Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KELOMPOK 1

Perkembangan, dan Kebijakan Mengenai Koperasi Serta UMKM di Indonesia

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Koperasi,UKM, dan
Kewirausahaan

Dosen Pengampu: Drs. Rusdianto, M.Sc.

Disusun Oleh :

Miko Sondang (11170840000056)

Dandi Muhammad Latif (111708400000104)

Mega Suci (11170840000062)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa atas terselesaikannya
tugas membuat makalah Karena tanpa izin dan kehendakNya kami selaku penulis tak
mampu menyelesaikan makalah ini dengan kekuatan sendiri.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terkait dalam


penyelesaian makalah ini, terutama kepada bapak Drs. Rusdianto, M.Sc. selaku dosen
yang telah memberikan arahan terkait pengerjaan makalah ini. Begitu juga kepada pihak
yang kami jadikan sumber acuan pembuat makalah ini seperti para penulis yang buku
beliau kami gunakan sebagai referensi

Kami sebagai penulis mengetahui betul masih banyak sekali kesalahan yang terdapat
dalam tulisan makalah ini karena kami masih seorang pelajar dan pemula dalam tulis-
menulis yang masih jauh dari baik dan banyak kekurangan. Penulis meminta maaf dan
mengharapkan betul kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca
guna kemajuan dan kebaikan makalah ini ke depannya

Jakarta, 26 Maret 2019


Penulis
ABSTARK

UMKM dan Koperasi sebagai salah satu pilar utama pembangunan ekonomi nasional,
mampu menyerap jumlah tenaga kerja dan kesempatan berusaha. Sehingga dapat
meningkatkan kemampuan rakyat dan harkat martabat manusia sebagai salah satu tujuan
negara (Pemerintah) mencapai tujuan, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum bagi
seluruh rakyat Indonesia. Usaha Kecil dan Menengah merupakan sebuah istilah yang
mengacuke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri
sendiri.Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah
Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah daripersaingan
usaha yang tidak sehat.´Pertumbuhan UKM di Indonesia membawa dampak baik bagi
perkembangan ekonomi. Koperasi berpihak pada rakyat yang berekonomi menengah dan
rendah. Dalam koperasi nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya bersifat universal
dan merakyat maka tidaklah heran jika koperasi menjadi salah satu badan usaha yang
merakyat karena memang ada unsure kekeluargaan yang melekat.

Kata kunci: Koperasi,UMKM


DAFTAR ISI

Halaman iv

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

iii

I PENDAHULUAN 1

. 1.1. Latar Belakang Masalah………………..…………………….. 1

1.2. Permasalahan 1

1.3. Rumusan Masalah …………………………………………… 1

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………… 2

II TINJAUAN PUSTAKA 2

2.1 Landasan Teori………………………………………………… 2

2.1.1. Koperasi dan UMKM…. …………….………………… 2

2.1.2. Perkembangan UMKM………….…………………….. 4


2.1.3. Perkembangan Koperasi…….………………………… 7

2.1.4 Kebijakan UMKM……………………………………… 7

2.1.5. Kebijakan Koperasi…………………………………….. 10

2.1.6. Peranan UMKM dan Koperasi……….………………... 13

III PENUTUP 15

3.1. Kesimpulan…………………………………………………... 15

3.2. Saran………………………………………………………….. 15

Daftar Pustaka…………………………………..………………… 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada kesan yang berkembang bahwa nilai-nilai dasar koperasi seperti kekeluargaan,
gotong-royong, demokrasi, dan kebersamaan yang melekat pada diri koperasi nampaknya
kurang dapat mengadopsi dengan cepat setiap perubahan lingkungan strategis. Demikian
pula halnya prinsip-prinsip koperasi itu sendiri dinilai kurang dapat memotivasi investor
untuk mengembangkan bisnisnya dengan wahana koperasi. Misalnya, prinsip demokrasi
yang dianut koperasi yaitu satu orang satu suara (one man one vote) nampaknya kurang
diminati para pemilik modal yang secara umum menginginkan jumlah suara dalam setiap
pengambilan keputusan ditentukan oleh jumlah modal yang diinvestasikannya. Padahal,
untuk memasuki pasar global dimana persaingan semakin keras baik yang menyangkut
persaingan kualitas produk, sumber daya manusia, persaingan penguasaan pasar, distribusi,
dan persaingan pelayanan terhadap para pelanggan sangat membutuhkan modal yang besar.

1.2 Permasalahan

Penulisan dalam makalah ini memuat tentang beberapa permasalahan yang akan dibahas,
diantaranya :

1) Perkembangan koperasi, serta UMKM di Indonesia

2) Kebijakan Pemerintah dalam Koperasi serta UMKM di Indonesia

1.3 Rumusan Masalah

1) Apakah yang dimaksud dengan Koperasi dan UMKM?

2) Bagaimana Perkembangan Koperasi dan UMKM?

3) Apa Kebijakan Pemerintah terhadap perkembangan Koperasi dan UMKM?

4) Peranan Koperasi dan UMKM?

1
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1) Mengetahui koperasi dan UMKM

2) Mengetahui perkembangan koperasi dan UMKM di.Indonesia.

3) Mengetahui kebijakan pemerintah terhadap koperasi dan UMKM.

4) Mengetahui Peranan Koperasi dan UMKM.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 .Landasan Teori

2.1.1 Koperasi dan UMKM

Koperasi adalah Suatu organisasi atau suatu bisnis yang didirikan oleh seorang atau
beberapa anggota untuk mencapai tujuan bersama dan untuk mencapai keuntungan bersama
yang berdasarkan asas kekeluargaan. Suatu bentuk usaha yang juga dapat menolong
anggotanya untuk memenuhi kebutuhan anggotanya dalam kehidupan sehari- hari. Dengan
adanya koperasi bisa membuat anggota yang satu dan yang lain jika sebelumnya belum dekat
membuat beberapa anggota itu saling kenal dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Koperasi berasal dari kata ”co” yang berarti bersama dan ”operation” (operasi) artinya
bekerja. Jadi pengertian koperasi adalah kerja sama. Sedangkan pengertian umum, Koperasi
adalah suatu kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan sama, diikat dalam suatu
organisasi yang berasaskan kekeluargaan dengan maksud mensejahterakan anggota.
Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela
mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi
mereka,melalui pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara demokratis. Terdapat
dua unsur yang paling berkaitan satu sama lain dalam

2
koperasi setidak-tidaknya. Unsur pertama adalah unsur ekonomi, sedangkan unsur
kedua adalah unsur sosial. Sebagai suatu bentuk perusahaan, koperasi berusaha
memperjuangkan pemenuhan kebutuhan ekonomi para anggotanya secara efisien. Sedangkan
sebagai perkumpulan orang, koperasi memiliki watak sosial.
Keuntungan bukanlah tujuan utama koperasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Bung
Hatta (1954), yang lebih diutamakan dalam koperasi adalah peningkatan kesejahteraan
ekonomi para anggotanya. Agar Koperasi tidak menyimpang dari tujuan itu, pembentukan
dan pengelolaan koperasi harus dilakukan secara demokratis. Pada saat pembentukannya,
koperasi harus dibentuk berdasarkan kesukarelaan dan kemauan bersama dari para pendirinya
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.
UMKM merupakan motor penting dari pertumbuhan ekonomi, inovasi dan progres
teknologi (Thornburg, 1993 dalam Tulus Tambunan 2009).Menurut Sri Winarni (2006) Pada
umumnya, usaha kecil mempunyai ciri antara lain sebagai berikut (1) Biasanya berbentuk
usaha perorangan dan belum berbadan hukum perusahaan, (2) Aspek legalitas usaha lemah,
(3) Struktur organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, (4)
Kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan antara
kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan, (5) Kualitas manajemen rendah dan jarang
yang memiliki rencana usaha, (6) Sumber utama modal usaha adalah modal pribadi,
(7) Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas, (8) Pemilik memiliki ikatan batin yang kuat
dengan perusahaan, sehingga seluruh kewajiban perusahaan juga menjadi kewajiban pemilik.

3
2.1.2 Perkembangan UMKM

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami peningkatan yang sangat
menjanjikan dikarenakan telah menyumbang 4,48 % dari PDB di dukung dari data BPS tahun
(2016-2017) dimana UMKM meningkat bukan hanya dari segi kuantitas melainkan tenaga kerja,
modal serta asset mereka.

a) Data UMKM BPS

Posisi Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 1


pada Bank Umum (miliar rupiah), 2016-2017

Rincian 2016 2017

UMKM

Lapangan Usaha

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 75 744 89 199

Pertambangan dan Penggalian 5 264 6 034

Industri Pengolahan 86 775 95 998

Pengadaan Listrik dan Gas 2 899 3 789

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur


Ulang 1 334 1 456

Konstruksi 53 993 63 594

4
Skala Usaha

Mikro 195 621 221 409

Kecil 255 504 282 774

Menengah 405 832 438 205

Kredit dengan Penjaminan Tertentu 2)

Mikro 6 364 67 230

Kecil 23 366 42 643

Menengah 2 188 9 727

b) Data UMKM Bank Indonesia

Pangsa Kredit UMKM

Menurut kalsifikasi usaha, sebagian besar kredit UMKM disalurkan


pada kredit usaha menengah yaitu 44,4% dan selebihnya kepada kredit usaha
kecil 30,1% dan kredit usaha mikro sebesar 25,5%. Menurut sektor ekonomi,
penyaluran kredit kepada usaha mikro kecil dan menengah masih didominasi

5
oleh sektor perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan dan
sektor pertanian, perburuan dan kehutanan masing-masing sebesar 51,2%, 9,6%,
dan 9,1%.

c) Data Dari Kementrian UMKM

Perkembangan data usaha mikro, kecil, menengah dan usaha besar 2016-
2017

Perkembangan UMKM menurut data kementrian koperasi terdapat


beberapa indikator. Dengan indikator unit usaha nengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya sebesar 2,06 % dengan jumlah 1.271 440 unit. Pada indikator
tenaga kerja perkembangan meningkat sejumlah 3.844.806 sebesar 3.14%

6
2.1.3 Perkembangan Koperasi
Sejarah singkat gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada
umumnya merupakan hasil dari usaha yang tidak spontan dan tidak dilakukan
oleh orang-orang yang sangat kaya. Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika
penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem
kapitalisme semakin memuncak. Beberapa orang yang penghidupannya
sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan
beban ekonomi yang sama, secara spontan mempersatukan diri untuk menolong
dirinya sendiri dan manusia sesamanya.Dalam keadaan hidup demikian, pihak
kolonial terus-menerus mengintimidasi penduduk pribumi sehingga kondisi
sebagian besar rakyat sangat memprihatinkan. Di samping itu para rentenir,
pengijon dan lintah darat turut pula memperkeruh suasana. Mereka berlomba
mencari keuntungan yang besar dan para petani yang sedang menghadapi
kesulitan hidup, sehingga tidak jarang terpaksa melepaskan tanah miliknya
sehubungan dengan ketidakmampuan mereka mengembalikan hutang-hutangnya
yang membengkak akibat sistem bunga yang diterapkan pengijon.

2.1.4 Kebijakan UMKM

Menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,


Kecil, dan Menengah, pengertian UMKM dibagi menjadi pengertian Usaha
Kecil, Usaha Mikro, dan Usaha Menengah. Usaha Mikro adalah usaha produktif
milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Usaha Kecil adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Usaha
Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan

7
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang. Klasifikasi usaha mikro, kecil, dan menengah dilihat dari
kriteria aset dan omzet sebagai berikut.
No. URAIAN KRITERIA
ASET OMZET
1 USAHA MIKRO Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2 USAHA KECIL > 50 Juta - 500 Juta > 300 Juta - 2,5 Miliar
3 USAHA MENENGAH > 500 Juta - 10 Miliar > 2,5 Miliar - 50 Miliar
Tabel 1. Klasfikasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Sumber : depkop.go.id)
Kebijakan pemerintah dalam Paket Kebijakan Ekonomi 2015-2016 yang
menyebut secara spesifik mengenai masalah pembiayaan UMKM adalah Paket
Kebijakan Ekonomi Ketiga, Keempat, dan Kesebelas. Dalam Paket Kebijakan
Ekonomi Ketiga yang dikeluarkan pada Oktober 2015, salah satu kebijakannya
adalah meningkatkan akses usaha mikro dan kecil ke pembiayaan melalui Kredit
Usaha Rakyat (KUR). Langkah – langkah yang diambil pemerintah antara lain
dengan menurunkan tingkat suku bunga KUR dari 22% menjadi 12%. Selain itu
keluarga berpenghasilan tetap, dipertegas dapat memperoleh KUR untuk sektor
usaha produktif. Kebijakan juga mengarah pada sektor perbankan agar dapat
mendorong masyarakat untuk ikut dalam KUR dan menciptakan wirausahawan –
wirausahawan baru.
Paket Kebijakan Ekonomi Ketiga ini berlanjut dengan dikeluarkannya Paket
Kebijakan Ekonomi Keempat pada bulan yang sama dan masih membahas
mengenai Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pembiayaan UMKM. Paket
Kebijakan Ekonomi Keempat memperluas cakupan penerima KUR perorangan
dan badan usaha meliputi UMKM yang produktif, calon TKI yang bekerja di luar
negeri, anggota keluarga dari karyawan/karyawati atau TKI yang berpenghasilan
tetap, dan TKI yang purna bekerja di luar negeri. Selain itu pemerintah juga
melakukan perubahan pada Permenko Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat dengan menggantinya menjadi Permenko
Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat hingga
terakhir dikeluarkannya Permenko Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Permenko Nomor 8 Tahun 2015. Pokok materi yang diubah adalah mengenai

8
usaha produktif penerima KUR. Dalam Permenko Nomor 6 Tahun 2015,
penerima kredit hanya sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan dan
perdagangan yang terkait tiga sektor tersebut. Sekarang penerima KUR berubah
menjadi lima sektor yaitu sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan,
perdagangan (semua perdagangan), dan jasa.
Selain kebijakan pembiayaan melalui KUR, pemerintah terus mendorong
perkembangan UMKM dengan mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi
Kesebelas yang salah satu kebijakannya berfokus pada pembiayaan UMKM
berorientasi ekspor. Dalam Paket Kebijakan Ekonomi Kesebelas yang
dikeluarkan pada Maret 2016 ini, pemerintah memberikan fasilitas kredit
bernama Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor (KURBE). KURBE bertujuan
menjadi stimulus bagi pelaku UMKM untuk dapat meningkatkan kualitas dari
produknya agar meningkatkan daya saing produk ekspor UMKM yang berbasis
kerakyatan. Hal ini dilakukan karena walaupun kontribusi UMKM terhadap PDB
dan penyerapan tenaga kerja cukup besar, tetapi belum diimbangi dengan
kontribusi terhadap global supply chain. KURBE terdiri Kredit Modal Kerja
Ekspor (KMKE) dan Kredit Investasi Ekspor (KIE) dengan tingkat suku bunga
9% tanpa subsidi. Jangka waktu untuk KMKE adalah tiga tahun sedangkan untuk
KIE adalah lima tahun. Di samping itu, pemerintah juga memberikan batas
maksimal pembiayaan yaitu dari 5 Milyar untuk Usaha Mikro, 25 Milyar untuk
Usaha Kecil, dan 50 Milyar untuk Usaha Menengah.
Adanya perluasan cakupan KUR dan KURBE melalui kebijakan
pemerintah tersebut mendorong masyarakat untuk dapat terjun dalam kegiatan
perekonomian melalui penciptaan UMKM baru. Implementasi kebijakan tersebut
dapat dilihat dari kemudahan akses masyarakat terhadap pembiayaan yang
tercermin dari besaran kredit yang dikeluarkan oleh bank dalam periode setelah
kebijakan tersebut dikeluarkan. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, terjadi
kenaikan jumlah kredit yang diberikan kepada sektor UMKM oleh perbankan
pada periode Oktober 2015 sampai dengan April 2016. Hal ini menunjukkan
bahwa Paket Kebijakan Ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah ditanggapi
positif oleh para pelaku bisnis. Dengan mempermudah akses terhadap
pembiayaan untuk kegiatan produktif, masyarakat terdorong untuk menjadi

9
wirausahawan baru dan ikut aktif dalam penciptaan lapangan kerja baru
melalui sektor UMKM.

450000

400000

350000

300000

250000 Mikro
Kecil
200000
Menengah
150000

100000

50000

0
Okt-15 Nov-15 Des-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16

Tabel 2. Perkembangan Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Oktober


2015-April 2016 (Sumber : Bank Indonesia)

2.1.5 Kebijakan Koperasi


Implementasi kebijakan Otonomi Daerah berdasarkan UU 22/1999
tentang Pemerintahan Daerah telah membawa paradigma baru dalam
penyelenggaraan pemerintahan di daerah serta dalam hubungan antara Pusat
dengan Daerah.Kebijakan Otonomi Daerah memberikan kewenangan yang
luas kepada Daerah untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya
atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undang yang berlaku.

Dalam rangka implementasi kebijakan Otonomi Daerah, pembinaan


terhadap kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi perlu menjadi perhatian.
Pembinaan terhadap kelompok usaha kecil, menengah dan koperasi bukan hanya
menjadi tanggung jawab Pusat tetapi juga menjadi kewajiban dan tanggung jawab
Daerah untuk mengembangkan koperasi menjadi makin maju, makin mandiri, dan

10
makin berakar dalam masyarakat, serta menjadi badan usaha yang sehat
dan mampu berperan di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi
rakyat, dalam upaya mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Untuk itu, maka pembangunan koperasi diselenggarakan melalui
peningkatan kemampuan organisasi, manajemen, kewiraswastaan, dan
permodalan dengan di dukung oleh peningkatan jiwa dan semangat berkoperasi
menuju pemantapan perannya sebagai sokoguru perekonomian nasional.

Dengan UU 22/1999 pemberian otonomi kepada Daerah Kabupaten


dan Daerah Kota didasarkan kepada azas desentralisasi saja dalam wujud
otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.Daerah memiliki
kewenangan yang mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan,
kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, dan agama.Dengandemikian daerah mempunyai
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Jadi UU Nomor 22 Tahun 1999 memberikan hak kepada daerah berupa


kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya.Pengaturan dan pengurusan kepentingan masyarakat tersebut
merupakan prakarsa daerah sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dan bukan
lagi merupakaninstruksi dari pusat.Sehingga daerah dituntut untuk responsif
dan akomodatif terhadap tuntutan dan aspirasi masyarakatnya.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 ditetapkan


kewenanganPemerintah (Pusat) di bidang perkoperasian yang meliputi :

1) Penetapan pedoman akuntansi koperasi dan pengusaha kecil


menengah.

2) Penetapan pedoman tatacara penyertaan modal pada koperasi.

11
3) Fasilitasi pengembangan sistem distribusi bagi koperasi dan
pengusaha kecil dan menengah.

4) Fasilitasi kerjasama antar koperasi dan pengusaha kecil


menengah serta kerjasama dengan badan usaha lain.

Sedangkan selain kewenangan tersebut di atas menjadi kewenangan Daerah,


termasuk di dalamnya untuk pembinaan terhadap pengusaha kecil, menengah dan
koperasi.Sesuai dengan kewenangan Daerah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat termasuk di dalamnya kepentingan dari pengusaha kecil,
menengah dan koperasi.

Di Indonesia, ide-ide perkoperasian diperkenalkan pertama kali oleh Patih


di Purwokerto, Jawa Tengah, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896
mendirikan sebuah Bank untuk Pegawai Negeri. Cita-cita semangat tersebut
selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode. Implementasi undang-
undang otonomi daerah, akan memberikan dampak positif bagi koperasi dalam hal
alokasi sumber daya alam dan pelayanan pembinaan lainnya. Namun koperasi akan
semakin menghadapi masalah yang lebih intensif dengan pemerintah daerah dalam
bentuk penempatan lokasi investasi dan skala kegiatan koperasi . Karena azas
efisiensi akan mendesak koperasi untuk membangun jaringan yang luas dan mungkin
melampaui batas daerah otonom. Peranan advokasi oleh gerakan koperasi untuk
memberikan orientasi kepada Pemerintah didaerah semakin penting. Dengan
demikian peranan pemerintah di tingkat Propinsi yang diserahi tugas untuk
pengembangan koperasi harus mampu menjalankan fungsi intermediasi semacam ini.
Mungkin juga dalam hal lain yang berkaitan dengan pemanfaatan infrastruktur
daerah yang semula menjadi kewenangan pusat.

12
2.1.6 Peranan UMKM dan Koperasi

Sektor UMKM diharapkan dapat menjadi salah satu pilar perekonomian


Indonesia. Hal ini sejalan dengan nawacita dari Presiden Joko Widodo dimana
pemerintah berusaha untuk membangun kemandirian ekonomi dengan cara
mengembangkan sektor ekonomi domestik. Dengan kuatnya sektor ekonomi
domestik, gejolak perekonomian dunia tidak akan memberikan pengaruh
signifikan dan dapat diredam oleh pertumbuhan dari sektor ekonomi domestik.
Kontribusi UMKM dalam perekenomian dapat dilihat dari kontribusi sektor ini
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2017) tentang kontribusi


pendapatan UMKM terhadap Produk Domestik Bruto, besaran sumbangan
pendapatan dari sektor UMKM meningkat dari tahun ke tahun. Dalam lima tahun
terakhir, kontribusi sektor UMKM terhadap Produk Domestik Bruto meningkat
dari 57,84% hingga 60,34% (Kemenperin, 2017).

Tabel 3. Sumbangan UMKM terhadap PDB (Sumber : BPS, Kementrian Kopersi)

Di Kawasan ASEAN, pelaku usaha UMKM memiliki jumlah yang sangat


besar dan tersebar di berbagai sektor usaha. Di Indonesia sendiri pelaku usaha
UMKM terus bertambah seiring dengan dukungan dari pemerintah terhadap

13
sektor ini. Dalam data Badan Pusat Statistik (2014) pada periode tahun
1997-2012 jumlah pelaku sektor UMKM meningkat dari angka 39.765.110 unit
di tahun 1997 menjadi 56.534.592 unit di tahun 2012. Angka ini terus bergerak
hingga mencapai 57, 89 juta unit di tahun 2014 dan diprediksi akan terus
bertambah di tahun 2016. Berkembangnya jumlah pelaku UMKM tentu saja
membuka banyak lapangan usaha baru. Penciptaan lapangan kerja baru dapat
memecahkan masalah pengangguran dan kemiskinan melalui penyerapan tenaga
kerja.
1997
120 000 000 1998
1999
100 000 000 2000
2001
80 000 000 2002
2003
60 000 000 2004
2005
40 000 000 2006
2007
20 000 000 2008
2009
0 2010
Jumlah Tenaga Kerja UMKM 2011
2012
Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja UMKM (Sumber : Badan Pusat Statistik)
dibutuhkan di Indonesia, walau demikian pemerintah harus berani
mengeluarkan kebijakan ekonomi yang semakin memperluas kesempatan para
pelaku ekonomi untuk ikut serta dalam sektor-sektor ekonomi yang masih
didominasi oleh para pelaku ekonomi dalam pasar jenis ini. Begitu pula dengan
pasar oligopoli, sepanjang tidak merugikan atau justru mematikan pelaku-
pelaku ekonomi lainnya yang menghasilkan produk sejenis, pasar oligopoli
masih diperlukan di Indonesia, karena dalam jangka waktu tertentu para pelaku
ekonomi dalam pasar ini dapat memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi
pembangunan Indonesia. Namun tentu saja pemerintah harus terus mengawasi
para produsen yang ada dalam pasar ini agar para pelaku ekonomi lainnya
terutama Usaha dan Kecil Menengah (UKM) tidak malah tersisih karena
persaingan yang tidak sehat di antara mereka. Pemerintah pun harus
mendorong para pelaku ekonomi dalam pasar oligopoli untuk mentransfer
keahlian dan kemajuan teknologi usaha mereka kepada para pelaku ekonomi di
sektor UKM.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mengingat pentingnya persaingan Berdasarkan dari data – data dan


pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pemerintah terus mendorong perkembangan sektor UMKM dan Koperasi sebagai
salah satu pilar perekonomian Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
kebijakan pemerintah yang berfokus pada pertumbuhan sektor UMKM di
Indonesia. Kebijkana yang sehat guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang
sehat dan efisien, maka selain peraturan kehati-hatian untuk mencegah
peningkatan resiko terjadinya krisis dan peraturan perlindungan seperti perhatian
dari pihak yang berwajib untuk melindungi UMKM dan Koperasi yang sangat
diperlukan kebijakan peraturan persaingan (competitive regulation) yang selama
ini belum menjadi perhatian utama dan belum ada aturan yang jelas.

3.2 Saran

Dibutuhkan Perhatian khusus oleh semua pihak khususnya pemerintah


terhadap usaha yang bermodal rendah supaya dapat bergerak dan berkontribusi
lebih besar lagi.

Pemerintah harus lebih tegas lagi apabila pemerintah masih


menghadapi koperasi yang masih memanfaatkan keadaan pemerintah dalam
kebijakan memberikan berbagai bantuan dengan cara tidak cuma-cuma
melainkan koperasi wajib mengembalikan bantuan dari pemerintah tersebut
dengan jangka waktu yang ditentukan oleh pemerintah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Harsoyo, Y., dkk 2006. “Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan

Muhammad, Firdaus 2004. “ Perkoperasian Sejarah, Teori, dan Praktek

Ikraith Ekonomika VOL 2 NO 2 Bulan Juli 2019. 87 Jurnal Entrepreneur dan


Entrepreneurship, 5(1), 19-. 25. Gunartin

Bank Indonesia. Kredit UMKM (online)


(https://www.bi.go.id/id/umkm/kredit/data/Pages/Data-Kredit-UMKM-Agustus--
2018.aspx , diakses 26 aret 2019 pukul 9,45 WIB)

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2016), Klasifikasi


UMKM, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
http://www.depkop.go.id/
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992. tentang Perkoperasian Indonesia.
Kementerian Keuangan (2016), berita/Peran Penting UKM Dorong
Perekonomian Indonesia, Kementerian Keuangan.
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/peran-penting-ukm-dorong-perekonomian-
indonesia
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2016), Klasifikasi
UMKM, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
http://www.depkop.go.id/
Kementerian Perindustrian (2016), Kontribusi UMKM Naik, Kemenperin.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/14200/Kontribusi-UMKM-Naik

16

Anda mungkin juga menyukai