Anda di halaman 1dari 53

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN

MANAJERIAL , DEWAN DIREKSI, DEWAN KOMISARIS, KOMITE


AUDIT, KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN SUB SEKTOR FARMASI DI BEI

OLEH:

NAMA : PUTU AGUS ARCANA SURYA


NIM : 2102622010357
PRODI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul "PENGARUH KEPEMILIKAN

INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL , DEWAN DIREKSI,

DEWAN KOMISARIS, KOMITE AUDIT, KEPEMILIKAN MANAJERIAL

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN SUB SEKTOR FARMASI DI BEI”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan

dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam

penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Ibu Dr. Putu Kepramareni, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar.

2. Ibu Ni Nyoman Ayu Suryandari, SE, M.Si, Ak.,CA.,CRM selaku Ketua

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Mahasaraswati Denpasar.

3. Ibu Made Laksmi Sena Hartini, SE.,M.Ak selaku Pembimbing Akademis.

4. Ibu Ni Luh Gde Novitasari, SE., M.Si., Ak., CA selaku Pembimbing I atas

waktu, bimbingan, masukan serta motivasi sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Ni Luh Putu Widhiastuti, SE., M.Si selaku Pembimbing II atas bimbingan

dan masukan dalam penyusunan skripsi.

i
6. Orang tua tercinta, terimakasih atas doa, dukungan, serta nasihat yang tulus

tiada hentinya untuk memotivasi penulis dalam studi serta dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga tercinta atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya

untuk memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman atas dukungan, motivasi dan masukannya.

9. Kepada seorang mahasiswa yang memiliki NIM 1902622010557 atas

dukungan, dan semangat yang diberikan untuk memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada diri saya sendiri atas semangat dan tetap bertahan hingga tahap akhir

ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan

kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian skripsi ini diharapkan

dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, 28 Januari 2023

Ni Luh Gede Kumara Yanti

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha tempat untuk berkumpulnya

tenaga kerja, modal, sumber daya alam yang bertujuan untuk memperoleh

keuntungan yang sebesar-besarnya. Perusahaan dikatakan memberikan

pengembalian yang menguntungkan bagi pemilik perusahaan serta dapat terus

berkembang apabila perusahaan memperoleh profit yang maksimal.

Mempertahankan keberlangsungan perusahaan adalah hal penting yang harus

dilakukan untuk mempertahankan perusahaan, terutama menyangkut

kesejahteraan para pemiliknya. Tujuan utama perusahaan yang sudah go public

public (perusahaan yang menawarkan sahamnya pada publik) yaitu untuk

menghasilkan profit guna meningkatkan kemakmuran pemegang saham melalui

peningkatan nilai perusahaan yang mana dapat menggambarkan keadaan

perusahaan. Pandangan perusahaan yang bernilai menurut investor, dilihat dari

semakin baik nilai suatu perusahaan (Linda Safitri, 2019). Nilai Perusahaan

merupakan kondisi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran

dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses

kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai

dengan saat ini. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi

suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga

memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama

1
2

perusahaan (Kurniasih dan Ruzikna 2017). Berdasarkan jaminan kesejahteraan

tersebut, para pemegang saham tidak akan ragu untuk menanamkan modalnya.

Peningkatan nilai perusahaan merupakan tujuan jangka panjang yang

seharusnya dicapai suatu perusahaan, yang akan tercermin dari harga pasar

sahamnya. Semakin tinggi harga saham, maka membuat nilai perusahaan juga

tinggi, begitu juga sebaliknya semakin rendah harga saham semakin rendah pula

nilai perusahaan. Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur menggunakan

Price to Book Value (PBV) yang dapat diartikan sebagai hasil perbandingan

antara harga saham dengan nilai buku per lembar saham. PBV menunjukkan

seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif

terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Semakin tinggi rasio PBV, maka

dapat diartikan bahwa kepercayaan investor terhadap perusahaan juga semakin

tinggi atau dengan kata lain akan membuat pasar per caya atas prospek

perusahaan ke depan (Tarisma, 2017).

Situasi ekonomi di Indonesia saat ini telah banyak berubah. Pada tahun

2020, Indonesia dilanda Covid 19 yang membuat perekonomian melemah.

Banyak usaha yang terpaksa harus tutup akibat terkena imbas dari pandemi

Covid-19.

Kondisi tersebut berbalik berdampak positif pada perusahaan di bidang

farmasi yang mengalami peningkatan laba yang begitu pesat. Kebutuhan akan

obat-obatan maupun suplemen kesehatan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal

ini menyebabkan persaingan yang cukup tinggi pada perusahaan di bidang

farmasi. Namun dari tingginya persaingan memicu banyaknya penyelewengan


3

tanggung jawab untuk mencapai keuntungan pribadi. Liputan 6 (2021)

menjelaskan bahwa Kementrian BUMN menindaklanjuti atas kasus antigen bekas

yang terjadi di Bandara Kualanamu dan memberhentikan seluruh dewan direksi

Kimia Farma Diagnostika. Peristiwa tersebut mengakibatkan setidaknya 9000

orang dirugikan dan pelaku mendapatkan untung sekitar Rp 1,8 miliar. Dari

permasalahan tersebut menggambarkan tata kelola yang kurang baik dapat

mempengaruhi ketidakpercayaan investor mengenai saham yang ditanamkan dan

investor beranggapan bahwa dengan adanya fluktuasi harga saham akan

memberikan sinyal negatif mengenai kondisi perusahaan di masa yang akan

datang, kondisi ini harus diperhitungkan karena modal perusahaan tidak terlepas

dari peran para investor.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai suatu perusahaan

seperti, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan direksi, dewan

komisaris, dan komite audit. Kepemilikan institusional umumnya bertindak

sebagai pihak monitor perusahaan. Kepemilikan institusional merupakan proporsi

kepemilikan saham pada akhir tahun yang dimiliki oleh lembaga, seperti halnya

bank, asuransi atau institusi lain. Kepemilikan institusional mempunyai arti

penting dalam memonitor manajemen. Peningkatan pengawasan yang optimal,

disebabkan karena adanya kepemilikan oleh institusional. Semakin besar

kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan

yang diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan

yang dilakukan oleh pihak manajemen. Menurut hasil penelitian Thanatawee

(2014), Jayaningrat, Wahyuni, & Sujana (2017), dan Yuslirizal (2017), Handayani

et al (2018), Ratnawati et al. (2018) menunjukkan kepemilikan institusional


4

berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut

berbeda dengan hasil penelitian Permanasari (2010), Wijaya & Sedana (2015),

dan Rahma (2014) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

negatif signifikan terhadap nilai perusahaan.

Struktur kepemilikan lain yaitu kepemilikan manajerial dimana adanya

kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan termotivasi untuk meningkatkan

kinerja perusahaan sehingga diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan

keinginan para pemegang saham yang nantinya dapat meningkatkan nilai dari

perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan kondisi dimana manajer sebagai

pemilik dari saham perusahaan, jadi selain sebagai pengelola perusahaan manajer

juga merupakan selaku pemilik perusahaan. Pihak manajerial dalam suatu

perusahaan adalah pihak yang berperan aktif dalam pengambilan keputusan untuk

menjalankan perusahaan. Dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan

merupakan pihak-pihak yang berperan aktif dalam perusahaan tersebut. Merujuk

penelitian yang dilakukan Abbasi, Kalantari, & Abbasi (2012), Suryanto & Dai

(2016), Hadiwijaya et al. (2016) dan Pratiwi dkk. (2016) menemukan bahwa

kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

Berbeda halnya dengan hasil penelitian Nurhayati & Medyawati (2012), Rahmatia

& Andayani (2015), Hatem (2015), Sulistianingsih (2016), dan Alfinur (2016)

menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan.

Dewan direksi merupakan organ perusahaan yang bertugas dan memiliki

tanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan, dewan direksi sangat penting

untuk pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, proporsi dewan direksi yang
5

tinggi membuat kegiatan operasional perusahaan semakin efektif, serta dapat

menentukan kebijakan dan strategi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan

untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dewan komisaris memiliki peran

yang sangat peting dalam pengawasan serta penyusunan laporan keuangan agar

masuk dalam kategori konsep Good Corporate Governance yang dapat dijadikan

sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan. Dalam mewujudkan Good

Corporate Governance, dewan komisaris harus memiliki peranan penting agar

dapat menyediakan laporan keuangan yang berkualitas. Dalam prakteknya, untuk

manjadi seorang dewan direksi beserta dewan komisaris harus dipilih bersama

para pemegang kepentingan perusahaan dalam forum Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS). Sesuai dengan Undang-undang No.40 tahun 2007 pasal 108

menjelaskan bahwa jumlah dewan komisaris yang kegiatan usahanya berkaitan

dengan penghimpunan dana atau mengelola dana masyarakat atau perseoran

terbuka wajib memiliki 2 (dua) orang anggota dewan komisaris. Penelitian oleh

Meisa (2013) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara ukuran

dewan komisaris terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011. Menurut

penelitian Sembiring (2005) dalam Ratnasari (2011) menunjukkan bahwa ukuran

dewan komisaris memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa elemen dalam Good Corporate Governance (GCG) yaitu

ukuran dewan komisaris menunjukkan pengaruh yang positif terhadap

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.


6

Komite Audit berperan untuk menjembatani hubungan antara auditor

eksternal dengan perusahaan dan juga dewan komisaris auditor internal. Muh arief

Effendi (2009) Ikatan Komite Audit Indonesia dalam mengidentifikasi Komite

Audit yang bekerja secara professional independent yang dibentuk oleh dewan

komisaris dengan demikian tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi

dewan komisaris atau dewan pengawas dalam menjalankan fungsi pengawasan

(oversight) atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit

dan implementasi dari corporate governance diperusahaan-perusahaan. Salahudin

(2016) mengungkapkan bahwa Komite Audit mempunyai peran yang sanagat

penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan

laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan

perusahaan yang memadai serta terlaksananya good corporate governance.

Dengan adanya pengawasan tersebut dipastikan akan mencapai kinerja

perusahaan yang baik dan mampu meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian

Perdana & Raharja (2014) menyatakan bahwa komite audit berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan pada latar belakang yang telah di uraikan tersebut, mengingat

pentingnya nilai perusahaan terutama pada perusahaan sektor farmasi untuk

menarik minat investor dan bagi kelangsungan hidup perusahaannya, maka

perusahaan sektor farmasi cukup menarik untuk diteliti dikarenakan perusahaan

sektor farmasi mencerminkan pertumbuhan atau perkembangan ekonomi dan

bisnis nasional, disamping itu perusahaan sektor farmasi merupakan sektor yang

memiliki kompleksitas bisnis yang tinggi. Dari beberapa alasan dan penjelasan

diatas serta adanya fenomena melonjakanya harga saham pada saat Pandemi
7

Covid-19 dan adanya beberapa hasil penelitian yang berbeda-beda memberikan

motivasi bagi penulis mengajukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh

Kepemilikan Institusional, Kepemilikan manajerial, Dewan Direksi, Dewan

Komisaris, dan Komite Audit Terhadap Nilai Perusahaan Sub Sektor Farmasi di

BEI”.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi

pokok permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan

pada Sub Sektor Farmasi di BEI Periode 2020-2022?

2) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan

pada Sub Sektor Farmasi di BEI Periode 2020-2022?

3) Apakah dewan direksi berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada Sub

Sektor Farmasi di BEI Periode 2020-2022?

4) Apakah dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada Sub

Sektor Farmasi di BEI Periode 2020-2022?

5) Apakah komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada Sub

Sektor Farmasi di BEI Periode 2020-2022?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini
yaitu:
1) Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan pada Sub Sektor Farmasi di BEI Periode 2020-2022.


8

2) Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan majaerial terhadap nilai

perusahaan pada Sub Sektor Farmasi di BEI Periode 2020-2022.

3) Untuk mengetahui pengaruh dewan direksi terhadap nilai perusahaan pada

Sub Sektor Farmasi di BEI Periode 2020-2022.

4) Untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris terhadap nilai perusahaan

pada Sub Sektor Farmasi di BEI Periode 2020-2022.

5) Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap nilai perusahaan pada

Sub Sektor Farmasi di BEI Periode 2020-2022.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk penelitian

selanjutnya yang sekiranya memiliki topik yang sama dengan penelitian ini

dan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pemikiran ilmiah bagi para

pemakai hasil penelitian ini.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sumbangan

pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan

mengenai pentingnya kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

dewan direksi, dewan komisaris, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Signalling Theory atau sering disebut teori pesinyalan yang

merupakan konsep teori yang digunakan untuk menjelaskan bahwa suatu

informasi dimanfaatkan perusahaan untuk memberi sinyal positif maupun

negatif kepada pemakainnya. Teori sinyal membahas mengenai dorongan

perusahaan untuk mengungkapkan informasi kepada pihak eksternal

karena terjadi asimetri informasi antara manajemen dengan pihak eksternal

Rosiana, et all (2013).

Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai

dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak

eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena

terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena

perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan

prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor)

(Jusriani, 2013).

Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan

mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi dengan

memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunnya berupa kinerja

perusahaan yang tercermin dari informsi keuangan yang dapat dipercaya

dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan.

32
33

Dengan kinerja perusahaan yang baik dilihat dari informasi akuntansi

dan non akuntansi yang dipublikasikan perusahaan sehingga semakin

bagus kinerja perusahaan aan membuat investor semakin tertarik untuk

menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

Teori Sinyal merupakan salah satu upaya yang dilakukan manajer

untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menurut Brigham

dan Houston (2006) suatu tindakan yang diambil oleh manajemen

perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana

manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek

yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan

mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan caracara lain,

termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur normal.

Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena

informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran

baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan

datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran

efeknya Dalam hal ini, investor memerlukan informasi yang lengkap,

akurat, relevan dan tepat waktu sebagai alat analisis yang dapat

memberikan kontribusi sebagai tolak ukur dalam melakukan

berbagai tindakan yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk

pengambilan keputusan dalam berinvestasi

Dengan demikian signaling theory menekankan pentingnnya

informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Informasi yang diungkapkan

dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi


34

yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi

yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan

tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan

informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan

baik pihak dalam maupun pihak luar..

2.1.2 Nilai Perusahaan

2.1.2.1 Definisi Nilai Perusahaan

Menurut Purwaningtyas (2011) nilai perusahaan adalah sebuah

nilai yang menunjukkan cerminan dari ekuitasdan nilai buku perusahaan,

baik berupa nilai pasar ekuitas, nilai buku dari total utangdan nilai buku

dari total ekuitas.Nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingkat

kemakmuran para investor dan pemilik. Nilai pemegang saham akan

meningkat apabila diikuti dengan meningkatnya nilai perusahaan yang

ditandai dengan tingkat pengembalian investasi yang tinggi.

Nurainun dan Sinta dalam Sulistiono (2015) mengatakan bahwa

nilai perusahaan adalah nilai yang mencerminkan berapa harga yang

mampu dibayar oleh investor untuk suatu perusahaan yang biasanya

diukur dengan price to book value ratio. Harga yang mampu dibayar

investor tercermin dari harga pasar saham. Meningkatkan nilai perusahaan

yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai

perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya karena

penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan

harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan

yang sudah go public (Susanti dan Mildawati, 2014).


35

Menurut Christiawan dan Tarigan (2007) dalam Yulia (2015)

terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan

antara lain:

1) Nilai nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran

dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan,

dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.

2) Nilai pasar, seing disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses

tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika

saham perusahaan dijual di pasar saham.

3) Nilai intrinsik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil

suatu perusahaan. nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari

sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis

yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian

hari.

4) Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep

akuntansi.

5) Nilai likuiditas itu adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah

dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi.

Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuiditas

bisa dihitung berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu

perusahaann akan likuidasi. Nilai perusahaan ini dapat digambarkan

seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini

dapat dilihat dari tata kelola suatu perusahaan. Suatu perusahaan akan
36

berusaha memaksimalkan nilai perusahaan. peningkatan nilai perusahaan

ini biasanya ditandai dengan naiknya harga saham.

Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) nilai perusahaan

merupakan persepsi investor terhadap suatu perusahaan terkait dengan

harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga

tinggi. Harga saham merupakan harga yang terjadi pada saat saham

diperdagangkan di pasar (Hermuningsih dan Wardani 2009).

Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai

oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat

terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama

beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan

saat ini. Nilai saham yang tinggi menjadi harapan bagi para pemilik

perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan keuntungan yang

tinggi bagi pemegang saham. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan

dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan

dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen aset.

Perusahaan didirikan untuk mendapatkan keuntungan guna memakmurkan

pemilik perusahaan. Kemakmuran pemilik atau pemegang saham terjadi

ketika kekayaan mereka meningkat. Meningkatnya kekayaan pemilik

dikarenakan meningkatnya nilai perusahaan yang ditandai dengan naiknya

harga saham perusahaan yang menunjukkan keuntungan yang tinggi bagi

pemegang saham (pemilik perusahaan).

2.1.2.2 Pengukuran Nilai Perusahaan


37

Nilai perusahaan dalam Indikator-indikator dalam mengukur nilai

perusahaan diantarannya adalah:

1) PER (Price Earning Ratio)

PER (price earning ratio) merupakan rasio yang mengukur sebuerapa

besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan

yang diperoleh para pemegang saham. Rumus yang digunakan adalah:

PER = ____Harga Saham____


Laba per lembar Saham

2) Tobin’s Q

Rasio ini dikembangkan oleh James Tobin (1967) dalam Suesono

(2012). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena

menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil

pengembalian dari setiap dolar investasi incremental. Rumus yang

digunakan adalah:

Tobin’s Q = MVE + D
BVE + D

Keterangan:
Tobin’s Q = Nilai perusahaan
MVE = Nilai pasar equitas (Equity Market Value), diperoleh dengan

harga saham penutupan dikalikan dengan jumlah sahamyang

beredar.

D =Nilai buku dari total hutang

BVE =Nilai buku dari equitas (Equity Book Value), yang diperoleh

dari selisih total asset perusahaan dengan total kewajiban

3) Price to book value (PBV)


38

Dalam penelitian ini nilai perusahaan diindikasikan dengan price to

book value. PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya atas

prospek perusahaan kedepan. Hal ini yang menjadi keinginan bagi

pemilik perusahaan, karena dengan nilai perusahaan yang tinggi

mengindikasikan kemakmuran pemegang saham yang tinggi pula.

Farma (1978) dalam Oktawiana (2012) menyatakan nilai perusahaan

akan tercermin dari harga pasar sahamnnya.

Nilai perusahaan tercermin dari nilai pasar yang disebut Market

Value Ratio yaitu rasio yang menunjukkan bagaimana hubungan

antara harga pasar saham perusahaan dengan laba dan nilai buku

perusahaan. Dengan rasio ini manajemen dapat mengetahui bagaimana

tanggapan investor terhadap kinerja dan prospek perusahaan. Market

Value Ratio terdiri dari price/earning (P/E) ratio, price/cash flow ratio

dan price to book value. PBV merupakan rasio antar harga pasar

saham terhadap nilai bukunnya, rasio ini menunjukkan seberapa jauh

sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif

terhadap jumlah modal yang diinvestasikan (Sugiarto, 2011). PBV

juga dapat berarti rasio yang menunjukkan apakah harga saham yang

diperdagangkan overvalued (di atas) atau undervalued (di bawah) nilai

buku saham tersebut (Fakhruddin & Hadianto, 2001 dalam Suesono,

2012). Rumus yang digunakan adalah:

Price to book value = ___Harga Saham___


Nilai Buku Saham

Dimana Nilai buku saham (book value per share) dapat dihitung

dengan formula:
39

Nilai Buku Saham = ______Total Modal_______


Jumlah Saham yang Beredar

2.1.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon

pembeli apabila perusahaan tersebut dijual, nilai perusahaan dapat

diartikan sebagai harga pasar atas perusahaan itu sendiri. Menurut Sutrisno

(2000) dalam Febrianti (2012) fungsi manajemen keuangan terdiri dari

keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan deviden.

Masing-masing keputusan tersebut akan berorientasi pada tujuan

perusahaan yaitu memaksimalkan perusahaan. Sumber dana perusahaan

dapat diperoleh dari internal maupun eksternal perusahaan.

Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) besarnnya nilai perusahaan

dapat dipengaruhi oleh berberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan

internal. Faktor eksternal merupakan faktor dari luar perusahaan yang

tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan seperti tingkat suku bunga,

keadaan pasar modal dan pertumbuhan pasar, sedangkan faktor internal

merupakan faktor yang berasal dari dalam, yang dapat dikendalikan oleh

perusahaan seperti profitabilitas, pembayaran deviden, ukuran perusahaan

dan pangsa pasar relatif.

2.1.3 Kepemilikan Institusional

Jensen dan Meckling (2017) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi

konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham.

Kepemilikan institusional merupakan pihak yang paling berpengaruh

dalam pengambilan keputusan karena sifatnya sebagai pemilik saham


40

mayoritas, selain itu kepemilikan institusional merupakan pihak yang

memberi kontrol terhadap manajemen dalam kebijakan keuangan

perusahaan.

Susanti dan Mildawati (2014) menerangkan kepemilikan

institusional merupakan kepemilikan saham suatu perusahaan oleh

institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan

investasi, dan kepemilikan institusi lainnya. Kepemilikan institusional

dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal sehingga

keberadaanya memiliki arti penting bagi pemonitoran manajemen.

Perdana dan Raharja (2014) menyebutkan bahwa perusahaan

dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%)

mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Dengan

adanya monitoring tersebut maka pemegang saham akan semakin terjamin

kemakmurannya, pengaruh kepemilikan institusional yang berperan

sebagai agen pengawas ditekan oleh investasi mereka yang cukup besar

dalam pasar modal (Permanasari, 2010). Beberapa kelebihan dari struktur

kepemilikan institusional disebutkan oleh Permanasari (2010) sebagai

berikut :

1) Profesionalisme dalam analisis informasi yang berdampak pada

keterandalan informasi.

2) Motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas

aktivitas perusahaan.

Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, maka semakin kuat

kontrol terhadap perusahaan, hal ini disebabkan karena biasanya institusi


41

mempunyai hak yang cukup besar, sehingga mengambil proksi yang

cukup besar pula atas kepemilikan saham suatu perusahaan. Peranan

pemilik institusi dalam good corporate governance adalah :

1) Mengarahkan dan memonitor kegiatan bisnis dimana mereka

menanamkan dananya.

2) Sebagai sumber informasi perusahaan.

3) Memiliki hak dan kewajiban suara yang substansial dalam RUPS

Kepemilikan institusional adalah saham perusahaan yang dimiliki oleh

institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, atau

perusahaan lain (Tarjo, 2008). Kepemilikan institusional diukur sesuai

persentase kepemilikan saham oleh institutsi perusahaan. Dengan adanya

konsentrasi kepemilikan, maka para pemegang saham besar seperti

investor institusional akan dapat memonitor tim manajemen secrara lebih

efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Haruman, 2008).

Kepemilikan institusional diukur dengan rumus:

Kepemilikan Institusional =
Jumlah Kepemilikan Saham Institusi x 100%
Jumlah Saham Beredar

2.1.4 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan proporsi pemegang saham dari

pihak manajerial secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan

perusahaan (direktur dan komisaris) (Perdana, 2014). Dengan adannya

kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan

dugaan yang menerik bahwa nilai perusahaan yang meningkat sebagai


42

akibat dari meningkatnnya kepemilikan manajerial. Besarnnya proporsi

kepemilikan oleh manajer akan efektif dalam memonitoring setiap

aktivitas yang dilakukan perusahaan. Disamping itu, Jensen dan Meckling

menambahkan bahwa manajemen juga akan semakin giat di dalam

memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri,

sehingga masalah keagenan dapat diasumsikan akan berkurang dan kinerja

perusahaan menjadi meningkat (Putri, 2011). Semakin besar tingkat

proporsi kepemilikan saham manajemen pada perusahaan, maka

manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang

saham yang tidak lain adalah dirinnya sendiri.

Berdasarkan teori, Jensen dan Meckling menyebutkan bahwa

pemisahan kepemilikan saham dan pengawasan perusahaan akan

menimbulkan benturan kepentingan antara pemegang saham dan pihak

manajemen. Benturan tersebut akan meningkat seiring dengan keinginan

pihak manajemen untuk meningkatkan kemakmuran pada diri mereka

sendiri. Ketika proporsi kepemilikan manajerial mengalami peningkatan,

kepentingan dari pemegang saham dan manajemen mulai menjadi satu

(Nasser, 2008).

Struktur kepemilikan manajerial merupakan tingkat kepemilikan

saham oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam pengambilan

keputusan. Kepemilikan manajemen merupakan persentase kepemilikan

saham oleh direksi, manajemen, komisaris maupun setiap pihak yang

terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan (Diyah

dan Erman, 2009 dalam Permanasari, 2010).


43

Kepemilikan manajerial digunakan untuk mengetahui manfaat

kepemilikan manajemen dalam mekanisme pengurangan konfik agensi

(Haruman, 2018). Dalam penelitian ini kepemilikan manajemen diukur

sesuai dengan persentase jumlah saham yang proporsi pemegang saham

dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan

keputusan perusahaan.

Dalam mengukur kepemilikan manajerial digunakan rumus sebagai

berikut:

Kepemilikan manajerial =
jumlah kepemilikan saham oleh manajemen x 100%
Jumlah saham beredar

2.1.5 Dewan Direksi

Menurut Pasal 1 dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, yang dimaksud dengan dewan direksi merupakan organ

perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan

perseroan untuk kepentingan 26 perseroan, sesuai dengan maksud dan

tujuan perseroan, serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar

pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Menurut Sutedi

(2012: 122), dewan direksi merupakan organ yang memegang peranan

penting dalam menentukan maju atau mundurnya suatu perusahaan

tertentu. Tugas dan tanggung jawab dewan direksi adalah sebagai suatu

organ, yang merupakan tanggung jawab kolegial sesama anggota dewan

direksi terhadap perseroan. Direksi tidak secara sendiri-sendiri

bertanggung jawab kepada perseroan. Ini berarti setiap tindakan yang

diambil atau dilakukan oleh salah satu atau lebih anggota direksi akan
44

mengikat anggota direksi lainnya. Dewan direksi bertanggung jawab

penuh atas manajemen perusahaan. Setiap anggota direksi bertanggung

jawab penuh dan secara pribadi jika dia bersalah atau lalai dalam

menjalankan tugas-tugasnya. Dewan direksi diharuskan oleh Undang-

Undang Perseroan Terbatas untuk menjalankan dengan iktikad baik dan

penuh tanggung jawab, tugas-tugasnya untuk kepentingan perusahaan.

Setiap anggota dewan direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi

apabila yang bersangkutan bersalah menjalankan tugasnya. Rumus :

Dewan Direksi = ƩAnggota Dewan Direksi

2.1.6 Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang memiliki

tanggung jawab dan kewenangan penuh atas kegiatan operasional

perusahaan. Tujuan utama dewan komisaris adalah melakukan

pengawasan (supervising) dan memberi nasihat (advising) kepada

eksekutif perusahaan. Tanggung jawab dewan komisaris yaitu mengawasi

proses pelaporan keuangan dengan melakukan pertemuan secara rutin

dengan staf akuntansi dan auditor eksternal untuk mereview laporan

keuangan, prosedur audit, dan mekanisme pengendalian internal

(Dwiharyadi, 2017). Ukuran dewan komisaris setidaknya terdiri dari dua

anggota dengan salah satu anggota sebagai dewan komisaris independen.

Karakteristik dewan komisaris pada perusahaan dapat dilihat

melalui tiga hal, diantaranya komisaris independen, ukuran dewan, dan

komisaris wanita. Pertama, dewan komisaris independen menurut Undang-

Undang RI No. 40 tahun 2007 pasal 120 ayat 2 adalah anggota komisaris
45

yang tidak berafiliasi dengan manajemenm, anggota dewan komisaris lain

dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan lainnya yang

dapat mempengaruhi kemampuan untuk bertindak independen untuk

kepentingan perusahaan (Pricilia & Susanto, 2017). Dewan komisaris

independen merupakan dewan komisaris dari luar yang diangkat oleh

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Kedua, ukuran dewan komisaris adalah jumlah seluruh anggota

dewan dalam suatu perusahaan. Menurut Pedoman Umum Good

Corporate Governance Indonesia (KNKG, 2006) dalam Junaedi & Farina

(2017), jumlah anggota dewan komisaris harus disesuaikan dengan

kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam

pengambilan keputusan. Ukuran dewan komisaris yang memiliki skala

kecil akan lebih efektif dalam melakukan tindakan pengawasan

dibandingkan dengan dewan komisaris yang berukuran besar. Dewan

komisaris dengan ukuran besar akan kesulitan dalam berkomunikasi,

koordinasi serta pembuatan keputusan yang kurang efektif dan efisien

(Syahrani el.al, 2019). Ketiga, karakteristik dewan komisaris berdasarkan

keberadaan dewan komisaris wanita. Perbedaan gender pada suatu

organisasi atau perusahaan dapat mempengaruhi proses pengambilan

keputusan ataupun kondisi di dalam dewan tersebut. Gender merupakan

konsep yang menjelaskan perbedaan antara wanita dan laki-laki apabila

dipandang dari sudut non-biologis, seperti aspek budaya, sosial, dan

perilaku. Gender menyebutkan bahwa wanita memiliki sifat lebih

menghindari risiko yang disebabkan oleh emosional yang dimiliki wanita


46

serta wanita cenderung merasakan kekhawatiran dan ketahutan dibanding

pria (Demos & Muid, 2020). Menurut Setyaningrum et.al (2019) dalam

Razak dan Helmy (2020) wanita memiliki sikap kehati-hatian,

menghindari risiko, dan memiliki standar yang lebih tinggi dibandingkan

dengan laki-laki. Sedangkan laki laki cenderung bersikap individualis,

tegas, agresif, dan memiliki kepercayaan yang tinggi. Dengan adanya

dewan komisaris wanita pada perusahaan diharapkan mampu membatasi

terjadinya praktik manajemen laba.

2.1.7 Komite Audit

Menurut Blue Ribbon Committee (1999) dalam Dwiharyadi (2017)

menyatakan bahwa komite audit merupakan ‘the ultimate monitor’ dari

proses pelaporan keuangan. Jumlah komite audit setidaknya terdiri dari 1

anggota yang memiliki latar belakang pendidikan serta keahlian dalam

bidang akuntansi dan keuangan. Komite audit memiliki peran sebagai

komite penunjang tugas dewan komisaris dengan membantu dewan

komisaris untuk memastikan bahwa (Suhendi & Zaenuddin, 2015) :

1) Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum.

2) Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik.

3) Pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai

standar audit yang berlaku.

4) Tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.

Komite audit dibentuk berdasarkan persyaratan yang bersifat

mandatory pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


47

Peraturan yang mengatur tentang pembentukan dan pelaksanaan kinerja

komite audit dikeluarkan oleh PJOK No. 55/PJOK.04 tahun 2015 pasal 2

dan 4 menyatakan bahwa perusahaan publik atau emiten wajib memiliki

komite audit dan paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota,

diantaranya komisaris independen dan pihak luar perusahaan. Besarnya

anggota komite audit dapat menentukan kualitas laporan keuangan pada

perusahaan. Semakin besar jumlah anggota audit, maka kualitas laporan

keuangan menunjukkan keadaan yang baik dan tidak ada tindak

kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan. Komite audit akan

mengadakan rapat pada setiap tahun laporan keuangan yang dapat menjadi

acuan keefektifan dari komite audit tersebut. Semakin banyak komite audit

menyelenggarakan rapat, maka semakin efektif pula komite audit di dalam

perusahaan.

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang

pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-

hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topik

penelitian yaitu pengaruh kepemilikan Institusional, Kepemilikan

manajerial, dewan direksi, dewan komisaris, dan komite audit terhadap

nilai perusahaan.

Ayu Fitriyani (2017) dengan objek penelitian yaitu kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan

nilai perusahaan manufaktur pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2013-2015. Variabel independen yang diuji yaitu


48

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris

independen, sedangkan variabel dependennya adalah nilai perusahaan.

Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan manufaktur periode 2013-2015.

Sedangkan kepemilikan manjerial dan kepemilikan institusional

berpengaruh negatif pada nilai perusahaan.

Marisa Purnama Sari (2020) dengan objek penelitian yaitu komisaris

independen, kepemilikan manajerial, corporate sicial responsibility dan

nilai perusahaan pada perusahaan saham syariah sektor property dan real

estate tahun 2014-2017. Variabel independen yang diuji yaitu yaitu

komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan corporate sicial

responsibility, sedangkan variabel dependennya yaitu nilai perusahaan.

Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan corporate

sicial responsibility berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan,

sedangkan komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

Wien Ika P. (2016) dengan objek penelitian yaitu kepemilikan

manajemen, kepemilikan institusional, corporate sicial responsibility dan

nilai perusahaan. Variabel independen yang diuji yaitu kepemilikan

manajemen, kepemilikan institusional, dan corporate sicial

responsibility ,sedangkan variabesl dependennya adalah nilai perusahaan.

Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil
49

penelitian menunjukkan bahwa corporate sicial responsibility

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan kepemilikan

manajemen dan kepemilikan institasional berpengaruh negatif terhadap

nilai perusahan.

Afni Eliana, dkk (2023) dengan objek penelitian yaitu kepemilikan

manajerial, kepemilikan institasional, komisaris independen, komite audit

dan nilai perusahaan pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Variabel independen yang diuji yaitu kepemilikan

manajerial, kepemilikan institasional, komisaris independen, dan komite

audit, sedangkan variabel dependennya yaitu nilai perusahaan. Teknik

analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil

penelitian menunjukkan kepemilikan manajerial, kepemilikan

institasional, komisaris independen tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan, sedangkan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

Ramadhan Sukma, dkk (2014) dengan objek penelitian yaitu

kepemilikan menajerial, kepemilikan instatisional, komite audit, komisaris

independen, auditor, ukuran perusahaan dan nilai perusahaan pada

perusahaan. Variabel independen yang diuji yaitu kepemilikan menajerial,

kepemilikan instatisional, komite audit, komisaris independen, auditor,

dan ukuran perusahaan sedangkan variabel dependennya yaitu nilai

perusahaan. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier

berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan menajerial,


50

kepemilikan instatisional, komite audit, komisaris independen, auditor,

dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Syifa Khoirunnisa (2022) dengan objek penelitian yaitu dewan

komisaris, dewan direksi, komite audit dan nilai perusahaan pada Indeks

kompas 100 Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2018-2020. Variabel

independen yang diuji yaitu dewan komisaris, dewan direksi dan komite

audit sedangkan variabel dependennya yaitu nilai perusahaan. Teknik

analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dewan komisaris dan komite audit

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan dewan direksi

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.


51

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Banyak pertimbangan yang harus dipikirkan dalam kepemilikan

manajerial pada suatu perusahaan. Nilai perusahaan yang meningkat sebagai

akibat dari meningkatnnya kepemilikan manajerial. Perusahaan tidak hanya

memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan, pemikiran atau konsep demikian

sudah tidak lagi relevan saat ini. Perusahaan merupakan sebuah entitas yang

dalam menjalani kegiatan usahanya pasti berhubungan baik langsung atau tidak

langsung dengan masyarakat, maka dari itu perusahaan tidak cukup jika hanya

mencari keuntungan atau laba, perusahaan juga harus meningkatkan nilai

perusahaan dengan cara melakukan adaptasi dengan lingkungan.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menentukan nilai perusahaan,

diantaranya adalah kepemilikan intitusional, kepemilikan manajerial, dewan

direksi, dewan komisaris, dan komite audit. Kepemilikan institusional dalam

sebuah perusahaan yang merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan

besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Institusisional

biasanya dapat menyerahkan tanggung jawabnya kepada divisi tertentu untuk

mengelola investasi pada perusahaan. Ketingkatan kepemilikan institusional

mempunyai peranan penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi

antara manajer dengan pemegang saham. Dengan keberadaan investor

institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam

setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Menunjukan bahwa kepemilikan


52

semakin tinggi kepemilikan institusional akan berpengaruh kepada nilai

perusahaan

Kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan

dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan dapat meningkat sebagai akibat

kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan manajemen yang besar

akan efektif dalam memonitoring aktivitas perusahaan, hal ini didasarkan pada

logika, bahwa peningkatan proporsi saham yang dimiliki manajer akan

menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan tindakan yang berlebihan,

maka akan mempersatukan kepentingan manajer dengan pemegang saham, hal

tersebut berdampak positif meningkatkan nilai perusahaan.

Dewan direksi merupakan organ penting dalam perusahaan dan memiliki

tugas dan tanggung jawab secara penuh terhadap kepentingan perusahaan. Dewan

direksi juga memiliki tugasa untuk membuat rencana strategis dan memastikan

erjalannya sistem dalam perusahaan. Peran yang dimiliki oleh dewan direksi

menjadikannya organ yang sangat pentig bagi perusahaan untuk menentukan arah

kebijakan perusahaan. Perencanaan strategis yang dibuat oleh dewan direksi akan

menentukan peningkatan kerja suatu perusahaan. Dengan adanya dewan direksi

yang berperan dalam operasional perusahaan, maka akan meningkatkan kinerja

perusahaan yang akan terlihat dari peningkatan kinerja perusahaan dan akan

meningkatkan nilai dari perusahaan.

. Dewan komisaris adalah salah satu dari mekanisme corporate governance

yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan. Dewan komisaris merupakan

anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan, yang tidak terafiliasi dengan
53

pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lainnya.

Dewan komisaris mempunyai peran penting dalam perusahaan terutama dalam

pelaksaaan corporate governance, bertanggung jawab untuk mengawasi atau

memonitoring manajemen yang bertugas dalam meningkatkan efisiensi dan daya

saing perusahaan, maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan terpenting

dalam kesuksesan perusahaan. Dalam pengawasan yang semangkin ketat dapat

mendorong manajemen untuk bijak dalam pengambilan keputusan yang mana

akan meningkatkan kinerja perusahaan yang akan menambah pada nilai

perusahaan.

Selain dewan komisaris, komite audit juga dapat membantu proses

pengawasan dalam perusahaan. Salah satu anggota dari komite audit yaitu anggota

dewan komisaris independen dalam perusahaan. Tingkat pengawasan yang

dilakukan komite audit dapat dilihat dari rapat yang diselenggarakan oleh komite

audit. Komite audit pasti akan mengadakan rapat rutin tiap tahunnya. Semakin

sering komite audit menyelenggarakan rapat menandakan bahwa komite audit

dalam keadaan efektif sehingga dapat meminimalisir atau mencegah terjadinya

manajemen laba. Secara tidak langsung itu akan membantu meningkatkan nilai

perusahaan.
54

Dengan demikian kerangka berpikir ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 3. 1
Kerangka Berpikir

Kepemilikan
Institusional (X1) H1 (+)

Kepemilikan
Manajerial (X2) H2 (+)
H6 (+)
Dewan Direksi (X3)
H3 (+) Nilai Perusahaan
Dewan Komisaris (X4)
H4 (+) (Y)

Komite Audit (X5) H5 (+)

Sumber: Hasil pemikiran penelitian (2023)

3.2 Rumusan Hipotesis Penelitian

1.2.1 Pengaruh kepemilikan Institasional Terhadap Nilai Perusahaan

Kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam

meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang

saham. (Jensen dan Meckling 2017). Institusisional biasanya dapat menyerahkan

tanggung jawabnya kepada divisi tertentu untuk mengelola investasi pada

perusahaan. Ketingkatan kepemilikan institusional mempunyai peranan penting

dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dengan

pemegang saham. Dengan keberadaan investor institusional dianggap mampu

menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil
55

oleh manajer. Menunjukan bahwa kepemilikan semakin tinggi kepemilikan

institusional akan berpengaruh kepada nilai perusahaan

Hasil penelitian Ramadhan Sukma, dkk (2014) menyatakan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu tersebut, maka dapat dirumuskan

hipotesis yaitu:

H1: Kepemilikan Institusional Berpengaruh Positif Terhadap Nilai Perusahaan

1.2.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan

Kepemilikan manajerial merupakan proporsi pemegang saham dari pihak

manajerial secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur

dan komisaris) (Perdana, 2014). Kepemilikan manajerial dalam sebuah

perusahaan akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan

dapat meningkat sebagai akibat kepemilikan manajemen yang meningkat.

Kepemilikan manajemen yang besar akan efektif dalam memonitoring aktivitas

perusahaan, hal ini didasarkan pada logika, bahwa peningkatan proporsi saham

yang dimiliki manajer akan menurunkan kecenderungan manajer untuk

melakukan tindakan yang berlebihan, maka akan mempersatukan kepentingan

manajer dengan pemegang saham, hal tersebut berdampak positif meningkatkan

nilai perusahaan.

Hasil penelitian Ramadhan Sukma, dkk (2014) menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu tersebut, maka dapat dirumuskan

hipotesis yaitu:
56

H2: Kepemilikan Manajerial Berpengaruh positif Terhadap Nilai Perusahaan

1.2.3 Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Nilai Perusahaan

Dewan direksi merupakan organ yang memegang peranan penting dalam

menentukan maju atau mundurnya suatu perusahaan tertentu. Tugas dan tanggung

jawab dewan direksi adalah sebagai suatu organ, yang merupakan tanggung jawab

kolegial sesama anggota dewan direksi terhadap perseroan.(Sutedi 2012),

Perencanaan strategis yang dibuat oleh dewan direksi akan menentukan

peningkatan kerja suatu perusahaan. Dengan adanya dewan direksi yang berperan

dalam operasional perusahaan, maka akan meningkatkan kinerja perusahaan yang

akan terlihat dari peningkatan kinerja perusahaan dan akan meningkatkan nilai

dari perusahaan..

Hasil penelitian Syifa Khoirunnisa (2022) menyatakan bahwa dewan

direksi berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan hasil

penelitian terdahulu tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu:

H3: dewan direksi Berpengaruh Negatif Terhadap Nilai Perusahaan

1.2.4 Pengaruh Dewan komisaris Terhadap Nilai Perusahaan

. Dewan komisaris adalah salah satu dari mekanisme corporate governance

yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan. Dewan komisaris merupakan

anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan, yang tidak terafiliasi dengan

pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lainnya.

Dewan komisaris mempunyai peran penting dalam perusahaan terutama dalam

pelaksaaan corporate governance, bertanggung jawab untuk mengawasi atau


57

memonitoring manajemen yang bertugas dalam meningkatkan efisiensi dan daya

saing perusahaan, maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan terpenting

dalam kesuksesan perusahaan. Dalam pengawasan yang semangkin ketat dapat

mendorong manajemen untuk bijak dalam pengambilan keputusan yang mana

akan meningkatkan kinerja perusahaan yang akan menambah pada nilai

perusahaan

Hasil penelitian Ayu Fitriyani (2017), Marisa Purnama Sari (2020),

Ramadhan Sukma (2014), dan Syifa Khoirunnisa (2022) menyatakan bahwa

dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori

dan hasil penelitian terdahulu tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu:

H4: Dewan Komisaris Berpengaruh Positif Terhadap Nilai Perusahaan

1.2.5 Pengaruh Komite Audit Terhadap Nilai Perusahaan

menyatakan bahwa komite audit merupakan ‘the ultimate monitor’ dari

proses pelaporan keuangan. Jumlah komite audit setidaknya terdiri dari 1 anggota

yang memiliki latar belakang pendidikan serta keahlian dalam bidang akuntansi

dan keuangan (Dwiharyadi 2017). Komite audit juga dapat membantu proses

pengawasan dalam perusahaan. Salah satu anggota dari komite audit yaitu anggota

dewan komisaris independen dalam perusahaan. Tingkat pengawasan yang

dilakukan komite audit dapat dilihat dari rapat yang diselenggarakan oleh komite

audit. Komite audit pasti akan mengadakan rapat rutin tiap tahunnya. Semakin

sering komite audit menyelenggarakan rapat menandakan bahwa komite audit

dalam keadaan efektif sehingga dapat meminimalisir atau mencegah terjadinya


58

manajemen laba. Secara tidak langsung itu akan membantu meningkatkan nilai

perusahaan.

. Hasil penelitian Afni Eliana, dkk (2023) dan Ramadhan Sukma (2014)

menyatakan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu tersebut, maka dapat dirumuskan

hipotesis yaitu:

H5: Komite Audit Berpengaruh Positif Terhadap Nilai Perusahaan


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Sub Sektor Farmasi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengakses data pada website resmi

Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id. Sektor farmasi dipilih menjadi objek

penelitian dikarenakan perusahaan farmasi ialah perusahaan yang mayoritas

perusahan besar jika dibandingkan dengan perusahaan sektor lain, sehingga untuk

melakukan penelitian akan menjadi lebih gampang untuk mendapatkan data

responden.

4.2 Objek Penelitian

Objek penelitian pada penelitian ini adalah variabel-variabel meliputi

kepemilikan Institusional, kepemilikan manajerial, dewan direksi, dewan

komisaris dan komite audit serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan sub.

Sektor farmasi di Bursa Efek Indonesia.

4.3 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel bertujuan untuk memberikan penjelasa dan gambaran

pada variabel yang akan diteliti. Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang

diajukan, maka variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan

sebagai berikut:

1) Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam

40
41

penelitian ini digunakan yaitu nilai perusahaan dengan rasio pengukuran Price

to Book Value (PBV). PBV memberikan nilai yang diberikan pasar keuangan

kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai suatu perusahaan yang

terus tumbuh. Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai

nilai-nilai buku saham suatu perusahaan.

2) Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang termasuk variabel

independen yaitu kepemilikan instatusional diukur sebagai jumlah total

persentase saham yang dimiliki oleh instansi, Kepemilikan manajerial diukur

sebagai jumlah total persentase saham yang dimiliki oleh manajer perusahaan,

dewan direksi, dewan komisaris dan komite audit.

4.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah petunjuk lengkap tentang apa yang

harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep untuk menguji

kesempurnaan definisi operasional variabel yaitu:

1) Nilai Perusahaan (NP)

Dalam penelitian ini, nilai perusahaan diukur dengan menggunakan

Price to Book Value (PBV). PBV adalah suatu rasio yang sering digunakan

untuk menentukan nilai perusahaan dan mengambil keputusan investasi

dengan cara membandingkan harga pasar per saham dengan nilai buku

perusahaan. Menurut Gitman (2012:74) Price to Book Value (PBV) dapat

sebagai berikut:
42

Harga Per Lembar Sa h am


PBV = x 100 % ...................................... (1)
Nilai Buku Per Lembar Sa h am

2) Kepemilikan Institusional (KI)

Kepemilikan institusional adalah saham perusahaan yang dimiliki oleh

institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, atau

perusahaan lain (Tarjo, 2008). Kepemilikan institusional diukur sesuai

persentase kepemilikan saham oleh institutsi perusahaan. Dengan adanya

konsentrasi kepemilikan, maka para pemegang saham besar seperti investor

institusional akan dapat memonitor tim manajemen secrara lebih efektif dan

dapat meningkatkan nilai perusahaan (Haruman, 2008). Kepemilikan

institusional diukur dengan rumus:

Jumlah Kepemilikan Saham Institusi


KI = x 100 % ...................................
Jumlah Saham Beredar

(2)

3) Kepemilikan Manajerial (KM)

Kepemilikan manajerial digunakan untuk mengetahui manfaat

kepemilikan manajemen dalam mekanisme pengurangan konfik agensi

(Haruman, 2008). Dalam penelitian ini kepemilikan manajemen diukur sesuai

dengan persentase jumlah saham yang proporsi pemegang saham dari pihak

manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan.

Dalam mengukur kepemilikan manajerial digunakan rumus sebagai berikut:

jumlah kepemilikan saham olehmanajemen


KM = x 100 %...........................
T Jumlah saham beredar

. (3)
43

4) Dewan Direksi (DD)

Dewan direksi diharuskan oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas

untuk menjalankan dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab, tugas-

tugasnya untuk kepentingan perusahaan. Setiap anggota dewan direksi

bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah

menjalankan tugasnya. Rumus :

Dewan Direksi=ƩAnggota Dewan Direksi.......................................... (4)

5) Dewan Komisaris (DK)

Dewan komisaris merupakan salah satu anggota perusahaan yang

sangat penting peranannya. Dewan komisaris memiliki peran atau tugas untuk

melakukan pengawasan terhadap manajemen. Fungsi dewan komisaris yaitu

untuk memastikan pihak manajemen dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan kepentingan perusahaan. Ukuran dewan komisaris diukur dengan

menggunakan jumlah anggota dewan direksi dalam suatu perusahaan

(Setiawan, 2018). Rumus yang digunakan untuk mengukur proporsi Ukuran

dewan komisaris yaitu :

DK =∑ Dewan komisaris perusahaan .................................................(5)

6) Komite Audit (KA)

Aktivitas komite audit merupakan kegiatan atau rapat yang dilakukan oleh

komite audit yang direpresentasikan dengan jumlah pertemuan selama satu

tahun. Aktivitas komite audit diukur dengan menghitung jumlah pertemuan

yang diselenggarakan oleh komite audit selama satu tahun (Rinta, 2021).

Rumus yang digunakan untuk mengukur aktivitas komite audit yaitu :


44

KA =∑ pertemuan yang diselenggarakan oleh komite audit . .......(6)

4.5 Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data-data penelitian

kauntitatif diukur dalam suatu skala numerik (angka). Penelitian ini akan

dilakukan pada perusahaan Sub Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia.

4.5.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder dapat diartikan sebagai data peneliti yang diperoleh secara tidak

langsung oleh peneliti. Data sekunder yang digunakan sebagai sumber data dalam

penelitian ini berupa laporan keuangan perusahaan sektor farmasi yang

dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia yang tertuang dalam Indonesian Capital

Market Directory (ICMD), www.idx.co.id, jurnal publikasi, penelitian terdahulu

dan buku-buku teori. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan direksi, dewan

komisaris, komite audit, dan nilai perusahaan

4.6 Populasi dan Sampel

4.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2016:117). Karena data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan merujuk pada

perusahaan sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


45

4.6.2 Sampel

Sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2016:117). Pengambilan sampel dilakukan

menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan

sampel yang representative dengan kriteria sebagai berikut:

1) Perusahaan sektor farmasi yang terdaftar di BEI

2) Perusahaan sektor farmasi yang mempublikasikan laporan keuangan

tahunan

3) Perusahaan sektor farmasi yang melaporkan laporan keuangan tahunan

menggunakan mata uang rupiah.

4) Perusahaan sektor farmasi yang memiliki data lengkap terkait variabel

Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka jumlah sampel dari

penelitian ini dapat dijelaskan pada Tabel berikut:

Tabel 4. 1
Kriteria Penelitian Sampel

NO KETERANGAN JUMLAH
PERUSAHAAN

Jumlah Perusahaan Sampel


46

Jumlah Sampel Amatan (40 x 3 tahun)

Sumber: www.idx.co.id data diolah 2022

4.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan

jurnal-jurnal, buku, serta melihat dan mengambil data-data yang diperoleh dari

annual report melalui website www.idx.co.id.

4.8 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk

memproses hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Data yang telah

terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat memberikan jawaban dari masalah

yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data, peneliti

menggunakan program SPSS. Metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

4.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistic deskriptif memiliki tujuan untuk memberikan gambaran

atau deskripsi suatu data, yang diantaranya dilihat dari nilai minimum, nilai

maksimum, nilai rata-rata, dan nilai standar deviasi masing-masing variabel

independen dan dependen (Ghozali,2013). Statistik deskriptif dimaksudkan untuk

memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel. Hal ini

diperlukan untuk melihat gambaran keseluruhan sampel yang berhasil

dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel..


47

4.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linear

berganda dimana untuk mengetahuiatau memperoleh gambaran mengenai

pengaruh variabel independen pada variabel dependen dan bertujuan untuk

mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau rata-rata variabel

dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui menurut Ghozali

(2016:93). Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui

bagaimana variabel bebas dapat mempengaruhi variabel independennya dengan

rumus:

NP= α + β1KI + β2KM + β3DD + β4DK+ β5KA + e

Keterangan:
NP= Nilai perusahaan
KI= Kepemilikan Instutisional
KM= Kepemilikan Manajerial
DD= Dewan Direksi
DK= Dewan Komisaris
KA= Komite Audit
α= Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5= Koefisien
e= error

4.8.3 Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan

hubungan yang signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi

asumsi klasik regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji

autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.


48

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal

atau tidak. Untuk menghindari terjadinya bias, data yang digunakan harus

terdistibusi dengan normal. Model regresi yang baik adalah memiliki data

normal data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2016). Jika asumsi ini

dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Pengujian normalitas dalam penelitian ini dengan menggunakan one

sample kolmogorov-smirnov test dan analisis grafik histogram dan P-P plot.

Dalam uji one sample kolmogorov-smirnov test variabel-variabel yang

mempunyai asymp. Sig (2-tailed) di bawah tingkat signifikan sebesar 0,05

maka diartikan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki distribusi tidak

normal dan sebaliknya (Ghozali, 2016).

2) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada peroide t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2016). Uji autokorelasi

dapat dilakukan dengan cara uji Durbin-Watson (DW test). Pengambilan

keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka koefisien

autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah (di), maka koefisien

autokorelasi lebih dari nol berarti ada autokorelasi positif.


49

3. Bila nilai DW lebih dari pada (4-dl), maka maka koefisien autokorelasi

lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau

DW terletak antara (4-du) dan (dl), maka hasilnya tidak dapat

disimpulkan.

3) Uji Multikolinearitas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat

dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor

(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan ukuran setiap variabel independen

manakala yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance

mengukur variabilitas variabel independen yang dipilih yang tidak dijelaskan

oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama

dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff yang

umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolonieritas adalah nilai

tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Model regresi yang baik

tidak terdapat masalah multikolonieritas atau adanya hubungan korelasi

diantara variabel-variabel independennya (Ghozali, 2016).

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi
50

heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas yaitu Melihat grafik plot antara variabel terikat yaitu

ZPRED dengan residualnya yaitu SRESID. Deteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu

pada grafik scattterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah

Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y

sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar analisinya adalah:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yng ada membentuk pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.8.4 Uji Model Fit (Uji F)

Uji statistik F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2016:98).

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

a. Jika signifikansi > 0,05, maka semua variabel indpenden secara

simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Jika signifikansi ≤ 0,05, maka semua variabel independen secara

stimulan berpengaruh terhadap variabel dependen.


51

4.8.5 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R 2 ) merupakan ukuran untuk mengetahui

kesesuaian atau ketetapan antara variabel independen (X1,X2,X3,X4 Dan X5)

dengan variabel dependen atau Y dalam suatu persamaan regresi. Dengan melihat

koefisien determinasi, dapat diketahui seberapa besar pengaruhh variabel bebas

(kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial, dewan direksi, dewan

komisaris, komite audit) terhadap variabel terikat (nilai perusahaan).Apabila nilai

R 2 kecil, hal ini berarti kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat

amat terbatas. Apabila nilai R2 mendekati angka 1 , maka hal ini berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,2012). Rumus yang digunakan

adalah :

R 2= r 2 x 100%

Dimana:

R = koefisien determinasi

r = koefisien korelasi).

4.8.6 Uji t

Uji t digunakan untuk membutikkan hipotesis ada tidaknya pengaruh

masing- masing variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat.Uji t

dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel pada

taraf signifikan (α) 0,05atau 5%.

Langkah-langkah dalam uji t adalah sebagai berikut:


52

1. Merumuskan hipotesis statistik

 Ho:β1=0,artinya secara parsial variabel bebas tidak berpengaruh terhadap

variabel terikat.

 Ha:β1≠0,artinya secara parsial variabel bebas berpengaruh terhadap

variabel terikat.

2. Pengujian (uji t ) secara parsial dengan membandingkan nilai t hitung dengan

nilai t tabel :

 Jika nilai t hitung >t tabel maka Ho ditolak(Ha diterima)

 Jika nilai t hitung <t tabel maka Ho diterima(Ha ditolak)


Daftar pustaka

Aprianingsih, A., & Yushita, A. N. 2016. Pengaruh Penerapan Good Corporate


Governance, Struktur Kepemilikan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan. Jurnal Profita: Kajian Ilmu Akuntansi, 4(4).

Eprilia, K. 2019. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Dewan Direksi, Leverage,


Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada
Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efekindonesia
2014-2018) (Doctoral Dissertation, Universitas Wijaya Putra).

Fitriyani, A. 2017. Skripsi Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan


Institusional Dan Dewan Komisaris Independen Terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating (Studi
Empris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015 ).

Khoirunnisa, S., & Aminah, I. 2022. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Dewan
Direksi Dan Komite Audit Terhadap Nilai Perusahaan Pada Indeks
Kompas100 Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2018-2020. In Seminar
Nasional Akuntansi Dan Manajemen Pnj (Vol. 3).

Liftiani, M., & Januarti, I. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan


Asing, Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kecenderungan
Pemilihan Auditor Berkualitas (Doctoral Dissertation, Undip: Fakultas
Ekonomika Dan Bisnis).

Permanasari, W. I., & Kawedar, W. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen,


Kepemilikan Institusional, Dan Corporate Social Responsibility Terhadap
Nilai Perusahaan (Doctoral Dissertation, Universitas Diponegoro).

Perdana, R. S., & Rahardja, R. 2014. Analisis Pengaruh Corporate Governance


Terhadap Nilai Perusahaan. Diponegoro Journal Of Accounting, 766-778.

Saragih, A. E., & Tampubolon, H. 2023. Pengaruh Kepemilikan Manajerial,


Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Dan Komite Audit
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Keuangan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Minfo Polgan, 12(2), 1085-1095.

Sari, M. P. 2020. Pengaruh Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial Dan


Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada

76
77

Perusahaan Saham Syariah Sektor Property Dan Real Estate Tahun 2014-
2017) (Doctoral Dissertation, Universitas Islam Riau).

Setianingsih, R. 2023. Skripsi Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris,


Kepemilikan Manajerial, Dan Aktivitas Komite Audit Terhadap
Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Farmasi
Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2018-2022).

Anda mungkin juga menyukai