Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EKONOMI KOPERASI DAN UMKM

KEWIRAKOPERASIAN DAN PENGAWASAN KOPERASI

OLEH

KELOMPOK 5

Novita Ria Zendato (7202441005)

Nursalimah (7202141006)

Sella Adelia Silaban (7203141036)

Sonia Hapsari Marbun (7203141022)

Dosen Pengampu : Dr. Arwansyah M. Si


Prodi/Kelas : Pendidikan Ekonomi /A
Mata Kuliah :Ekonomi Koperasi dan UMKM

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya, kelompok bisa menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Ekonomi Koperasi dan UMKM di
Universitas Negeri Medan.

Makalah ini ini disusun atas dasar untuk memenuhi tugas-tugas mata kuliah Ekonomi
Koperasi dan UMKM, tidak lupa penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu dan memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Medan , 3 Oktober 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
a. Latar Belakang.................................................................................................................... 1

b. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1

c. Tujuan ................................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2


a. Pengertian dan Fungsi Kewirakoperasian .......................................................................... 2

b. Tipe-Tipe Kewirakoperasian .............................................................................................. 5

c. Mentaati Sendi-Sendi Dasar Koperasi................................................................................ 6

d. Tipe-Tipe Pengawasan Koperasi ........................................................................................ 8

e. Metode Pengawasan Koperasi .......................................................................................... 10

f. Manajemen Koperasi ........................................................................................................ 10

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 13


a. Kesimpulan ....................................................................................................................... 13

b. Saran ................................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma pembangunan ekonomi yang menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi


selamaorde baru ternyata menimbulkan Over Heated Economic dan High Cost Economic
yangberakhir dengan krisis ekonomi yang ditandai dengan daya beli masyarakat turun
demikianjuga perbankan dan dunia usaha mengalami kemuduran sehinga menimbulkan
penambahanpengangguran, inflasi yang tinggi dan menimbulkan kelimpungan dan
kemiskinan.
Fenomena di atas menunjukan bahwa fundamental ekonomi kita masih keropos,
sehinggapelaku-pelaku ekonomi harus mencoba mempelajari dan memperbaiki dari
kekeliruan di atas.Koperasi sebagai salah satu pelaku ekonomi yang dipandang cukup
representatif dalamwadah perekonomian rakyat harus lebih eksis. Sebagai upaya agar koperasi
lebih berkembangmaka, perlu adanya Wirausaha Koperasi (Wirakop).

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian dan fungsi kewirakoperasian.


2. Tipe-tipe kewirakoperasian.
3. Mentaati sendi-sendi dasar koperasi.
4. Tipe-tipe pengawasan koperasi.
5. Metode pengawasan koperasi.
6. Manajemen koperasi.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami kewirakoperasian dan pengawasan koperasi.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana koperasi dikelola dengan prinsip dasar
koperasi oleh yang memiliki jiwa wiraswasta. Serta memiliki konsep manajemen dalam
koperasi dan mampu menggunakan pengetahuan itu untuk mengawasi,
mengevaluasi/menilai sesuatu.

1
BAB II

PEMBAHASAN

D. Pengertian dan Fungsi Kewirakoperasian

1. Pengertian Kewirakoperasian
Wiraswasta adalah seorang usahawan yang di samping mampu berusaha dalam bidang
ekonomi umumnya dan niaga khususnya secara tepat guna (tepat dan berguna,efektif dan
efisien),juga berwatak merdeka lahir batin serta berbudi luhur.sedangkan Wirausaha adalah
yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru
dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru.dan istilah
Kewirakoperasian dipakai sebagai istilah baku kewirausahaan.
Kewirakoperasian adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif,
dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil resiko dan berpegang teguh
pada prinsip identitas koperasi, dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta
peningkatan kesejahteraan bersama.
Dari definisi tersebut terkandung beberapa unsur yang patut diperhatikan :
1) Kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara
koperatif. Ini berarti wirakop (orang yangmelaksanakan kewirakoperasian) harus
mempunyai keinginan untuk memajukan organsasi koperasi, baik itu usaha koperasi
maupun usaha anggotanya. Usaha itu harus dilakukan secara koperatif dalam arti setiap
kegiatan usaha koperasi harus mementingkan kebutuhan anggotanya.
2) Tugas utama wirakop adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya berusaha mencari,
menemukan, dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan bersama
(Drucker, 1998, h.30). Bertindak inovatif tidak hanya dilakukan pada saat memulai
usaha tetapi juga pada saat usaha itu berjalan, bahkan pada saat usaha koperasi berada
dalam kemunduran.
3) Wirakop harus mempunyai keberanian mengambil resiko. Karna dunia penuh dengan
ketidakpastian, sehingga hal-hal yang diharapkan kadang-kadang tidak sesuai dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu dalam menghadapi situasi
semacam itu diperlukan seorang wirausaha yang mempunyai kemampuan mengambil
resiko. Tentu saja pengambilan resiko ini dilakukan dengan perhitungan-perhitungan
yang cermat.

2
4) Kegiatan wirakop harus berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi, yaitu anggota
sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Kepentingan anggota harus
diutamakan agar anggota mau berpartisipasi aktif terhadap koperasi. Karena itu
wirakop bertugas meningkatkan pelayanan dengan jalan menyediakan berbagai
kebutuhan anggotanya.
5) Tujuan utama setiap wirakop adalah memenuhi kebutuhan nyata anggota koperasi dan
meningkatkan kesejahteraan bersama. Tugas seorang wirakop sebenarnya cukup berat
karena banyak pihak yang berkepentingan di lingkungan koperasi, seperti anggota,
perusahaan koperasi, karyawan, masyarakat di sekitarnya, dan lain-lain. Seorang
wirakop terkadang dihadapkan pada masalah konflik kepentingan di antara masing-
masing pihak.
6) Kewirausahaan dalam koperasi dapat dilakukan oleh anggota, menajer, birokrat yang
berperan dalam pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang yang peduli terhadap
pengembangan koperasi. Keempat jenis wirakop ini tentunya mempunyai kebebasan
bertindak dan insentif yang berbeda-beda yang selanjutnya menentukan tingkat
efektivitas yang berbedabeda pula.

2. Fungsi Kewirakoperasian
Fungsi atau kegiatan wirakoperasi ,jenis kewirakoperasian dibedakan menjadi 3 hal
yaitu kewirakoperasian rutin,arbitrage dan inovatif.
a) Kewirakoperasian Rutin
Kewirakoperasian rutin diarahkan pada kegiatan rutin organisasi usaha (koperasi),
seperti produksi, pemasaran, personalia, keuangan, administrasi, dan lain-lain,.
Progamprogram telah disusun dan dilaksanakan. Tugas wirakop hanyalah meluruskan /
mengendalikan sesuatu agar berjalan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
Kewirausahaan rutin merupakan literature manajemen yang berfungsi sebagai pemecahan
masalah.
Oleh karena itu para wirausaha rutin dianggap sebagai seorang manajer yang berfungsi
mengambil keputusan mengenai koordinasi alat-alat yang dimiliki. Manajer akan bertindak
berdasarkan peluang yang diketahuinya, untuk kemudian mengelola faktor-faktor produksi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kewirakoperasian rutin mempunyai karakteristik sebagai berikut :
3. Kegiatan kewirakoperasian berhubungan dengan evaluasi dan koreksi bila
terjadi misalokasi sumber daya. Tindakan ini disebut pemecahan masalah.

3
4. Manajer (wirakop) mempunyai informasi yang banyak tentang sumber daya,
tujuan, dan resiko yang dihadapi. Wirausaha dapat bertindak berdasarkan
informasi yang akurat mengenai sumber-sumber dan hasil akhir (tujuan), serta
setiap keputusan telah mempertimbangkan resiko.
5. Rendahnya tingkat ketidakpastian memungkinkan wirausaha (wirakop) mampu
memaksimumkan tujuan (misalnya memaksimumkan profit atau
pengembangan usaha para anggota koperasi).
b) Kewirakoperasian Arbitrase
Arbitrase di sini dimaksudkan sebagai keputusan yang diambil dari dua kondisi yang
berbeda dan keputusan itu memberikan peluang yang menguntungkan. Tugas utama dari
wirakop dalam hal ini mencari peluang yang menguntungkan dari dua kondisi yang berbeda.
Misalnya ketidak sesuaian permintaan dan penawaran suatu pasar akan menciptakan peluang
bagi seseorang (wirausaha) untuk membeli dengan murah dan menjual dengan mahal. Oleh
karena itu, guna memperoleh keberhasilan dalam kondisi ini, wirakop harus mempunyai
informasi yang banyak tentang lingkungan dan pasar yang hendak dituju dan memanfaatkan
informasi ini untuk kemajuan koperasi.
Kewirakoperasian arbitrase mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Wirakop mempunyai informasi yang banyak tentang perbedaan harga barang-barang
tertentu bila ia beli saat ini dan dijual pada waktu yang akan datang.
2. Inti kewirakoperasian terdiri dari penemuan dan pelaksanaan peluang yang
menguntungkan yang sampai saat ini belum dikenali dan direalisasikan. Peluang
tersebut merupakan hasil ketidakseimbangan yang disebabkan perbedaan permintaan
dan penawaran.
3. Kewirakoperasian Inovatif
Inovatif berarti mencari, memanfaatkan dan menemukan sesuatu yang baru. Wirakop
yang inovatif berarti wirakop yang selalu tidak puas dengan kondisi yang ada. Ia selalu
berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang yang diperoleh. Ia sangat
diperlukan terutama pada kondisi di mana perusahaan (termasuk koperasi) mengalami
stagnasi. Ia juga diperlukan oleh perusahaan atau koperasi yang menghadapi masalah
ketidakpastian yang serius dalam lingkungan yang dinamis.
Kewirakoperasian inovatif biasanya tidak menimbulakan masalah, artinya meskipun
keuntungan yang diperoleh oleh innovator akan dikikis oleh para peniru, namun pengurangan
keuntungan ini akan menyebabkan innovator memperkenalkan inovasi versi terbaru atau

4
peluan gbaru, jadi kegiatan inovatif akan menghasilkan dorongan tertentu bagi kegiatan
inovatif baru.

E. Tipe Kewirakoperasian

Kewirakoperasian dibagi menjadi 4 tipe:


1. Kewirakoperasian Anggota
Anggota sebagai pemilik koperasi dapat menjadi wirakop bila ia mampu menemukan
dan memanfaatkan peluang yang ada untuk pertumbuhan koperasi. Tetapi kemungkinan
ia sangat lemah mengingat kebanyakan kemampuan anggota dalam inovasi masih sangat
rendah, keterbatasan hak bertindak karena setiap tindakan harus memperhatikan anggota
lainnya dan motivasi yang rendah. Anggota kopersi di Indonesia umumnya mempunyai
tingkat pendidikan yang rendah sehingga tingkat kemampuan dalam menemukan sesuatu
yang baru sangat terbatas.
Disamping itu, kendatipun anggota mempunyai kemampuan yang tinggi tetapi
motivasi untuk berprestasi di bidang koperasi akan menjadi sangat rendah sebab manfaat
dari hasil inovasi anggota yang dinikmati hanya sebagian kecil oleh anggota yang
bersangkutan dan sebagian besar dinikmati oeh anggota lainnya, anggota potensial atau
bahkan para pesaing koperasi. Dalam kondisi seperti ini, anggota yang rasional akan
memanfaatkan peluang tersebut untuk kepentingan diri sendiri dengan jalan bekerja di luar
koperasi.
2. Kewirakoperasian Manajer
Pada koperasi yang mengangkat manajer sebagai pelaksana dan penanggung jawab
kegiatan operasional, koperasi tentu sangat mengharapkan perubahan yang memberikan
keuntungan. Tetapi kendala yang dihadapi oleh manajer adalah keterbatasan-kebebasan
untuk bertindak.
Keterbatasan ini karena manajer disamping dibebani peningkatan pertumbuhan usaha
koperasi tetap juga dibebani peningkatan pelayanan terhadap anggotanya. Kedua hal
tersebut kadang terjadi kontradiksi. Bila manajer menginginkan meningkatkan
pertumbuhan koperasi, maka ia harus berorientasi ke pasar eksternal (melayani kebutuhan
non anggota) dan ini berarti mengurangi nilai pelayanan terhadap anggotanya. Sebaliknya
bila manajer menginginkan peningkatan pelayanan terhadap anggota (misal dengan
memberikan harga pelayanan yan glebih rendah dibanding dengan harga pasar), maka ia
tidak akan dapat meningkatkan pertumbuhan koperasi. Dalam kondisi seperti ini,

5
kendatipun manajer mempunyai kemampuan dan motivasi yang tinggi untuk
mengembangkan organisasi koperasi, tetap saja ia menghadapi hambatan yang besar yang
harus dilewatinya.
3. Kewirakoperasian Birokrat
Birokrat adalah pihaknya secara tidak langsung berhubungan dengan pengembangan
gerakan koperasi. Setiap kegiatannya memang diharapkan untuk memacu perkembangan
koperasi.
Tetapi untuk melaksanakannya, ia terbelenggu oleh aturan-aturan yang telah ditetapkan
dan setiap turut campur, birokat tersebut dalam organisasi koperasi belum tentu sesuai
dengan keinginan anggota koperasi. Dengan demikian, kendatipun mempunyai
kemampuan dan kemauan yang tinggi dalam mengembangkan koperasi, tetap saja
kewirakoperasiannya terbatas.
4. Kewirakoperasian katalis
Katalis disini diartikan sebagai pihak yang berkompeten terhadap pengembangan
koperasi kendatipun ia tidak mempunyai hubungan langsung dengan organisasi koperasi.
Para katalis ini jelas mempunyai kemampuan yang tinggi dan motivasi yang tinggi
kendatipun insentif yang diterimanya kadang-kadang kecil. Di samping itu ia juga
mempunyai kebebasan bertindak karena ia berada di luar organisasi koperasi dan tidak
terikat oleh aturan-aturan organisasi tersebut. Seorang katalis biasanya adalah seorang
Altruis, yaitu orang yang mementingkan kebutuhan orang lain. Dalam konteks ini, pada
dasarnya seorang katalislah yang mempunyai kemampuan dalam membantu pertumbuhan
gerakan koperasi.

F. Mentaati Sendi-Sendi Dasar Koperasi

Para perintis koperasi di Rohdale telah berhasil menyusun asas-asas Rohdale yang
terkenal, yang menjadi pedoman kerja yang disebut dengan sendi – sendi dasarkoperasi. Sendi-
Sendi dasar koperasi Indonesia adalah
a. Sifat keanggotaanya sukarela dan terbuka untuk setiap warag negara Indonesia
b. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan demokrasi
dalamkoperasi.
c. Pembagian SHU sesuai dengan jasa-jasa anggota.
d. Adanya pembatasan atas bunga modal.

6
e. Mengembangkan kesejahetraan anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
f. Usaha dan ketatalaksanaanya bersifat terbuka .
g. Swadaya,swakerta, dan swasembada sebagai pencerminan percaya pada diri
sendiri.
Prinsip-prinsip pengawasan demokratis dalam koperasi dilakukan dengancara
mentaati sendi-sendi dasar koperasi antara lain :
a. Pembagian SHU diatur sesuai dengan jasa anggota masing – masing
b. Adanya pembatasan bunga atsa modal
c. Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat
padaumumnya, merupakan aspek social dari koperasi yang harus
dilaksanakan.
Dalam menghitung sisa hasil usaha masing masing anggota dipakai rumus
sebagai berikut :
B = JP x SHU

TP
Di mana :
B = Bunga yang dibagikan kepada anggota A
JP = Jumlah pembelian anggota A
TP = Total pembelian seluruh anggota koperasi atau total penjualankoperasi
SHU = Sisa Hasil Usaha
Misalnya seluruh total penjualan kotor koperasi adalah Rp 50.000.000,- .
Sisahasil usahanya adalah Rp 1.500.000,-. Total pembelian anggota A adalah
Rp1.000.000. Maka anggota A akan mendapatkan bunga:
B = 1.000.000 x 1.500.000 = 30.000

50.000.000
Jadi bunga yang didapatkan oleh anggota A sebesar Rp 30.000,- .
Anggota B yang jumlah pembeliannya Rp 2.000.000,-. Akan mendapatkan
bunga :
B = 2.000.000 x 1.500.000 = 60.000

50.000.000

7
Jadi bunga yang didapatkan oleh anggota A sebesar Rp 60.000,-.
Kedua anggota tersebut menerima bunga yang terbatas yaitu berdasarkan
jumlah modal yang mereka investasikan, tetapi menurut partisipasinya dalam usaha
koperasi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi Sisa hasil Usaha :
1) Adanya manajemen yang baik.
2) Adanya loyalitas anggota.
3) Adanya penawaran yang cukup.
4) Tidak ada kompetisi.
5) Harga sama dengan harga yang berlaku di tingkat pengecer.
Di dalam pelaksanaan konsep demokrasi dalam koperasi, masyarakat
harusmendapat penerangan bila ingin gerakan koperasi berhasil. Demokrasi ekonomi
dalamsegala bentuknya, merupakan realisasi gabungan kekuatan rakyat. Kekuatan
inimerupakan solidaritas anggota koperasi yang disebabkan oleh adanya pengertian
danpemahaman yang mendalama atau sifat, prinsip, dan doktrin koperasi.

G. Tipe-Tipe Pengawasan Koperasi

Pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk membuat semua kegiatan


koperasisesuai dengan rencana. Proses pengawasan dapat dilakukan dengan melalui beberapa
tahap,yaitu menetapkan standar, membandingkan kegiatan yang dilaksanakan dengan standar
yang sudah ditetapkan, mengukur penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, kemudian
mengambil tindakan koreksi apabila diperlukan. Setiap koperasi mengadakan pengawasan
dengan tujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Ada
beberapa alasan yang dapat diberikan mengapa hampir setiap koperasi menghendaki adanya
proses pengawasan yang baik. Alasan-alasan tersebut antara lain:
1. Para pemimpin koperasi dapat lebih cepat mengantisipasi perubahan lingkungan,
2. Koperasi yang besar akan lebih mudah dikendalikan,
3. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anggota organisasi dapat dikurangi.
Dalam pengawasan terdapat beberapa tipe pengawasan. Fungsi pengawasan dapat
dibagi dalam tiga macam tipe, atas dasar fokus aktivitas pengawasan, antara lain:
a. Pengawasan Pendahuluan (feedforward control)

8
Prosedur-prosedur pengawasan pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna
memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya dibandingkan
dengan hasil-hasil yang direncanakan.
Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka kebijaksanaan-kebijaksanaan merupakan
pedoman-pedoman untuk tindakan masa mendatang. Tetapi, walaupun demikian penting untuk
membedakan tindakan menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan
mengimplementasikannya.
Merumuskan kebijakan-kebijakan termasuk dalam fungsi perencanaan sedangkan tndakan
mengimplementasi kebijaksanaan merupakan bagian dari fungsi pengawasan.
Pengawasan pendahuluan meliputi:
1. Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia.
2. Pengawasan pendahuluan bahan-bahan.
3. Pengawasan pendahuluan modal
4. Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya finansial

b. Pengawasan Pada Waktu Kerja Berlangsung (concurrent control)


Concurrent control terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang
mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka.
Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya
untuk:
1. Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode-metode serta
prosedur-prsedur yang tepat.
2. Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Proses memberikan pengarahan bukan saja meliputi cara dengan apa petunjuk-petunjuk
dikomunikasikan tetapi ia meliputi juga sikap orang-orang yang memberikan penyerahan.

c. Pengawasan umpan balik (feedback control)


Sifat khas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah bahwa
dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi
tindakantindakan masa mendatang.
Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan yaitu:
1. Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
2. Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis).
3. Pengawasan Kualitas (Quality Control)

9
4. Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation)

H. Metode Pengawasan Koperasi

Secara garis besar pengawasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode pengawasan
kualitatif dan metode pengawasan kuantitatif.
Pengawasan kualitatif dilakukan oleh manajer untuk menjaga performance organisasi
secara keseluruhan, sikap serta performance karyawan.
Metode pengawasan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data, biasanya
digunakan untuk mengawasi kuantitas maupun kualitas produk. Ada beberapa cara yang biasa
digunakan untuk mengadakan pengawasan kuantitatif, antara lain: dengan menggunakan
anggaran, mengadakan auditing, analisis break even, analisis rasio dan sebagainya.

I. Manajemen Koperasi

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan


pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Manajemen koperasi tidak didasarkan pada pemaksaan wewenang, melainkan melalui
keterlibatan dan partisipasi. Para manajer professional koperasi menggunakan metode yang
sama seperti manajemen pada umumnya. Hanya saja nilai-nilai dan tujuan yang harus
diperjuangkan metode itulah yang membuat manajemen koperasi unik dan berbeda dari
manajemen lainnya. Fungsi utamanya adalah mengupayakan kepemimpinan koperasi bagi
anggota dan pengurus terpilih di dalam pengembangan kebijakan dan strategi yang akan
memberdayakan koperasi dalam mewujudkan cita-cita atau tujuannya.
Dengan menyatukan manajemen Koperasi sebagai bagian dari koperasi dan sebagai
representasi prinsip-prinsip penting koperasi itu sendiri, kita dapat mengembangkan
manajemen dan demokrasi di dalam koperasi sebagaimana dinyatakan Peter Davis, sebagai
berikut: “pengembangan prinsip-prinsip manajemen koperasi, akan membuat perusahaan
koperasi harus dikelola secara professional dan kooperatif sedemikian rupa sehingga
keterlibatan anggota dan demokrasi, akan tetap menjadi kunci keberhasilan dalam praktek
koperasi. Dengan memiliki prinsip-prinsip manajemen koperasi kita juga meletakkan dasar
sebagai criteria untuk menilai pelatihan-pelatihan manajemen koperasi, serta menilai kinerja
manajemen dalam koperasi “.

10
Proses Manajemen di Koperasi
1. Perencanaan (Planning)
Proses yang paling penting adalah fungsi perencanaan, yang merupakan fungsi paling
utama yang harus dijalankan oleh pihak manajemen koperasi. Pengurus dan manajer di
koperasi harus menyusun perencanaan penggunaan sumber daya manusia, modal, sarana fisik,
dan informasi yang dimiliki koperasi untuk mencapai tujuan koperasi yang telah disepakati
oleh para anggotanya. Perencanaan menyangkut masa depan. Bagaimana dengan kemampuan,
masalah, dan potensi yang dimiliki koperasi saat ini diarahkan untuk mencapai target-target
koperasi kearah yang lebih baik. Karenanya sebelum menyusun perencanaan pengurus dan
manejer koperasi harus melakukan identifikasi dan evaluasi terlebih dahulu apa target atau
sasaran apa saja yang sudah tercapai, kebutuhan pelayanan apa yang diinginkan oleh anggota
dan belum dipenuhi oleh koperasi, bagaimana kemampuan permodalan koperasi, termasuk
juga situasi persaingan usaha di lingkungan koperasi juga harus diperhitungkan.
Adapun langkah-langkah proses perencanaan yang dapat dilakukan oleh pengurus dan
manajer koperasi, diantaranya:
1. Pengurus bersama manajer menyusun rencana strategis dan taktis baik untuk jangka panjang
maupun jangka pendek.
2. Pengurus meminta manajer menyusun garis besar program operasional, selanjutnya dibahas
bersama dengan pengurus dan pengawas.
3. Manajer juga membuat anggaran untuk mencapai hasil yang dikehendaki, tanpa
mengabaikan struktur keuangan yang ada.
4. Berdasarkan rencana yang ada, dibuatlah kebijakan sebagai pedoman seluruh pelaksanaan.
5. Secara bersama menetapkan kebijakan personalia, karyawan usaha keuangan dan anggota
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Pengurus membuat rencana penerimaan dan belanja koperasi (RAPBK). Rencana yang telah
disusun dan RAPBK disampaikan dalam rapat anggota untuk dibahas dan mendapatkan
pengesahan
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian (organizing) merupakan Perancangan dan pemeliharaan sistem peran,
atau Proses pengaturan dan pengalokasian kerja, wewenang dan sumber daya di kalangan
anggota organisasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Faktor
Penting dalam Proses Pengorganisasian di Koperasi
1. Pembagian tugas (division of work)

11
2. Departementasi
3. Rentan manajemen/kendali (span of control), yang terdiri dari:
a)kompetensi dari pengurus, pengawas dan pengelola,
b)kompetensi dari bawahan (staff),
c)derajat variasi pekerjaan,
d)teknologi yang digunakan dalam organisasi
4. Pendelegasian wewengan (delegation of authority)

3. Actuating dan Leadership


Actuating dan leadership merupakan suatu proses menggerakkan dan menjalankan
organisasi agar orang-orang yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab dapat bekerja
menjalankan tugas untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Fungsi Penting:
1. Mengarahkan (Directing):
- Perintah (Tertulis : SOM, SOP, Juklak, Juknas, Lembar Tugas/disposisi tugas; Lisan)
- Disiplin
- Partisipasi
2. Komunikasi (formal, informal, vertikal, horizontal
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah
dilaksanakan, menilainya dan mengoreksinya dengan maksud agar pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.” Jenis - Jenis Pengawasan:
1. Pengawasan preventif : pengawasan yang bersifat pencegahan yang dilaksanakan
melalui suatu sistem pembinaan SDM pada semua eselon dalam organisasi dan
menentukan prosedur, pembagian tugas dan wewenang, termasuk di dalamnya
perencanaan dan pelaporan

2. Pengawasan korektif : pengawasan untuk memperbaiki bias, penyimpangan atau


kebocoran dari rencana, standar dan prosedur yang sudah ada ditentukan dalam suatu
organisasi.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Wirakoperasi berasal dari birokrat pada umumnya juga tidak mempunyai kebebasan
untuk bertindak karena kadang-kadang membawa misi tertentu dari pemerintah yang
kegiatannya terikat pada ketentuan yang berlaku. Tugas wirausaha koperasi yang utama adalah
menciptakan inovasi yang dapat memberikan perubahan yang bersifat positif dalam organisasi
usaha. Keberhasilan inovasi akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan
wirakoperasi, di samping kebebasan bertindak dari wirakoperasi tadi. Keberhasilan seorang
wirausaha koperasi tidak dapat dilihat dalam jangka pendek tetapi bertahap dalam jangka
panjang. Pada akhirnya perkembangan ekonomi suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh para
wirausaha yang berhasil termasuk wirausaha koperasi, karena setiap muncul inovasi baru akan
tumbuh berbagai aktivitas ekonomi yang berhubungan dengan produksi hasil ekonomi
tersebut. Pertumbuhan suatu koperasi sangat tergantung pada kemampuan para wirakoperasi
dalam menciptakan inovasi-inovasi baru yang bermanfaat bagi anggotanya.
Terlepas dari itu semua pada dasarnya setiap wirakoperasi mempunyai kewajiban
moral dalam meningkatkan pertumbuhan koperasi dengan mengusahakan agar koperasi
dengan jalan mengusahakan agar koperasi mempunyai keunggulan dibanding dengan
pesaingnya.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Sitip Halomoan Tamba, 2001, Koperasi, teori dan praktek, Jakarta : Erlangga
Jocken Ropke, 2000, Ekonomi dan koperasi, teori dan Manajemen (Terjemahan), Jakarta :
Graha Ilmu
Undang-undang Koperasi nomor 25 tahun 1992
Prof. Dr. Tiktik Sartika Partono, 2009, Ekonomi Koperasi, Jakarta : PT. Ghalia Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai