Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PEROLEHAN SISA HASIL

USAHA

PROPOSAL

Mutiara Nurul Utami


203403173

Diajukan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “ PENGARUH
PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PEROLEHAN SISA HASIL USAHA “.

Adapun tujuan penulisan proposal ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana akuntansi (S.Ak). pada program studi Akuntansi fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Siliwangi.

Dalam penulisan proposal ini penulis masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, kemampuan, waktu, dan biaya yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran maupun kritik untuk kesempurnaan
proposal ini, namun demikian karya yang sederhana ini semoga bermanfaat bagi penulis
khususnya serta bagi pembaca umunya.

Tasikmalaya, Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Perkembangan zaman semakin pesat seiring dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta laju pertumbuhan perekonomian juga ikut berkembang pesat. Perekonomian di
Indonesia pada era reformasi ini, tidak terlepas dari peranan koperasi sebagai penggerak
ekonomi rakyat. Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam bidang perekonomian,
dimana kerja sama tersebut diadakan individu atau kelompok, karena adanya kesamaan
kebutuhan hidup mereka. individu atau kelompok ini bersama-sama mengusahakan
kebutuhan sehari-hari, kebutuhan yang berhadapan dengan perusahaan ataupun rumah tangga
mereka. Pada umumnya Koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan khususnya
anggota dan masyarakat. Koperasi merupakan badan usaha yang sesuai dengan demokrasi
ekonomi dan Publikasi Ilmiah Akuntansi Vol. 1, No. 1, 2019 Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya 463 menjadi soko guru perekonomian-perekonomian nasional, bersama-sama
dengan sektor BUMN dan sektor swasta. Pernyataan ini sejalan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang perkoperasian yang berisi mengenai karakteristik lain dari koperasi
terlihat dari fungsi dan perannya diantaranya adalah : membangun dan mengembangkan
potensi dan kemampuan ekonomi khususnya anggota dan masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
Koperasi dalam pasal 1 ayat 1 Undang-undang NO.25 Tahun 1992 tentang
perekoperasian dinyatakan bahwa koperasi adalah “badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
pendapatan koperasi adalah usaha pengkreditan atau simpan pinjam maupun usaha kredit
barang maupun jasa . Usaha perkreditan yang dilakukan tidak akan segera menghasilkan
penerimaan kas, akan tetapi menimbulkan piutang dan kemudian pada hari jatu tempo
barulah terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang. Piutang merupakan
salah satu bagian integral dan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan usaha terutama yang
bergerak disektor simpan pinjam. Dalam hal ini piutang harus dilihat dari dua dimensi yang
perlu mendapat penanganan secara proporsional. Disatu sisi piutang merupakan sala satu
elemen modal kerja yang selalu dalam keadan berputar secara terus menerus didalam mata
rantai perputaran modal kerja. Artinya semakin tinggi tingkat perputaran piutang akan
semakin tinggi pula perputaran modal kerja.
Selain itu, tingkat perputaran piutang dapat menentukan seberapa besar koperasi dapat
memperoleh keuntungan pada waktu tertentu. Menurut Munawir(2001:75), menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula piutang menjadi
kas sehingga kemampuan koperasi dalam menyalurkan dana bisa lebih tinggi Tingkat
perputaran piutang yang lambat dapat menghambat koperasi dalam menyalurkan dana
terutama pada koperasi dengan ketersediaan dana kas yang rendah.
1.1.1 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

1.1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas yang telah penulis uraikan, maka penulis akan
mengidentifikasi permasalahan tersebut sebagai berikut :
1. Tingkat Perputaran piutang di
2. Perolehan sisa hasil usaha di
3. Perputaran piutang di sangat berpengaruh terhadap perolehan sisa hasil
usaha

1.1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas untuk menetukan penganalisisan terhadap
masalah pokok tersebut, rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana perputaran piutang yang terjadi di pada setiap periode nya?
2. Seberapa besarnya perolehan sisa hasil usaha di
3. Seberapa besar pengaruh perputaran piutang terhadap perolehan sisa hasil
usaha di

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Tingkat Perputaran piutang di
2. Perolehan sisa hasil usaha di
3. Perputaran piutang di sangat berpengaruh terhadap perolehan sisa hasil usaha

1.3 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
diantaranya sebagai berikut :
1.3.1 Kegunaan Teoritis
a. Diharapkan dapat memberikan sedikit ilmu dalam rangka pengembangan disiplin ilmu
akuntansi khususnya Analisis Laporan Keuangan.
b. Sebagian bahan rujukan dan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut

1.3.2 Kegunaan Praktis


a. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan
berpikir, memperluas pengetahuan dan memperoleh pengalaman tentang penerapan
ilmu pengetahuan dalam praktek dilapangan.
b. Bagi Program Studi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber referensi ilmu pengetahuan
melalui penelitian lapangan dan sebagai informasi, khusunya bagi
mahasiswa/mahasiswi Program Studi Akuntansi / Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Siliwangi Tasikmalaya untuk melakukan upaya penelitian selanjutnya
dalam permasalahan yang sama dengan lingkup yang berbeda.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

1.1 Kajian Pustaka

1.1.1 Piutang

Keunggulan dari sebuah perusahaan dapat dilihat dari nilai cara perusahaan tersebut
bersaing dengan melakukan pencapaian melalui efisiensi atau evektivitas sebuah perusahaan
dimana salahsatunya dengan menggunakan cara penjualan secara kredit. Sehingga akan muncul
sebuah piutang bagi perusahaan. Dengan cara begitu sebuah perusahaan memberikan fasilitas
kredit perdagangan kepada pembeli. Pembelian secara kredit tresebut bertujuan untuk
memperbesar penjualan dan meningkatkan laba. Menurut Mardiasmo (2016) mengatakan bahwa
Piutang adalah “Tagihan yang timbul dari penjualan barang dagang dan jasa secara kredit”

1.1.1.1 Pengertian Piutang

Sistem penjualan secara kredit atau secara berangsur yang dilakukan oleh perusahaan
merupakan salah satu usaha perusahaan dalam rangka meningkatkan volume penjualan.
Penjualan kredit atau penjualan angsuran tidak akan mendapatkan penerimaan kas, akan tetapi
akan menimbulkan akun baru yakni piutang.
Soemarso (2002:338) mengatakan bahwa piutang mengandung arti : “piutang adalah hak
klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain, menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau
penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia berpiutang.” Piutang timbul
karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan.
Menurut Hery, (2015:29) mendefinisikan istilah piutang adalah “mengacu pada sejumlah tagihan
yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari pihak lain, baik sebagai
akibat penyerahan barang dan jasa secara kredit”.
Adapun pengertian piutang menurut Zaki Bardiawan (2014:124) bahwa piutang dagang
menunjukan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan”. Menurut Irfan Hilmi (2008 : 7) piutang usaha dibandingkan dengan perkiraan
lain yang sama dalam golongan aktiva lancar ternyata memiliki beberapa karakteristik tersendiri
diantaranya :
1. Piutang merupakan aktiva yang tidak berada pada perusahaan akan tetapi hanya berupa
tagihan perusahaan kepada para pelanggannya sehingga untuk mencairkan dalam
bentuk uang kas dibutuhkan tenggang waktu.
2. Piutang usaha pada umumnya tidak didukung oleh suatu perjanjian formal
sebagaimana yang diatur oleh perantara hukum yang berlaku untuk pelunasannya.
3. Perusahaan baik memperoleh tambahan pendapatan atas modal yang tertanam, bukan
sebaliknya perusahaan harus menyisihkan penerimaan atas piutang untuk membayar
biaya tagihan dan diskon apabila perusahaan terpaksa menjual piutang tersebut
sebelum jatuh tempo serta harus menanggung resiko.

Pengertian piutang secara umum adalah hak klaim yang seseorang atau perusahaan untuk
menuntut pembayaran atau sejumlah tagihan yang akan diperoleh perusahaan dalam bentuk kas
dari pihak lain atas penjualan barang dan jasa.

1.1.1.2 Klasifikasi Piutang

Pengelompokan klasifikasi piutang banyak dikemukakan oleh para ahli diantaraya


menurut Hermanto (2001 : 48) menggolongkan piutang sebagai berikut :
1. Tagihan yang timbul dari kegiatan usaha pokok yang disebut dengan piutang

dagang.

2. Tagihan-tagihan yang timbul dari selain kegiatan usaha pokok perusahaan

disebut piutang non dagang.

Selanjutnya, Zaki Baridwan (2004 : 124) membagi piutang kedalam dua golongan yaitu :
1. Piutang Usaha

Piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka
kegiatan usaha normal perusahaan.
2. Piutang Lain-lain

Piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan. Yang
termasuk piutang lain-lain diantaranya :
- Uang muka pada anak perusahaan
- Uang muka yang menjamin kontrak
- Uang muka untuk pembelian saham
- Piutang deviden
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar
piutang digolongkan menjadi dua yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha
timbul dari kegiatan usaha pokok perusahaan, sedangkan piutang lain-lain timbul dari
kegiatan diluar pokok perusahaan.
2.1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Piutang

Manajemen piutang merupakan hak yang mendasar dan begitu penting bagi perusahaan
dalam menjual produknya dalam bentuk kredit.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dana yang di investasikan
dalam piutang, menurut Bambang Riyanto (2001 : 85-87) sebagai berikut :
a. Volume Penjualan Kredit
b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
a. Kebijakan Dalam Pengumpulan Piutang
b. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan

Selanjutnya dapat penulis jelaskan sebagai berikut :


a. Volume Penjualan Kredit
Semakin besar volume penjualan kredit dari semua aspek penjualan akan pula memperbesar
jumlah investasi dalam segi piutang. Dengan demikian, semakin besar volume penjualan
kredit setiap periode nya perusahaan akan menyediakan investasi yang cukup besar dalam
piutang. Tetapi semakin besar jumlah piutang semakin besar juga resiko tak tertagih nya
yang harus ditanggung perusahaan.
b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat atas penjualan kredit yang ditetapkan oleh perusahaan harus bersifat ketat. Semakin
ketat syarat pembayaran yang ditetapkan,
semakin cepat pengembalian piutang sehingga jumlah piutang perusahaan
akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin lunak syarat pembayaran yang
ditetapkan, semakin lama pengembalian piutang dan jumlah piutang akan
lebih besar.
c. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam system penjualan kredit, perusahaan harus mampu menetapkan batas pemberian
kredit kepada pelanggan. Semakin tinggi batas yang ditetapkan, semakin besar pelanggan
membeli secara kredit sehingga jumlah piutang akan lebih besar.
d. Kebijakan Dalam Pengumpulan Piutang
Kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang dapat dilakukan secara aktif serta pasif.
Apabila digunakan secara aktif, perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk
mendanai usaha ini. Apabila perusahaan
menerapkan secara pasif, pengumpulan piutang akan tertunda dan akan semakin lama
sehingga terjadinya penumpukan jumlah piutang perusahaan semakin besar.
e. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan
Kebiasaan pelanggan untuk membayar dalam periode cash discount mengakibatkan jumlah
investasi lebih kecil dalam piutang. Dengan tidak memanfaatkannya. Hal ini tergantung juga
kepada para mereka yang mengartikan dan menilai kedua alternatif tersebut.
Untuk meningkatkan efektivitas penerimaan piutang perusahaan harus
memperhatikan beberapa faktor penilaian rasio kredit yaitu faktor 5 C dan 4P. Menurut
Bambang Riyato (2010 : 87) mengemukakan penilaian resiko kredit dikenal dengan 5 C
yaitu :
1. Character
2. Capacity
3. Capital
4. Collateral
5. Conditions
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan mengenao prinsip-prinsip penilaian resiko
kredit 5 C yaitu :
1) Character
Character yaitu pertimbangan karakter atau sikap mental calon debitur dalam
menjalankan kegiatan usaha, kejujuran dan memenuhi kewajiban-kewajibannya.
2) Capacity
Capacity adalah pendapatan subjektif mengenai calon debitur. Hal ini dapat
dilihat dari perstasi kerja tahun-tahun lalu dan pengamatan fisik pada perusahaan.
3) Capital
Capital yaitu ukuran tentang posisi finansial perusahaan secara umum dan ini
dapat ditunjukkan dari analisis rasio finansial perusahaan.
4) Collateral
Collateral adalah jaminan tersedianya aktiva yang dimiliki calon debitur yang
diikatkan / dijadikan jaminan bagi kredit yang diajukan.
5) Conditions
Conditions adalah menujukkan pengaruh dari trend ekonomi secara umum
terhadap perusahaan yang mungkin akan mempengaruhi kemampuan calon
debitur dalam mempengaruhi kewajiban finansialnya.
Sedangkan Muchdarsyah Sinungan (dalam Irfan Hilmi, 2008 : 20) mengemukakan
langkah-langkah preventif dalam formula 4 P yaitu :
1. Personality,
2. Purpose,
3. Prospect,
4. Payment.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan mengenai langkah-langkah 4 P :
1) Personality, dalam hal ini pemberian kredit harus mengadakan penelitian
terhadap kepribadian pelanggan / nasabah.
2) Purpose, memberi kredit harus mengetahui tujuan penerimaan kredit
3) Prospect, selaku pemberi kredit hendaknya mengetahui bidang usaha pihak yang
memberi kredit apakah memiliki prospek yang menguntungkan atau tidak.
4) Payment, menyangkut pembiayaan kembali atau kredit yang diberikan.
Dari uraian diatas dapat menunjukan bahwa untuk menentukan resiko kredit yang
mungkin terjadi, perusahaan perlu memperhatikan berbagai faktor penilaian resiko kredit,
diantaranya melakukan penilaian terhadap calon pelanggan yang akan diberikan kredit,
mencakup : Kepribadian (karakter), sikap mental calon pelanggan, kemampuan modal dan
jaminan serta kondisi perekonomian yang sedang terjadi pada perusahaan calon pelanggan.
Selain itu, perusahaan harus mengetahui tujuan, prospek dan kemungkinan
pengembaliannya.
2.1.2 Perputaran Piutang

2.1.2.1 Pengertian Perputaran Piutang

Piutang merupakan suatu elemen dari modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar
artinya piutang akan terus tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi akibat penjualan dan
begitu seterusnya. Periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah
tergantung pada syarat pembayaran, makin lama modal yang terikat pada piutang maka berarti
tingkat perputaran piutang selama satu periode tertentu adalah rendah.
Menurut Syamsudin (2002 : 254) pengertian perputaran piutang sebagai berikut : “
Perputaran piutang merupakan rasio perbandingan antara jumlah penjualan kredit selama periode
tertentu dengan piutang rata-rata (piutang awal ditambah piutang akhir dibagi dua).” Selanjutnya
menurut Bambang Riyanto ( 2001 : 90) perputaran piutang adalah “Tingkat perputaran piutang
dapat diketahui dengan membagi jumlah kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata
piutang.”
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu terdiri dari dua
variabel yaitu total penjualan kredit dan rata-rata piutang.
2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perputarn Piutang

Perputaran piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut S. Munawir (2004 : 75),
faktor-faktor yang mempengaruhi perputaran piutang adalah sebagai berikut :
1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang
2. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah yang lebih besar
3. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar
4. Turunnya penjualan dengan piutang yang tetap
5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah
Sedangkan Noswenger (dalam www.pksm.mercubuana.co.id) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perputaran piutang adalah sebagai berikut : “ 1) Net Credit Sales (Penjualan
Piutang Bersih), 2) Average Receivable (Piutang Usaha Rata-rata), 3) Syarat Pembayaran
Kredit.”
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :
1) Net Credit Sales (Penjualan Piutang Bersih)
Tinggi rendahnya receivable turnover mempunyai efek yang langsung terhadap besar
kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi trunovernya, berarti
makin cepat perputarannya, yang berartimakin pendek waktu terikatnya modal dalam
piutang, sehingga untuk mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya
trunovernya, dibutuhkan modal kecil yang diinvestasikan dalam piutang.
2) Average Receivable (Piutang Usaha Rata-rata)
Piutang usaha rata-rata ditentukan dengan data-data bulanan atau dengan menambahkan
data saldo piutang awal tahun dan data saldo piutang akhir tahun, serta kemudian dibagi
dengan dua. Piutang rata-rata kadang diungkapkan dalam jumlah hari penjualan dalan
rata-rata piutang.
3) Syarat Pembayaran Kredit
Makin lunak atau makin lama syarat pembayaan, makin lama modal terikat pada piutang,
ini berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah.
Penting untuk membandingkan hari rata-rata pengumpulan piutang dengan syarat
pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Apabila hari rata-rata pengumpulan
piutang selalu lebih besar daripada batas waktu yang telah ditetapkan berarti bahwa cara
pengumpulan piutangnya kurang efisien. Ini berarti bahwa banyak para langganan yang
tidak memenuhi syarat pembayaran yang telah ditetepkan oleh pemerintah.
Dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang bisa lebih cepat atau
lambar karena hal-hal yang mempengaruhinya, seperti standar kredit yang mudah sehingga
penjualan kredit menjadi naik, syarat pembayaran dan adanya piutang yang naik karena banyak
yang terlambat mengembalikannya. Oleh karena itu, perusahaan harus meningkatkan kegiatan
pengumpulan piutang dan memberikan potongan kepada debitur yang mengembalikan
pinjamannya lebih cepat dari waktu yang ditentukan.
2.1.2.3 Perhitungan Perputaran Piutang
Piutang merupakan sebagian dari modal kerja yang tidak akan pernah berhenti berputar,
berarti piutang akan terus tertagih apabila terjadi penjualan secara terus menerus. Perputaran
piutang tergantung pada panjang pendeknya periode waktu yang sudah ditentukan dalam syarat
pembayaran. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Syamsudin (2002 : 254) pengertian
perputaran piutang sebagai berikut : “ Perputaran piutang merupakan rasio perbandingan antara
jumlah penjualan kredit selama periode tertentu dengan piutang rata-rata (piutang awal ditambah
piutang akhir dibagi dua).”
Menurut Syamsudin (2002 : 249) bahwa :
Tingkat perputaran piutang atau receivable trun over dapat diketahui dengan cara membagi
penjualan bersih dengan jumlah rata-rata.

Perhitungannya adalah sebagai berikut :


Penjualan Bersih
Tingkat Perputaran Piutang =
Rata−Rata Piutang
Sedangkan rata-rata piutang diperoleh dengan rumus
Piutang Awal+ Piutang Akhir
Rata-Rata Piutang =
2
Periode terikatnya modal dalam piutang atau hari rata-rata pengumpulan piutang
dapat dihitung dengan membagi tahun dalam hari dengan trunovernya (1 tahun=360).
360
Hari rata-rata pengumpulan piutang =
Receivable Trunover
=...... Hari
Rata-rata pengumpulan piutang dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
360 x Average Receivable
Hari rata-rata pengumpulan piutang =
Net Credit Sales
(Bambang Riyanto, 2001 : 90)
Cara membandingkan hari rata-rata pengumpulan piutang yaitu dengan syarat yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Apakah rata-rata pengumpulan piutang tersebut lebih besar daripada
batas waktu pembayarannya, berarti cara pengumpulan piutang tersebut kurang efisien. Tinggi
rendahnya perputaran piutang mempunyai efeklangsung terhadap besar kecilnya suatu modal
yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi truneovernya berarti makin cepat
perputarannya, yang berarti maikn pendek waktu terikatnya modal dalam piutang sehingga untuk
mempertahankan net credit sales tertentu, dengan naiknya trunover dibutuhkan jumlah modal
yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang.
2.1.3 Pengertian Koperasi
Menurut Rudianto (2010:3) secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan
orangorang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan
kesejahteraan ekonomi mereke melalui pembentukan sebuah badan usaha yang dikelola secara
demokratis. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Koperasi adalah badan hokum yang didirikan oleh
orang perseorangan atau badan hokum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya
sebagai modal untuk menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di
bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Berdasarkan UU
No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal
pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan
hibah dari anggota maupun masyarakat. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota
koperasi, koperasi lainnya dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan
obligasi dan surat hutang lainnya serta sumber keuangan lain yang dianggap sah.

2.1.4 Pengertian Sisa Hasil Usaha


Menurut Rudianto (2010:7) Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah penghasilan yang diterima
koperasi selaa periode tertentu dengan pengorbanan (beban) yang dikeluarkan untuk memperoleh
penghasilan itu. Menurut UU No.25/1992, tentang perkoperasian, Bab IX, pasal 45, Sisa Hasil
Usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi
dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan.
Rumus perhitungan sisa hasil usaha
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/06/06/shu-adalah
(buka blog eta,kantun nyalin)
2.1.5 Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Sisa Hasil Usaha

Perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa semakin cepat dana yang
diinvestasikan pada piutang dapat ditagih menjadi kas sehingga dapat meminimalakan biaya atau
resiko tidak dilunasinya piutang atau kerugian piutang. Perputaran piutang yang tinggi ini selain
dapat meminimalkan biaya juga dapat JEMI Vol 18/No 1/Juni/2018 49 menghasilkan laba dalam
jumlah yang besar karena diperolehnya penjualan kredit yang tinggi. Jika tingkat perputaran
piutang tinggi maka kas akan bertambah saldonya sehingga dapat diputarkan kembali untuk
penjualan kredit lainnya sehingga laba perusahaan pun akan bertambah. (Astria Dwi Pujiati, dkk,
2014:14).

BAB 3 KANTUN NYALIN TI NU BI EGA GENTOS BE ETA RENTABILITAS JADI


SISA HASIL USAHA

KE DI BANTUAN DEUI. NENG KANTN MILARI PENGERTIAN PARA AHLI JG


NYIMPULKEUN DINA BAB 2 MAH

Anda mungkin juga menyukai