Anda di halaman 1dari 105

i

PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP RASIO PROFIT


ABILITAS DENGAN RASIO LIKUIDITAS
SEBAGAI INTERVENING PADA PERUSAHAAN
SUBSEKTOR KIMIA YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Magister Manajemen (M.M)
Program Studi Manajemen

Oleh :

HUSNA ROITO PULUNGAN


NPM : 1820030021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan bagi penulis dalam

menyelesaikan penyusunan proposal tesis yang berjudul “Pengaruh Rasio

Aktivitas terhadap Rasio Profitabilitas dengan Rasio Likuiditas sebagai

Intervening pada Perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia”.

Tak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada

junjungan alam Baginda Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya

di hari akhir kelak.

Penulisan proposal tesis ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Manajemen Program Studi Magister Manajemen di

Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Penulis menyadari

dalam proses penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak baik

yang terlibat secara langsung maupun tak langsung. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Sumber inspirasi, kekuatan, penyemangat hidup yaitu Kedua orang tua saya

Bapak Irpan Taufik Pulungan dan Almh. Ibu Asni Lubis, terimakasih atas

do’a, nasehat, dukungan dan kasih sayangnya yang telah diberikan selama ini.

i
ii

2. Bapak Prof. Dr. Agussani, MAP, sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Triono Eddy S.H., M.Hum, sebagai Direktur Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

4. Bapak Dr. Hazmanan Khair, MBA., sebagai Ketua Program Studi Magister

Manajemen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Eka Nurmala Sari, S.E., Ak., CA sebagai pembimbing I yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyusun

penulisan tesis.

6. Bapak Assoc. Prof. H. Muis Fauzi Rambe, S.,E M.M sebagai pembimbing II

yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam

menyususn penulisan tesis.

7. Seluruh dosen dan staff di Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam menempuh studi

selama ini.

8. Nurmah Fudzah S.M, Anggita Putri Lubis, S.M, Munadia Istiqamah, S.M,

dan Khana Saputri S.M, yang selalu menemani selama saya dalam

perkuliahan ini dan seperjuangan melakukan penelitian sampai tesis selesai.

9. Teman - teman kelas B Magister Manajemen terima kasih atas waktu dan

pengalamannya ketika duduk di bangku perkuliahan, semoga Allah selalu

meridhoi dan memberkahi pencapaian kita. Amin

Penulis menyadari bahwa proposal tesis ini masih jauh dari

sempurna, tentunya hal ini tidak terlepas dari kertebatasan ilmu

pengetahuan, pengalaman,
dan referensi. Penulis memohon kepada Allah SWT dan berharap

semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatu

Medan, Agustus 2022

Penulis

HUSNA ROITO PULUNGAN


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perekonomian di Indonesia dari tahun ketahun mengalami perubahan,

perubahan ekonomi ini berdampak pada kegiatan dan keadaan perusahaan-perusahaan

di Indonesia, oleh karena itu perusahaan-perusahaan di Indonesia harus mengikuti

perubahan tersebut agar dapat terus bertahan dan berkembang seiring dengan

kemampuan perusahaan untuk menyikapi persaingan dengan perusahaan lainnya.

Artinya ekonomi merupakan keadaan yang fleksibel, atau mudah mengalami

perubahan yang disebabkan oleh perubahan zaman termasuk didalamnya akibat dari

perkembangan budaya, perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan lain

sebagainya yang akhirnya membawa dampak kepada keadaan operasional perusahaan

dalam memahami dan mengikuti perubahan zaman pada era globlalisasi ini.

Bursa Efek Indonesia atau Indonesian Stock Exchange (IDX) merupakan pasar

modal yang ada di indonesia. Bursa Efek Indonesia memiliki peranan penting sebagai

sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi, yang merupakan salah satu alternatif

penanaman modal. Bagi perusahaan, BEI membantu perusahaan untuk mendapatkan

tambahan modal dengan cara go public yaitu kegiatan penawaran saham atau efek

lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang go public) kepada masyarakat

berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan pelaksanaanya,

Qoribulloh (2013)

Proses menyesuaikan diri perusahaan harus mengikuti perkembangan yang

terjadi dan harus dapat bersaing dengan perusahaaan lainnya, karena itulah setiap

perusahaan harus memiliki keakuratan dan ketepatan dalam melakukan atau

1
2

mengambil keputusan, keakuratan dan kestabilan suatu perusahaan dapat dilihat dari

sistem yang digunakan dari sumber daya yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan,

laporan keuangan dapat diandalkan dalam pengambilankeputusan.

Dari bebagai sektor industri yang terdaftar di BEI, sektor industri yang menjadi

obyek penelitian adalah sektor industri Kimia yang merupakan salah satu sektor yang

tergolong membutuhkan dana yang tidak sedikit dikarenakan pada umumnya industri

jenis ini membutuhkan alat-alat dan mesin berteknologi canggih yang memerlukan

biaya yang cukup tinggi untuk memiliki aset tersebut serta perawatannya dimasa

mendatang.

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,

merupakam suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

tahun buku yang bersangkutan.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan itu, perusahaan harus dapat beroperasi

secara lancar dan dapat mengkombinasikan semua sumber daya yang ada, sehingga

dapat mencapai laba yang optimal. Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh

banyak hal antara lain laba perusahaan itu sendiri.

Penjualan juga merupakan kriteria penting untuk menilai profitabilitas

perusahaan dan merupakan indikator utama atas aktivitas perusahaan. Perusahaan yang

bergerak di bidang perdagangan membutuhkan pengolahan terhadap modal kerja yang

lebih efisien. Menurut (Kasmir, 2015) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga

memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Intinya adalah

penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan.

Likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban


3

keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Menurut (Julita et al., 2017)

current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

Semakin besar aktiva lancar maka akan semakin tinggi rasio lancar. Bagi investor

tingkat likuiditas dapat memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam

membayar hutang-hutang jangka pendek pada saat ditagih, sehingga dapat menilai

keamanan atas dana yang akan diinvestasikan. Kemampuan membayar tersebut akan

memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan pinjaman berikutnya.

Laba adalah sebagai berikut: “Laba (earnings) atau laba bersih (net income)

mengidentifikasi profitabilitas perusahaan (Wild dan Subramanyam,2014:25). Laba

mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan,

sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat”. Laba merupakan

salah satu faktor untuk menilai baik buruknya kinerja perusahaan. Selain itu juga usaha

yang sering dilakukan oleh perusahaan agar perkembangan bisnisnya berjalan dengan

baik adalah dengan meningkatkan penjualannya serta mampu mengontrol perputaran

persediaannya dengan baik sehingga dapat meningkatkan laba.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laba adalah kelebihan

pendapatan diatas biaya sebagai imbalan menghasilkan barang dan jasa selama satu

periode akuntansi.

Retrun On Asset yang tinggi menunjukkan semakin efesien perusahaan dalam

menjalankan operasinya yang mengidentifikasikan bahwa perusahaan memiliki

kemampuan yang besar dalam menghasilkan laba.

Return On Asset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi

aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk
4

mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap dana

yang tertanam dalam total aset. (Hery, 2016 : 193)

ROA digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba

dengan menggunakan total aset yang dimiliki. (Kasmir, 2016:201). Selain itu kinerja

keuangan perusahaan juga dapat dilihat dari ratio aktifitasnya.Dari hasil pengukuran

dengan rasio aktifitas ini, akan terliat apakah perusahaan ini lebih efisien dalam

mengelola aktifitas yang dimiliki. Rasio yang digunakan untuk mengukur rasio

aktifitas yaitu total asset turn over, perputaran total aktiva (total asset turnover)

merupakan analisis laporan keuangan yang angkanya dihitung: penjualan bersih dibagi

rata rata total aktiva. Sumarso (2015 : 306)

Tabel 1.1
Data Laba Bersih pada Perusahaan Sub Sektor Kimia yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2016 – 2021

KODE LABA BERSIH RATA -


No EMITEN 2016 2017 2018 2019 2020 2021 RATA
30.071.38
1 INCI 9.988.836 16.554.272 16.675.673 13.811.736 11.036.924
0 16.356.470
2 BRPT 279.796 374.974 242.066 137.380 141.383 296.007 245.268
90.685.82 95.929.07
3 EKAD 76.195.665 74.045.187 77.402.572 108.490.477
1 0 87.124.799
10.009.39
4 DPNS 5.963.420 9.380.137 3.937.685 2.400.715 22.723.655
1 9.069.167
11.056.05 44.152.24
5 ACID 17.698.567 38.735.092 42.829.128 26.542.985
1 5 30.169.011
6 TPIA 300.125 250.551 182.316 23.647 51.542 152.004 160.031
21.122.27 27.894.82
7 UNIC 11.931.399 17.280.630 11.388.329 58.052.717
6 1 24.611.695
RATA - 20.491.75 28.663.02
RATA 7 18.424.121 22.363.014 21.361.497 2 32.470.681 23.962.349
Sumber : https://www.idx.co.id/tahun 2016-2021 (Data diolah)

Dari tabel I.1 diatas, data yang diperoleh dari perusahaan Sub Sektor Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diketahui bahwa rata-rata keseluruhan setiap

tahunnya sebesar 23.962.349. Jika di lihat dari rata-rata pertahunnya pada perusahaan

Sub Sektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) setiap tahunnya
5

cenderung mengalami penurunan hal ini dapat dilihat pada tahun 2017 sebesar 18.424.

121 dibanding tahun 2016 sebesar 20.491.757. Di tahun 2018 sebesar 22.363.014 kem

udian pada tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 21.361.497 akan tetapi pada

tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 28.663.022 dan tahun 2021 juga mengalam

i peningkatan sebesar 32.470.681. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata industri terdapat

4 (empat) perusahaan yang berada di bawah rata-rata yaitu INCI sebesar 16.356.470, B

RPT sebesar 245.268, DPNS sebesar 9.069.167, dan TPIA sebesar 160.031, dan ada 3

(tiga) perusahaan di atas rata-rata yaitu EKAD sebesar 108.490.477, ACID sebesar 30.

169.011 dan UNIC sebesar 24.611.695. Dimana datanya berhubungan dengan laba

bersih, mengalami kenaikan laba perusahaan secara terus menerus. Hal ini

menunjukkan bahwa laba yang di inginkan perusahaan sudah sesuai dengan harapan,

sehingga tidak mengganggu kinerja perusahaan atau keberlangsungan kegiatan

perusahaan dalam menjalankan bisnis perusahaan.

Laba digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik dan manajemen.

Return On Asset (ROA) juga salah satu indikator penting untuk menentukan nilai

prospek suatu perusahaan dimasa yang akan datang karena Return On Asset (ROA)

digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Aktiva yang dimiliki

perusahaan menjadi sumber dana yang dibutuhkan perusahaan. Aktiva yang dapat

dijadikan agunan untuk menambah hutang dari pihak investor guna menambah modal.

Selain menjadikan aktiva tetap sebagai agunan, aktiva tetap juga bisa menambah modal

perusahaan dengan cara menjual aktiva yang tidak produktif atau sudah tidak layak

pakai contohnya mobil yang sering rusak. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk

memaksimalkan penggunaan aktiva yang ada di perusahaan. Selain aktiva tetap,

pendanaan modal juga dapat menggunakan total aktiva (Rambe et al., 2017).
6

Berikut ini tabel Total Aktiva pada perusahaan Sub Sektor Kimia yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2
Data Total Aktiva pada Perusahaan Sub Sektor Kimia yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2016-2021

N KODE TOTAL AKTIVA RATA -


EMIT
o EN 2016 2017 2018 2019 2020 2021 RATA
387.585.32
1 INCI 269.351.381 303.788.390 391.362.697 405.445.049 444.865.800 510.698.600
0
467.409.57
2 BRPT 2.570.590 6.872.043 7.042.491 7.182.435 7.683.159 9.241.551
6
1.081.979.82 1.165.564.74 624.401.92
3 EKAD 702.508.630 796.767.646 853.267.454 968.234.349
0 5 3
543.950.85
4 DPNS 296.129.565 308.491.173 322.185.012 318.141.387 317.310.718 362.242.571
1
385.239.35
5 ACID 717.149.465 652.726.454 686.777.211 779.246.858 906.846.895 860.162.908
4
121.814.25
6 TPIA 2.129.269 2.619.679 3.173.486 3.451.211 3.593.747 4.995.060
0
309.717.47
7 UNIC 226.913.639
223.746.950 236.410.388 219.757.421 242.256.371 292.723.782
5
RATA – 379.133.52
316.678.934 327.858.905 357.174.106 385.922.673 429.219.501 457.947.031
RATA 5
Sumber : https://www.idx.co.id/tahun 2016-2021 (Data diolah)

Dari tabel I.2 diatas, data yang diperoleh dari perusahaan Sub Sektor Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diketahui bahwa rata-rata keseluruhan setiap

tahunnya sebesar 379.133.525. Jika di lihat dari rata-rata pertahunnya pada perusahaan

setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2016 sebesar 316.

678.934, tahun 2017 sebesar 327.678.934 . Di tahun 2018 meningkat sebesar

357.174.106, kemudian pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 385.922.673,

tahun 2020 sebesar 429.219.501 dan tahun 2021 juga mengalami peningkatan sebesar

457.947.031. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata industri terdapat 5 (lima) perusahaan

yang berada di atas rata-rata yaitu INCI sebesar 387.585.320, BRPT sebesar 467.409.5

76, EKAD sebesar 624.401.923, DPNS sebesar 543.950.851 dan ACID sebesar 385.23

9.354. Kemudian ada 2 (dua) perusahaan di bawah rata-rata yaitu TPIA sebesar 121.81

4.250 dan UNIC sebesar 309.717.47. Besarnya jumlah aktiva dapat memperbesar
7

volume penjualan apabila total aktiva ditingkatkan atau diperbesar. Kondisi ini

menunjukkan bahwa besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan dapat memberikan

kontribusi yang tinggi pada peningkatan laba sehingga dapat disimpulkan bahwa

peningkatan aktiva mampu memberikan kontribusi pada peningkatan laba.

Dengan menaiknya aktiva dapat dijadikan laba ikut menaik sehingga tujuan

jangka pendek perusahaan tercapai, aktivitas perusahaan menjadi meingkat dan tujuan

jangka panjang dapat terwujud. Sehingga untuk dapat mengatasi hal tesebut perusahaan

dapat melakukannya dengan mengendalikan biaya operasional perusahaan, menaikkan

tingkat laba, mengatasi persaingan yang semakin tajam antara perusahaan sejenis, serta

perlu adanya kebijaksanaan dari pimpinan perusahaan dalam menetapkan suatu standar

profit yang harus dicapai pada periode yang mendatang.

Semakin cepat perputaran aktiva suatu perusahaan untuk menunjang kegiatan

penjualan bersihnya, maka pendapatan yang diperoleh meningkat, sehingga laba yang

didapat besar pula. Dan untuk melihat keberhasilan suatu perusahaan dapat diukur

melalui tingkat laba bersih yang didapat perusahaan tersebut.

Berikut ini tabel Penjualan pada perusahaan Sub Sektor Kimia yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.3
Data Penjualan pada Perusahaan Sub Sektor Kimia yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2016-2021

N KODE PENJUALAN RATA -


o EMITEN 2016 2017 2018 2019 2020 2021 RATA

1 INCI 176.067.561 269.706.737 300.962.145 317.303.154 302.924.468 520.716.778 314.613.474


2 BRPT 1.961.307 2.542.847 3.075.561 2.402.466 2.334.170 3.155.656 2.578.668
3 EKAD 568.638.832 643.591.823 739.576.860 758.299.364 446.523.367 629.879.334 631.084.930
4 DPNS 115.940.711 111.294.849 143.382.081 118.917.403 75.915.198 147.210.449 118.776.782
5 ACID 500.539.668 521.481.727 600.986.872 684.464.392 890.996.866 907.832.649 684.383.696
6 UNIC 276.111.954 320.549.223 350.397.369 322.098.564 324.957.368 371.080.905 327.532.564
8

7 TPIA 1.930.336 1.797.979 2.543.219 1.880.989 1.806.444 2.580.425 2.089.899


RATA -
RATA 234.455.767 267.280.741 305.846.301 315.052.333 292.208.269 368.922.314 297.294.287
Sumber : https://www.idx.co.id/tahun 2016-2021 (Data diolah)

Dari tabel I.3 diatas, data yang diperoleh dari perusahaan Sub Sektor Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diketahui bahwa rata-rata keseluruhan setiap

tahunnya sebesar 297.294.287. Jika di lihat dari rata-rata pertahunnya pada perusahaan

Sub Sektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) setiap tahunnya

cenderung mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat pada tahun 2017 sebesar 267.2

80.741 dibanding tahun 2016 sebesar 234.455.767. Di tahun 2018 meningkat sebesar

305.846.301, kemudian pada tahun 2019 sebesar 315.052.233, pada tahun 2020 mengal

ami penurunan sebesar 292.208.269 dan tahun 2021 kembali mengalami peningkatan

sebesar 368.922.314. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata industri terdapat 4 (empat)

perusahaan yang berada di atas rata-rata yaitu INCI sebesar 314.613.474, EKAD sebes

ar 631.084.930 ACID sebesar 684.383.696, dan UNIC sebesar 327.532.564. Ada 3 (tig

a) perusahaan di bawah rata-rata yaitu BRPT sebesar 2.578.668 dan TPIA sebesar 2.08

9.899.

Dapat disimpulkan bahwa penjualan meningkat, namun peningkatan penjualan

yang terjadi belum mampu memberikan kontribusi sumber pendanaan bagi perusahaan.

Perusahaan masih menggunakan hutang sebagai sumber dana perusahaan. Perusahaan

masih belum bisa menghasilkan laba yang maksimal dikarenakn tingginya beban bunga

yang harus dibayarkan perusahaan setiap tahunnya atas kenaikan jumlah hutang.

Apabila hal ini terus berlanjut maka perusahaan akan sulit dalam memanfaatkan

penjualan sebagai sumber pendanaan karena masih memiliki hutang dan beban bunga

yang cukup tinggi.


9

Berikut ini tabel Persediaan pada perusahaan Sub Sektor Kimia yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2021:

Tabel 1.4
Data Persediaan pada Perusahaan Sub Sektor Kimia yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2016-2021

KODE PERSEDIAAN
N RATA -
EMITE
O 2016 2017 2018 2019 2020 2021 RATA
N

1 INCI 26,696,938 24,386,752 58,180,260 33,239,565 26,087,864 73,100,689 40,282,011


2 BRPT 202,382 241,581 275,091 307,945 276,354 382,109 280,910
168,288,99 157,865,51
3 EKAD 124,204,877 171,149,332 213,627,724 183,512,819 86,409,350
2 6
4 DPNS 31,771,219 41,165,365 29,306,739 50,336,448 29,306,739 65,140,227 41,171,123
340,874,11 285,104,71
5 ACID 264,136,305 264,621,844 231,990,354 285,804,878 323,200,819
2 9
102,021,75
6 UNIC 82,343,077 87,681,790 105,018,107 98,276,859 74,370,466
6 91,618,676
7 TPIA 199,508 237,349 260,417 292,583 258,663 366,991 269,252
RATA - 107,167,83
RATA 75,650,615 84,212,002 91,236,956 93,110,157 77,130,036 9 88,084,601
Sumber : https://www.idx.co.id/tahun 2016-2021 (Data diolah)

Dari tabel I.4 diatas, data yang diperoleh dari perusahaan Sub Sektor Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diketahui bahwa rata-rata keseluruhan setiap

tahunnya sebesar 88.084.601. Jika di lihat dari rata-rata pertahunnya, setiap tahunnya

cenderung mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat pada tahun 2017 sebesar 84.21

2.002 dibanding tahun 2016 sebesar 75.650.615. Di tahun 2018 meningkat sebesar 91.

236.956, pada tahun 2019 sebesar 93.110.157, pada tahun 2020 mengalami penurunan

menjadi sebesar 77.130.036 dan tahun 2021 kembali mengalami peningkatan sebesar

107.167.839. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata industri terdapat 4 (empat)

perusahaan yang berada di bawah rata-rata persediaan tersebut yaitu INCI sebesar 40.2

82.011, BRPT sebesar 280.910, DPNS sebesar 41.171.123, dan TPIA sebesar 654.252,

dan ada 3 (tiga) perusahaan di atas rata-rata yaitu EKAD sebesar 157.865.516, ACID s

ebesar 285.104.719, dan UNIC sebesar 91.618.676. Untuk dapat mempertahankan


10

kelangsungan hidup perusahaan maka penjualan harus dapat meningkatkan pendapatan

perusahaan. Hal ini terkait dengan tingkat likuiditasnya, semakin tinggi penjualan

dengan asumsi pennjualan yang dilakukan dengan tunai ataupun penjualan secara

kredit yang dapat ditagih tepat waktu, maka likuiditas akan semakin tinggi dikarenakan

penjualan mencakup kas, piutang, dan persediaan perusahaan yang merupakan unsur

dari aktiva lancar.

Semakin cepat perputaran persediaan, maka semakin kecil jumlah modal kerja

yang diinvestasikan dalam persediaan sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas

tertentu yang diperoleh dari penjualan persediaan sehingga semakin tinggi tingkat

profitabilitas yang diperoleh dari penjualan persediaan tersebut. Profitabilitas akan

mengalami peningkatan karena persediaan yang terdapat dalam jumlah perusahaan

dapat dijual pada jangka waktu dan jumlah yang diharapkan. Sebaliknya, semakin

lambat perputaran persediaan, maka makin besar jumlah jumlah modal kerja yang

diinvestasikan dalam persediaan dan semakin besar pula risiko kerugian yang mungkin

dialami perusahaan sehingga semakin rendah tingkat profitabilitas yang diperoleh dari

penjualan persediaan tersebut. (Anggraini, 2018:2)

Total assets turnover merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan

dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini mengukur

seberapa baik efisiensi seluruh aktiva perusahaan digunakan untuk menunjang kegiatan

penjualan. Apabila rasio ini cenderung meningkat kondisi ini memberikan gambaran

bahwa perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktivanya untuk meningkatkan

penjualannya sehingga berpengaruh terhadap laba yang diperoleh (Srimindarti, 2009).

10 Penjualan atau pendapatan merupakan penghasilan yang timbul dari aktivitas

perusahaan yang biasa di kenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan.
11

Penjualan jasa (fee), bunga, depiden, royalty, dan sewa. Penjualan pendapatan

merupakan hal yang sangat penting, karena pendapatan itu yang menjadi obyek atas

kegiatan perusahaan (Alpi & Gunawan, 2018). Aset yang rendah pada tingkat

penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang

tertanam pada asset tersebut. Semakin tinggi tingkat perputaran asset menunjukkan

nilai penjualan perusahaan sedang mengalami peningkatan dan tentunya mendorong

return yang diperoleh perusahaan akan meningkat (Napitupulu, Febrianti, Barbun, &

Malau, 2019).

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan

aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya (Brigham & Houston,

2010). Likuiditas merupakan salah satu aspek keuangan yang sangat penting untuk

dianalisis.

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangan pada saat di tagih (Muslih, 2019). Ada beberapa alat

ukur yang digunakan untuk mengukur rasio likuiditas yaitu Current Ratio, Quick Ratio,

Cash ratio, dan Net Working Capital Ratio. dari penelitian ini rasio likuiditas diukur

dengan menggunakan Current Ratio. Rasio lancar (Current Ratio) adalah ukuran yang

umum digunakan atas solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan

memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo (Fahmi, 2017).

Rasio Lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui

kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena itu rasio tersebut

menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva

yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo
12

hutang (Wahyuni, 2017). Perusahaan yang likuid adalah perusahaan yang mampu

memanfaatkan setiap asset yang dimilikinya dengan optimal.

Berikut tabel aktiva lancar perusahaan sub Kimia yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2016-2021:

Tabel 1.5
Data Aktiva Lancar pada Perusahaan Sub Sektor Kimia yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2016-2021

KODE
N AKTIVA LANCAR RATA -
EMIT
o EN 2016 2017 2018 2019 2020 2021 RATA
118.743.36 191.492 .982 232.370.8
1 INCI
7
303.788.390
.
203.255.907 235.888.392 300.178.023
16
2 BRPT 728.773 1.786.196 2.042.975 1.828.133 2.056.677 3.564.431 2.001.198
337.644.08 482.587.2
3 EKAD
3
413.617.087 461.472.621 486.522.278 552.493.858 643.773.422
25
174.907.37 190.709.8
4 DPNS
7
181.198.774 192.296.998 185.274.219 184.653.012 225.928.824
67
717.149.70 578.675.5
5 ACID
4
422.532.126 686.777.211 537.425.264 579.393.962 528.774.976
41
152.606.37 177.036.3
6 UNIC
5
154.870.392 176.402.109 159.674.594 183.171.159 235.493.664
82
7 TPIA 692.526 1.125.660 1.395.717 1.389.124 1.502.145 2.926.390 1.505.260
RATA - 214.638.88 238.341.5
RATA 6 211.274.089 253.397.939 225.052.788 248.451.315 277.234.247 44
Sumber : https://www.idx.co.id/tahun 2016-2021 (Data diolah)

Dari tabel I.5 diatas, data yang diperoleh dari perusahaan Sub Sektor Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diketahui bahwa rata-rata keseluruhan setiap

tahunnya sebesar 238.341.544. Jika di lihat dari rata-rata pertahunnya setiap tahunnya

cenderung mengalami peningkatan, pada tahun 2016 sebesar 214.638.886, tahun 2017

sebesar 211.274.089, di tahun 2018 naik menjadi sebesar 253.397.939, kemudian pada

tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 225.052.788 akan tetapi pada tahun 2020

mengalami peningkatan sebesar 248.451.315 dan tahun 2021 juga mengalami peningka

tan sebesar 277.234.247. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata industri terdapat 5 (lima)

perusahaan yang berada di bawah rata-rata aktiva lancar tersebut yaitu INCI sebesar 23

2.370.816, BRPT sebesar 2.001.198, DPNS sebesar 190.709.867, UNIC sebesar 177.03
13

6.382, dan TPIA sebesar 1.505.260. Ada 2 (dua) perusahaan di atas rata-rata yaitu, EK

AD sebesar 482.587.225, dan ACID sebesar 578.675.541. Penggunaan yang efektif

dan efisien dari aktiva lancar akan dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan

operasional perusahaan tersebut. Penggunaan yang sesuai akan dapat meningkatkan

laba operasi yang kemudian menjadi tambahan modal perusahaan. Hutang lancar yang

diperoleh dengan menggunakan aktiva lancar sebagai agunan dapat menambah moal

yang diperlukan perusahaan. Dengan bertambahnya modal sendiri pada perusahaan

diharapkan laba operasi meningkat dan hutang yang dimiliki perusahan dapat

berkurang.

Berikut tabel mengenai Hutang Lancar perusahaan Sub Sektor Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016 – 2021 :

Tabel 1.6
Data Hutang Lancar pada Perusahaan Sub Sektor Kimia yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2016-2021

KOD
N E HUTANG LANCAR RATA –
o EMIT 2016 2017 2018 2019 2020 2021 RATA
EN
1 INCI 20.420.038 28.527.518 63.071.077 56.103.890 63.454.190 119.543.694 58.520.068
2 BRPT 544.566 1.627.327 1.168.410 1.105.635 1.099.536 1.132.850 1.113.054
EKA
3 D
69.110.450 91.524.721 91.381.683 70.337.529 68.166.758 82.981.081
78.917.037
4 DPNS 11.533.925 18.832.789 24.857.084 8.536.205 885.861 23.888.996 14.755.810
266.837.33
5 ACID 276.341.289 198.217.020 182.749.220 217.673.718
5
213.017.466
225.806.008
6 UNIC 51.644.818 60.458.859 66.564.069 38.851.588 37.344.463 47.757.509 50.436.884
7 TPIA 987.601 970.431 680.250 783.962 863.813 931.799 869.643
RATA -
RATA 61.511.812 57.165.524 61.495.970 56.198.932 62.664.565 69.893.342 61.488.358
Sumber : https://www.idx.co.id/tahun 2016-2021 (Data diolah)

Dari tabel I.6 diatas, data yang diperoleh dari perusahaan Sub Sektor Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diketahui bahwa rata-rata keseluruhan setiap

tahunnya sebesar 61.488.358. Jika di lihat dari rata-rata pertahunnya pada perusahaan
14

Sub Sektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) setiap tahunnya

cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2016 sebesar 61.511.812, tahun 2017

sebesar 57.165.524, di tahun 2018 sebesar 61.495.970, pada tahun 2019 mengalami

penurunan menjadi sebesar 56.198.932. pada tahun 2020 kembali naik menjadi sebesar

62.664.565, dan meningkat kembali pada tahun 2021 sebesar 69.893.324. Sedangkan

jika dilihat dari rata-rata industri terdapat 5 (lima) perusahaan yang berada di bawah

rata-rata Hutang Lancar tersebut yaitu INCI sebesar 58.520.068, BRPT sebesar 1.113.0

54, DPNS sebesar 14.755.810, UNIC sebesar 50.436.884 dan TPIA sebesar 869.643,

dan ada 2 (dua) perusahaan di atas rata-rata yaitu dan EKAD sebesar 78.917.037 dan A

CID sebesar 225.806.008. Dapat disimpulkan bahwa Hutang Lancar perusahaan Sub

Sektor Kimia cenderung meningkat hal ini mungkin disebabkan karena kurang

efektifnya perusahaan dalam menggunakan aktiva lancarnya. Jika perusahaan

menggunakan aktiva lancar dengan efektif maka perusahaan akan mampu membayar

kewajibannya yang harus dibayar dengan segera.

Hal ini sesuai dengan penelitian Herlin (2013) yang melakukan penelitian

mengenai pengaruh perputaran persediaan voucher SEV dalam meningkatkan laba

operasi PT Elkomindo Mitra Nusantara Bengkulu menyatakan semakin tinggi

perputaran persediaan maka laba operasi semakin meningkat ini membuktikan bahwa

perputaran persediaan voucher SEV berpengaruh positif .

Dari masalah masalah tersebut penulis akan membuat suatu kajian yang lebih

medalam mengenai masalah tersebut yang berbentuk karya ilmiah dengan judul “

Pengaruh Rasio Aktifitas Terhadap rasio Profitabilitas Dengan Rasio Likuiditas S

ebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Sub Sektor Kimia yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia”.


15

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Masih banyak perusahaan yang mengalami penurunan laba bersih yang cukup

signifikan setiap tahunnya yang disebabkan karena tingginya tingkat beban

biaya yang harus di tanggung oleh perusahaan.

2. Terjadinya peningkatan terhadap penjualan tetapi tidak diikuti dengan

peningkatan laba bersih.

3. Terjadinya peningkatan total aktiva tetapi tidak diikuti dengan peningkatan

laba bersih.

4. Meningkatnya hutang lancar sehingga likuiditas perusahaan menjadi buruk.

1.3. Batasan Masalah

Untuk mengarahkan agar penelitian tidak terlalu luas dalam pembahasannya

maka peneliti membatasi masalah yang menjadi topik dari penelitian hanya Inventor

y Turnover, Total Assets Turnover, Current Ratio dan Return On Asset pada laporan

keuangan Perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia peride

2016 – 2021.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka penulis mengemukakan beberapa

rumusan masalah yaitu :

1. Apakah Inventory Turnover berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets?

2. Apakah total assets turnover berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets?

3. Apakah Inventory Turnover berpengaruh signifikan terhadap Current Ratio?

4. Apakah total assets turnover berpengaruh signifikan terhadap Current Ratio?


16

5. Apakah Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets?

6. Apakah Current Ratio mampu memediasi Inventory Turnover terhadap Return

on Assets ?

7. Apakah Current Ratio mampu memediasi total assets turnover ratio terhadap

Return on Assets?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada umumnya untuk menjawab rumusan masalah yang ada.

Dengan demikian tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui dan mengalisis pengaruh Inventory Turnover terhadap

Return on Assets.

2. Untuk mengetahui dan mengalisis pengaruh total assets turnover terhadap

Return on Assets.

3. Untuk mengetahui dan mengalisis pengaruh Inventory Turnover terhadap

Current Ratio.

4. Untuk mengetahui dan mengalisis pengaruh Total Assets Turnover terhadap

Current Ratio.

5. Untuk mengetahui dan mengalisis pengaruh Current Ratio terhadap Return on

Assets.

6. Untuk mengetahui dan mengalisis pengaruh langsung Inventory Turnover

terhadap Return on Assets melalui Current Ratio.

7. Untuk mengetahui dan mengalisis pengaruh langsung total assets turnover

terhadap Return on Assets melalui Current Ratio.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:


17

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

atau masukan bagi perkembangan ilmu manajemen dan menambah kajian

ilmu manajemen khuhusnya ilmu manajemen keuangan untuk mengetahui

pengaruh Inventory Turnover dan total assets turnover terhadap Return on

Assets yang diintervening Current Ratio.

2. Manfaat Praktis

Secara Praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

bagi perusahaan khususnya pengambilan keputusan guna menentukan

kebijaksanaan perusahaan. Dan bagi pihak lain penelitian ini diharapkan

dapat membantu pihak lain dalam penyajian informasi untuk mengadakan

penelitian serupa.
BAB 2

LANDASAN TEORITIS

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Return on Assets

2.1.1.1 Pengertian Return on Assets

Return on Assets merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat

menunjukkan kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola asset perusahaan

sehingga dapat menghasilkan laba bagi perusahaan. Return on Assets memperlihatkan

hasil operasional perusahaan dalam kurun waktu periode tertentu, laba yang didapat

setelah mengolah aktiva perusahaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan

operasi perusahaan. Semakin besar rasio ini, maka profitabilitas perusahaan semakin

baik.

Return On Asset merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk

mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio terpenting diantara

rasio profitabilitas yang ada. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan

semakin baik, karena return semakin besar. (Nuriyani dan Rachma, 2017)

Return On Assets merupakan rasio yang menghubungkan keuntungan yang

diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau

aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (net operating assets).

(Luh Komang, Suwendra dan Cipta 2014),

Sementara itu hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama

Return on Investment (ROI) atau Return on Assets merupakan rasio yang menunjukkan

hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga

18
19

merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.

Menurut (Kasmir 2012, hal. 201).

Disamping itu, hasil pengembalian investasi dari seluruh dana perusahaan, baik

modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin

kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur

efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

Adapun menurut Return on Assets merupakan pengukuran kemampuan

perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah

keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. (Syamsuddin, 2012, hal. 63),

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa Return on

Assets merupakan rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva

perusahaannya untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Semakin

besar nilai rasio maka semakin baik bagi perusahaan, dan sebaliknya semakin kecil

nilai rasio maka semakin kurang baik pula bagi perusahaan.

2.1.1.2 Manfaat dan Tujuan Return on Assets

Kemampuan pengguna aset perusahaan yang optimal akan menunjukkan

produktivitas perusahaan yakni kemampuannya dalam mengembalikan dan investasi

yang berasal dari modal pinjamanm maupun modal sendiri. Semakin tinggi ROA

menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan semakin baik.

Adapun tujuan ROA dapat dikemukakan sebagai berikut :

1.Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam

suatu periode tertentu

2.Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang
20

3.Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu

4.Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri

5.Untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri

6.Untuk mengukur produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal sendiri.

7.Dan tujuan lainnya (Kasmir, 2012, hal 197)

Adapun manfaat dari Return On Assets (ROA) adalah sebagai berikut :

1) Mengetahui susunan aset perusahaan

Aset perusahaan terdiri dari aset lancar dan aset tidak lancar. Dengan

menghitung ROA kita dapat mengetahui besarnya aset lancar dan tidak lancar

suatu perusahaan serta aset mana yang paling besar yang menyumbang

keseluruhan total aset perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan laba

bagi perusahaan.

2) Mengetahui perkembangan labaperusahaan.

Laba merupakan bagian dari Return On Assets, dengan menghitung Return On

Assets kita dapat mengetahui perkembangan laba perusahaan di setiap

tahunnya. Apakah laba tahun ini meningkat atau menurun dibanding dengan

tahun lalu.

3) Mengetahui produktivitas dari aktivaperusahaan

Dengan menghitung ROA kita dapat mengetahui tingkat produktivitas aktiva

perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Apakah aktiva yang

dikelola memiliki produktivitas yang tinggi atau tidak.

Penggunaan rasio ini menunjukkan efesiensi perusahaan apakah telah bekerja


21

secara efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan untuk

beberapa periode berarti manajemen perusahaan telah bekerja secara efektif dan

efesien. Namun sebaliknya, jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah

ditentukan maka ini akan menjadi pelajaran evaluasi manajemen untuk periode yang

akan datang. Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa ROA digunakan untuk

mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang telah dihasilkan oleh

perusahaan tersebut, dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return on Assets

Besarnya ROA akan berubah apabila profit margin atau asset turnover ada

mengalami perubahan, baik masing-masing ataupun keduanya. Dengan demikian maka

pimpinan perusahaan dalam hal ini adalah manajer keuangan dapat menggunakan salah

satu atau keduanya dalam rangka usaha untuk meningkatkan ROA.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Return on Assetsadalah ssebagai berikut

(Munawir, 2017, hal. 89), :

1. Turn over dari operating asset, yaitu merupakan ukuran tentang sampai seberapa

jauh aktiva ini telah dipergunakan didalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan

beberapa kali operating asset berputar dalam satu periode tertentu, biasanya

satutahun.

2. Profit margin, besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam persentase dan

jumlah penjualan bersih. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang

dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan denganpenjualannya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Return on Assets, Laverage yang

dapat mempengaruhi Return on Assets ada dua yaitu (Riyanto, 2010, hal. 37):
22

1) Profit Margin,yaitu perbandingan antara net operating income dengan net

sales.

2) Turnover of operating assets (tingkat Perputaran Total Aktiva usaha) yaitu

kecepatan berputarnya operating asset dalam suatu periode tertentu. Turnover

of operating assets tersebut dapat ditentukan dengan membagi net sales dengan

operating assets.

Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi

Return on Assets yaitu :

1) Profit margin, hasil dari kemampuan perusahaan dalam mengelola penjualan

menjadi lababersih.

2) Operating Assets Turnover, yaitu ukuran tentang kecepatan berputar operating

assets digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan dalam suatu periode

tertentu.

Besarnya Return On Assets akan berubah jika perubahan pada profit margin atau

asset turnover, baik masing-masing atau keduanya. Usaha mempertinggi Return on

Assets dengan turnover adalah kebijakan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik

aktiva lancar maupun aktiva tidak lancar. Dengan demikian maka pimpinan perusahaan

dapat menggunakan salah satu atau keduanya dalam usaha untuk memperbesar tingkat

Return On Assets.

2.1.1.4 Indikator Return On Assets

Indikator Return On Assets (ROA) merupakan perbandingan Antara laba bersih d

ibagi total asset. Jika Return On Assets bernilai negatif artinya total asset yang digunak

an tidak menghasilkan keuntungan dan ditinjau dari nilai standar ROA yang baik yaitu

harus diatas 5,98%. Jika nilai tersebut diatas 5,98% berarti nilai ROA dapat dikategorik
23

an baik, dan sebaliknya jika nilai ROA berada dibawah 5,98% berarti nilai ROA terseb

ut dapat dikategorikan tidak baik. (Saefullah et al., 2018)

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa indikator Return On Ass

ets (ROA) yang baik dan sehat bagi sebuah perusahaan ialah Return On Assets yang m

enghasilkan angka positif dan berada diatas 5,98%. Karena dengan begitu artinya perus

ahaan sudah memperoleh keuntungan.

2.1.1.5 Pengukuran Return On Assets

Return On Assets merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara

keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva

yang tersedia didalam perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan

suatu perusahaan. (Syamsuddin, 2012, hal. 78)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Return On Assets merupakan

rasio yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh

kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu digunakan angka laba setelah pajak dan

rata-rata kekayaan perusahaan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan

yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang

digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.

Return On Asset dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut, yaitu :

ProfitAfterTax
Return On Asset (ROA)= (Syamsuddin, 2012, hal. 78)
TotalAssets

Return on Assets dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Net Income
Return On Asset (ROA)= (Darmadji dan Hendy, 2011, hal. 158)
TotalAssets

Return On Assets dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui seberapa

mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya.
24

Perubahan ROA menunjukkan perubahan kemampuan manajemen dalam menghasilkan

laba dalam memanfaatkan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi. Semakin

besar perubahan ROA menunjukkan semakin besar fluktuasi kemampuan manajemen

dalam menghasilkan laba. Hal ini mempengaruhi investor dalam memprediksi laba dan

memprediksi resiko dalam investasi sehingga memberikan dampak pada kepercayaan

investor terhadap perusahaan.

2.1.2. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

2.1.2.1 Pengertian Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang

aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus-menerus diperoleh, diubah dan

kemudian dijual kepada konsumen.

“Persediaan diklasifikasikan menurut perusahaaannya yaitu persediaan untuk

perusahaan dagang dan persediaan untuk perusahaan manufaktur. Dalam perusahaan

dagang, persediaannya dikategorikan sebagai barang dagangan, dimana barang

dagangan tersebut dimiliki oleh perusahaan dan langsung siap untuk dijual dalam

kegiatan bisnis perusahaan. Sedangkan dalam perusahaan manufaktur, persediannya

belum siap untuk dijual dan perlu diolah terlebih dahulu. (Hery, 2012, hal.224)

“Persediaan merupakan investasi yang paling besar dalam aktiva lancar untuk

sebagian besar perusahaan industri. Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan

proses produksi, penjualan secara lancar, persediaan bahan mentah dan barang dalam

proses diperlukan untuk menjamin kelancaran proses produksi, sedangkan barang jadi

harus selalu tersedia sebagai ”buffer stock” agar memungkinkan perusahaan memenuhi

permintaan yang timbul. (Syamsuddin, 2016, hal.280)

“Persediaan merupakan keseluruhan barang baik mulai dari bahan baku


25

(rawmaterial),barang setengah jadi (work in process) maupun barang jadi (finished

good) yang masih ada diperusahaan dalam rangka proses bisnis perusahaan. (Muhardi,

2013, hal.19)

Perputaran persediaan yang relatif pelan sering kali merupakan tanda dari

barang yang berlebihan, jarang digunakan, atau tidak dipakai dalam persediaan. Agar

dapat membantu menentukan sebagai efektifnya perusahaan dalam mengelola

persediaan dan juga untuk mendapatkan indikasi likuiditas persediaan, maka perlu

dilakukan perhitungan terhadap rasio perputaran persediaan.

“Perputaran persediaan mengidinkasikan efisiensi perusahaan dalam

memproses atau mengelola persediaannya. Rasio ini menunjukkan beberapa kali

persediaan barang dagangan diganti/diputar dalam satu periode”. (Muhardi,

2013,hal.59). “Perputaran Persediaan untuk mengukur perusahaan dalam memutarkan

barang dagangannya dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk

menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan yang ditentukan”. (Munawir, 2014,

hal.78)

“Perputaran Persediaan (inventory turnover) yaitu mengukur beberapa kali

perusahaan menjual tingkat rata-rata persediaannya selama satu tahun.Perputaran yang

cepat menunjukkan kemudahan dalam menjual persediaan, sementara perputaran yang

rendah mengindikasi kesulitan dalam menjual persediaan”. (Harrison, 2013, hal.260)

Perputaran persediaan adalah berapa kali barang dijual dan diadakan kembali

selama 1 periode tertentu. Rasio perputaran persediaan merupakan perbandingan antara

harga pokok penjualan dengan persediaan rata – rata yang dimiliki oleh perusahaan

selama satu periode tertentu. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh

efisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaannya. Semakin tinggi


26

perputaran persediaan, maka semakin singkat atau semakin baik waktu rata – rata

antara penanaman modal dalam persediaan dan transaksi penjualan (Rahayu,

2014,hal.1447).

Dari beberapa pendapat diatas yang mengemukakan pengertian perputaran

persediaan, maka dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan adalah rasio yang

menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam arti persediaan yang dijual dan

dibeli kembali dalam suatuperiode.

2.1.2.2 Jenis-jenis Persediaan

Ada tiga bentuk utama dari persediaan perusahaan yaitu persediaan bahan

mentah, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Sekalipun ketiga

macam persediaan ini biasanya tidak diperlihatkan secara terpisah dalam neraca

perusahaan, tetapi pemahaman atas ciri – ciri dari masing masing macam persediaan

tersebut adalah merupakan suatu faktor yang sangat sempit.

Persediaan terbagi dalam beberapa jenis diantaranya sebagai berikut:

1) Persediaan bahanbaku

2) Persediaan barang dalam prosesjadi

3) Persediaan barangjadi

4) Persediaan kas (Kasmir, 2012, hal, 275)

Dari jenis – jenis persediaan dapat dijelaskan sebagi berikut:

1) Persediaan bahan baku

Persediaan bahan baku terdiri atas bahan baku dasar yang dibeli dari

perusahaan lain untuk digunakan dalam operasi perusahaan. contoh persediaan

bahan baku adalah besi, kayu, bahan bakar minyak atau komponen

manufaktur seperti kabel atau bahan yang tidak diproduksi sendiri oleh
27

perusahaan.

2) Persediaan barang dalam proses jadi

Persediaan barang dalam proses sebagian terdiri atas barang jadi yang

membutuhkan pekerjaan tambahan sebelum menjadi barang jadi. Semakin

panjang dan kompleks proses produksi, semakin besar persediaan barang

dalam proses suatuperusahaan.

3) Persediaan barang jadi

Persediaan barang jadi terdiri aas barang yang proses produksinya telah selesai

tetapi belum dijual. Tujuan persediaan barang jadi adalah untuk memisahkan

fungsi produksi dengan fungsi penjualan, sehingga perusahaan tidak perlu

menunggu proses produksi diselesaikan sebelum dapa melakukan penjualan.

4) Persediaan kas

Hal ini karna persediaan kas yang dimiliki perusahaan secara sederhana

merupakan persediaan dalam bentuk yang lain. Dalam rangka memisahkan

berbagai operasi perusahaan. tujuan memenangkan kas adalah agar

pembayaran tagihan tidak tergantung pada saat jatuh tempo penagihan

piutang.

Sedangkan persediaan terbagi menjadi tiga yaitu

1) Persediaan bahan mentah

Bahan mentah adalah merupakan persediaan yang dibeli oleh perusahaan

untuk di proses menjadi barang jadi dan akhirnya barang jadi atau produk

akhir dari perusahaan.

2) Persediaan barang dalamproses

Persediaan barang dalam proses terdiri dari keseluruhan barang – barang yang
28

digunakan dalam proses produksi tetapi masih membutuhkan.

3) Persediaan barang jadi

Persediaan barang jadi adalah persediaan barang – barang yang telah selesai di

proses oleh perusahaan, tetapi masi belum terjual. (Syamsuddin, 2011, hal,

281

Berdasarkan jenis – jenis persediaan di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan

mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Hal ini dikarenakan

pada sebagian perusahaan, terutama manufaktur merupakan aktivitas perusahaan yang

mempunyai jumlah cukup besar dan akan sangat berpengaruh dalam memperoleh

keuntungan.

Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan diganti dalam satu

tahun. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi mengidikasikan

bahwa tingkat penjualan yang tinggi pada perusahaan. Dengan tingkat perputaran

persediaan yang tinggi berarti risiko kerugian dan biaya terhadap persediaan dapat

diminimalkan.

2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Perputaran Persediaan

Tujuan dan manfaat perputaran persediaaan merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur berapa kali dana tertanam dalam persediaan akan diputar dalam satu

periode atau berapa lama (dalam hari) rata-rata persediaan tersimpan di gudang

sehingga akhirnya terjual (Hery, 2016, hal.13). Adapun manfaat perputaran persediaan

sebagai berikut :

1. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam

satuperiode.

2. Untuk menghitung nilai rata-rata persediaan tersimpan digudang hingga akhirnya


29

terjual.

3. Untuk menilai efektif tidaknya aktivitas penjualan persediaan barang dagang yang

telah dilakukan selam satu periode. (Hery, 2016, hal.13)

2.1.2.4 Faktor-faktor Perputaran persediaan

Yang menjadi masalah bagi perusahaan adalah bagaimana cara menetukan

persediaan yang optimal dan mengelola persediaan secara maksimal, oleh karena itu

perlu diketahui beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persediaan agar perusahaan

dapat mencapai target yang maksimal.

Besar kecilnya persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh beberapa

faktor,antaralain sebagai berikut:

1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahan terhadapa

gangguan kehabisan yang akan dapat menghambat atau mengganggu jalannya

proses produksi.

2. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang

direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume sales

yangdirencanakan.

3. Besarnya pembeliaan bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan

biaya pembelian yang maksimal.

4. Etimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan di waktu –

waktu yang akan datang.

5. Perputaran-perputaran pemerintah yang menyangkut persediaan material.

6. Harga pembelian bahan mentah.

7. Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.

8. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan digudang. (Riyanto, 2013, hal, 74)
30

Sedangkan Besar kecilnya jumlah persediaan yang perlu dipertahankan oleh

perusahaan tergantung pada beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut:

1. Permintaan persediaan. Semakin besar ketidak pastian permintaan persediaan,

semakin banyak jumlah persediaan yang harus diadakan, dengan anggapan faktor

lainnya tetap. Dengan kata lain, semakin besar fluktuasi permintaan yang tidak

dapat diketahui, semakin besar resiko terjadinya kehabisan persediaan.

2. Lead time. Semakit tidak pasti lead time untuk pengganti atau pemesanan

persediaan, semakin besar resiko kehabisan persediaan, dengan demikian

semakin banyak persediaan yang diperlukan, dengan asumsi faktor lainnya tetap.

3. Biaya kehabisan persediaan. Semakin besar biaya penyimpanan persediaan,

berarti semakin mahal biaya untuk pangadaan persediaan. (Sudana, 2015:230)

Persediaan merupakan salah satu pos modal kerja yang cukup enting karena

kebanyakan modal usaha berasal dari perusahaan. pada perusahaan industri, persediaan

tersebut dapat berupa barang mentah, barang dalam proses, maupun barang jadi.

Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan gejala yang kurang baik.

Dari pendapat diatas, jika persediaan terlalu banyak akan menyebabkan

pemborosan atau tidak efisien, sedangkan jika persediaan terlalu sedikit akan

mengurangi kepuasaan pelanggan. Dalam persediaan banyak perusahaan merasakan

perlunya untuk mempunyai “persediaan” mulai dari persediaan bahan mentah,

persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi harus dipertahankan untuk

menjamin keberlangsungan usaha yang sedang berjalan.

2.1.2.5 Pengukuran Perputaran Persediaan

Persediaan ditunjukkan pada barang – barang yang tersedia untuk dijual dalam

kegiatan bisnis, untuk itu persediaan harulah diukur untuk melihat realisasi dari
31

persediaan mana yang pantas atau tidak untuk dijual.

Rumus untuk menghitung inventory turnover adalah:

Penjualan
Inventory turnover = (Hery, 2016, hal.183)
rata−ratapersediaan

Tingkat perputaran persediaan dapat diukur menggunakan rumus sebagai

berikut:

Hargapokokpenjualan
Perputaran Persediaan =
Persediaanrata−rata

Pers . AwalTahun+ Pers . AkhirTahun


Persediaan rata-rata = (Raharja, 2011,
2

hal.204)

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan berarti resiko dan biaya terhadap

persediaan dapat diminimalkan karena persediaam habis terpakai (terjual) dengancepat.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat

perputaran persediaan berarti semakin baik perusahaan dalam melakukan penjualan

dan pemutaran persediaannya.

2.1.3. Total Asset Turnover

2.1.3.1 Pengertian Total Asset Turnover

Total Assets Turnover atau rasio perputaran aktiva merupakan salah satu dari

jenis rasio aktivitas yang membandingkan antara penjualan dengan total

aset.Perputaran aktiva yang lambat menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu

besar dibandingkan dengan kemampuan untuk melakukan usaha. Rasio aktivitas

merupakan kemampuan mengukur untuk melihat efektivitas perusahaan dalam

mengelola dana dan mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam

menggunakan sumber dana yang didapat.


32

Total Asset Turnover adalah rasio pengelola aktiva terakhir yang mengukur

perputaran seluruh asset perusahaan dan dihitung dengan membagi penjualan dengan

total asset dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah.

(Kasmir, 2012, hal 185).

Tingginya Total Assets Turnover menunjukkan efektivitas penggunaan harta

perusahaan. Perputaran aktiva yang lambat menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki

terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk melakukan usaha.

“Total Assets Turnover menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan

aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu”. (Hery, 2014,

hal. 187). Total Asset Turnover adalah rasio yang mengukur bagaimana seluruh aktiva

yang dimiliki perusahaan dioperasionalkan dalam mendukung penjualan perusahaan.

(Sitanggang, 2014, hal 27)

Total Assets Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola

seluruh asset atau investasi untuk menghasilkan penjalan”. Total Assets Turnover ini

lebih berkaitan langsung dengan kemampuan perusahaan perusaahna dalam

memprediksi laba yang akan di dapatkan perusahaan karena total aktiva dan penjualan

berkaitan langsung dalam menghasilkan laba. (Sugiono & Untung, 2016, hal. 118)

Perputaran Total Asset (Total Assets Turnover) merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang akan dihasilkan dari setiap

rupiah dana yang tertanam dalam total asset”. (Hery, 2018, hal. 143)

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa total asset turnover

adalah perbandingan antara penjualan bersih atau net sales dengan total aktiva yaitu

akumulasi dari aktiva tetap dan aktiva lancar. Ativa tetap terdiri dari tanah, bangunan,

mesin, dan lain-lain yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu 23 tahun sedangkan
33

aktiva lancar terdiri dari kas, piutang, dan lain-lain yang memiliki umur ekonomis

kurang dari satu tahun.

2.1.3.2 Manfaat dan Tujuan Total Asset Turnover

Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) adalah rasio keuangan

yang mereprentasikan kemampuan perusahaan untuk menciptakan penjualan dengan

menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Rasio ini juga memperlihatkan

efektifitas perusahaan dalam mengelola perputaran komponen atau elemen aktiva itu

sendiri.

Ada tujuan dan manfaat yang dimiliki rasio aktivitas secara keseluruhan :

1. Untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam total aset berputar

dalam satu periode, atau berapa besar tingkat penjualan yang dapat dicapai dari

setiap rupiah totas aset yang digunakan.

2. Untuk mengukur keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam

menghasilkan penjualan. (Hery, 2018, hal. 151

Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui efektif atau tidaknya kegiatan

perusahaan dan dapat pula membandingkan hasil ini dengan pengukuran rasio beberapa

periode yang lalu.

Beberapa tujuan yang akan dicapai perusahaan dari penggunaan rasio aktivitas

antara lain:

1. Untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau

berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

2. Untuk menghitung hari rata-rata penagihan piutang, dimana hasil penagihan ini

menunujukkan jumlah dari piutang-piutang tersebut rata-rata tidak dapat

ditagih.
34

3. Untuk menghitung berapa hari rata-rata persediaan tersimpan digudang.

4. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam modal kerja berputar

dalam satu periode.

5. Untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar

dalam satu periode.

6. Untuk mengukur semua penggunaan aktiva perusahaan dibandingkan dengan

penjualan. (Kasmir, 2012, hal. 173-174)

Jadi dari penjelasan tujuan rasio diatas dapat disimpulkan bahwa rasio

aktivitas sangat memiliki tujuan yang penting dalam perusahaan dalam mengelola

semua aktivitas.

2.1.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Total Asset Turnover

Total Asset Turnover adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih

dengan menggunakan semua aktiva perusahaan menghasilkan laba bersih dengan

menggunakan semua aktiva perusahaan. Faktor yang mempengaruhi Total Assets

Turnover biasanya digunakan untuk mengukur seberapa efektifnya pemanfaatan aktiva

dalam menghasilkan penjualan.

Menurut Jumingan (2014, hal. 20) faktor yang memppengaruhi Total Assets

Turnover adalah sebagai berikut:

1. Sales (pejualan)

Sales (penjualan), yaitu total jumlah yang dibebankan kepada pelanggan atas

barang yang dijual perusahaan, baik meliputu penjualan tunai maupun penjualan

secara kredit

2. Total aktiva

Aktiva yaitu sebuah kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan, yang
35

dimaksud dengan kekayaan ini adalah sumber daya yang dapat berupa benda

atau hak yang dikuasai dan yang sebelumnya diperoleh perusahaan melalui

transaksi atau kegiatan masa lalu yang terdiri dari:

a. Aktiva lancar

yaitu jenis aset yang dapat digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya satu

tahun. Contoh aset lancar antara lain adalah kas, piutang, investasi jangka

pendek, persediaan, dan beban dibayar dimuka yang terdiri dari :

1) Kas

2) Surat berharga

3) Wesel tagih

4) Piutang dagang

5) Persediaan barang dagang

6) Penghasilan yang masih akan diterima

7) Biaya yang dibayar di muka

b. Aktiva tetap

yaitu benda yang dianggap sebagi sumber daya atau harta yang dimiliki oleh

perusahaan yang terdiri dari :

1) Tanah

2) Bangunan

3) Akumulasi penyusutan

4) Mesin

Total Assets Turnover menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan

aktiva perusahaan didalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Total Assets

Turnover ini lebih penting bagi kreditur dan pemilik perusahaan, karena hal ini akan
36

menunjukkan efisiensi tindakan seluruh aktiva perusahaan.

2.1.3.1 Pengukuran Total Asset Turnover

Total Asset Turnover merupakan perbandingan antara penjualan dengan total

aktiva perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya total

aktiva dalam satu periode tertentu. Rasio ini salah satu dari rasio aktivitas, yang

merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva

perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu.

Total asset turnover dapat diukur dengan membandingkan total pendapatan atau

total penjualan dengan total aktiva. Rumus total asset turnover dapat dirumuskan

sebagai berikut. Menurut (Rambe dkk, 2017, hal. 70):

Penjualan
Total Asset Turnover (TATO) =
Total aktiva

Total Assets Turnover mengukur efektivitas penggunaan seluruh aktiva dalam

menghasilkan penjualan, dan semakin besaar rasio ini semakin efektif pengelolaan

seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan.

Total Asset Turn Over dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Penjualan
Total Asset Turnover =
Total aktiva

(Brigham & Houston, 2018 hal. 139)

Besarnya hasil perhitungan rasio ini akan semakin baik, karena hasil

perhitungan yang didapat memperlihatkan bahwa aktiva yang dimiliki perusahaan

dapat lebih cepat berputar sehingga akan lebih cepat dalam memperoleh laba.

2.1.4 Current Ratio

2.1.4.1 Pengertian Current Ratio


37

Current ratio merupakan rasio yang digunakan untuk melihat tingkat likuiditas

perusahaan. Sejauh mana perusahaan mampu melunasi hutang-hutang perusahaan

sesuai waktu jatuh tempo. Current Ratio (CR) merupakan rasio yang merupakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya

dengan menggunkan aktiva lancar yang dimiliki (Sujarweni, 2017).

Selain itu Current Ratio (Rasio Lancar) dapat dimaknai sebagai rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancar yang

tersedia (Hery, 2020).

Rasio Lancar menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-

kewajiban lancar. Current Ratio menunjukkan sampai sejauh mana kewajiban lancar

ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat

(Brigham & Houston, 2011).

Dari pengertian para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa current

ratio atau rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur likuiditas perusahaan dalam

membayar hutang jangka pendek dengan cara membandingkan aset lancar dengan

kewajiban lancar.

2.1.4.2 Faktor yang mempengaruhi Current Ratio

Rasio ini memberikan informasi seberapa besar kontribusi aktiva untuk

membayar kewajiban lancar perusahaan. Current ratio dihitung sebagai hasil bagi

antara besarnya aktiva lancar dengan hutang lancar. Maka ada beberapa faktor yang

mempengaruhi besarnya tingkat current ratio.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat current ratio yaitu besarnya persentase

aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dan berapa besar persentase hutang lancar
38

perusahaan (Syamryn, 2012). Ada banyak faktor yang mempengaruhi ukuran rasio

lancar (current ratio) sebagai berikut (Jumingan, 2013) :

1. Surat-surat berharga yang dimiliki dapat diuangkan.

2. Bagaimana tingkat pengumpulan piutang.

3. Bagaimana tingkat perputaran persediaan.

4. Membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

5. Menyebut pos masing-masing berserta jumah rupiahnya.

6. Membandingkan dengan rasio industri.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa jika didalam perusahaan

mengalami kesulitan keuangan, perusahaan akan membayar tagihan-tagihan (utang

usaha) secara lambat, meminjam bank, dan seterusnya. Jika kewajiban lancar me

ningkat lebih cepat dari aktiva, rasio lancara akan menurun, dalam hal ini pertanda

adanya maslaah. Karena current ratio merupakan indikator tunggal terbaik sampai

sejauh mana klaim dari kreditor jangka pendek telah ditutup oleh aktiva-aktiva yang

yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat.

2.1.4.3 Manfaat dan Tujuan Current Ratio

Dalam menentukan current ratio yang optimal, perusahaan harus mengetahui

tujuan dan manfaat yang mempengaruhi current ratio tersebut. Tujuan rasio lancar atau

current ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban

jangka pendek yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan dari aktiva

lancar (Kasmir, 2015).

2.1.4.4 Standart Pengukuran Current Ratio

Current ratio merupakan kemampuan perusahaan yang harus mampu

membayar atau memenuhi kewajiban finansialnya yang telah jatuh tempo.Current


39

ratio adalah bagian dari liquiditas, seorang menejer harus dapat memperhitungkan

seberapa banyak aktiva yang tersedia untuk menutupi kewajiban – kewjiban

perusahaan yang akan jatuh tempo. Current ratio dapat dihitung dengan rumus

berikut, yaitu (Kasmir, 2015) :

Aktiva lancar
CR =
Utang lancar

Cara lain yang dapat digunakan untuk mengukur rasio lancar yaitu (Hery,

2020):

Aset lancar
Rasio Lancar =
Kewajiban lancar

Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah dapat dikatakan bahwa

perusahaan kurang modal untuk membayar hutang. Namun, apabila hasil pengukuran

rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas

tidak digunakan sebaik mungkin.

2.2 Kajian penelitian Terdahulu

Kajian penelitian yang relevan berisikan mengenai penelitian terdahulu yang

pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yang memiliki relevansi dengan

penelitian ini. Kajian Penelitian yang relevan dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Nama Penulis Judul Variabel Hasil


1. Febi Nur Pengaruh total asset Variabel 1. Total asset
Khassanah turn over dan Dependen (Y) turnover tidak
(2021) current ratio yaitu return on berpengaruh
terhadap Return On aset. secara parsial
Asset pada Variabel terhadap return on
perusahaan Sub Independen (X1) aset
40

sektor makanan dan yaitu total asset


minuman yang turnover dan
terdaftar di BEI Current ratio (X2)
2016-2019
2. Laela dan Pengaruh Current Variabel Total Asset tidak
Hendratno ratio, debt to equity Dependen (Y) berpengaruh
(2019) ratio dan total asset yaitu return on signifikan terhadap
turnover terhadap asset ROA
return on asset Independen (X)
pada perusahaan yaitu current ratio,
sub sektor otomotif debt to equity ratio
dan komponen yang dan total assets
terdaftar di Bursa turnover.
Efek Indinesia
Periode 2013-2017)
3. Nurainun Pengaruh Variabel 1. Perputaran
bangun, perputaran Dependen (Y) persediaan
Susanto persediaan, yaitu Return On berpengaruh
Salim dan perputaran piutang Equity signifikan
Henryanto dan modal Independen (X) terhadap return on
Wijaya intelektual terhadap yaitu perputaran asset
(2018) Profitabilitas pada persediaan,
perusahaan perputaran piutang
manufaktur yang dan modal
terdaftar di BEI intelektual
periode 2014-2016
4. Roby Yudho Pengaruh Variabel 1. Perputaran
Wibowo dan perputaran piutang Dependen (Y) persediaan
Devi Nurmala dan Perputaran yaitu Return on berpengaruh
sari (2016) Persediaan terhadap aset signifikan
Return ONn Asset Independen (X) terhadap ROA
pada Industri Kabel yaitu perputaran
yang Terdaftar di piutang dan
Bursa Efek perputaran
Indonesia Periode persediaan
2008-2013
5. Tri Wartono Pengaruh Current Variabel 1. Current ratio
(2018) Ratio (CR) dan Dependen (Y) berpengaruh
DEbt to Equity yaitu Return On namun tidak
Ratio terhadap Asset signifikan
Return On Asset Independen (X) terhadap (ROA)
(ROA) (Studi pada yaitu Current 2. Debt to equity
41

PT Astra Ratio dan Debt to ratio berpengaruh


International, Tbk) Equity Ratio negatif dan tidak
signifikan
terhadap (ROA)
3. Current Ratio dan
debt to equity
ratio berpengaruh
positif namun
tidak signifikan
terhadap (ROA)
.

6. Irvan Pengaruh Dependen (Y) 1. Perputaran


Kurniawan Perputaran kas dan yaitu Return On Persediaan
(2020) Perputaran Asset berpengaruh
Persediaan Independen (X) positif dan tidak
Terhadap Return yaitu Perputaran signifikan
On Asset Pada PT. Kas dan terhadap ROA
Kimia Farma Tbk. Perputaran
Persediaan
7. Zulkhaidah Pengaruh Dependen (Y) 1. Perputaran
dan Nurul Perputaran Piutang yaitu Return On persediaan tidak
Huda(2021) dan Perputaran Aset berpengaruh
Persediaan Independen (X) signifikan
Terhadap Return yaitu Perputaran terhadap return on
On Asset Pada PT. Piutang dan aset
Unilever Indonesia, perputaran
Tbk persediaan
8. Mulyanti dan Pengaruh Dependen (Y) Tidak terdapat
Supriyani Perputaran kas dn yaitu Likuiditas pengaruh yang
(2018) perputaran (CR) signifikan antaran
persediaan terhadap Independen (X) perputaran kas dan
likuditas pada PT yaitu Perputaran perputaran persediaan
Ultra Jaya Tbk kas dan perputaran terhadap likuditas
persediaan
9. M. Firza Alpi Pengaruh Current X1 : CR X2 : Hasil dari penelitian
Ade Ratio Dan Total TATO Y : ROA ini menunjukkan
Gunawan Assets Turnover Secara parsial, Total
Vol, hal & Terhadap Return on Asset Turnover
tahun : Jornal Assets Pada (TATO) berpengaruh
Riset Perusahaan Plastik signifikan terhadap
Akuntansi Dan Kemasan Return On Asset
42

Vol. 17 No.2 (ROA). Secara


Januari 2019, simultan, Current
Hal. 1-36 Ratio (CR) dan Total
Asset Turnover
(TATO) berpengaruh
signifikan terhadap
Return On Asset
(ROA), yang artinya
kedua variabel
tersebut secara
bersamaan akan
mempengaruhi
Return On Asset
(ROA)
10. Surya dkk Pengaruh X1 : Perputaran berpengaruh
(2017) Perputaran Kas dan kas X2 : signifikan antara
Perputaran Perputaran perputaran persediaan
Persediaan Persediaan Y : terhadap Return On
Terhadap ROA aset.
Profitabilitas
11.Indra Satria Pengaruh X1 : Current Ratio total asset turnover
(2016) manajemen X2 : Total Aset berpengaruh
Likuiditas, Turnover Y : signifikan terhadap
Manajemen Aset Return On Asset return on asset.
dan Manajemen
Utang Terhadap
Laba

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konseptual ini

gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu

topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapat dari ilmu atau teori yang dipakai sebagai

landasan teori yang dipakai sebagai landasan teori yang dihubungkan dengan variabel

yang diteliti.
43

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, rasio keuangan perusahaan yang

sesuai sebagai proyeksi dari kinerja keuangan perusahaan adalah Return On Asset.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan yaituPerputaran Persediaan,

Perputaran modal dan Current Ratio maka perlu di analisis masing-masing

pengaruhvariabel independen terhadap dependen.

1. Pengaruh Inventory Turnover Terhadap Return On Assets

Persediaan merupakan salah satu kekayaan perusahaan yang cukup lancar karena

diperoleh atau diproduksi dan dijuala secara terus menerus sehingga memiliki

tingkat perputaran yang tinggi.

Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang

dagangannya, dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk

menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan”. (Nawir, 2014, hal. 76)

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan kemungkinan besar perusahaan akan

memperoleh keuntungan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan begitu

pula sebaliknya, jika tingkat perputaran persediaanya rendah maka kemungkinan

semakin kecil perusahaan akan mmperoleh keuntungan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Surya dkk (2017) yang

menemukan bahwa adanya pengaruh signifikan antara perputaran persediaan

terhadap Return On aset.

2. Pengaruh Total Asset Turnover terhadap Return On Asset

Total Asset Turnover merupakan salah satu rasio aktivitas yang digunakan untuk

menghitung efektifits perusahaan dalam mengelola asetnya (Prihadi, 2012 : 251).

Semakin tinggi total asset turnover maka menunjukkan semakin efektif perusahaan

dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan bersih. Penjualan


44

yang meningkat akan berdampak meingkatnyan profitabilitas perusahaan. Total

asset turnover ini menunjukkan keefektifkan modal kerja, menunjukkan hubungan

modal kerja dengan penjualan, serta banyaknya penjualan yang diperoleh suatu

unit usaha untuk setiap rupiah modal kerja. Rasio Total Asset Turnover merupakan

ukuran seberapa jauh aktiva yang telah dipergunakan dalam kegiatan atau

menunjukkan berapa kali aktiva berputar dalam periode tertentu. Apabila dalam

mrnganalisis rasio total asset turnover selama beberapa periode menunjukkan

suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin

efisien penggunaan aktiva sehingga meningkat. Sedangkan total asset turnover

dipengaruhi oleh besar kecilnya penjualan dan total aktiva, baik lancar maupun

aktiva tetap.

Oleh karena itu, total asset turnover dapat diperbesar dengan menambah aktiva

pada satu sisi dan pada sisi lain diusahakan agar penjualan dapat meningkat relatif

lebih besar dari peningkatan aktiva atau dengan mengurangi penjualan disertai

dengan pengurangan relatif terhadap aktiva.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indra Satria (2016) menyimpulkan

bahwa total asset turnover berpengaruhi signifikan terhadap return on asset.

3. Pengaruh Inventory Turnover terhadap Current Ratio

Persediaan sering kali merupakan bagian aktiva lancar yang cukup besar.

Persediaan merupakan investasi yang dibuat untuk tujuan memperoleh

pengembalian melalui penjualan kepada pelanggan. Hal ini sesuai bahwa semakin

besar perputaran persediaan, maka semakin baik karena semakin cepat kembalinya

dana yang tertanam dalam persediaan atau berapa kali jumlah barang sediaan

diganti dalam satu tahun. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka
45

semakin cepat kembalinya dana yang tertanam pada persediaan. Dengan demikian

resiko serta biaya persediaan dapat diminimalkan. (Kasmir, 2012,hal.180)

Perputaran Persediaan dipengaruhi antara penjualan dengan rata-rata persediaan

yang dimiliki oleh perusahaan.Hal ini berarti semakin tinggi/rendah perputaran

persediaan tidak mempengaruhi tinggi/rendahnya likuiditas perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Putri Yeni Maharani

(2012) yang menyatakan bahwa Perputaran Persediaan tidak berpengaruh terhadap

Likuiditas. Dengan demikian secara parsial perputaran persediaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap Likuiditas (Current Ratio) perusahaan

4. Pengaruh Total Asset Turnover Terhadap Current Ratio

Total Asset Turnover dapat digunakan untuk memprediksi return on asset karena

total aset dan penjualan merupakan komponen dalam menghasilkan laba. Pengaruh

rasio total asset turnover terhadap return on asset adalah semakin cepat tingkat

perputaran asetnya, maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkat

karena perusahaan sudah memanfaatkan aset tersebut untuk menigkatkan

penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan (Angela dkk., 2015).

Current ratio dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan mampu

dalam memenuhi kewajibannya khususnya kewajiban jangka pendek. Rasio lancar

dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of

safety) suatu perusahaan. Semakin tinggi current ratio suatu perusahaan berarti

semakin kecil risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Akibatnya risiko yang akan ditanggung pemegang saham juga

semakin kecil (Saragih, 2015). Disimpulkan bahwa Total Asset Turnover tidak

berpengaruh terhadap current ratio.


46

5. Pengaruh Current Ratio terhadap Return On Aset

Current ratio adalah suatu perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban

lancar. rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk

mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban. Semakin besar

perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi pula kemampuan

perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendek.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sudana (2015) bahwa

current ratio digunakan untuk membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar

yang harus dibayar perusahaan. Apabila CR tinggi, maka perusahaandikatakan

mampu membayar hutang jangka pendeknya kepada kreditur. Namun CR yang

tinggi juga selalu baik karena menunjukkan bahwa terdapat aktiva lancar yang

berlebih yang tidak digunakan secara efektif sehingga menyebabkan kurang

keuntungan.

6. Pengaruh Inventory Turnover terhadap Return On Asset dengan melalui

Current Ratio

Perputaran persediaan (Inventory Turnover) mengukur kecepatan rata-rata

persediaan bergerak keluar masuk dari perusahaan. Perputaran persediaan

merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-

rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori Kasmir

(2012,hal.180) yang menyatakan bahwa semakin besar perputaran persediaan,

maka semakin baik karena semakin cepat kembalinya dana yang tertanam dalam

persediaan atau berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun.

Current ratio adalah suatu perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar.

rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
47

kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban. Semakin besar perbandingan

aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi pula kemampuan perusahaan

untuk menutupi kewajiban jangka pendek.

7. Pengaruh Total Asset Turnover terhadap Return On Asset melalui Current

Ratio

Total Assets Turnover merupakan rasio perbandingan antara penjualan yang

dimiliki perusahaan, maka akan semakin efektif peusahaan dalam mengelola

asetnya dan semakin baik tingkat efisiensi penggunaan aktiva dalam menunjang

penjualan. Perputaran Asset yang meningkat akan dapat meningkatkan volume

penjualan untuk mendapatkan laba yang maksimal.

ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang

telah dihasilkan oleh perusahaan tersebut, dan dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan.

Current ratio adalah suatu perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar.

rasio ini merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui

kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban. Semakin besar perbandingan

aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi pula kemampuan perusahaan

untuk menutupi kewajiban jangka pendek.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukan, maka paradigma penelitian

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Inventory Tu
rnover
48

Current Return on
Ratio Assets

Total Asset
Turnover

Gambar 2.1 : Kerangka Konsepual

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian

dan masalah penelitian akan disajikan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Jawaban

tersebut bersifat sementara dikarenakan belum disajikannya fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data dan hanya sebatas pada teori-teori yang relavan.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka mekanisme hubungan antar variabel

yang dinyatakan dalam hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, sebagai berikut:.

1. Apakah Inventory Turnover berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets?

2. Apakah Total asset Turnover berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets?

3. Apakah Inventory Turnover berpengaruh signifikan terhadap Current Ratio?

4. Apakah Total Asset Turnover berpengaruh signifikan terhadap Current Ratio?

5. Apakah Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return on Assets?

6. Apakah Current Ratio mampu memediasi Inventory Turnover terhadap Return on

Assets ?

7. Apakah Current Ratio mampu memediasi Total Asset Turnover terhadap Return

on Assets?
49
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan asosiatif. Penelitian Asosiatif merupakan penelitian yang

bertujuan untuk menganalisis hubungan suatu variable dengan variabel lainnya

(Juliandi et al., 2015). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh

perputaran persediaan dan perputaran modal terhadap return on assets dengan

current ratio sebagai variabel intervening.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan subsektor kimia tahun 2016-2021

di Bursa Efek Indonesia, dengan mengunjungi situs resmi BEI (www.idx.co.id).

Alamat kantor Bursa Efek Indonesia di Medan beralamat di Ir. H. JuandaBaru No

A5-A6, Ps. Merah Bar., Kec. Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara 20214.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama 7 bulan

yaitu pada bulan Maret sampai September 2022. Adapun jadwal penelitian dapat

dilihat pada tabel 3.1 berikut :

50
51

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan
Maret Mei Juni Juli Agustus September
2022 2022 2022 2022 2022 2022
Penyusunan
1 proposal tesis
2 Bimbingan
proposal tesis
3 Seminar
Proposal tesis
4 Perbaikan
proposal tesis
5 Pengolahan
data dan
analisis data
6 Penyusunan
tesis
7 Seminar hasil
tesis
8 Bimbingan
tesis
9 Sidang meja
hijau

3.3. Populasi dan Sampel

Masalah penting dalam penelitian adalah masalah populasi dan sampel

sebagai dua hal yang berkaitan, berikut penjelasannya:

3.3.1. Populasi

Populasi merupakan totalitas dari seluruh unsur yang ada dalam sebuah

wilayah penelitian (Juliandi et al., 2015). Selain itu populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi perusahaan

kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 sampai tahun 2021 yang
52

berjumlah 12 perusahaan. Berikut adalah daftar populasi perusahaan transportasi

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 sampai tahun 2021.

Tabel 3.2
Populasi Perusahaan Subsektor Kimia
di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2021
Kode
No Nama Perusahaan
Emiten
1 AGII Aneka Gas Industri, Tbk
2 BRPT Barito Pasific, Tbk
3 BUDI Budistarch & Sweetener, Tbk
4 DPNS Duta Pertiwi Nusantara, Tbk
5 EKAD Ekadharma International, Tbk
6 ETWA Eterindo Wahanatama, Tbk
7 INCI Intan Wijaya International, Tbk
8 MDKI Emdeki Utama, Tbk
9 MOLI Madusari Murni Indah, Tbk
10 ACID Indo Acitama, Tbk
11 TPIA Chandra Asri Petrochemical, Tbk
12 UNIC Unggul Indah Cahaya, Tbk
Sumber : www.sahamok.com

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2016). Sampel adalah wakil-wakil dari populasi

(Juliandi et al., 2015).Kriteria dalam pengambilan sampel yang ditetapkan dalam

penelitian ini oleh penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangannya.

2. Perusahaan memiliki laporanyang terbit lengkap selama 2016-2021.

3. Perusahaan yang tidak rugi selama tahun penelitian.


53

Berdasarkan tiga kriteria pengambilan sampel tersebut maka sampel yang

diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 7 sampel perusahaan Subsektor Kimia

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periodetahun 2016 - 2021. Perusahaan yang

terpilih sebagai sampel terdapat pada table berikut:

Tabel 3.3
Sampel Perusahaan Subsektor Kimia
di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2021

No Kode Emiten Nama Perusahaan

1 BRPT Barito Pasific Tbk

2 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk

3 EKAD Ekadharma International TBk

4 INCI Intan Wijaya International Tbk

5 ACID Indo Acitama Tbk

6 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk

7 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk

3.4 Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 38).

Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan dua jenis variabel yaitu

berupa variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent). Variabel

terikat yang digunakan adalah Return On Asset. Sedangkan variabel bebas dalam

penelitian ini meliputi Perputaran persediaan, perputaran modal dan Current Ratio.
54

1. Variabel Dependen

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011: 39)..

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return On AssetReturn On

Assets merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam

menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam

perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan. Cara

untuk mengukur rasio ini adalah:

ProfitAfterTax
Return On Asset (ROA)=
TotalAssets

2. Variabel Independen

Variabel bebas merupakan variabel yang diduga mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2011: 39).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Inventory Turnover, Total

Assets Turnover dan Current Ratio.

a. Inventory Turnover

Perputaran Persediaan (inventory turnover) yaitu mengukur beberapa kali

perusahaan menjual tingkat rata-rata persediaannya selama satu tahun.Perputaran

yang cepat menunjukkan kemudahan dalam menjual persediaan, sementara

perputaran yang rendah mengindikasi kesulitan dalam menjual persediaan”. Cara

untuk mengukur rasio ini adalah sebagai berikut:

Cost of sales
Inventory turnover =
Average Inventory
55

b. Total asset turnover

Total asset turnover dapat diukur dengan membandingkan total pendapatan

atau total penjualan dengan total aktiva. Rumus total asset turnover dapat

dirumuskan sebagai berikut. Menurut (Rambe dkk, 2017, hal. 70):

Cost of sales
Total Asset Turnover =
Total assets

c. Current Ratio

Current ratio merupakan kemampuan perusahaan yang harus mampu

membayar atau memenuhi kewajiban finansialnya yang telah jatuh tempo.Current

ratio adalah bagian dari liquiditas, seorang menejer harus dapat memperhitungkan

seberapa banyak aktiva yang tersedia untuk menutupi kewajiban – kewjiban

perusahaan yang akan jatuh tempo. Current ratio dapat dihitung dengan rumus

berikut, yaitu (Kasmir, 2015) :

Current Asset
Current Ratio =
Current liabilities

3.5 Jenis Data dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian data kuantitatif

merupakan data yang berbentuk angka- angka bukan berbentuk kalimat, seperti

laporan keuangan yaitu laba rugi dan neraca.

3.5.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder, yaitu data yang

diperoleh dari Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan baik laporan neraca

maupun laporan laba rugi untuk tahun 2016 sampai tahun 2021.
56

3.6 Tehnik Pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis

menggunakan SPSS, data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan

dengan mendokumentasi dari laporan keuangan perusahaan sub sektor otomotif dan

komponen dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2021 mengenai variabel yang akan

diteliti yaitu Inventory turnover, total asset turover, Current Ratio dan Return On

Asset.

3.7. Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang baik yaitu yang memiliki distribusi data normal atau mend

ekati normal dan juga harus bebas dari asumsi klasik (multikolinieritas, heterokedast

isitas, dan autokorelasi).

d. Uji Normalitas

Juliandi (2013, hal. 169) pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat

apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independennnya memiliki

distribusi normal atau tidak. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

8. Uji Multikoliniearitas

Uji Multikolinearitas artinya antar variable independen yang terdapat dalam

model regresi memiliki hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna (k

oefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Model regresi yang baik seharusnya tida

k terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna di antara variable bebasnya (P

urnomo, 2017). Kriteria penarikan kesimpulan multikolinearitas dilihat dari tabel To

lerance dan (Variance Inflasi Factor/VIP), jika nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 at
57

au nilai VIP lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearit

as pada data yang akan diolah.

9. Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah terdapat ketidaksam

aan varian dari residual pengamatan yang satu ke pengamatan yang lainnya. Apabila

timbul ketidaksamaan varian, maka terdapat masalah heterokedastisitas (Yudiaatmaj

a, 2013). Cara mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat gr

afik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan resid

ualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan me

lihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPR

ED di mana sumbu Y adalah yang telah diprediksi dan sumbu X residual (Y prediks

i-Y sesungguhnya) yang telah di standardized, dasar analisis heterokedastisitas adala

h sebagai berikut

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik membentuk suatu pola yang teratur

maka telah terjadi heterokedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar tidak teratur maka t

idak terjadi heterokedastisitas.

3.8. Tehnik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis

data kuantitatif. Metode ini menggunakan perhitungan angka-angka yang nantinya a

kan dipergunakan untuk mengambil sebuah keputusan di dalam pemecahan masalah,

dan data yang diperoleh analisa melalui teori-teori yang berkaitan dengan penelitian

sehingga dapat ditarik kesimpulan dan dapat di uji secara terukur, apakah suatu hipo
58

tesis dapat diterima atau ditolak. Berikut alat analisis yang dipergunakan dalam pene

litian ini yaitu :

3.8.1. Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti

guna mendukung pemecahan masalah untuk memperoleh saran secara

operasional.

3.8.2. Analisis Jalur

Untuk efektifitas penggunaan analisis jalur diperlukan beberapa asumsi, yaitu

sebagai berikut :

1. Hubungan antar variabel dalam model adalah linier dan adatif

2. Seluruh Error (residual) diasumsikan tidak berkorelasi dengan yang

lainnya.

3. Variabel diasumsikan dapat diukur secara langsung

4. Model hanya berbentuk rekrusive atau searah

5. Variabel – variabel diukur oleh skala interval

6. Langkah-langkah melakukan Analisis Jalur

Secara singkat, langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis jalur adalah

sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis dan persamaan structural

Struktur : Z = ρ zx 1 X 1 + ρ zx 2 X 2+ ρ y ε 1

Y = ρ yx1 X 1 + ρ yx2 X 2+ ρ yz Z + ρ y ε 2

2. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi

3. Gambar diagram jalur lengkap dengan model structural dan persamaan

strukturalnya sesuai dengan hipotesis yang diajukan


59

Inventory Turnover

(X1) ᵨY X 1 ρYε 1

Current Ratio Return On Assets


ᵨYZ
(Z) (Y)

Total Asset Turnover ᵨY X 2


(X2)

Gambar 3.1 : Substruktur 1

Inventory Turnover ρZε 1


(X1) ᵨz X 1
Current Ratio

(Z)
Total Asset Turnover ᵨz X 2
(X2)

Gambar 3.2 : Substruktur 2

Inventory Tur
nover (X1)
ᵨY X 1

ᵨz X 1

Current ratio Return On Aset


ᵨyz
(Z) (Y)

ᵨz X 2
ᵨY X 2
Total Asset
Turnover
(X2)
60

Gambar 3.3 : Substruktur 3

4. Menghitung koefisien jalur secara simultan (kesluruhan)

Uji secara keseluruhan hipotesis statistic dirumuskan sebagai berikut :

H α : ρ x y = ρ x y = ……….. ρy x k ≠ 0
1 2

H 0 : ρ x y = ρ x y = ……….. ρy x k = 0
1 2

5. Menghitung koefisien jalur secara individual hipotesis penelitian yang akan

diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistic berikut :

Hα : ρx y >0
1

H0 : ρx y <0
1

3.8.3. Uji Sobel Test

Menurut Ghozali (2018, hal 251) uji sobel digunakan untuk menghitung niali

variabel mediasi yang berdsitribusi secara normal. Variabel mediasi atau variabel

intervening akan mempengaruhi antar variabel bebas dan variabel terikat. Untuk

menghitung nilai dari signifikan variabel pengaruh intervening menggunakan uji

sobel adalah sebagai berikut :

Sab = √b2Sa2 + a2Sb2 + Sa2Sb2

Keterangan :

Sab = besar standar error pengaruh tidak langsung

Sa = standart error koefisien a

Sb = standar error koefisien b

a = jalur variabel bebas (X) dengan variabel intervening (Z)

b = jalur variabel intervening (Z) dengan variabel terikat (Y)


61

Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung perlu adanya pengujian

nilai t dari koefisien ab dengan rumus sebagai berikut :

ab
z=
sab

Nilai zhitung akan dibandingkan dengan nilai zmutlak dengan nilai zmutlak sebesar

1,96. Apabila nilai zhitung > zmutlak maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi

dan jika zhitung < zmutlak maka tidak terjadi pengaruh mediasi.

3.9. Pengujian Hipotesis

3.9.1. Uji t (Parsial)

Uji t digunakan untuk mengetahui Apakah secara parsial masing-

masingvariabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikat.

Rumus yang digunakan untuk uji t adalah sebagai berikut :

r √ n−2
t= (Sugiyono, 2016:184)
√ 1−r 2
Keterangan:

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi

n = Jumlah sampel

a) Bentuk Pengujian

H0 : rs = 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas (X)

dengan variabel terikat (Y).

H0 : rs ≠ 0, artinya terdapat pengaruh antara variabel bebas (X) dengan

variabel terikat (Y).

b) Kriteria Pengambilan Keputusan


62

H0 diterima jika: -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel , pada α = 5%, df = n-k

H0 ditolak jika jika :thitung > ttabel atau -thitung < -ttabe

Gambar 3.4 Kurva Pengujian Hipotesis (Uji t)

3.9.2. Uji F (Simultan)

Uji F dikenal dengan uji simultan yaitu uji untuk melihat bagaimana

pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama – sama terhadap variabel

terikatnya. Atau untuk menguji apakah model regresi yang akan kita buat baik

atau signifikan atau tidak signifikan. Uji F dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

R ²/k
Fh= 2
(1−R )/(n−k−1)

Keterangan :

Fh = nilai Fhitung yang selanjutnya dibanding dengan Ftabel

R = Koefisien korelasi berganda

k = Jumlah variabel bebas

n = Jumlah sampel

a) Bentuk Pengujian
63

Ho : β= 0, tidak ada pengaruh signifikan antara variabel x dengan

variabel y

Ho: β≠0, ada pengaruh signifikan antara variabel x dengan variabel y

b) Kriteria Pengambilan Keputusan

H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel atau –Fhiutng < -Ftabel

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel atau –Fhitung > -Ftabel

Terima H0 Tolak H0

Gambar 3.5 Kriteria Pengujian Hipotesis Uji F

3.9.3. Uji Koefisien Determinasi (R-square)

Nilai R-square dari koefisien determinasi digunakan untuk melihat bagaimana

variasi nilai variabel terikat dipengaruhi oleh nilai variabel bebas. Nilai koefisien

determinasi adalah antara 0 dan 1. Apabila nilai R-square semakin mendekati satu

maka semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Rumus

koefisien determinasi adalah Sebagai berikut:

KD = r × 100% (Sarwono, 2017, hal. 17)

Keterangan:

r = Nilai Korelasi Berganda

KD = Koefisien Determinasi

100% = Persentase kontribusi


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Data dari penelitian ini adalah data yang sekunder dimana data ini terbagi atas

variable independen dan variabel dependen. Data tersebut diperoleh dari laporan keua

ngan perusahaan subsektor Kimia yang menjadi sampel penelitian. Yaitu sejak tahun

2016 sampai dengan 2021.

4.1.1. Deskripsi Data

4.1.1.1 Return On Asset (ROA)

Variabel dependen ( Y ) yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on

aset. “ Return On Asset atau Return On Total Asset merupakan rasio yang

menunnjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang di gunakan dalam perusahaan.

ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola

investasinya”, (Kasmir, 2012, hal. 201)

Berikut ini adalah hasil perhitungan laba bersih pada masing-masing

Perusahaan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2021 :

Tabel 4.1
Return On Assets Perusahaan Sub Sektor Kimia Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2016-2021
KODE RETURN ON ASSETS RATA -
NO EMITE
2016 2017 2018 2019 2020 2021 RATA
N
1 INCI 3.708 5.449 4.261 3.407 6.760 2.161 4.291
2 BRPT 10.885 5.457 3.437 1.913 1.840 3.203 4.456
3 EKAD 12.909 9.563 8.678 7.994 8.866 9.308 9.553
4 DPNS 3.380 1.933 2.911 1.238 0.757 6.273 2.749
5 ACID 1.542 2.711 5.640 5.496 4.869 3.086 3.891
6 TPIA 14.095 9.564 5.745 0.685 1.434 3.043 5.761
7 UNIC 9.309 5.333 7.310 5.182 11.515 19.832 9.747
RATA - RATA 7.975 5.716 5.426 3.702 5.149 6.701 5.778
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI) data diolah

64
65

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat rata-rata Return On Assets keseluruhan

pertahun dari perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (B

EI) sebesar 5,778. Dibawah ini dapat dilihat grafik dari nilai Return On Assets dari

tabel diatas :

0,025

0,020

0,015

0,010

0,005

0,000
2016 2017 2018 2019 2020 2021
RETURN ON ASSETS

INCI BRPT EKAD DPNS ACID TPIA UNIC

Gambar 4.1
Grafik Return On Assets

Dari grafik diatas dapat dilihat nilai Return on Assets perusahaan Subsektor

Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2016 – 2021. Untuk

perusahaan yang memiliki nilai Return on Assets yang paling tinggi yaitu UNIC

terjadi pada tahun 2021. Dan untuk perusahaan yang memiliki nilai Return On Assets

yang paling rendah yaitu perusahaan dengan kode DPNS yang terjadi pada tahun

2020.

Perusahaan yang mempunyai Return on Assets yang tinggi menujukkan bahw

a perusahaan tersebut mampu untuk mengelola seluruh aktiva yang dimiliki perusaha

an sehingga menghasilkan laba bersih yang tinggi. Jika nilai Return On asset rendah

menandakan perusahaan tersebut tidak dapat memaksimalkan pengelolaan seluruh akt

iva yang dimiliki sehingga menyebabkan nilai return on asset mejadi rendah.
66

4.1.1.2 Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)

Variabel Bebas (X1) dalam penelitian ini adalah Perputaran Persediaan. Perput

aran Persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana

yang tertanam dalam persediaan dapat dijual dan dibeli kembali dalam satu periode.

Persediaan menunjukkan beberapa kali persediaan diganti dalam waktu satu tahun.

Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi berarti resiko kerugian

dan biaya terhadap persediaan dapat diminimalkan.

Tabel 4.2
Inventory Turnover Perusahaan Sub Sektor Kimia Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2016-2021

N KODE INVENTORY TURNOVER RATA –


O EMITEN 2016 2017 2018 2019 2020 2021 RATA
1 INCI 6.595 11.060 5.173 9.546 11.612 7.123 8.518
2 BRPT 9.691 10.526 11.180 7.802 8.446 8.259 9.317
3 EKAD 4.578 3.760 3.462 4.132 5.168 3.743 4.141
4 DPNS 3.649 2.704 4.892 2.362 2.590 2.260 3.076
5 ACID 1.895 1.971 2.591 2.395 2.757 2.663 2.379
6 UNIC 3.353 3.656 3.337 3.277 4.369 3.637 3.605
7 TPIA 9.675 7.575 9.766 6.429 6.984 7.031 7.910
RATA – RATA 5.634 5.893 5.772 5.135 5.989 4.959 5.564
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI) data diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan pertahun dari

perusahaan subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 5,5

64. Dibawah ini dapat dilihat grafik dari nilai Inventory turnover diatas.
67

0,014

0,012

0,010

0,008

0,006

0,004

0,002

0,000
2016 2017 2018 2019 2020 2021
INVENTORY TURNOVER

INCI BRPT EKAD DPNS ACID UNIC TPIA

Gambar 4.2
Grafik Inventory Turnover

Dari grafik diatas dapat dilihat nilai Inventory Turnover perusahaan Subsektor

Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2016 – 2021. Untuk

perusahaan yang memiliki nilai Inventory Turnover yang paling tinggi yaitu INCI

yang terjadi pada tahun 2020. Dan untuk perusahaan yang memiliki nilai Inventory

Turnover yang paling rendah yaitu perusahaan dengan kode ACID yang terjadi pada

tahun 2020. Selain itu dapat dilihat juga bahwa ACID merupakan perusahaan yang

selalu memiliki nilai Inventory Turnover yang paling rendah di setiap tahunnya.

Inventory turnover merupakan rasio yang mengukur sejauh mana

kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan persediaan yang

dimiliki. Inventory Turnover yang tinggi menandakan semakin tingginya

persediaan berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektifitas manajemen

persediaan.

4.1.1.3 Total Assets Turnover

Variabel Bebas (X2) dalam penelitian ini adalah Total Asset Turnover (TATO).

Total Asset Turnover merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur bag
68

aimana seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan digunakan untuk operasional perusa

haan. Rasio ini menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan (Sales) d

engan Asset yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan tersebut.

Total Asset Turnover yang rendah dapat diartikan bahwa penjualan bersih perusahaan

lebih rendah atau lebih kecil dari operating asset perusahaan. jika perputaran aktiva p

erusahaan tinggi maka semakin efektif perusahaan dalam mengelola aktiva.

Berikut ini adalah hasil perhitungan Total Asset Turnover pada perusahaan Sub

Sektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2021.

Tabel 4.3
Total Asets Turnover Perusahaan Sub Sektor Kimia Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2016-2021

KODE TATO RATA –


NO
EMITEN 2016 2017 2018 2019 2020 2021 RATA
0,68
1 INCI
0,654 0,888 0,769 0,783 1 1,020 0,799
0,30
2 BRPT
0,763 0,370 0,437 0,334 4 0,341 0,425
0,41
3 EKAD
0,809 0,808 0,867 0,783 3 0,540 0,703
0,23
4 DPNS
0,392 0,361 0,445 0,374 9 0,406 0,369
0,98
5 ACID
0,698 0,799 0,875 0,878 3 1,055 0,881
1,34
6 UNIC
0,765 1,433 1,482 1,466 1 1,268 1,293
0,50
7 TPIA
0,907 0,686 0,801 0,545 3 0,009 0,575
0,63
RATA - RATA 0,713 0,763 0,811 0,738 8 0,663 0,721
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI) data diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat rata-rata Total Asset Turnover keseluru

han pertahun dari perusahaan subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) sebesar 0,721. Dibawah ini dapat dilihat grafik dari nilai Total Assets turnover

diatas.
69

0,002

0,001

0,000
2016 2017 2018 2019 2020 2021
TATO

INCI BRPT EKAD DPNS ACID UNIC TPIA

Gambar 4.3
Grafik Total Assets Turnover

Dari grafik diatas dapat dilihat nilai Total Asset Turnover perusahaan

Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2016 – 2021.

Untuk perusahaan yang memiliki nilai Total Assets Turnover yang paling tinggi

hampir setiap tahunnya yaitu UNIC dengan nilai tertinggi berada pada tahun 2018.

Dan untuk perusahaan yang memiliki nilai Total Assets Turnover yang paling rendah

yaitu perusahaan dengan kode DPNS yang terjadi pada tahun 2020. Selain itu dapat

dilihat juga bahwa DPNS merupakan perusahaan yang selalu memiliki nilai Total

Assets Turnover yang paling rendah hampir di setiap tahunnya.

4.1.1.4 Current Ratio

Variable Bebas (Z) dalam penelitian ini adalah likuiditas yang berfokus pada

Current Ratio yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur aktiva lancar dibagi hutan

g lancar atau menilai keefektifitas kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiba

n jangka pendek perusahaan yang segera jatuh tempo. Rasio lancer merupakan ukuran

yang peling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi jangka pend

ek. Oleh karena itu, rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka
70

pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi utang tunai dalam periode ya

ng sama dengan jatuh tempo hutang.

Berikut ini adalah perhitungan Current Ratio pada masing-masing perusahaan

Sub Sektor Kimia yang terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI) periode 2016-2021.

Tabel 4.4
Current Ratio Perusahaan Sub Sektor Kimia Yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2016-2021

CURRENT RATIO RATA


KODE
NO –
EMITEN 2016 2017 2018 2019 2020 2021 RATA
1 INCI 5,815 10,649 3,036 3,623 3,717 2,511 4,892
2 BRPT 1,338 1,098 1,749 1,653 1,870 3,146 1,809
3 EKAD 4,886 4,519 5,050 6,917 8,105 7,758 6,206
21,70
4 DPNS
15,165 9,621 7,736 5 208,445 9,457 45,355
5 ACID 2,595 2,132 3,758 2,469 2,171 2,482 2,601
6 UNIC 2,955 2,562 2,650 4,110 4,905 4,931 3,685
7 TPIA 0,701 1,160 2,052 1,772 1,739 3,141 1,761
RATA – RATA 4,779 4,534 3,719 6,036 32,993 4,775 9,473
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI) data diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat rata-rata Current Ratio keseluruhan per

tahun dari perusahaan subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) s

ebesar 9,473. Dibawah ini dapat dilihat grafik dari nilai Current Ratio diatas.

0,250

0,200

0,150

0,100

0,050

0,000
2016 2017 2018 2019 2020 2021
CURRENT RATIO

INCI BRPT EKAD DPNS ACID UNIC TPIA

Gambar 4.4
Grafik Current Ratio
71

Dari grafik diatas dapat dilihat nilai Current Ratio perusahaan Subsektor

Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2016 – 2021. Untuk

perusahaan yang memiliki nilai Current Ratio yang paling tinggi hampir setiap

tahunnya yaitu DPNS dengan nilai tertinggi berada pada tahun 2020. Dan untuk

perusahaan yang memiliki nilai Current Ratio yang paling rendah yaitu perusahaan

dengan kode TPIA yang terjadi pada tahun 2016. Selain itu dapat dilihat juga bahwa

TPIA merupakan perusahaan yang selalu memiliki nilai Current Ratio yang paling

rendah hampir disetiap tahunnya.

Apabila nilai Current Ratio tinggi maka perusahaan mampu atau memiliki da

na untuk memenuhi kewajibannya sedangkan nilai Current Ratio rendah maka perusa

haan tersebut akan sulit dalam memenuhi kewajibannya, rasio yang tinggi menunjukk

an adanya kelebihan aktiva lancar dan mencerminkan perusahaan yang likuiditas nam

un akan berpengaruh tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.

4.1.2. Uji Asumsi Klasik

Untuk pelaksanaan analisis regresi maka perlu dilakukan pengujian asumsi

klasik untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari asumsi pada regresi berganda.

Adapun uji asumsi klasik yang digunakan meliputi uji normalitas, uji

mulitkolinearitas, dan uji heterokedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data

mengikuti atau mendekati distribusi normal. Pengujian normalitas data penelitian ini

menggunakan analisis grafik. Analisis grafik untuk melihat normalitas dilakukan

dengan melihat kurva normal probability plot. Berikut adalah gambar grafik normal

probability plot.
72

Gambar 4.5
Grafik Normal P-Plot Return On Assets
Berdasarkan grafik normal p-plot di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik

mengikuti dan menyebar di garis diagonal. Maka dari itu, grafik normal p-plot

dinyatakan berdistribusi normal sehingga memenuhi kriteria normalitas dan dapat

dilakukan analisis data atau pengujian hipotesis dengan teknik statistik yang relevan.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara

variabel independen dalam model regresi. Jika pada model regresi terjadi

multikolinieritas, maka koefisien regresi tidak dapat di taksir dan nilai standard error

menjadi tidak terhingga. Untuk melihat ada tidakknya multikolinieritas dalam model

regresi dapat dilihat dari Nilai tolerance dan Varience Inflance Factor (VIF). Apabila

nilai VIF kurang dari 5 serta nilai tolerance kurang dari atau mendekati angka 1 maka

tidak terjadi multikolinieritas.


73

Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics

B Std. Error Beta Toleran VIF


ce

.978 2.236 .437 .664


(Constant)

Inventory Turnover .134 .210 .098 .638 .527 .881 1.135


1
Total Assets Turnover 5.636 1.933 .454 2.916 .006 .850 1.177

Current Ratio -.008 .020 -.064 -.411 .684 .859 1.164

a. Dependent Variable: Return On Assets

Sumber : hasil olahan SPSS

Dari data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel In

ventory Turnover (X1) sebesar 1,135, Total Assets Turnover (X2) sebesar 1,177 dan

Current Ratio (Z) sebesar 1.164. Dari masing – masing variabel yang diuji nilai VIFn

ya, tidak ada variabel independen maupun variabel intervening yang nilainya lebih da

ri 10. Demikian juga nilai tolerance pada variable Inventory Turnover (X1) sebesar 0,

881, Total Assets Turnover (X2) sebesar 0,850 dan Current Ratio sebesar 0,859. Dari

masing-masing variabel yang diuji nilai tolerance kurang dari 1. Dari hasil uji yang ad

a, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini digunakan agar mengetahui adanya ketidaksamaan varians dari residua

l satu pengamatan ke pengamatan lain dalam sebuah model regresi. Bentuk pengujian

yang digunakan dengan metode informal atau grafik scatterplot. Dasar analisis:
74

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola yang teratur (bergelom

bang, melebar kemudian menyempit), maka mengidikasikan telah terjadi hetero

kedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan angka 0 pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Gambar 4.6
Uji Heterokedasitas Return On Assets

Dari gambar 4.6 diatas terlihat bahwa tidakk ada pola yang jelas, serta titik-

titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi yang digunakan.

4.1.3. Analisis Data

4.1.3.1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif yang akan dijelaskan dalam penelitian ini terdiri atas jumlah

sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi

dari variabel-variabel penelitian. Hasil pengolahan data analisis statistik deskriptif

dapat dilihat pada tabel berikut ini:


75

Tabel 4.6
Deskriptif Variabel Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Inventory Turnover 42 1.895 11.612 5.56371 2.981297


Total Assets Turnover 42 .239 1.482 .73293 .329651
Current Ratio 42 .701 208.445 9.47271 31.711698
Return On Assets 42 .685 19.832 5.77600 4.094513

Valid N (listwise) 42

Sumber: Hasil olah data SPSS

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan nilai jumlah data laporan keuangan (N)

adalah sebanyak 42, dan menunjukkan nilai minimum, maksimum, mean dan standar

deviasi semua variable penelitian dari tahun 2016 – 2021 di jelaskan sebagai berikut :

1) Variabel Inventory Turnover (X1) memiliki nilai minimum sebesar 1,895 dan

nilai maximum 11,612 dengan nilai rata – rata sebesar 5,56371 dan nilai

standar deviasi sebesar 2,981297.

2) Variabel Total Assets Turnover (X2) memiliki nilai minimum 0,239 dan nilai

maksimum 1,482 dengan nilai rata – rata sebesar 0,73293 dan nilai standar

deviasi sebesar 0,329651.

3) Variabel Current Ratio (Z) memiliki nilai minimum sebesar 0,701 dan nilai

maksimum sebesar 208,445 dengan nilai rata – rata 9,47271 dan nilai standar

deviasi sebesar 31,711698.

4) Variabel Return On Assets (Y) memiliki nilai minimum sebesar 0,685 dan

nilai maksimum sebesar 19,832 dengan nilai rata – rata sebesar 5,77600 dan

nilai standar deviasi 4,094513.


76

4.1.3.2. Analisis Jalur

Analisis jalur digunakan untuk menguji pengaruh variabel intervening.

Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda, atau analisis

jalur adalah pengguna analisis regresi untuk menaksir hubungan kasualitas antara

variabel (model casual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori dan

menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan

untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis.

Tabel 4.7
Hasil Analisis R-Square Sub-Struktur 1

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .375a .141 .097 30.140414
a. Predictors: (Constant), Total Assets Turnover, Inventory Turnover
Sumber : Hasil olahan SPSS

Tabel 4.8
Hasil Uji Regresi Sub-Struktur Persamaan 1

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 48.484 16.145 3.003 .005
Inventory -2.855 1.619 -.268 -1.764 .086
1 Turnover
Total -31.551 14.641 -.328 -2.155 .037
Assets
Turnover
a. Dependent Variable: Current Ratio
Sumber : Hasil olahan SPSS

Dari tabel Coefficients di atas (pada kolom Unstandardized Coefficients)

terlihat nilai-nilai koefisien regresinya, sehingga diperoleh persamaan sebagai berik

ut :

Y = 48,484 – 2,855X1 – 31,551X2


77

Keterangan :

1. Koefisien konstanta sebesar 48,484, artinya jika variabel Inventory Turnover d

an Total Assets Turnover bernilai konstan atau sama dengan 0 maka Current

Ratio meningkat sebesar 48,484.

2. Koefisien Inventory Tunrover sebesar -2,855, artinya jika Inventory Turnover

ditingkatkan 100% maka Currrent Ratio akan menurun sebesar -2,855.

3. Koefisien Total Assets Turnover sebesar -31,551, artinya jika Total Assets Tur

nover ditingkatkan 100%, maka Current Ratio akan menurun sebesar -31,551.

Sedangkan dari tabel Model Summary di atas nilai Adjusted R Square adalah

0.097. Nilai ini dapat digunakan untuk menentukan nilai koefisien jalur

residualnya yaitu: pz£l √ 1−0,097 = 0,950

Koefisien-koefisien yang telah diperoleh pada analisis sebelumnya di atas

dimasukkan ke dalam diagram analisis jalur sub-struktur persamaan 1 sebagai

berikut:

Inventory Turno pze1 = 0,950


pzx1 = -2,855
1. ver

(X1) Current Ratio

(Z)
Total Asset
Turnover pzx2 = -31,551
(X2)

Gambar 4.7
Diagram jalur Substruktur Persamaan 1

Tabel 4.9
78

Hasil Analisis R-Square Sub-Struktur 2


Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
a
1 .467 .218 .156 3.761548

a. Predictors: (Constant), Current Ratio, Inventory Turnover, Total


Assets Turnover
b. Dependent Variable: Return On Assets

Sumber : Hasil olahan SPSS

Tabel 4.10
Hasil Uji Regresi SubStruktur Persamaan 2

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .978 2.236 .437 .664
Inventory .134 .210 .098 .638 .527
Turnover
1
Total Assets 5.636 1.933 .454 2.916 .006
Turnover
Current Ratio -.008 .020 -.064 -.411 .684
a. Dependent Variable: Return On Assets
Sumber : Hasil Olahan SPSS

Dari tabel Coefficients di atas (pada kolom Standardized Coefficients)

terlihat nilai-nilai koefisien regresinya sehingga diperoleh persamaan sebagai

berikut :

Y = 0,978 + 0,134X1 + 5,636X2 – 0,008Z

Keterangan :

1. Koefisien konstanta sebesar 0,978, artinya artinya jika variabel Inventory Tu

rnover, Total Assets Turnover dan Current Ratio bernilai konstan atau sama

dengan 0 maka Return On Assets meningkat 0,978.

2. Koefisien Invetory Turnover sebesar 0,134, artinya jika Inventory Turnover

ditingkatkan 100% maka Return On Assets akan meningkat sebesar 0,134.


79

3. Koefisien Total Assets Turnover sebesar 5,636, artinya jika Total Assets Tur

nover ditingkatkan 100 % maka Return On Assets akan meningkat sebesar 5,

636.

4. Koefisien Current Ratio sebesar -0,008, artinya jika Current Ratio ditingkat

kan 100% maka Return On Assets akan menurun sebesar -0,008.

Sedangkan dari tabel Model Summary di atas nilai Adjusted R Square adalah

0,156. Nilai ini dapat digunakan untuk menentukan nilai koefisien jalur

residualnya yaitu: pyi£l √ 1−0,156 = 0,919

Koefisien-koefisien yang telah diperoleh pada analisis sebelumnya di atas

dimasukkan ke dalam diagram analisis jalur sub-struktur persamaa 2 sebagai

berikut:

Inventory Turn
over (X1)
PyX1 = 0,134
ᵨyᵉ2 = 0,919
PzX1 = -2,855
Return On
Current ratio PyZ = -0,008
(Z) Aset (Y)

PzX2 = -31,551

Total Asset PyX2 = 5.636


Turnover (X2)

Gambar 4.8
Diagram Jalur Subsutruktur Persamaan 2

4.1.3.3. Uji Sobel Test

Uji sobel digunakan untuk menghitung niali variabel mediasi yang berdsitribusi

secara normal. Variabel mediasi atau variabel intervening akan mempengaruhi antar

variabel bebas dan variabel terikat.


80

1. Pengaruh Inventory Turnover terhadap Return On Assets melalui Current

Ratio

Tabel 4.11
Hasil Regresi Persamaan Inventory Turnover dan Current Ratio
terhadap Return on Assets

Variabel Nilai Coefficient


ITO ke ROA 0,134
ITO ke CR ke ROA (-2,855)(-0,008)
Total pengaruh 0,15684

Tabel diatas adalah koefisien regresi untuk mengetahui apakah Current

Ratio mampu memediasi Inventory Turnover terhadap Return on Assets yaitu

dengan cara mengkalikan nilai koefisien Current Ratio terhadap Return on Asssets

dan hasil dari perkalian koefisien tersebut dibandingkan dengan nilai koefisien dari

Inventory Turnover terhadap Return on Assets, hasil nya sebagai berikut:

a. Koefisien regresi Inventory Turnover (X1) terhadap Return On Assets (Y)

sebesar 0,134

b. Koefisien regresi Inventory Turnover (X1) terhadap Current Ratio (Z)

sebesar -2,855

c. Koefisien regresi Current Ratio (Z) terhadap Return on Assets (Y) sebesar -

0,008

Dari hasil perkalian diatas dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien regresi

dari Inventory Turnover terhadap Return on Assets nilai koefisien sebesar 0,134

menunjukkan besarnya pengaruh langsung, sedangkan nilai koefisien Inventory

Turnover terhadap Return on Assets dengan Current Ratio sebagai variabel


81

mediasi, besarnya pengaruh koefisien tidak langsung dihitung dengan perkalian

yaitu (-2.855)x( -0,008)= 0,02284

Tabel 4.12
Hasil Regresi Inventory Turnover dan Current Ratio
terhadap Return on Assets

Variabel Standardized Coefisien


B Std. Eror
ITO ke CR -2,855 1,619
CR ke ROA -0,008 0,020

Dari tabel diatas dapat diperoleh pengaruh mediasi dengan menggunakan

perhitungan sobel test sebagai berikut:

a : -2,855

b : -0,008

Sa : 1,619

Sb : 0,020

Sab = √ b 2 Sa 2+a 2. Sb 2+ Sa 2. Sb 2


= (−0,008)2 (1,619)2 +(−2,855)2 (0,020)2 +(1,619)2 (0,020)2

= √ 0,00016775+0,00326041+0,00104846

= √ 0,00447662

= 0,066908

Dengan demikian diperoleh nilai z sebagai berikut :

ab 0 , 02284
z= S = 0,066908 = 0,34136
ab

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh nilai z sebesar 0,341 lebih

kecil dari zmutlak 1,96 (0,341 < 1,96) dengan tingkat signifikansi 5%, maka dapat
82

disimpulkan bahwa Current Ratio tidak memediasi pengaruh Inventory Turnover

terhadap Return On Assets.

2. Pengaruh Total Assets Turnover terhadap Return On Assets melalui

Current Ratio

Tabel 4.13
Hasil Regresi Persamaan Total Assets Turnover dan Current Ratio
terhadap Return on Assets

Variabel Standardized Coefficient


TATO ke ROA 5,636
TATO ke CR ke ROA (-31,551)(-0,008)
Total pengaruh 0,252408

Tabel diatas adalah koefisien regresi untuk mengetahui apakah Current

Ratio mampu memediasi Total Assets Turnover terhadap Return on Assets yaitu

dengan cara mengkalikan nilai koefisien Current Ratio terhadap Return on Asssets

dan hasil dari perkalian koefisien tersebut dibandingkan dengan nilai koefisien dari

Total Assets Turnover terhadap Return on Assets, hasil nya sebagai berikut:

a. Koefisien regresi Total Assets Turnover (X2) terhadap Return on Assets (Y)

sebesar 5,636.

b. Koefisien regresi Total Asset Turnover (X1) terhadap Current Ratio (Z)

sebesar -31,551.

c. Koefisien regresi Current Ratio (Z) terhadap Return On Assets (Y) sebesar -

0,008.

Dari hasil perkalian diatas dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien regresi

dari Total Assets Turnover terhadap Return On Assets sebesar 5,636 menunjukkan

besarnya pengaruh langsung, sedangkan nilai koefisien Total Assets Turnover


83

terhadap return on assets dengan Current Ratio sebagai variabel mediasi, besarnya

pengaruh koefisien tidak langsung dihitung dengan perkalian yaitu (-31,551)(-

0,008)= 0,252408.

Tabel 4.14
Hasil Regresi Total Assets Turnover dan Current Ratio
terhadap Return on Assets

Variabel Standardized Coefisien


B Std. Eror
TATO ke CR -31,551 14,641
CR ke ROA -0,008 0,020

Dari tabel diatas dapat diperoleh pengaruh mediasi dengan menggunakan

perhitungan sobel test sebagai berikut:

a : -31,551

b : -0,008

Sa : 14,641

Sb : 0,020

Sab = √ b 2 Sa 2+a 2 Sb 2+ Sa 2 Sb 2


= (−0,008)2 (14,682)2 +(−31,551)2 (0,020)2+(14,682)2 (0,020)2

= √ 0,0137959119+ 0,3981862404+0,08622444

= √ 0,4982066

= 0,7058375

Dengan demikian nilai z dapat dihitung sebagai berikut :

ab 0,252408
𝑧 = S = 0,7058375 = 0,358
ab
84

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh nilai z sebesar 0,358 lebih

kecil dari nilai zmutlak 1,96 (0,358 < 1,96) dengan tingkat signifikansi 5%, maka

dapat disimpulkan bahwa Current Ratio tidak memediasi pengaruh Total Assets

Turnover terhadap Return On Assets.

4.1.3.4. Uji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dari masing-msing var

iabel independen dalam mempengaruhi variabel independen. Alasan lain uji t dilakuk

an yaitu menguji apakah variabel bebas (X) secara individual terdapat hubungan yang

signifikan atau tidak terhadap variabel terikat (Y). Hasil pengujian statistik t pada per

samaan 1 untuk variabel Inventory Turnover (X1), dan Total Assets Turnover (X2) ter

hadap Current Ratio (Z) dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.15
Hasil Uji Parsial (Uji t) Substruktur Persamaan 1

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized T Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 48.484 16.145 3.003 .005

1 Inventory Turnover -2.855 1.619 -.268 -1.764 .086

Total Assets Turnover -31.551 14.641 -.328 -2.155 .037

a. Dependent Variable: Current Ratio

Sumber : Hasil olahan SPSS

Untuk kriteria uji t dilakukan pada tingkat α = 5% (0,05) dengan dua arah dan

nilai dk = n – 2 = (42 - 2) = 40 maka diperoleh nilai t tabel 2,021 (data t tabel terlam

pir). Berdasarkan tabel data di atas maka dapat dijelaskan :


85

1) Pengaruh Inventory Turnover terhadap Current Ratio

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah Inventory Tunover secara parsial

mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak terhadap Current Ratio. Dari data

diatas maka dapat diperoleh hasil uji t sebagai berikut :

thitung = -1,764

ttabel = 2,021

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika: -2,021 ≤ thitung ≤ 2,021 , pada α = 0,05, dk = n-2

H0 ditolak jika :thitung > 2,021 atau -thitung < -2,021

Terima H0
Tolak H0 Tolak H0

-2,021 -1,764 0 2,021

Gambar 4.9
Kurva Pengujian Hipotesis 1

Berdasarkan hasil uji t pengaruh Inventory Turnover terhadap Current Rati

o, diperoleh nilai -thitung > -ttabel (-1,764 > -2,021) dan nilai signifikan sebesar 0,086 >

0,05, artinya H0 diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa secara parsial Inventory Turnover tidak berpengaruh signifikan

terhadap Current Ratio pada Perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2016 - 2021.


86

2) Pengaruh Total Assets Turnover terhadap Current Ratio

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah Total Assets Turnover secara

parsial mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak terhadap Current Ratio.

Dari data diatas maka dapat diperoleh hasil uji t sebagai berikut :

thitung = -2,155

ttabel = 2,021

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika: -2,021 ≤ thitung ≤ 2,021 , pada α = 0,05, dk = n-2

H0 ditolak jika :thitung > 2,021 atau -thitung < -2,021

Terima H0
Tolak H0 Tolak H0

-2,155 -2,021 0 2,021

Gambar 4.10
Kurva Pengujian Hipotesis 2

Berdasarkan hasil uji t pengaruh Total Assets turnover terhadap Current Rat

io, diperoleh nilai thitung<ttabel (-2,155 < -2,021) dan nilai signifikan sebesar 0,037 <

0,05, artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa secara parsial Total Assets Turnover berpengaruh signifikan

terhadap Current Ratio pada Perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2016 - 2021.

Untuk hasil uji t untuk substruktur persamaan 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
87

Tabel 4.16
Hasil Uji t Substruktur Persamaan 2

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) .978 2.236 .437 .664
Inventory Turnover .134 .210 .098 .638 .527
1
Total Assets Turnover 5.636 1.933 .454 2.916 .006
Current Ratio -.008 .020 -.064 -.411 .684
a. Dependent Variable: Return On Assets
Sumber : Hasil olahan SPSS

Berdasarkan tabel data di atas maka dapat dijelaskan:

3) Pengaruh Inventory Turnover terhadap Return On Assets

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah Inventory Tunover secara parsial

mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak terhadap Return On Assets. Dari

data diatas maka dapat diperoleh hasil uji t sebagai berikut :

thitung = 0,638

ttabel = 2,021

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika: -2,021 ≤ thitung ≤ 2,021 , pada α = 0,05, dk = n-2

H0 ditolak jika :thitung > 2,021 atau -thitung < -2,021

Terima H0
Tolak H0 Tolak H0

-2,021 0 0,638 2,021


88

Gambar 4.11
Kurva Pengujian Hipotesis 3
Berdasarkan hasil uji t pengaruh Inventory Turnover terhadap Return On As

sets, diperoleh nilai thitung<ttabel (0638 < 2,021) dan nilai signifikan sebesar 0,527 >

0,05, artinya H0 diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa secara parsial Inventory Tunrover tidak berpengaruh signifikan

terhadap Return On Assets pada Perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2016 - 2021.

4) Pengaruh Total Assets Turnover terhadap Return On Assets

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah Total Aasets Turnover secara

parsial mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak terhadap Return On Assets.

Dari data diatas maka dapat diperoleh hasil uji t sebagai berikut :

thitung = 2,916

ttabel = 2,021

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika: -2,021 ≤ thitung ≤ 2,021 , pada α = 0,05, dk = n-2

H0 ditolak jika :thitung > 2,021 atau -thitung < -2,021

Terima H0
Tolak H0 Tolak H0

-2,021 0 2,021 2,916

Gambar 4.12
Kurva Pengujian Hipotesis 4
89

Berdasarkan hasil uji t pengaruh Total Assets Turnover terhadap Return On

Assets, diperoleh nilai thitung>ttabel (2,916 > 2,021) dan nilai signifikan sebesar 0,006

< 0,05, artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa secara parsial Total Assets Tunrover berpengaruh signifikan

terhadap Return On Assets pada Perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2016 - 2021.

5) Pengaruh Current Ratio terhadap Return On Assets

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah Current Ratio secara parsial

mempunyai hubungan yang signifikan atau tidak terhadap Return On Assets. Dari

data diatas maka dapat diperoleh hasil uji t sebagai berikut :

thitung = -0,411

ttabel = 2,021

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 diterima jika: -2,021 ≤ thitung ≤ 2,021 , pada α = 0,05, dk = n-2

H0 ditolak jika :thitung > 2,021 atau -thitung < -2,021

Terima H0
Tolak H0 Tolak H0

-2,021 -0,411 0 2,021

Gambar 4.13
Kurva Pengujian Hipotesis 5

Berdasarkan hasil uji t pengaruh Current Ratio terhadap Return On Assets,

diperoleh nilai thitung>ttabel (-0,411 > -2,021) dan nilai signifikan sebesar 0,684 > 0,05,
90

artinya H0 diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa secara parsial Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Return O

n Assets pada Perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2016 - 2021.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji simultan (Uji F) dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh semua variab

le inependen secara bersama – sama terhadap variable terhadap varibel dependen. Dar

i hasil pengolahan yang dilakukan dapat diperolah hasil uji F untuk substruktur 1 yait

u sebagai berikut:

Tabel 4.14
Hasil Uji F Substruktur 1
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 5801.565 2 2900.783 3.193 .052b
1 Residual 35429.338 39 908.445

Total 41230.904 41
a. Dependent Variable: Current Ratio
b. Predictors: (Constant), Total Assets Turnover, Inventory Turnover
Sumber : Hasil olahan SPSS

Berdasarkan hasil tabel diatas maka dapat dilihat bahwa Fhitung < Ftabel (3,193 < 3,

24) dengan nilai signifikan 0,052 > 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulka

n bahwa variabel Inventory Turnover dan Total Assets Turnover secara bersama – sa

ma tidak berpengaruh terhadap Current Ratio.

Untuk hasil uji F pada substruktur 2 dapat dilihat dibawah ini :

Tabel 4.15
Hasil Uji F Substruktur 2
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 149.695 3 49.898 3.527 .024b
1 Residual 537.671 38 14.149

Total 687.366 41
a. Dependent Variable: Return On Assets
91

b. Predictors: (Constant), Current Ratio, Inventory Turnover, Total Assets


Turnover
Sumber : Hasil olahan SPSS

Berdasarkan hasil tabel diatas maka dapat dilihat bahwa Fhitung > Ftabel (3,527 > 2.

85) dengan nilai signifikan 0,024 < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulka

n bahwa variabel Inventory Turnover, Total Assets Turnover dan Current Ratio secara

bersama – sama berpengaruh terhadap Return On Assets.

4.2. Pembahasan

Analisis hasil temuan penelitian ini adalah hasil analisis mengenai hasil tem

uan penelitian ini terhadap kesesuian teori, pendapat, maupun penelitian terdahulu y

ang telah dikemukakan sebelumnya serta pola perilaku yang harus dilakukan untuk

mengatasi hal tersebut. Berikut adalah pembahasan dalam analisis penelitian ini

yaitu sebagai berikut :

1. Pengaruh Inventory Tunrover Terhadap Current Ratio

Berdasarkan hasil uji t pengaruh Inventory Turnover terhadap Current Rati

o, diperoleh nilai -thitung > -ttabel (-1,764 > -2,021) dan nilai signifikan sebesar 0,086 >

0,05, artinya H0 diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa secara parsial Inventory Turnover tidak berpengaruh signifikan

terhadap Current Ratio pada Perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2016 - 2021.

Artinya jika terjadi penurunan Inventory Turnover (perputaran persediaan) tidak

akan mempengaruhi terjadinya penurunan Current Ratio. Hal ini sesuai dengan data

yang ada dimana penjualan dan persediaan terus mengalami peningkatan tiap

tahunnya tetapi hutang lancar perusahaan juga tetap mengalami kenaikan. Hal ini

mungkin bisa disebabkan karena masih adanya hutang dagang kepada pemasok dan
92

hutang - hutang lainnya yang harus dibayar tetapi perusahaan belum melakukan

pembayarannya. Serta adanya penghasilan yang akan diterima dimuka seperti

penerimaan uang untuk penjualan barang dan jasa yang belum terealisir.

Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suatu persediaan maka

akan mempengaruhi produksi yang akan semakin meningkat. Namun dengan

meningkatnya produksi menyebabkan banyaknya persediaan perusahaan yang

tertanam dan pada akhirnya pendapatan tidak sebanding dengan banyaknya

persediaan yang ada. Demikian juga hubungannya dengan Current Ratio dimana

pendapatan yang tinggi tidak menambah aktiva lancar sehingga jumlah hutang lancar

meningkat. Dengan meningkatnya hutang lancar menyebabkan Current Ratio

menurun.

Dalam teori menurut Kasmir (2013, hal 180) menyatakan bahwa semakin tinggi

Perputaran Persediaan yang diperoleh, semakin efisien perusahaan didalam

melaksanakan operasinya. Dengan kata lain, semakin tinggi Perputaran Persediaan

menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik.

Demikian pula apabila Perputaran Persediaan rendah berarti perusahaan bekerja

secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak persediaan yang menumpuk.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Inventory Turnover tidak berpengaruh

terhadap Current Ratio. Hal ini sejalan dengan pelitian yang dilakukan Roy Budiharjo,

dkk (2016) dan Nainggolan (2020) yang menyatakan bahwa Inventory Turnover tida

k berpengaruh terhadap Current Ratio. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Susi (2017), Amrina (2018) yang mengatakan bahwa Inventory Turnover

berpengaruh signifikan terhadap Current Ratio.

2. Pengaruh Total Assets Turnover Terhadap Current Ratio


93

Berdasarkan hasil uji t pengaruh Total Assets turnover terhadap Current

Ratio, diperoleh nilai thitung<ttabel (-2,155 < -2,021) dan nilai signifikan sebesar

0,037 < 0,05, artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa secara parsial Total Assets Turnover tidak berpengaruh

signifikan terhadap Current Ratio pada Perusahaan Subsektor Kimia yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 - 2021.

Artinya jika Total Assets Turnover mengalami kenaikan ataupun

penurunan makan tidak akan berpengaruh terhadap Current Ratio. Hal ini dapat

dilihat pada data yang ada dimana penjualan dan total aktiva perusahaan

mengalami peningkatan akan tetapi hutng lancar perusahaan tetap mengalami

penurunan. Ini terjadi kemungkinan karena adanya hutang jangka panjang yang

segera jatuh tempo yaitu sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang

sudah menjadi hutang jangka pendek yang belum dilakukan pembayarannya.

Total Assets Turnover menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

mengelola seluruh asset atau investasi untuk menghasilkan penjualan”. Total

Assets Turnover ini lebih berkaitan langsung dengan kemampuan perusahaan

dalam memprediksi laba yang akan di dapatkan perusahaan karena total aktiva

dan penjualan berkaitan langsung dalam menghasilkan laba. (Sugiono &

Untung, 2016, hal. 118). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Haslita Nisa

(2018) yang menyatakan bahwa Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh

terhadap Current Ratio.

3. Pengaruh Inventory Turnover Terhadap Return On Asset

Berdasarkan hasil uji t pengaruh Inventory Turnover terhadap Return On Assets,

diperoleh nilai thitung<ttabel (0638 < 2,021) dan nilai signifikan sebesar 0,527 > 0,05,
94

artinya H0 diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa secara parsial Inventory Tunrover tidak berpengaruh signifikan terhadap Retur

n On Assets pada Perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2016 - 2021.

Artinya jika Inventory Turnover mengalami kenaikan ataupun menurun belum

tentu akan berpengaruh terhadap nilai Return on Asset perusahaan. Hal ini sesuai

dengan data yang diperoleh dimana Inventory Turnover mengalami kenaikan akan

tetapi Return On Assets perusahaan tetap mengalami penurunan. Begitu juga dengan

persediaan, dimana persediaan mengalami kenaikan akan tetapi laba perusahaan

mengalami penurunan. Terjadinya hal ini mungkin bisa disebabkan karena

perusahaan belum mampu mengolah persediaan yang ada untuk memperoleh laba.

Besarnya tingat perputaran persediaan tergantung pada sifat barang, letak

perusahaan dan jenis perusahaan. Tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat

disebabkan oleh over investment dalam persediaan. Sebaliknya tingkat perputaran

persediaan yang tinggi menunjukkan dana dan investasi pada persediaan efektif

menghasilkan laba.

Menurut Sutrisno (2013:89) “Persediaan merupakan bagian utama dari modal k

erja, hal ini dapat dipahami persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan

kelancaran operasi perusahaan. Tanpa ada persediaan yang memadai kemungkinan be

sar perushaaan tidak bisa memperoleh keuntungan yang disebabkan proses produksi a

kan terganggu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kun Muflihati (2015), Irman dan I

swara (2019) dan Surya , dkk (2017) yang menyatakan bahwa secara parsial Inventor

y Turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset. Dan hasil


95

penelitian bertentangan dengan penelitian Oktary, dkk (2015), Ilahi (2019), Martha

dan Saryadi (2020) dan Hariyono & Yolanda (2017) yang menyatakan bahwa secara

persial Inventory Turnover berpengaruh positif terhadap Return On Assets.

4. Pengaruh Total Assets Turnover Terhadap Return On Asset

Berdasarkan hasil uji t pengaruh Total Assets Turnover terhadap Return On A

ssets, diperoleh nilai thitung>ttabel (2,916 > 2,021) dan nilai signifikan sebesar 0,006 <

0,05, artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa secara parsial Total Assets Tunrover berpengaruh signifikan

terhadap Return On Assets pada Perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2016 - 2021.

Artinya jika Total Assets Turnover mengalami kenaikan ataupun penurunan

maka Return On Assets juga akan mengalami peningkatan ataupun penurunan. Hal

ini sesuai dengan data yang diperoleh dimana Total Assets Turnover mengalami

penurunan sehingga Return On Assets perusahaan juga mengalami penurunan. Data

yang ada menunjukkan penjualan dan total asset mengalami kenaikan akan tetapi

laba perusahaan mengalami penurunan hal ini terjadi karena banyaknya laba yang

digunakan untuk membayar biaya – biaya yang dikeluarkan perusahaan.

Menurut Hery (2017) “Total Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan asset yang dimilikinya u

ntuk memperoleh laba termasuk mengukur efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan

sumber daya yang ada.”

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Alpi & Gunawan (2018), Priyanto

& Handika (2022),Shavab (2020), Mawarsih, dkk (2020) dan Sipahutar & Sanjaya (2

019) yang menyatakan ada pengaruh siginifikan Total Assets Turnover terhadap Retu
96

rn On Assets. Berbeda dengan penelitian Khassanah (2021) dan Gultom , dkk (2020)

yang menyatakan bahwa Total Assets Turnover tidak berpengaruh terhadap Return on

Assets.

5. Pengaruh Current Ratio Tehadap Return On Asset

Berdasarkan hasil uji t pengaruh Current Ratio terhadap Return On Assets,

diperoleh nilai thitung>ttabel (-0,411 > -2,021) dan nilai signifikan sebesar 0,684 > 0,05,

artinya H0 diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan

bahwa secara parsial Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Return O

n Assets pada Perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2016 - 2021.

Artinya jika Current Ratio mengalami kenaikan ataupun penurunan belum

tentu akan berpengaruh terhadap Return On Asset. Dapat dilihat bahwa aktiva

lancar perusahaan mengalami peningkatan akan tetapi hutang lancar perusahaan

juga mengalami kenaikan, hal ini mungkin karena banyaknya hutang – hutang

jangka pendek yang belum dibayarkan perusahaan. Menurut Yudiana (2013) “ Cur

rent Ratio yang tinggi mengidikasikan jaminan yang baik bagi kreditor jangka yang

artinya setiap saat perusahaan memiliki kemampuan melunasi kewajiban finansial j

angka pendeknya. Current Ratio yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap ke

mampuan memperoleh laba karena sebagian modal kerja tidak berputar atau menga

lami pengangguran.”

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Gultom, dkk (2020) yang menyatakan bahwa Current Ratio tidak

berpengaruh terhadap Return On Assets. Berbeda dengan penelitian Mahardika dan

Marbun (2016), Alpi & Gunawan (2018), dan Indriyani , dkk (2017) yang
97

menyatakan bahwa Current Ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap Return On

Assets.

6. Pengaruh Inventory Turnover terhadap Return On Asset melalui Current R

atio

Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan diperoleh pengaruh

langsung Inventory Turnover terhadap Return On Assets sebesar 0,134. Sedangkan

pengaruh tidak langsung Inventory Turnover terhadap Return on Assets melalui

Current Ratio adalah perkalian antara nilai Inventory Turnover terhadap Current

Ratio sebesar -2,855 dengan nilai Current Ratio terhadap Return On Assets sebesar -

0,008 (-2,855 x -0,008 = 0,023). Maka pengaruh total yang diperoleh adalah pengaruh

langsung ditambah pengaruh tidak langsung yaitu 0,134 + 0,023 = 0,157.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat dilihat nilai pengaruh langsung

sebesar 0,134 dan pengaruh tidak langsung sebesar 0,023 yang berarti bahwa nilai

pengaruh langsung lebih besar dibandingkan dengan pengaruh tidak langsung (0,134

> 0,023). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Current Ratio tidak mampu memediasi

Inventory Turnover terhadap Return on Assets pada Perusahaan Subsektor Kimia

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Begitu juga dengan hasil perhitungan uji sobel test sebelumnya, dimana

diperoleh nilai z sebesar 0,341 lebih kecil dari zmutlak 1,96 (0,341 < 1,96) dengan

tingkat signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Current Ratio tidak mampu

memediasi pengaruh Inventory Turnover terhadap Return On Assets.

7. Pengaruh Total Assets Turnover terhadap Return On Assets melalui Curren

t Ratio
98

Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan diperoleh nilai pengaruh langsung

Total Assets Turnover terhadap Return On Assets sebesar 5,636. Sedangkan pengaruh

tidak langsung Total Assets Turnover terhadap Return On Assets melalui Current

Ratio adalah perkalian antara nilai Total Assets Turnover terhadap Current Ratio

sebesar -31,551 dengan nilai Current Ratio terhadap Return On Assets sebesar -0,008

(-31,551 x -0,008 = 0,252). Maka pengaruh total yang diperoleh adalah pengaruh

langsung ditambah pengaruh tidak langsung yaitu 5,636 + 0,252 = 5,888.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat dilihat nilai pengaruh langsung

sebesar 5,636 dan pengaruh tidak langsung sebesar 0,252 yang berarti bahwa nilai

pengaruh langsung lebih besar dibandingkan dengan pengaruh tidak langsung (5,636

> 0,252). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Current Ratio tidak mampu memediasi

pengaruh Total Assets Turnover terhadap Return on Assets pada Perusahaan

Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Begitu juga dengan hasil perhitungan menggunakan uji sobel test, dimana

diperoleh nilai z sebesar 0,358 lebih kecil dari nilai zmutlak 1,96 (0,358 < 1,96)

dengan tingkat signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Current Ratio tidak

mampu memediasi pengaruh Total Assets Turnover terhadap Return on Assets.

Hasil penelitian ini menunjukkan ketika Total Assets Turnover mengalami

kenaikan atau penurunan maka akan langsung berpengaruh terhadap Return On

Assets tanpa melalui Current Ratio.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data melalui uji yang dilakuka pada penelitian ini me

ngenai pengaruh Inventory Turnover dan Total Asset Turnover terhadap Return on A

ssets dengan Current Ratio sebagai variabel intervening pada perusahaan Subsektor K

imia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka kesimpulan yang dapat diambil yai

tu antara lain sebagai berikut:

1. Inventory Turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap Current Ratio pada

perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2016-2021.

2. Total Assets Turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap Current Ratio

pada perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2016-2021.

3. Inventory Turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset

pada perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2016-202.

4. Total Assets Turnover berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset pada

perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2016-2021.

5. Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset pada

perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2016-202.

99
100

6. Current Ratio tidak mampu memediasi pengaruh Inventory Turnover terhadap

Return On Asset pada perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2016-2021.

7. Current Ratio tidak mampu memdiasi pengaruh Total Assets Turnover

terhadap Return On Asset pada perusahaan Subsektor Kimia yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2016-2021.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran-saran yang dapat diberikan pada pen

elitian ini antara lain:

1. Untuk meningkatkan perputaran persediaan yang dimiliki oleh perusahaan

sebaiknya perusahaan harus memperhatikan perputaran persediaan, dengan

meningkatkan persediaan maka produksi suatu perusahaan juga akan

meningkat, sehingga pendapatan pun dapat ditingkatkan.

2. Untuk pihak perusahaan, melihat dari jumlah Current Ratio yang diperoleh

dari data laporan keuangan perusahaan terlihat bahwa Current Ratio memiliki

nilai rasio yang rendah. Ini menggambarkan perusahaan kurang efektif dalam

mmbayar utang lancarnya sehingga berdampak pada penurunan Current

Ratio. Serta didukung dengan hasil spss yang menunjukkan ada pengaruh dan

signifikan. Ada baiknya perusahaan terus menjaga keefektifan dalam

membayar utang lancarnyayang dimiliki dan menggunakan seluruh total aset

lancarnya sehingga laba perusahaan akan terus meningkat dari tahun ketahun.

3. Untuk pihak perusahaan, melihat dari jumlah Total Assets Turnover yang

diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan terlihat bahwa Total Assets

Turnover mengalami penurunan di setiap tahunnya. Hal ini menggambarkan


101

bahwa belum stabilnya Total Assets Turnover yang dilakukan perusahaan

serta didukung dengan hasil spss yang menunjukkan tidakpengaruh signifikan.

Ada baiknya perusahaan lebih meningkatkan kapasitas produksinya dan juga

meningkatkan penjualan disetiap tahunnya sehingga laba perusahaan akan

meningkat dari tahun ketahun.

4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan untuk menambah tahun, dan

menambah jumlah variabel independen dan dependennya sehingga

mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai