeriksaan penunjang yang diberikan untuk pasien seperti pemeriksaan
Laboraturium.

29
Pasien tidak mengalami komplikasi dikarenakan pemicu hanyalah
penyakit ringan seperti demam,mual,pusing tetapi pasien mengalami
gangguan hiperpireksi sejak hari Senin malam pasien pun mengatakan
demam,batuk,pusing,mual,dan gangguan tidur selama 4 hari. Setelah
dilakukan perawatan selama 3 hari di RSU penyakit yang dialami pasien pun
belum teratasi dikarenakan setelah dilakukan pengkajian selama 3 hari dan
dari pengkajian advis Dokter mengatakan bahwa pasien terkena typoid fever
namun pasien sudah boleh pulang, dikarenakan sudah tidak mempunyai
keluhan demam yang tinggi.
Berikut hasil perawatan pada pasien Ny.A dimulai pada tangga 21
Agustus 2020 sampai 23 Agustus 2020 yaitu pada :
Hari pertama dengan melakukan perencanan-perencanan sesuai dengan
apa yang diintruksikan oleh dokter yaitu memasang infus RL 30tpm, injeksi
Ranitidine 1 Amp, dan pemeriksaan penunjang seperti pengecekan
Laboraturium yang meliputi Hemoglobin,Hematorokit, dll.

Hari kedua dilakukan tindakan perawatan sesuai terapi yang telah


dianjurkan oleh dokter. Adapun kendala saat pasien melakukan aktivitas baik
didalam lingkungan seperti setelah BAK sering terlipatnya selang infus
sehingga infus sering macet.

Hari ketiga selama perawatan di RSU MITRA PRAMEDIKA


YOGYAKARTA , pasien pun sudah tidak mengeluhkan demam,pusing,dan
mual pasien merasa sudah tidakl ada keluhan tetapi setelah dapat Advis
kajian dari Dokter pasien dinyatakan terkena Typoid Fever, namun dokter
sudah membolehkan pasien pulang dengan keadaan yang belum sepenuhnya
membaik.

Menurut Mayet (2007) mendefinisikan diagnosa adalah suatu pernyataan


klinik yang disampaikan setiap individu, keluarga, atau masyarakat yang
dapat menggambarkan tentang masalah kesehatan baik secara actual maupun
potensial sehingga dapat menjadi dasar untuk penentuan intervensi yang tepat
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh seorang perawat.

30
Pada teori diagnosa keperawatan menurut (NANDA,2018), ditemukan 3
diagnosa yaitu Hipertermi dimana suhu tubuh lebih dari 40 C selama
beberapa hari. Sedangkan pada kasus kelola individu tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan aplikasi. Pada aplikasi didapatkan 3 diagnosis
yaitu, Hipertermi kulit teraba panas dan kemerahan, nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri biologis, dan devisit kekurangan volume b.d intake kurang
output berlebih. Penulis mengangkat diagnosa diatas karena pada saat
melakukan pengkajian ditemukan gejala-gejala seperti demam, gangguan
pola tidur,dan nyeri akut. Adapun diagnosis yang muncul pada pasien Ny. A
adalah sebagai berikut :

1. Diagnosis I
Hipertermi kulit teraba panas dan kemerahan ditemukan pada pertinjauan
kasus, didalam teori juga ditemukan diagnosa ini.Hasil pengajian sesuai
dengan teori ditemukan data pasien mengatakan Pasien mengeluh
demam, pusing, mual, muntah. Dengan tanda-tanda vital TD: 1170/70
mmHg, Suhu: 40,1oC, Nadi : 98x/menit., R: 22x/menit, KU:
CM( Compas metis). Dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
tindakan doisesuaikan dengan kebutuhan pasien, komdisi pasien dan
saranan serta prasarana yang terjadi. Selama 1 x 24 jam telah dilakukan
pemeriksaan keperawatan seperti pemeriksaan TTV, mengkaji pola tidur,
pemberian injeksi, memotivasi pasien untuk istirahat cukup. Masalah
belum teratasi lanjutkan intervensi. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal, dengan demikian masalah ini dapat teratasi sepenuhnya sehingga
suhu badan kembali normal.
2. Diagnosa II
Nyeri akut berhubungan dengan Agen Injuri Biologis nyeri akut
ditemukan pada tinjauan kasus,didalam teori juga ditemukan diagnosis
ini. Hasil pengkajian sesuai dengan teori ditemukan data pasien bahwa
pasien mengatakan demam, pusing dan nyeri tenggorokan. Dengan
tanda-tanda vital TD : 110/70mmHg, S : 40,1 oC, N : 98x/menit, R :
20x/menit, KU: CM(Compas mentis). Dalam penyusunan perencanaan
dan pelaksanaan tindakan doisesuaikan dengan kebutuhan pasien,

31
komdisi pasien dan saranan serta prasarana yang terjadi. Selama 1 x 24
jam telah dilakukan pemeriksaan keperawatan seperti pemeriksaan TTV,
mengkaji pola tidur, pemberian injeksi, memotivasi pasien untuk istirahat
cukup. Masalah sebagian teratasi lanjutkan intervensi. Tanda-tanda vital
dalam rentang normal, dengan demikian masalah ini dapat teratasi
sepenuhnya sehingga suhu badan kembali normal dan nyeri berkurang.
3. Diagnosis III

Devisit kekurangan volume berhubungan dengan intake kurang


ditemukan pada tinjauan kasus, didalam teori juga ditemukan diagnosis
ini. Hasil pengkajian sesuai dengan teori ditemukan data pasien bahwa
pasien mengatakan lemas dan minum berkurang. Dengan tanda-tanda
vital TD : 110/80mmHg, S : 36 oC, N : 101x/menit, R : 20x/menit, KU:
CM(Compas mentis). Dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
tindakan doisesuaikan dengan kebutuhan pasien, komdisi pasien dan
saranan serta prasarana yang terjadi. Selama 1 x 24 jam telah dilakukan
pemeriksaan keperawatan seperti pemeriksaan TTV, mengkaji pola tidur,
pemberian injeksi, memotivasi pasien untuk istirahat cukup. Masalah
sebagian teratasi lanjutkan intervensi. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal, dengan demikian masalah ini dapat teratasi sepenuhnya hingga
pasien tidak mempunyai keluhan.

T. Saran
Adanya beberapa saran sebagai bahan pertimbangan yang nantinya akan
menjadi pembaca kerah yang lebih baik.
1. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Perhatikan pola kebersihan diri
a. Perhatikan pola kebersihan rumah
b. Perhatikan pola makan yang seimbang
c. Perhatikan pola istirahat yang cukup

2. Bagi RS
a. Memperhatikan penurunan atau kenaikan suhu pasien

32
b. Memperhatikan penurunan dan kenaikan cairan dalam tubuh manusia
c. Selalu memotivasi pasien
d. Mengawasi keadaan pasien

3. Bagi lembaga Cipto Bhakti Husodo


a. Meningkatkan mutu Pendidikan
b. Menyediakan fasilitas yang memadai

33
DAFTAR PUSTAKA

Muzaki, Farhan. 2019 “Laporan PKL Febris”,


https://id.scribd.com/document/422075654/Laporan-Pkl-Febris, Diakses pada 20
September 2020 pukul 18.20 .

Hela.2018 “Hiperpireksia”, https://id.scribd.com/document/381609969/hiperpireksia,


Diakses pada 20 September 2020 pukul 21.00 .

Sophiano,Adams Westlifer. 2015 “Hiperpireksia pada Anak”,


https://id.scribd.com/doc/290857913/Hiperpireksia-Pada-Anak , Diakses pada 21
September pukul 20.10 .

Gayarti, Astrid. 2020 “Hiperpireksia”, https://www.academia.edu/31585200/Hiperpireksia,


Diakses pada 22 September 2020 pukul 22.00 .

Zuhdy, Rizal. 2020 “Hiperpireksia”,


https://www.kompasiana.com/rizal95387/5e5926e1d541df1f88442712/hiperpireksia-
kenali-penyebab-dan-gejala-nya?page=all, Diakses pada 23 September 2020 pukul 19.15 .

34

Anda mungkin juga menyukai