Anda di halaman 1dari 20

PELAKU-PELAKU EKONOMI

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu:

Larasati Widoningtyas, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1. Rena Nastiti Ravi (126402211052)


2. Emi Fauziatul Akmala (126402211079)
3. Afifah Yogi Octiana (126402212095)
4. Bibin Imam Kalyubi (126402212097)

SEMESTER GANJIL

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH 5B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

(UIN TULUNGAGUNG)

OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Perekonomian Indonesia“Pelaku-Pelaku
Ekonomi” ini dengan lancer tanpa hambatan apapun. Sholawat serta salam semoga
senantiasa terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari, bahwa makalah ini
tidak akan selesai tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung
2. Bapak Dr. H. Dede Nurrohman, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
3. Bapak Dr. Qomarul Huda, M.Ag selaku Ketua Jurusan Ekonomi Universitas Islam
Sayyid Ali Rahmatullah.
4. Ibu Binti Nur Asiyah, M.Si., selaku Kooprodi Ekonomi Syariah Universitas Islam
Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
5. Ibu Larasati Widoningtyas, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah
Perekonomian Indonesia.
6. Rekan-rekan kelompol 6 Ekonomi Syariah 5B yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa, makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat kontruktif kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi
pembacanya. Aamiin.

Tulungagung, 20 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................ 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
A. Latar Belakang Persoalan ............................................................................................................. 2
B. Perusahaan-Perusahaan Non Koperasi .......................................................................................... 5
C. Koperasi ...................................................................................................................................... 8
D. Studi Kasus ................................................................................................................................ 13
BAB IV : PENUTUP............................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 16
B. Saran ......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan ekonomi dewasa ini dan juga
semakin ketatnya persaingan yang terjadi dalam dunia usaha,baik dalam negeri maupun
diluar negeri dimana sistem ekonomi dewasa ini sudah memasuki era persaingan global
antar negara. Oleh karena itu dirasakan perlu adanya pemahaman serta pengetahuan bagi
kalangan pelaku ekonomi guna meningkatkan mutu kinerjanya dalam mengembangkan
unit-unit usahanya dan bagi para mahasiswa hal ini akan dirasa sangat bermanfaat
nilainya didalam kita mempelajari peranan pelaku-pelaku ekonomi yang ada di
Indonesia, sehingga akan memberikan gambaran yang jelas bagi mahasiswa dalam
rangka mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan sebagai bekal nantinya.
Hal inilah yang melatarbelakangi penting bagi setiap mahasiswa untuk
mempelajari aspek-aspek yang saling terkait dalam perekonomian dimana pelaku
ekonomi memiliki peran yang sangat strategis, dan pemerintah juga berperan penting
sebagai pemberi juga pemegang kebijakan. Jadi dengan demikian mahasiswa dapat
melakukan analisis-analisis yang terkait dengan hal itu. Mahasiswa juga dituntut lebih
pro aktif untuk ikut serta menyumbangkan pengetahuan maupun pemikiran-
pemikirannya untuk kemajuan ekonomi.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Perusahaan Non Koperasi?
2. Apa saja Perusahaan-Perusahaan Non Koperasi dengan?
3. Apa yang dimaksud dengan Koperasi ?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat bertujuan untuk:
1. Dapat mengetahui definisi Perusahaan Non Koperasi?
2. Dapat mengetahui Macam-macam Perusahaan-Perusahaan Non Koperasi?
3. Dapat mengetahui definisi Koperasi?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Persoalan


1. Perusahaan-perusahaan non Koperasi
Perusahaan non koperasi adalah perusahaan yang tidak berbentuk koperasi,
yaitu badan usaha yang dimiliki dan dikelola oleh perseorangan, persekutuan, atau
perseroan terbatas. Perusahaan non koperasi memiliki tanggung jawab yang terbatas
pada modal yang disetor, sehingga tidak menimbulkan risiko bagi harta pribadi
pemilik atau pemegang saham. Manajer bertanggung jawab untuk mengelola
perusahaan sesuai dengan kepentingan owner.
Perusahaan non koperasi menentukan suara dan keputusan berdasarkan
besarnya jumlah kepemilikan saham atau modal. Pemegang saham mayoritas
memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah perusahaan. Perusahaan non
koperasi tidak harus melayani kepentingan ekonomi pemegang saham. Perusahaan
non koperasi dapat menjalankan usaha di bidang apa saja yang dianggap
menguntungkan, tanpa harus memperhatikan kebutuhan dan aspirasi pemegang
saham.Perusahaan non koperasi memiliki tujuan utama untukmendapatkan
keuntungan setinggi mungkin dari usahanya. 1 Keuntungan tersebut kemudian
dibagikan kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi kepemilikan saham.
Perusahaan non koperasi membagikan keuntungan kepada pemegang saham sesuai
dengan proporsi modal yang dimiliki. Keuntungan perusahaan non koperasi juga
dapat digunakan untuk mengembangkan usaha, membayar pajak, atau menyisihkan
cadangan.
Perusahaan non koperasi di Indonesia dapat diklasifikasikan menurut
kepemilikan, skala usaha, atau bentuk badan hukumnya. Menurut kepemilikan,
perusahaan non koperasi di Indonesia terdiri dari perusahaan swasta dan BUMN.
Menurut skala usaha, perusahaan non koperasi di Indonesia terdiri dari usaha kecil,
usaha menengah, dan usaha besar. Menurut bentuk badan hukum, perusahaan non

1
Printono, Koperasi dalam Ekonomi Pembangunan, CV. “Duar”, bandung, t.t.: 5.

2
koperasi di Indonesia terdiri dari perseroan terbatas (PT), firma (Fa), persekutuan
komanditer (CV), persekutuan perdata (Ma), dan lain-lain.
2. Koperasi
Koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi yang dimiliki dan dioperasikan
oleh orang-seorang demi kepentingan bersama. Koperasi melandaskan kegiatan
berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berdasar kekeluargaan. Koperasi
merupakan salah satu bentuk usaha bersama yang menggunakan asas kekeluargaan
dan gotong royong. 2Koperasi juga merupakan bagian dari badan usaha yang
bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya.
Koperasi di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan peran yang penting
dalam pembangunan ekonomi nasional. Koperasi pertama kali diperkenalkan di
Indonesia oleh R. Aria Wiria Atmaja pada tahun 1896, dengan tujuan membantu
rakyat yang terjerat hutang dengan rentenir. Koperasi kemudian berkembang pesat
dan mendapat dukungan dari tokoh nasional seperti Moh. Hatta, yang dijuluki sebagai
Bapak Koperasi Indonesia. Koperasi juga diakui sebagai salah satu pilar penting
dalam pembangunan dan perekonomian nasional, sebagaimana diatur dalam berbagai
undang-undang. Koperasi di Indonesia diatur oleh UU No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, yang kemudian direvisi menjadi UU No. 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian.
Koperasi memiliki berbagai bidang usaha, seperti produksi, konsumsi,
perkreditan, dan jasa. Koperasi juga memiliki prinsip-prinsip demokrasi, seperti satu
anggota satu suara, keterbukaan, dan tanggung jawab bersama. Koperasi tidak hanya
bergerak dalam lingkup lokal, tetapi juga global. Koperasi di dunia memiliki tiga
aliran ideologi, yaitu sosialis, liberal, dan koperatif. Aliran sosialis menekankan peran
negara dalam mengatur koperasi, aliran liberal menekankan kebebasan individu
dalam berusaha, dan aliran koperatif menekankan solidaritas dan kerjasama antara
anggota koperasi. Koperasi adalah suatu bentuk usaha yang unik dan bermanfaat bagi
masyarakat. Koperasi memiliki sejarah yang panjang dan beragam di Indonesia dan
dunia. Koperasi juga memiliki potensi untuk terus berkembang dan berkontribusi
dalam menciptakan kesejahteraan bersama.

2
Pandji Anoraga, dkk, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h.1.

3
3. Perbedaan antara perusahaan non koperasi dengan koperasi
Perbedaan Perusahaan non Koperasi Perusahaan Koperasi
Bentuk
Badan CV,PT,atau lainnya Koperasi
Hukum
Mencari keuntungan Meningkatkan kesejahteraan
Tujuan sebesar-besarnya Anggota
Pemilik Orang atau kelompok
atau Tertentu Anggota koperasi
Pemegang
Saham
Dibagikan kepada pemilik
Dibagikan kepada anggota
atau pemegang saham
Sisa Hasil sesuai dengan prinsip
Usaha sesuai dengan modal yang
koperasi
Disetor
Tidak ada prinsip dasar Ada prinsip koperasi yang
Prinsip
Dasar Yang baku Harus dijalankan

Perbedaan antara perusahaan non koperasi dengan koperasi menimbulkan beberapa


persoalan, antara lain:
a. Perusahaan non koperasi cenderung mengabaikan aspek sosial dan lingkungan dalam
menjalankan usahanya. Perusahaan non koperasi hanya fokus pada aspek ekonomi
dan finansial, tanpa mempertimbangkan dampak negatif yang ditimbulkan bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar.
b. Perusahaan non koperasi cenderung bersifat monopoli dan oligopoli dalam pasar.
Perusahaan non koperasi memiliki kekuatan modal yang besar, sehingga dapat
menguasai pangsa pasar dan menekan pesaing. Hal ini dapat merugikan konsumen
dan pelaku usaha kecil dan menengah.
c. Perusahaan non koperasi cenderung tidak transparan dan akuntabel dalam
pengelolaan usahanya. Perusahaan non koperasi sering kali menyembunyikan
informasi penting dari publik, seperti laporan keuangan, struktur organisasi, praktik
bisnis, dan tanggung jawab sosial. Hal ini dapat menimbulkan potensi korupsi, kolusi,
dan nepotisme dalam perusahaan.

4
B. Perusahaan-Perusahaan Non Koperasi
1. Definisi Perusahaan Non Koperasi
Di dalam masyarakat terdapat berbagai macam organisasi kegiatan ekonomi,
baik yang dijalankan pemerintah maupun swasta, melalui badan kooperasi maupun
badan usaha non koperasi. Badan tersebut berbeda dengan koperasi, letak
perbedaannya dapat dilihat dari beberapa aspek seperti aspek kelembagaan dan jenis
usahanya. 3Perusahaan non koperasi adalah entitas bisnis yang beroperasi dalam
bentuk hukum yang berbeda daripada koperasi. perusahaan non koperasi umumnya
didirikan sebagai entitas hukum terpisah yang dimiliki oleh individu, kelompok, atau
pemodal eksternal. Tujuan utama dari perusahaan non-koperasi adalah untuk mencari
keuntungan ekonomi dan pertumbuhan bisnis, bukan untuk memaksimalkan manfaat
bagi anggota seperti dalam koperasi. 4
Perusahaan non-koperasi dapat beroperasi diberbagai sektor, seperti
manufaktur, jasa, perdagangan, atau teknologi. Mereka biasanya terorganisir sebagai
perusahaan terbatas, perseorangan, atau serikat perusahaan. Tergantung padahukum
dan regulasi yang berlaku di wilayah atau negara tempat mereka beroperasi.Modal
yang diperlukan untuk mendirikan dan mengoperasikan perusahaan
nonkoperasibiasanyadiberikanoleh pemegang saham,investor, atau pemilik bisnis.
Perusahaan non-koperasi merupakan entitas bisnis yang memiliki karakteristik yang
berbeda dengan koperasi. Dalam koperasi, kepemilikan dan kendali atas operasional
perusahaan berpusat pada anggotanya yang biasanya memiliki kesetaraan dalam
keputusan. Sebagai alternatif, perusahaan non-koperasi adalah bentuk organisasi
bisnis yang didirikan sebagai badan hukum terpisah, dimiliki oleh individu,
kelompok, atau pihak eksternal. Pemilik perusahaan non koperasi,sering kali disebut
sebagai pemegang saham, dapat berinvestasi dalam perusahaan dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan ekonomi dari usaha tersebut.

3
Itang, 2016, Badan Usaha Koperasi dan Badan Usaha Non Koperasi, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam 7
(1): 70.
4
Printono, Koperasi dalam Ekonomi Pembangunan, CV. (Bandung, t.t: 5).

5
2. Tujuan Perusahaan Non Koperasi
Penting untuk memahami bahwa perusahaan non koperasi memiliki
fleksibilitas dalam struktur organisasinya. Mereka bisa beroperasi di berbagai sektor
ekonomi, seperti manufaktur, jasa, perdagangan, atau teknologi. Struktur hukum yang
biasa digunakan termasuk perusahaan terbatas (limited liability company),
perusahaan terbuka (publicly traded company), atau serikat perusahaan (corporation).
Pilihan ini dipengaruhi oleh undang-undang dan regulasi di wilayah atau negara
tempat perusahaan beroperasi dan tujuan utama perusahaan non koperasi yaitu
mencari keuntungan dan pertumbuhan bisnisnya, dan orientasinya umumnya pada
hasil finansial.
3. Modal Perusahaan Non Koperasi
Modal yang diperlukan untuk mendirikan dan menjalankan perusahaan
nonkoperasi biasanya bersumber dari pemegang saham atau investor eksternal.
Mereka dapat berinvestasi dalam perusahaan dengan membeli saham atau
memberikan modal lainnya. Hasil dari usaha perusahaan digunakan untuk membayar
pemegang saham sebagai dividen atau reinvestasi dalam bisnis untuk pertumbuhan
lebih lanjut.
4. Contoh Perusahaan-Perusahaan Non Koperasi5
a. Perusahaan Terbatas (PT), PT adalah entitas bisnis yang dimiliki oleh pemegang
saham dan terpisah dari pemiliknya. Mereka beroperasi untuk mencari laba dan
memiliki struktur manajemen yang terorganisir.
b. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), UMKM adalah bisnis kecil yang
beroperasi secara mandiri, seperti toko-toko kecil, warung makan, atau perajin
kecil.
c. Perusahaan Perorangan, bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh satu individu.
Contohnya adalah penulis lepas, kontraktor lepas, atau pemilik took kecil.
d. Perusahaan Skala Besar, perusahaan besar yang beroperasi dalam berbagai sektor,
seperti perusahaan otomotif, farmasi, atau teknologi.

5
Lumunon J. K, Pengetahuan Perkoperasian, Departemen Perdagangan dan Koperasi Direktorat Jendral
Koperasi, (Jakarta, t.t: 26)

6
e. Organisasi Nirlaba, organisasi ini tidak berfokus pada mencari laba. Contohnya
termasuk yayasan, LSM, dan organisasi amal.
f. Perusahaan Keluarga, bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh anggota
keluarga. Mereka seringkali mewarisi bisnis dari generasi ke generasi.
g. Perusahaan Start-up, perusahaan baru yang berfokus pada inovasi dan
pertumbuhan cepat, seringkali dalam industri teknologi.
h. Perusahaan Manufaktur, perusahaan yang menghasilkan barang-barang fisik
seperti mobil, pakaian, atau produk elektronik.
5. Kinerja dan Faktor Perusahaan Non Koperasi
Kinerja perusahaan non-koperasi adalah indikator utama yang digunakan
untuk menilai keberhasilan dan efektivitas suatu entitas bisnis yang tidak berbentuk
koperasi, seperti perusahaan terbatas (PT), perusahaan terbuka (Tbk) atau perusahaan
swasta lainnya.6 Penilaian kinerja ini melibatkan sejumlah aspek penting yang
mencerminkan sejauh mana perusahaan mencapai tujuan strategis dan
operasionalnya. Aspek tersebut diantaranya seperti aspek keuangan, aspek
operasional, sumber daya manusia, dampak sosial dan lingkungan, inovasi dan
pengembangan (R&D) serta kepatuhan regulasi.
Evaluasi kinerja perusahaan non-koperasi adalah proses yang holistik, dan
hasilnya memungkinkan pemangku kepentingan seperti pemilik, investor, konsumen,
dan pemerintah untuk memahami sejauh mana perusahaan mencapai tujuan mereka.
Selain itu, kinerja yang baik dalam aspek-aspek ini juga dapat meningkatkan citra
perusahaan dan memperkuat posisinya di pasar.
Meskipun semua aspek dalam pengoperasian perusahaan non koperasi sudah
terpenuhi, tidak menutup kemungkinan bahwa kinerja ini juga dapat menghadapi
suatu hambatan. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan seperti kualitas manajemen, kondisi persaingan pasar, kondisi keuangan,
sumber daya manusia, perubahan teknologi, regulasi dan kebijakan pemerintah,
kualitas produk dan layanan, faktor sosial dan lingkungan, serta masih banyak faktor
eksternal lainnya yaitu perubahan iklim dan gejolak politik.

6
Hendrojogi, Koperasi Azas-Azasdan Praktik, PT. Raja Grafindo Persada, (Jakarta, 1997:19).

7
C. Koperasi
1. Pengertian dan Sejarah Koperasi
Keberadaan koperasi di Indonesia berlandaskan pada pasal 33 UUD 1945 dan
UU No. 25 Tahun 1992. Pada penjelasan UUD 1945 pasal 33 ayat (1), koperasi
berkedudukan sebagai “soko guru perekonomian nasional” menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam sistem perekonomian nasional. Adapun penjelasan dalam UU No.
25 Tahun 1992, menyebutkan bawa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Koperasi pertama di Indonesia dimulai pada penghujung abad ke-19, tepatnya
tahun 1895. pelopor koperasi pertama di Indonesia adalah R. Aria Wiriaatmaja, yaitu
seorang patih di Purwokerto. Ia mendirikan sebuah bank yang bertujuan menolong
para pegawai agar tidak terjerat oleh lintah darat. Usaha yang didirikannya diberi
nama Bank Penolong dan Tabungan. Perkembangan koperasi yang didirikan oleh R.
Aria Wiriaatmaja semakin baik. "Akibatnya setiap gerak-gerik koperasi tersebut
diawasi dan mendapat banyak rintangan dari Belanda. Upaya yang ditempuh
pemerintah kolonial Belanda yaitu dengan mendirikan rumah gadai, bank desa, serta
lumbung desa. 7
Pada tahun 1908 melalui Budi Utomo, Raden Sutomo berusaha
mengembangkan koperasi rumah tangga. Akan tetapi koperasi yang
didirikanmengalami kegagalan. Hal itu dikarenakan kurangnya kesadaran
masyarakatakan manfaat koperasi. Pada sekitar tahun 1913, Serikat Dagang Islam
yang kemudian berubah menjadi Serikat Islam, mempelopori pula pendirian koperasi
industri kecil dan kerajinan. Koperasi ini juga tidak berhasil, karena rendahnya
tingkat pendidikan, kurangnya penyuluhan kepada masyarakat, dan miskinnya
pemimpin koperasi pada waktu itu. Setelah dibentuknya panitia koperasi yang
diketuai oleh Dr. DJ. DH. Boeke pada tahun 1920, menyusun peraturan koperasi No.
91 Tahun 1927. Peraturan tersebut berisi persyaratan untuk mendirikan koperasi,

7
Dwi Fauzi, Pelaku-Pelaku Ekonomi dalam Sistem Perekonomian Indonesia,(academia.edu diakses pada
16 Oktober 2023).

8
yang lebih longgar dibandingkan peraturan sebelumnya, sehingga dapat mendorong
masyarakat untuk mendirikan koperasi. Setelah diberlakukannya peraturan tersebut,
perkembangan koperasi di Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda yang
menggembirakan.
2. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi
Landasan koperasi Indonesia adalah pedoman dalam menentukan arah, tujuan,
peran, serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya. Koperasi
Indonesia mempunyai beberapa landasan, diantaranya sebagai berikur:
1. Landasan idiil: Pancasila.
2. Landasan struktural: UUD 1945.
3. Landasan operasional: UU No. 25 Tahun 1992 dan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
4. Landasan mental: kesadaran pribadi dan kesetiakawanan. UU No. 25 Tahun 1992
pasal 2 menetapkan bahwa kekeluargaan sebagai asas koperasi. Semangat
kekeluargaan inilah yang menjadi pembeda utama antara koperasi dengan bentuk-
bentuk perusahaan lainnya.
Koperasi didirikan dengan tujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
3. Fungsi dan Peran Koperasi
Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 1992 pasal 4 menyatakan bahwa fungsi dan
peran koperasi, diantaranya seberikut berikut:8
1. Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka.
2. Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia
dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

8
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Fungsi dan Peran Koperasi.

9
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
4. Perangkat Organisasi Koperasi
Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 38 tentang Perkoperasian
disebutkan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri atas rapat anggota, pengurus,
dan pengawas. Penjelasan tentang ketiga perangkat organisasi koperasi, diantaranya
seberikut berikut:9
1. Rapat Anggota, merupakan perangkat yang penting dalam koperasi. Rapat
anggota ialah rapat yang dihadiri oleh seluruh atau sebagian besar anggota
koperasi. Melalui rapat anggota, seorang anggota koperasi akan menggunakan
hak suaranya. Rapat anggota berwenang untuk menetapkan hal-hal berikut ini:
a. Anggaran dasar (AD).
b. Kebijaksanaan umum di bidang organisasi.
c. Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas.
d. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi,serta
pengesahan laporan keuangan.
e. Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaantugas.
f. Pembagian sisa hasil usaha (SHU).
g. Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran koperasi.
2. Pengurus, dipilih oleh rapat anggota dari kalangan anggota. Pengurus adalah
pemegang kuasa rapat anggota. Masa jabatan paling lama lima tahun. Berikut ini
tugas pengurus koperasi:
a. Mengelola koperasi dan bidang usaha.
b. Mengajukan rencana kerja serta rencana anggaran pendapatan dan belanja
koperasi.
c. Menyelenggarakan rapat anggota.
d. Mengajukan laporan pelaksanaan tugas dan laporan keuangan koperasi.
e. Memelihara buku daftar anggota, pengurus, dan pengawas.

9
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perangkat Organisasi Koperasi Terdiri atas
Rapat Anggota, Pengurus, dan Pengawas.

10
Pengurus bertanggung jawab kepada rapat anggota atau rapat anggota luar
biasa dalam mengelola usaha koperasi. Jika koperasi mengalami kerugian karena
tindakan pengurus baik disengaja maupun karena kelalaiannya, pengurus harus
mempertanggungjawabkan kerugian ini. Adapun beberapa wewenang yang
dilakukan oleh pengurus koperasi, diantaranya sebagai berikut:
a. Mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan.
b. Memutuskan penerimaan atau penolakan seseorang sebagai anggota koperasi
berdasarkan anggaran dasar koperasi. c) Melakukan tindakan untuk
kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya
sebagai pengurus.
3. Pengawas, pengawas koperasi adalah salah satu perangkat organisasi koperasi,
dan menjadi suatu lembaga atau badan struktural koperasi. Pengawas
mengemban amanat anggota untuk melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi. Lapangan usaha itu
menyangkut segala bidang kehidupan ekonomi rakyat dan kepentingan orang
banyak, antara lain bidang perkreditan (simpan pinjam), pertokoan, usaha
produksi, dan usaha jasa. Sesuai dengan namanya sebagai pengawas koperasi,
berikut adalah tugas-tugas koperasi:
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan koperasi oleh
pengurus.
b. Membuat laporan tertulis mengenai hasil pengawasan yang telah
dilakukannya.
Supaya para pengawas koperasi dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
mereka harus diberi wewenang yang cukup untuk mengemban tanggung jawab
tersebut. Pengawas koperasi mempunyai wewenang sebagai berikut:
a. Meneliti catatan atau pembukuan koperasi.
b. Memperoleh segala keterangan yang diperlukan.

11
5. Modal Koperasi
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, modal koperasi
terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. Berikut penjelasannya: 10
1. Modal Sendiri Koperasi
a. Simpanan Pokok, sejumlah uang yang sama banyaknya dan wajib dibayarkan
oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan ini
tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
b. Simpanan Wajib, sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama dan wajib
dibayar oleh anggota kepada koperasi pada waktu dan kesempatan tertentu.
Simpanan ini tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi
anggota.
c. Dana cadangan, sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha.
Dana ini digunakan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup
kerugian koperasi.
d. Hibah, yaitu sumbangan pihak tertentu yang diserahkan kepada koperasi dalam
upayanya turut serta mengembangkan koperasi. Hibah tidak dapat dibagikan
kepada anggota selama koperasi belum dibubarkan.
2. Modal Pinjaman Koperasi
Modal pinjaman dapat berasal dari simpanan sukarela, pinjaman darikoperasi
lainnya, pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya, dansumber pinjaman
lainnya yang sah.

10
Pasal 41 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Modal Perekonomian.

12
D. Studi Kasus
Intervensi Pemerintah Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
Di Masa Pandemi COVID-19
Sumber: Indonesian Treasury Review Vol.06

Kebijakan Fiskal yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara (APBN) merupakan instrument efektif dalam menstabilitasi perekonomian di saat
krisis (Romer & Romer, 2019). Saat pandemi COVID-19 melanda dunia dan Indonesia,
Pemerintah menggunakan kebijakan fiscal ekspansif sebagai instrument utama untuk
penanganan pandemi COVID-19 dan mendukung masyarakat yang terdampak. Dampak
pandemi COVID-19 dirasakan oleh hampir seluruh masyarakat. Salah satu kelompok
masyarakat yang paling terdampak adalah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Hasil survey Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan di awal pandemi
pada 1 Juni 2020 mengidentifikasi bahwa pendapatan masyarakat miskin, rentan miskin,
dan pekerja sektor informal paling terdampak, yakni 22,74% tidak bekerja, 2,52%
terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), 18,34% bekerja (dirumahkan sementara),
dan 56,40% bekerja (Kemenkeu, 2020). Dampak pandemi juga dirasakan oleh pelaku
usaha. Survei Direktorat Jenderal Pajak per 30 Juli 2020 menunjukkan bahwa 88%
pelaku usaha mengalami penurunan penjualan dan 62% mengurangi usaha (Kemenkeu,
2020). Menyadari peran vital UMKM terhadap perekonomian, Pemerintah melakukan
intervensi kebijakan untuk membantu UMKM yang usahanya terdampak oleh pandemi.

Pada tahun 2020, tahun pertama stimulus fiscal diluncurkan, Pemerintah


mengalokasikan sekitar Rp695,4 triliun untuk program Penanganan COVID-19 (PC) dan
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Dari besaran tersebut, senilai Rp123,46 triliun atau
17,7% dari total alokasi PEN dialokasikan untuk UMKM (Kemenkeu, 2020). Besar
analokasi anggaran yang ditargetkan pada UMKM mencerminkan prioritas Pemerintah
dan signifikansi UMKM bagi perekonomian nasional. Selanjutnya pada tahun 2021,
Pemerintah mengalokasikan anggaran PEN senilai Rp699,43 triliun atau meningkat
sekitar 5% dari alokasi tahun lalu, atau meningkat sebesar 20,23% dari realisasi anggaran
PEN tahun yang lalu. Dari besaran Rp699,43 triliun tersebut, yang dialokasikan bagi
UMKM mencapai Rp184,93 triliun atau sekitar 26,4% dari total anggaran PEN 2021.

13
Anggaran PEN untuk UMKM meningkat hamper sekitar 50% dari anggaran PEN yang
ditargetkan untuk UMKM pada tahun 2020.

Di masa pandemi COVID-19, Program PEN diharapkan dapat mengoreksi


permintaan agregat dan penawaran agregat yang terkontraksi sangat dalam. Program PEN
terhadap sisi permintaan (konsumsi) antara lain berupa bantuan social yakni program
keluarga harapan, kartu sembako, subsidi listrik, bansos tunai non jabodetabek, bansos
sembako jabodetabek, BLT Dana Desa dan Kartu Prakerja (DJPb, 2020). Adapun
Program PEN terhadap sisi penawaran antara lain meliputi program subsidi bunga untuk
ultra mikro dan UMKM, penempatan dana pemerintah pada perbankan sebagai
penyangga likuiditas bank pelaksana, penjaminan kredit modal kerja UMKM, penyertaan
modal negara pada BUMN, dan insentif pajak untuk dunia usaha (DJPb, 2020).

Dengan demikian, pandangan kelompok kami mengenai hal itu semoga dengan
adanya bantuan Pemerintah terhadap UMKM di masa pandemi COVID-19 telah
diarahkan kepada pelaku usaha yang usahanya termasuk pada sektor yang paling
terdampak pandemi, walaupun belum semua UMKM menerima bantuan. Intervensi
Pemerintah bermanfaat setidaknya untuk pelaku usaha untuk bias bertahan di saat terjadi
penurunan aktivitas ekonomi. Disamping itu, bantuan Pemerintah dapat terlihat
manfaatnya melalui penambah omzet usaha yang dialami sebagian besar responden.
Walaupun terdapat UMKM yang mengalami penurunan omzet dan pengurangan tenaga
kerja, namun masih ada pelaku usaha yang mampu mempertahankan tenaga kerja yang
dimiliki bahkan meningkatkan tenaga kerja.

Adapun solusi dan saran yang dapat kelompok kami berikan kepada pemerintah
yaitu relaksasi/simplifikasi persyaratan bantuan masih perlu terus dilakukan agar pelaku
usaha dapat mengakses program pemerintah dengan lebih mudah. Bantuan Pemerintah
tidak akan efektif tanpa adanya pembukaan akses seluas-luasnya dibarengi dengan tata
kelola yang baik untuk mendukung akuntabilitas. Selain itu, untuk para UMKM juga
harus terlibat dalam integrasi program asistensi atau bantuan UMKM dengan inovasi.
Program bantuan Pemerintah diharapkan dapat terintegrasi dengan upaya mendorong
budaya inovasi. Lingkungan inovasi yang tepat dapat mendorong UMKM untuk

14
menciptakan produk/jasa baru sesuai dengan kondisi di masa pandemi ini yang
meningkatkan kemampuan mereka bertahan bahkan bersaing di dunia global.

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan materi di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Perusahaan non koperasi adalah entitas bisnis yang beroperasi dalam bentuk hukum
yang berbeda daripada koperasi. perusahaan non koperasi umumnya didirikan sebagai
entitas hukum terpisah yang dimiliki oleh individu, kelompok, atau pemodal
eksternal. Tujuan utama dari perusahaan non-koperasi adalah untuk mencari
keuntungan ekonomi dan pertumbuhan bisnis, bukan untuk memaksimalkan manfaat
bagi anggotanya.
2. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
3. Tujuan perusahaan non koperasi Penting untuk memahami bahwa perusahaan non
koperasi memiliki fleksibilitas dalam struktur organisasinya. Mereka bisa beroperasi
di berbagai sektor ekonomi, seperti manufaktur, jasa, perdagangan, atau teknologi.
Struktur hukum yang biasa digunakan termasuk perusahaan terbatas (limited liability
company), perusahaan terbuka (publicly traded company), atau serikat perusahaan
(corporation).

B. Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu saran dari pembaca sangat
kami harapkan. Jika ada yang kurang dimengerti, bisa mengacu pada daftar rujukan yang
kami gunakan. Saran dari kami dalam pembuatan makalah yaitu dengan mencari lebih
banyak bahan dan rujukan atau referensi agar dapat membuat materi yang lebih baik lagi
dari pada yang kami buat. Usahakan dalam mencari referensi buku dengan mudah
dipahami oleh pembaca agar dapat diulas kembali saat terdapat pembahasan kembali.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Dwi. Pelaku-Pelaku Ekonomi dalam Sistem Perekonomian Indonesia. Pada academia.edu
terakhir diakses 16 Oktober Pukul 18.37.

Hendrojogi. 1997.Koperasi Azas-Aza sdan Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

J. K. Lumunon.1986. Pengetahuan Perkoperasian. Departemen Perdagangan dan Koperasi


Direktorat Jendral Koperasi. Jakarta : Dwi Segara.

Itang. 2016. Badan Usaha Koperasi dan Badan Usaha Non Koperasi. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam 7 (1): 7.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

17

Anda mungkin juga menyukai