Anda di halaman 1dari 92

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN

MANAJERIAL, KEPEMILIKAN ASING, UKURAN


PERUSAHAAN, DAN CSR TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
TAHUN 2018-2021.

SKRIPSI

Oleh :

Nama : Putu Ayu Anandita Setiarini


NPM : 1833122052
Jurusan : Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dalam era globalisasi yang sedang melanda dunia

saat ini sudah dapat dipastikan akan merubah pola persaingan dalam dunia

industri. Tantangan yang semakin kuat dalam dunia industri semakin dirasakan

terutama bagi para pengusaha. Perkembangan teknologi juga ditandai dengan

semakin banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang muncul dalam dunia

industri, sehingga telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan

salah satunya adalah perusahaan pertambangan. Indonesia mempunyai beragam

jenis hasil tambang mulai dari gas alam, minyak bumi dan batu bara. Ada pula

berbagai jenis sumber daya alam mineral yang terkandung seperti nikel, tembaga,

marmer, bauksit, mangan serta kandungan logam mulia seperti emas dan perak.

Persaingan yang ketat antar perusahaan pertambangan dalam mengelola hasil

tambang tersebut mendorong setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerja

perusahaan masing-masing agar tujuannya dapat tetap tercapai. Tujuan utama

perusahaan meningkatkan kinerjanya adalah untuk memaksimalkan kemakmuran

pemilik atau pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan.

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap suatu perusahaan

yang berkaitan dengan harga saham. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai

yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Semakin tinggi harga saham, maka

semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi

keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan

1
2

kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Investor juga cenderung lebih tertarik

menanamkan sahamnya pada perusahaan yang memiliki kinerja baik dalam

meningkatkan nilai perusahaan.

Memaksimalkan nilai suatu perusahaan menjadi sangat penting bagi

perusahaan, karena dapat memaksimalkan kemakmuran pemilik dan pemegang

saham yang tercermin dari harga saham perusahaan. Pada umumnya, nilai

perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan, salah satunya

price to book value (PBV). Rasio PBV merupakan perbandingan market value

suatu saham terhadap book value, sehingga dapat diketahui apakah tingkat harga

sahamnya overvalued atau undervalued dari book value. Nilai PBV yang rendah

dicerminkan melalui harga saham yang undervalued dimana mengindikasikan

adanya penurunan kualitas. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai

perusahaan adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan

asing, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility.

Menurut Bernandhi (2013) kepemilikan institusional adalah kepemilikan

saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi,

bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lainnya. Kepemilikan

institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik

keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor

institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam

setiap keputusan yang diambil oleh manajer.

Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha

pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat
3

menghalangi perilaku manajer yang mementingkan kepentingannya sendiri yang

pada akhirnya akan merugikan pemilik perusahaan. Semakin besar kepemilikan

oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan

untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Yuslirizal (2017) dan Widyastuti, dkk. (2020) menyatakan kepemilikan

institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Widyamurti (2016) dan Israel, dkk. (2018)

menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap nilai

perusahaan.

Dewi dan Abudanti (2019) menyatakan kepemilikan manajerial adalah

tingkat kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat di

dalam pengambilan keputusan. Pengukurannya dilihat dari besarnya proporsi

saham yang dimiliki manajemen pada akhir tahun yang disajikan dalam bentuk

persentase. Manajemen merupakan pengelola sekaligus pemilik perusahaan akan

bertindak demi kepentingan perusahaan apabila saham diberikan kepada

manajemen. Untuk itu, kepemilikan manajerial dipandang sebagai alat ukur untuk

menyatukan kepentingan anatar manajemen dengan pemilik. Kepemilikan

manajerial dapat diukur dengan menggunakan perbandingan persentase

kepemilikan saham yang dimiliki direktur dan komisaris dengan jumlah saham

yang beredar. Penelitian yang dilakukan Dewi dan Abudanti (2019) dan Rivandi

(2018) menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suastini, dkk.
4

(2016) dan Chotimah (2017) menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh

negatif terhadap nilai perusahaan.

Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang

dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang

berstatus luar negri atau perorangan, badan hukum, pemerintah yang bukan

berasal dari Indonesia (Mareta dan Fitriyah, 2017). Semakin banyak investor-

investor asing yang mulai menjadikan Indonesia sebagai lahan untuk berinvestasi.

Kepemilikan asing yang tersebar di banyak perusahaan pertambangan maupun

perbankan di Indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu kepemilikan asing

melalui penanaman saham (trade) dan kepemilikan asing melalui pendirian anak

cabang perusahaan (ownership). Penelitian yang dilakukan oleh Mareta dan

Fitriyah (2017) dan Putri dan Syamsudin (2019) menyatakan bahwa kepemilikan

asing berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Boe (2019) dan Onasis dan Robbin (2016) menyatakan

kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi nilai perusahaan.

Semakin besar ukuran atau skala perusahaan maka akan semakin mudah pula

perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat internal maupun

eksternal (Hermawan, 2018). Ukuran perusahaan merupakan cerminan total dari

aset yang dimiliki suatu perusahaan. Perusahaan sendiri dikategorikan menjadi

dua jenis yaitu perusahaan berskala kecil dan perusahaan berskala besar.

Perusahaan yang berskala besar cenderung akan menarik minat investor karena

akan berimbas dengan nilai perusahaan dikemudian hari, sehingga dapat


5

dikatakan bahwa besar kecil ukuran perusahaan secara langsung berpengaruh

terhadap nilai dari perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan Hermawan

(2018) dan Siregar, dkk. (2019) menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Iskandar (2017) dan Utami, dkk. (2017) menyatakan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 40 Tahun

2007 mengenai Perseroan Terbatas (PT) dan UU RI Nomor 25 Tahun 2007

mengenai Penanaman Modal, CSR merupakan suatu kewajiban. Mengacu pada

UU Perseroan Terbatas, bagi perseroan yang usahanya bersangkutan dengan

sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan CSR. Hal tersebut sejalan

dengan UU Penanaman Modal yang mewajibkan penanam modal untuk

menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan regulasi yang telah diatur

oleh pemerintah, mau tidak mau mewajibkan setiap perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek melaksanakan dan mempublikasikan CSR-nya. Tanggung jawab

sosial atau CSR oleh perusahaan dilakukan sebagai upaya memenuhi keinginan

stakeholders, karena dukungan stakeholders mempengaruhi keberadaan

perusahaan tersebut. Oleh karena itu perusahaan harus menunjukkan kinerja

terbaik agar mendapatkan dukungan dan kepercayaan dari stakeholders. Penelitian

yang dilakukan oleh Putranto dan Setyawan (2016) dan Pohan dan Dwimulyani

(2017) menyatakan corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarma, dkk.
6

(2017) dan Pristianinggrum (2018) menyatakan corporate social responsibility

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian penelitian terdapat perbedaan hasil penelitian

sebelumnya yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan antara lain:

pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan asing,

ukuran perusahaan, dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2021.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1.2.1 Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2021?

1.2.2 Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2021?

1.2.3 Apakah kepemilikan asing berpengaruh terhadap nilai perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2021?

1.2.4 Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2021?

1.2.5 Apakah corporate social responsibility berpengaruh terhadap nilai

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2018-2021?
7

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1.3.1 Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh kepemilikan

institusional terhadap nilai perusahaan pertambangan.

1.3.2 Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh kepemilikan

manajerial terhadap nilai perusahaan pertambangan.

1.3.3 Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh kepemilikan asing

terhadap nilai perusahaan pertambangan.

1.3.4 Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan

terhadap perusahaan pertambangan.

1.3.5 Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh corporate social

responsibility terhadap perusahaan pertambangan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu kajian empiris

untuk memberikan pemahaman, gambaran dan wawasan mengenai

pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan

asing, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility terhadap nilai

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2018-2021.

1.4.2 Manfaat Praktis


8

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau informasi

yang berarti bagi perusahaan dalam menjalankan fungsi perusahaan

mengenai kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan

asing, ukuran perusahaan dan corporate social responsibility dan nilai

perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan informasi

dan pemahaman tentang nilai perusahaan untuk membantu dalam

menganalisis nilai perusahaan.

1.5 Sistematika Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi 5 (lima) bagian yang meliputi :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan bagian awal penelitian terdiri dari sub-sub

yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka terdiri dari konsep-konsep atau teori yang dipakai

sebagai dasar pembuatan skripsi.

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan bagian penelitian yang menguraikan

mengenai lokasi dan objek penelitian, populasi dan penentuan

sampel, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis

data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


9

Bab ini memuat mengenai gambaran umum mengenai tempat

penelitian serta hasil penelitian yang berisi hasil pengujian terhadap

variabel-variabel penelitian sesuai dengan alat analisis dan

pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian, mengemukakan

simpulan akhir dari hasil pembahasan yang menjadi permasalahan

dan saran-saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Teori keagenan mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu

kontrak kerjasama dimana satu atau lebih principal (pemegang saham)

menggunakan orang lain atau agent (manajemen) untuk menjalankan

aktivitas perusahaan, melakukan beberapa pelayanan atas nama principal,

dan agent diberikan otoritas dalam pengambilan keputusan (Jensen

Meckling, 1976). Teori keagenan menggambarkan hubungan kontraktual

diantara pihak yang memberikan kepercayaan yaitu pemegang saham

sebagai principal dengan pihak yang diberikan kepercayaan yaitu

manajemen sebagai agent. Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau

lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan

suatu jasa dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada

agen tersebut. Jika agen tidak berbuat sesuai dengan kepentingan principal

mengakibatkan terjadi konflik keagenan sehingga memicu biaya keagenan

(Arianti dan Putra, 2018).

Hubungan antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai

principal masing-masing ingin memaksimumkan kemakmurannya, namun

manajer lebih menguasai informasi dibanding pemegang saham karena

manajer mengelola perusahaan secara langsung sedangkan pemegang

saham sulit memperoleh informasi secara efektif tentang operasional

perusahaan. Konflik kepentingan antara manajemen dan prinsipal,

10
11

menjadikan teori keagenan sebagai penengah konflik kepentingan antara

manajemen dan prinsipal dalam mencapai tujuan perusahaan. Teori agensi

mampu menjelaskan potensi konflik kepentingan diantara berbagai pihak

yang berkepentingan dalam perusahaan dengan tujuan yang sama untuk

meningkatkan nilai perusahaan.

2.1.2 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah nilai suatu perusahaan yang dilihat dari harga

sahamnya. Nilai perusahaan diproksikan dengan Price to Book Value

(PBV). PBV merupakan perbandingan antara harga saham perusahaan

dengan nilai buku perusahaan. Nilai buku perusahaan merupakan hasil kali

antara harga pasar saham dengan jumlah saham beredar (Ilmaniah, 2016).

Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai nilai pasar. Karena nilai

perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara

maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi

harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk

mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan

pengelolaannya kepada para profesional (orang yang lebih mengerti) dan

pemodal hanya akan menerima hasil jadi atas apa yang telah

diinvestasikan (Rizaldi, dkk. 2019).

Nilai perusahaan merupakan nilai yang mengukur seberapa

pentingkah sebuah perusahaan di mata para investor yang dilihat

berdasarkan tinggi rendahnya harga saham dipasaran. Maka tinggi atau

rendahnya nilai perusahaan dapat dilihat melalui nominal harga saham

yang diperjualbelikan di pasar saham. Berdasarkan uraian sebelumnya


12

maka nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan

yang sering dikaitkan dengan harga saham.

2.1.3 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan saham institusional merupakan kepemilikan saham oleh

institusi perusahaan sektor pertambangan, perusahaan institusi seperti bank,

perusahaan asuransi maupun perusahaan swasta (Ilmaniah, 2016).

Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor

manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan

mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring

tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham,

pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui

investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Kepemilikan

institusional sangat berperan dalam mengawasi perilaku manajer dan

memaksa manajer untuk lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan

yang akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Widyamurti, 2016).

Kepemilikan institusional berarti kepemilikan saham oleh pihak

institusi lain. Kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang

dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict. Semakin tinggi tingkat

kepemilikan institusional maka semakin kuat tingkat pengawasan dan

pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal perusahaan untuk

menekan perilaku oportunis manajemen. Berdasarkan uraian sebelumnya

maka kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang

dimiliki oleh institusi perusahaan.


13

2.1.4 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah suatu kondisi dimana manajer

mengambil sebagian dalam struktur modal perusahaan atau dengan kata lain

manajer tersebut sekaligus berperan ganda sebagai manajer sekaligus

pemegang saham perusahaan. Perusahaan dengan kepemilikan manajerial

berbeda dengan perusahaan yang tanpa kepemilikan manajerial.

Perbedaannya terletak pada kualitas pengambilan keputusan oleh manajer

serta aktivitas manajer dalam operasi perusahaan (Darmayanti dan Sanusi,

2018). Kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan termotivasi untuk

meningkatkan kinerja perusahaan sehingga diharapkan manajer akan

bertindak sesuai dengan keinginan para pemegang saham yang nantinya

dapat meningkatkan nilai dari perusahaan.

Kepemilikan manajerial merupakan kondisi dimana manajer sebagai

pemilik dari saham perusahaan, jadi selain sebagai pengelola perusahaan

manajer juga merupakan selaku pemilik perusahaan. Pihak manajerial dalam

suatu perusahaan adalah pihak yang berperan aktif dalam pengambilan

keputusan untuk menjalankan perusahaan (Dewi dan Abudanti, 2019).

Berdasarkan uraian sebelumnya maka kepemilikan manajerial merupakan

kepemilikan saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam

pengambilan keputusan perusahaan.

2.1.5 Kepemilikan Asing

Menurut Undang - undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6

kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha

asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah


14

Republik Indonesia. Perusahaan multinasional atau kepemilikan asing

melihat keuntungan legitimasi berasal dari para stakeholdernya, dimana

secara tipikal berdasarkan home market (pasar tempat beroperasi) yang

dapat memberikan eksistensi yang tinggi dalam jangka panjang.

Kepemilikan asing merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak

asing atau luar negeri terhadap saham peusahaan di Indonesia. Pemilik

perusahaan dari pihak luar berbeda dengan pemilik perusahaan dari pihak

manajer karena kecil kemungkinannya pemilik dari pihak luar terlibat dalam

urusan bisnis perusahaan sehari-hari (Putri dan Syamsudin, 2019).

Berdasarkan uraian sebelumnya maka kepemilikan asing merupakan

kepemilikan saham yang berasal dari investor asing atau bukan berasal dari

Indonesia.

2.1.6 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besarnya suatu perusahaan yang

diukur dengan jumlah aset perusahaan yang dilogaritmakan. Kemampuan

perusahaan dalam mengelola suatu perusahaan dapat dilihat dari jumlah

asetnya. Umumnya, perusahaan besar memiliki jumlah aset yang lebih

banyak daripada perusahaan kecil, digunakannya jumlah aset sebagai

pengukuran karena jumlah aset dari tahun ke tahun lebih stabil (Hermawan,

2018). Perusahaan dengan ukuran besar diasumsikan dengan jumlah aktiva

dan tingkat pendapatan yang besar sehingga menghasilkan laba yang tinggi.

Sebaliknya, jika penjualan lebih kecil dari pada biaya variabel dan biaya

tetap maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian.


15

Perusahaan berskala kecil dibandingkan dengan perusahaan berskala

besar cenderung kurang menguntungkan. Ukuran perusahaan dapat

menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat didalam

mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya

informasi. Berdasarkan uraian sebelumnya maka ukuran perusahaan

merupakan suatu skala besar kecilnya perusahaan diukur dengan total

aktiva, jumlah saham dan nilai saham.

2.1.7 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau CSR

Tanggung jawab sosial perusahaan ditegaskan dalam PP No. 47 tahun

2012 bahwa setiap perseroan atau entitas memiliki tanggung jawab sosial

dan lingkungan (Pemerintahan Republik Indonesia, 2012). Kepedulian

pemerintah terhadap CSR diterbitkan pula UU No. 47 tahun 2007 tentang

perseroan terbatas. CSR pada dasarnya dapat diterapkan disetiap

perusahaan. Dengan regulasi yang telah diatur oleh pemerintah, mau tidak

mau mewajibkan setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

melaksanakan dan mempublikasikan CSR-nya.

Corporate social responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu

organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap

lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan

stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum

(Rizaldi, 2019). Dalam praktiknya, perusahaan melakukan pengungkapan

sosial dan lingkungan diberbagai media yaitu annual report dan

sustainability report. Dalam annual report pengungkapan sosial dan

lingkungan disajikan bersama dengan laporan keuangan dan laporan kinerja


16

dari pihak manajemen. Berdasarkan uraian sebelumnya maka Corporate

social responsibility (CSR) merupakan pengungkapan tanggung jawab

sosial perusahaan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Adapun hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam

penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1 Widyastuti, dkk. (2020) dengan judul Analisis Pengaruh Board of

Directors, Struktur Aset, Kepemilikan Institusional, dan Kebijakan

Hutang Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan

Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI Periode 2017-2019). Teknik

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Board of

Directors, kepemilikan institusional, dan kebijakan hutang berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan struktur aset berpengaruh

negatif terhadap nilai perusahaan.

2 Dewi dan Abudanti (2019) dengan judul Pengaruh Profitabilitas,

Likuiditas, Kepemilikan Institusional Dan Kepemilikan Manajerial

Terhadap Nilai Perusahaan. Teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa profitabilitas dan kepemilikan manajerial

berpengaruh positif berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan,

sedangkan likuiditas dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif

terhadap nilai perusahaan.


17

3 Boe (2019) dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Asing,

Risiko Penghindaran Pajak Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada

Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-

2017). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan, sedangkan kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap

nilai perusahaan.

4 Putri dan Syamsudin (2019) dengan judul Analisis Pengaruh

Kepemilikan Asing, Kepemilikan Domestik, Dan Kepemilikan Publik

Terhadap Nilai Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2016-2017. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa variabel kepemilikan asing dan kepemilikan publik berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel kepemilikan

domestik berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

5 Siregar, dkk. (2019) Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,

Kebijakan Dividen Dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2015-2017. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan, sedangkan struktur modal dan kepemilikan publik

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.


18

6 Hermawan (2018) Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas,

Ukuran Perusahaan Dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

Kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, struktur modal

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

7 Israel (2018) dengan judul Pengaruh Struktur Modal, Kepemilikan

Institusional Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada

Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI. Teknik analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional

dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

8 Pristianingrum (2018) dengan judul Pengaruh Ukuran, Profitabilitas,

Dan Pengungkapan Csr Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan,

profitabilitas, dan pengungkapan CSR berpengaruh negatif terhadap

nilai perusahaan.

9 Rivandi (2018) dengan judul Pengaruh Intellectual Capital Disclosure,

Kinerja Keuangan, Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai

Perusahaan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah


19

analisis regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

intellectual capital disclosure, profitabilitas yang diukur dengan return

on equity, dan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan, sedangkan leverage yang diukur dengan debt equity ratio

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

10 Chotimah (2017) dengan judul Pengaruh Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional Dan Kebijakan Deviden Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Kebijakan Hutang. Teknik analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan

institutional, dan kebijakan deviden berpengaruh negatif terhadap nilai

perusahaan.

2.3 Kerangka Berpikir

Konflik agensi sering terjadi dalam upaya peningkatan nilai perusahaan,

yakni konflik perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer.

Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan CSR yang semakin baik dalam

perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan

kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya

sendiri. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar

mengidentifikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Semakin

besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva

perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai perusahaan terhadap

pemborosan yang dilakukan oleh manajemen.


20

Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap nilai

perusahaan. Hubugan antara kepemilikan manajerial dengan nilai

perusahaan adalah hubungan yang muncul karena adanya insentif yang

dimiliki oleh manajer dan mereka berusaha melakukan persejajaran

kepentingan dengan outsider ownership dengan cara meningkatkan

kepemilikan saham jika nilai perusahaan meningkatkan. Kepemilikan

asing berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena sebuah portofolio

yang mengandung saham-saham domestik dan asing menawarkan risiko

yang lebih rendah dan tingkat pengembalian yang lebih tinggi bagi

investornya dibanding portofolio yang hanya mengandung saham-saham

domestik. Hal tersebut bisa menjadi pertimbangan bagi pemegang

saham., dengan begitu terdapat asumsi dampak positif terhadap kinerja

perusahaan dan nilai perusahaan akan meningkat.

Ukuran perusahaan dianggap dapat mempengaruhi nilai perusahaan

dapat dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran

perusahaan yang besar mencerminkan bahwa perusahaan tersebut sedang

mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang baik sehingga nilai

dari suatu perusahaan tersebut meningkat. Perusahaan berharap jika

dengan menerapkan Corporate Social Responsibility atau tanggung

jawab sosial perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan akan

memaksimalkan ukuran keuangan untuk jangka waktu yang panjang. Hal

ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan Corporate Social

Responsibility berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar

seperti investor dan kreditur yang nantinya dapat meningkatkan nilai


21

perusahaan. Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat ditunjukan pada

Gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Penelitian
Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan dan CSR terhadap
Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Pertambangan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2018-2021

FENOMENA

Fluktuasi nilai perusahaan pada


sektor pertambangan pada tahun
2018 dan 2021 serta terdapat
research gap antara hasil penelitian
satu dengan lainnya. KAJIAN
PENELITIAN
KAJIAN TEORI TERDAHULU

Widyastuti, dkk. (2020)


Teori Keagenan Dewi dan Abudanti (2019)
(Jensen and Boe (2019)
Meckling, 1976) Putri dan Syamsudin (2019)
Siregar, dkk. (2019)
HIPOTESIS
Hermawan (2018)
Israel (2018)
H1 : Kepemilikan institusional Pristianinggrum (2018)
berpengaruh positif terhadap nilai Rivandi (2018)
perusahaan Chotimah (2017)
H2 : Kepemilikan manajerial
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan
H3 : Kepemilikan asing
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
H4 : Ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
H5 : Corporate social responsibility
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.

Teknik Analisis Data


(Analisis Regresi Linier
Berganda)

Hasil dan Pembahasan

Simpulan dan Saran


22

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian konsep dan teori, serta penelitian terdahulu pada

tinjauan pustaka, maka disajikan kerangka konseptual seperti terlihat pada

Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2
Kerangka Konsep Penelitian
Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Asing, Ukuran Perusahaan dan CSR terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2018-2021

Kepemilikan Institusional H1
(X1)

Kepemilikan Manajerial H2
(X2)

H3
Kepemilikan Asing Nilai
(X3) Perusahaan
(Y)
H4
Ukuran Perusahaan
(X4)
H5

Corporate Social
Responsibility
(X5)

Sumber : Hasil Pemikiran Peneliti (2022)

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan


23

pada teori (Sugiyono, 2019:95). Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian

ini sebagai berikut:

2.5.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan

Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor

manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan

mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Monitoring

tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham,

pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui

investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal (Yuslirizal, 2017).

Tingginya kepemilikan institusional, maka semakin besar pula

pengawasan yang diberikan pada pihak manajemen. Pengawasan yang

tinggi maka akan meminimalisasi tingkat penyelewengan-penyelewengan

yang terjadi pada pihak manajemen yang memungkinkan dapat menurunkan

nilai perusahaan. Selain melakukan pengawasan terhadap pihak manajemen,

kepemilikan institusional juga melakukan hal-hal yang positif guna untuk

meningkatkan nilai perusahaan (Jayaninggrat, dkk. 2017). Hasil penelitian

yang dilakukan yang dilakukan oleh Yuslirizal (2017) dan penelitian

Widhyastuti (2020) menunjukan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas maka di susun rumusan hipotesis sebagai

berikut:

H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.
24

2.5.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan

Semakin tinggi proporsi persentase kepemilikan Manajerial maka

semakin tinggi nilai nilai perusahaan. Hasil ini mendukung teori agency

cost yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan

mekanisme yang efektif untuk mengatasi konflik keagenan yang terjadi

akibat kepentingan antara manajer dan pemilik. Efektifnya kepemilikan

manajerial sebagai mekanisme untuk mengatasi konflik keagenan berkaitan

dengan adanya kepentingan manajemen untuk mengelola perusahaan secara

efisien guna meningkatkan nilai perusahaan (Rivandi, 2018).

Proporsi kepemilikan manajerial pada suatu perusahaan itu besar, maka

manajemen akan cenderung lebih giat dalam meningkatkan nilai perusahaan

untuk kepentingan pemegang saham dimana pemegang sahamnya adalah

dirinya sendiri, dengan adanya motivasi tersebut, maka manajer akan

berusaha semaksimal mungkin untuk memaksimalkan nilai perusahaan

(Dewi dan Abudanti, 2019). Hasil penelitian yang dilakukan Rivandi (2018)

dan penelitian Dewi dan Abudanti (2019) menunjukan bahwa kepemilikan

manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas maka di susun rumusan hipotesis sebagai

berikut:

H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

2.5.3 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Nilai Perusahaan

Kepemilikan asing merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak

asing atau luar negeri terhadap saham perusahaan di Indonesia. Kepemilikan


25

asing meningkat dalam suatu perusahaan, maka nilai perusahaan juga

meningkat karena semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin

sejahtera pula pemegang saham dan dapat memaksimalkan kemakmuran

pemegang sahamnya (Putri dan Syamsudin, 2019).

Semakin meningkat kepemilikan asing maka meningkatkan nilai

perusahaan, dengan demikian perusahaan yang dipilih oleh investor asing

untuk menanamkan modalnya adalah perusahaan yang memiliki struktur

pengelolaan yang baik, sehingga keberadaan kepemilikan asing dalam

perusahaan mendorong tata kelola perusahaan yang baik sehingga nilai

perusahaan meningkat (Budyawan, 2019). Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Mareta dan Fitriyah (2017) dan penelitian Putri dan Syamsudin (2019)

menunjukan bahwa kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas maka di susun rumusan hipotesis sebagai

berikut:

H3 : Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.5.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

Perusahaan yang tergolong memiliki ukuran perusahaan yang lebih

besar memiliki kemudahan untuk memasuki pasar modal, sehingga

memudahkan perusahaan untuk mendapat tambahan dana untuk melakukan

operasi perusahaan. Investor akan mempertimbangkan ukuran perusahaan

dalam menanamkan modal, karena perusahaan yang besar dianggap telah

berkembang dan memiliki kinerja yang baik apabila total aktiva perusahaan

meningkat maka nilai perusahaan tersebut juga ikut meningkat (Putra dan
26

Lestari, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan 2018 menyatakan

ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2019) yang

menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

Ukuran perusahaan yang tinggi menyebabkan nilai perusahaan

semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar

cenderung memiliki kondisi yang lebih stabil. Kondisi tersebut menjadi

penyebab atas naiknya harga saham perusahaan di pasar modal. Investor

memiliki ekspektasi yang besar terhadap perusahaan besar. Ekspektasi

investor berupa perolehan dividen dari perusahaan tersebut. Peningkatan

tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dianggap memiliki “nilai” yang

lebih besar (Novari dan Lestari, 2016).

Berdasarkan uraian di atas maka di susun rumusan hipotesis sebagai

berikut:

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.5.5 Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan

Semakin tinggi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan maka dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini diakibatkan

karena dengan adanya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

maka akan direspon positif oleh investor sehingga banyak investor yang

berinvestasi pada perusahaan tersebut yang menyebabkan meningkatnya

nilai perusahaan (Dewi dan Sanica, 2017). Semakin besar alokasi dan
27

cakupan CSR perusahaan maka akan meningkatkan nilai perusahaan

(Putranto dan Setyawan, 2019).

Pengambilan keputusan, perusahaan harus mempertimbangkan

masalah sosial dan lingkungan jika perusahaan ingin memaksimalkan hasil

keuangan jangka panjang yang nantinya dapat meningkatkan nilai

perusahaan. Semakin luas pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan

dalam laporan tahunan ternyata memberikan pengaruh terhadap volume

perdagangan saham perusahaan dimana terjadi lonjakan perdagangan pada

seputar publikasi laporan tahunan sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putranto dan Setyawan (2019)

menyatakan corporate social responsibility berpengaruh positif sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Pohan dan Dwimulyani (2017) yang

menyatakan corporate social responsibility berpengaruh positif.

Berdasarkan uraian di atas maka di susun rumusan hipotesis sebagai

berikut:

H5 : Corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Obyek Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pertambangan Indonesia

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diakses melalui www.idx.co.id.

3.1.2 Obyek Penelitian

Obyek penelitian yaitu suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2019:41). Objek penelitian dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2018-2021.

3.2 Populasi dan Metode Penentuan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristisk tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2019:80). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2018-2021.

3.2.2 Sampel

28
29

Sampel adalah bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2019:84). Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling, yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau criteria tertentu

(Sugiyono, 2019:85). Adapun kriteria sampel yang digunakan yaitu:

1 Seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI Tahun 2018-

2021.

2 Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI yang melaporkan

laporan keuangan secara berturut–turut pada Tahun 2018 - 2020.

3 Perusahaan pertambangan yang menyajikan laporan keuangannya

dengan menggunakan mata uang rupiah selama Tahun 2018 -2020.

4 Perusahaan pertambangan yang menyediakan data lengkap yang

dibutuhkan peneliti terkait dengan variabel penelitian selama Tahun

2018-2021.

Berdasarkan populasi 47 perusahaan pertambangan yang tercatat di

Bursa Efek Indonesia hanya 11 perusahaan pertambangan yang memenuhi

persyaratan untuk menjadi sampel penelitian. Adapun perusahaan yang

dijadikan sebagai subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1
Data Sampel Perusahaan Sektor Pertambangan dan Kode Emiten

No Nama Kode Emiten


1 PT Aneka Tambang Tbk ANTM
2 PT Ratu Prabu Energi Tbk ARTI
3 PT Central Omega Resources Tbk DKFT
4 PtTElnusa Tbk ELSA
5 PT Alfa Energi Investama Tbk FIRE
6 PT Mitra Investindo Tbk MITI
7 PT Bukit Asam Tbk PTBA
8 PT Radiant Utama Interinsco Tbk RUIS
30

9 PT Golden Eagle Energy Tbk SMMT


10 PT Super Energy Tbk SURE
11 PT Timah Tbk TINS

3.3 Identifikasi Variabel

3.3.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,

2019:68). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah (l) kepemilikan

intitusional, (2) kepemilikan manajerial, (3) kepemilikan asing, (4) ukuran

perusahaan, (5) corporate social responsibility.

3.3.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2019:68). Variabel

terikat dalam penelitian adalah nilai perusahaan.

3.4 Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah persepsi investor terhadap perusahaan yang

sering dikaitkan dengan harga saham. Untuk mengukur nilai perusahaan

menggunakan rumus price to book value (PBV). PBV merupakan salah satu

rasio yang digunakan dalam mengukur nilai perusahaan dengan

membandingkan harga per saham dengan nilai buku perusahaan. Menurut

Putri dan Mardenia (2019) Nilai Perusahaan dapat diukur dengan rumus

sebagai berikut:
31

Harga Per Lembar Saham


PBV = X 100 % ………………….....……….
Nilai Buku Per Lembar Saham

(1)

3.4.2 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki

oleh institusi perusahaan. Menurut Amaliyah dan Herwiyanti (2019)

kepemilikan institusional dapat dirumuskan sebagai berikut:

Jumlah saham yang dimiliki olehinstitusi


KI = × 100% …………………….
Jumlah saham yang beredar

(2)

3.4.3 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham dari pihak

manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan

perusahaan. Menurut Mutmainnah, dkk (2019) kepemilikan manajerial

dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah saham yang dimiliki manajemen


KM = × 100% …………………...
Jumlah saham yang beredar

(3)

3.4.4 Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing adalah kepemilikan saham yang berasal dari

investor asing atau bukan berasal dari Indonesia. Menurut Suragih dan Adi

(2019) Kepemilikan asing dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:


32

jumlah saham yang dimilikiinvestor asing


KA = × 100%
Jumlah saham yang beredar

………………….... (4)

3.4.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala besar kecilnya perusahaan diukur

dengan total aktiva, jumlah saham dan nilai saham. Menurut Oktaviarni, dkk

(2019) ukuran perusahaan dapat dikur dengan rumus sebagai berikut:

Size= Ln Of Total Asset ……………………………………….…………..

(5)

3.4.6 Corporate Social Responsibility

Corporate social responsibility (CSR) adalah pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan.

CSR dapat diukur menggunakan indikator dari Global Reporting Initiative

3.1 (GRI G3.1) dengan 79 item item pengungkapan. Setiap item

pengungkapan CSR yang diungkapkan diberi nilai (1) dan apabila tidak

diberi nilai (0). Menurut Muliani, dkk (2019) Corporate social

responsibility dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

∑Xij
CSRIj = ..................................................................………….. (6)
Njb

Keterangan:

CSRIj : Corporate social responsibility index

∑Xij : jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan.

Nj : jumlah item pengungkapan


33

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Jenis Data

3.5.1.1 Data Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2019:7), data kuantitatif adalah data

dalam bentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan.

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2018-2021.

3.5.1.2 Data Kualitatif

Menurut Sugiyono (2019:6), data kualitatif adalah data

yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Data kualitatif

dalam penelitian ini adalah gambaran umum perusahaan -

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2018-2021.

3.5.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak berhubungan langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2019:137). Data

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

perusahaan pertambangan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui

situs www.idx.co.id
34

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

membaca dan mempelajari tulisan-tulisan berupa buku, literature dan sumber

bacaan lainnya yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini

(Sugiyono, 2019:137). Penulis menggunakan metode dokumentasi dengan

mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan yang diterbitkan oleh

perusahaan itu sendiri dari tahun 2018 sampai tahun 2020. Data yang diperoleh

dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat memberikan

jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam menganalisis

data, penulis menggunakan program SPSS. Metode analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.7.1 Analisis Statistis Deskriptif

Uji Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu

data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation),

dan maksimum-minimum. Mean digunakan untuk memperkirakan besar

rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan

untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum

digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari populasi

(Ghozali,2018:19). Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran

keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat

untuk dijadikan sampel penelitian.


35

3.7.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui atau

memperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel independen pada

variabel dependen dan bertujuan untuk mengestimasi atau memprediksi

rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang

diketahui (Sugiyono, 2019:188). Analisis regresi linier berganda bertujuan

untuk menguji dua variable atau lebih dari variabel independen dengan

variabel dependen. Adapun model regresi linier berganda ditunjukan dengan

persamaan:

Y = α+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + e ……………... (7)

Keterangan:

Y = Nilai perusahaan

α = Konstanta

b1–b4 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen

X1 = Kepemilikan Institusional

X2 = Kepemillikan Manajerial

X3 = Kepemilikan Asing

X4 = Ukuran Perusahaan

X5 = Corporate Social Responsibility

e = Kesalahan atau gangguan

3.7.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui

kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun

uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


36

3.7.3.1 Uji Normalitas

Menurut (Ghozali, 2018:161) uji normalitas dilakukan untuk

menguji apakah pada suatu model regresi, suatu variabel

independen dan variabel dependen ataupun keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak normal. Jika data tidak berdistribusi

normal, maka dapat memberikan hasil yang menyimpang. Uji

normalitas dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov – Smirnov.

Dasar pengambilan keputusan distribusi data pada metode

Kolmogorov – Smirnov adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05 maka data

dianggap tidak berdistribusi normal.

b. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 maka data

dianggap berdistribusi normal.

3.7.3.2 Uji Multikolonieritas

Menurut (Ghozali, 2018:105) pada pengujian

multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk

menemukan terdapat atau tidaknya multikolinearitas pada model

regresi dapat diketahui dari nilai tolerance dan nilai Variance

Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 0,10 dan

VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolonieritas.

3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas merupakan uji yang dilakukan

untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari


37

residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Untuk

menguji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji

Glejser yaitu dengan cara meregresi nilai absolute residual dari

model yang diestimasi terhadap variabel independen. Ada atau

tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari probabilitas

signifikansinya, jika nilai signifikansinya diatas tingkat

kepercayaan 5% maka dapat disimpulkan tidak mengandung

adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2018:142).

3.7.3.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah

dalam model regresi ada regresi antar kesalahan pengganggu pada

periode (t) dengan periode t-1 atau sebelumnya (Ghozali,

2018;111). Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau

tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW).

Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji

Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Nilai DW berada antara batas atau upper bound (du) dan (4-

du) artinya tidak ada autokorelasi.

b. Nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower

bound (dl), artinya ada autokorelasi positif.

c. Nilai DW lebih daripada (4-dl), artinya autokorelasi statistik.

d. Nilai DW berada diantara batas (du), dan batas bawah (dl)

atau DW berada antara batas (4-du) dan (dl), berarti hasilnya


38

tidak dapat disimpulkan.

3.7.4 Uji Kelayakan Model

Uji Kelayakan Model dilakukan untuk mengukur ketepatan fungsi relasi

sampel dalam menaksir nilai aktual secara statistik (Ghozali, 2018:153).

Adapun pengujian kelayakan model yang digunakan penulis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.7.4.1 Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Koefisien determinasi berfungsi untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel–variabel

dependen Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai 1.

Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan–kemampuan variabel

dependen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat

terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2018:179).

3.7.4.2 Uji Simultan (Uji F)

Uji F pada dasarnya untuk menunjukkan semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance

level 0,05 (α = 5%). Jika signifikansi ≤ 0,05, maka ada pengaruh

secara simultan antara seluruh variabel independen (X) terhadap

variabel dependen (Y). Jika signifikansi ˃ 0,05, maka tidak ada

pengaruh secara simultan antara seluruh variabel indenpenden


39

(X) terhadap variabel dependen (Y). Hasil uji F pada SPSS dapat

dilihat dari tabel ANOVA yang menunjukkan variabel

independen secara bersama – sama berpengaruh terhadap

variabel dependen jika p – value (kolom Sig) = level of signifikan

yang ditentukan (Ghozali, 2018:180).

3.7.5 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t, di mana

t-test menunjukkan pengaruh variabel independen secara individu terhadap

variabel dependen. Uji t digunakan untuk menunjukan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan

menganggap variabel independen lainnya bersifat konstan (Ghozali,

2018:183), Uji. Cara pengujian parsial terhadap variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikasi t > 0,05, maka secara parsial variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikasi t ≤ 0,05, maka secara

parsial variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen.


40
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat

memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya

mendukung pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Indonesia

berawal dari berdirinya Bursa Efek di Batavia, yang dikenal sebagai Jakarta

pada saat ini, oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember

1912. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi perusahaan

Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan oleh

pemerintah Hindia Belanda dan sekuritas lainnya.

Pesatnya perkembangan Bursa Efek di Batavia, mendorong

pemerintah Belanda membuka Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari

1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa

ini kemudian ditutup karena terjadinya gejolak politik 50 di Eropa awal

tahun 1939. Bursa Efek di Jakarta pun akhirnya ditutup juga akibat

terjadinya perang dunia ke II tahun 1942, sekaligus menandai berakhirnya

aktivitas pasar modal di Indonesia.

Pada tanggal 3 Juni 1952 Pasar Modal di Indonesia kembali

dikembangkan dengan dibukanya kembali Bursa Efek di Jakarta. Kegiatan

Bursa Efek di Jakarta kembali dihentikan karena adanya inflasi dan resesi

ekonomi pada tahun 1958. Namun, hal ini tak berlangsung lama sebab

Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali dan akhirnya mengalami kebangkitan

41
42

pada tahun 1970. Kebangkitan ini disertai dengan dibentuknya Tim Uang

dan Pasar Modal, disusul tahun 1976 berdirinya BAPEPAM (Badan

Pelaksana Pasar Modal) serta berdirinya perusahaan dan investasi PT

Danareksa.

Salah satu sektor industri yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

adalah sektor pertambangan. Industri pertambangan dikenal luas sebagai

industri yang memiliki resiko yang tinggi sebagai usaha yang berkenaan

dengan sumberdaya alam yang tidak terbaharukan dan sebagai usaha yang

keekonomiannya lebih banyak ditentukan oleh pasar yang sifatnya sangat

musiman. Indonesia adalah salah satu negara dengan potensi mineral dan

bahan tambang yang tinggi karena terletak di wilayah fenomena geologi

“ring of fire”, yang menjadi indikator bagi terdapatnya endapan-endapan

mineral, khususnya endapan-endapan hidrotermal.

Potensi mineral Indonesia yang dinilai amat menjanjikan, dilihat dari

panjangnya bentangan sistem busur magmatik negara indonesia, yang dua

kali lebih panjang dibandingkan dengan bentangan yang dimiliki oleh benua

Amerika Selatan sebagai salah satu wilayah penghasil bahan-bahan tambang

terbesar di dunia saat ini (15,000 km dibanding 6,250 km). Dengan kondisi

seperti itu indonesia telah menjadi produsen timah kedua terbesar di dunia,

eksportir batubara thermal ketiga terbesar di dunia, penghasil 69 tembaga

ketiga terbesar di dunia dan berada pada urutan kelima dan ketujuh untuk

masing masing produksi nikel dan emas. Indonesia menjadi tuan rumah bagi

pertambangan kelas dunia, termasuk tambang tembaga dan emas Grasberg

di Irian Jaya, tambang tembaga Batu Hijau di Sumbawa, tambang Nikel di


43

Inco Soroako, Kaltim Prima Coal di KalTim dan penambangan Timah dari

PT Timah di Bangka. Sejak diundangkannya UU Pertambangan no. 11

tahun 1967 serta UU PMA no. 1 tahun 1967 selama kurun waktu lebih

kurang tiga dasawarsa, sektor pertambangan kita telah mengalami

transformasi yang mengesankan. Industri pertambangan Indonesia telah

mengalami lompatan kemajuan yang meyakinkan. Status negara Indonesia

telah berubah dari suatu negara yang tidak berarti menjadi salah satu negara

penghasil barang tambang yang penting di dunia.

Produk yang dihasilkan dari industri pertambangan sangatlah

beragam. Produk tersebut dapat berupa: minyak bumi, gas bumi, batubara,

timah, nikel, bauksit, pasir besi, emas, perak, tembaga, batu granit, bahan

galian golongan C (seperti: kaolin, mangan, aspal, yodium, belerang, fosfat,

asbes, pasir kwarsa, marmer, batu gamping, feldspar, bentonit). Perusahaan

pertambangan merupakan salah satu sektor industri yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri pertambangan begitu pesat

saat ini dan akan semakin besar di masa yang akan datang. Hal ini

disebabkan oleh potensi geologi indonesia yang sangat kaya akan bahan

tambang. Diawal tahun 1938, industri pertambangan mulai bermunculan

dan mulai tahun 80-an, industri 70 pertambangan sudah mulai terdaftar di

BEI.

4.1.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi sebuah perusahaan mengidentifikasikan tanggung

jawab dari masing-masing posisi jabatan dalam perusahaan dan hubungan di

antara posisi-posisi tersebut. Struktur organisasi pada perusahaan sangat


44

diperlukan untuk menjelaskan secara rinci mengenai tugas, wewenang dan

tanggung jawab masing-masing jabatan yang terdapat di struktur organisasi

tersebut, sehingga kerja sama antara masing-masing devisi dapat tejalin

sehingga dapat menguntungkan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan

perlu merancang struktur organisasi secara efektif dan efisien agar mampu

mengkoordinasikan setiap devisi sehingga dapat terlaksananya visi dan misi

perusahaan.

Bursa Efek Indonesia menerapkan struktur organisasi yang

menghubungkan langsung secara vertikal diantara atasan dan bawahan.

Adapun struktur organisasi pada Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada

Gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Sumber : Bursa Efek Indonesia, (2022)

4.1.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif bertujuan untuk mengambarkan data agar data yang

tersaji menjadi mudah dipahami dan informatif bagi orang yang


45

membacanya serta untuk melihat hubungan yang ada antar variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengujian statistik deskriptif dapat

dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
Std.
Minimu Maxim Deviati
N m um Mean on
Kepemilikan Institusional 4 22,64 92,32 64,12 18,4869
4 33 4
Kepemilikan Manajerial 4 0,01 40,95 4,561 11,2781
4 6 4
Kepemilikan Asing 4 1,40 57,97 13,93 15,7908
4 34 7
SIZE 4 23,40 28,83 27,55 1,25360
4 68
CSR 4 0,22 0,30 0,261 0,02216
4 4
PBV 4 0,15 934,40 51,45 183,073
4 82 66
Valid N (listwise) 4
4
Sumber: Lampiran 8 (Data diolah 2022)

Statistik deskriptif pada Tabel 4.1 menunjukkan nilai minimum, nilai

maksimum, rata-rata dan standar deviasi masing-masing variabel, di mana

hasil tersebut memberikan informasi bahwa:

1. Nilai minumum kepemilikan institusional adalah sebesar 22,64%

terdapat pada perusahaan dengan kode emiten RUIS yaitu PT Radiant

Utama Interinsco Tbk pada tahun 2018 sedangkan nilai kepemilikan

institusional maksimum adalah sebesar 92,32% pada perusahaan

dengan kode emiten MITI yaitu PT Mitra Investindo Tbk pada tahun
46

2020-2021. Nilai rata-rata kepemilikan institusional sebesar 64,1233

jika dibandingkan dengan nilai standar deviasi sebesar 18,48694, maka

nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata,

artinya sebaran data terkait variabel kepemilikan institusional bersifat

heterogen.

2. Persentase kepemilikan manajerial paling rendah (minimum) adalah

sebesar 0,01% dimiliki oleh perusahaan dengan kode emiten ANTM

yaitu PT Aneka Tambang Tbk pada tahun 2018-2021, ELSA yaitu PT

Elnusa Tbk pada tahun 2019, MITI yaitu PT Mitra Investindo Tbk pada

tahun 2019, PTBA yaitu PT Bukit Asam Tbk pada tahun 2018-2021,

dan TINS yaitu PT Timah Tbk pada tahun 2018-2021, artinya

persentase kepemilikan manajerial perusahaan tersebut sangat rendah

dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Persentase kepemilikan

manajerial paling tinggi adalah sebesar 40,95% dimiliki oleh

perusahaan dengan kode emiten FIRE yaitu PT Alfa Energi Investama

Tbk pada tahun 2018. Kepemilikan manajerial memiliki nilai rata-rata

sebesar 4,5616 dengan nilai standar deviasi sebesar 11,27814. Hal ini

berarti nilai standar deviasi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-

rata, artinya variabel kepemilikan manajerial memiliki variasi data yang

homogen.

3. Nilai kepemilikan asing paling rendah (minimum) adalah sebesar

1,40% dimiliki oleh perusahaan dengan kode emiten FIRE yaitu PT

Alfa Energi Investama Tbk pada tahun 2018 sedangkan nilai tertinggi

(maksimum) adalah sebesar 57,97% dimiliki oleh perusahaan dengan


47

kode emiten MITI yaitu PT Mitra Investindo Tbk pada tahun 2018-

2020. Pada tabulasi data, diperoleh rata-rata nilai sebesar 13,9334

dengan nilai standar deviasi sebesar 15,79087. Hal ini berarti nilai

standar deviasi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata, artinya

variabel kepemilikan asing memiliki variasi data yang homogen.

4. Ukuran perusahaan paling rendah (minimum) adalah sebesar 23,40

dimiliki oleh perusahaan dengan kode emiten ELSA yaitu PT Elnusa

Tbk pada tahun 2019 sedangkan nilai tertinggi (maksimum) adalah

sebesar 28,83 dimiliki oleh perusahaan dengan kode emiten ANTM

yaitu PT Aneka Tambang Tbk pada tahun 2018. Pada tabulasi data,

diperoleh rata-rata nilai sebesar 27,5568 dengan nilai standar deviasi

sebesar 1,25360. Hal ini berarti nilai standar deviasi lebih besar

dibandingkan dengan nilai rata-rata, artinya variabel ukuran perusahaan

memiliki variasi data yang heterogen atau sebaran datanya merata.

5. Nilai corporate social responsibility paling rendah (minimum) adalah

sebesar 0,22 dimiliki oleh perusahaan dengan kode emiten FIRE yaitu

PT Alfa Energi Investama Tbk pada tahun 2018-2019 sedangkan nilai

tertinggi (maksimum) adalah sebesar 0,30 dimiliki oleh perusahaan

dengan kode emiten ELSA yaitu PT Elnusa Tbk pada tahun 2020-2021.

Pada tabulasi data, diperoleh rata-rata nilai sebesar 0,2614, dengan nilai

standar deviasi sebesar 0,02216. Hal ini berarti nilai standar deviasi

lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata, artinya variabel nilai

perusahaan memiliki variasi data yang heterogen atau sebaran datanya

merata.
48

6. Nilai perusahaan paling rendah (minimum) adalah sebesar 0,15 dimiliki

oleh perusahaan dengan kode emiten ARTI yaitu PT Ratu Prabu Energi

Tbk pada tahun 2018 sedangkan nilai tertinggi (maksimum) adalah

sebesar 934,40 dimiliki oleh perusahaan dengan kode emiten ELSA

yaitu PT Elnusa Tbk pada tahun 2019. Pada tabulasi data, diperoleh

rata-rata nilai sebesar 51,4582, dengan nilai standar deviasi sebesar

183,07366. Hal ini berarti nilai standar deviasi lebih besar dibandingkan

dengan nilai rata-rata, artinya variabel nilai perusahaan memiliki variasi

data yang homogen.

4.1.4 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui

pengaruh antara variabel bebas yang di antaranya kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran perusahaan dan

corporate social responsibility terhadap variabel terikat yaitu nilai

perusahaan pada perusahaan pertambangan yang teraftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2018-2021. Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 4.2 dari

hasil analisis didapat model persamaan regresi linear berganda sebagai

berikut.

Tabel 4.2
Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Standardiz Collinearity
ed Statistics
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Std. Toleran VI
Model B Error Beta t Sig. ce F
1 (Constant) 27,8 6,253 4,45 0,0
58 5 00
49

Kepemilikan - 0,020 -0,089 - 0,6 0,393 2,5


Institusional 0,01 0,49 21 47
0 8
Kepemilikan - 0,027 -0,216 - 0,1 0,537 1,8
Manajerial 0,03 1,41 66 61
8 2
Kepemilikan - 0,015 -0,310 - 0,0 0,857 1,1
Asing 0,03 2,55 15 67
9 6
SIZE - 0,186 -0,686 - 0,0 0,913 1,0
1,08 5,84 00 95
5 1
CSR 17,2 12,81 0,193 1,35 0,1 0,614 1,6
94 1 0 85 28
a. Dependent Variable: PBV
Sumber: Lampiran 9 (Data diolah, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dinyatakan persamaan regresi

sebagai berikut:

PBV = 27,858 – 0,010 X1 – 0,038 X2 – 0,039 X3 – 1,085 X4 + 17,294 X5

Interpretasi dari persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut:

1. Nilai konstanta sebesar 27,858 menunjukkan bahwa apabila kepemilikan

institusional (KI), kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan asing

(KA), ukuran perusahaan (SIZE) dan Corporate Social Responsibility

(CSR) sama dengan nol, maka nilai perusahaan (PBV) sebesar 27,858.

2. Koefisien regresi variabel kepemilikan institusional (KI) sebesar – 0,010

menunjukkan bahwa apabila kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan

asing (KA), ukuran perusahaan (SIZE) dan Corporate Social

Responsibility (CSR) bernilai tetap, maka setiap kenaikan kepemilikan

institusional (KI) sebesar satu-satuan maka akan menurunkan nilai

perusahaan (PBV) sebesar 0,010.


50

3. Koefisien regresi variabel kepemilikan manajerial (KM) sebesar – 0,038

menunjukkan bahwa apabila kepemilikan institusional (KI),

kepemilikan asing (KA), ukuran perusahaan (SIZE) dan Corporate

Social Responsibility (CSR) bernilai tetap, maka setiap kenaikan

kepemilikan manajerial (KM) sebesar satu-satuan maka akan

menurunkan nilai perusahaan (PBV) sebesar 0,038.

4. Koefisien regresi variabel kepemilikan asing (KA) sebesar – 0,039

menunjukkan bahwa apabila kepemilikan institusional (KI),

kepemilikan manajerial (KM), ukuran perusahaan (SIZE) dan CSR

bernilai tetap, maka setiap kenaikan kepemilikan asing (KA) sebesar

satu-satuan maka akan menurunkan nilai perusahaan (PBV) sebesar

0,039.

5. Koefisien regresi variabel ukuran perusahaan (SIZE) sebesar – 1,085,

menunjukkan bahwa apabila kepemilikan institusional (KI),

kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan asing (KA) dan Corporate

Social Responsibility (CSR) bernilai tetap, maka setiap kenaikan ukuran

perusahaan (SIZE) sebesar satu-satuan maka akan menurunkan nilai

perusahaan (PBV) sebesar 1,085.

6. Koefisien regresi variabel Corporate Social Responsibility (CSR)

sebesar 17,294, menunjukkan bahwa apabila kepemilikan institusional

(KI), kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan asing (KA), dan

ukuran perusahaan (SIZE) bernilai tetap, maka setiap kenaikan

Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar satu-satuan maka akan

nilai perusahaan (PBV) akan mengalami peningkatan sebesar 17,294.


51

4.1.5 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi

variabel bebas dan terikat keduanya mempunyai distribusi normal. Metode

yang dipakai untuk mengetahui kenormalan model regresi adalah One

Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Distribusi data dinyatakan normal

apabila nilai signifikansi dari One Sample Kolmogorov-Smirnov Test >

0,05. Dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 44
Normal Mean 0,0000000
Parametersa,b Std. Deviation 1,37174939
Most Extreme Absolute 0,124
Differences Positive 0,124
Negative -0,072
Test Statistic 0,124
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,088c
Monte Carlo Sig. Sig. 0,432e
(2-tailed) 95% Confidence Lower 0,285
Interval Bound
Upper 0,578
Bound
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 44 sampled tables with starting seed 1314643744
Sumber: Lampiran 10 (Data diolah, 2022)
52

Berdasarkan hasil uji normalitas tampak pada Tabel 4.3 di atas dapat

dilihat nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,124 dan nilai Asymp. Sig.(2-

tailed) sebesar 0,088. Hal ini menunjukkan bahwa data dalam model

regresi telah terdistribusi normal karena nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar

0,088 > 0,05. Sehingga, data ini dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas maka dapat dilihat

dari nilai Tolerance atau Varian Inflation Faktor (VIF). Nilai yang umum

digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

Tolerance ≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10.

Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Standardiz Collinearity
Unstandardiz ed Statistics
ed Coefficien
Coefficients ts
Std. Toleran VI
Model B Error Beta t Sig. ce F
1 (Constant) 27,8 6,25 4,45 0,0
58 3 5 00
Kepemilik - 0,02 -0,089 - 0,6 0,393 2,5
an 0,01 0 0,49 21 47
Institusion 0 8
al
Kepemilik - 0,02 -0,216 - 0,1 0,537 1,8
an 0,03 7 1,41 66 61
Manajeria 8 2
l
53

Kepemilik - 0,01 -0,310 - 0,0 0,857 1,1


an Asing 0,03 5 2,55 15 67
9 6
SIZE - 0,18 -0,686 - 0,0 0,913 1,0
1,08 6 5,84 00 95
5 1
CSR 17,2 12,8 0,193 1,35 0,1 0,614 1,6
94 11 0 85 28
a. Dependent Variable: PBV
Sumber: Lampiran 9 (Data diolah, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas menunujukkan nilai tolerance

keseluruhan variabel bebas memiliki nilai yang lebih besar dari 0,10 dan

untuk nilai VIF pada seluruh variabel nilainya lebih kecil dari 10, sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat multikolinearitas atau tidak

ada kolerasi diantara variabel bebas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah pada

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Apabila nilai signifikansinya di atas tingkat

signifikan 0,05 maka model regresi tidak mengandung adanya

heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel

4.5 berikut.

Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa
Standardiz Collinearity
ed Statistics
Unstandardize Coefficient
d Coefficients s
Std. Toleran
Model B Error Beta t Sig. ce VIF
54

1 (Constant) 3,78 3,272 1,15 0,254


6 7
Kepemilika - 0,010 -0,030 - 0,908 0,393 2,54
n 0,00 0,11 7
Institusiona 1 7
l
Kepemilika - 0,014 -0,045 - 0,839 0,537 1,86
n 0,00 0,20 1
Manajerial 3 4
Kepemilika 0,00 0,008 -0,008 - 0,965 0,857 1,16
n Asing 0 0,04 7
4
SIZE - 0,097 -0,083 - 0,625 0,913 1,09
0,04 0,49 5
8 3
CSR - 6,703 -0,142 - 0,491 0,614 1,62
4,66 0,69 8
7 6
a. Dependent Variable: abs_res
Sumber: Lampiran 10 (Data diolah, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel

kepemilikan institusional (KI), kepemilikan manajerial (KM), kepemilikan

asing (KA), ukuran perusahaan (SIZE) dan Corporate Social

Responsibility (CSR) memiliki nilai signifikansi sebesar lebih besar

dibandingkan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa di dalam model

regresi lolos uji heteroskedastisitas.

4. Uji Autokolerasi

Hasil autokorelasi pada uji Durbin Watson (DW Test) dapat dilihat

pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6
55

Hasil Uji Autokolerasi

Std. Error
Adjusted of the Durbin-
Model R R Square R Square Estimate Watson
1 0,722 a
0,521 0,458 1,45921 1,790
a. Predictors: (Constant), CSR, SIZE, Kepemilikan Asing, Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional
b. Dependent Variable: PBV
Sumber: Lampiran 9 (Data diolah, 2022)

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai DW sebesar 1,790

Jumlah sampel 44 (n) dan jumlah variabel bebas sebanyak 5 dan intercept

(k=6), sehingga dapat diketahui nilai dL sebesar 1,277 dan nilai dU

sebesar 1,778 Dari nilai tersebut adapun ketentuan yang dipenuhi adalah

dU < DW < (4-dU) yaitu 1,778 < 1,790 < 2,222 yang artinya bahwa nilai

DW sebesar 1,790 lebih besar dari 1,778 namun lebih kecil dari 2,222

sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi

autokolerasi.

4.1.6 Hasil Uji Kelayakan Model

1. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Koefisien determnasi dapat dilihat melalui nilai Adjusted R Square.

Hasil pengujian koefisien korelasi berganda dapat dilihat pada Tabel 4.7

berikut.

Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Korelasi Berganda dan Koefisien Determinasi

Std. Error
Adjusted of the Durbin-
Model R R Square R Square Estimate Watson
1 0,722 a
0,521 0,458 1,45921 1,790
a. Predictors: (Constant), CSR, SIZE, Kepemilikan Asing, Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional
Sumber: Lampiran 9 (Data diolah, 2022)
56

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui nilai Adjusted R Square sebesar

0,458. Hal ini menunjukkan sebesar 45,8% nilai perusahaan (PBV)

dipengaruhi oleh variabel kepemilikan institusional (KI), kepemilikan

manajerial (KM), kepemilikan asing (KA), ukuran perusahaan (SIZE) dan

Corporate Social Responsibility (CSR) sedangkan sisanya sebesar 54,2%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan di dalam model

regresi.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas secara

simultan yang digunakan mampu menjelaskan variabel terikat. Jika

signifikan F > 0,05 maka variabel independen dikatakan tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat

pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8
Hasil Uji F pada Tabel Anova

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 88,001 5 17,600 8,266 0,000b
Residual 80,913 38 2,129
Total 168,914 43
a. Dependent Variable: PBV
b. Predictors: (Constant), CSR, SIZE, Kepemilikan Asing, Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional
Sumber: Lampiran 9 (Data diolah, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.8 diatas nilai diketahui nilai F-hitung sebesar

8,266 dan nilai signifikan F adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa kepemilikan institusional (KI), kepemilikan


57

manajerial (KM), kepemilikan asing (KA), ukuran perusahaan (SIZE) dan

Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap nilai perusahaan (PBV) dan model regresi dapat

dikatakan layak.

4.1.7 Pengujian Hipotesis

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dijelaskan bahwa

dari uji statistik t antara masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional (KI)

memiliki standar koefisien beta bertanda negatif sebesar -0,089 dengan

nilai signifikan 0,621 > 0,05, sehingga kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Tahun 2018-2021, oleh sebab itu H1 ditolak. Hal ini

menjelaskan bahwa semakin besar persentase kepemilikan institusional

maka tidak akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Tahun 2018-2021.

2. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial (KM)

memiliki standar koefisien beta bertanda negatif sebesar -0,216 dengan

nilai signifikan 0,166 > 0,05, sehingga kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Tahun 2018-2021, oleh sebab itu H2 ditolak. Hal ini

menjelaskan bahwa semakin besar persentase kepemilikan manajerial


58

maka tidak akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Tahun 2018-2021.

3. Hasil uji t menunjukkan bahwa kepemilikan asing (KA) memiliki

standar koefisien beta bertanda negatif sebesar -0,310 dengan nilai

signifikan 0,015 < 0,05 sehingga kepemilikan asing berpengaruh negatif

terhadap nilai perusahaan (PBV), oleh sebab itu H 3 ditolak. Hal ini

menjelaskan bahwa semakin besar persentase kepemilikan asing maka

nilai perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Tahun

2018-2021 akan mengalami penurunan.

4. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE)

memiliki standar koefisien beta bertanda negatif sebesar -0,686 dengan

nilai signifikan 0,000 < 0,05, sehingga ukuran perusahaan (SIZE)

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan (PBV), oleh sebab itu H 4

ditolak. Hal ini menjelaskan bahwa semakin besar ukuran perusahaan

maka nilai perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Tahun 2018-2021 akan mengalami penurunan.

5. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel Corporate Social Responsibility

(CSR) memiliki standar koefisien beta bertanda positif sebesar 0,193

dengan nilai signifikan 0,185 > 0,05, sehingga Corporate Social

Responsibility tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV), oleh

sebab itu H5 ditolak. Hal ini menjelaskan bahwa semakin baik nilai

Corporate Social Responsibility (CSR) yang diungkapkan maka tidak

akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Tahun 2018-2021.


59

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa variabel kepemiliki

institutional (KI) memiliki standar koefisien beta bertanda negatif sebesar -

0,089 dengan nilai signifikan 0,621 > 0,05, sehingga kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Tahun 2018-2021, oleh sebab itu H 1 ditolak.

Hal ini menjelaskan bahwa semakin besar persentase kepemilikan

institusional maka tidak akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Tahun 2018-2021.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Chotimah (2017), Israel (2018) dan Widyastuti (2020) yang menjelaskan

bahwa kepemilikan institusional tidak mempunyai pengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena besar atau kecilnya

kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusi tidak bisa dalam

mengamati segala perilaku opportunistic oleh pihak manajemen saat

mengelola perusahaan yang berarti investor eksternal tidak mampu

mengoptimum sistem pengawasan yang dimilikinya. Pemilik institusional

mayoritas lebih condong untuk berkongsi dan berpihak kepada manajemen

perusahaan sehingga strategi antara investor dan manajemen belum bisa

menjadi prosedur dalam menaikkan nilai perusahaan. Para pemegang saham

mayoritas juga mempunyai kecenderungan dalam hal mengendalikan

perusahaan. Kemampuan mengendalikan ini dijadikan oleh investor


60

mayoritas sebagai pemilik saham pengendali di mana pemilik saham

pengendali ini mempunya hak controlling.

Hak controlling ini bisa digunakan dan mampu berperan besar pada

saat RUPS. Hasil ini terjadi karena nilai kepemilikan institusional

perusahaan pertambangan dipengaruhi oleh banyak pihak, salah satunya

adalah campur tangan pemerintah. Dengan adanya campur tangan

pemerintah, maka keputusan pemilik institusional harus didasari oleh

peraturan-peraturan tersebut selain itu tingginya kepemilikan institusional,

maka semakin besar pula pengawasan yang diberikan pada pihak

manajemen. Pengawasan yang tinggi maka akan meminimalisasi tingkat

penyelewenganpenyelewengan yang terjadi pada pihak manajemen yang

memungkinkan dapat menurunkan nilai perusahaan. Selain melakukan

pengawasan terhadap pihak manajemen, kepemilikan institusional juga

melakukan hal-hal yang positif guna untuk meningkatkan nilai perusahaan.

3.7.6 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa variabel kepemiliki

manajerial (KM) memiliki standar koefisien beta bertanda negatif sebesar -

0,216 dengan nilai signifikan 0,166 > 0,05, sehingga kepemilikan manajerial

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Tahun 2018-2021, oleh sebab itu H2 ditolak. Hal ini menjelaskan

bahwa semakin besar persentase kepemilikan manajerial maka tidak akan

berpengaruh terhadap nilai perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Tahun 2018-2021.


61

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Nurhkin (2017) dan Sari

(2020) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa presentase saham yang

dimiliki manajer pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

relatif kecil yang mengakibatkan belum memiliki rasa tanggungjawab

terhadap perusahaan tersebut dan mengutamakan kepentingan pribadinya.

Artinya semakin tinggi proporsi kepemilikan manajerial maka semakin

menurunkan nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value.

Hal ini dapat terjadi karena sesuai dengan data sekunder berupa laporan

tahunan yang menunjukkan jumlah kepemilikan manajerial perusahaan

sampel pada setiap tahunnya ada yang konstan dan terkadang ada yang

belum stabil mengalami peningkatan atau penurunan. Ketika kepemilikan

manajerial mengalami peningkatan namun tetap tidak mempengaruhi nilai

perusahaan ini disebabkan oleh jumlah kepemilikan manajerial yang kurang

dari seratus persen sehingga kinerja manajemen dinyatakan belum optimal

dan belum mampu meningkatkan nilai perusahaan. Kondisi ini juga dapat

memicu terjadinya konflik agensi yang berdampak menurunkan nilai

perusahaan. Jumlah kepemilikan saham manajerial yang besar dianggap

memperbesar perilaku oportunis manajer sehingga pasar akan berekasi

negatif yang berdampak pada penurunan nilai perusahaan (Benson dan

Davinson, 2009). Manajer yang lebih mementingkan kepentingannya sendiri

daripada kepentingan para pemegang saham dapat merugikan perusahaan

dan pihak pemegang saham serta menjadi sinyal negatif bagi investor.
62

3.7.7 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa kepemiliki asing (KA)

memiliki standar koefisien beta bertanda negatif sebesar -0,310 dengan nilai

signifikan 0,015 < 0,05 sehingga kepemilikan asing berpengaruh negatif

terhadap nilai perusahaan (PBV), oleh sebab itu H 3 ditolak. Hal ini

menjelaskan bahwa semakin besar persentase kepemilikan asing maka nilai

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Tahun 2018-2021

akan mengalami penurunan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Boe (2019) yang

menjelaskan bahwa kepemilikan asing berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa partisipasi investor

asing dalam pasarsaham telah menambah beberapa perubahan regulasi. Oleh

karena asumsi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang

dipilih oleh investor asing untuk ditanamkan saham atau modalnya memiliki

proteksi yang baik dan struktur pengelolaan perusahaan yang baik pula.

Sehingga dengan begitu kepemilikan asing dalam perusahaan dapat

mengindikasikan peningkatan dalam nilai perusahaan.

Berdasarkan 11 perusahaan yang dijadikan obyek penelitian

menunjukkan rata-rata kepemilikan saham asing sebesar 57,97%. hal ini

menunjukkan bahwa proporsi kepemilikan saham asing lebih dari 50%,

sehingga dapat dikatakan masih banyak investor asing yang memiliki saham

perusahaan tambang selama tahun 2018-2021. Kepemilikan asing dalam

perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap

pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Kepemilikan asing


63

diduga menjadi salah satu cara untuk meng-upgrade perusahaan-perusahaan

secara teknologi di negara-negara berkembang, melalui impor langsung

modal baru dan teknologi baru. menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan

asing diketahui lebih produktif dibandingkan perusahaan domestik. Semakin

besar kepemilikan asing maka pemegang saham pengendali tidak dapat

leluasa dalam mengelola perusahaan. Hal ini dapat terjadi konflik

kepentingan antara pemegang saham asing dengan pemegang saham

pengendali/mayoritas.

3.7.8 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa variabel ukuran

perusahaan (SIZE) memiliki standar koefisien beta bertanda negatif sebesar

-0,686 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05, sehingga ukuran perusahaan

(SIZE) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan (PBV), oleh sebab itu

H4 ditolak. Hal ini menjelaskan bahwa semakin besar ukuran perusahaan

maka nilai perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Tahun

2018-2021 akan mengalami penurunan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hermawan (2018) yang

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

yang dilihat dari total aset perusahaan yang terlalu besar dianggap sebagai

sinyal negatif bagi para investor ataupun calon investor. Perusahaan dengan

ukuran lebih tinggi umumnya memiliki nilai perusahaan yang lebih rendah.

Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih

leluasa dalam mempergunakan aset yang ada dalam perusahaan tersebut.


64

Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran

yang dirasakan oleh pemilik aset perusahaan. Jumlah aset yang besar akan

menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik perusahaannya.

Ukuran perusahaan yang terlalu besar dianggap akan menyebabkan

kurangnya efesiensi pengawasan kegiatan operasional dan strategi oleh

jajaran manajemen, sehingga dapat mengurangi nilai perusahaan. Kondisi

seperti ini disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara

pemegang saham dengan manajer sehingga muncul konflik yang disebut

dengan agency conflict atau konflik keagenan (Jensen & Meckling, 1976).

Pemilik perusahaan memiliki kepentingan atas lebih majunya perusahaan

dengan kebijakan yang berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaan

untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Sedangkan

manajemen perusahaan memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan

sebesar-besarnya bagi dirinya berupa bonus maupun insentif atas hasilnya

menjalankan perusahaan tanpa mempertimbangkan risiko kerugian yang

ada. Konflik tersebut terjadi karena manusia pada dasarnya adalah makhluk

ekonomi yang mempunyai sifat dasar untuk mementingkan kepentingan

sendiri.

Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan

juga dapat disebabkan oleh investor yang menganggap bahwa perusahaan

yang memiliki total aset besar cenderung menetapkan laba ditahan lebih

besar dibandingkan dengan dividen yang dibagikan kepada para pemegang

saham.

3.7.9 Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan


65

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa variabel CSR memiliki

standar koefisien beta bertanda positif sebesar 0,193 dengan nilai

signifikan 0,185 > 0,05, sehingga Corporate Social Responsibility tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV), oleh sebab itu H 5 ditolak.

Hal ini menjelaskan bahwa semakin baik nilai Corporate Social

Responsibility (CSR) yang diungkapkan maka tidak akan berpengaruh

terhadap nilai perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Tahun 2018-2021.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pristianingrum (2017)

yang menjelaskan bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Hal ini diduga karena adanya UU tentang perseroan terbatas

No.40 tahun 2007 tentang perihal pelaksanaan CSR. Sehingga investor

merasa tidak perlu melihat pengungkapan CSR yang dilakukan

perusahaan, karena perusahaan pasti akan melakukannya jika perusahaan

tidak ingin mendapat sangsi perundang-undangan (Puspitasari, 2011).

Pelaksanaan CSR merupakan strategi jangka panjang, sehingga untuk

menikmati hasil pelaksanaan CSR yang tercermin dalam kinerja

perusahaan membutuhkan waktu cukup lama, sehingga wajar jika dalam

jangka pendek pelaksanaan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan dari hasil analisis serta pembahasan mengenai pengaruh

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran

perusahaan dan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-

2021, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Tahun 2018-2021, artinya

besar kecilnya persentase kepemilikan institusional tidak akan

berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan.

2. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Tahun 2018-2021, artinya

besar kecilnya persentase kepemilikan institusional

3. Kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Tahun 2018-2021, artinya

semakin meningkatnya kepemilikan asing maka nilai perusahaan akan

mengalami penurunan.

4. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Tahun 2018-2021, artinya

semakin besar ukuran ukuran perusahaan maka nilai perusahaan akan

mengalami penurunan.

66
67

5. Corporate social responsibility tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Tahun 2018-

2021, artinya semakin tinggi corporate social responsibility yang

diungkapkan maka tidak akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

dapat disampaikan keterbatasan dan saran dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian ini hanya meneliti pada perusahaan sektor pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga bagi peneliti selanjutnya

diharapkan dapat meneliti perusahaan sektor lainnya seperti sektor

manufaktur, sektor perbankan, maupun sektor lain selain sektor

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan asing, ukuran

perusahaan dan corporate social responsibility hanya berpengaruh

sebesar 45,8%, oleh sebab itu pada penelitian berikutnya diharapkan

untuk dapat meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai

perusahaan seperti profitabilitas, leverage, kebijakan deviden, kebijakan

utang, serta pertumbuhan perusahaan.

3. Penelitian ini hanya menggunakan tiga tahun periode amatan yaitu

2018-2021, oleh sebab itu pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat

menambah tahun amatan penelitian sehingga dari hasil penelitian


68

tersebut dapat dijadikan perbandingan mengenai kondisi perusahaan

sebelum dan sesudah memasuki masa pandemi, serta simpulan

penelitian yang didapatkan akan semakin baik karena mampu mewakili

populasi penelitian.

4. Kepemilikan institusional dalam penelitian ini tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan dikarenakan terdapat kepentingan para

investor yang menimbulkan konflik agensi, sehingga manajemen

dituntut agar dapat meminimalisasi kemungkinan resiko yang dihadapi

dan diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan.

5. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan strategi jangka

pendek pada perusahaan tambang tahun 2018-2021 tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan, namun untuk dapat meningkatkan nilai

perusahaan juga perlu kiranya untuk terus meningkatkan kontribusinya

terhadap negara, masyarakat dan lingkungan sebagai bentuk tanggung

jawabnya terhadap dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas

pertambangan yang dilakukan.


69

DAFTAR PUSTAKA

Amaliyah, F., dan Herwiyanti, E. 2019. Pengaruh Kepemilikan Institusional,


Dewan Komisaris Independen, dan Komite Audit terhadap Nilai
Perusahaan Sektor Pertambangan. Jurnal Akuntansi Universitas Bengkulu
9(3), 187-200.

Arianti, N. P. A., dan Putra, I. P. M. J. S. 2018. Pengaruh Profitabilitas Pada


Hubungan Corporate Social Responsibility & Good Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu (STIE) Ekonomi Triatma Mulya, 24(1), 20-46.

Bursa Efek Indonesia. www.idx.co.id

Boe, L. B. 2019. Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Asing, Risiko


Penghindaran Pajak Terhadap Nilai Perusahaan (Pada Perusahaan LQ45
yang Terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi Pajak Dewantara, 1(2), 194-206.

Chotimah, H. 2017. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional


dan Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan
Hutang (Studi empiris pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2015) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Jember).

Darmayanti, F. E., dan Sanusi, F. 2018. Pengaruh Kepemilikan Manajerial,


Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai
Perusahaan. Sains: Jurnal Manajemen dan Bisnis, 11(1).

Dewi, L. S., dan Abundanti, N. 2019. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,


Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai
Perusahaan. E-Jurnal Manajemen, 8(10).

Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
23. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hermawan, F. H. T. 2018. Pengaruh kepemilikan manajerial, profitabilitas,


Ukuran perusahaan dan struktur modal Terhadap nilai perusahaan. Artikel
Ilmiah Akuntansi, Stie Perbanas Surabaya.

Iskandar, D. 2017. Pengaruh ukuran perusahaan, corporate governance dan


struktur modal terhadap nilai perusahaan (Studi empiris pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011–2014).
E-Jurnal Ekonomi Universitas Mercubuana.
70

Israel, C., Mangantar, M., dan Saerang, I. S. 2018. Pengaruh Struktur Modal,
Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 6(3).

Jayaningrat, I. G. A. A., Wahyuni, M. A., dan Edy Sujana, S. E. 2017. Pengaruh


Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, Kebijakan Deviden, Kepemilikan
Manajerial, Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan
Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2015. JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Undiksha, 7(1).

Jensen, M and Mecking, W. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour,


Agency Costs and Ownership Structure. Journal of financial Ecomomics 3
(4):305-360.

Mareta, A., dan Fitriyah, F. K. 2017, July. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan
Kepemilikan Asing Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur yang Mengikuti Proper dan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015). Seminar Nasional Akuntansi dan Bisnis (SNAB),
Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

Muliani, K., Novitasari, N. L. G., dan Saitri, P. W. 2019. Pengaruh Good


Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan. Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi
(KHARISMA), 1(1), 290-321.

Mutmainnah, M., Puspitaningtyas, Z., dan Puspita, Y. 2019. Pengaruh Kebijakan


Deviden, Keputusan Investasi, Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan
Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan. Buletin studi ekonomi. Universitas
Jember. vol. 24 No. 1.

Novari, P. M., dan Lestari, P. V. 2016. Pengaruh ukuran perusahaan, leverage,


dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada sektor properti dan real
estate. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 5(9).

Oktaviarni, F., Murni, Y., dan Suprayitno, B. 2019. Pengaruh Profitabilitas,


Likuiditas, Leverage, Kebijakan Dividen, dan Ukuran Perusahaan terhadap
Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi, 9(1), 1-16.

Onasis, K., dan Robin, R. 2016. Pengaruh tata kelola perusahaan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI. E-
jurnal Bina Ekonomi, 20(1), 1-22.
71

Pohan, C. D., dan Dwimulyani, S. 2017. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan,


Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Pertambangan Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti, 4(1), 37-54.

Pristianingrum, N. 2018. Pengaruh ukuran, profitabilitas, dan pengungkapan CSR


terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek
indonesia. UNEJ e-Proceeding, 353-364.

Putranto, A.F., dan Setyawan, A. A. 2016. Analisis Pengaruh Corporate Social


Responsibility (CSR) Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013)
Publikasi Ilmiah, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Putri, K. A. T., dan Mardenia, L. 2019. Pengaruh GCG, CSR, Profitabilitas dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmiah Wahana
Akuntansi, 14(2), 156-169.

Putri, M., dan Syamsudin, H. 2019. Analisis Pengaruh Kepemiliman Asing,


Kepemilikan Domestik, Kepemilikan Publik terhadap Nilai Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2017 (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Rivandi, M. 2018. Pengaruh intellectual capital disclosure, kinerja keuangan, dan


kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Jurnal Pundi, 2(1).

Rizaldi, I. P. A., Mendra, N. P. Y., dan Novitasari, L. G. 2019. Pengaruh


Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Dan Struktur Modal
Terhadap Nilai Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset
Akuntansi (Juara), 9(2), 112-121.

Saragih, N. R., dan Adi, S. W. 2019. Pengaruh Direktur Asing, Komisaris Asing,
dan Kepemilikan Asing terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris
terhadap Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2017)
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Siregar, M. E. S., Dalimunthe, S., dan Safri, R. 2019. Pengaruh profitabilitas,


ukuran perusahaan, kebijakan dividen dan struktur modal terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2015-2017. JRMSI-Jurnal Riset Manajemen Sains
Indonesia, 10(2), 356-385.
72

Suastini, N. M., Purbawangsa, I. B. A., dan Rahyuda, H. 2016. Pengaruh


kepemilikan manajerial dan pertumbuhan perusahaan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (struktur
modal sebagai variabel moderasi). E-Jurnal ekonomi dan bisnis
Universitas Udayana, 5(1), 143-172.

Sudarma, I. K. G. A. M., Darmayanti, A., dan Putu, N. 2017. Pengaruh CSR,


kepemilikan manajerial dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan sektor
pertambangan pada indeks Kompas 100. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.
6, No. 4.

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &


D. (Keempat). Bandung: Alfabeta.

Utami, D., Santoso, E. B., dan Pranaditya, A. 2017. Pengaruh Struktur Modal,
Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Kinerja
Keuangan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan
Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011-2015). Journal Of Accounting, 3(3).

Widyamurti, A. 2016. Analisis Pengaruh Pengungkapan Csr, Kepemilikan


Manajerial, Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan
Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Jmm Unram-Master Of Management Journal, 5(3).

Widyastuti, V., Wahono, B., dan Rizal, M. 2020. Analisis Pengaruh Board of
Directors, Struktur Aset, Kepemilikan Institusional, dan Kebijakan Hutang
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Pertambangan
Yang Terdaftar Di BEI Periode 2017-2019). Jurnal Ilmiah Riset
Manajemen, 9(06).

Yuslirizal, A. 2017. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,


Growth, Likuiditas dan Size terhadap Nilai Perusahaan pada Industri
Tekstil dan Garmen di Bursa Efek Indonesia. e Jurnal Katalogis, Volume
5 Nomor 3.
73

Lampiran 1 – Data Kepemilikan Institusional

Saham yang Dimiliki Jumlah Saham Kepemilikan


No Kode Periode
Institusi Beredar Institusional
1 ANTM 2018 17.854.030.879 24.030.764.725 74,30
2   2019 18.059.050.285 24.030.764.725 75,15
3   2020 15.619.999.999 24.030.764.725 65,00
4   2021 15.619.999.999 24.030.764.725 65,00
5 ARTI 2018 3.545.756.200 7.840.000.000 45,23
6   2019 4.318.339.800 7.840.000.000 55,08
7   2020 4.318.339.800 7.840.000.000 55,08
8   2021 4.318.339.800 7.840.000.000 55,08
9 DKFT 2018 4.389.724.000 5.638.246.600 77,86
10   2019 4.455.492.575 5.638.246.600 79,02
11   2020 4.102.485.175 5.638.246.600 72,76
12   2021 4.102.485.175 5.638.246.600 72,76
13 ELSA 2018 4.408.027.172 7.298.500.000 60,40
14   2019 4.590.777.718 7.298.500.000 62,90
15   2020 4.288.338.700 7.298.500.000 58,76
16   2021 4.288.338.700 7.298.500.000 58,76
17 FIRE 2018 449.396.700 1.465.783.316 30,66
18   2019 334.415.850 1.475.362.946 22,67
19   2020 544.783.150 1.475.363.179 36,93
20   2021 544.783.150 1.475.363.179 36,93
21 MITI 2018 883.084.983 1.411.550.800 62,56
22   2019 1.041.225.624 1.411.550.800 73,76
23   2020 521.271.357 564.620.320 92,32
24   2021 521.271.357 564.620.320 92,32
25 PTBA 2018 9.276.419.960 11.184.061.250 82,94
26   2019 9.406.310.146 11.190.363.250 84,06
27   2020 9.493.036.753 10.540.375.745 90,06
28   2021 9.493.036.753 10.540.375.745 90,06
29 RUIS 2018 174.354.500 770.000.000 22,64
30   2019 324.633.425 770.000.000 42,16
31   2020 318.233.425 770.000.000 41,33
32   2021 318.233.425 770.000.000 41,33
33 SMMT 2018 2.502.563.586 3.150.000.000 79,45
34   2019 2.502.156.986 3.150.000.000 79,43
35   2020 2.608.791.568 3.150.000.000 82,82
36   2021 2.608.791.568 3.150.000.000 82,82
37 SURE 2018 960.000.000 1.497.576.771 64,10
38   2019 960.000.000 1.497.576.771 64,10
39   2020 960.000.000 1.497.576.771 64,10
40   2021 960.000.000 1.497.576.771 64,10
41 TINS 2018 5.450.875.462 7.447.753.453 73,19
42   2019 5.385.588.950 7.447.753.453 72,31
43   2020 5.432.419.150 7.447.753.453 72,94
44   2021 5.432.419.150 7.447.753.453 72,94
74

Lampiran 2 – Data Kepemilikan Manajerial

Saham yang Dimiliki Jumlah Saham Kepemilikan


No Kode Periode
Manajerial Beredar Manajerial
1 ANTM 2018 1.385.350 24.030.764.725 0,01
2   2019 3.112.500 24.030.764.725 0,01
3   2020 2.325.000 24.030.764.725 0,01
4   2021 2.325.000 24.030.764.725 0,01
5 ARTI 2018 25.464.600 7.840.000.000 0,32
6   2019 25.464.600 7.840.000.000 0,32
7   2020 22.732.600 7.840.000.000 0,29
8   2021 22.732.600 7.840.000.000 0,29
9 DKFT 2018 301.762.014 5.638.246.600 5,35
10   2019 156.574.338 5.638.246.600 2,78
11   2020 28.122.066 5.638.246.600 0,50
12   2021 28.122.066 5.638.246.600 0,50
13 ELSA 2018 53.664.170 7.298.500.000 0,74
14   2019 623.006 7.298.500.000 0,01
15   2020 17.702.200 7.298.500.000 0,24
16   2021 17.702.200 7.298.500.000 0,24
17 FIRE 2018 600.203.000 1.465.783.316 40,95
18   2019 531.203.000 1.475.362.946 36,00
19   2020 531.203.000 1.475.363.179 36,00
20   2021 531.203.000 1.475.363.179 36,00
21 MITI 2018 12.591.038 1.411.550.800 0,89
22   2019 170.500 1.411.550.800 0,01
23   2020 130.000 564.620.320 0,02
24   2021 130.000 564.620.320 0,02
25 PTBA 2018 1.260.000 11.184.061.250 0,01
26   2019 1.625.000 11.190.363.250 0,01
27   2020 1.272.500 10.540.375.745 0,01
28   2021 1.272.500 10.540.375.745 0,01
29 RUIS 2018 212.018.700 770.000.000 27,53
30   2019 1.801.000 770.000.000 0,23
31   2020 1.801.000 770.000.000 0,23
32   2021 1.801.000 770.000.000 0,23
33 SMMT 2018 19.386.400 3.150.000.000 0,62
34   2019 6.550.000 3.150.000.000 0,21
35   2020 8.360.000 3.150.000.000 0,27
36   2021 8.360.000 3.150.000.000 0,27
37 SURE 2018 39.264.000 1.497.576.771 2,62
38   2019 34.024.950 1.497.576.771 2,27
39   2020 34.678.900 1.497.576.771 2,32
40   2021 34.678.900 1.497.576.771 2,32
41 TINS 2018 860.196 7.447.753.453 0,01
42   2019 860.196 7.447.753.453 0,01
43   2020 860.196 7.447.753.453 0,01
44   2021 860.196 7.447.753.453 0,01
75

Lampiran 3 – Data Kepemilikan Asing

Saham Kepemilikan
No Kode Periode Saham Beredar KA
Asing
1 ANTM 2018 666.237.418 24.030.764.725 2,77
2   2019 661.580.713 24.030.764.725 2,75
3   2020 1.342.058.994 24.030.764.725 5,58
4   2021 1.342.168.994 24.030.764.725 5,59
5 ARTI 2018 342.847.000 7.840.000.000 4,37
6   2019 343.875.000 7.840.000.000 4,39
7   2020 342.847.000 7.840.000.000 4,37
8   2021 372.847.000 7.840.000.000 4,76
9 DKFT 2018 318.476.000 5.638.246.600 5,65
10   2019 429.396.300 5.638.246.600 7,62
11   2020 487.568.300 5.638.246.600 8,65
12   2021 457.878.300 5.638.246.600 8,12
13 ELSA 2018 512.842.111 7.298.500.000 7,03
14   2019 466.390.080 7.298.500.000 6,39
15   2020 402.067.610 7.298.500.000 5,51
16   2021 409.667.610 7.298.500.000 5,61
17 FIRE 2018 20.550.000 1.465.783.316 1,40
18   2019 28.865.500 1.475.362.946 1,96
19   2020 21.859.700 1.475.363.179 1,48
20   2021 21.359.700 1.475.363.179 1,45
21 MITI 2018 818.256.298 1.411.550.800 57,97
22   2019 818.256.298 1.411.550.800 57,97
23   2020 327.302.451 564.620.320 57,97
24   2021 323.730.245 564.620.320 57,34
25 PTBA 2018 2.016.804.143 11.184.061.250 18,03
26   2019 1.482.400.692 11.190.363.250 13,25
27   2020 933.561.022 10.540.375.745 8,86
28   2021 985.356.100 10.540.375.745 9,35
29 RUIS 2018 118.139.700 770.000.000 15,34
30   2019 120.166.750 770.000.000 15,61
31   2020 122.666.075 770.000.000 15,93
32   2021 122.366.075 770.000.000 15,89
33 SMMT 2018 363.634.491 3.150.000.000 11,54
34   2019 356.628.291 3.150.000.000 11,32
35   2020 346.543.209 3.150.000.000 11,00
36   2021 343.561.109 3.150.000.000 10,91
37 SURE 2018 297.576.771 1.497.576.771 19,87
38   2019 297.706.071 1.497.576.771 19,88
39   2020 500.190.643 1.497.576.771 33,40
40   2021 510.190.643 1.497.576.771 34,07
41 TINS 2018 496.852.774 7.447.753.453 6,67
42   2019 336.311.204 7.447.753.453 4,52
43   2020 403.458.026 7.447.753.453 5,42
44   2021 410.458.026 7.447.753.453 5,51
76

Lampiran 4 – Data Ukuran Perusahaan

No Kode Periode Total Aset SIZE


1 ANTM 2018 3.330.639.080.700 28,83
2   2019 3.019.490.773.000 28,74
3   2020 3.172.051.299.500 28,79
4   2021 3.274.205.129.900 28,82
5 ARTI 2018 2.692.455.709.206 28,62
6   2019 1.785.484.025.750 28,21
7   2020 2.852.964.580.558 28,68
8   2021 2.352.966.458.085 28,49
9 DKFT 2018 2.656.465.232.390 28,61
10   2019 2.655.274.236.534 28,61
11   2020 2.564.738.565.369 28,57
12   2021 2.647.780.565.369 28,60
13 ELSA 2018 156.573.270.000 25,78
14   2019 14.582.196.000 23,40
15   2020 14.859.517.000 23,42
16   2021 114.859.591.700 25,47
17 FIRE 2018 573.239.122.900 27,07
18   2019 543.257.046.224 27,02
19   2020 505.302.049.812 26,95
20   2021 505.302.049.812 26,95
21 MITI 2018 148.265.325.310 25,72
22   2019 571.638.674.240 27,07
23   2020 276.060.769.350 26,34
24   2021 327.606.079.645 26,52
25 PTBA 2018 1.241.729.330.000 27,85
26   2019 1.260.980.520.000 27,86
27   2020 1.240.567.550.000 27,85
28   2021 1.478.905.675.500 28,02
29 RUIS 2018 1.151.907.407.016 27,77
30   2019 1.251.357.407.016 27,86
31   2020 1.345.151.507.257 27,93
32   2021 1.545.150.576.000 28,07
33 SMMT 2018 831.965.937.268 27,45
34   2019 871.513.339.763 27,49
35   2020 551.246.785.510 27,04
36   2021 598.912.468.580 27,12
37 SURE 2018 1.567.535.611.310 28,08
38   2019 1.492.511.771.761 28,03
39   2020 1.859.713.719.635 28,25
40   2021 1.689.001.859.715 28,16
41 TINS 2018 1.511.794.800.000 28,04
42   2019 2.036.127.800.000 28,34
43   2020 1.451.770.000.000 28,00
44   2021 1.453.587.000.000 28,01
77

Lampiran 5 – Data Corporate Social Responsibility

Kreteria Pengukuran CSR

No Kriteria CSR
1 Perolehan dan distribusi ekonomi langsung yang meliputi pendapatan, biaya operasi,
imbalan jasa karyawan, donasi dan investasi komunitas lainnya, laba ditahan dan
pembayaran kepada penyandang dana serta pemerintah.
2 Implikasi finansial dan risiko lainnya akibat perubahan iklim serta peluangnya bagi
aktivitas organisasi.
3 Jaminan kewajiban organisasi terhadap program imbalan pasti.
4 Bantuan finansial yang signifikan dari pemerintah.
5 Rentang rasio standar upah terendah dibandingkan dengan upah minimum setempat
  pada lokasi operasi yang signifikan.
6 Kebijakan, praktik dan proporsi pengeluaran untuk pemasok lokal pada lokasi
  operasi yang signifikan.
7 Prosedur penerimaan pegawai lokal dan proporsi manajemen senior lokal yang
  dipekerjakan pada lokasi operasi yang signifikan.
8 Pembangunan dan dampak dari investasi infrastruktur serta jasa yang diberikan
  untuk kepentingan publik secara komersial dan natura.
9 Pemahaman dan penjelasan dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan,
  termasuk seberapa luas dampaknya.
10 Penggunaan Bahan; diperinci berdasarkan berat atau volume
11 Persentase Penggunaan Bahan Daur Ulang.
12 Penggunaan Energi Langsung dari Sumberdaya Energi Primer.
13 Pemakaian Energi Tidak Langsung Berdasarkan Sumber Primer.
14 Penghematan Energi melalui Konservasi dan Peningkatan Efisiensi.
15 Inisiatif untuk mendapatkan produk dan jasa berbasis energi efisien atau energi yang
dapat diperbarui serta pengurangan persyaratan kebutuhan energi sebagai akibat dari
inisiatif tersebut.
16 Inisiatif untuk mengurangi konsumsi energi tidak langsung dan
  pengurangan yang dicapai.
17 Total pengambilan air per sumber.
18 Sumber air yang terpengaruh secara signifikan akibat pengambilan air.
19 Persentase dan total volume air yang digunakan kembali dan
  didaur ulang.
20 Lokasi dan ukuran tanah yang dimiliki, disewa dan dikelola oleh organisasi pelapor
yang berlokasi di dalam atau yang berdekatan dengan daerah yang diproteksi
(dilindungi) atau daerah- daerah yang memiliki nilai keanekaragaman hayati yang
tinggi di luar daerah yang diproteksi.
21 Uraian atas berbagai dampak signifikan yang diakibatkan oleh aktivitas,
produk dan jasa organisasi pelapor terhadap keanekaragaman hayati di daerah yang
dilindungi dan daerah yang memiliki keanekaragaman hayati bernilai tinggi di luar
daerah yang dilindungi.
22 Perlindungan dan pemulihan habitat
23 Strategi, tindakan dan rencana mendatang untuk mengelola dampak terhadap
  keanekaragaman hayati.
24 Jumlah spesies berdasarkan tingkat risiko kepunahan yang masuk dalam Daftar
  Merah IUCN (IUCN Red List Species) dan yang termasuk dalam daftar konservasi
nasional dengan habitat di daerah- daerah yang terkena
dampak operasi.
78

25  Jumlah emisi gas rumah kaca yang bersifat langsung maupun tidak
langsung dan dirinci berdasarkan berat.
26 Emisi gas rumah kaca tidak langsung lainnya diperinci berdasarkan berat.
27 Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencapaiannya.
28 Emisi bahan kimia yang merusak lapisan Ozon (Ozone-depleting substances/ODS)
diperinci berdasarkan berat.
29 NOX, SOX dan emisi udara signifikan lainnya yang diperinci berdasarkan jenis dan
berat.
30 Jumlah buangan air menurut kualitas dan tujuan.
31 Jumlah berat limbah menurut jenis dan metode pembuangan.
32 Jumlah dan volume tumpahan yang signifikan.
33 Berat limbah yang diangkut, diimpor, diekspor atau diolah yang dianggap berbahaya
  menurut Lampiran Konservasi Basel I, II, III dan VIII serta persentase limbah yang
diangkut secara internasional.
34 Identitas, ukuran, status proteksi dan nilai keanekaragamn hayati badan air serta
  habitat terkait yang secara signifikan dipengaruhi oleh pembuangan dan limpasan air
organisasi pelapor.
35 Inisiatif untuk mengurangi dampak lingkungan produk dan jasa serta
sejauh mana dampak pengurangan tersebut.
36 Persentase produk terjual dan bahan kemasannya yang ditarik menurut kategori.
37 Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah sanksi nonmoneter atas pelanggaran
  terhadap hukum dan regulasi
lingkungan.
38 Dampak lingkungan yang signifikan akibat pemindahan produk dan barang-barang
  lain serta material yang digunakan untuk operasi perusahaan dan tenaga kerja yang
memindahkan.
39 Jumlah pengeluaran untuk proteksi dan investasi lingkungan menurut jenis.
40 Jumlah angkatan kerja menurut jenis pekerjaan, kontrak pekerjaan dan wilayah.
41 Jumlah dan tingkat perputaran karyawan menurut kelompok usia, jenis kelamin dan
  wilayah.
42 Manfaat yang disediakan bagi karyawan tetap (purna waktu) yang tidak disediakan
  bagi karyawan tidak tetap (paruh waktu) menurut kegiatan pokoknya.
43 Persentase karyawan yang dilindungi perjanjian tawar-menawar kolektif tersebut.
44 Masa pemberitahuan minimal tentang perubahan kegiatan penting, termasuk apakah
  hal tersebut dijelaskan dalam perjanijan kolektif tersebut.
45 Persentase jumlah angkatan kerja yang resmi diwakili dalam panitia Kesehatan dan
  Keselamatan antara manajemen dan pekerja yang membantu memantau dan memberi
  nasihat untuk program keselamatan dan kesehatan jabatan.
46 Tingkat kecelakaan fisik, penyakit karena jabatan, hari-hari yang hilang dan
  ketidakhadiran dan jumlah kematian karena pekerjaan menurut wilayah.
47 Program pendidikan, pelatihan, penyuluhan/bimbingan, pencegahan, pengendalian
  risiko setempat untuk membantu para karyawan, anggota keluarga dan masyarakat
mengenai penyakit berat atau berbahaya.
48 Masalah kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam perjanjian resmi dengan
  serikat karyawan.
49 Rata-rata jam pelatihan tiap tahun tiap karyawan menurut kategori/kelompok
  karyawan.
50 Program untuk pengaturan keterampilan dan pembelajaran sepanjang hayat yang
  menunjang kelangsungan pekerjaan karyawan dan membantu mereka dalam
mengatur akhir karier.
51 Persentase karyawan yang menerima peninjauan kinerja dan pengembangan karier
  secara teratur.
52 Komposisi badan pengelola/penguasa dan perincian karyawan tiap
  kategori/kelompok menurut jenis kelamim, kelompok, usia, keanggotaan kelompok
79

minoritas dan keanekaragaman indikator lain.


53 Perbandingan atau rasio gaji dasar pria terhadap wanita menurut kelompok atau
   kategori karyawan.
54 Persentase dan jumlah perjanjian investasi signifikan yang memuat klausal HAM
  atau telah menjalani proses skrining/filtrasi terkait dengan aspek hak asasi manusia.
55 Persentase pemasok dan kontraktor signifikan yang telah menjalani proses
  skrining/filtrasi aspek hak asasi manusia.
56 Jumlah waktu pelatihan bagi karyawan dalam hal mengenai kebijakan dan prosedur
  yang berakitan dengan aspek HAM yang sesuai dengan kegiatan organisasi,
termasuk persentase karyawan yang telah menjalani pelatihan.
57  Jumlah kasus diskriminasi yang terjadi dan tindakan yang diambil/dilakukan.
58 Segala kegiatan berserikat dan berkumpul yang teridentifikasi dapat menimbulkan
  risiko yang signifikan serta tindakan yang diambil untuk mendukung hak-hak
tersebut.
59 Kegiatan yang teridentifikasi mengandung risiko yang signifikan dapat menimbulkan
  terjadinya kasus pekerja anak dan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung
upaya penghapusan pekerja anak.
60 Kegiatan yang teridentifikasi mengandung risiko yang signifikan dapat menimbulkan
  kasus kerja paksa atau kerja wajib dan langkah-langkah yang telah diambil untuk
  mendukung upaya penghapusan kerja paksa atau kerja wajib.
61 Persentase personel penjaga keamanan yang terlatih dalam hal kebijakan dan
  prosedur organisasi terkait dengan aspek HAM yang sesuai dengan kegiatan
organisasi.
62 Jumlah kasus pelanggaran yang terkait dengan hak penduduk asli dan
  langkah-langkah yang diambil.
63 Sifat dasar, ruang lingkup dan keefektifan setiap program dan praktik yang dilakukan
  untuk menilai dan mengelola dampak operasi terhadap masyarakat, baik pada saat
  memulai, beroperasi maupun mengakhiri.
64 Persentase dan jumlah unit usaha yang memiliki risiko terhadap korupsi.
65 Persentase pegawai yang dilatih dalam kebijakan dan prosedur antikorupsi.
66 Tindakan yang diambil dalam menanggapi kejadian korupsi.
67 Kedudukan kebijakan publik dan partisipasi dalam proses melobi dan pembuatan
kebijakan publik.
68 Nilai kontribusi finansial dan natura kepada partai politik, politisi dan institusi terkait
berdasarkan negara dimana perusahaan beroperasi.
69 Jumlah tindakan hukum terhadap pelanggaran ketentuan anti persaingan, anti trust,
  praktik monopoli dan sanksinya.
70 Nilai uang dari denda signifikan dan jumlah sanksi nonmoneter untuk pelanggaran
  hukum dan peraturan yang dilakukan.
71 Tahapan daur hidup dimana dampak produk dan jasa yang menyangkut kesehatan
  dan keamanan dinilai untuk penyempurnaan dan persentase dari kategori produk dan
jasa yang penting dan harus mengikuti prosedur tersebut.
72 Jumlah pelanggaran terhadap peraturan dan etika mengenai dampak kesehatan dan
  keselamatan suatu produk dan jasa selama daur hidup per produk.
73 Jenis informasi produk dan jasa yang dipersyaratkan oleh prosedur dan persentase
  produk serta jasa yang signifikan berkaitan dengan informasi yang dipersyaratkan
tersebut.
74 Jumlah pelanggaran peraturan dan voluntary codes mengenai penyediaan informasi
  produk dan jasa serta pemberian labe per produk.
75 Praktik yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan termasuk hasil survei yang
mengukur kepuasan pelanggan.
76 Program-program untuk ketaatan pada hukum, standar dan voluntary codes yang
terkait dengan komunikasi pemasaran, seperti periklanan, promosi dam sponsorship.
77 Jumlah pelanggaran peraturan dan voluntary codes sukarela mengenai komunikasi
80

  pemasaran, seperti periklanan, promosi dan sponsorship menurut produknya.


78 Jumlah keseluruhan dari pengaduan yang berdasar tentang pelanggaran keleluasaan
  pribadi (privacyi) pelanggan dan hilangnya data pelanggan.
79 Nilai moneter dari denda pelanggaran hukum dan peraturan tentang pengadaan dan
penggunaan produk dan jasa.

Item yang
No Kode Periode 79 item CSR
diungkapkan
1 ANTM 2018 22 79 0,28
81

2   2019 22 79 0,28
3   2020 22 79 0,28
4   2021 22 79 0,28
5 ARTI 2018 18 79 0,23
6   2019 18 79 0,23
7   2020 18 79 0,23
8   2021 18 79 0,23
9 DKFT 2018 21 79 0,27
10   2019 21 79 0,27
11   2020 21 79 0,27
12   2021 21 79 0,27
13 ELSA 2018 19 79 0,24
14   2019 19 79 0,24
15   2020 24 79 0,30
16   2021 24 79 0,30
17 FIRE 2018 17 79 0,22
18   2019 17 79 0,22
19   2020 20 79 0,25
20   2021 20 79 0,25
21 MITI 2018 20 79 0,25
22   2019 19 79 0,24
23   2020 23 79 0,29
24   2021 23 79 0,29
25 PTBA 2018 24 79 0,30
26   2019 20 79 0,25
27   2020 20 79 0,25
28   2021 20 79 0,25
29 RUIS 2018 19 79 0,24
30   2019 19 79 0,24
31   2020 19 79 0,24
32   2021 19 79 0,24
33 SMMT 2018 21 79 0,27
34   2019 21 79 0,27
35   2020 21 79 0,27
36   2021 21 79 0,27
37 SURE 2018 21 79 0,27
38   2019 21 79 0,27
39   2020 21 79 0,27
40   2021 21 79 0,27
41 TINS 2018 22 79 0,28
42   2019 22 79 0,28
43   2020 22 79 0,28
44   2021 22 79 0,28

Lampiran 6 – Data Nilai Perusahaan


82

Nilai
No Kode Periode Harga Nilai
Total Aset Total Liabilities Saham Beredar Buku
      Saham Perusahaan
Saham
1 ANTM 2018 3.330.639.080.700 1.356.716.008.400 24.030.764.725 82,14 765 9,31
2   2019 3.019.490.773.000 1.206.148.855.500 24.030.764.725 75,46 840 11,13
3   2020 3.172.051.299.500 1.269.006.397.000 24.030.764.725 79,19 1935 24,43
4   2021 3.274.205.129.900 5.994.326.292 24.030.764.725 136,00 50 0,37
5 ARTI 2018 2.692.455.709.206 84.445.211.973 7.840.000.000 332,65 50 0,15
6   2019 1.785.484.025.750 108.764.103.329 7.840.000.000 213,87 50 0,23
7   2020 2.852.964.580.558 1.579.641.908.492 7.840.000.000 162,41 306 1,88
8   2021 2.352.966.458.085 1.679.845.315.813 7.840.000.000 85,86 142 1,65
9 DKFT 2018 2.656.465.232.390 1.865.888.188.364 5.638.246.600 140,22 178 1,27
10   2019 2.655.274.236.534 3.571.270.000 5.638.246.600 470,31 344 0,73
11   2020 2.564.738.565.369 1.929.410.000 5.638.246.600 454,54 306 0,67
12   2021 2.647.780.565.369 2.371.866.000 5.638.246.600 469,19 352 0,75
13 ELSA 2018 156.573.270.000 15.000.155.441 7.298.500.000 19,40 7.750 399,53
14   2019 14.582.196.000 12.035.846.531 7.298.500.000 0,35 326 934,40
15   2020 14.859.517.000 1.523.546.294 7.298.500.000 1,83 1.320 722,41
16   2021 114.859.591.700 72.684.177.647 7.298.500.000 5,78 125 21,63
17 FIRE 2018 573.239.122.900 68.801.967.457 1.465.783.316 344,14 128 0,37
18   2019 543.257.046.224 36.568.443.043 1.475.362.946 343,43 127 0,37
19   2020 505.302.049.812 790.323.700 1.475.363.179 341,96 4.300 12,57
20   2021 505.302.049.812 767.522.600 1.475.363.179 341,97 2.660 7,78
21 MITI 2018 148.265.325.310 711.755.900 1.411.550.800 104,53 2.743 26,24
22   2019 571.638.674.240 80.018.537.537 1.411.550.800 348,28 260 0,75
23   2020 276.060.769.350 81.835.539.777 564.620.320 343,99 248 0,72
24   2021 327.606.079.645 88.870.291.458 564.620.320 422,83 274 0,65
25 PTBA 2018 1.241.729.330.000 342.430.970.325 11.184.061.250 80,41 160 1,99
26   2019 1.260.980.520.000 287.067.420.462 11.190.363.250 87,03 123 1,41
27   2020 1.240.567.550.000 265.000.888.000 10.540.375.745 92,56 116 1,25
28   2021 1.478.905.675.500 451.988.023.120 10.540.375.745 97,43 2.420 24,84
29 RUIS 2018 1.151.907.407.016 315.621.849.172 770.000.000 1086,09 2.950 2,72
30   2019 1.251.357.407.016 735.850.579.876 770.000.000 669,49 2.530 3,78
31   2020 1.345.151.507.257 85.960.670.000 770.000.000 1635,31 755 0,46
32   2021 1.545.150.576.000 151.028.730.000 770.000.000 1810,55 825 0,46
33 SMMT 2018 831.965.937.268 162.834.100.000 3.150.000.000 212,42 1.470 6,92
34   2019 871.513.339.763 178.713.336.322 3.150.000.000 219,94 123 0,56
35   2020 551.246.785.510 155.126.103.400 3.150.000.000 125,75 116 0,92
36   2021 598.912.468.580 198.918.580.300 3.150.000.000 126,98 202 1,59
37 SURE 2018 1.567.535.611.310 511.753.561.100 1.497.576.771 704,99 3000 4,26
38   2019 1.492.511.771.761 412.517.176.100 1.497.576.771 721,16 2950 4,09
39   2020 1.859.713.719.635 859.371.960.350 1.497.576.771 667,97 2530 3,79
40   2021 1.689.001.859.715 568.900.185.915 1.497.576.771 747,94 1990 2,66
41 TINS 2018 1.511.794.800.000 79.488.900.000 7.447.753.453 192,31 800 4,16
42   2019 2.036.127.800.000 20.361.278.000 7.447.753.453 270,65 799,25 2,95
43   2020 1.451.770.000.000 61.451.770.000 7.447.753.453 186,68 1439,2 7,71
44   2021 1.453.587.000.000 81.453.587.000 7.447.753.453 184,23 1410 7,65

Lampiran 7 – Tabulasi Data


83

X1 X2 X3 X4 X5 Y
No Kode Periode
KI KM KA SIZE CSR PBV
1 ANTM 2018 74,30 0,01 2,77 28,83 0,28 9,31
2   2019 75,15 0,01 2,75 28,74 0,28 11,13
3   2020 65,00 0,01 5,58 28,79 0,28 24,43
4   2021 65,00 0,01 5,59 28,82 0,28 0,37
5 ARTI 2018 45,23 0,32 4,37 28,62 0,23 0,15
6   2019 55,08 0,32 4,39 28,21 0,23 0,23
7   2020 55,08 0,29 4,37 28,68 0,23 1,88
8   2021 55,08 0,29 4,76 28,49 0,23 1,65
9 DKFT 2018 77,86 5,35 5,65 28,61 0,27 1,27
10   2019 79,02 2,78 7,62 28,61 0,27 0,73
11   2020 72,76 0,50 8,65 28,57 0,27 0,67
12   2021 72,76 0,50 8,12 28,60 0,27 0,75
13 ELSA 2018 60,40 0,74 7,03 25,78 0,24 399,53
14   2019 62,90 0,01 6,39 23,40 0,24 934,40
15   2020 58,76 0,24 5,51 23,42 0,30 722,41
16   2021 58,76 0,24 5,61 25,47 0,30 21,63
17 FIRE 2018 30,66 40,95 1,40 27,07 0,22 0,37
18   2019 22,67 36,00 1,96 27,02 0,22 0,37
19   2020 36,93 36,00 1,48 26,95 0,25 12,57
20   2021 36,93 36,00 1,45 26,95 0,25 7,78
21 MITI 2018 62,56 0,89 57,97 25,72 0,25 26,24
22   2019 73,76 0,01 57,97 27,07 0,24 0,75
23   2020 92,32 0,02 57,97 26,34 0,29 0,72
24   2021 92,32 0,02 57,34 26,52 0,29 0,65
25 PTBA 2018 82,94 0,01 18,03 27,85 0,30 1,99
26   2019 84,06 0,01 13,25 27,86 0,25 1,41
27   2020 90,06 0,01 8,86 27,85 0,25 1,25
28   2021 90,06 0,01 9,35 28,02 0,25 24,84
29 RUIS 2018 22,64 27,53 15,34 27,77 0,24 2,72
30   2019 42,16 0,23 15,61 27,86 0,24 3,78
31   2020 41,33 0,23 15,93 27,93 0,24 0,46
32   2021 41,33 0,23 15,89 28,07 0,24 0,46
33 SMMT 2018 79,45 0,62 11,54 27,45 0,27 6,92
34   2019 79,43 0,21 11,32 27,49 0,27 0,56
35   2020 82,82 0,27 11,00 27,04 0,27 0,92
36   2021 82,82 0,27 10,91 27,12 0,27 1,59
37 SURE 2018 64,10 2,62 19,87 28,08 0,27 4,26
38   2019 64,10 2,27 19,88 28,03 0,27 4,09
39   2020 64,10 2,32 33,40 28,25 0,27 3,79
40   2021 64,10 2,32 34,07 28,16 0,27 2,66
41 TINS 2018 73,19 0,01 6,67 28,04 0,28 4,16
42   2019 72,31 0,01 4,52 28,34 0,28 2,95
43   2020 72,94 0,01 5,42 28,00 0,28 7,71
44   2021 72,94 0,01 5,51 28,01 0,28 7,65

Lampiran 8 – Analisis Deskriptif


84

Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation

Kepemilikan 44 22.64 92.32 64.731 18.21083


Institusional 1

Kepemilikan Manajerial 44 .01 40.95 4.5616 11.27814

Kepemilikan Asing 44 1.40 57.97 13.933 15.79087


4

Size 44 23.40 28.83 27.556 1.25360


8

CSR 44 .22 .30 .2614 .02216

PBV 44 .15 934.40 51.458 183.07366


2

Valid N (listwise) 44
85

Lampiran 9 – Analisis Regresi Linier Berganda

Correlations
Kepemilik Kepemilik
an an Kepemilik CS
PBV Size
Institusio Manajeri an Asing R
nal al
Pearso PBV 1.000 .032 -.092 -.121 -.617 .221
n Kepemilika .032 1.000 -.676 .288 .078 .610
Correlat n
ion Institusiona
l
Kepemilika -.092 -.676 1.000 -.226 -.108 -.41
n 6
Manajerial
Kepemilika -.121 .288 -.226 1.000 -.202 .140
n Asing
Size -.617 .078 -.108 -.202 1.00 -.05
0 1
CSR .221 .610 -.416 .140 -.051 1.00
0
Sig. PBV . .418 .275 .217 .000 .075
(1- Kepemilika .418 . .000 .029 .308 .000
tailed) n
Institusiona
l
Kepemilika .275 .000 . .070 .243 .002
n
Manajerial
Kepemilika .217 .029 .070 . .094 .182
n Asing
Size .000 .308 .243 .094 . .371
CSR .075 .000 .002 .182 .371 .
N PBV 44 44 44 44 44 44
Kepemilika 44 44 44 44 44 44
n
Institusiona
l
Kepemilika 44 44 44 44 44 44
n
Manajerial
Kepemilika 44 44 44 44 44 44
n Asing
Size 44 44 44 44 44 44
CSR 44 44 44 44 44 44

Variables Entered/Removeda
Mode Variables Variables
l Entered Removed Method
86

1 CSR, Size, . Enter


Kepemilikan
Asing,
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusionalb

a. Dependent Variable: PBV


b. All requested variables entered.

Model Summaryb
Mode R Adjusted R Std. Error of Durbin-
l R Square Square the Estimate Watson
1 .722a .521 .458 1.45921 1.790

a. Predictors: (Constant), CSR, Size, Kepemilikan Asing, Kepemilikan Manajerial,


Kepemilikan Institusional
b. Dependent Variable: PBV

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 88.001 5 17.600 8.266 .000b
Residual 80.913 38 2.129
Total 168.914 43

a. Dependent Variable: PBV


b. Predictors: (Constant), CSR, Size, Kepemilikan Asing, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional

Coefficientsa
Unstan Collinearity Statistics
dardize Standar
d dized
Coeffici Coeffici
Model ents ents t
Std. Toleran
B Error Beta Sig. ce VIF
1 (Consta 27.858 6.253 4.455 .000
nt)
Kepemil -.010 .020 -.089 -.498 .621 .393 2.547
ikan
Institusi
onal
87

Kepemil -.038 .027 -.216 -1.412 .166 .537 1.861


ikan
Manajer
ial
Kepemil -.039 .015 -.310 -2.556 .015 .857 1.167
ikan
Asing
Size -1.085 .186 -.686 -5.841 .000 .913 1.095
CSR 17.294 12.811 .193 1.350 .185 .614 1.628
a. Dependent Variable: PBV

Lampiran 10 – Hasil Uji Asumsi Klasik

NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=RES_1
/MISSING ANALYSIS
/METHOD=MC CIN(95) SAMPLES(44).

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 44
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.37174939
Most Extreme Differences Absolute .124
Positive .124
Negative -.072
Test Statistic .124
Asymp. Sig. (2-tailed) .088c
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .432d
95% Confidence Interval Lower Bound .285
Upper Bound .578

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 44 sampled tables with starting seed 1314643744.
88

Charts

Variables Entered/Removeda
Mode Variables Variables
l Entered Removed Method
1 CSR, Size, . Enter
Kepemilikan
Asing,
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusionalb
89

a. Dependent Variable: abs_res


b. All requested variables entered.

Coefficientsa
Standardiz Collinearity
ed Statistics
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Std. Tolera VI
Model B Error Beta t Sig. nce F
1 (Constant) 3.786 3.272 1.1 .25
57 4
Kepemilikan -.001 .010 -.030 -.11 .90 .393 2.
Institusional 7 8 54
7
Kepemilikan -.003 .014 -.045 -.20 .83 .537 1.
Manajerial 4 9 86
1
Kepemilikan .000 .008 -.008 -.04 .96 .857 1.
Asing 4 5 16
7
Size -.048 .097 -.083 -.49 .62 .913 1.
3 5 09
5
CSR -4.667 6.703 -.142 -.69 .49 .614 1.
6 1 62
8

a. Dependent Variable: abs_res


90

Lampiran 11 - Critical Values for the Durbin-Watson Test: 5% Significance Level

T K dL dU
44. 2. 1,46920 1,56193
44. 3. 1,42257 1,61196
44. 4. 1,37490 1,66467
44. 5. 1,32631 1,71996
44. 6. 1,27692 1,77772
44. 7. 1,22685 1,83784
44. 8. 1,17624 1,90017
44. 9. 1,12522 1,96460
44. 10. 1,07390 2,03095
44. 11. 1,02245 2,09907
44. 12. 0,97099 2,16881
44. 13. 0,91964 2,23997
44. 14. 0,86856 2,31237
44. 15. 0,81787 2,38581
44. 16. 0,76771 2,46011
91

44. 17. 0,71822 2,53505


44. 18. 0,66953 2,61043
44. 19. 0,62177 2,68601
44. 20. 0,57507 2,76161

dL = 1,277

dU = 1,778

4 – dU = 2,222

1,778 < 1,790 < 2,222

Anda mungkin juga menyukai