Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Koperasi,UKM, dan
Kewirausahaan
Disusun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya
tugas membuat makalah Karena tanpa izin dan kehendakNya kami selaku penulis tak
mampu menyelesaikan makalah ini dengan kekuatan sendiri.
Kami sebagai penulis mengetahui betul masih banyak sekali kesalahan yang terdapat
dalam tulisan makalah ini karena kami masih seorang pelajar dan pemula dalam tulis-
menulis yang masih jauh dari baik dan banyak kekurangan. Penulis meminta maaf dan
mengharapkan betul kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca
guna kemajuan dan kebaikan makalah ini ke depannya
UMKM dan Koperasi sebagai salah satu pilar utama pembangunan ekonomi nasional,
mampu menyerap jumlah tenaga kerja dan kesempatan berusaha. Sehingga dapat
meningkatkan kemampuan rakyat dan harkat martabat manusia sebagai salah satu tujuan
negara (Pemerintah) mencapai tujuan, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum bagi
seluruh rakyat Indonesia. Usaha Kecil dan Menengah merupakan sebuah istilah yang
mengacuke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri
sendiri.Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah
Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah daripersaingan
usaha yang tidak sehat.´Pertumbuhan UKM di Indonesia membawa dampak baik bagi
perkembangan ekonomi. Koperasi berpihak pada rakyat yang berekonomi menengah dan
rendah. Dalam koperasi nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya bersifat universal
dan merakyat maka tidaklah heran jika koperasi menjadi salah satu badan usaha yang
merakyat karena memang ada unsure kekeluargaan yang melekat.
Halaman iv
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
iii
I PENDAHULUAN 1
1.2. Permasalahan 1
II TINJAUAN PUSTAKA 2
III PENUTUP 15
3.1. Kesimpulan…………………………………………………... 15
3.2. Saran………………………………………………………….. 15
Daftar Pustaka…………………………………..………………… 16
BAB I
PENDAHULUAN
Ada kesan yang berkembang bahwa nilai-nilai dasar koperasi seperti kekeluargaan,
gotong-royong, demokrasi, dan kebersamaan yang melekat pada diri koperasi nampaknya
kurang dapat mengadopsi dengan cepat setiap perubahan lingkungan strategis. Demikian
pula halnya prinsip-prinsip koperasi itu sendiri dinilai kurang dapat memotivasi investor
untuk mengembangkan bisnisnya dengan wahana koperasi. Misalnya, prinsip demokrasi
yang dianut koperasi yaitu satu orang satu suara (one man one vote) nampaknya kurang
diminati para pemilik modal yang secara umum menginginkan jumlah suara dalam setiap
pengambilan keputusan ditentukan oleh jumlah modal yang diinvestasikannya. Padahal,
untuk memasuki pasar global dimana persaingan semakin keras baik yang menyangkut
persaingan kualitas produk, sumber daya manusia, persaingan penguasaan pasar, distribusi,
dan persaingan pelayanan terhadap para pelanggan sangat membutuhkan modal yang besar.
1.2 Permasalahan
Penulisan dalam makalah ini memuat tentang beberapa permasalahan yang akan dibahas,
diantaranya :
1
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Koperasi adalah Suatu organisasi atau suatu bisnis yang didirikan oleh seorang atau
beberapa anggota untuk mencapai tujuan bersama dan untuk mencapai keuntungan bersama
yang berdasarkan asas kekeluargaan. Suatu bentuk usaha yang juga dapat menolong
anggotanya untuk memenuhi kebutuhan anggotanya dalam kehidupan sehari- hari. Dengan
adanya koperasi bisa membuat anggota yang satu dan yang lain jika sebelumnya belum dekat
membuat beberapa anggota itu saling kenal dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Koperasi berasal dari kata ”co” yang berarti bersama dan ”operation” (operasi) artinya
bekerja. Jadi pengertian koperasi adalah kerja sama. Sedangkan pengertian umum, Koperasi
adalah suatu kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan sama, diikat dalam suatu
organisasi yang berasaskan kekeluargaan dengan maksud mensejahterakan anggota.
Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela
mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi
mereka,melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara demokratis. Terdapat
dua unsur yang paling berkaitan satu sama lain dalam
2
koperasi setidak-tidaknya. Unsur pertama adalah unsur ekonomi, sedangkan unsur
kedua adalah unsur sosial. Sebagai suatu bentuk perusahaan, koperasi berusaha
memperjuangkan pemenuhan kebutuhan ekonomi para anggotanya secara efisien. Sedangkan
sebagai perkumpulan orang, koperasi memiliki watak sosial.
Keuntungan bukanlah tujuan utama koperasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Bung
Hatta (1954), yang lebih diutamakan dalam koperasi adalah peningkatan kesejahteraan
ekonomi para anggotanya. Agar Koperasi tidak menyimpang dari tujuan itu, pembentukan
dan pengelolaan koperasi harus dilakukan secara demokratis. Pada saat pembentukannya,
koperasi harus dibentuk berdasarkan kesukarelaan dan kemauan bersama dari para pendirinya
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.
UMKM merupakan motor penting dari pertumbuhan ekonomi, inovasi dan progres
teknologi (Thornburg, 1993 dalam Tulus Tambunan 2009).Menurut Sri Winarni (2006) Pada
umumnya, usaha kecil mempunyai ciri antara lain sebagai berikut (1) Biasanya berbentuk
usaha perorangan dan belum berbadan hukum perusahaan, (2) Aspek legalitas usaha lemah,
(3) Struktur organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, (4)
Kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan antara
kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan, (5) Kualitas manajemen rendah dan jarang
yang memiliki rencana usaha, (6) Sumber utama modal usaha adalah modal pribadi,
(7) Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas, (8) Pemilik memiliki ikatan batin yang kuat
dengan perusahaan, sehingga seluruh kewajiban perusahaan juga menjadi kewajiban pemilik.
3
2.1.2 Perkembangan UMKM
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami peningkatan yang sangat
menjanjikan dikarenakan telah menyumbang 4,48 % dari PDB di dukung dari data BPS tahun
(2016-2017) dimana UMKM meningkat bukan hanya dari segi kuantitas melainkan tenaga kerja,
modal serta asset mereka.
UMKM
Lapangan Usaha
4
Skala Usaha
5
oleh sektor perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan dan
sektor pertanian, perburuan dan kehutanan masing-masing sebesar 51,2%, 9,6%,
dan 9,1%.
Perkembangan data usaha mikro, kecil, menengah dan usaha besar 2016-
2017
6
2.1.3 Perkembangan Koperasi
Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada
umumnya merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan
oleh orang-orang yang sangat kaya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika
penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem
kapitalisme semakin memuncak. Beberapa orang yang penghidupannya
sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan
beban ekonomi yang sama, secara spontan mempersatukan diri untuk menolong
dirinya sendiri dan manusia sesamanya.Dalam keadaan hidup demikian, pihak
kolonial terus-menerus mengintimidasi penduduk pribumi sehingga kondisi
sebagian besar rakyat sangat memprihatinkan. Di samping itu para rentenir,
pengijon dan lintah darat turut pula memperkeruh suasana. Mereka berlomba
mencari keuntungan yang besar dan para petani yang sedang menghadapi
kesulitan hidup, sehingga tidak jarang terpaksa melepaskan tanah miliknya
sehubungan dengan ketidakmampuan mereka mengembalikan hutang-hutangnya
yang membengkak akibat sistem bunga yang diterapkan pengijon.
7
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang. Klasifikasi usaha mikro, kecil, dan menengah dilihat dari
kriteria aset dan omzet sebagai berikut.
No. URAIAN KRITERIA
ASET OMZET
1 USAHA MIKRO Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2 USAHA KECIL > 50 Juta - 500 Juta > 300 Juta - 2,5 Miliar
3 USAHA MENENGAH > 500 Juta - 10 Miliar > 2,5 Miliar - 50 Miliar
Tabel 1. Klasfikasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Sumber : depkop.go.id)
Kebijakan pemerintah dalam Paket Kebijakan Ekonomi 2015-2016 yang
menyebut secara spesifik mengenai masalah pembiayaan UMKM adalah Paket
Kebijakan Ekonomi Ketiga, Keempat, dan Kesebelas. Dalam Paket Kebijakan
Ekonomi Ketiga yang dikeluarkan pada Oktober 2015, salah satu kebijakannya
adalah meningkatkan akses usaha mikro dan kecil ke pembiayaan melalui Kredit
Usaha Rakyat (KUR). Langkah – langkah yang diambil pemerintah antara lain
dengan menurunkan tingkat suku bunga KUR dari 22% menjadi 12%. Selain itu
keluarga berpenghasilan tetap, dipertegas dapat memperoleh KUR untuk sektor
usaha produktif. Kebijakan juga mengarah pada sektor perbankan agar dapat
mendorong masyarakat untuk ikut dalam KUR dan menciptakan wirausahawan –
wirausahawan baru.
Paket Kebijakan Ekonomi Ketiga ini berlanjut dengan dikeluarkannya Paket
Kebijakan Ekonomi Keempat pada bulan yang sama dan masih membahas
mengenai Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pembiayaan UMKM. Paket
Kebijakan Ekonomi Keempat memperluas cakupan penerima KUR perorangan
dan badan usaha meliputi UMKM yang produktif, calon TKI yang bekerja di luar
negeri, anggota keluarga dari karyawan/karyawati atau TKI yang berpenghasilan
tetap, dan TKI yang purna bekerja di luar negeri. Selain itu pemerintah juga
melakukan perubahan pada Permenko Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat dengan menggantinya menjadi Permenko
Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat hingga
terakhir dikeluarkannya Permenko Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Permenko Nomor 8 Tahun 2015. Pokok materi yang diubah adalah mengenai
8
usaha produktif penerima KUR. Dalam Permenko Nomor 6 Tahun 2015,
penerima kredit hanya sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan dan
perdagangan yang terkait tiga sektor tersebut. Sekarang penerima KUR berubah
menjadi lima sektor yaitu sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan,
perdagangan (semua perdagangan), dan jasa.
Selain kebijakan pembiayaan melalui KUR, pemerintah terus mendorong
perkembangan UMKM dengan mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi
Kesebelas yang salah satu kebijakannya berfokus pada pembiayaan UMKM
berorientasi ekspor. Dalam Paket Kebijakan Ekonomi Kesebelas yang
dikeluarkan pada Maret 2016 ini, pemerintah memberikan fasilitas kredit
bernama Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor (KURBE). KURBE bertujuan
menjadi stimulus bagi pelaku UMKM untuk dapat meningkatkan kualitas dari
produknya agar meningkatkan daya saing produk ekspor UMKM yang berbasis
kerakyatan. Hal ini dilakukan karena walaupun kontribusi UMKM terhadap PDB
dan penyerapan tenaga kerja cukup besar, tetapi belum diimbangi dengan
kontribusi terhadap global supply chain. KURBE terdiri Kredit Modal Kerja
Ekspor (KMKE) dan Kredit Investasi Ekspor (KIE) dengan tingkat suku bunga
9% tanpa subsidi. Jangka waktu untuk KMKE adalah tiga tahun sedangkan untuk
KIE adalah lima tahun. Di samping itu, pemerintah juga memberikan batas
maksimal pembiayaan yaitu dari 5 Milyar untuk Usaha Mikro, 25 Milyar untuk
Usaha Kecil, dan 50 Milyar untuk Usaha Menengah.
Adanya perluasan cakupan KUR dan KURBE melalui kebijakan
pemerintah tersebut mendorong masyarakat untuk dapat terjun dalam kegiatan
perekonomian melalui penciptaan UMKM baru. Implementasi kebijakan tersebut
dapat dilihat dari kemudahan akses masyarakat terhadap pembiayaan yang
tercermin dari besaran kredit yang dikeluarkan oleh bank dalam periode setelah
kebijakan tersebut dikeluarkan. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, terjadi
kenaikan jumlah kredit yang diberikan kepada sektor UMKM oleh perbankan
pada periode Oktober 2015 sampai dengan April 2016. Hal ini menunjukkan
bahwa Paket Kebijakan Ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah ditanggapi
positif oleh para pelaku bisnis. Dengan mempermudah akses terhadap
pembiayaan untuk kegiatan produktif, masyarakat terdorong untuk menjadi
9
wirausahawan baru dan ikut aktif dalam penciptaan lapangan kerja baru
melalui sektor UMKM.
450000
400000
350000
300000
250000 Mikro
Kecil
200000
Menengah
150000
100000
50000
0
Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16
10
makin berakar dalam masyarakat, serta menjadi badan usaha yang sehat
dan mampu berperan di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi
rakyat, dalam upaya mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Untuk itu, maka pembangunan koperasi diselenggarakan melalui
peningkatan kemampuan organisasi, manajemen, kewiraswastaan, dan
permodalan dengan di dukung oleh peningkatan jiwa dan semangat berkoperasi
menuju pemantapan perannya sebagai sokoguru perekonomian nasional.
11
3) Fasilitasi pengembangan sistem distribusi bagi koperasi dan
pengusaha kecil dan menengah.
12
2.1.6 Peranan UMKM dan Koperasi
13
sektor ini. Dalam data Badan Pusat Statistik (2014) pada periode tahun
1997-2012 jumlah pelaku sektor UMKM meningkat dari angka 39.765.110 unit
di tahun 1997 menjadi 56.534.592 unit di tahun 2012. Angka ini terus bergerak
hingga mencapai 57, 89 juta unit di tahun 2014 dan diprediksi akan terus
bertambah di tahun 2016. Berkembangnya jumlah pelaku UMKM tentu saja
membuka banyak lapangan usaha baru. Penciptaan lapangan kerja baru dapat
memecahkan masalah pengangguran dan kemiskinan melalui penyerapan tenaga
kerja.
1997
120 000 000 1998
1999
100 000 000 2000
2001
80 000 000 2002
2003
60 000 000 2004
2005
40 000 000 2006
2007
20 000 000 2008
2009
0 2010
Jumlah Tenaga Kerja UMKM 2011
2012
Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja UMKM (Sumber : Badan Pusat Statistik)
dibutuhkan di Indonesia, walau demikian pemerintah harus berani
mengeluarkan kebijakan ekonomi yang semakin memperluas kesempatan para
pelaku ekonomi untuk ikut serta dalam sektor-sektor ekonomi yang masih
didominasi oleh para pelaku ekonomi dalam pasar jenis ini. Begitu pula dengan
pasar oligopoli, sepanjang tidak merugikan atau justru mematikan pelaku-
pelaku ekonomi lainnya yang menghasilkan produk sejenis, pasar oligopoli
masih diperlukan di Indonesia, karena dalam jangka waktu tertentu para pelaku
ekonomi dalam pasar ini dapat memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi
pembangunan Indonesia. Namun tentu saja pemerintah harus terus mengawasi
para produsen yang ada dalam pasar ini agar para pelaku ekonomi lainnya
terutama Usaha dan Kecil Menengah (UKM) tidak malah tersisih karena
persaingan yang tidak sehat di antara mereka. Pemerintah pun harus
mendorong para pelaku ekonomi dalam pasar oligopoli untuk mentransfer
keahlian dan kemajuan teknologi usaha mereka kepada para pelaku ekonomi di
sektor UKM.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16