Anda di halaman 1dari 198

PENGARUH DEBT COVENANT, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DAN

FINANCIAL DISTRESS TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI

(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018)

DRAFT SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Ekonomi

Program Studi S1 Akuntansi

Mugia Rizky Lestari

NPM : C10160145

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS

BANDUNG

2020
PENGARUH DEBT COVENANT, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DAN

FINANCIAL DISTRESS TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI

(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018)

Mugia Rizky Lestari

NPM : C10160145

Bandung, 29 Januari 2020

Pembimbing

Dr. Erlynda Kasim, SE., M. Si., Ak., CA., CSP.

Mengetahui,

Ketua STIE EKUITAS Ketua Program Studi

S1 Akuntansi

Dr.rer.nat. M. Fani Cahyandito, SE., M.Sc., CSP Dwi Puryati, SE.,M.Si., Ak., CA

Tanggung jawab yuridis ada pada penulis


PERNYATAAN

PROGRAM SARJANA

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik Sarjana, baik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

(STIE) EKUITAS maupun perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan

pihak lain, kecuali arahan bimbingan pembimbing dan penguji.

3. Dalam Karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang diperoleh

karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku

di Perguruan Tinggi ini.

Bandung, 29 Januari 2020

Yang membuat pernyataan

Mugia Rizky Lestari


PENGARUH DEBT COVENANT, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DAN
FINANCIAL DISTRESS TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018)

Ditulis Oleh :
Mugia Rizky Lestari

Pembimbing :
Dr. Erlynda Kasim, SE., M. Si., Ak., CA., CSP.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan menganalisis


pengaruh struktur debt covenant, institutional ownership, dan financial distress
terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
BEI periode 2014-2018. Debt covenant yang diproksikan dengan leverage,
institutional ownership diukur dengan komposisi saham institusi, financial
distress diukur dengan Altman z-score, dan konservatisme akuntansi diukur
menggunakan pengukuran earnings/accrual measures.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan pendekatan deskriptif dan verifikatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Sampel penelitian adalah 20
perusahaan Manufaktur yang dipilih menggunakan teknik probability sampling
yaitu metode proportionate stratified random sampling selama periode penelitian.
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari laporan
keuangan perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2018.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial, debt covenant,
institutional ownership, dan financial distress berpengaruh signifikan negative
terhadap konservatisme akuntansi. Secara simultan variabel debt covenant,
institutional ownership, dan financial distress berpengaruh signifikan terhadap
konservatisme akuntansi.

Kata Kunci : Debt Covenant, Institutional Ownership, Financial Distress,


Konservatisme Akuntansi.

iv
THE INFLUENCE OF DEBT COVENANT, INSTITUTIONAL
OWNERSHIP, AND FINANCIAL DISTRESS TO ACCOUNTING
CONSERVATISM
(Study on Manufacture Companies listed on Indonesia Stock Exchange
Period 2014-2018)

Written by :
Mugia Rizky Lestari

Preceptor:
Dr. Erlynda Kasim, SE., M. Si., Ak., CA., CSP.

ABSTRACT

This study aims to describe and analyze the influence of debt covenant,
institutional ownership, and financial distress on accounting conservatism in
manufacture companies listed in IDX 2014-2018 period. Debt covenant which are
proxied by leverage and measured by the debt to asset ratio, institutional
ownership are measured based on institutional share composition, financial
distress are measured by Altman z-score, and accounting conservatism is
measured using earnings measurements / accrual measures.
The method used in this research is kuantitatif method with descriptive and
verifikatif approach. The population in this study is the manufacture companies
listed in IDX. The sample of research is 20 manufacture companies selected using
probability sampling technic with proportionate stratified random sampling
method during the study period. The data source used is secondary data from the
financial statements of Manufacturing companies listed on IDX for the period
2014-2018.
The results of this study indicate that partially, debt covenant, institutional
ownership, and financial distress has a significant negative effect on accounting
conservatism. Simultaneously the variable debt covenant, institutional ownership,
and financial distress has significant effect on accounting conservatism.

Keywords: Debt Covenant, Institutional Ownership, Financial Distress,


Accounting Conservatism

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh

Dengan mengucapkan Alhamdulillahirrobil’alamin, serta memanjatkan puji dan

syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial Distress

Terhadap Konservatisme Akuntansi (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018)”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam

penyajiannya serta jauh dari kata kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan

penulis. Oleh karena itu, melalui penulisan skripsi penulis berharap dapat

mempunyai pengalaman untuk mengembangkan apa yang telah diperoleh,

sehingga dilain waktu dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi.

Dalam mempersiapkan dan menyelesaikan skripsi ini, penulis telah

memperoleh banyak bantuan moril maupun materil dan bimbingan pengarahan

serta dorongan dari berbagai pihak yang sangat membantu kelancaran dalam

penulisan skripsi, sehingga dapat memberikan penulis semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas semua Rahmat dan Hidayah-Nya yang diberikan kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Besarnya

limpahan karunia yang telah diberikanNya membuat penulis senantiasa

vi
selalu bersyukur dan berusaha untuk lebih baik.

2. Kedua Orang Tua tercinta Ibu Titin dan Bapak Rubi yang telah menjadi

orang tua terhebat, yang selalu memberikan dukungan terbaik bagi penulis

untuk mencapai semua cita-cita. Tak lupa juga Winda Dwi Damayanti

selaku adik dari penulis terima kasih untuk semua dukungan, motivasi

moral maupun materil serta do’a yang tak pernah putus hingga saat ini.

3. Dr.rer.nat. Martha Fani Cahyandito, SE., M.Sc., CSP, selaku Ketua

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi EKUITAS.

4. Dr. Ir. Dani Dagustani, MM, selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi EKUITAS.

5. Dr. Hery Achmad Buchory, SE., MM selaku Wakil Ketua II Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi EKUITAS.

6. Dr. Sudi Rahayu, SE., MM selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi EKUITAS.

7. Dwi Puryati, SE., M.Si., Ak., CA, selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi.

8. Hery Syaerul Homan, S.Pd., M.Pd., M.Ak, selaku Sekretaris Program

Studi S1 Akuntansi.

9. Dr. Erlynda Kasim, SE., M. Si., Ak., CA., CSP selaku dosen pembimbing

skripsi yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini .

10. Seluruh Dosen Program S1 Akuntansi STIE EKUITAS. Staf BAAK,

BAU, dan Perpustakaan STIE EKUITAS

vii
11. Diki Haryadi selaku tutor -ku dari zaman mata kuliah pengantar akuntansi

banget gaksih ? teman sharing diskusi dan pembimbing penulis yang

always listening, always understanding, tidak pernah lelah untuk

membantu penulis dalam segala hal, memberikan motivasi serta dukungan

kepada penulis sehingga penulis semangat untuk menyelesaikan skripsi

ini.

12. Frian Octavian Rivera selaku kakak yang baik, my best papski, yang

senantiasa mendengarkan keluh kesah penulis, mengerti penulis, dan

memberi dorongan untuk penulis agar dapat segera menyelesaikan kuliah

dengan baik.

13. Nanda Septiani selaku saudara perempuan penulis di kampus, selaku

photographer dan tour guide ketika ngebolang yang menjadika penulis

jarambah, yang selalu mengerti dan menerima penulis, selalu menjadi

listener, tempat konsultasi penulis selama menyelesaikan skripsi ini, yang

ada di samping penulis ketika masa-masa sulit dan memberi motivasi tidak

habis-habisnya kepada penulis.

14. Widia Astuti selaku saudara perempuan penulis di kampus juga, yang

selalu ada dan tidak susah diajak kuy, yang selalu menjadi orang yang

super super care about everything dan ‘sedikit’ berisik (?) senantiasa

menjadi reminder terbaik, yang selalu open kostan dan menjadi chef

andalan ketika temannya lapar, teman wara-wiri, wisata kuliner, review

makanan dan es kopi susu!!! juga partner satu kelas di penghujung

semester, xixixi.

viii
15. Fitri Rodiah selaku kakak, partner satu organisasi, teman seperjuangan

penulis yang selalu memberikan motivasi, tegas dalam mengingatkan

dikala penulis melakukan kesalahan, selalu sabar menghadapi keluh kesah

penulis, senantiasa memberikan perhatian dan tahu sumedang agar penulis

selalu semangat dalam menjalani kehidupan perkuliahan.

16. Erika Elvany dan Thifalni Sidqi selaku adik perempuan penulis di kampus,

yang memberikan banyak pelajaran, dukungan maupun perhatian kepada

penulis. Semangat selalu kuliah dan organisasinya!

17. Rina Yanurina, Dian Khaerunisa , Intan Noviani, dan Wulan Sartika

selaku kakak tingkat penulis di kampus, yang selalu menjadi tempat

terbaik untuk berbagi cerita, saling mengingatkan, mendukung, dan

menghibur saat penulis merasa jenuh dan lelah.

18. Wildan Restu, Sartika Nur, M Haryana, Andri Andriana, Wina

Ramadhani, Abduloh Lukman, R Astrid, Tresna Siti, Lia Julianti, Rina

Maulani, Yunie Sunsie selaku teman sekelas, teman diskusi, teman

seperjuangan dan sepenanggungan di kelas seminar Akuntansi Keuangan.

19. Yudittira Yuhara, Aditya Cahyadi, Fadhli Anggara, Trinanda

Fathurrohman, Khosiyatun Anisa, Mauli Damayanti, R siti Nuramza, Dian

Andriyani, Hana Destia, Ari Aditama, Hanif Muqyimulhaq, Yemima

Indriani, Benedictus, Rizki, Surya Ismail, Aldy Rivaldi, Tanti Imala, Ayu

Aulia, Anishya Fitriana, Della Febianti, Febi Kusuma,Salma Ardiyanti,

selaku tutor, teman sharing, teman kuy, dan teman yang senantiasa

mewarnai hari-hari perkuliahan penulis.

ix
20. Yustika Aulia, Rahma Syifa Safira, Astri Nur Djumiarti, Aulia Ghassani

Putri, Dina Resha Felia, Nurul Misbah, Erdian Juliadi, Cakra Putra

Nirvana, Azmi Abdilah selaku teman masa SMA penulis yang masih

bertahan dan men-support penulis sampai saat ini.

21. Rani Mahesa, Sinta Farmilah, Noorazni, Wahyuni, Nisrina, Tiara selaku

teman rumah penulis yang masih stay sampai saat ini, walaupun kita beda

jalan insha Allah kita satu tujuan.

22. Keluarga Himpunan Mahasiswa Akuntansi S1 STIE EKUITAS

terimakasih atas pelajaran berharga yang telah diberikan, terimakasih atas

motivasi dan semangat yang telah diberikan kepada penulis hingga saat

ini..

23. Keluarga Koperasi Mahasiswa STIE EKUITAS terimakasih juga atas

pelajaran berharga yang telah diberikan, terimakasih atas motivasi dan

semangat yang telah diberikan kepada penulis hingga saat ini..

24. Badan Pengawas Harian Himpunan Mahasiswa Akuntansi S1 STIE

EKUITAS terimakasih karna telah dan tetap selalu sabar dan berjuang

bersama-sama.

25. Dewan Perwakilan Mahasiswa STIE EKUITAS Periode 2019-2020

terimakasih atas pelajaran yang tidak ternilai.

26. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya

kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan kepada penulis,

x
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatiannya penulis

mengucapkan terima kasih.

Bandung, 29 Januari 2020

Penulis

Mugia Rizky Lestari

xi
DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACT ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ........................................................................ 14

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...................................................................... 14

1.3.1 Maksud Penelitian................................................................................ 14

1.3.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 15

1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................................... 16

1.4.1 Manfaat Secara Teoritis ....................................................................... 16

1.4.2 Manfaat Secara Praktis ........................................................................ 16

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 17

1.5.1 Lokasi Penelitian.................................................................................. 17

1.5.2 Waktu Penelitian .................................................................................. 17

xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN ............................................................................... 18

2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 18

2.1.1 Teori Agensi ........................................................................................ 18

2.1.2 Teori Sinyal.......................................................................................... 19

2.1.3 Teori Akuntansi Positif ........................................................................ 20

2.1.4 Debt Covenant ..................................................................................... 21

2.1.5 Institutional Ownership ....................................................................... 26

2.1.6 Financial Distress ................................................................................ 28

2.1.7 Konservatisme Akuntansi .................................................................... 30

2.1.8 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 38

2.2 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 43

2.2.1 Pengaruh Debt Covenant terhadap Konnservatisme Akuntansi .......... 43

2.2.2 Pengaruh Institutional Ownership terhadap Konservatisme Akuntansi ..

.............................................................................................................. 45

2.2.3 Pengaruh Financial Distress terhadap Konservatisme Akuntansi ....... 46

2.2.4 Paradigma Penelitian ............................................................................ 47

2.3 Hipotesis Penelitian........................................................................................ 48

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ............................................ 49

3.1 Objek Penelitian ............................................................................................. 49

3.2 Metode Penelitian........................................................................................... 49

3.2.1 Metode yang Digunakan ....................................................................... 50

3.2.2 Operasional Variabel yang Digunakan ................................................. 51

3.2.3 Populasi dan Teknik Penentuan Sampel Penelitian .............................. 54

xiii
3.2.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... 58

3.2.5 Rancangan Pengujian Hipotesis ........................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 70

4.1 Hasil Penelitian .............................................................................................. 70

4.1.1 Gambaran Variabel Penelitian .............................................................. 72

4.1.2 Pengaruh Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial

Distress Secara Simultan Terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2014-2018 ............................................................................................. 90

4.1.3 Pengaruh Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial

Distress Secara Parsial Terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2014-2018 ........................................................................................... 101

4.2 Pembahasan .................................................................................................. 104

4.2.1 Gambaran Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial

Distress dan Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018 ............. 104

4.2.2 Pengaruh Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial

Distress Secara Simultan Terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2014-2018 ........................................................................................... 108

4.2.3 Pengaruh Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial

Distress Secara Parsial Terhadap Konservatisme Akuntansi pada

xiv
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2014-2018 ........................................................................................... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 116

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 116

5.2 Saran ............................................................................................................. 117

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 120

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 38

Tabel 3.1 Operasional Variabel ....................................................................... 52

Tabel 3.2 Kerangka Sampel ............................................................................. 55

Tabel 3.3 Proses Proportionate Stratified Random Sampling ......................... 56

Tabel 3.4 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian .............................................. 57

Tabel 3.5 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ......... 66

Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI yang

Menjadi Sampel Penelitian .............................................................. 70

Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif .................................................................. 72

Tabel 4.3 Perkembangan Debt Covenant pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018 ....................................... 74

Tabel 4.4 Perkembangan Institutional Ownership pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018 .......................................79

Tabel 4.5 Perkembangan Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di BEI Periode 2014-2018 ...............................................82

Tabel 4.6 Perkembangan Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018 ...................86

Tabel 4.7 Hasil Uji One Sample Kolmogorov- Smirnov .................................91

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi .....................................................................93

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ..............................................................94

Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Data Panel ...............................97

Tabel 4.11 Hasil Uji F ........................................................................................99

Tabel 4.12 Hasil Koefisien Determinasi ..........................................................100

xvi
Tabel 4.13 Hasil Uji t .......................................................................................102

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ..................................................................... 48

Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Debt Covenant Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018 ....................................75

Gambar 4.2 Rata-rata Perkembangan Debt Covenant Per Tahun Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018 ................77

Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Institutional Ownership pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018 ................80

Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Financial Distress pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018 ................83

Gambar 4.5 Rata-rata Perkembangan Financial Distress pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018 ................85

Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018 ................87

Gambar 4.7 Rata-rata Perkembangan Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-

2018………………………………………………………….......89

Gambar 4.8 Histogram Normality Test ............................................................92

Gambar 4.9 Scatterplot.....................................................................................95

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Populasi

Lampiran 2: Tabulasi Data Sampel

Lampiran 3: Hasil Output SPSS

Lampiran 4: Photocopy Lembar Pengajuan Penulisan Skripsi

Lampiran 5: Surat Permohonan Penggantian Topik/ Judul

Lampiran 6: SK Bimbingan

Lampiran 7: Photocopy Kartu Bimbingan

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja

manajemen dalam mengelola sumber dayanya. Informasi ini disampaikan melalui

laporan keuangan agar dapat digunakan oleh pihak internal maupun pihak

eksternal. Laporan keuangan yang baik dan benar harus memenuhi tujuan, aturan,

serta prinsip-prinsip akuntansi yang sesuai dengan standar yang berlaku umum

guna dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan

dan bermanfaat bagi setiap penggunaannya (Ramadhoni dkk, 2014).

Laporan keuangan dapat dijadikan alat untuk mengukur performa

manajemen dalam mengelola perusahaan serta menunjukkan kondisi perusahaan

saat ini dan juga memproyeksikan kondisi perusahaan pada masa yang akan

datang yang semakin membaik atau mungkin semakin memburuk. Laporan

keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari siklus akuntansi yang

mencerminkan hasil operasi perusahaan. Informasi tentang kondisi keuangan dan

hasil operasi perusahaan sangat berguna bagi berbagai pihak, baik pihak-pihak

yang ada di dalam (internal) perusahaan maupun pihak-pihak yang berada di luar

(eksternal) perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan dapat dipakai sebagai

alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data

keuangan perusahaan. Itulah sebabnya laporan keuangan itu sering disebut juga

language of business.

1
Informasi dalam laporan keuangan tersebut digunakan oleh pihak internal

yaitu manajer dalam mengambil keputusan maupun pihak eksternal yaitu investor,

karyawan, kreditur, pemerintah dan masyarakat. Laporan keuangan perusahaan

yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi umum memberikan pilihan yang

fleksibilitas bagi manajemen dalam menentukan metode dan estimasi akuntansi

yang digunakan. Pilihan fleksibilitas tersebut yang akan mempengaruhi perilaku

manajer dalam melakukan pencatatan akuntansi dan pelaporan transaksi

perusahaan. Pilihan yang fleksibilitas disini maksudnya manajer dapat melakukan

pelaporan keuangan yang optimis maupun konservatif. Pelaporan keuangan yang

optimis serta cenderung melebih-lebihkan terkadang bersifat menyesatkan dan

merugikan pengguna laporan keuangan (Ardina & Januarti 2012). Perusahaan

biasanya melakukan kecurangan dengan cara melebihkan nilai aset yang ada,

mencatat aset fiktif, atau mengkapitalisasi unsur-unsur yang seharusnya

dibebankan. Hal tersebut diduga dilakukan oleh manajemen dengan maksud

menghindari kerugian sebelum pajak, untuk mematuhi peraturan-peraturan agar

saham perusahaan dapat diperjualbelikan di bursa saham nasional, serta

meningkatkan harga saham (Ardina & Januarti 2012).

Proses pelaporan keuangan berhubungan langsung dengan orang-orang

yang terlibat di dalamnya. Pemilihan atas metode dan standar akuntansi yang akan

digunakan sebagai basis pelaporan, dipengaruhi oleh persepsi pihak pembuat

laporan keuangan. Persepsi pihak manajemen sebagai pihak yang menyusun

laporan keuangan sangat mempengaruhi proses penyusunan dan pelaporan

informasi keuangan itu sendiri. Persepsi pihak manajemen biasanya akan

tercermin dalam keputusan-keputusan yang diambil, terkait dengan proses

2
pelaporan keuangan, yang dilatarbelakangi oleh pemahaman pihak manajemen

mengenai standar dan metode akuntansi yang digunakan, dan pengaruh

lingkungan di mana manajemen berada (Hery, 2017:22).

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan kepada setiap

perusahaan dalam memilih metode akuntansi yang digunakan. Perusahaan

memilih metode akuntansi sesuai dengan kondisinya. Disisi lain perusahaan juga

harus memenuhi tujuan mengenai aturan serta prinsip-prinsip akuntansi yang

sesuai dengan standar yang berlaku umum agar dapat menghasilkan laporan

keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan dan bermanfaat bagi setiap

penggunanya. Namun, untuk mencapai tujuan dalam penyajian laporan keuangan

yang berkualitas, penyaji juga dihadapkan oleh pertimbangan yang merupakan

prinsip kehati-hatian. Salah satu prinsip kehati-hatian dalam pelaporan keuangan

adalah prinsip konservatisme akuntansi. Untuk mengantisipasi kondisi

perekonomian yang tidak stabil maka perusahaan harus berhati-hati dalam

menyajikan laporan keuangan. Tindakan kehati-hatian atau konservatisme yang

dilakukan oleh perusahaan biasanya dilakukan dengan cara mengakui biaya dan

rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva

dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi

(Nugroho,2012).

Konservatisme adalah prinsip dimana akuntan berhati-hati dalam

mengenali transaksi dan tunduk pada ketidakpastian perekonomian (Wang, 2009).

Hal tersebut sudah sesuai dengan Astarini (2011) bahwa alasan prinsip

konservatisme akuntansi adalah perusahaan berada pada ketidakpastian ekonomi

di masa depan. Untuk mengurangi risiko kondisi perekonomian yang tidak stabil,

3
maka biasanya perusahaan melakukan tindakan kehati-hatian dalam menyajikan

laporan keuangan. Konservatisme juga adalah suatu prinsip pengecualian atau

modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap

penyajian data akuntansi yang relevan dan andal. Prinsip konservatisme

menganggap bahwa ketika memilih antara dua atau lebih teknik akuntansi yang

berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan untuk opsi yang memiliki dampak

paling tidak menguntungkan terhadap ekuitas pemegang saham. Secara lebih

spesifik, prinsip tersebut mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva dan

pendapatan serta nilai tertinggi dari kewajiban dan beban sebaiknya dipilih untuk

dilaporkan. Oleh karena itu, prinsip konservatisme mengharuskan bahwa akuntan

menampilkan sikap pesimistis secara umum ketika memilih teknik akuntansi

untuk pelaporan keuangan (Belkaoui, 2011:288).

Prinsip konservatisme tersebut adalah suatu prinsip pengecualian atau

modifikasi dalam hal bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap

penyajian data akuntansi yang relevan serta andal (Afina, 2014). Prinsip

konservatisme akuntansi masih dianggap sebagai suatu prinsip yang kontroversial

dikalangan para peneliti. Di satu sisi, konservatisme akuntansi dianggap sebagai

kendala yang akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan karena bersifat bias

akibat tidak mencerminkan kondisi perusahaan sebenarnya. Di sisi lain,

konservatisme akuntansi bermanfaat untuk mengurangi sikap optimis yang

berlebihan pada manajer dan pemilik perusahaan serta laba yang disusun dengan

konservatisme mencerminkan laba minimal yang dimiliki perusahaan (Fajri,

2013).

4
PSAK sebagai standar pencatatan akuntansi di Indonesia menjadi pemicu

timbulnya penerapan prinsip konservatisme. Pengakuan prinsip konservatisme di

dalam PSAK tercermin dengan terdapatnya berbagai pilihan metode pencatatan di

dalam sebuah kondisi yang sama. Hal tersebut akan mengakibatkan angka-angka

yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan

laba yang cenderung konservatif (Savitri, 2016: 25).

Konservatisme akuntansi digunakan untuk mengurangi risiko dan

penggunaan optimisme yang berlebihan yang dilakukan oleh manajer dan pemilik

perusahaan. Penggunaan konservatisme tidak dapat digunakan secara berlebihan

karena dapat mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan laba atau rugi periodik

perusahaan, hal tersebut tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang

sebenarnya. Informasi yang tidak mencerminkan kondisi suatu perusahaan yang

sebenarnya akan mengakibatkan keraguan dalam kualitas pelaporan dan kualitas

laba, hal tersebut dapat menyesatkan pihak pengguna laporan keuangan dalam

pengambilan keputusan (Risdiyani dan Kusmuriyanto, 2015).

Skandal akuntansi besar terkait dengan rendahnya penerapan

konservatisme akuntansi terjadi pada beberapa sektor perusahaan. Dalam salah

satu skandal akuntansi terbesar yang pernah ada dalam sejarah adalah perusahaan

elektronik ternama asal Jepang, yaitu Toshiba Corporation telah melakukan

penggelembungan laba operasi (overstate) dengan total 151,8 miliar yen ($ 1,22

miliar) sejak 2008, mengklaim angka yang naik hingga tiga kali lipat dari tingkat

sebenarnya. (www.fortune.com, diunduh pada tanggal 21 Oktober 2019).

Selain itu, terjadinya fenomena pelanggaran prinsip koservatisme yang

menyebabkan perusahaan yang bersangkutan mengalami kerugian baik dari segi

5
finansial berupa denda sebesar $ 10.000.000 dan penurunan harga saham, serta

nama baik perusahaan yang tercoreng. Salah satu kasus yang peneliti temui

merupakan pelanggaran prinsip konservatisme yang dilakukan oleh Xerox

Corporation (Mamesah, 2016). Perusahaan yang bersangkutan mengubah waktu

pengakuan pendapatan terhadap penjualan mesin fotokopi. Berdasarkan prinsip

konservatisme seharusnya penjualan dalam perjanjian jangka panjang diakui

sebagian demi sebagian selama masa perjanjian. Sementara perusahaan mengakui

pendapatan sekaligus pada awal periode perjanjian, padahal terdapat sebagian

pendapatan yang belum terealisasi. Hal tersebut menyebabkan laba perusahaan

dilaporkan terlalu besar pada periode awal dan terlalu kecil di periode berikutnya.

Security Exchange Comission mengenakan denda atas pelanggaran prinsip

konservatisme kepada Xerox Corporation, didasarkan atas adanya kemungkinan

kesalahan pengambilan keputusan oleh investor yang berpedoman atas laporan

keuangan perusahaan yang disajikan secara keliru.

Di Indonesia tercatat fenomena yang terkait dengan konservatisme

akuntansi yang terjadi pada perusahaan manufaktur yaitu terjadi pada perusahaan

Indofarma tersangkut skandal overstate dalam penyajian laporan keuangan,

berdasarkan hasil pemeriksaan BAPEPAM terbukti bahwa PT Indofarma

Tbk melaporkan nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai

seharusnya (overstated) dalam penyajian nilai persediaan barang dalam

proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp. 28.870.000.000,00 (dua puluh

delapan milyar delapan ratus tujuh puluh juta rupiah). Akibat overstated

persedian sebesar Rp 28.870.000.000,00 (dua puluh delapan miliar delapan ratus

tujuh puluh juta rupiah) tersebut, maka Harga Pokok Penjualan akan understated

6
dan menyebabkan laba bersih juga akan mengalami overstated dengan nilai yang

sama pula (www.finance.detik.com, diunduh pada tanggal 21 Oktober 2019).

Selain itu pada sector lain ada PT Timah (Persero) Tbk, dalam kasus ini

Ikatan Karyawan Timah (IKT) menggelar orasi di depan kementerian BUMN,

dalam orasi tersebut karyawan yang berjumlah 30 orang ini menyampaikan

tuntutan agar jajaran direksi PT Timah (Persero) Tbk segera mengundurkan diri.

Menurut Ketua Umum IKT Ali Samsuri, Direksi PT Timah (Persero) Tbk saat ini

telah banyak melakukan kesalahan dan kelalaian semasa menjabat selama tiga

tahun sejak 2013 lalu.

IKT menilai direksi telah banyak melakukan kebohongan publik melalui

media, contohnya pada press release laporan keuangan semester I-2015 yang

mengatakan bahwa efisiensi dan strategi yang telah membuahkan kinerja yang

positif. Padahal kenyataannya pada semester I-2015 laba operasi rugi sebesar Rp

59 miliar. Selain mengalami penurunan laba, PT Timah juga merencanakan

peningkatan utang hampir 100 persen dibanding 2013. Pada tahun 2013, utang

perseroan hanya mencapai Rp 263 miliar. Namun, jumlah utang ini meningkat

hingga Rp 2,3 triliun pada tahun 2015 (www.okezone.com, diunduh pada tanggal

21 Oktober 2019).

Fenomena selanjutnya masih terkait perusahaan Badan Usaha Milik

Negara yaitu laporan keuangan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

atau PLN dan PT Pertamina (Persero). Ketiga BUMN tersebut berhasil

membukukan kinerja yang kinclong pada akhir 2018, meski terseok-seok hingga

kuartal III 2018. Garuda Indonesia misalnya, berhasil membukukan laba bersih

US$809 ribu pada 2018 atau setara Rp11,56 miliar, mengacu kurs Rp14.300 per

7
dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi ini berbanding terbalik dari kinerja

perseroan 2017 yang merugi US$216,58 juta setara Rp3,09 triliun. Padahal pada

kuartal III 2018, maskapai penerbangan plat merah itu masih merugi sebesar

US$114,08 juta atau Rp1,63 triliun.

Tak jauh berbeda, PLN berhasil mencetak laba bersih Rp11,56 triliun

sepanjang 2018. Laba itu naik sebesar 162,30 persen atau hampir tiga kali lipat

dari laba 2017 yakni Rp4,42 triliun. Padahal, pada kuartal III 2019, PLN masih

mengantongi rugi sebesar Rp18,48 triliun akibat rugi selisih kurs sebesar Rp17,32

triliun. Sementara teranyar, PT Pertamina (Persero) baru saja mengumumkan laba

bersih sepanjang tahun lalu sebesar US$2,53 miliar atau sekitar Rp35,99 triliun.

Meski turun tipis dibanding tahun lalu sebesar US$2,54 miliar, capaian ini lompat

dibanding kuartal III 2018 yang baru mencatatkan laba Rp5 triliun. (sumber:

cnnindonesia.com)

Adapun kasus menimpa perusahaan yang bergerak dibidang lainnya yaitu

bidang infrastruktur telekomunikasi, PT Inovisi Infracom diduga lalai dalam

menyajikan laporan keuangan untuk periode September 2014 sehingga diberi

sanksi penghentian sementara (suspen) perdagangan efek oleh Bursa Efek

Indonesia untuk saham Inovisi Infracom untuk tahun 2015. Kesalahan yang

dilakukan yaitu menggunakan laba periode berjalan sehingga terjadi overstated

pada laba bersih Inovisi dan pada bagian penerimaan (pembayaran) bersih utang

pihak berelasi (laporan arus kas).

Berdasarkan laporan posisi keuangan, pelunasan utang berelasi Rp 124

miliar, tapi di laporan arus kas hanya diakui pembayaran Rp 108 miliar. Pada

bagian pembayaran kas kepada karyawan, ditemukan adanya salah kaji, karena

8
berdasarkan laporan keuangan tengah tahunan, pembayaran kas kepada karyawan

mencapai Rp 1,91 triliun, tapi pada periode kuartal III-2014 turun menjadi hanya

Rp 59 miliar tanpa penjelasan, dan Inovisi tidak melakukan tie-up terhadap bagian

jumlah kewajiban, bagian aset tetap, bagian utang lain-lain, instrumen keuangan

(www.bareksa.com diunduh pada tanggal 21 Oktober 2019).

Berdasarkan fenomena-fenomena diatas dapat kita lihat bahwa

perusahaan-perusahaan tersebut kurang memperhatikan prinsip konservatisme

dengan melakukan kesalahan pencatatan laporan keuangan, padahal prinsip

konservatisme ini merupakan suatu prinsip yang menganut kehati-hatian, baik

dalam pencatatan pendapatan maupun biaya serta keuntungan dan kerugian.

Terjadinya kasus kecurangan di Indonesia secara tidak langsung mengindikasikan

rendahnya tingkat konservatisme akuntansi yang diterapkan perusahaan dalam

menyusun laporan keuangannya. Dari kasus yang telah terjadi menghasilkan

beberapa pemikiran yang mendukung diperlukannya prinsip konservatisme pada

laporan keuangan, karena pihak-pihak yang berkepentingan ingin menetralisir

sikap optimisme para manajer perusahaan dalam melaporkan hasil usahanya.

Artinya laporan keuangan yang dihasilkan lebih baik bersifat pesimis atau

konservatif. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konservatisme

akuntansi suatu perusahaan dengan hasil yang beragam yaitu debt covenant,

managerial ownership, serta financial distress.

Seiring berjalannya waktu perusahaan akan membutuhkan dana yang lebih

besar baik untuk menunjang operasionalnya ataupun untuk pengembangan

usahanya. Dana tersebut dapat dihasilkan dari dana internal perusahaan maupun

dana eksternal perusahaan. Dana eksternal perusahaan biasanya didapat dari dana

9
leverage (debt covenant). Kontrak utang (debt covenant) merupakan perjanjian

untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap

kepentingan kreditor, seperti pembagian dividen yang berlebihan, atau

memberikan ekuitas di bawah tingkat yang telah ditentukan. Debt covenant

hypothesis dapat memprediksi bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan aktiva

untuk mengurangi biaya kontrak utang ketika perusahaan memutuskan perjanjian

utangnya (Hardinsyah, 2013).

Suwardjono (2013 : 515) menyatakan jika perusahaan mempunyai hutang

yang tinggi, maka kreditor juga mempunyai hak untuk mengetahui dan

mengawasi jalannya kegiatan operasional perusahaan sedangkan (Sofyan, 2013)

leverage digunakan untuk mengetahui posisi utang perusahaan terhadap modal

maupun asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar total utang atau

pinjaman yang ingin diperoleh perusahaan, maka perusahaan akan cenderung

kurang berhati-hati dalam penyajian laporan keuangan sehingga menjadi tidak

konservatif karena perusahaan ingin menunjukkan kinerja yang baik pada pemberi

pinjaman, agar pemberi pinjaman dapat meyakini kemampuan perusahaan untuk

mengembalikan pinjaman pada saat jatuh tempo. Dalam hal ini, perusahaan harus

dapat mengelola dana pinjamannya dengan baik sehingga dapat digunakan untuk

membiayai kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu,

Noviantari dan Ratnadi (2015) dan Wulandari (2014) menyatakan leverage

berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi. Namun

penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Suryanawa (2014) menyatakan bahwa

leverage berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.

10
Struktur kepemilikan merupakan salah satu faktor dari dalam perusahaan

yang dapat menentukan kemajuan perusahaan. Struktur kepemilikan perusahaan

dapat dibagi menjadi dua, yaitu struktur kepemilikan eksternal dan struktur

kepemilikan internal. Secara singkat kepemilikan institusional berarti kepemilikan

saham oleh pihak institusi lain. Kepemilikan institusional seharusnya merupakan

salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict.

Seharusnya juga semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional maka semakin

kuat tingkat pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal

perusahaan untuk menekan perilaku oportunis manajemen. Eriandani (2013)

menyatakan bahwa investor institusional biasanya menguasai sejumlah besar

saham sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Melalui proporsi

kepemilikan institusional yang besar pemilik dapat mengarahkan tindakan

manajemen untuk menerapkan prinsip akuntansi konservatif dengan tujuan untuk

menghindarkan tindakan oportunis manajemen untuk memanipulasi kinerja

perusahaan. Namun pada realisasinya terkadang dikarenakan tiap investor

memiliki harapan agar mendapat return yang tinggi, hal ini cenderung mendorong

manajemen untuk melaporkan labanya yang kurang konservatif agar pembagian

dividen bisa tinggi. Berdasarkan penelitian Susilo dan Aghni (2017) dan

Mamesah, dkk (2016) menjelaskan kepemilikan institusional berpengaruh negatif

terhadap konservatisme akuntansi. Namun, penelitian Wulansari (2014); Sari, dkk

(2014) menunjukkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap

konservatisme akuntansi.

Selain itu, financial distress menjadi faktor lain yang berpengaruh

terhadap konservatisme akuntansi. Financial Distress merupakan kondisi

11
keuangan suatu perusahaan yang mengalami penurunan. Untuk meminimalkan

dan mengatasi terjadinya kebangkrutan, perusahaan dapat mengawasi kondisi

keuangan perusahaan. Salah satu model prediksi kebangkrutan perusahaan adalah

Altman z-score. Altman z-score menggunakan lima rasio keuangan yang

diperuntukkan bagi perusahaan go public yaitu Modal Kerja terhadap Total Aset,

Saldo Laba terhadap Total Aset, Laba Bersih sebelum Bunga dan Pajak terhadap

Total Aset, Nilai Pasar Ekuitas terhadap Total Utang, dan Penjualan terhadap

Total Aset. Dari hasil perhitungan akan diperoleh nilai Altman z-score yang dapat

menggambarkan posisi keuangan perusahaan apakah dalam kondisi sehat, rawan

atau kondisi kebangkrutan (Mastuti, 2013). Perusahaan dengan potensial

kebangkrutan rendah (perusahaan sehat) akan diminati oleh investor karena

memiliki prospek yang baik di masa depan. Oleh karena itu investor akan tertarik

untuk menanamkan modalnya pada saham perusahaan tersebut. Peningkatan

tingkat konservatisme akuntansi dapat dilakukan dengan pemilihan metode

pencatatan akuntansi yang digunakan. Nugroho (2012), Ramadhoni (2014), Dewi

dan Suryanawa (2014) menyatakan bahwa tingkat kesulitan keuangan

berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi. Sedangkan penelitian

Pramudita (2012) menyatakan hal yang berbeda yaitu tingkat kesultan keuangan

berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.

Selain faktor-faktor diatas, banyak faktor lain yang mendorong

konservatisme akuntansi. Faktor tersebut adalah jumlah dewan komisaris, jumlah

komite audit, kepemilikan publik, kepemilikan saham oleh komisaris dan direksi,

proporsi komisaris independen, cash flow, profitabilitas, investment opportunity

set (IOS), company growth, ukuran perusahaan, rasio leverage intensitas modal,

12
non-ceo family ownership, founder ownership, risiko litigasi, tingkat kesempatan

bertumbuh perusahaan, manajemen laba perusahaan, biaya politis, pajak, dan lain-

lain.

Dalam penelitian ini faktor yang akan diteliti adalah debt covenant,

institutional ownership, dan financial distress. Penelitian ini akan dilakukan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-

2018. Alasan menggunakan perusahaan manufaktur yaitu karena konservatisme

akuntansi di Indonesia telah banyak dilakukan perusahaan-perusahaan khususnya

yang bergerak di bidang manufaktur (Hikmah, 2013). Selain itu perusahaan

manufaktur juga merupakan komponen terbesar dalam perekonomian modern.

Dengan semakin berkembangnya riset mengenai konservatisme akuntansi,

menandakan bahwa keberadaan konservatisme dalam pelaporan keuangan masih

memiliki nilai penting dalam praktik akuntansi. Meskipun konservatisme tidak

lagi ditekankan dalam laporan keuangan standar, standar masih akan terus

berusaha dengan ketidakpastian yang akan perusahaan hadapi ketika

mempersiapkan perhitungan, hal ini biasanya dimana ada ketidakpastian selalu

ada konservatisme (Hellman dalam Daljono, 2013)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil

penelitian dengan judul ”Pengaruh Debt Covenant, Institutional Ownership,

dan Financial Distress Terhadap Konservatisme Akuntansi (Studi Kasus

pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2014-2018)”.

13
1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan

dan sehubungan dengan judul yang diangkat sebagai topik permasalahan, maka

dalam menentukan identifikasi masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana debt covenant pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

2. Bagaimana institutional ownership pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

3. Bagaimana financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

4. Bagaimana konservatisme Akuntansi pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

5. Bagaimanakah pengaruh debt covenant, institutional ownership, financial

distress secara simultan terhadap konservatisme akuntansi pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2014-2018.

6. Bagaimanakah pengaruh debt covenant institutional ownership, financial

distress secara parsial terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, maka maksud

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fakta, data dan hal-hal yang berkaitan

14
dengan permasalahan variabel mengenai debt covenant, institutional ownership,

dan financial distress pada konservatisme akuntansi.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan debt covenant pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

2. Untuk mendeskripsikan institutional ownership pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

3. Untuk mendeskripsikan financial distress pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

4. Untuk mendeskripsikan konservatisme akuntansi pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

5. Untuk mengetahui pengaruh debt covenant, institutional ownership,

financial distress secara simultan terhadap konservatisme akuntansi pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2014-2018.

6. Untuk mengetahui pengaruh debt covenant, institutional ownership,

financial distress secara parsial terhadap konservatisme akuntansi pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2014-2018.

15
1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Manfaat Secara Teoritis

1. Bagi peneliti

Dapat memberikan literature yang membantu di dalam perkembangan

mengenai teori akuntansi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan informasi untuk

kemungkinan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya mengenai

pembahasan konservatisme akuntansi, debt covenant, institutional

ownership, dan financial distress.

3. Bagi pihak lainnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada pembaca

mengenai konservatisme akuntansi, debt covenant, institutional

ownership, dan financial distress.

1.4.2 Manfaat Secara Praktis

1. Bagi perusahaan

Diharapkan dapat memberi masukan mengenai konservatisme

akuntansi, konservatisme akuntansi, debt covenant, institutional

ownership, dan financial distress di masa yang akan datang.

2. Bagi investor dan calon investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih baik

mengenai kualitas laporan keuangan untuk melihat dan menilai apakah

perusahaan tersebut sudah menyajikan informasi yang sesungguhnya

16
atau belum sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dan

pengambilan keputusan untuk menentukan kegiatan dan penentuan

investasi.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah website resmi Bursa Efek Indonesia

(www.idx.co.id) dan objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-

2018. Data penelitian ini di ambil dari laporan keuangan tahunan yang diperoleh

dari website resmi masing-masing perusahaan, dan Bursa Efek Indonesia

(www.idx.co.id).

1.5.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Oktober 2019 sampai dengan

selesai. Periode penelitian ini menggunakan laporan keuangan yang diterbitkan

setiap tahun oleh perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2014-2018.

17
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori Agensi

Konservatisme dapat dijelaskan dari perspektif teori keagenan. Menurut

keagenan, manajer (agents) memiliki tindakan kesempatan untuk memaksimalkan

kesejahteraanya sendiri dengan cara mengorbankan kepentingan pemegang

saham, debtholders, dan pihak pengontrak lainnya (principals). Pandangan teori

keagenan terdapat pemisah antara pihak agen (manajer) dengan principal yang

akan mengakibatkan munculnya konflik dalam kualitas laba yang dilaporkan.

Dalam situasi ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat

menjelaskan perbedaan kepentingan antara kedua pihak dengan mengaplikasikan

prinsip konservatisme (Juanda, 2017).

Konservatisme akuntansi memiliki peran yang cukup penting dalam teori

keagenan. Pada perusahaan seringkali terjadi tindakan agent tidak sesuai dengan

kontrak kerja yang telah dibuat dengan principal yaitu dengan lebih

mengutamakan kepentingan agent itu sendiri. Hal tersebut akan memunculkan

asimetri informasi antara agent dan principal, karena agent memiliki peluang

untuk memanipulasi laporan keuangan. Oleh sebab itu, konservatisme akuntansi

memiliki peran untuk mencegah terjadinya asimetri informasi dengan cara

memberikan batasan kepada agent dalam melakukan praktik manipuasi laporan

keuangan (Nugroho, 2012).

18
Fitriani (2010) berpendapat bahwa laporan keuangan yang

mengaplikasikan konservatisme dapat mengurangi kemungkinan manajer

melakukan manipulasi laporan keuangan serta dead weight loss (biaya agensi)

yang muncul akibat asimetri informasi. Asimetri informasi merupakan kondisi

dimana pihak manajemen memiliki informasi lebih banyak dibandingkan dengan

pihak investor.

2.1.2 Teori Sinyal

Teori sinyal menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan

sinyal bahwa perusahaan tersebut telah beroperasi dengan baik. Scott (2012:475)

menyatakan bahwa sinyal adalah sebuah tindakan yang diambil oleh manajemen

perusahaan untuk memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana

manajemen memandang prospek perusahaan.

Najmudin (2011:308) menyatakan teori sinyal merupakan suatu tindakan

yang diambil oleh manajemen perusahaan untuk memberikan petunjuk bagi para

investor bagaimana mereka harus menilai prospek perusahaan Menurut Scott

(2012:476) pemilihan kebijakan akuntansi yang konservatif memberikan sinyal

atas keyakinan manajer pada perusahaan di masa depan. Informasi yang dibuat

oleh manajemen mengenai tujuan perusahaan dapat mempengaruhi keputusan

investasi pasar karena informasi merupakan hal yang penting bagi investor dan

pelaku bisnis sebagai alat analisis. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan

keputusan (Jogiyanto, 2014:586).

19
2.1.3 Teori Akuntansi Positif

Teori akuntansi positif menjelaskan mengenai hal-hal yang mendorong

manajemen dalam memilih metode akuntansi yang optimal dan untuk mencapai

tujuan tertentu. Scott (2012:476) menyatakan bahwa teori akuntansi positif

berhubungan dengan kemungkinan tindakan yang diambil oleh manajer dalam

memilih kebijakan akuntansi dan bagaimana reaksi manajer mengenai usulan

kebijakan akuntansi yang baru. Prediksi teori akuntansi positif dikelompokkan

menjadi tiga hipotesis yang dirumuskan oleh Watts dan Zimmerman (1986) dalam

Scott (2012:307) yaitu :

a. Bonus Plan Hypothesis

Dalam hipotesis ini manajer cenderung untuk meningkatkan laba untuk

memperoleh bonus dari perusahaan dengan memilih prosedur akuntansi

yang meningkatkan laba. Akibat dari sifat metode akrual, manajer dapat

mengeser laba masa depan ke masa kini.

b. Debt Covenant Hypothesis

Dalam hipotesis ini manajer cenderung memilih metode akuntansi yang

dapat meningkatkan laba atau pendapatan untuk memperoleh tambahan

dana dari pihak kreditur. Jika laba dan pendapatan tinggi menyebabkan

pihak kreditur merasa aman karena dapat mengurangi kemungkinan

pelanggaran kontrak hutang. Perusahaan yang meminjam dana cenderung

akan menjaga tingkat bunga, debt to equity, modal kerja dan atau ekuitas

pemegang saham. Perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity yang

tinggi akan mengalami financial distress dan pihak kreditur akan terancam

pelanggaran kontrak hutang (Scott, 2012:310).

20
c. Size Hypothesis

Dalam hipotesis ini manajer cenderung akan menangguhkan laba yang akan

dilaporkan ke periode yang akan datang agar laba yang dilaporkan akan

menjadi lebih rendah. Hal itu disebabkan untuk mengurangi biaya politik.

Biaya politik muncul karena profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat

menarik perhatian pihakpihak yang berkepentingan.

2.1.4 Debt Covenant

Menurut Fahmi (2014), utang (liabilities) merupakan kewajiban yang

dimiliki oleh pihak perusahaan yang bersumber dari dana eksternal baik yang

berasal dari sumber pinjaman perbankan, leasing, penjualan obligasi dan

sejenisnya. Setiap keputusan yang menyangkut dengan pengambilan dan

penambahan utang harus dilihat dari 2 (dua) perspektif, yaitu:

1. Perspektif Manajemen Perusahaan

Dari sudut manajemen perusahaan utang dilihat sebagai sumber dana

alternatif yang memberikan solusi bersifat konstruktif, baik secara jangka

pendek dan jangka panjang. Karena harus diingat manajemen perusahaan

adalah mereka yang harus memiliki sifat dinamis, kreatif, dan inovatif

dalam bekerja termasuk mampu memberikan kenaikan perolehan

keuntungan setiap waktunya. Memang salah satu tugas utama manajemen

perusahaan adalah mampu memberikan kemakmuran maksimal kepada para

pemegang saham.

Dalam praktek karena alasan seperti ini kadang kala sering menyebabkan

pihak manajemen perusahaan melakukan perekayasaan data-data pada

21
laporan keuangan, dengan tujuan untuk menutupi berbagai kelemahan yang

terlihat pada laporan keuangan termasuk salah satunya menaikkan

keuntungan agar para calon investor tertarik untuk membeli saham

perusahaan. Namun begitu pula sebaliknya jika pihak manajemen

menurunkan keuntungan perusahaan ini bertujuan untuk memberikan

keuntungan yang kecil kepada para penerima deviden. Atau juga bertujuan

untuk menghindari dari pembayaran pajak, karena dalam konsep pajak

semakin besar pendapatan maka semakin besar pajak yang akan dikenakan.

2. Perspektif Para Pemegang Saham

Dari sudut pandang pemegang saham, utang adalah sumber pendanaan

eksternal yang lebih disukai karena ada dua alasan:

a. Bunga atas sebagian besar utang jumlahnya tetap, dan jika bunga lebih

kecil daripada pengembalian atas aset operasi bersih, selisih

pengembalian tersebut akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas,

b. Bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak, sedangkan

dividen tidak.

Dalam konsep psikologis kepemilikan utang mampu memberi motivasi

untuk bekerja secara lebih kreatif dan inovatif. Begitu pula sebaliknya jika

seseorang tidak memiliki utang kemampuan untuk bekerja secara kreatif dan

inovatif akan rendah, dengan alasan tidak adanya tanggung jawab untuk

membayar angsuran kredit secara tepat waktu setiap bulannya. Oleh karena itu,

bagi pemegang saham dengan kebijakan mendapatkan tambahan dana yang

berasal dari pinjaman mampu memberi pengaruh positif bagi peningkatan kinerja

para manajemen perusahaan. Atas dasar alasan logika seperti itu maka dari sudut

22
perspektif pemegang saham kebijakan penerbitan dan penjualan right issue

dianggap sebagai alternatif keputusan kedua setelah kebijakan utang (liabilities)

tidak memungkinkan atau infeasible (tidak layak) untuk diterapkan.

Suatu utang tidak akan terjadi jika tidak disengaja, dan setiap utang

memiliki keterkaitan dengan transaksi. Ini sebagaimana dikatakan oleh Smith dan

Skousen dalam Fahmi (2014:82), bahwa suatu utang adalah akibat dari transaksi-

transaksi atau kejadian-kejadian di waktu yang lampau.

Secara umum liabilities (utang) terbagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu:

a. Current Liabilities atau Short-term liabilities (utang jangka pendek) atau

utang lancar, dan

b. Non Current Liabilities atau Long-term liabilities atau long-term debt (utang

jangka panjang).

FASB dalam SFAC No.6, mendefinisikan utang sebagai pengorbanan

manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban

sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada

entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu (Sari dkk,

2014:4).

Debt covenant adalah kontrak yang ditujukan pada peminjam oleh kreditur

untuk membatasi aktivitas yang mungkin merusak nilai pinjaman dan recovery

pinjaman (Wulandari, 2014:6).

Kontrak utang merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman

dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan kreditor seperti deviden

yang berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan model kerja dan kekayaan

pemilik berada di bawah tingkat yang telah ditentukan, yang mana semuanya

23
menurunkan keamanan (atau menaikkan resiko) bagi kreditur yang telah ada

(Saputra, 2016:2212).

Menurut Watts dan Zimmerman (1986:354) dalam Oktomegah (2012),

motif pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari Positive accounting

theory yaitu bonus plan theory, debt covenant hypothesis dan political hypothesis.

Motif inilah yang menjadi faktor dalam penerapan akuntansi konservatisme. Debt

covenant hypothesis memprediksi bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan

aktiva untuk mengurangi biaya renegoisasi kontrak utang. Manajer perusahaan

yang melakukan perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang

memiliki dampak meningkatkan laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka

dalam pandangan pihak eksternal.

Debt covenant menjelaskan bagaimana manajer menyikapi perjanjian

utang. Manajer dalam menyikapi adanya pelanggaran atas perjanjian utang yang

telah jatuh tempo, akan berupaya menghindarinya dengan memilih kebijakan

akuntansi yang menguntungkan dirinya. Kontrak utang jangka panjang (debt

covenant) merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari

tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan kreditur, seperti pembagian

dividen yang berlebihan, atau membiarkan ekuitas di bawah tingkat yang telah

ditentukan. Untuk mengidentifikasi debt covenant adalah dengan menggunakan

proksi dari tingkat leverage. Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal

yang berasal dari pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai

investasi dan operasional perusahaan. Rasio leverage dihitung dengan

membandingkan total utang dengan total aset perusahaan dengan membandingkan

total utang dengan total aset perusahaan (Ramadhoni dkk, 2014).

24
Menurut Deslatu (2010), menyatakan bahwa leverage merupakan proksi

bagi kecenderungan perusahaan untuk melanggar perjanjian utang. Semakin

tinggi leverage menunjukkan semakin tinggi probabilitas dari pelanggaran utang,

sehingga semakin kuat insentif untuk menaikkan laba. Rumus untuk menghitung

debt covenant adalah sebagai berikut:

Total 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =
Total 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

Sumber: Deslatu, 2010

Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur

modal yang dimiliki perusahaan sehingga dapat dilihat resiko tak tertagihnya

suatu hutang. Rasio leverage menggambarkan struktur modal perusahaan.

Struktur modal adalah pertimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat

permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Apabila

perusahaan tidak mempunyai leverege atau leverage sama dengan nol artinya

perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa

menggunakan utang. Jadi semakin besar proporsi utang yang digunakan oleh

perusahaan, pemilik modal akan menanggung risiko yang besar pula (Harahap,

2012).

Tingkat utang yang tinggi akan membuat perusahaan lebih berhati-hati,

karena tingkat utang yang tinggi menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup

perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki utang yang lebih tinggi, kreditor

mempunyai hak lebih besar untuk mengetahui dan mengawasi penyelenggaraan

operasi dan akuntansi perusahaan, manajer mengalami kesulitan untuk

menyembunyikan informasi dari kreditor. Kreditor berkepentingan terhadap

25
distribusi aset bersih dan laba yang lebih rendah kepada manajer dan pemegang

saham sehingga kreditor cenderung meminta manajer untuk menyelenggarakan

akuntansi konservatif (Quljanah, 2017:483).

2.1.5 Institutional Ownership

Menurut Harahap (2012), kepemilikan merupakan salah satu faktor intern

perusahaan yang menentukan kemajuan perusahaan. Keputusan bisnis yang

diambil oleh manajer adalah keputusan untuk memaksimalkan sumber daya

perusahaan yang telah dipercayakan dari pihak investor. Suatu ancaman bagi

perusahaan apabila manajer bertindak atas kepentingan pribadi bukan kepentingan

perusahaan. Pemegang saham dan manajer mempunyai kepentingan sendiri-

sendiri dalam memaksimalkan tujuannya. Pemegang saham mempunyai tujuan

untuk memperoleh dividen atas saham sedangkan manajer mempunyai

kepentingan memperoleh bonus dari pihak investor atas kinerja yang telah dicapai

dalam satu periode akuntansi.

Kepemilikan institusional merupakan saham suatu perusahaan yang

dimiliki oleh bank, asuransi, perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilikan

oleh institusi-institusi lain. Teori agensi menjelaskan adanya hubungan keagenan

antara agent dan principal. Penerapan konservatisme dalam membuat laporan

keuangan perusahaan dapat dipengaruhi oleh proporsi saham yang dimiliki pihak

eksternal perusahaan (Brilianti, 2013). Investor institusional ikut andil dalam

pengambilan keputusan sehingga mereka tidak mudah percaya terhadap tindakan

manipulasi laba. Adanya kepemilikan institusional merupakan hal yang penting

dalam memonitor manajemen, karena hal itu dapat meningkatkan pengawasan

26
yang lebih optimal, dengan begitu kemakmuran pemegang saham akan lebih

terjamin. Pihak manajemen dapat dikendalikan oleh kepemilikan institusional

dengan cara melakukan monitoring secara efektif sehingga akan berdampak

positif yaitu dapat mengurangi tindakan manajemen untuk melakukan manajemen

laba dan cenderung meminta manajemen untuk menerapkan akuntansi yang

konservatif. Investor institusional memiliki hak untuk mengawasi perilaku dan

kinerja manajemen yang lebih ketat, jika investor institusional tersebut

mempunyai kepemlikan saham yang besar. Pengawasan dapat dilakukan melalui

investasi mereka yang cukup besar sehingga apabila investor institusional merasa

tidak puas atas kinerja manajerial, maka mereka akan menjual sahamnya ke pasar.

Menurut Rohminatin (2016) kepemilikan saham oleh perusahaan

merupakan mekanisme yang digunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai

dengan kepentingan perusahaan. Rumus kepemilikan institusional adalah:

Kepemilikan Institusional = Jumlah Saham Institusi x 100%

Total Saham Beredar

Sumber: Nurhaliza, et al, 2019

Struktur kepemilikan institusional mencerminkan persentase jumlah saham

yang dimiliki institusi dari seluruh jumlah saham yang ada dalam

perusahaan.Pada dasarnya pemilihan metode akuntansi juga dipengaruhi oleh

manajer atau institusi pemegang saham. Dengan kata lain kepemilikan manajer

atau institusi menentukan kebijakan dan pilihan manajemen terhadap metode

akuntansi termasuk konservatif.

27
2.1.6 Financial Distress

Financial distress merupakan gejala awal kebangkrutan terhadap

penurunan kondisi keuangan yang dialami suatu perusahaan atau kondisi yang

terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan (Pramudita, 2012). Menurut Prihanthini

dan Maria (2013), kebangkrutan adalah suatu kondisi dimana suatu perusahaan

tidak mampu lagi untuk mengoperasikan perusahaan dengan baik karena kesulitan

keuangan yang dialami entitas tersebut sudah sangat parah.

Selama bertahun-tahun, banyak penelitian telah dilakukan dalam

membangun model Multi Discriminant Analysis (MDA Model). MDA model

adalah model yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dengan

menggunakan suatu fungsi diskriminan yang terdiri dari sejumlah rasio keuangan

yang dikenal juga dengan istilah Altman z-score (Gamayuni, 2011). Metode

prediksi kebangkrutan Altman z-score dikembangkan oleh seorang profesor bisnis

dari New York University AS Edward

Menurut Mastuti (2013), Altman z-score merupakan salah satu rumusan

matematis untuk memprediksi kebangkrutan dengan tingkat kepastian yang cukup

akurat dengan persentase keakuratan 95%. Analisis ini menggunakan suatu teknik

dengan mengidentifikasikan beberapa macam rasio keuangan yang dianggap

memiliki nilai paling penting. Altman z-score memiliki klasifikasi tersendiri

untuk menyatakan suatu perusahaan dikategorikan sehat atau bangkrut. Menurut

Mastuti (2013), klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut dibagi menjadi 3

kategori, yaitu:

a. Jika nilai Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat.

b. Jika nilai Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut.

28
c. Jika nilai 1,81 < Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat dimasukkan

ke dalam kategori perusahaan sehat ataupun perusahaan yang mengalami

kebangkrutan). Bisa dikategorikan sebagai daerah rawan bangkrut. Dengan

klasifikasi tersebut, investor dapat memprediksi suatu perusahaan dalam

keadaan sehat atau akan mengalami kebangkrutan. Menurut Mastuti (2013),

prediksi kebangkrutan dengan model Altman Z-Score ditentukan dengan

rumus:

Z Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5

Dimana:

X1 : Modal kerja terhadap total aset

X2 : Saldo laba terhadap total aset

X3 : Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset

X4 : Nilai pasar ekuitas terhadap total utang

X5 : Penjualan bersih terhadap total aset

Menurut Noviantari dan Ratnadi (2015) berdasarkan teori akuntansi

positif, manajemen akan cenderung mengurangi tingkat konservatisme akuntansi

apabila perusahaan mengalami tingkat kesulitan keuangan yang tinggi. Kondisi

keuangan yang bermasalah dapat mendorong pemegang saham untuk mengganti

manajemen perusahaan karena dianggap tidak mampu mengelola perusahaan

dengan baik. Ancaman tersebut dapat mendorong manajemen menurunkan tingkat

konservatisme akuntansi. Apabila suatu perusahaan tidak mempunyai masalah

keuangan, manajemen tidak akan menghadapi tekanan pelanggaran kontrak

dengan kreditur. sehingga manajemen menerapkan akuntansi konservatif.

Sehingga financial distress yang semakin tinggi akan mendorong manajemen

29
untuk menyajikan laporan keuangan yang tidak konservatif. (Nugroho dan

Mutmainah 2012).

2.1.7 Konservatisme Akuntansi

Pengertian konservatisme menurut Suwardjono (2014:245) adalah sebagai

berikut:

“Sikap atau aliran (mazhab) dalam menghadapi ketidakpastian untuk


mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan (outcome) yang
terjelek dari ketidakpastian tersebut. Sikap konservatif juga mengandung
makna sikap berhati-hati dalam menghadapi risiko dengan cara bersedia
mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau menghilangkan risiko.”

Menurut Belkaoui (2011:288) konservatisme didefinisikan sebagai berikut:

“Suatu prinsip yang mengimplikasikan bahwa nilai terendah dari aktiva


dan pendapatan serta nilai tertinggi dari kewajiban dan beban yang
sebaiknya dipilih untuk dilaporkan. Oleh karena itu, prinsip
konservatisme mengharuskan bahwa akuntan menampilkan sikap
pesimistis secara umum ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan
keuangan.”

Menurut Watts dalam Savitri (2016:22), mendefinisikan konservatisme

sebagai prinsip kehati-hatian dalam pelaporan keuangan dimana perusahaan tidak

terburu-buru dalam mengakui dan mengukur aktiva dan laba serta segera

mengakui kerugian dan utang yang mempunyai kemungkinan yang terjadi.

Sedangkan definisi resmi dari konservatisme terdapat dalam Glosarium

Pernyataan Konsep No.2 FASB (Financial Accounting Statement Board) yang

mengartikan konservatisme sebagai reaksi yang hati-hati (prudent reaction) dalam

menghadapi ketidakpastian yang melekat pada perusahaan untuk mencoba

memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko dalam lingkungan bisnis yang sudah

cukup dipertimbangkan (Savitri, 2016:23).

30
Konservatisme akuntansi merupakan salah satu prinsip yang berhubungan

dengan informasi laba dan laporan keuangan, yaitu suatu tindakan hati-hati dalam

menentukan jumlah laba. Konservatisme akuntansi juga digunakan sebagai

kebijakan yang digunakan perusahaan dalam proses menyempurnakan laporan

keuangan. Hal tersebut akan mengakibatkan nilai kewajiban serta biaya akan

cenderung tinggi dan nilai aktiva serta pendapatan akan cenderung rendah dalam

laporan keuangan (Sulastiningsih dan Husna, 2017).

Menurut Wolk dalam Ramadhoni (2014), mendefinisikan konservatisme

akuntansi sebagai usaha untuk memilih metoda akuntansi berterima umum yang:

a. memperlambat pengakuan revenues,

b. mempercepat pengakuan expenses,

c. merendahkan penilaian aktiva, dan

d. meninggikan penilaian utang.

Sikap konservatif merupakan sikap berhati-hati dalam mengahadapi risiko

dengan cara bersedia mengorbankan sesuatu untuk mengurangi atau

menghilangkan risiko. Akuntansi yang menganut dasar konservatisme dalam

menyikapi ketidakpastian akan menentukan pilihan perlakuan atau prinsip

akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan, kejadian, atau hasil yang

dianggap kurang menguntungkan. Implikasinya pada laporan keuangan umumnya

yaitu akan segera mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan besar akan terjadi

tetapi tidak mengantisipasi (mengakui lebih dulu) untung atau pendapatan yang

akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar (Suwardjono, 2014).

Konservatisme akuntansi diartikan sebagai prinsip kehati-hatian dalam

menghadapi suatu ketidakpastian, untuk mencoba memastikan bahwa

31
ketidakpastian dan risiko terjadi pada situasi bisnis yang telah dipertimbangkan.

Ketidakpastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan

agar nilai prediksi dan kenetralan dapat diperbaiki (Hanafi, 2012).

Menurut Hery (2015:43), konservatisme secara historis telah menjadi

pedoman bagi banyak praktik akuntansi. Menurut konsep konservatisme ini,

ketika kerugian terjadi maka seluruh kerugian tersebut akan langsung diakui

meskipun belum terealisasi, akan tetapi ketika keuntungan terjadi maka

keuntungan yang belum terealisasi tidaklah akan diakui. Konservatisme jika

diaplikasikan secara tepat, akan menyediakan pedoman yang rasional (jangan

menyajikan angka laba bersih dan aktiva yang terlalu tinggi).

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2017), ada beberapa metode yang

menerapkan prinsip konservatisme. Beberapa metode terhadap penerapan prinsip

konservatisme yaitu:

1. PSAK No. 14 yang mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan.

Perhitungan biaya persediaan dengan menggunakan metode FIFO (First In

First Out) adalah perhitungan yang dapat menghasilkan laba lebih besar

daripada metode LIFO (Last In First Out) dan rata-rata tertimbang

(Average). Hal ini disebabkan biaya persediaan yang besar menyebabkan

harga pokok penjualan yang kecil, sehingga laba yang dihasilkan besar.

Oleh karena itu, metode FIFO merupakan metode yang optimis jika

dibandingkan dengan metode LIFO yang menghasilkan angka lebih rendah.

Karena laporan laba rugi fiskal hanya mengakui dua metode pencatatan

persediaan yaitu metode FIFO dan rata-rata tertimbang maka metode rata-

rata tertimbang merupakan metode yang paling konservatif. Hal itu

32
dikarenakan biaya persediaan akhir lebih kecil yang mengakibatkan harga

pokok penjualan menjadi besar sehingga laba yang dihasilkan menjadi kecil.

2. PSAK No. 16 mengenai aset tetap dan pilihan dalam menghitung biaya

penyusutannya.

Apabila metode penyusutan yang digunakan untuk menilai aset tetap

perusahaan memiliki periode yang semakin pendek, maka prinsip akuntansi

yang diterapkan semakin konservatif. Metode penyusutan saldo menurun

berganda (double declining balance method) merupakan metode yang lebih

konservatif jika dibandingkan dengan metode garis lurus (straight line

method). Hal ini karena metode saldo menurun berganda memiliki kos yang

lebih besar, sehingga angka laba yang tersaji menjadi rendah.

3. PSAK No. 19 untuk menentukan perlakuan akuntansi bagi aset tidak

berwujud yang tidak diatur secara khusus pada standar lainnya.

Pernyataan ini juga mengatur cara mengukur jumlah tercatat dari aset tidak

berwujud dan menentukan pengungkapan yang harus dilakukan bagi aset

tidak berwujud. Metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah aset tidak

berwujud yang serupa dengan penyusutan pada aset tetap meliputi:

a. Metode garis lurus

b. Metode saldo menurun ganda

c. Metode jumlah unit produksi

Jika periode amortisasi aset tidak berwujud semakin pendek maka akuntansi

yang diterapkan juga semakin konservatif, sebaliknya bila periode

amortisasi semakin panjang maka semakin tidak konservatif. Periode

amortisasi yang semakin pendek menyebabkan biaya amortisasi yang

33
semakin besar pada tiap periodenya sehingga berakibat pula pada laba yang

menjadi kecil. Dari ketiga metode amortisasi tersebut, metode saldo

menurun berganda merupakan metode yang paling konservatif. Lebih lanjut,

apabila amortisasi aset tidak berwujud diakui sebagai bagian dari harga

pokok aset lainnya maka membuat laba yang dihasilkan menjadi besar yang

berarti tidak konservatif. Namun, apabila amortisasi tersebut diakui sebagai

beban, maka laba yang dihasilkan menjadi lebih kecil atau dapat dikatakan

konservatif.

4. PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan.

Apabila biaya riset dan pengembangan diakui sebagai beban daripada

sebagai aset maka akuntansi yang diterapkan cenderung konservatif. Karena

jika biaya yang terjadi diakui sebagai beban, maka laba yang dihasilkan di

dalam laporan keuangan menjadi kecil. Sebaliknya, bila biaya yang terjadi

diakui sebagai aset, maka laba yang dihasilkan besar dan akuntansi menjadi

tidak konservatif.

Seperti halnya di atas telah disebutkan bahwa ada beberapa metode dalam

PSAK yang terkait dalam penerapan prinsip konservatisme. Konservatisme

memiliki beberapa faktor yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menyusun

laporan keuangan. Faktor-faktor tersebut bermanfaat untuk mengetahui metode

mana yang baik digunakan untuk penyusunan laporan keuangan.

Menurut Savitri (2016:61), terdapat tiga cara pengukuran konservatisme

akuntansi yaitu:

34
1. Earnings/stock return relation measures

Stock market price berusaha untuk merefleksikan perubahan nilai aset pada

saat terjadinya perubahan, baik perubahan atas rugi ataupun laba dalam nilai

asset stock return tetap berusaha untuk melaporkannya sesuai dengan

waktunya. Konservatisme diukur dengan pendekatan reaksi pasar atas

informasi yang diungkapkan perusahaan. Konservatisme diukur dengan cara

membentuk regresi antara return saham terhadap laba. Hal ini disebabkan

karena salah satu definisi konservatisme menyebutkan bahwa kejadian yang

diperkirakan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan dan harus segera

diakui sehingga mengakibatkan kabar buruk cepat terefleksi dalam laba

dibandingkan kabar baik. Konservatisme dihitung dengan rumus (Basu,

1997) :

NI = β0 + β1 NEG + β2 RET + β3 RET*

NEG + e
Sumber: Savitri, 2016

Keterangan :

NI : Laba per lembar saham i tahun t

RET : Return saham i tahun t

NEG : Variabel dummy dimana (1) apabila return negatif, (0) apabila

return positif

β1- β2 : Slope regresi

β3 : Informasi yang diungkapkan perusahaan.

2. Earnings/accrual measures

Pengukuran konservatisme dengan earning/accrual measure yaitu

mengukur dengan melihat kecenderungan dari akumulasi akrual selama

35
beberapa tahun. Akrual yang dimaksud adalah perbedaan antara laba bersih

sebelum depresiasi/amortisasi dan arus kas kegiatan operasi. Pada penelitian

ini konservatisme diukur berdasarkan model Givoly dan Hayn (2000) agar

mendapat hasil yang lebih akurat. Model ini juga digunakan dalam

penelitian Oktomegah (2012) dan Ahmed (2002). Pengukuran

konservatisme menurut Givoly dan Hayn (2000) adalah sebagai berikut:

(𝐍𝐈𝐎 + 𝐃𝐄𝐏 − 𝐂𝐅𝐎)


𝐂𝐎𝐍𝐀𝐂𝐂 = × (−𝟏)
𝐓𝐀

Sumber: Savitri, 2016

Keterangan:

CONACC : Earnings conservatism based on accrued items

NIO : Operating profit of current year

DEP : Depreciation of fixed assets of current year

CFO : Net amount of cash flow from operating activities of

current year

TA : book value of closing total assets.

Givolyn dan Hayn dalam Savitri (2016), menyatakan bahwa apabila akrual

bernilai negatif (laba bersih lebih kecil dari pada arus kas kegiatan operasi)

yang konsisten selama beberapa tahun, maka merupakan indikasi

diterapkannya konservatisme. Semakin besar akrual negatif yang diperoleh

maka semakin konservatif akuntansi yang diterapkan. Hal ini dilandasi oleh

teori bahwa konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan

mempercepat pengakuan biaya, sehingga laporan laba rugi yang konservatif

akan menunda pengakuan pendapatan yang belum terealisasi dan biaya yang

terjadi pada periode tersebut akan segera dibebankan pada periode tersebut

36
dibandingkan menjadi cadangan (biaya yang ditangguhkan) pada neraca.

Adapun menurut Ahmed (2002:873) fokus pada efek laporan laba rugi

konservatisme selama periode yang panjang. mereka berpendapat bahwa

akuntansi konservatif mengarah pada akrual negatif yang persisten, berbeda

dengan pola yang diharapkan dari pembalikan akrual. ini menunjukkan

bahwa rata-rata akrual perusahaan selama periode yang cukup lama

memberikan proksi khusus perusahaan untuk konservatisme.

3. Net asset measures

Ukuran ketiga yang digunakan untuk mengetahui tingkat konservatisme

dalam laporan keuangan adalah nilai aset yang understatement dan

kewajiban yang overstatement. Salah satu model pengukurannya adalah

proksi pengukuran yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) yaitu

dengan menggunakan market to book ratio yang mencerminkan nilai pasar

relatif terhadap nilai buku perusahaan. Adapun persamaan untuk mengukur

konservatisme akuntansi sebagai berikut:

𝐇𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐩𝐞𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦


𝐌𝐚𝐫𝐤𝐞𝐭 𝐭𝐨 𝐁𝐨𝐨𝐤 =
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐛𝐮𝐤𝐮 𝐩𝐞𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐞𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬
𝐍𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐁𝐮𝐤𝐮 𝐩𝐞𝐫 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐛𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

Sumber: Savitri, 2016

Rasio ini merupakan perbandingan antara nilai pasar ekuitas dengan buku

ekuitas. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan akuntansi yang

konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari

nilai pasar nya. Dalam penelitian ini, pengukuran konservatisme

menggunakan net asset measure menurut Givoly dan Hayn 2000.

37
2.1.8 Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian yang berkaitan

dengan pengaruh debt covenant, institutional ownership, dan financial distress

terhadap konservatisme akuntansi. Penelitian sebelumnya memiliki hasil yang

berbeda-beda dan penelitian sebelumnya pun dijadikan bahan referensi serta

bahan perbandingan bagi penelitian yang sedang dilakukan, berikut merupakan

sajian mengenai beberapa penelitian sebelumnya:

Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Peneliti
(Thn)
1. Baihaqi Pengaruh Mekanisme X1: Dewan This research resulted in
Ammy (2016) Good Corporate Direksi four discoveries as has been
Governance Terhadap X2: Dewan proposed in the research
Konservatisme Komisaris hypothesis. First, the board
Akuntansi Pada X3: Komite of directors variables
Perbankan Yang Audit significantly effect
Terdaftar Di Bursa X4: accounting conservatism.
Efek Indonesia (BEI) Institutional Second, the variable
Ownership commissioners significantly
Y: effect accounting
Konservatisme conservatism. Third, the
Akuntansi audit committee variables
significantly effect
accounting conservatism.
Fourth, institutional
ownership variables
significantly effect
accounting conservatism.
2. Zia Nurhaliza Pengaruh X1: The results indicate that
Syefa El-Haq, Kepemilikan Kepemilikan institutional ownership and
Zulpahmi, Manajerial, Manajerial growth opportunities
Sumardi Kepemilikan X2: significantly influence on
(2019) Institusional, Growth Kepemilikan accounting conservatism,
Opportunities, dan Institusional while managerial and
Profitabilitas terhadap X3: Growth profitability have no
Konservatisme Opportunities significant influence on
Akuntansi X4: accounting conservatism.
Profitabilitas Simultaneously all of the

38
No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Peneliti
(Thn)
Y: variables significantly
Konservatisme influence on accounting
Akuntansi conservatism.
3. Susi Sulastri Pengaruh Financial X1: Financial Hasil penelitian ini
Dan Yane Distress Dan Distress menunjukkan bahwa
Devi Anna Leverage Terhadap X2: Leverage financial distress secara
(2018) Konservatisme Y: parsial signifikan terhadap
Akuntansi Konservatisme konservatisme akuntansi
Akuntansi dan leverage signifikan
terhadap konservatisme
akuntansi. Secara bersama –
sama keduanya
menunjukkan bahwa
financial distress dan
leverage signifikan terhadap
konservatisme akuntansi.
4. Dini Pengaruh Leverage, X1: Leverage Hasil penelitian ini
Firmasari Ukuran Perusahaan, X2: Ukuran menunjukkan bahwa
(2016) Dan Financial Perusahaan leverage berpengaruh
Distress Terhadap X3: Financial negative tidak signifikan,
Konservatisme Distress sedangkan ukuran
Akuntansi Y: perusahaan dan financial
Konservatisme distress berpengaruh negatif
Akuntansi signifikan terhadap
konservatisme akuntansi.
5. Marlina Pengaruh Leverage X1: Leverage Hasil uji empiris
Aryani (2016) Dan Financial X2: Financial menunjukkan bahwa
Distress Terhadap Distress financial distress memiliki
Tingkat Y: Tingkat pengaruh negatif signifikan
Konservatisme Konservatisme terhadap konservatisme
Akuntansi Akuntansi akuntansi, hasil ini
mendukung prediksi teori
akuntansi positif, tetapi
leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap
konservatisme akuntansi
6. Egi Putra Pengaruh Leverage, X1: Leverage Berdarkan hasil penelitian,
Utama, Dan Ukuran Perusahaan, X2: Ukuran leverage, ukuran
Farida Titik Kepemilikan Perusahaan perusahaan, kepemilikan
(2018) Manajerial Dan X3: manajerial dan profitabilitas
Profitabilitas Kepemilikan secara simultan berpengaruh
Terhadap Manajerial signifikan terhadap
Konservatisme X4: konservatisme akuntansi.
Akuntansi (Studi Pada Profitabilitas Sedangkan secara parsial
Subsektor Y: menunjukkan bahwa

39
No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Peneliti
(Thn)
Telekomunikasi Yang Konservatisme leverage berpengaruh
Terdaftar Di Bursa Akuntansi signifikan dengan arah
Efek Indonesia negatif terhadap
Periode 2011-2016) konservatisme akuntansi,
ukuran perusahaan tidak
memiliki pengaruh terhadap
konservatisme akuntansi,
kepemilikan manajerial
tidak memiliki pengaruh
terhadap konservatisme
akuntansi, profitabilitas
memiliki pengaruh dengan
arah negatif terhadap
konservatisme akuntansi.
7. Sonia Fitriani Pengaruh Mekanisme X1: Komisaris Based on the analysis
(2014) Good Corporate Independen concluded that the three
Governance Terhadap X2: variables are proposed
Konservatisme Kepemilikan include (1) independent
Akuntansi Institusi directors significantly
X3: Komisi influence accounting
Audit conservatism , (2)
Y: institutional share
Konservatisme ownership significantly
Akuntansi influence accounting
conservatism. (3) audit
committee significantly
influence accounting
conservatism .
8. Viola Dan Pengaruh X1: Hasil penelitian ini adalah:
Patricia Diana Kepemilikan Kepemilikan kepemilikan manajerial
(2015) Managerial, Manajerial tidak berpengaruh
Leverage, Financial X2: Laverage signifikan terhadap
Distress Dan X3: Financial konservatisme akuntansi
Kepemilikan Publik Distress leverage berpengaruh
Terhadap X4: signifikan terhadap
Konservatisme Kepemilikan konservatisme akuntansi
Akuntansi (Studi Pada Publik financial distress
Perusahaan Y: berpengaruh signifikan
Manufaktur Yang Konservatisme terhadap konservatisme
Terdaftar Di Bursa Akuntansi akuntansi
Efek Indonesia kepemilikan publik tidak
Periode 2012-2014) berpengaruh signifikan
terhadap konservatisme
akuntansi .
9. Frila Anggita Pengaruh Konflik X1: Konflik The test result show that

40
No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Peneliti
(Thn)
Suryani Kepentingan dan Kepentingan conflicts of interest have a
(2018) Kepemilikan X2: poitive effect on accounting
Institusional Kepemilikan conservatism and
Terhadap Institusional institutional ownership has
Konservatisme Y: a negative effect on
Akuntansi Konservatisme accounting conservatism
Akuntansi

10. I Gst. B Ngr. Pengaruh X1: Hasil pengujian


P. Putra, A.A. Kepemilikan Kepemilikan membuktikan bahwa
Pt. Ag. Mirah Institusional Dan Institusional kepemilikan institusional
Purnama Sari Kepemilikan X2: dan kepemilikan
dan Gde Manajerial Pada Kepemilikan manajerial berpengaruh
Deny Konservatisme Manajerial positif pada konservatisme
Larasdiputra Akuntansi Y: akuntansi.
(2019) Konservatisme
Akuntansi
11. Dewi Nadia Pengaruh Struktur X1: Struktur Secara parsial variabel
Sari, Kepemilikan Kepemilikan Struktur
Yuralaini, Institutional, Struktur Institutional Kepemilikan Institusional
Dan Al-Azhar Kepemilikan X2: Struktur (SKI) tidak berpengaruh
L (2014) Manajerial, Kepemilikan signifikan terhadap
Struktur Kepemilikan Manajerial variabel konservatisme
Publik, Debt X3: Struktur akuntansi.
Covenant Dan Kepemilikan Secara parsial variabel
Growth Opportunities Publik Struktur
Terhadap X4: Debt Kepemilikan Manajerial
Konservatisme Covenant (SKM)
Akuntansi X5: Growth berpengaruh negatif
Opportunities signifikan terhadap
Y: variabel konservatisme
Konservatisme akuntansi.
Akuntansi Secara parsial variabel
Struktur Kepemilikan
Publik (SKP) berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap variabel
konservatisme akuntansi.
Secara parsial variabel
Debt Covenant
berpengaruh positif
signifikan terhadap
variabel Konservatisme
akuntansi.
Secara parsial variabel

41
No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Peneliti
(Thn)
Growth
Opportunities
berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap
variabel Konservatisme
akuntansi.
12. Tri Pujadi Analisis Pengaruh X1: Berdasarkan hasil
Susilo (2014) Kepemilikan Kepemilikan penelitian iini di temukan
Institusional, Debt Institusional bahwa kepemilikan
Covenant, Growth X2: Debt institusional tidak
Opportunities, dan Covenant berpengaruh terhadap
Profitabilitas X3: Growth konservatisme akuntansi
Terhadap Opportunities dikarenakan kurangnya
Konservatisme X4: pengawasan dari investor
Akuntansi Profitabilitas institusional terhadap
Y: Tingkat pelaksanaan
Konservatisme konservatisme akuntansi.
Akuntansi Debt covenant tidak
berpengaruh terhadap
konservatisme akuntansi
dikarenakan manajer
cenderung
menyampingkan syarat
dari debtholders untuk
melaksanakan
konservatisme akuntansi.
Sedangkan growth
opportunities dan
profitabilitas berpengaruh
signifikan positif terhadap
konservatisme akuntansi.
13. Indah Pengaruh Struktur X1: Struktur Struktur kepemilikan
Wulandari, Kepemilikan Kepemilikan manajerial menunjukkan
Andreas, Dan Manajerial, Debt Manajerial tidak berpengaruh
Elfi Ilham Covenant, Dan X2: Debt terhadap Konservatisme
(2014) Growth Covenant Akuntansi pada
Opportunitiesterhadap X3: Growth perusahaan Manufaktur di
Konservatisme Opportunities Bursa Efek Indonesia.
Akuntansi Y: Debt covenant dan
Konservatisme Growth opportunities
Akuntansi menunjukkan berpengaruh
terhadap Konservatisme
Akuntansi pada
perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia.

42
No Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
Peneliti
(Thn)
14. Nutfi Rizki Analisis Penerapan X1: Ukuran Ukuran perusahaan, risiko
Hertina, Konservatisme Perusahaan perusahaan, intensitas
Zulaikha Akuntansi Di X2: Resiko modal, leverage, pajak,
(2017) Indonesia Dalam Perusahaan litigasi, struktur
Perspektif Positive X3: Intensitas kepemilikan, and growth
Accounting Theory Modal opportunity berpengaruh
X4: Leverage secara simultan terhadap
X5: Pajak konservatisme akuntansi.
X6: Litigasi Tetapi hanya Ukuran
X7: Struktur perusahaan, risiko
Kepemilikan perusahaan, intensitas
X8: Growth modal, struktur
Opportunity kepemilikan, and growth
Y: opportunity berpengaruh
Konservatisme secara parsial terhadap
Akuntansi konservatisme akuntansi.
15. Januar Pengaruh Financial X1: Financial The results of this study
Ramdhani A, Distress dan Distress indicate the existence of
Kania Kepemilikan X2: financial distress, and
Nurcholisa, Institusional terhadap Kepemilikan institusional ownership in
Nurhayati Konservatisme Institusional Accounting conservatism.
(2018) Akuntansi (Studi Y: For the purpose of further
Empiris pada Konservatisme research to use other
Perusahaan Sektor Akuntansi sector companies, audit
Pertambangan yang commitee and operating
Terdaftar di Bursa cash flow. which may
Efek Indonesia affect accounting
Periode Tahun 2015 – conservatism.
2017)
Sumber : Data diolah, 2019

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Debt Covenant terhadap Konnservatisme Akuntansi

Debt covenant atau kontrak utang berperan terhadap konservatisme dalam

dua cara. Pertama, bondholders dapat secara eksplisit menggunakan

konservatisme akuntansi. Kedua, manajer dapat secara implisit menggunakan

konservatisme akuntansi secara konsisten dalam rangka membangun reputasi

untuk pelaporan keuangan yang konservatif (Harahap, 2012:72).

43
Kontrak utang merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman

dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan kreditor seperti deviden

yang berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan model kerja dan kekayaan

pemilik berada di bawah tingkat yang telah ditentukan, yang mana semuanya

menurunkan keamanan (atau menaikkan resiko) bagi kreditur yang telah ada

(Saputra, 2016:2212).

Seharusnya tingkat utang yang tinggi akan membuat perusahaan lebih

berhati-hati, karena tingkat utang yang tinggi menjadi ancaman bagi kelangsungan

hidup perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki utang yang lebih tinggi,

kreditor mempunyai hak lebih besar untuk mengetahui dan mengawasi

penyelenggaraan operasi dan akuntansi perusahaan, manajer mengalami kesulitan

untuk menyembunyikan informasi dari kreditor. Kreditor berkepentingan terhadap

distribusi aset bersih dan laba yang lebih rendah kepada manajer dan pemegang

saham sehingga kreditor cenderung meminta manajer untuk menyelenggarakan

akuntansi konservatif (Quljanah, 2017:483).

Menurut Lo dalam Prambudi (2017:107), menyatakan bahwa tingkat

leverage dapat berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Lebih

lanjut hal ini dikarnakan kreditur mempunyai suatu hak dalam mengetahui dan

mengawasi kegiatan operasional perusahaan jika perusahaan yang bersangkutan

mempunyai nilai hutang yang cukup tinggi, dengan situasi seperti itu, asimetri

informasi yang terjadi antara kreditor dan manajemen dapat berkurang dan

manajer tidak dapat melaporkan nilai laba secara overstatement.

Hasil penelitian Sulastriningsih dan Husna (2017) dan Bandi dan

Shintawati (2014) menyatakan bahwa debt covenant yang diproksikan dengan

44
leverage tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Sari, dkk (2014),

Pratama (2016), dan Nisa (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa debt

covenant berpengaruh positif signifikan terhadap variabel konservatisme

akuntansi. Wulandari, dkk (2014) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa

debt covenant berpengaruh terhadap Konservatisme Akuntansi pada perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Deslatu dan Susanto (2010) dalam

penelitiannya juga menyatakan bahwa debt covenant tidak berpengaruh terhadap

konservatisme akuntansi.

2.2.2 Pengaruh Institutional Ownership terhadap Konservatisme Akuntansi

Menurut Savitri (2016:70) perusahaan didirikan dengan tujuan untuk

memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

diwujudkan dengan memaksimumkan nilai perusahaan dengan asumsi bahwa

pemilik perusahaan atau pemegang saham akan makmur jika kekayaannya

meningkat. Meningkatnya kekayaan dapat dilihat dari semakin meningkatnya

harga saham yang berarti juga nilai perusahaan meningkat.

Kepemilikan saham oleh institusi dapat mempengaruhi keputusan

manajemen dalam menerapkan konservatisme akuntansi. Jika komposisi

kepemilikan saham yang dimiliki suatu institusi lebih banyak maka manajer lebih

memilih melaporkan laba dengan nilai yang tinggi atau secara optimis. Karena

pihak pemegang saham menginginkan pengembalian atas investasi, baik dividen

maupun capital gain, mereka tinggi. Dengan begitu kinerja manajer akan dinilai

baik dan manajer mendapatkan bonus (bonus plan hypothesis). Keputusan

manajemen untuk melaporkan laba dengan nilai yang tinggi atau secara optimis

45
didukung karena rendahnya pengendalian terhadap manajemen karena

menyebarnya kepemilikan. Hal tersebut akan menimbulkan fleksibilitas yang

dimiliki manajemen dalam menyajikan informasi laporan keuangan. Manajemen

dapat saja menaikan nilai laba atau melakukan income maximation untuk

mencapai target laba yang diinginkan pemilik atau pemegang saham. Dengan

begitu manajemen akan mendapatkan bonus atas kinerjanya yang terlihat baik.

2.2.3 Pengaruh Financial Distress terhadap Konservatisme Akuntansi

Kesulitan keuangan merupakan tahap penurunan kondisi keuangan yang

terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Financial distress

dimulai dengan ketidakmampuan memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama

kewajiban yang bersifat jangka pendek termasuk kewajiban likuiditas, dan juga

termasuk kewajiban dalam kategori jangka Panjang atau solvabilitas (Fahmi,

2013:158)

Teori signaling menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh

manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi

melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi

konservatisme yang menghasilkan laba lebih berkualitas karena prinsip ini

mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan

membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang

tidak overstate (Fala dan Nugroho, 2012).

Dalam kondisi keuangan yang bermasalah, manajer cenderung

menerapkan konservatisme akuntansi untuk mengurangi konflik antara investor

dan kreditor. Konservatisme merupakan prinsip kehati-hatian, maka dengan

46
adanya kesulitan keuangan mendorong perusahaan akan lebih berhati-hati dalam

menghadapi lingkungan yang tidak pasti. Dengan demikian, semakin tinggi

tingkat kesulitan keuangan pada suatu perusahaan akan mendorong manajer untuk

menaikan tingkat konservatisme akuntansi, dan sebaliknya jika financial distress

rendah manajer akan menurunkan tingkat konservatisme akuntansi (Suryadari dan

Priyanto, 2012).

Financial distress yang tinggi tercermin dari nilai Altman z-score yang

semakin rendah dan financial distress yang rendah tercermin dari nilai Altman z-

score yang semakin tinggi. Sehingga ketika perusahaan mengalami financial

distress yang tinggi maka perusahaan akan semakin konservatif dan begitupun

pula ketika perusahaan memiliki financial distress yang rendah maka perusahaan

cenderung tidak konservatif. Hal ini didukung penelitian-penelitian yang

dilakukan oleh Pramudita (2012), Suryadani dan Priyanto (2012), Rizkyka

dkk.(2016), Tista dkk. (2017), dan Hakim (2017) mengatakan bahwa financial

distress berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

2.2.4 Paradigma Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat

dilihat dalam gambar 2.1 sebagai berikut:

47
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Sumber: Data diolah, 2019

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris

yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis juga dapat dinyatakan

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban

yang empirik (Sugiyono, 2017:63).

Dari penerapan kerangka pemikiran dan didukung dengan teori yang ada,

maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

48
H1 : Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial Distress

berpengaruh signifikan terhadap Konservatisme Akuntansi.

H2 : Debt Covenant berpengaruh signifikan terhadap Konservatisme

Akuntansi.

H3 : Institutional Ownership berpengaruh signifikan terhadap Konservatisme

Akuntansi.

H4 : Financial Distress berpengaruh signifikan terhadap Konservatisme

Akuntansi.

49
BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian, yang pertama kali diperhatikan

adalah objek penelitian yang akan diteliti. Dimana objek atau variabel penelitian

tersebut terkandung masalah yang akan dijadikan bahan penelitian untuk dicari

pemecahannya. Supranto dalam Fitrah (2017:156), memaparkan bahwa objek

penelitian adalah himpunan elemen yang berupa orang, organisasi atau barang

yang akan diteliti. Adapun menurut Juliandi dkk (2014:32), objek penelitian

adalah apa atau siapa yang dijadikan sumber penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah debt covenant (X1), institutional

ownership (X2), financial distress (X3), dan konservatisme akuntansi variabel Y.

Subjek penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Datanya berupa laporan keuangan perusahaan selama

periode 2014-2018.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut

terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan,

dan kegunaan. Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara

umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan,

pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari

49
penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah

diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk

membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan

tertentu, dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan

yang telah ada (Sugiyono, 2017:2).

3.2.1 Metode yang Digunakan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Menurut

Sugiyono (2017:7) adalah:

“Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini


sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode
untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena
berlandaskan pada filsavat positivisme. Metode ini sebagai metode
ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini
juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat
ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut
metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik”.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif dan verifikatif. Metode penelitian deskriptif menurut Sekaran dan

Bougie (2017:111), adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui dan

menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Metode

deskriptif ini dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyusun, menganalisis,

dan menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan gambaran keadaan

perusahaan secara nyata untuk kemudian ditarik kesimpulan yang dijadikan dasar

untuk mengajukan saran-saran perbaikan bagi perusahaan.

Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan

tentang debt covenant, institutional ownership, financial distress, dan

50
konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

Sedangkan menurut Masyhuri (2010:45) pengertian metode verifikatif

yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara atau

tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah

yang serupa dengan kehidupan. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji

hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik.

Dalam penelitian ini metode verifikatif digunakan untuk menjelaskan

tentang adakah pengaruh debt covenant, institutional ownership, dan financial

distress terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.2.2 Operasional Variabel yang Digunakan

Menurut Sekaran dan Bougie (201:77) variabel adalah apa pun yang dapat

membedakan atau membawa variasi pada nilai. Sedangakn menurut Sugiyono

(2017:38), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Sugiyono (2017:39), menurut hubungan antara satu variabel

dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat

dibedakan menjadi:

a. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedant.

Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas

51
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam SEM

(Structural Equation Modeling/ Pemodelan Persamaan Struktural), variabel

independen disebut sebagai variabel eksogen. Dalam penelitian ini, variabel

bebas adalah debt covenant (X1), institutionall ownership (X2), dan

financial distress (X3).

b. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa

Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas. Dalam SEM (Structural Equation Modeling/ Pemodelan Persamaan

Struktural), variabel independen disebut sebagai variabel indogen. Dalam

penelitian ini, variabel terikat adalah konservatisme akuntansi (Y). Dari

variabel tersebut dapat diukur dengan menggunakan indikator-indikator

yang telah ditentukan berdasarkan teori yang ada. Adapun penjabaran

indikator tersebut dapat dilihat pada tabel operasional variabel penelitian

berikut.

Tabel 3. 1
Operasional Variabel
Variabel Definisi Variabel Indikator/Cara Perhitungan Skala
Debt Debt Covenant Kontrak 𝑳𝒆𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 Rasio
Covenant hutang (debt covenant) 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠
(X1) merupakan perjanjian =
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭
untuk melindungi pemberi
pinjaman (lender atau (Sumber: Deslatu, 2010)
kreditor) dari tindakan-
tindakan manajer terhadap
kepentingan kreditor,
seperti deviden yang
berlebihan, pinjaman

52
Variabel Definisi Variabel Indikator/Cara Perhitungan Skala
tambahan, atau
membiarkan modal kerja
dan kekayaan pemilik
berada di bawah tingkat
yang telah ditentukan,
yang mana semuanya
menurunkan keamanan
(atau menaikkan risiko)
bagi kreditur yang telah
ada. (Watts dan Zimerman
2003 dalam Fatmariani
2013)
Institution Kepemilikan institusional Kepemilikan Institusi = Rasio
al merupakan saham suatu Jumlah Saham Institusi X 100%
Ownership perusahaan yang dimiliki Total Saham Beredar
(X2) oleh bank, asuransi, (Sumber: Nurhaliza, et al, 2019)
perusahaan-perusahaan
investasi dan kepemilikan
oleh institusi-institusi lain
(Tarjo: 2008).
Financial Financial distress Z Score = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 Rasio
Distress merupakan gejala awal + 0,6 X4 + 1,0 X5
(X3) kebangkrutan terhadap (Sumber: Savitri 2016)
penurunan kondisi
keuangan yang dialami
suatu perusahaan atau
kondisi yang terjadi
sebelum terjadinya
kebangkrutan (Pramudita,
2012).
Konservati Suatu prinsip yang Rasio
sme mengimplikasikan bahwa (𝐍𝐈𝐎 + 𝐃𝐄𝐏 − 𝐂𝐅𝐎)
Akuntansi nilai terendah dari aktiva 𝐂𝐎𝐍𝐀𝐂𝐂 =
𝐓𝐀
(Y) dan pendapatan serta nilai × (−𝟏)
tertinggi dari kewajiban
dan beban yang sebaiknya (Sumber: Savitri 2016)
dipilih untuk dilaporkan.
Oleh karena itu, prinsip
konservatisme
mengharuskan bahwa
akuntan menampilkan
sikap pesimistis secara
umum ketika memilih
teknik akuntansi untuk
pelaporan keuangan.
(Belkaoui, 2011:288)
Sumber: diolah penulis, 2019

53
3.2.3 Populasi dan Teknik Penentuan Sampel Penelitian

3.2.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2014 sampai

dengan tahun 2018. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 152

perusahaan. Daftar perusahaan terlampir.

3.2.3.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti

tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel

yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang

diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili), artinya segala

karakteristik populasi hendaknya tercermin dalam sampel yang dipilih.

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu probability sampling dan nonprobability sampling (Sugiyono, 2017:81).

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah

teknik probability sampling yaitu proportionate stratified random sampling.

54
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel. Penarikan sampel acak terstruktur (stratified random sampling)

dilakukan dengan membagi anggota populasi dalam beberapa subkelompok yang

disebut strata, lalu suatu sampel dipilih dari masing-masing stratum (Suharyadi,

2011:13). Untuk menentukan jumlah sampel pada metode terstruktur terdapat dua

cara, yaitu terstruktur proporsional dan terstruktur tidak proporsional.

Proportionate stratified random sampling digunakan bila populasi mempunyai

anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono,

2017:82). Teknik proportionate stratified random sampling dipilih karena

populasi tidak homogen, berstrata secara proporsional. Oleh karena itu, penulis

memilih teknik proportionate stratified random sampling.

Tabel 3. 2
Kerangka Sampel
No Subsektor Jumlah
1 Industri dasar dan kimia 65
Semen
Keramik, Porselen, dan Kaca
Logam dan sejenisnya
Kimia
Plastik dan Kemasan
Pakan Ternak
Kayu dan Pengolahannya
Pulpen dan Kertas
2 Aneka industry 44
Mesin dan Alat Berat
Otomotif dan Komponen
Tekstil dan Garment
Alas Kaki
Kabel
Elektronika
3 Barang konsumsi 43
Makanan dan Minuman
Rokok
Farmasi

55
No Subsektor Jumlah
Kosmetik dan Barang Rumah Tangga
Peralatan Rumah Tangga
Lainnya
Total 152
Sumber: Sahamok.com, data diolah 2019

Berdasarkan kerangka sampel diatas, terdapat populasi sebanyak 152

perusahaan dengan 20 subsektor. Untuk penentuan sampel dari 152 anggota

populasi akan diambil 20 sampel, maka jumlah stratumnya sebagai berikut.

Tabel 3.3
Proses Propornate Stratified Random Sampling
Stratum Kelompok Jumlah Persentase Jumlah Sampel
(Subsektor) Anggota dari Total per Stratum
1 Industri 65 42% 8 (0,424 × 20)
dasar dan
kimia
2 Aneka 44 29% 6 (0,289 × 20)
Industri
3 Barang 43 28% 6 (0,282 × 20)
Konsumsi
Jumlah 152 100% 20
Total
Sumber: Suharyadi (2011:14), data diolah 2019

Dari tabel 3.3 terlihat bahwa jumlah sampel setiap stratumnya didasarkan

pada jumlah proporsi persentase setiap stratum terhadap jumlah totalnya.

Penentuan sampel yang demikian dikenal dengan metode proportionate stratified

random sampling. Penarikan sampel terstruktur pada beberapa kasus memiliki

keunggulan karena dapat merefleksikan secara lebih akurat parameter populasi

daripada metode acak sederhana. Dengan metode terstruktur, maka setiap strata

mempunyai jumlah sampel minimal, sehingga semua struktur dapat terwakili

sehingga hasilnya lebih akurat (Suharyadi, 2011:14). Berdasarkan hasil

perhitungan pada tabel 3.3, diperoleh jumlah sampel sebanyak 20 perusahaan.

Daftar perusahaan tersebut tercantum pada tabel 3.4.

56
Tabel 3.4
Daftar Perusahaan Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan Tanggal Jenis Bisnis
Saham IPO
1 INTP Indocement 05/12/1989 Industri dasar dan kimia,
Tunggal Prakasa, (semen)
Tbk
2 AMFG Asahimas Flat 08/11/1995 Industri dasar dan kimia,
Glass Tbk (keramik, porselen, dan
kaca)
3 INAI Indal Aluminium 05/12/1994 Industri dasar dan kimia,
Industry Tbk (logam dan sejenisnya)
4 DPNS Duta Pertiwi 08/08/1990 Industri dasar dan kimia,
Nusantara, Tbk (kimia)
5 APLI Asiaplast Industries 01/05/2000 Industri dasar dan kimia,
Tbk (plastik dan kemasan)
6 JPFA Japfa Comfeed 23/10/1989 Industri dasar dan kimia,
Indonesia Tbk (pakan ternak)
7 SULI Slj Global Tbk 21/03/1994 Industri dasar dan kimia,
(kayu dan
pengolahannya)
8 FASW Fajar Surya Wisesa 01/12/1994 Industri dasar dan kimia,
Tbk (pulpen dan kertas)
9 KRAH Grand Kartech Tbk 08/11/2013 Aneka industri, (mesin
dan alat berat)
10 IMAS Indomobil Sukses 15/09/1993 Aneka industri,
International Tbk (otomotif dan
komponen)
11 SSTM Sunson Textile 20/08/1997 Aneka industri, (tekstil
Manufacturer Tbk dan garment)
12 ERTX Eratex Djaya Tbk 21/08/1990 Aneka industri, (tekstil
dan garment)
13 JECC Jembo Cable 18/11/1992 Aneka industri, (kabel)
Company Tbk
14 PTSN Sat Nusa Persada 08/11/2007 Aneka Industri
Tbk (Elektronika)
15 GGRM Gudang Garam 27/08/1990 Barang konsumsi,
Tbk (rokok)
16 KLBF Kalbe Farma Tbk 04/07/1991 Barang konsumsi,
(farmasi)
17 TCID Mandom Indonesia 23/09/1993 Barang konsumsi,
Tbk (kosmetik)
18 LMPI Langgeng Makmur 17/10/1994 Barang konsumsi,
Industri Tbk (peralatan rumah tangga)
19 MYOR Mayora Indah Tbk 04/07/1990 Barang konsumsi,
(makanan dan minuman)

57
No Kode Nama Perusahaan Tanggal Jenis Bisnis
Saham IPO
20 UNVR Unilever Indonesia 11/1/1982
Barang konsumsi,
Tbk (kosmetik)
Sumber: Sahamok.com, data diolah 2019

3.2.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.2.4.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Menurut Sugiyono (2017:225), sumber sekunder merupakan sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau dokumen. Sumber data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan

perusahaan manufaktur periode 2014-2018. Data yang digunakan merupakan data

yang dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website

www.idx.co.id.

3.2.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2017:224), teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,

maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang

ditetapkan. Untuk mendukung keperluan penganalisisan dan penelitian ini, penulis

memerlukan sejumlah data baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Peneliti

akan melakukan pengumpulan data melalui:

58
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data kepustakaan

dengan cara mempelajari, mengkaji, dan menelaah literatur-literatur yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal maupun makalah

yang berkaitan dengan penelitian. Kegunaan penelitian kepustakaan adalah

untuk memperoleh dasar-dasar teori yang dapat digunakan sebagai landasan

teoretis dalam menganalisis masalah yang diteliti sebagai pedoman untuk

melakukan studi dalam penelitian di lapangan.

2. Laporan Data Publikasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data-data sekunder

yang diperoleh melalui situs internet www.idx.co.id, yaitu berupa laporan

keuangan perusahaan selama lima tahun, yaitu mulai tahun 2014 sampai

dengan 2018. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan artikel,

jurnal penelitian terdahulu dan buku yang terkait dengan penelitian.

3.2.5 Rancangan Pengujian Hipotesis

Menurut Sekaran (2017:94), hipotesis dapat didefinisikan sebagai

pernyataan sementara, namun dapat diuji, yang memprediksi apa yang ingin anda

temukan dalam data empiris. Sedangkan menurut Sugiyono (2017:64), hipotesis

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian di mana

rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori

yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

59
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis

terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Untuk memperoleh hasil penelitian, diperoleh adanya sebuah perancangan

untuk melakukan analisa pada data yang telah dikumpulkan. Pengolahan data

dilakukan dengan mengolah data yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam

bentuk tabel untuk memudahkan peneliti dalam penyusunan penelitian ini dengan

menggunakan data sekunder yang telah diklasifikasikan untuk mempermudah

analisis. Adapun pengolahan data pada penelitian ini dengan menggunakan

analisis sebagai berikut.

3.2.5.1 Uji Asumsi Klasik

Menurut Wahyudi (2016:129), asumsi klasik merupakan suatu persyaratan

yang harus dipenuhi pada model regresi yang menggunakan metode estimasi

Ordinary Least Squares (OLS). Tujuannya supaya dihasilkan nilai taksiran

parameter yang sesuai dengan nilai sebenarnya, sehingga nilai parameter tersebut

memiliki karakteristik tidak bias, konsisten dan efisien (disebut best, linear,

unbiassed estimator, BLUE). Konsep BLUE selanjutnya dikenal dengan Gauss-

Markov Theorem yakni:

a. Best, maksudnya bahwa hasil regresi menghasilkan suatu garis regresi

dengan nilai error yang terkecil.

b. Linear, linear dalam model ekonometrika berarti bahwa model linear dalam

parameter.

c. Unbiassed atau tidak bias, suatu estimator dikatakan unbiassed jika nilai

harapan dari estimator β memiliki nilai yang benar atau mendekati nilai

60
aktualnya. Artinya nilai rata-rata βestimated = βactual. Dikatakan bias apabila

rata-rata βestimated ≠ βactual, selisihnya tersebut disebut dengan bias.

Ada 4 pengujian dalam uji asumsi klasik, diantaranya adalah uji

normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas, yaitu

sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Seperti

diketahui, bahwa uji t dan F mengasumsikan nilai residual mengikuti

distribusi normal. Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai

variabel bebas dan variabel terikat berdistribusi normal. Dalam pengujian

normalitas residual yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Kolmogorov-Smirnov.

Dalam uji normalitas data keputusan diambil berdasarkan nilai probabilitas

dan signifikansi yang ditetapkan 5%, sehingga pengambilan keputusannya:

a. Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka data setiap variabel terdistribusi

normal dan pengujian hipotesis menggunakan statistik parametrik.

b. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka data setiap variabel tidak

terdistribusi normal dan pengujian hipotesis menggunakan statistik

nonparametrik.

2. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2017:121), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah

dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu

(residual) pada periode t dengan pengganggu pada periode t-1

61
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi (Ghozali, 2017:121). Pengambilan keputusan ada atau tidaknya

gejala autokorelasi dapat dilihat pada persamaan berikut:

-2 < dw < +2
Sumber: Sunyoto (2016:98)

3. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2017:71), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna

antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi keberadaan

multikolinearitas di dalam model regresi, peneliti menghitung nilai koefisien

korelasi antar variabel bebas dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika nilai koefisien korelasi antar variabel bebas > 0.09, maka terjadi

masalah multikolinearitas.

b. Jika nilai koefisien korelasi antar variabel bebas < 0.09, maka terjadi

masalah multikolinearitas.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain

Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

Apabila titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka

tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan apabila terjadi pola yang

beraturan antara titik-titik tersebut maka terjadi heteroskedastisitas.

62
3.2.5.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Ghozali (2017:53), regresi linear berganda digunakan untuk

menguji pengaruh dua variabel atau lebih variabel independen (explanatory)

terhadap satu variabel dependen. Dalam penelitian ini analisis regresi berganda

dilakukan untuk mengetahui pengaruh debt covenant dan growth opportunities

terhadap konservatisme akuntansi. Persamaan Regresi Linear Berganda umumnya

dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β 2X2 + β3X3 + μ

Sumber: Ghozali, 2017

Keterangan:

Y = Konservatisme Akuntansi

X1 = Debt Covenant

X2 = Institutional Ownership

X3 =Financial Distress

α = nilai Y jika X = 0 (konstan)

β = angka arah atau koefisien regresi

μ = nilai kesalahan

Model estimasi yang digunakan untuk membentuk persamaan regresi

adalah metode ordinary least square (OLS) yang diperkenalkan oleh seorang ahli

matematika dari Jerman bernama Carl Friederich Gauss. Tujuan dari analisis

regresi adalah tidak hanya mengestimasi nilai β1 β 2 dan β 3, tetapi juga ingin

menarik inferensi (kesimpulan) nilai yang benar dari β1 β 2 dan β 3. Dengan

demikian tidak hanya menspesifikasi bentuk model fungsional, tetapi kita juga

harus membuat asumsi bagaimana nilai Y diperoleh. Seperti terlihat pada

63
persamaan diatas nilai Y tergantung dari kedua nilai X dan μ. Jadi untuk menaksir

nilai Y, harus mengetahui bagaimana nilai X dan μ diperoleh. Oleh sebab itu

mengetahi asumsi tentang nilai X dan nilai kesalahan μ sangatlah penting untuk

mengestimasi dan interpretasi terhadap regresi.

3.2.5.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Menurut Ghozali (2017:157) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen.

Hipotesis nol adalah joint hypothesis bahwa β1,β2..... βk secara simultan sama

dengan nol.

Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan Uji F adalah sebagai

berikut:

1) Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau

tidaknya pengaruh secara simultan variabel independen mempengaruhi

variabel dependen. Dimana hipotesis nol (H0) yaitu hipotesis tentang tidak

adanya pengaruh, umumnya diformulasikan untuk ditolak. Sedangkan

hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam

penelitian ini.

H0: β = 0 : debt covenant, institutional ownership, dan financial

distresss secara simultan tidak berpengaruh signifikan

terhadap konservatisme akuntansi.

64
Ha : β ≠ 0 : debt covenant, institutional ownership, dan financial

distresss secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

2) Menentukan tingkat signifikansi (ɑ), yaitu sebesar 5% artinya kemungkinan

besarnya hasil penarikan kesimpulan memiliki profitabilitas 95% atau

toleransi sebesar 5%. Menghitung Uji F (F-test) dengan rumus sebagai

berikut:

R2 / (𝑘 − 1)
F=
(1 − R2 )/ (𝑛 − 𝑘)

Sumber: Ghozali, 2017

Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi gabungan

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah sampel

3) Uji hipotesis secara simultan dilakukan dengan menggunakan uji F pada

tingkat signifikansi 5%, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima

b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima atau Ha ditolak

3.2.5.4 Analisis Koefisien Korelasi

Menurut Sugiyono (2017:183), analisis koefisien korelasi merupakan

analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen tergantung secara bersama-sama dan mengukur

seberapa besar variasi perubahan variabel independen mampu menjelaskan

65
variabel perubahan variabel dependen. Analisis koefisien korelasi ini digunakan

untuk mengetahui arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel independen

atau lebih. Secara bersama-sama dengan satu variabel dependen. Rumus koefisien

korelasi sebagai berikut:

𝑛Ʃ𝑥𝑖 𝑦𝑖 − (Ʃ𝑥𝑖 ) (Ʃ𝑦𝑖 )


𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛Ʃ𝑥𝑖 2 − (Ʃ𝑥𝑖 )2 }{𝑛Ʃ𝑦𝑖 2 − (Ʃ𝑦𝑖 )2 }

Sumber: Sugiyono, 2017

Keterangan:

r = Koefisien Korelasi

X = Variabel Independen

Y = Variabel Dependen

n = Jumlah Periode yang Diteliti

Setelah mengetahui hasilnya, selanjutnya memberikan interpretasi

koefisien korelasi dengan menggunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.5
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono, 2017:184

3.2.5.5 Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2017:55), koefisien determinasi (R2) pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (0 < R2 < 1).

66
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien

determinasi untuk data silang (cross-section) relatif rendah karena adanya variasi

yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun

waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.

Adapun rumus untuk mencari koefisien determinasi adalah sebagai

berikut:

Kd = R2 × 100%

Sumber: Ghozali, 2017

Keterangan:

Kd = Koefisien Determinasi

R2 = Koefisien Korelasi

3.2.5.6 Uji Parsial (Uji t)

Menurut Ghozali (2017:57), uji statistik t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen

dengan menganggap variabel independen lainnya konstan, jika asumsi normalitas

error yaitu μi ~ N(0,σ2) terpenuhi, maka kita dapat menggunakan uji t untuk

menguji koefisien parsial dari regresi. Uji t dapat dilakukan dengan melihat nilai

probabilitas signifikansi t masing-masing variabel yang terdapat pada output hasil

regresi. Jika nilai probabilitas signifikansi t < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa

ada pengaruh yang kuat antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji

67
t digunakan untuk membuktikan signifikansi pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara parsial yaitu:

1) Menentukan Ho

a. Debt Covenant

Ho : β = 0 : Debt covenant tidak berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

Ha : β ≠ 0 : Debt covenant berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

b. Institutional Ownership

Ho : β = 0 : Institutional Ownership tidak berpengaruh signifikan

terhadap konservatisme akuntansi.

Ha : β ≠ 0 : Institutional Ownership berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

c. Financial Distress

Ho : β = 0 : Financial Distress tidak berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

Ha : β ≠ 0 : Financial Distress berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

2) Mencari nilai t hitung dengan rumus sebagai berikut:

𝛽1
𝑡=
𝑠𝑒 (𝛽1)

Sumber: Ghozali, 2017

Keterangan:

𝛽1 = koefisien parameter

𝑠𝑒 (𝛽1)= standard error koefisien parameter

68
3) Buat kesimpulan tolak H0 atau terima Ha

Tingkat signifikannya yaitu 5% (α = 0,05), artinya jika H0 ditolak dengan

taraf kepercayaan 95%, maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan

kesimpulan mempunyai kebenaran 95% dan hal ini menunjukan adanya

hubungan (korelasi) yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel

independen dan variabel dependen.

Untuk mengetahui ditolak atau tidaknya dinyatakan dengan kriteria sebagai

berikut:

a. Jika probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ada di daerah penolakan, berarti

Ha diterima artinya secara parsial terdapat pengaruh signifikan antara

variabel independen dan variabel dependen.

b. Jika probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti

Ha ditolak artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh signifikan

antara variabel independen dan variabel dependen

69
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini, penulis akan memaparkan dan menganalisis mengenai

“Pengaruh Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial Distress

terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018”. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2014-2018. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 152

perusahaan, penelitian ini menggunakan teknik proportionate stratified random

sampling maka sampel akhir yang terpilih sebanyak 20 perusahaan dari seluruh

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama

periode 2014-2018. Berikut ini merupakan daftar perusahaan yang menjadi

sampel penelitian.

Tabel 4.1
Daftar Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
yang Menjadi Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan Tanggal Jenis Bisnis
Saham IPO
1 INTP Indocement 05/12/1989 Industri dasar dan kimia,
Tunggal Prakasa, (semen)
Tbk
2 AMFG Asahimas Flat 08/11/1995 Industri dasar dan kimia,
Glass Tbk (keramik, porselen, dan
kaca)
3 INAI Indal Aluminium 05/12/1994 Industri dasar dan kimia,
Industry Tbk (logam dan sejenisnya)
4 DPNS Duta Pertiwi 08/08/1990 Industri dasar dan kimia,
Nusantara, Tbk (kimia)
5 APLI Asiaplast Industries 01/05/2000 Industri dasar dan kimia,

70
No Kode Nama Perusahaan Tanggal Jenis Bisnis
Saham IPO
Tbk (plastik dan kemasan)
6 JPFA Japfa Comfeed 23/10/1989 Industri dasar dan kimia,
Indonesia Tbk (pakan ternak)
7 SULI Slj Global Tbk 21/03/1994 Industri dasar dan kimia,
(kayu dan
pengolahannya)
8 FASW Fajar Surya Wisesa 01/12/1994 Industri dasar dan kimia,
Tbk (pulpen dan kertas)
9 KRAH Grand Kartech Tbk 08/11/2013 Aneka industri, (mesin
dan alat berat)
10 IMAS Indomobil Sukses 15/09/1993 Aneka industri,
International Tbk (otomotif dan
komponen)
11 SSTM Sunson Textile 20/08/1997 Aneka industri, (tekstil
Manufacturer Tbk dan garment)
12 ERTX Eratex Djaya Tbk 21/08/1990 Aneka industri, (tekstil
dan garment)
13 JECC Jembo Cable 18/11/1992 Aneka industri, (kabel)
Company Tbk
14 PTSN Sat Nusa Persada 08/11/2007 Aneka Industri
Tbk (Elektronika)
15 GGRM Gudang Garam 27/08/1990 Barang konsumsi,
Tbk (rokok)
16 KLBF Kalbe Farma Tbk 04/07/1991 Barang konsumsi,
(farmasi)
17 TCID Mandom Indonesia 23/09/1993 Barang konsumsi,
Tbk (kosmetik)
18 LMPI Langgeng Makmur 17/10/1994 Barang konsumsi,
Industri Tbk (peralatan rumah tangga)
19 MYOR Mayora Indah Tbk 04/07/1990 Barang konsumsi,
(makanan dan minuman)
20 UNVR Unilever Indonesia 11/1/1982 Barang konsumsi,
Tbk (kosmetik)
Sumber: Sahamok.com

Data tersebut kemudian akan di analisis dengan menggunakan analisis

deskriptif mengenai perkembangan masing-masing variabel yang diteliti dan

kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya debt

covenant yang diukur dengan leverage, institutional ownership yang akan diukur

71
dengan proporsi jumlah saham institusi, financial distress yang akan diukur oleh

Altman z-score dan konservatisme akuntansi yang diukur dengan accrual

measure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) periode 2014-2018.

4.1.1 Gambaran Variabel Penelitian

4.1.1.1 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran dari setiap

variabel yang digunakan dalam penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata,

standar deviasi, skewness, dan kurtosis. Berdasarkan hasil pengujian statistik

deskriptif diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.2
Hasil Statistik Deskriptif
Statistics
Debt
Covenan Institutional Financial Konservatisme
t Ownership Distress Akuntansi
N Valid 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0
Mean .5271 67.2717 2.8767 .34494
Median .5850 73.8250 2.5950 .22100
a a
Mode .51 75.55 1.02 .189a
Std. Deviation .27242 22.57203 2.34631 .308207
Skewness .330 -1.323 -.281 1.367
Std. Error of Skewness .241 .241 .241 .241
Kurtosis .220 1.587 .167 1.638
Std. Error of Kurtosis .478 .478 .478 .478
Minimum .11 .00 -3.78 -.153
Maximum 1.42 95.38 7.14 1.290
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Sumber: Data diolah, 2019

72
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dijelaskan hasil pengujian statistik

deskriptif yaitu sebagai berikut.

1. Variabel Debt Covenant

Menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,5271 dengan median sebesar

0,5850. Nilai Maksimum sebesar 1,42 berada pada PT. Slj Global, Tbk

(SULI) tahun 2014. Nilai minimum sebesar 0,11 berada pada PT. Duta

Pertiwi Nusantara, Tbk (DPNS) tahun 2016. Nilai standar deviasi

sebesar 0,27242. Nilai skewness sebesar 0,330. Nilai kurtosis

sebesar 0,220.

2. Variabel Institutional Ownership

Menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 67,2717 dengan median sebesar

73,8250. Nilai Maksimum sebesar 95,38 berada pada PT. Eratex Djaya, Tbk

(ERTX) tahun 2016 dan 2017. Nilai minimum sebesar 0 berada pada PT.

Sat Nusa Persada, Tbk (PTSN) tahun 2014 sampai dengan 2017. Nilai

standar deviasinya sebesar 22,57203. Nilai skewness sebesar -1,323. Nilai

kurtosis sebesar 1,587.

3. Variabel Financial Distress

Menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 2,8767 dengan median sebesar

2,5950 yang berarti variabel konservatisme akuntansi cenderung tinggi.

Nilai Maksimum sebesar 7,14 berada pada PT. Indocement Tunggal

Prakasa, Tbk (INTP) tahun 2016. Nilai minimum sebesar -3,78 berada pada

PT. Slj Global, Tbk (SULI) tahun 2014. Nilai standar deviasi

sebesar 2,34631. Nilai skewness sebesar -0,281. Nilai kurtosis

sebesar 0,167.

73
4. Variabel Konservatisme Akuntansi

Menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,34494 dengan median sebesar

0,22100. Nilai Maksimum sebesar 1,290 berada pada PT. Sat Nusa Persada,

Tbk (PTSN) tahun 2017. Nilai minimum sebesar -0,153 berada pada PT.

Eratex Djaya ,Tbk (ERTX) tahun 2017. Nilai standar deviasi

sebesar 0,308207. Nilai skewness sebesar 1,367. Nilai kurtosis

sebesar 1,638.

4.1.1.2 Perkembangan Debt Covenant, Institutional Ownership, Financial

Distress dan Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018

1. Perkembangan Debt Covenant pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018.

Dengan data yang telah dikumpulkan dari laporan keuangan perusahaan

manufaktur, maka didapatkan perkembangan debt covenant yang diukur

dengan leverage yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.3
Perkembangan Debt Covenant Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018
DEBT COVENANT Rata-
KODE
2014 2015 2016 2017 2018 rata
INTP 0.14 0.14 0.13 0.15 0.16 0.15
AMFG 0.19 0.21 0.35 0.43 0.57 0.35
INAI 0.84 0.82 0.81 0.77 0.78 0.80
DPNS 0.12 0.12 0.11 0.13 0.14 0.12
APLI 0.18 0.28 0.22 0.43 0.59 0.34
JPFA 0.66 0.64 0.51 0.54 0.57 0.59
SULI 1.42 1.25 1.17 0.99 0.95 1.16

74
KODE DEBT COVENANT Rata-
FASW 0.71 0.65 0.63 0.65 0.61 rata
0.65
KRAH 0.61 0.67 0.70 0.81 0.90 0.74
IMAS 0.71 0.73 0.74 0.70 0.75 0.73
SSTM 0.62 0.62 0.61 0.65 0.62 0.62
ERTX 0.73 0.68 0.62 0.70 0.70 0.68
JECC 0.84 0.73 0.70 0.72 0.71 0.74
PTSN 0.25 0.23 0.24 0.25 0.76 0.34
GGRM 0.43 0.40 0.37 0.37 0.35 0.38
KLBF 0.21 0.20 0.18 0.16 0.16 0.18
TCID 0.31 0.18 0.18 0.21 0.19 0.21
LMPI 0.51 0.48 0.51 0.57 0.58 0.53
MYOR 0.60 0.54 0.52 0.51 0.51 0.54
UNVR 0.67 0.69 0.72 0.73 0.61 0.68
Jumlah 10.75 10.26 10.02 10.46 11.21 10.54
Rata-rata 0.54 0.51 0.50 0.52 0.56 0.53
Maksimum 1.42 1.25 1.17 0.99 0.95 1.16
Minimum 0.12 0.12 0.11 0.13 0.14 0.12
Sumber: Data diolah, 2019

Pada tabel 4.3 diatas memperlihatkan perkembangan debt covenant dan

rata-rata perkembangan debt covenant dari masing-masing perusahaan, agar dapat

terlihat dengan jelas maka ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

PERKEMBANGAN DEBT COVENANT


1.60
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00

Gambar 4.1
Grafik Perkembangan Debt Covenant Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Periode 2014-2018
Sumber: Data diolah, 2019

75
Pada tabel 4.3 diatas memperlihatkan perkembangan debt covenant dan

rata-rata perkembangan debt covenant dari masing-masing perusahaan.

Berdasarkan data tabel 4.3 juga, dapat diketahui bahwa debt covenant yang

diproksikan dengan leverage setiap perusahaan berfluktuasi. Dari ke-20

perusahaan tersebut, perusahaan yang memiliki nilai rata-rata pertumbuhan debt

covenant tertinggi adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI) yaitu sebesar 1,16 dan nilai

rata-rata terkecil dimiliki oleh PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk (DPNS) yaitu

sebesar 0,15. Dengan nilai debt covenant yang tinggi ini berarti tingkat utang pun

tinggi dan sebaliknya. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika utang tinggi artinya

aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut lebih besar dibiayai oleh utang dapat

dikatakan perusahaan tersebut tidak solvabel karena perusahaan dikatakan

solvabel ketika perusahaan tersebut memiliki aktiva dan kekayaan yang cukup

untuk membayar hutang-hutangnya. Secara lebih jelas, perkembangan debt

covenant dari tahun 2014 sampai 2018 adalah sebagai berikut:

1) Pada tahun 2014, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan debt

covenant tertinggi adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI) sebesar 1,42

sedangkan perusahaan dengan debt covenant terendah tahun 2013 adalah

PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk (DPNS) sebesar 0,12.

2) Pada tahun 2015, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan debt

covenant tertinggi adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI) sebesar 1,25

sedangkan perusahaan dengan debt covenant terendah tahun 2015 adalah

PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk (DPNS) sebesar 0,12.

3) Pada tahun 2016, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan debt

covenant tertinggi adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI) sebesar 1,17

76
sedangkan perusahaan dengan debt covenant terendah tahun 2016 adalah

PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk (DPNS) sebesar 0,11.

4) Pada tahun 2017, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan debt

covenant tertinggi adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI) sebesar 0,99

sedangkan perusahaan dengan debt covenant terendah tahun 2017 adalah

PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk (DPNS) sebesar 0,13.

5) Pada tahun 2018, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan debt

covenant tertinggi adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI) sebesar 0,95

sedangkan perusahaan dengan debt covenant terendah tahun 2017 adalah

PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk (DPNS) sebesar 0,14.

Untuk mengetahui rata-rata perkembangan debt covenant per tahun maka

akan ditampilkan dalam gambar 4.2 berikut:

RATA-RATA DEBT COVENANT PER TAHUN


0.57
0.56
0.55
0.54
0.53
0.52
0.51
0.50
0.49
0.48
0.47
2014 2015 2016 2017 2018

Gambar 4.2
Rata-rata Perkembangan Debt Covenant Per Tahun
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018
Sumber: Data diolah, 2019

77
Grafik diatas menunjukkan rata-rata pertumbuhan debt covenant per tahun

di 20 perusahaan yang diukur dengan leverage, terlihat bahwa secara keseluruhan

rata-rata debt covenant setiap tahunnya berfluktuasi. Rata-rata debt covenant di

tahun tahun 2014 sebesar 0,54. Pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi

0,51, di tahun 2016 terjadi sedikit penurunan dari tahun 2015 menjadi 0,50. Lalu,

terjadi penaikan kembali pada tahun 2017 menjadi 0,52, dan terakhir pada tahun

2018 rata-rata terletak pada angka 0,56. PT. Slj Global, Tbk (SULI) yang

memiliki debt covenant tertinggi dari perusahaan manufaktur yaitu dengan rata-

rata sebesar 1,16 berasal dari utang usaha, utang pajak, utang bank jangka pendek,

utang sewa pembiayaan jangka pendek, beban akrual, utang kelompok usaha

relasi, utang pihak ketiga, utang sewa pembiayaan jangka panjang, liabilitas

imbalan pasca kerja, utang lain-lain, dan liabilitas pajak tangguhan. Selain itu,

peningkatan aset setiap tahun yang tidak terlalu signifikan sehingga menghasilkan

tingkat utang yang tinggi pada perusahaan tersebut.

2. Perkembangan Institutional Ownership pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018

Institutional Ownership dalam penelitian ini diukur menggunakan jumlah

saham institusi yang dibandingkan dengan jumlah saham beredar. Berikut ini

adalah data Institutional Ownership pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

78
Tabel 4.4
Perkembangan Institutional Ownership pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Periode 2014-2018
INSTITUTIONAL OWNERSHIP Rata-
KODE
2014 2015 2016 2017 2018 rata
INTP 64.03 64.03 64.03 51.00 51.00 58.82
AMFG 84.73 84.73 84.82 84.83 84.83 84.79
INAI 77.99 77.99 77.99 77.99 77.93 77.98
DPNS 59.64 59.87 59.87 59.87 66.67 61.18
APLI 56.66 58.80 58.80 58.80 58.80 58.37
JPFA 57.62 57.95 63.09 63.11 64.13 61.18
SULI 45.56 61.74 27.12 32.89 33.64 40.19
FASW 74.74 74.91 85.77 86.21 87.08 81.74
KRAH 83.15 83.15 83.15 83.15 83.15 83.15
IMAS 89.54 89.66 89.66 89.66 89.66 89.63
SSTM 69.54 69.54 40.99 40.99 40.99 52.41
ERTX 88.38 92.38 95.38 95.38 92.39 92.78
JECC 90.15 90.15 90.15 90.15 90.15 90.15
PTSN 0.00 0.00 0.00 0.00 10.00 2.00
GGRM 75.55 75.55 75.55 75.55 75.55 75.55
KLBF 56.71 56.69 56.51 56.78 56.97 56.73
TCID 73.77 73.77 73.77 73.82 73.83 73.79
LMPI 83.27 83.27 83.27 83.27 23.52 71.32
MYOR 33.07 33.07 59.07 59.07 59.07 48.67
UNVR 84.99 84.99 84.99 84.99 84.99 84.99
Maksimum 90.15 92.38 95.38 95.38 92.39 92.78
Minimum 0.00 0.00 0.00 0.00 10.00 2.00
Sumber: Data diolah, 2019

Pada tabel 4.4 diatas memperlihatkan perkembangan institutional

ownership dari masing-masing perusahaan, agar dapat terlihat dengan jelas maka

ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

79
PERKEMBANGAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP
120.00

100.00

80.00

60.00

40.00

20.00

0.00

Gambar 4.3
Grafik Perkembangan Institutional Ownership Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Periode 2014-2018
Sumber: Data diolah, 2019

Berdasarkan data tabel 4.4 dan gambar 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa

institutional ownership yang diukur berdasarkan dari jumlah komposisi saham

institusi yang kemudian dibandingkan dengan jumlah saham beredar setiap

perusahaan berfluktuasi. Dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan yang

memiliki komposisi institutional ownership tertinggi adalah PT. Eratex Djaya

,Tbk (ERTX) yaitu sebesar 95,38 dan komposisi institutional ownership terkecil

dimiliki oleh PT. Sat Nusa Persada, Tbk (PTSN) yaitu sebesar 0.

Secara lebih jelas, perkembangan institutional ownership dari tahun 2014

sampai 2018 adalah sebagai berikut:

1) Pada tahun 2014, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan

institutional ownership tertinggi adalah PT. Jembo Cable Company, Tbk

(JECC) sebesar 90,15 sedangkan perusahaan dengan institutional ownership

terendah tahun 2014 adalah PT. Sat Nusa Persada, Tbk (PTSN) sebesar 0.

80
2) Pada tahun 2015, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan

institutional ownership tertinggi adalah PT. Eratex Djaya ,Tbk (ERTX)

sebesar 92,38 sedangkan perusahaan dengan institutional ownership

terendah tahun 2015 adalah PT. Sat Nusa Persada, Tbk (PTSN) sebesar 0.

3) Pada tahun 2016, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan institutional

ownership tertinggi adalah PT. Eratex Djaya ,Tbk (ERTX) sebesar 95,38

sedangkan perusahaan dengan institutional ownership terendah tahun 2016

adalah PT. Sat Nusa Persada, Tbk (PTSN) sebesar 0.

4) Pada tahun 2017, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan

institutional ownership tertinggi adalah PT. Eratex Djaya ,Tbk (ERTX)

sebesar 95,38 sedangkan perusahaan dengan institutional ownership

terendah tahun 2017 adalah PT. Sat Nusa Persada, Tbk (PTSN) sebesar 0.

5) Pada tahun 2018, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan institutional

ownership tertinggi adalah PT. Eratex Djaya ,Tbk (ERTX) sebesar 92,78

sedangkan perusahaan dengan institutional ownership terendah tahun 2018

adalah PT. Sat Nusa Persada, Tbk (PTSN) sebesar 10.

3. Perkembangan Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018.

Financial Distress diukur menggunakan pengukuran persamaan Altman z-

score yaitu mengukur dengan melibatkan intrumen-instrumen yang ada pada

laporan keuangan seperti: modal kerja, nilai ekuitas, laba ditahan, laba operasi,

penjualan, total asset, dan total kewajiban. Kemudian dari hasil persamaan didapat

standar yang menunjukkan:

81
a. Jika nilai Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat.

b. Jika nilai Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut.

c. Jika nilai 1,81 < Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat

dimasukkan ke dalam kategori perusahaan sehat ataupun perusahaan yang

mengalami kebangkrutan). Bisa dikategorikan sebagai daerah rawan

bangkrut.

Berikut ini adalah data financial distress pada perusahaan manufaktur pada

tahun 2014-2018:

Tabel 4.5
Perkembangan Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Periode 2014-2018
FINANCIAL DISTRESS Rata-
KODE
2014 2015 2016 2017 2018 rata
INTP 6.39 6.91 7.14 5.54 5.06 6.21
AMFG 4.76 4.98 3.01 2.32 1.56 3.33
INAI 1.35 1.36 1.30 1.39 1.08 1.30
DPNS 6.49 6.72 5.02 5.80 5.58 5.92
APLI 4.54 2.66 3.95 6.93 5.13 4.64
JPFA 2.06 5.80 7.06 2.68 2.53 4.03
SULI -3.78 -2.96 -2.60 -2.81 -2.49 -2.93
FASW 1.39 0.87 1.50 1.41 2.19 1.47
KRAH 1.75 1.25 1.02 0.30 -0.02 0.86
IMAS 1.21 1.04 0.81 0.72 0.56 0.87
SSTM 1.00 1.02 1.26 1.32 1.46 1.21
ERTX 1.67 2.26 2.18 1.54 1.72 1.87
JECC 1.74 1.57 2.15 1.72 2.20 1.88
PTSN 3.72 3.65 3.51 3.40 1.85 3.23
GGRM 3.39 3.61 3.93 4.03 4.31 3.86
KLBF 5.93 5.91 6.26 5.98 6.60 6.14
TCID 3.85 6.30 5.63 4.21 3.39 4.68
LMPI 0.97 1.02 1.44 1.15 0.99 1.12
MYOR 2.81 3.31 3.52 3.59 3.54 3.35
UNVR 4.78 4.37 4.39 4.12 4.94 4.52

82
KODE FINANCIAL DISTRESS Rata-
Jumlah 56.05 61.67 62.48 55.36 52.21 rata
57.55
Rata-rata 2.80 3.08 3.12 2.77 2.61 2.88
Maksimum 6.49 6.91 7.14 6.93 6.60 6.21
Minimum -3.78 -2.96 -2.60 -2.81 -2.49 -2.93
Sumber: Data diolah, 2019

Dari tabel 4.5 diatas memperlihatkan masing-masing perusahaan dan rata-

rata akrual yang menggambarkan keadaan financial distress 20 perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2018.

Agar dapat terlihat dengan jelas maka ditampilkan dalam grafik berikut ini:

PERKEMBANGAN FINANCIAL DISTRESS


8

-2

-4

-6

Gambar 4.4
Grafik Perkembangan Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Periode 2014-2018
Sumber: Data diolah, 2019

Berdasarkan data pada tabel 4.5 dan grafik pada gambar 4.4 diatas, maka

dapat diketahui bahwa financial distress yang diukur menggunakan persamaan

Altman z-score setiap perusahaan berfluktuasi. Perusahaan yang memiliki rata-

rata persamaan Altman z-score tertinggi diperoleh oleh PT. Indocement Tunggal

Prakasa, Tbk (INTP) yaitu sebesar 6,21 dan yang terendah diperoleh PT. Slj

83
Global, Tbk (SULI) yaitu sebesar -2,93. Untuk lebih jelasnya, perkembangan

financial distress dari tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut:

1) Pada tahun 2014, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan nilai

Altman z-score tertinggi adalah PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk (DPNS)

sebesar 6,49 sedangkan perusahaan dengan nilai Altman z-score terendah

tahun 2014 adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI) sebesar -3,78.

2) Pada tahun 2015, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan nilai

Altman z-score tertinggi adalah PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk (DPNS)

sebesar 6,91 sedangkan perusahaan dengan nilai Altman z-score terendah

tahun 2015 adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI) sebesar -2,96.

3) Pada tahun 2016, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan nilai

Altman z-score tertinggi adalah PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk (DPNS)

sebesar 7,14 sedangkan perusahaan dengan nilai Altman z-score terendah

tahun 2016 adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI) sebesar -2,60.

4) Pada tahun 2017, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan nilai

Altman z-score tertinggi adalah PT. Asiaplast Industries, Tbk (APLI)

sebesar 6,93 sedangkan perusahaan dengan nilai Altman z-score terendah

tahun 2017 adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI) sebesar -2,81.

5) Pada tahun 2018, dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan dengan nilai

Altman z-score tertinggi adalah PT. Kalbe Farma, Tbk (KLBF) sebesar 6,60

sedangkan perusahaan dengan nilai Altman z-score terendah tahun 2018

adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI) sebesar -2,49.

Untuk mengetahui rata-rata perkembangan financial distress per tahun

maka akan ditampilkan dalam gambar 4.4 berikut:

84
RATA-RATA FINANCIAL DISTRESS PER TAHUN
3.20
3.10
3.00
2.90
2.80
2.70
2.60
2.50
2.40
2.30
2014 2015 2016 2017 2018

Gambar 4.5
Grafik Rata- Rata Perkembangan Financial Distress Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018
Sumber: Data diolah, 2019

Grafik diatas menunjukkan rata-rata perkembangan financial distress per

tahun pada 20 perusahaan yang diukur dengan menggunakan persamaan Altman

z-score terlihat bahwa secara keseluruhan rata-rata financial distress setiap

tahunnya berfluktuasi. Rata-rata nilai Altman z-score di tahun 2014 sebesar 2,80

yang mengalami peningkatan di tahun 2015 menjadi 3,08, lalu peningkatan juga

terjadi pada tahun 2016 menjadi sebesar 3,12. Sedangkan pada tahun 2017 terjadi

penurunan dari tahun 2016 menjadi 2,77. dan penurunan juga terjadi pada tahun

2018 menjadi 2,61.

4. Perkembangan Konservatisme pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018

Konservatisme akuntansi merupakan variabel independen dalam penelitian

ini. Konservatisme akuntansi diukur menggunakan pengukuran earnings/accrual

measures model Givoly dan Hayn (2000) yaitu mengukur dengan melihat

85
kecenderungan dari akumulasi akrual selama beberapa tahun. Akrual yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan antara laba bersih sebelum

depresiasi dan arus kas kegiatan operasi. Apabila akrual bernilai negatif (laba

bersih lebih kecil dari pada arus kas kegiatan operasi) yang konsisten selama

beberapa tahun, maka merupakan indikasi diterapkannya konservatisme. Semakin

besar akrual negatif yang diperoleh maka semakin konservatif akuntansi yang

diterapkan yang disebabkan karena laba sebelum depresiasi lebih rendah dari arus

kas yang diperoleh oleh perusahaan pada periode tertentu. Berikut ini adalah data

konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur pada tahun 2014-2018:

Tabel 4.6
Perkembangan Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018
KONSERVATISME AKUNTANSI Rata-
KODE
2014 2015 2016 2017 2018 rata
INTP 0.324 0.389 0.354 0.449 0.506 0.404
AMFG 0.586 0.565 0.447 0.488 0.402 0.497
INAI 0.067 0.014 0.046 0.201 0.242 0.114
DPNS 0.122 0.138 0.163 0.116 0.075 0.123
APLI 0.709 0.709 0.777 0.620 0.554 0.674
JPFA 0.249 0.252 0.114 0.203 0.198 0.203
SULI 0.612 0.559 0.532 0.584 0.491 0.556
FASW 0.635 0.454 0.517 0.376 0.308 0.458
KRAH -0.153 0.074 0.178 0.193 0.220 0.102
IMAS 0.091 0.113 0.087 0.044 0.104 0.088
SSTM 0.788 0.874 1.016 1.156 1.192 1.005
ERTX -0.052 0.005 0.168 -0.025 0.105 0.040
JECC 0.212 0.070 0.096 0.047 0.016 0.088
PTSN 1.103 1.191 1.264 1.290 0.214 1.012
GGRM 0.107 0.133 0.222 0.240 0.307 0.202
KLBF 0.167 0.185 0.149 0.143 0.189 0.166
TCID 0.300 0.095 0.378 0.426 0.392 0.318
LMPI 0.405 0.408 0.447 0.461 0.572 0.459
MYOR 0.127 0.338 0.200 0.193 0.201 0.212

86
KODE KONSERVATISME AKUNTANSI Rata-
UNVR 0.191 0.179 0.189 0.181 0.141 rata
0.176
Jumlah 6.589 6.745 7.343 7.387 6.430 6.899
Rata-rata 0.329 0.337 0.367 0.369 0.321 0.345
Maksimum 1.103 1.191 1.264 1.290 1.192 1.012
Minimum -0.153 0.005 0.046 -0.025 0.016 0.040
Sumber: Data diolah, 2019

Dari tabel 4.6 diatas memperlihatkan akrual dari masing-masing

perusahaan dan rata-rata akrual yang menggambarkan konservatisme akuntansi 20

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2014-2018. Agar dapat terlihat dengan jelas maka ditampilkan dalam grafik

berikut ini:

PERKEMBANGAN KONSERVATISME AKUNTANSI


1.400

1.200

1.000

0.800

0.600

0.400

0.200

0.000

-0.200

-0.400

Gambar 4.6
Grafik Perkembangan Konservatisme Akuntansi Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018
Sumber: Data diolah, 2019

Berdasarkan data pada tabel 4.6 dan grafik pada gambar 4.6 diatas, maka

dapat diketahui bahwa konservatisme akuntansi yang diukur menggunakan

earning/accrual measures setiap perusahaan berfluktuasi. Perusahaan yang

87
memiliki rata-rata penerapan konservatisme akuntansi tertinggi diperoleh oleh PT.

Sat Nusa Persada, Tbk (PTSN) yaitu sebesar 1,012 dan yang memiliki rata-rata

penerapan konservatisme akuntansi terendah diperoleh PT. Eratex Djaya ,Tbk

(ERTX) yaitu sebesar 0,040. Secara lebih jelasnya, perkembangan konservatisme

akuntansi dari tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut:

1) Pada tahun 2014 berdasarkan perhitungan yang didapat, hampir semua

perusahaan telah dinilai konservatif yaitu terdiri dari 18 perusahaan dari 20

perusahaan yang dijadikan sampel. Perusahaan yang dinilai masih belum

konservatif pada tahun 2014 diantaranya adalah PT. Eratex Djaya ,Tbk

(ERTX) nilai yang didapat hanya sebesar -0,052, dan PT. Grand Kartech,

Tbk (KRAH) yang hanya sebesar -0,153.

2) Pada tahun 2015 berdasarkan perhitungan yang didapat, terdapat 20

perusahaan yang telah telah dinilai konservatif hal ini berarti semua

sampel telah menerapkan konservatisme akuntansi di tahun 2015.

3) Pada tahun 2016 juga berdasarkan perhitungan yang didapat, terdapat 20

perusahaan yang telah dinilai konservatif hal ini berarti semua sampel

telah menerapkan konservatisme akuntansi di tahun 2016.

4) Pada tahun 2017 berdasarkan perhitungan yang didapat, hampir semua

perusahaan telah dinilai konservatif yaitu terdiri dari 19 perusahaan dari 20

perusahaan yang dijadikan sampel. Perusahaan yang dinilai masih belum

konservatif pada tahun 2017 diantaranya adalah PT. Eratex Djaya ,Tbk

(ERTX) nilai yang didapat hanya sebesar -0,025.

88
5) Pada tahun 2018 juga berdasarkan perhitungan yang didapat, terdapat 20

perusahaan yang telah dinilai konservatif hal ini berarti semua sampel

telah menerapkan konservatisme akuntansi di tahun 2018.

Untuk mengetahui rata-rata perkembangan konservatisme akuntansi per

tahun maka akan ditampilkan dalam gambar 4.7 berikut:

RATA-RATA KONSERVATISME AKUNTANSI


0.380
0.370
0.360
0.350
0.340
0.330
0.320
0.310
0.300
0.290
2014 2015 2016 2017 2018

Gambar 4.7
Grafik Rata-Rata Perkembangan Konservatisme Akuntansi Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2014-2018
Sumber: Data diolah, 2019

Grafik diatas menunjukkan rata-rata pertumbuhan konservatisme akuntansi

per tahun di 20 perusahaan yang diukur dengan menggunakan pengukuran

earnings/accrual measures model Givoly dan Hayn (2000), terlihat bahwa secara

keseluruhan rata-rata konservatisme akuntansi setiap tahunnya berfluktuasi. Rata-

rata konservatisme akuntansi di tahun 2014 sebesar 0,329 yang mengalami

peningkatan di tahun 2015 menjadi 0,337, lalu peningkatan juga terjadi pada

tahun 2016 menjadi sebesar 0,367. Peningkatan terakhir terjadi pada tahun 2017

menjadi 0,369. Sedangkan pada tahun 2018 terjadi penurunan rata-rata dari tahun

89
sebelumnya menjadi 0,321. Dari data tersebut dapat diketahui jika pada tahun

2014-2018 rata-rata perusahaan manufaktur yang termasuk kedalam sampel telah

menerapkan prinsip konservatisme akuntansi. Dimana dalam lima tahun terakhir

kebanyakan perusahaan tersebut memperoleh laba sebelum depresiasi lebih kecil

dibandingkan dengan penerimaan dari kas operasinya yang terlihat dari nilai

akrual konservatisme yang negatif. Untuk perusahaan-perusahaan yang dinilai

masih belum menerapkan konservatisme akuntansi bisa jadi hal ini disebabkan

oleh faktor-faktor yang mempengaruhi antara laba dan arus kas operasi memiliki

perolehan yang berbeda-beda. Jika pada laba, hal yang paling mempengaruhinya

adalah dari besar kecilnya pendapatan, besar kecilnya beban keuangan seperti

beban bunga, beban pembiayaan dan beban administrasi bank. Sedangkan pada

arus kas operasi hal yang paling mempengaruhinya rata-rata adalah penerimaan

dari konsumen, pembayaran kepada pemasok, pembayaran bunga bank, rugi

bersih kurs maupun keuntungan atau kerugian dari penjualan aset.

4.1.2 Pengaruh Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial

Distress Secara Simultan Terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2014-2018

4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah variabel-

variabel yang diteliti tersebut terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada

penelitian ini menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov.

90
Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas K-S adalah

sebagai berikut:

a. Jika nilai Signifikansi (Sig.) lebih besar dari 0,05 maka data penelitian

terdistribusi normal.

b. Sebaliknya, jika nilai Signifikansi (Sig.) lebih kecil dari 0,05 maka data

penelitian tidak terdistribusi normal.

Kemudian, Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal,

sehingga jika distribusi data residual normal maka garis yang menggambarkan

data sesungguhnya akan mengikuti atau berdekatan dengan garis diagonalnya.

Untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang diteliti terdistribusi normal atau

tidak maka akan dilakukan pengujian sebagai berikut:

Tabel 4.7
Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 100
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. .21924365
Deviation
Most Extreme Absolute .074
Differences Positive .074
Negative -.052
Test Statistic .074
Asymp. Sig. (2-tailed) .195c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data diolah, 2019
Agar lebih jelas berikut ini adalah hasil dari pengujian normalitas pada

residual diagnostic histogram normality test:

91
Gambar 4.8 Histogram Normality Test
Sumber: Data diolah, 2019

Hasil pengujian dari One Sample Kolmogorov-Smirnov di atas

menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,195 artinya nilai

signifikansi lebih dari 0,05 (0,195 > 0,05) artinya nilai residual tersebut

terdistribusi normal. Gambar 4.8 juga menunjukkan bahwa grafik histogram

memberikan pola distribusi yang tidak melenceng ke kanan ataupun ke kiri, maka

dapat disimpulkan bahwa histogram diatas menggambarkan pola yang normal.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah

regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini

menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).

a. H0: tidak ada autokorelasi (ρ = 0)

b. Ha: ada autokorelasi (ρ ≠ 0)

92
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Std. Change Statistics
R Error of R
Mo Squ Adjusted the Square F df Sig. F Durbin-
del R are R Square Estimate Change Change df1 2 Change Watson
a
1 .703 .494 .478 .222643 .494 31.239 3 96 .000 .964
a. Predictors: (Constant), Financial Distress, Institutional Ownership, Debt Covenant
b. Dependent Variable: Konservatisme Akuntansi
Sumber: Data diolah, 2019

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson (DW) sebesar

0,964. Dapat dilihat bila nilai DW terletak antara nilai -2 dan +2 atau -2 < dw < +2

maka dapat disimpulkan tidak terkena autokorelasi.

DW = 0,964

Karena -2 < 0,964 < +2 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model

regresi linear berganda koefisien autokorelasi tidak terdapat gejala autokorelasi.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen. Untuk mendeteksi keberadaan multikolinearitas di dalam model

regresi, peneliti menghitung nilai koefisien korelasi antar variabel bebas dengan

kriteria sebagai berikut:

a. Jika nilai koefisien korelasi antar variabel bebas > 0.09, maka terjadi

masalah multikolinearitas.

b. Jika nilai koefisien korelasi antar variabel bebas < 0.09, maka terjadi

masalah multikolinearitas.

93
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Standar
Unstandardiz dized
ed Coeffici Collinearity
Coefficients ents Correlations Statistics
Std. Zero- Partia Tolera
Model B Error Beta T Sig. order l Part nce VIF
1 (Constant) 1.387 .132 10.501 .000
Debt -.571 .154 -.505 -3.699 .000 -.137 -.353 -.269 .283 3.534
Covenant
Institutional -.008 .001 -.574 -7.649 .000 -.632 -.615 -.555 .937 1.067
Ownership
Financial -.074 .018 -.567 -4.217 .000 -.110 -.395 -.306 .292 3.427
Distress
a. Dependent Variable: Konservatisme Akuntansi
Sumber: Data diolah, 2019

Dalam tabel coefficient dapat anda perhatikan bahwa nilai standar error

kurang dari satu, yaitu X1 = 0,154 X2 = 0,001 dan X3=0,018 dimana ketiganya

kurang dari satu. Serta nilai koefisien beta juga kurang dari satu dimana X1= -

0,505 X2 = -0,574 dan X3 -0,567. Maka dapat dikatakan bahwa nilai standar error

rendah dan multikolinearitas tidak terdeteksi. Selanjutnya pastikan lagi dengan

nilai rentang upper dan lowerbound confidence interval, apakah lebar atau sempit.

Pada tabel coefficient di atas, bahwa nilai rentangnya sempit, yaitu pada

X1 = 0,283 sampai dengan 3,534. Sedangkan pada X2 juga kebetulan hasilnya

sama yaitu X2 = 0,937 sampai dengan 1,067. Dan pada X3 =0,292 sampai dengan

3,427 Karena rentangnya sempit maka multikolinearitas tidak terdeteksi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan

94
lain Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

Apabila titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak

terjadi heteroskedastisitas, sedangkan apabila terjadi pola yang beraturan antara

titik-titik tersebut maka terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.9
Scatterplot
Sumber: Data diolah, 2019

Dari grafik scatterplots diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara

acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi,

sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi konservatisme

akuntansi.

4.1.2.2 Regresi Linear Berganda Data Panel

Setelah peneliti mendapatkan model yang tepat untuk penelitian ini, maka

selanjutnya peneliti dapat mengestimasi bentuk regresi linear berganda dari

95
datapanel yang diteliti. Berikut data yang diperlukan untuk membuat persamaan

linear yang didapatkan dari pengolahan data.

Menurut Ghozali (2017:53), regresi linear berganda digunakan untuk

menguji pengaruh dua variabel atau lebih variabel independen (explanatory)

terhadap satu variabel dependen. Dalam penelitian ini analisis regresi berganda

dilakukan untuk mengetahui pengaruh debt covenant, institutional ownership, dan

financial distress terhadap konservatisme akuntansi. Persamaan Regresi Linear

Berganda umumnya dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:


Y = α + β1X1 + β 2X2 + β3X3 + μ

Sumber: Ghozali, 2017

Keterangan:

Y = Konservatisme Akuntansi

X1 = Debt Covenant

X2 = institutional ownership

X3 = financial distress

α = nilai Y jika X = 0 (konstan)

β = angka arah atau koefisien regresi

μ = nilai kesalahan

96
Tabel 4.10
Hasil Uji Regresi Linear Berganda Data Panel

Standar
Unstandardiz dized
ed Coeffici
Coefficients ents
Std.
Model B Error Beta T Sig.
1 (Constant) 1.387 .132 10.501 .000
Debt -.571 .154 -.505 -3.699 .000
Covenant
Institutional -.008 .001 -.574 -7.649 .000
Ownership
Financial -.074 .018 -.567 -4.217 .000
Distress
a. Dependent Variable: Konservatisme Akuntansi
Sumber: data diolah, 2019

Berdasarkan tabel 4.10, dapat diperoleh persamaan linear sebagai berikut:

Y = 1,387 - 0,571 (X1) - 0,008 (X2) - 0,074 (X3) + error

Dari persamaan diatas dapat dijelaskan bahwa:

α= nilai konstanta sebesar 1,387, artinya jika debt covenant, Institutional

Ownership dan Financial Distress bernilai nol, maka konservatisme

akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2014-2018 mengalami kenaikan sebesar 1,387.

β1 = artinya jika debt covenant (X1) meningkat sebesar satu satuan dan

variabel lainnya konstan, maka variabel konservatisme akuntansi pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2014-2018 akan menurun sebesar 0,571.

β2 = artinya jika institutional ownership (X2) meningkat sebesar satu satuan

dan variabel lainnya konstan, maka variabel konservatisme akuntansi

97
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2014-2018 akan menurun sebesar 0,008.

Β3= artinya jika financial distress (X3) meningkat sebesar satu satuan dan

variabel lainnya konstan, maka variabel konservatisme akuntansi pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2014-2018 akan menurun sebesar 0,074.

4.1.2.3 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah debt covenant,

institutional ownership, dan financial distress mempunyai pengaruh secara

bersama-sama atau simultan terhadap konservatisme akuntansi. Adapun hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

H0: β = 0: debt covenant, institutional ownership, dan financial distress secara

simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme

akuntansi.

Ha : β ≠ 0: debt covenant, institutional ownership, dan financial distress secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

Uji hipotesis secara simultan dilakukan dengan menggunakan uji F pada

tingkat signifikansi 5%, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima

b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima atau Ha ditolak.

98
Tabel 4.11
Hasil Uji F

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 4.645 3 1.548 31.239 .000b
Residual 4.759 96 .050
Total 9.404 99
a. Dependent Variable: Konservatisme Akuntansi
b. Predictors: (Constant), Financial Distress, Institutional Ownership, Debt
Covenant
Sumber: data diolah, 2019

Berdasarkan nilai signifikansi dari output anova diketahui dari table nilai

Sig. adalah sebesar 0,000. Karena nilai Sig. 0,000<0,05, maka sesuai dengan dasar

pengambilan keputusan dalam uji F dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima

atau dengan kata lain debt covenant, institutional ownership, dan financial

distress secara simultan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

Berdasarkan perbandingan nilai F hitung dengan F table diketahui nilai F

hitung adalah sebesar 31,239. Karena nilai F hitung 31,239> F table 3,09 , maka

sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji F dapat disimpulkan bahwa

hipotesis diterima atau dengan kata lain debt covenant, institutional ownership,

dan financial distress secara simultan berpengaruh terhadap konservatisme

akuntansi.

4.1.2.4 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu (0 < R2 < 1). Nilai R2 yang kecil berarti

99
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen. Adapun rumus untuk mencari koefisien

determinasi adalah sebagai berikut:

Kd = R2 × 100%

Sumber: Ghozali, 2017

Hasil koefisien determinasi dapat dilihat dari Adjusted R-squared pada

tabel 4.12 sebagai berikut:

Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Change Statistics
Sig.
R Adjuste Std. Error R F
Mo Squ dR of the Square F df df Chan Durbin-
del R are Square Estimate Change Change 1 2 ge Watson
a
1 .703 .494 .478 .222643 .494 31.239 3 96 .000 .964
a. Predictors: (Constant), Financial Distress, Institutional Ownership, Debt Covenant
b. Dependent Variable: Konservatisme Akuntansi
Sumber : Data diolah, 2019

Pada tabel 4.12 diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi

Adjusted R-squared 0,479, yang selanjutnya dapat dihitung dengan rumus:

KD = R2 × 100%

= 0,478 × 100%

= 47,8%

Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diartikan bahwa variabel

konservatisme akuntansi dipengaruhi oleh variabel debt covenant, institutional

100
ownership, dan financial distress sebesar 47,8% sedangkan sisanya 52,2%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

4.1.3 Pengaruh Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial

Distress Secara Parsial Terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2014-2018

4.1.3.1 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas

pada penelitian ini, yaitu debt covenant dan growth opportunities secara parsial

memiliki pengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Tingkat signifikannya yaitu

5% (α = 0,05), artinya jika H0 ditolak dengan taraf kepercayaan 95%, maka

kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95%

dan hal ini menunjukkan adanya hubungan (korelasi) yang meyakinkan

(signifikan) antara dua variabel independen dan variabel dependen. Untuk

mengetahui ditolak atau tidaknya dinyatakan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Debt Covenant

Ho : β = 0 : Debt covenant tidak berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

Ha : β ≠ 0 : Debt covenant berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

b. Institutional Ownership

Ho : β = 0 : Institutional Ownership tidak berpengaruh signifikan

terhadap konservatisme akuntansi.

101
Ha : β ≠ 0 : Institutional Ownership berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

c. Financial Distress

Ho : β = 0 : Financial Distress tidak berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

Ha : β ≠ 0 : Financial Distress berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi.

Adapun pengambilan keputusan berdasarkan signifikansi, sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima (koefisien regresi tidak

signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak (koefisien regresi signifikan).

Ini berarti bahwa secara parsial variabel independen tersebut mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.13
Hasil Uji t
Standar
dized
Unstandardized Coeffici
Coefficients ents
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 1.387 .132 10.501 .000
Debt -.571 .154 -.505 -3.699 .000
Covenant
Institutional -.008 .001 -.574 -7.649 .000
Ownership
Financial -.074 .018 -.567 -4.217 .000
Distress
a. Dependent Variable: Konservatisme Akuntansi
Sumber: Data diolah, 2019

102
1. Pengaruh Debt Covenant terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2014-2018

Peneliti telah melakukan uji fixed effect yang hasilnya dapat dilihat pada

tabel 4.13 menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari

0,05, maka H0 ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti bahwa

secara parsial debt covenant mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur, semakin

tinggi tingkat debt covenant perusahaan maka perusahaan akan semakin

konservatif.

2. Pengaruh Institutional Ownership terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2014-2018

Peneliti telah melakukan uji fixed effect yang hasilnya dapat dilihat pada

tabel 4.13 menunjukkan tingkat signifikansi (0,000< 0,05) maka H0

ditolak, artinya Institutional Ownership berpengaruh terhadap

konservatisme akuntansi. Hal ini berarti bahwa besar kecilnya Institutional

Ownership menjadi salah satu faktor penentu utama dari penerapan prinsip

konservatisme akuntansi.

3. Pengaruh Financial Distress terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2014-2018

Peneliti telah melakukan uji fixed effect yang hasilnya dapat dilihat pada

tabel 4.13 menunjukkan tingkat signifikansi (0,000< 0,05) maka H0

103
ditolak, artinya Financial Distress berpengaruh terhadap konservatisme

akuntansi. Hal ini berarti bahwa besar kecilnya Financial Distress menjadi

salah satu faktor penentu utama dari penerapan prinsip konservatisme

akuntansi.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Gambaran Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial

Distress dan Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018

4.2.1.1 Perkembangan Debt Covenant, Institutional Ownership, Financial

Distress, dan Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-

2018

1. Perkembangan Debt Covenant pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018

Debt covenant yang diproksikan dengan leverage setiap perusahaan

berfluktuasi. Dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan yang memiliki nilai rata-

rata pertumbuhan debt covenant tertinggi adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI) yaitu

sebesar 1,16 dan nilai rata-rata terkecil dimiliki oleh PT. Duta Pertiwi Nusantara,

Tbk (DPNS) yaitu sebesar 0,15. Dengan nilai debt covenant yang tinggi ini berarti

tingkat utang pun tinggi dan sebaliknya. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika

utang tinggi artinya aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut lebih besar

dibiayai oleh utang dapat dikatakan perusahaan tersebut tidak solvabel karena

104
perusahaan dikatakan solvabel ketika perusahaan tersebut memiliki aktiva dan

kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya.

PT. Slj Global, Tbk (SULI) yang memiliki debt covenant tertinggi dari

perusahaan manufaktur yaitu dengan rata-rata sebesar 1,16 berasal dari utang

usaha, utang pajak, utang bank jangka pendek, utang sewa pembiayaan jangka

pendek, beban akrual, utang kelompok usaha relasi, utang pihak ketiga, utang

sewa pembiayaan jangka panjang, liabilitas imbalan pasca kerja, utang lain-lain,

dan liabilitas pajak tangguhan. Selain itu, peningkatan aset setiap tahun yang tidak

terlalu signifikan sehingga menghasilkan tingkat utang yang tinggi pada

perusahaan tersebut.

2. Perkembangan Institutional Ownership pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018

Institutional ownership yang diukur berdasarkan dari jumlah komposisi

saham institusi yang kemudian dibandingkan dengan jumlah saham beredar setiap

perusahaan berfluktuasi. Dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan yang

memiliki komposisi institutional ownership tertinggi adalah PT. Eratex Djaya

,Tbk (ERTX) yaitu sebesar 95,38 dan komposisi institutional ownership terkecil

dimiliki oleh PT. Sat Nusa Persada, Tbk (PTSN) yaitu sebesar 0.

Untuk perkembangan instutional ownership periode 2014-2018 pada tiap

perusahaan sendiri cenderung tidak fluktuatif hal ini dikarenakan oleh rentang

waktu 5 tahun yang dinilai cukup sempit untuk melihat perubahan komposisi

kepemilikan saham pada suatu perusahaan. Kepemilikan saham suatu perusahaan

juga tergantung latar belakang perusahaan tersebut misalnya perusahaan

manufaktur yang termasuk kedalam badan usaha milik negara (BUMN) maka

105
kepemilikan institusinya akan rendah, bahkan tidak ditemukan kepemilikan

institusi karena kepemilikan saham dipegang penuh oleh negara.

3. Perkembangan Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018

Financial Distress diukur menggunakan pengukuran persamaan Altman z-

score yaitu mengukur dengan melibatkan intrumen-instrumen yang ada pada

laporan keuangan seperti: modal kerja, nilai ekuitas, laba ditahan, laba operasi,

penjualan, total asset, dan total kewajiban. PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk

(INTP) merupakan perusahaan yang memiliki rata-rata Altman z-score tertinggi

yaitu sebesar 6,21 dan yang memiliki rata-rata Altman z-score terendah diperoleh

oleh PT. Slj Global, Tbk (SULI) yaitu sebesar -2,93. Secara keseluruhan rata-rata

financial distress setiap tahunnya berfluktuasi. Rata-rata perolehan Altman z-

score di tahun 2014 sebesar 2,80 yang mengalami peningkatan di tahun 2015

menjadi 3,08, lalu peningkatan juga terjadi pada tahun 2016 menjadi sebesar 3,12.

Sedangkan pada tahun 2017 terjadi penurunan dari tahun 2016 menjadi 2,77. dan

penurunan juga terjadi pada tahun 2018 menjadi 2,61. Pada periode penelitian

yaitu 2014-2018 perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (tidak terjadi

setiap periode penelitian) yaitu PT Grand Kartech ,Tbk (KRAH), dan PT Slj

Global ,Tbk (terjadi pada periode 2014-2018).

Salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai Altman z-score

dan financial distress adalah laba. Selain itu, laba juga merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi bagaimana cerminan dari penerapan konservatisme

akuntansi. Ketika laba kecil, maka nilai Altman z-score akan kecil pula dan

mengindikasikan financial distress dan ketika laba suatu perusahaan kecil maka

106
perusahaan tersebut akan otomatis menerapan prinsip konservatisme akuntansi

yang tinggi, begitupun juga sebaliknya. Konservatisme akuntansi diterapkan

ketika kerugian terjadi maka seluruh kerugian tersebut akan langsung diakui

meskipun belum terealisasi, akan tetapi ketika keuntungan terjadi, maka

keuntungan yang belum terealisasi tidaklah diakui (Hery, 2015:53).

4. Perkembangan Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018

Konservatisme akuntansi yang diukur menggunakan earning/ accrual

measures setiap perusahaan berfluktuasi. Perusahaan yang memiliki rata-rata

penerapan konservatisme akuntansi tertinggi diperoleh oleh PT. Sat Nusa Persada,

Tbk (PTSN) yaitu sebesar 1,012 dan yang memiliki rata-rata penerapan

konservatisme akuntansi terendah diperoleh PT. Eratex Djaya ,Tbk (ERTX) yaitu

sebesar 0,040. Rata-rata konservatisme akuntansi di tahun 2014 sebesar 0,329

yang mengalami peningkatan di tahun 2015 menjadi 0,337, lalu peningkatan juga

terjadi pada tahun 2016 menjadi sebesar 0,367. Peningkatan terakhir terjadi pada

tahun 2017 menjadi 0,369. Sedangkan pada tahun 2018 terjadi penurunan rata-rata

dari tahun sebelumnya menjadi 0,321. Dari data tersebut dapat diketahui jika pada

tahun 2014-2018 rata-rata perusahaan manufaktur yang termasuk kedalam sampel

telah menerapkan prinsip konservatisme akuntansi. Dimana dalam lima tahun

terakhir kebanyakan perusahaan tersebut memperoleh laba sebelum depresiasi

lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan dari kas operasinya yang terlihat dari

nilai akrual konservatisme yang negatif. Untuk perusahaan-perusahaan yang

dinilai masih belum menerapkan konservatisme akuntansi bisa jadi hal ini

disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi antara laba dan arus kas

107
operasi memiliki perolehan yang berbeda-beda. Jika pada laba, hal yang paling

mempengaruhinya adalah dari besar kecilnya pendapatan, besar kecilnya beban

keuangan seperti beban bunga, beban pembiayaan dan beban administrasi bank.

Sedangkan pada arus kas operasi hal yang paling mempengaruhinya rata-rata

adalah penerimaan dari konsumen, pembayaran kepada pemasok, pembayaran

bunga bank, rugi bersih kurs maupun keuntungan atau kerugian dari penjualan

aset.

4.2.2 Pengaruh Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial

Distress Secara Simultan Terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2014-2018

Berdasarkan nilai signifikansi dari output anova diketahui nilai Sig. adalah

sebesar 0,000. Karena nilai Sig. 0,000<0,05, maka sesuai dengan dasar

pengambilan keputusan dalam uji F dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima

atau dengan kata lain debt covenant, institutional ownership, dan financial

distress secara simultan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

Pengujian pengaruh debt covenant, institutional ownership, dan financial

distress terhadap konservatisme akuntansi dalam penelitian ini hasilnya dapat

disimpulkan bahwa debt covenant, institutional ownership, dan financial distress

secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap konservatisme

akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2014-2018.

108
Dalam penelitian ini kondisi debt covenant, institutional ownership, dan

financial distress mempengaruhi konservatisme akuntansi pada perusahaan

manufaktur termasuk kategori baik yang disebabkan oleh komponen pendukung

keadaan aset, kewajiban, ekuitas, laba, dan arus kas operasi yang baik sehingga

keduanya secara bersama-sama memberi kontribusi terhadap meningkatnya

konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

Variabel konservatisme akuntansi dipengaruhi oleh variabel debt covenant,

institutional ownership, dan financial distress sebesar 47,8% sedangkan sisanya

52,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Faktor lain tersebut dapat berupa jumlah dewan komisaris, jumlah komite audit,

kepemilikan publik, kepemilikan saham oleh komisaris dan direksi, proporsi

komisaris independen, cash flow, profitabilitas investment opportunity set (IOS),

ukuran perusahaan, rasio leverage intensitas modal, non-ceo family ownership,

founder ownership, risiko litigasi, kesempatan tumbuh perusahaan, manajemen

laba perusahaan, biaya politis, pajak, dll.

109
4.2.3 Pengaruh Debt Covenant, Institutional Ownership, dan Financial

Distress Secara Parsial Terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2014-2018

1. Pengaruh Debt Covenant Terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2014-2018

Peneliti telah melakukan uji fixed effect yang hasilnya dapat dilihat pada

tabel 4.13 menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05,

maka H0 ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial

debt covenant mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap konservatisme

akuntansi pada perusahaan manufaktur. Pada hasil uji juga diketahui hasilnya

yaitu semakin tinggi tingkat debt covenant perusahaan maka perusahaan akan

semakin kurang konservatif.

Dari hasil penelitian mengenai debt covenant dan konservatisme akuntansi

pada masing-masing perusahaan menggambarkan bahwa sebagian besar

perusahaan manufaktur memiliki tingkat perjanjian utang dan konservatisme

akuntansi yang berfluktuasi. Namun, jika dilihat dari perbandingan setiap

tahunnya kedua variabel tersebut sebagian besar memiliki arus yang berbeda

dimana ketika tingkat perjanjian utang yang tinggi tercermin dari jumlah utang

lebih besar dari jumlah aset yang dimilikinya bertolak belakang dengan nilai

konservatisme perusahaan yang mengalami penurunan hal ini mengindikasikan

jika perusahaan menerapkan prinsip konservatisme akuntansi dan begitupun pula

ketika jumlah utang rendah atau tingkat perjanjian utang yang rendah perusahaan

110
cenderung lebih konservatif. Hal ini mengindikasikan jika tingkat perjanjian utang

berpengaruh secara signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

Tingkat utang yang tinggi pada perusahaan berarti kondisi keuangan

perusahaan tidak terlalu baik, pada perusahaan yang memiliki tingkat utang tinggi

juga kreditor mempunyai hak lebih besar untuk mengetahui dan mengawasi

penyelenggaraan operasi dan akuntansi perusahaan. Kreditor akan cenderung

menuntut manajer untuk menerapkan konservatisme dalam menyusun laporan

keuangan (Quljannah, 2017:483). Karena dengan diterapkannya konservatisme

maka laba yang disajikannya akan rendah, sehingga akan mengurangi distribusi

aktiva bersih dan laba kepada investor dan manajer dalam bentuk dividen dan

bonus. Ini dilakukan kreditor karena mereka berkepentingan terhadap keamanan

dananya yang diharapkan dapat menguntungkan bagi dirinya. Selain itu, semakin

tinggi tingkat utang memberikan insentif bagi manajer dan investor untuk

melakukan tindakan manajemen laba dengan tujuan melaporkan peningkatan

kinerja yang menyebabkan tidak konservatif.

Dalam teori akuntansi positif menyatakan bahwa dalam keadaan cateris

paribus, perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi akan lebih memilih

untuk menggunakan prosedur akuntansi yang dapat menggantikan pelaporan laba

untuk periode mendatang ke periode sekarang. Pelaporan laba yang tinggi akan

menunjukkan kinerja perusahaan yang positif. Oleh karena itu, meskipun

perusahaan berukuran besar namun memiliki tingkat leverage yang tinggi pula,

penerapan konservatisme akuntansinya akan berkurang.

Menurut Lo dalam Prambudi (2017:107), menyatakan bahwa tingkat

leverage dapat berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Lebih

111
lanjut hal ini dikarenakan kreditur mempunyai suatu hak dalam mengetahui dan

mengawasi kegiatan operasional perusahaan jika perusahaan yang bersangkutan

mempunyai nilai hutang yang cukup tinggi, dengan situasi seperti itu, asimetri

informasi yang terjadi antara kreditor dan manajemen dapat berkurang dan

manajer tidak dapat melaporkan nilai laba secara overstatement.

Untuk mengidentifikasi debt covenant adalah dengan menggunakan proksi

dari tingkat leverage yaitu suatu perbandingan antara nilai seluruh utang (total

debt) dengan total aktiva. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran

mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan sehingga dapat dilihat resiko

tak tertagihnya suatu hutang. Rasio leverage menggambarkan struktur modal

perusahaan. Struktur modal adalah pertimbangan jumlah utang jangka pendek

yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa.

Apabila perusahaan tidak mempunyai leverege atau leverage sama dengan nol

artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri

atau tanpa menggunakan utang. Jadi semakin besar proporsi utang yang

digunakan oleh perusahaan, pemilik modal akan menanggung risiko yang besar

pula (Harahap, 2012).

Kemudian daripada itu ketika perusahaan memilih untuk menambah

pembiayaan melalui pinjaman maka perusahaan akan menunjukkan kinerja yang

baik untuk mendapatkan pinjaman. Perusahaan akan cenderung menyajikan

laporan keuangan yang kurang konservatis atau optimis melalui cara menaikan

nilai pendapatan dan aktiva setinggi mungkin, serta menurunkan liabilitas dan

beban. Hal ini merupakan salah satu upaya perusahaan tersebut untuk meyakinkan

pemberi pinjaman bahwa pinjaman yang diberikan akan terjamin. Rasio leverage

112
tinggi yang dimiliki perusahaan mendorong manajemen untuk cenderung

menurunkan konservatisme dalam menyusun laporan keuangan. Sehingga,

leverage berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Noviantari dan Ratnadi (2015), Septian (2014), Sari (2014), Wulandari (2014),

Pratama (2016), Saputra (2016), dan Nisa (2017) bahwa debt covenant

berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

2. Pengaruh Institutional Ownership Terhadap Konservatisme Akuntansi

pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2014-2018

Peneliti telah melakukan uji fixed effect yang hasilnya dapat dilihat pada

tabel 4.13 menunjukkan tingkat signifikansi (0,000< 0,05) maka H0 ditolak,

artinya Institutional Ownership berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

Hal ini berarti bahwa besar kecilnya Institutional Ownership menjadi salah satu

faktor penentu utama dari penerapan prinsip konservatisme akuntansi.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh negatif pada konservatisme akuntansi. Pengaruh ini menunjukkan

bahwa peningkatan atau penurunan persentase kepemilikan institusional bertolak

belakang dengan peningkatan atau penurunan tingkat konservatisme akuntansi

perusahaan. Semakin banyak proporsi jumlah kepemilikan saham yang dimiliki

institusi pada suatu perusahaan, maka semakin rendah rasa konservatif

perusahaan. Pihak manajemen akan cenderung lebih mengutamakan keuntungan

pribadi jangka pendek. Penerapan prinsip akuntansi agresif atau optimis akan

menjadi pilihan utama manajemen dibandingkan penerapan prinsip akuntansi

113
konservatif. Hasil penelitian tersebut menjawab teori keagenan yang menyatakan

bahwa konflik agensi dapat dikurangi dengan menselaraskan tujuan antara

pemilik atau pemegang saham. Pihak pemilik mensyaratkan informasi pelaporan

keuangan yang memiliki kualitas tinggi melalui penerapan prinsip akuntansi

konservatif, sedangkan disisi lain manajemen berkeinginan untuk

menyejahterakan pribadinya sehingga memilih menerapkan prinsip akuntansi

agresif.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ammy

(2016), Sumardi (2019), Fitriani (2014), dan Suryani (2018) yang menyatakan

bahwa hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel institutional ownership

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

3. Pengaruh Financial Distress Terhadap Konservatisme Akuntansi pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2014-2018

Peneliti telah melakukan uji fixed effect yang hasilnya dapat dilihat pada

tabel 4.13 menunjukkan tingkat signifikansi (0,000< 0,05) maka H0 ditolak,

artinya Financial Distress berpengaruh signinifikan terhadap konservatisme

akuntansi. Hal ini berarti bahwa besar kecilnya Financial Distress menjadi salah

satu faktor penentu utama dari penerapan prinsip konservatisme akuntansi.

Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan yang

terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi (Fahmi,2013:158).

Sesuai ketentuan Altman z-score yang menjadi indikator perhitungan financial

distress, dimana jika nilai yang didapat kurang dari 2,99 maka perusahaan

tersebut masuk kedalam klasifikasi perusahaan yang terkena financial distress

114
yang menuju kebangkrutan. Yang berarti semakin kecil nilai Altman z-score

maka semakin tinggi tingkat kecenderungan suatu perusahaan mengalami

financial distress. Nilai yang didapat dari uji t yaitu sebesar -0,074 yang berarti

semakin tinggi nilai Altman z-score perusahaan maka perusahaan akan semakin

kurang konservatif.

Salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai Altman z-score

dan financial distress adalah laba. Selain itu, laba juga merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi bagaimana cerminan dari penerapan konservatisme

akuntansi. Ketika laba kecil, maka nilai Altman z-score akan kecil pula dan

mengindikasikan financial distress dan ketika laba suatu perusahaan kecil maka

perusahaan tersebut akan otomatis menerapan prinsip konservatisme akuntansi

yang tinggi, begitupun juga sebaliknya. Konservatisme akuntansi diterapkan

ketika kerugian terjadi maka seluruh kerugian tersebut akan langsung diakui

meskipun belum terealisasi, akan tetapi ketika keuntungan terjadi, maka

keuntungan yang belum terealisasi tidaklah diakui (Hery, 2015:53).

Financial distress perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap

konservatisme akuntansi. Dalam kondisi keuangan yang bermasalah, manajer

cenderung menerapkan konservatisme akuntansi untuk mengurangi konflik antara

investor dan kreditor. Konservatisme merupakan prinsip kehati-hatian, maka

dengan adanya kesulitan keuangan mendorong perusahaan akan lebih berhati-hati

dalam menghadapi lingkungan yang tidak pasti.

Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sulastri

(2018), Firmasari (2016), Diana (2015), Nurhayati (2018) bahwa financial

distress berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

115
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

mengenai pengaruh debt covenant, institutional ownership, dan financial distress

terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-2018. Dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan yang memiliki nilai rata-rata

pertumbuhan debt covenant tertinggi adalah PT. Slj Global, Tbk (SULI)

yaitu sebesar 1,16 dan nilai rata-rata terkecil dimiliki oleh PT. Duta

Pertiwi Nusantara, Tbk (DPNS) yaitu sebesar 0,15.

2. Dari ke-20 perusahaan tersebut, perusahaan yang memiliki komposisi

institutional ownership tertinggi adalah PT. Eratex Djaya ,Tbk (ERTX)

yaitu sebesar 95,38 dan komposisi institutional ownership terkecil dimiliki

oleh PT. Sat Nusa Persada, Tbk (PTSN) yaitu sebesar 0.

3. Perusahaan yang memiliki rata-rata persamaan Altman z-score tertinggi

diperoleh oleh PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk (INTP) yaitu sebesar

6,21 dan yang memiliki Altman z-score terendah diperoleh PT. Slj Global,

Tbk (SULI) yaitu sebesar -2,93.

4. Perusahaan yang memiliki rata-rata penerapan konservatisme akuntansi

tertinggi diperoleh oleh PT. Sat Nusa Persada, Tbk (PTSN) yaitu sebesar

1,012 dan yang memiliki rata-rata penerapan konservatisme akuntansi

terendah diperoleh PT. Eratex Djaya ,Tbk (ERTX) yaitu sebesar 0,040

116
5. Debt covenant, institutional ownership, dan financial distress secara

simultan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan tingkat kontrak utang, tingkat kepemilikan

saham institusi yang terkandung dalam sebuah perusahaan dan tingkat

kesulitan keuangan perusahaan akan berpengaruh terhadap diterapkannya

sikap kehati-hatian, sehingga menghasilkan laporan keuangan yang

konservatif.

6. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial

adalah sebagai berikut : Debt covenant berpengaruh signifikan terhadap

konservatisme akuntansi. Institutional ownership berpengaruh signifikan

terhadap konservatisme akuntansi. Kemudian financial distress juga

berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Artinya dari

besar kecilnya tingkat ketiga variabel dependen suatu perusahaan sangat

berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

mengenai pengaruh debt covenant, institutional ownership, dan financial distress

terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-2018. Adapun saran yang dapat diberikan

adalah :

1. Bagi perusahaan, sebaiknya berhati-hati ketika membuat keputusan untuk

menambah utang, karena berbagai pihak yang memiliki kepentingan

dengan perusahaan seperti investor dan kreditor akan memberikan tekanan

kepada manajemen dalam perusahaan. Investor akan menuntut hasil dari

117
dana yang telah diinvestasikan, sedangkan kreditor akan menuntut atas

pelunasan kewajiban yang dimiliki perusahaan tersebut. Atas tekanan

tersebut dapat menimbulkan pelaporan keuangan yang overstatement,

pelaporan keuangan yang overstatement menandakan pelaporan tersebut

tidak konservatif. Pelaporan yang overstatement lebih berbahaya

dibandingkan dengan pelaporan yang understatement. Maka sebaiknya

perusahaan menyiapkan strategi terbaiknya agar tingkat utang tidak terlalu

tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar investor harus

cerdas dan selektif memilih perusahaan sebelum memutuskan untuk

berinvestasi. Sebaiknya investor memperhatikan tingkat debt covenant,

institutional ownership, dan financial distress yang dimiliki oleh

perusahaan, sebab hal tersebut berkaitan dengan perusahaan yang

menerapkan konservatisme akuntansi sehingga terhindar dari skandal

akuntansi yang akan merugikan investor. Berdasarkan hasil penelitian ini

disarankan untuk mempertimbangkan regulasi standar mengenai

konservatisme akuntansi yang akan meminimalisir terjadinya skandal

perusahaan yang berdampak pada kerugian bagi perusahaan dengan cara

memantau tingkat debt covenant, institutional ownership, dan financial

distress.

2. Penelitian ini hanya menggunakan 20 sampel penelitian, sebab itu,

disarankan untuk peneliti selanjutnya menggunakan sampel yang banyak

agar dapat lebih meningkatkan keakuratan dalam penelitan. Variabel

independen yang digunakan ada tiga yaitu debt covenant, institutional

ownership, dan financial distress. Sehingga disarankan untuk peneliti

118
selanjutnya menambah variabel independen dalam penelitiannya untuk

menambah variasi faktor-faktor yang diteliti seperti: jumlah dewan

komisaris, jumlah komite audit, kepemilikan publik, kepemilikan saham

oleh komisaris dan direksi, proporsi komisaris independen, cash flow,

profitabilitas investment opportunity set (IOS), ukuran perusahaan, rasio

leverage intensitas modal, non-ceo family ownership, founder ownership,

risiko litigasi, kesempatan tumbuh suatu perusahaan, manajemen laba

perusahaan, biaya politis, dan pajak.

3. Bagi Investor, yang akan menanamkan modalnya di sebuah perusahaan

sebaiknya memperhatikan nilai return on assets dan current ratio

perusahaan. Karena return on assets menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aset.

Sedangkan, current ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Maka ketika nilai return on

assets dan current ratio dalam kondisi yang baik maka dapat disimpulkan

bahwa perusahaan dalam kondisi keuangan yang baik.

119
DAFTAR PUSTAKA

Afina Fathurahmi, Edi Sukarmanto, Sri Fadilah. 2014. “Pengaruh Growth


Opportunities dan Financial Distress Terhadap Conservatism Accounting
pada perusahaan Textile dan Garmen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Prosiding Akuntansi, ISSN : 2460 – 656.

Ahmed, A.S., Billings, B.K. Morton, R.M. dan Harris, M.S. (2002), The Role of
Accounting Conservatism in Mitigating Bondholder-Shareholder Conflicts
over Dividend Policy and in Reducing Debt Costs, The Accounting
Review, Vol.77 No.4, hlm. 867-890.

Ardina, Ayu Martaning Yogi, dan Indira Januarti. 2012. “Penggunaan perspektif
positive accounting theory terhadap konservatisme akuntansi di
Indonesia.” Diponegoro Journal of Accounting 1 (1): 1–15.

Astarini, Dwi 2011. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pilihan


Perusahaan Terhadap Konservatisme Akuntansi. Skripsi Universitas
Pembangunan Nasional Veteran. Jakarta

Basu, S. (1997), The Conservatism Principle and The Asymmetric Timeliness of


Earnings, Journal of Accounting and Economics, Vol.24, hlm.3-37.

Belkaoui, A.R. (2011), Accounting Theory: Teori Akuntansi, Jakarta: Salemba


Empat.

Brilianti, D. P. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan


Konservatisme Akuntansi Perusahaan. Accounting Analysis Journal, 2(3),
268-275

Daljono, Willyza P. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Rasio Leverage,


Intensitas Modal, dan Likuiditas Terhadap Konservatisme Perusahaan.
Jurnal ISSN Vol. 2 No. 3 Hal 1. Semarang.

Deslatu, S. dan Susanto, Y.S. (2010), Pengaruh Kepemilikan Managerial, Debt


Covenant, Litigation, Tax and Political Costs dan Kesempatan Bertumbuh
terhadap Konservatisma Akuntansi, Ekuitas, Vol.14 No.2, hlm.137-151.

Deviyanti, Dyahayu Artika dan Rahardjo, Shiddiq Nur. 2012. “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Konservatisme dalam Akuntansi”.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol.1, No.2.

Dewi, Luh Putu Kusuma., Nyoman Trisna Herawati dan Ni Kadek Sinarwati.
2014. “Faktorfaktor yang Berpegaruh terhadap Konservatisme Akuntansi
(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode Tahun 2010-
2012)”. E-Journal Ekonomi Universitas Gunadarma. Vol.2, No.1.

120
Dewi, Ni Kd Sri Lestari dan I Ketut Suryanawa. 2014. “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Leverage, dan Financial Distress terhadap Konservatisme
Akuntansi (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode
Tahun 2009-2011)”. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana.

Eriandani, Rizky. 2013. Pengaruh Institutional Ownership dan Managerial


Ownership terhadap Pengungkapan CSR pada Laporan Tahunan
Perusahaan Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur 2010-2011.
Universitas Surabaya. Simposium Nasional Akuntansi XVI. Manado. Hal.
1631-1661.

Fahmi, I. (2014), Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.

Fajri Alhayati. 2013. “Pengaruh Tingkat Hutang (Leverage) dan Tingkat


Kesulitan Keuangan Perusahaan Terhadap Konservatisme Akuntansi”
(Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi, 1
(1). Hal : 84435.
Fitrah, M. dan Luthfiyah. (2017), Metodologi Penelitian: Penelitian Kualitatis,
Tindakan Kelas & Studi Kasus, Sukabumi: CV Jejak.

Gamaycuni, Rindu Rika. 2011. “Analisis Ketepatan Model Altman sebagai Alat
untuk memprediksi Kebangkrutan (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur di BEI)”. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan 16(2). Fakultas
Ekonomi Universitas Lampung.

Ghozali, I. dan Ratmono, D. (2017). Analisis Multivariat dan Ekonometrika:


Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Eviews 10, Edisi 2, Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanafi, M. dan Halim, A. (2012), Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat,


Cetakan Kedua, Yogyakarta: UPP Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN.

Haniati, Sri dan Fitriani, 2010, “Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri


Informasi dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran
Konservatisme”, Simposium Nasional Akuntansi xiii, Purwokerto.

Harahap, S.N. (2012), Peranan Struktur Kepemilikan, Debt Covenant, dan Growth
Opportunities Terhadap Konservatisme Akuntansi. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi, Vol.1 No. 2, hlm.69-73.

Hery. (2015), Analisis Laporan Keuangan, Edisi 1, Yogyakarta: Center For


Academic Publishing Services.

121
Hery. (2017), Teori Akuntansi: Pendekatan Konsep dan Analisis, Jakarta:
Grasindo.
Hikmah, Lutfiany. 2013. Analisis Perbedaan Prinsip Konservatisme Akuntansi di
IFRS. Accounting Analysis Journal Universitas Negeri Semarang:
Semarang.

http://fortune.com/2015/07/21/toshiba-just-lost-its-ceo-to-a-huge-accounting-
scandal/, diunduh 21 Oktober 2019.

https://economy.okezone.com/read/2016/01/27/278/1298264/direksi-timah-
dituding-manipulasi-laporan-keuangan, diunduh 21 Oktober 2019.

https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-238077/bapepam-denda-mantan-
direksi-indofarma-rp-500-juta-, diunduh 21 Oktober 2019.

https://nasional.kontan.co.id/news/tagihan-pkpu-empat-anak-tiga-pilar-aisa-lebih-
dari-rp-12-triliun, diunduh 21 Oktober 2019.

https://www.bareksa.com/id/text/2015/02/25/bei-laporan-keuangan-inovisi-salah-
saji-suspen-saham-belum-akan-dibuka/9562/analysis, diunduh 21 Oktober
2019.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190531144248-92-400048/menyoal-
laba-bumn-yang-mendadak-kinclong, diunduh 21 Oktober 2019.

https://www.liputan6.com/news/read/127525/audit-laporan-keuangan-pt-kai-
masih-diperdebatkan, diunduh 21 Oktober 2019.

Ikatan Akuntan Indonesia, (2017), Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta:


Salemba Empat.

Jogiyanto Hartono. 2014. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 8.


Yogyakarta: BPFE

Juliandi., Azuar., Irfan. dan Manurung, S. (2014), Metodologi Penelitian Bisnis,


Konsep dan Aplikasi, Medan: UMSU PRESS

Marlina Aryani. 2016. “Pengaruh Leverage dan Financial Distress Terhadap


Tingkat Konservatisme Akuntansi” (Studi empiris pada perusahaan
Pertambangan yang terdaftar di BEI). Skripsi Sarjana diterbitkan, STIE
Perbanas Surabaya

Mastuti, Firda, Muhammad Saifi dan Devi Farah Azizah. 2013. “Altman Z-Score
sebagai salah satu metode dalam menganalisis estimasi kebangkrutan
perusahaan (Studi pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar

122
(listing) di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan
2012)”. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 6, No. 1.

Najmudin. 2011. Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Modern.


Yogyakarta: ANDI

Noviantari, Ni Wayan dan Ni Made Dwi Ratnadi. 2015. “Pengaruh Financial


Distress, Ukuran Perusahaan, dan Leverage pada Konservatisme
Akuntansi”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Nugroho, D.A. (2012), Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Debt


Covenant, Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan, dan Risiko Litigasi
Terhadap Konservatisme Akuntansi, Diponegoro Journal of Accounting
Vol.1 No.1, Tahun 2012, hlm. 1-13.

Oktomegah, C. (2012), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan


Konservatisme Pada Perusahaan Manufaktur di BEI, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi, Vol.1 No.1, hlm. 36-42.

Prambudi, J.E. (2017), Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Debt Covenant


Terhadap Konservatisme akuntansi, Competitive, Vol.1 No.1, hlm. 87-110.

Pramudita, Nathania. 2012. “Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan dan Tingkat


Hutang terhadap Konservatisme Akuntansi (Studi Kasus pada Perusahaan
Manufaktur di BEI Periode Tahun 2006-2010)” Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi. Vol.1, No.2.

Prihathini, Ni Made Evi Dwi dan Maria. M Ratna Sari. 2013. “Prediksi
Kebangkrutan dengan Model Grover, Altman Z-Score, Springate dan
Zmijewski pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia”.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2. Hlm. 417-435.

Priyanto, R.E., dan Suryadani Erni. 2012. Pengaruh Risiko Litigasi dan Financial
distress Perusahaan terhadap Hubungan antara Konflik Kepentingan dan
Konservatisme Akuntansi, Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol.12 No.2.,
hal: 161-174, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Quljanah, M., Nuraina, E. dan Wijaya, A.L. (2017), Pengaruh Growth


Opportunity dan Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi (Studi
Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI), Forum Ilmiah
Pendidikan Akuntansi, Vol.5 No.1, hlm.477-488.

Risdiyani, F. dan Kusmuriyanto. (2015), Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Konservatisme Akuntansi, ISSN:2252-6765, Semarang:
Universitas Negeri Semarang.

Rohminatin. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan


Konservatisme Akuntansi (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang

123
terdaftar di BEI). Jurnal Ilmiah INFOTEK, Vol 1, No 1, Februari 2016
ISSN 25026968.

Saputra, R.E. (2016), Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Kontrak Utang,


Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan, Peluang Pertumbuhan, Risiko
Litigasi dan Leverage Terhadap Konservatisme Akuntansi. JOM Fekon,
Vol.3 No.1, hlm.2207-2221.

Sari, D.N., Yusrilaini. dan Al-azhar. (2014), Pengaruh Struktur Kepemilikan


Manajerial, Struktur Kepemilikan Publik, Debt Covenant dan Growth
Opportunities Terhadap Konservatisme Akuntansi. Jom Fekon, Vol.1
No.2, hlm.1-15.

Savitri, E. (2016), Konservatisme Akuntansi: Cara Pengukuran, Tinjauan Empiris


dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Yogyakarta: Pustaka Sahila
Yogyakarta.

Scott, W. R. 2012. Financial accounting theory. Sixth Edition. Pearson Education


Canada

Sekaran, U. dan Bougie, R. (2017), Metode Penelitian Untuk Bisnis, Edisi 6,


Jakarta: Salemba Empat.

Sofyan Syafri Harahap. 2013. Analisis Kritis Laporan Keuangan. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.

Sugiyono. (2017), Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D), Cetakan ke-25, Bandung: Alfabeta.

Suharyadi, K. Dan Purwanto S. (2011), Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan


Modern, Buku 2, Edisi 2, Jakarta: Salemba Empat.

Sulastiningsih. dan Husna, J.A. (2017), Pengaruh Debt Covenant, Bonus Plan,
Political Cost dan Risiko Litigasi Terhadap Penerapan Konservatisme
Akuntansi Pada Perusahaan Manufaktur, Jurnal Kajian Bisnis, Vol.25
No.1, hlm.110-125.

Suwardjono.2013. Teori Akuntansi Perekayasaan dan Pelaporan Keuangan. BPFE


– Yogyakarta.

Wahidahwati. 2002. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan


KepemilikanInstitusional Pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah
PerspektifTheory Agency ”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5,
No.1, Januari:Hal 1-16.

Wahyu, S.T. (2016), Konsep dan Penerapan Ekonometrika menggunakan E-


Views, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

124
Wang, Z., 2009, Accounting Conservatism, Thesis, Victoria University of
Wellington, New Zealand, halaman 1-197.

Widarjono, A. (2016), Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai


Panduan Eviews, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Wulandari, Indah., Andreas dan Elfi Ilham. 2014. “Pengaruh Struktur


Kepemilikan Manajerial, Debt Covenant dan Growth Opportunities
terhadap Konservatisme Akuntansi.” Jom Fekon. Vol 1, No.2.

125
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
No Kode Nama Perusahaan IPO SEKTOR SUBSEKTOR
Indocement Tunggal
1 INTP 5/12/1989
Prakasa Tbk
Semen Baturaja (Persero)
2 SMBR 28/06/2013
Tbk
3 SMCB Holcim Indonesia Tbk 10/8/1997 SEMEN
Semen Indonesia (Persero)
4 SMGR 8/7/1991
Tbk
5 WSBP Waskita Beton Precast Tbk 20/09/2014
6 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 8/4/2014
7 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 8/11/1995
8 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk 17/07/2001
Inti Keramik Alam Asri
9 IKAI 4/6/1997
Industri Tbk
KERAMIK
Keramika Indonesia
10 KIAS 8/12/1994 PORSELEN DAN
Assosiasi Tbk
KACA
Mark Dynamics Indonesia

INDUSTRI DASAR DAN KIMIA


11 MARK 12/7/2017
Tbk
12 MLIA Mulia Industrindo Tbk 17/01/2017
13 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 30/10/1990
14 ALKA Alaska Industrindo Tbk 12/7/1990
Alumindo Light Metal
15 ALMI 2/1/1997
Industry Tbk
Saranacentral Bajatama
16 BAJA 21/12/2011
Tbk
Beton Jaya Manunggal
17 BTON 18/07/2001
Tbk
18 CTBN Citra Turbindo Tbk 28/11/1989
Gunawan Dianjaya Steel
19 GDST 23/12/2009
Tbk
Indal Aluminium Industry
20 INAI 5/12/1994
Tbk LOGAM DAN
Steel Pipe Industry Of SEJENISNYA
21 ISSP 22/02/2013
Indonesia Tbk
Jakarta Kyoei Steel Work
22 JKSW 6/8/1997
Ltd Tbk
23 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 8/8/1989
Krakatau Steel Persero
24 KRAS 10/11/2010
Tbk
25 LION Lion Metal Works Tbk 20/08/1993
26 LMSH Lionmesh Prima Tbk 4/6/1990
Pelat Timah Nusantara
27 NIKL 14/12/2009
Tbk
28 PICO Pelangi Indah Canonindo 23/09/1996
Tbk
Tembaga Mulia Semanan
29 TBMS 30/09/1993
Tbk
30 AGII Aneka Gas Industri Tbk 28/09/2016
31 BPRT Barito Pasific Tbk 1/10/1993
Budi Starch & Sweetener
32 BUDI 8/5/1995
Tbk
Duta Pertiwi Nusantara
33 DPNS 8/8/1990
Tbk
Ekadharma International
34 EKAD 14/08/1990
Tbk
KIMIA
35 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk 16/05/1997
Intan Wijaya International
36 INCI 24/07/1990
Tbk
37 MDKI Emdeki Utama Tbk 25/09/2017
38 SRSN Indo Acitama Tbk 11/1/1993
Chandra Asri
39 TPIA 26/05/2008
Petrochemical Tbk
40 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk 6/11/1989
41 AKKU Alam Karya Unggul Tbk 1/11/2004
Argha Karya Prima
42 AKPI 18/12/1992
Industry Tbk
43 APLI Asiaplast Industries Tbk 1/5/2000
44 BRNA Berlina Tbk 6/11/1989
45 FPNI Lotte Chemical Titan Tbk 21/03/2002
Champion Pasific PLASTIK DAN
46 IGAR 5/11/1990
Indonesia Tbk KEMASAN
Impack Pratama Industri
47 IMPC 17/12/2014
Tbk
Indopoly Swakarsa
48 IPOL 9/7/2010
Industry Tbk
Panca Budi Intipratama
49 PBID 13/12/2017
Tbk
50 SIAP Sekawan Intipratama Tbk 17/10/2008
Charoen Pokphand
51 CPIN 18/03/1991
Indonesia Tbk
Japfa Comfeed Indonesia
52 JPFA 23/10/1989 PAKAN TERNAK
Tbk
53 MAIN Malindo Feedmill Tbk 10/2/2006
54 SIPD Siearad Produce Tbk 27/12/1996
55 SULI Slj Global Tbk 21/03/1994
KAYU DAN
Tirta Mahakam Resources PENGOLAHANNYA
56 TIRT 13/12/1999
Tbk
57 ALDO Alkindo Naratama Tbk 12/7/2011 PULP DAN
58 DAJK Dwi Aneka Jaya 14/05/2014 KERTAS
Kemasindo Tbk
59 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 1/12/1994
Indah Kiat Pulp & Paper
60 INKP 16/07/1990
Tbk
61 INRU Toba Pulp Lestari Tbk 18/06/1990
Kertas Basuki Rachmat
62 KBRI 11/7/2008
Indonesia Tbk
Kedawung Setia Industrial
63 KDSI 29/07/1996
Tbk
64 SPMA Suparma Tbk 16/11/1994
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia
65 TKIM 3/4/1990
Tbk
Ateliers Mechaniques
66 AMIN 10/12/2015
D'indonesie Tbk
Garuda Maintenance MESIN DAN ALAT
67 GMFI 10/10/2017 BERAT
Facility Aero Asia Tbk
68 KRAH Grand Kartech Tbk 8/11/2013
69 ASII Astra International Tbk 4/4/1990
70 AUTO Astra Otoparts Tbk 15/06/1998
71 BOLT Garuda Metalindo Tbk 7/7/2015
72 BRAM Indo Kordsa Tbk 5/9/1990
73 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 1/12/1980
74 GJTL Gajah Tunggal Tbk 8/5/1990
Indomobil Sukses
75 IMAS 15/09/1993 OTOMOTIF DAN
International Tbk
ANEKA INDUSTRI
76 INDS Indospring Tbk 10/8/1990 KOMPONEN
77 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk 5/2/1990
Multistrada Arah Sarana
78 MASA 9/6/2005
Tbk
79 NIPS Nipress Tbk 24/07/1991
Prima Alloy Steel
80 PRAS 12/7/1990
Universal Tbk
81 SMSM Selamat Sempurna Tbk 9/9/1996
82 ADMG Polychem Indonesia Tbk 20/10/1993
83 ARGO Argo Pantes Tbk 7/1/1991
Trisula Textile Industries
84 BELL 3/10/2017
Tbk
Century Textile Industry
85 CNTB 22/05/1979 TEKSTIL DAN
Tbk (Saham Seri B)
GARMENT
Century Textile Industry
86 CNTX 22/05/1979
Tbk
87 ERTX Eratex Djaya Tbk 21/08/1990
88 ESTI Ever Shine Tex Tbk 13/10/1992
89 HDTX Panasia Indo Resources 6/6/1990
Tbk
90 INDR Indo Rama Synthetic Tbk 3/8/1990
Asia Pacific Investama
91 MYTX 10/10/1989
Tbk
92 PBRX Pan Brothers Tbk 16/08/1990
93 POLY Asia Pasific Fibers Tbk 12/3/1991
Ricky Putra Globalindo
94 RICY 22/01/1998
Tbk
95 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 17/06/2013
Sunson Textile
96 SSTM 20/08/1997
Manufacturer Tbk
97 STAR Star Petrochem Tbk 13/07/2011
98 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk 26/02/1980
99 TRIS Trisula International Tbk 28/06/2012
Nusantara Inti Corpora
100 UNIT 18/04/2002
Tbk
101 BATA Sepatu Bata Tbk 24/03/1982
Primarindo Asia ALAS KAKI
102 BIMA 30/08/1994
Infrastructure Tbk
103 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 21/01/1991
Jembo Cable Company
104 JECC 18/11/1992
Tbk
105 KBLI Kmi Wire And Cable Tbk 6/7/1992
106 KBLM Kabelindo Murni Tbk 1/6/1992 KABEL
Supreme Cable
107 SCCO Manufacturing And 20/07/1982
Commerce Tbk
108 VOKS Voksel Electric Tbk 20/12/1990
109 PTSN Sat Nusa Persada Tbk 8/11/2007 ELEKTRONIKA
110 GGRM Gudang Garam Tbk 27/08/1990
Handjaya Mandala
111 HMSP 15/08/1990
Sampoerna Tbk
Bantoel International ROKOK
BARANG KONSUMSI

112 RMBA 5/3/1990


Investama Tbk
Wismilak Inti Makmur
113 WIIM 18/12/2012
Tbk
Darya Varia Laboratoria
114 DVLA 11/11/1994
Tbk
115 INAF Indofarma Tbk 17/04/2001
116 KAEF Kimia Farma Tbk 4/7/2001
FARMASI
117 KLBF Kalbe Farma Tbk 30/07/1991
118 MERK Merck Indonesia Tbk 23/07/1981
119 PYFA Pyridam Farma Tbk 16/10/2001
120 SCPI Merck Sharp Dohme 8/6/1990
Pharma Tbk
Industri Jamu & Farmasi
121 SIDO 18/12/2013
Sido Muncul Tbk
Taisho Pharnaceutical
122 SQBB 29/03/1983
Indonesia Tbk
123 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk 17/01/1994
Akasha Wira International
124 ADES 13/06/1994
Tbk
125 KINO Kino Indonesia Tbk 11/12/2015 KOSMETIK DAN
126 MBTO Martina Berto Tbk 13/01/2011 KEPERLUAN
127 MRAT Mustika Ratu Tbk 27/07/1995 RUMAH TANGGA
128 TCID Mandom Indonesia Tbk 23/09/1993
129 UNVR Unilever Indonesia Tbk 11/1/1982
130 CINT Chitose International Tbk 27/06/2014
131 KICI Kedaung Indah Can Tbk 28/10/1993
PERALATAN
Langgeng Makmur RUMAH TANGGA
132 LMPI 17/10/1994
Industri Tbk
133 WOOD Integra Indocabinet Tbk 21/06/2017
Tiga Pilar Sejahtera Food
134 AISA 11/6/1997
Tbk
135 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 10/7/2012
Campina Ice Cream
136 CAMP 19/12/2017
Industry Tbk
Wilmar Cahaya Indonesia
137 CEKA 9/7/1996
Tbk
138 CLEO Sariguna Primatirta Tbk 5/5/2017
139 DLTA Delta Djakarta Tbk 12/2/1984
140 HOKI Buyung Poetra Sembada 22/06/2017
Indofood Cbp Sukses
141 ICBP 7/10/2010
Makmur Tbk
Indofood Sukses Makmur MAKANAN DAN
142 INDF 14/07/1994
Tbk MINUMAN
Multi Bintang Indonesia
143 MLBI 17/01/1994
Tbk
144 MYOR Mayora Indah Tbk 4/7/1990
Prima Cakrawala Abadi
145 PCAR 29/12/2017
Tbk
146 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk 18/10/1994
Nippon Indosari Corpindo
147 ROTI 28/06/2010
Tbk
148 SKBM Sekar Bumi Tbk 28/09/2012
149 SKLT Sekar Laut Tbk 8/9/1993
150 STTP Siantar Top Tbk 16/12/1996
151 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 2/7/1990
PT. Hartadinata Abadi,
152 HRTA LAINNYA
Tbk 12/6/2017
PERHITUNGAN DEBT COVENANT
NO KODE NAMA PERUSAHAAN TAHUN TOTAL UTANG TOTAL ASSET DEBT COVENANT
2014 4100172000000 28884973000000 0.14
2015 3772410000000 27638360000000 0.14
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa, Tbk 2016 4011877000000 30150580000000 0.13
2017 4307169000000 28863676000000 0.15
2018 4566973000000 27788562000000 0.16
2014 733749000000 3918391000000 0.19
2015 880052000000 4270275000000 0.21
2 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk 2016 1905626000000 5504890000000 0.35
2017 2718939000000 6267816000000 0.43
2018 4835966000000 8432632000000 0.57
2014 751439553825 897281657710 0.84
2015 1090438393880 1330259296537 0.82
3 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 2016 1081015810782 1339032413455 0.81
2017 936511874370 1213916545120 0.77
2018 1096799666849 1400683598096 0.78
2014 32849679334 268891042610 0.12
2015 33187031327 274483110371 0.12
4 DPNS Duta Pertiwi Nusantara, Tbk 2016 32865162199 296129565784 0.11
2017 40655786593 308491173960 0.13
2018 44476413260 322185012261 0.14
2014 47868731692 273126657794 0.18
5 APLI Asiaplast Industries Tbk
2015 87059306497 308620387248 0.28
2016 67967245679 314468690130 0.22
2017 171514782371 398698779619 0.43
2018 298992622457 503177499114 0.59
2014 10440441000000 15730435000000 0.66
2015 11049774000000 17159466000000 0.64
6 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 2016 9878062000000 19251026000000 0.51
2017 11293242000000 21088870000000 0.54
2018 12936283000000 22611354000000 0.57
2014 1283922609720 904045327760 1.42
2015 1470888288300 1172785815190 1.25
7 SULI Slj Global Tbk 2016 1437841810372 1230359322856 1.17
2017 1106326916208 1118083884156 0.99
2018 1393135930881 1465334098758 0.95
2014 3936322827206 5581000723345 0.71
2015 4548288087745 6993634266969 0.65
8 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 2016 5424781372865 8583223835997 0.63
2017 6081574204386 9369891776775 0.65
2018 6676781411219 10965118708784 0.61
2014 292564821530 479240512199 0.61
2015 356965176950 533537626101 0.67
9 KRAH Grand Kartech Tbk 2016 420562586151 598711565464 0.70
2017 520550572402 645953214546 0.81
2018 547353968184 606055631089 0.90
10 IMAS Indomobil Sukses International Tbk 2014 16744375200010 23471397834920 0.71
2015 18163865982392 24860957839497 0.73
2016 18923523905726 25633342258679 0.74
2017 22094058955142 31375311299854 0.70
2018 30632253308636 40955996273862 0.75
2014 482402845488 773663346934 0.62
2015 444640955652 721863265285 0.62
11 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk 2016 407544491993 670963993715 0.61
2017 393177629585 605643301307 0.65
2018 346923856267 562174180897 0.62
2014 417896074080 575925636120 0.73
2015 494616124505 731007547995 0.68
12 ERTX Eratex Djaya Tbk 2016 438789045304 707526283692 0.62
2017 560641479924 802839170760 0.70
2018 630952201278 906305751774 0.70
2014 897735513000 1064129232000 0.84
2015 990707822000 1358464081000 0.73
13 JECC Jembo Cable Company Tbk 2016 1116872234000 1587210576000 0.70
2017 1380623870000 1927985352000 0.72
2018 1472379829000 2081620993000 0.71
2014 206185299640 813615559200 0.25
2015 199317554120 876196777735 0.23
14 PTSN Sat Nusa Persada Tbk 2016 211287374612 887046775708 0.24
2017 225891318036 910475565024 0.25
2018 3155759891289 4164390083340 0.76
2014 24991880000000 58220600000000 0.43
2015 25497504000000 63505413000000 0.40
15 GGRM Gudang Garam Tbk 2016 23387406000000 62951634000000 0.37
2017 24572266000000 66759930000000 0.37
2018 23963934000000 69097219000000 0.35
2014 2607556689283 12425032367729 0.21
2015 2758131396170 13696417381439 0.20
16 KLBF Kalbe Farma Tbk 2016 2762162069572 15226009210657 0.18
2017 2722207633646 16616239416335 0.16
2018 2851611349015 18146206145369 0.16
2014 569730901368 1853235343636 0.31
2015 367225370670 2082096848703 0.18
17 TCID Mandom Indonesia Tbk 2016 401942530776 2185101038101 0.18
2017 503480853006 2361807189430 0.21
2018 472680346662 2445143511801 0.19
2014 409761454151 808892238344 0.51
2015 391881675091 810364824722 0.48
18 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk 2016 402192705158 793093512600 0.51
2017 458292046535 808892238344 0.57
2018 456214088287 786704752983 0.58
2014 6220960735713 10297997020540 0.60
2015 6148255759034 11342715686221 0.54
19 MYOR Mayora Indah Tbk
2016 6657165872077 12922421859142 0.52
2017 9049161944940 17591706426634 0.51
2018 7561503434179 14915849800251 0.51
2014 9534156000000 14280670000000 0.67
2015 10902585000000 15729945000000 0.69
20 UNVR Unilever Indonesia Tbk 2016 12041437000000 16745695000000 0.72
2017 13733025000000 18906413000000 0.73
2018 11944837000000 19522970000000 0.61
PERHITUNGAN INSTITUTIONAL OWNERSHIP
JUMLAH
TOTAL SAHAM INSTITUTIONAL
NO NAMA PERUSAHAAN SAHAM
KODE TAHUN BEREDAR OWNERSHIP (%)
INSTITUSI
2014 2357216097 3681231699 64.03
2015 2357216097 3681231699 64.03
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa, Tbk 2016 2357216097 3681231699 64.03
2017 1877480863 3681231699 51.00
2018 1877480863 3681231699 51.00
2014 367717500 434000000 84.73
2015 367717500 434000000 84.73
2 Asahimas Flat Glass Tbk 2016 368117700 434000000 84.82
AMFG
2017 368158700 434000000 84.83
2018 368158700 434000000 84.83
2014 247064000 316800000 77.99
2015 247064000 316800000 77.99
3 INAI Indal Aluminium Industry Tbk 2016 247066700 316800000 77.99
2017 494129400 633600000 77.99
2018 493734400 633600000 77.93
2014 197485870 331129952 59.64
2015 198235935 331129952 59.87
4 DPNS Duta Pertiwi Nusantara, Tbk 2016 198235935 331129952 59.87
2017 198235935 331129952 59.87
2018 220774238 331129952 66.67
2014 801304000 1414308200 56.66
2015 801304000 1362671400 58.80
5 APLI Asiaplast Industries Tbk 2016 801304000 1362671400 58.80
2017 801304000 1362671400 58.80
2018 801304000 1362671400 58.80
2014 6130699735 10640198170 57.62
2015 6165985835 10640198170 57.95
6 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 2016 7186031335 11390198170 63.09
2017 7186031335 11386157970 63.11
2018 7514780366 11717177201 64.13
2014 1417653645 3111401022 45.56
2015 1921128645 3111401022 61.74
7 SULI Slj Global Tbk 2016 843858063 3111401022 27.12
2017 1311398843 3986916802 32.89
2018 1341320643 3986916802 33.64
2014 1851885000 2477888787 74.74
2015 1856242100 2477888787 74.91
8 Fajar Surya Wisesa Tbk 2016 2125296499 2477888787 85.77
FASW
2017 2136259799 2477888787 86.21
2018 2157744599 2477888787 87.08
2014 807540000 971190000 83.15
2015 807540000 971190000 83.15
9 Grand Kartech Tbk
KRAH 2016 807540000 971190000 83.15
2017 807540000 971190000 83.15
2018 807540000 971190000 83.15
2014 2475963224 2765278412 89.54
2015 2479277424 2765278412 89.66
10 IMAS Indomobil Sukses International Tbk 2016 2479277424 2765278412 89.66
2017 2479277424 2765278412 89.66
2018 2479277424 2765278412 89.66
2014 814202181 1170909181 69.54
2015 814202181 1170909181 69.54
11 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk 2016 480000000 1170909181 40.99
2017 480000000 1170909181 40.99
2018 480000000 1170909181 40.99
2014 142127474 160817474 88.38
2015 148564374 160817474 92.38
12 ERTX Eratex Djaya Tbk 2016 1227082192 1286539792 95.38
2017 1227082192 1286539792 95.38
2018 1188582192 1286539792 92.39
2014 136303300 151200000 90.15
2015 136303300 151200000 90.15
13 JECC Jembo Cable Company Tbk 2016 136303300 151200000 90.15
2017 136303300 151200000 90.15
2018 136303300 151200000 90.15
2014 0 1771448000 0.00
14 PTSN Sat Nusa Persada Tbk 2015 0 1771448000 0.00
2016 0 1771448000 0.00
2017 0 1771448000 0.00
2018 177144800 1771448000 10.00
2014 1453589500 1924088000 75.55
2015 1453589500 1924088000 75.55
15 Gudang Garam Tbk 2016 1453589500 1924088000 75.55
GGRM
2017 1453589500 1924088000 75.55
2018 1453589500 1924088000 75.55
2014 26584505085 46875122110 56.71
2015 26572005085 46875122110 56.69
16 KLBF Kalbe Farma Tbk 2016 26488713385 46875122110 56.51
2017 26614076385 46875122110 56.78
2018 26702656085 46875122110 56.97
2014 148334763 201066667 73.77
2015 148334763 201066667 73.77
17 TCID Mandom Indonesia Tbk 2016 148334763 201066667 73.77
2017 148428496 201066667 73.82
2018 148438129 201066667 73.83
2014 839839069 1008517669 83.27
2015 839839069 1008517669 83.27
18 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk 2016 839839069 1008517669 83.27
2017 839839069 1008517669 83.27
2018 237214293 1008517669 23.52
2014 295717347 894347989 33.07
19 MYOR Mayora Indah Tbk
2015 295717347 894347989 33.07
2016 13207471425 22358699725 59.07
2017 13207471425 22358699725 59.07
2018 13207471425 22358699725 59.07
2014 6484877500 7630000000 84.99
2015 6484877500 7630000000 84.99
20 UNVR Unilever Indonesia Tbk 2016 6484877500 7630000000 84.99
2017 6484877500 7630000000 84.99
2018 6484877500 7630000000 84.99
PERHITUNGAN FINANCIAL DISTRESS
KRAH
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 386280337452 427996260441 398546720456 469101177938 436596444571
Kewajiban Lancar 261027989073 282826593019 354278813444 463401644222 436338221754
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 125252348379 145169667422 44267907012 5699533716 258222817
Laba Ditahan 64082325735 56457016229 57282831257 3523061588 -63207112909
EBIT 41644953741 -7918670542 4433176531 -52628856271 -66997053378
Nilai Pasar Ekuitas 183397671061 176572449151 178148979313 125402642144 58701662905
Penjualan 286205794372 283205794372 312547508818 263264762260 259860630988
Penyebut:
Total Aset 480333185402 533537626101 598711565464 645953214546 606055631089
Total Kewajiban 296935514341 356965176950 429562586151 520550572402 547353968184
Hasil:
X1 0.26 0.27 0.07 0.01 0.00
X2 0.13 0.11 0.10 0.01 -0.10
X3 0.09 -0.01 0.01 -0.08 -0.11
X4 0.62 0.49 0.41 0.24 0.11
X5 0.60 0.53 0.52 0.41 0.43
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 1.75 1.25 1.02 0.30 -0.02

KOMPONEN IMAS
2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 11845370194860 12192274613320 11639697824750 13266572774739 16377048870513
Kewajiban Lancar 11473255532702 13035531353729 12594693691894 15821001840441 21333832691448
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 372114662158 -843256740409 -954995867144 -2554429065702 -4956783820935
Laba Ditahan 1936353362559 1861974192981 1543901491123 1420448357265 1429883698208
EBIT 50916411249 203042152540 -226767299622 154165867024 281366914586
Nilai Pasar Ekuitas 6719823608395 6697091857105 6709818352953 9290721214956 10323742965226
Penjualan 19458165173088 18099979783215 15049532331662 15417255791983 17544709521983
Penyebut:
Total Aset 23473796788460 24860957839497 25633342258679 31440443615533 40955996273862
Total Kewajiban 16753973180065 18163865982392 18923523905726 22149722400577 30632253308636
Hasil:
X1 0.02 -0.03 -0.04 -0.08 -0.12
X2 0.08 0.07 0.06 0.05 0.03
X3 0.00 0.01 -0.01 0.00 0.01
X4 0.40 0.37 0.35 0.42 0.34
X5 0.83 0.73 0.59 0.49 0.43
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 1.21 1.04 0.81 0.72 0.56

AMFG
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 2263728000000 2231181000000 1787723000000 2003321000000 2208918000000
Kewajiban Lancar 398238000000 479376000000 885086000000 996903000000 1738904000000
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 1865490000000 1751805000000 902637000000 1006418000000 470014000000
Laba Ditahan 2617123000000 2929140000000 3134681000000 3084294000000 3132083000000
EBIT 454351000000 464263000000 348561000000 63589000000 11184000000
Nilai Pasar Ekuitas 3073706000000 3390223000000 3599264000000 3548877000000 3596666000000
Penjualan 2693833000000 3665989000000 3724075000000 3885791000000 4443262000000
Penyebut:
Total Aset 3918391000000 4270275000000 5504890000000 6267816000000 8432632000000
Total Kewajiban 844685000000 880052000000 1905626000000 2718939000000 4835966000000
Hasil:
X1 0.48 0.41 0.16 0.16 0.06
X2 0.67 0.69 0.57 0.49 0.37
X3 0.12 0.11 0.06 0.01 0.00
X4 3.64 3.85 1.89 1.31 0.74
X5 0.69 0.86 0.68 0.62 0.53
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 4.76 4.98 3.01 2.32 1.56

APLI
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 89509388915 81119626942 71131579000 126404952607 201923603048
Kewajiban Lancar 31090308805 68835516891 47573871564 73638951697 201327226691
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 58419080110 12284110051 23557707436 52766000910 596376357
Laba Ditahan 45061861548 46885054383 71943405545 1420448357265 1429883698208
EBIT 16706084211 2329080812 33523652447 3897608083 -19799477242
Nilai Pasar Ekuitas 224572991214 221561080751 246501444451 227183997248 204184876657
Penjualan 294081114204 260667211707 319727703679 382238397027 438050805734
Penyebut:
Total Aset 273126657794 308620387248 314468690130 398698779619 503177499114
Total Kewajiban 48553666580 87059306437 67967245679 171514782371 298992622457
Hasil:
X1 0.21 0.04 0.07 0.13 0.00
X2 0.16 0.15 0.23 3.56 2.84
X3 0.06 0.01 0.11 0.01 -0.04
X4 4.63 2.54 3.63 1.32 0.68
X5 1.08 0.84 1.02 0.96 0.87
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 4.54 2.66 3.95 6.93 5.13

ERTX
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 245874534960 368549234070 288392668736 379537208028 436589044695
Kewajiban Lancar 245155142200 292927609940 227332901096 365197950636 433072000782
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 719392760 75621624130 61059767640 14339257392 3517043913
Laba Ditahan 45337704400 108319416010 116467466904 86769873048 113568227208
EBIT 27975818400 73422659745 29177792268 -24276742488 18421178733
Nilai Pasar Ekuitas 158016524920 236391147590 268737238388 242197677288 275353579458
Penjualan 677145076960 954364779530 947977665236 971002907880 1098665013096
Penyebut:
Total Aset 575931234120 731007547995 707526283692 802839170760 906305751774
Total Kewajiban 417896074080 494616124505 438789045304 560641479924 630952201278

X1 0.00 0.10 0.09 0.02 0.00


X2 0.08 0.15 0.16 0.11 0.13
X3 0.05 0.10 0.04 -0.03 0.02
X4 0.38 0.48 0.61 0.43 0.44
X5 1.18 1.31 1.34 1.21 1.21
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 1.67 2.26 2.18 1.54 1.72

DPNS
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 183045202210 185099466179 174907377454 181198774207 192296998181
Kewajiban Lancar 14384941579 13865122841 11533925524 18832789797 24857084132
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 168660260631 171234343338 163373451930 162365984410 167439914049
Laba Ditahan 119268526125 124911840170 -224439063684 138912609548 147985720868
EBIT 17194970495 11832026060 12288056506 7568252565 12347569714
Nilai Pasar Ekuitas 236041363276 241296079044 263264403585 267835387367 277708599001
Penjualan 132775925237 118475319120 115940711050 111294849755 143382081850
Penyebut:
Total Aset 268891042610 274483110371 296129565784 308491173960 322185012261
Total Kewajiban 32849679334 33187031327 32865162199 40655786593 44476413260
Hasil:
X1 0.63 0.62 0.55 0.53 0.52
X2 0.44 0.46 -0.76 0.45 0.46
X3 0.06 0.04 0.04 0.02 0.04
X4 7.35 7.93 8.15 6.83 6.24
X5 0.49 0.43 0.39 0.36 0.45
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 6.49 6.72 5.02 5.80 5.58

FASW
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 1795623302020 1718541456788 2167035553599 2784006841253 3530218883678
Kewajiban Lancar 1838653252008 1609497395686 2015616872848 3753070066277 3010538868185
Pembilang:
Modal Kerja Bersih -43029949988 109044061102 151418680751 -969063225024 519680015493
Laba Ditahan 407761653559 61496720459 780040151196 924732590676 1928482415282
EBIT 132785152040 -402946517062 826729617029 824530694900 1988090191158
Nilai Pasar Ekuitas 1616101252905 2445346179224 3158442463132 3288317572389 4288337297565
Penjualan 5456935920101 4959998929211 5874745032615 7337185138762 9938310691326
Penyebut:
Total Aset 5581000723345 6993634266969 8583223835997 9369891776775 10965118708784
Total Kewajiban 3964899470440 4548288087745 5424781372865 6081574204386 6676781411219
Hasil:
X1 -0.01 0.02 0.02 -0.10 0.05
X2 0.07 0.01 0.09 0.10 0.18
X3 0.02 -0.06 0.10 0.09 0.18
X4 0.41 0.54 0.58 0.54 0.64
X5 0.98 0.71 0.68 0.78 0.91
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 1.39 0.87 1.50 1.41 2.19

GGRM
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 38532600000000 42568431000000 41933173000000 43764490000000 45284719000000
Kewajiban Lancar 23783134000000 24045086000000 21638565000000 22611042000000 22003567000000
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 14749466000000 18523345000000 20294608000000 21153448000000 23281152000000
Laba Ditahan 31797522000000 36699588000000 38287441000000 40986735000000 43950868000000
EBIT 7254713000000 8635275000000 8931136000000 10436512000000 10479242000000
Nilai Pasar Ekuitas 33134403000000 38007909000000 39564228000000 42187664000000 45133285000000
Penjualan 65185850000000 70365573000000 76274147000000 83305925000000 95707663000000
Penyebut:
Total Aset 58234278000000 63505413000000 62951634000000 66759930000000 69097219000000
Total Kewajiban 25099875000000 25497504000000 23387406000000 24572266000000 23963934000000
Hasil:
X1 0.25 0.29 0.32 0.32 0.34
X2 0.55 0.58 0.61 0.61 0.64
X3 0.12 0.14 0.14 0.16 0.15
X4 1.32 1.49 1.69 1.72 1.88
X5 1.12 1.11 1.21 1.25 1.39
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 3.39 3.61 3.93 4.03 4.31

INAI
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 644378101805 966132570988 974282450341 1053375131067 860749259575
Kewajiban Lancar 595335758497 952130242797 971422099001 867251288494 1029377481187
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 49042343308 14002328191 2860351340 186123842573 -168628221612
Laba Ditahan 17268599964 33862523247 52574766892 71962834969 98442095466
EBIT 33183307818 57114061880 58097472991 52292073203 64757097094
Nilai Pasar Ekuitas 121742186500 239820902657 258016602673 277404670750 303883931247
Penjualan 933462438255 1384675922166 1284510320664 980285748450 1130297518656
Penyebut:
Total Aset 893663745450 1330259296537 1339032413455 1213916545120 1400683598096
Total Kewajiban 771921558950 1090438393880 1081015810782 936511874370 1096799666849
Hasil:
X1 0.05 0.01 0.00 0.15 -0.12
X2 0.02 0.03 0.04 0.06 0.07
X3 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05
X4 0.16 0.22 0.24 0.30 0.28
X5 1.04 1.04 0.96 0.81 0.81
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 1.35 1.36 1.30 1.39 1.08

INTP
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 16087370000000 13133854000000 14424622000000 12883074000000 12315796000000
Kewajiban Lancar 3260559000000 2687743000000 3187742000000 3479024000000 3925649000000
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 12826811000000 10446111000000 11236880000000 9404050000000 8390147000000
Laba Ditahan 19803853000000 19165851000000 21483459000000 19923413000000 18492488000000
EBIT 6815478000000 5645111000000 4146379000000 2287989000000 1400822000000
Nilai Pasar Ekuitas 24577013000000 27638360000000 30150580000000 24556507000000 23221589000000
Penjualan 19996264000000 17798055000000 15361894000000 14431211000000 15190283000000
Penyebut:
Total Aset 28884635000000 30150580000000 27638360000000 28863676000000 27788562000000
Total Kewajiban 4307622000000 3772410000000 4011877000000 4307169000000 4566973000000
Hasil:
X1 0.44 0.35 0.41 0.33 0.30
X2 0.69 0.64 0.78 0.69 0.67
X3 0.24 0.19 0.15 0.08 0.05
X4 5.71 7.33 7.52 5.70 5.08
X5 0.69 0.59 0.56 0.50 0.55
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 6.39 6.91 7.14 5.54 5.06

SULI
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 297210595880 33273006 34467170 28633520 594388574100
Kewajiban Lancar 386372243280 37318594 39040191 29974970 1306187850834
Pembilang:
Modal Kerja Bersih -89161647400 -4045588 -4573021 -1341450 -711799276734
Laba Ditahan -2677348891680 -214657880 -214369785 -213390834 -3041438043879
EBIT 13542171560 -35388 597956 546092 18970196886
Nilai Pasar Ekuitas -379877281960 -21609458 -15442281 867801 72198167877
Penjualan 555014630560 64284265 73717004 65920016 1359032857299
Penyebut:
Total Aset 904045327760 85015282 91571846 82527597 1465334098758
Total Kewajiban 1283922609720 106624740 107014127 81659796 1393135930881
Hasil:
X1 -0.10 -0.05 -0.05 -0.02 -0.49
X2 -2.96 -2.52 -2.34 -2.59 -2.08
X3 0.01 0.00 0.01 0.01 0.01
X4 -0.30 -0.20 -0.14 0.01 0.05
X5 0.61 0.76 0.81 0.80 0.93
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 -3.78 -2.96 -2.60 -2.81 -2.49

PTSN
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 416170422160 414333997575 438490698924 347007931656 3174028715421
Kewajiban Lancar 159311777720 157067580030 170066371540 160376956380 2939022532593
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 256858644440 257266417545 268424327384 186630975276 235006182828
Laba Ditahan -7976042840 -2094674185 12700553668 15699110796 199291764933
EBIT -14653523840 -7569206140 23480458008 10287077688 237371248710
Nilai Pasar Ekuitas 604306326760 676879223615 675759401096 684584246988 1008630192051
Penjualan 1367920612160 1131904291305 992107804156 1163554792692 5569020612072
Penyebut:
Total Aset 813488061640 876196777735 887046775708 910475565024 4164390083340
Total Kewajiban 209181734880 199317554120 211287374612 225891318036 3155759891289
Hasil:
X1 0.32 0.29 0.30 0.20 0.06
X2 -0.01 0.00 0.01 0.02 0.05
X3 -0.02 -0.01 0.03 0.01 0.06
X4 2.89 3.40 3.20 3.03 0.32
X5 1.68 1.29 1.12 1.28 1.34

Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3.72 3.65 3.51 3.40 1.85


3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5

UNVR
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 6337170000000 6623114000000 6588109000000 7941635000000 8325029000000
Kewajiban Lancar 8864242000000 10127542000000 10878074000000 12532304000000 11134786000000
Pembilang:
Modal Kerja Bersih -2527072000000 -3504428000000 -4289965000000 -4590669000000 -2809757000000
Laba Ditahan 4558954000000 4639800000000 4516698000000 4985828000000 7390573000000
EBIT 7927652000000 7829490000000 8571885000000 9371661000000 12185764000000
Nilai Pasar Ekuitas 4746514000000 4827360000000 4704258000000 5173388000000 7578133000000
Penjualan 34511534000000 36484030000000 40053732000000 41204510000000 41802073000000
Penyebut:
Total Aset 14280670000000 15729945000000 16745695000000 18906413000000 19522970000000
Total Kewajiban 9534156000000 10902585000000 12041437000000 13733025000000 11944837000000
Hasil:
X1 -0.18 -0.22 -0.26 -0.24 -0.14
X2 0.32 0.29 0.27 0.26 0.38
X3 0.56 0.50 0.51 0.50 0.62
X4 0.50 0.44 0.39 0.38 0.63
X5 2.42 2.32 2.39 2.18 2.14
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 4.78 4.37 4.39 4.12 4.94
TCID
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 874017297803 1112672539416 1174482404487 1276478591542 1333428311186
Kewajiban Lancar 486053837459 222930621643 223305151868 259806845843 231533842787
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 387963460344 889741917773 951177252619 1016671745699 1101894468399
Laba Ditahan 940385365709 1405609800539 1473826734331 1549021468930 1663137080645
EBIT 241447832720 583121947494 221475857643 243083045787 234625954664
Nilai Pasar Ekuitas 1252170961203 1714871478033 1783158507325 1858326336424 1972463165139
Penjualan 2308203551971 2314889854074 2526776164168 2706394847919 2648754344347
Penyebut:
Total Aset 1863679837324 2082096848703 2185101038101 3458737000000 2445143511801
Total Kewajiban 611508876121 367225370670 399942530776 503480853006 2361807189430
Hasil:
X1 0.21 0.43 0.44 0.29 0.45
X2 0.50 0.68 0.67 0.45 0.68
X3 0.13 0.28 0.10 0.07 0.10
X4 2.05 4.67 4.46 3.69 0.84
X5 1.24 1.11 1.16 0.78 1.08
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 3.85 6.30 5.63 4.21 3.39

KOMPONEN SSTM
2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 398785346285 377319537345 351706167938 311547858349 294172560216
Kewajiban Lancar 332510082788 331660630809 277524504441 182421582456 131917686499

Modal Kerja Bersih 66275263497 45658906536 74181663497 129126275893 162254873717


Laba Ditahan
EBIT -18297519612 -13509341788 18713585127 31048829703 1820189102
Nilai Pasar Ekuitas 258131240475 244091472861 263019501722 212465671723 215250324630
Penjualan 519854661831 506180498366 436691203876 343842837211 410244604874
Penyebut:
Total Aset 773663346934 721884167684 670963993715 605643301307 562174180897
Total Kewajiban 515532106459 477792694823 407944491993 393177629585 346923856267
Hasil:
X1 0.09 0.06 0.11 0.21 0.29
X2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
X3 -0.02 -0.02 0.03 0.05 0.00
X4 0.50 0.51 0.64 0.54 0.62
X5 0.67 0.70 0.65 0.57 0.73
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 1.00 1.02 1.26 1.32 1.46

MYOR
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 6508766623440 7454347029087 8739782750141 10674199571313 12647858727872
Kewajiban Lancar 3114337601361 3151495162694 3884051319005 4473626322956 4764510367113
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 3394429022079 4302851866393 4855731431136 6200573248357 7883348360759
Laba Ditahan 3505178464448 4596113857393 5636490423386 6702645888746 7857855271848
EBIT 520267706614 1640494765801 1845683269238 2186884603474 2381942198855
Nilai Pasar Ekuitas 4077036284827 5194459927187 6265255987065 7354346366072 8542544481694
Penjualan 14169088278238 14818730635847 18349959898358 20816673946473 24060802395725
Penyebut:
Total Aset 10297997020540 11342715686221 12922421859142 14915849800251 17591706426634
Total Kewajiban 6220960735713 6148255759034 6657165872077 7561503434179 9049161944940
Hasil:
X1 0.33 0.38 0.38 0.42 0.45
X2 0.34 0.41 0.44 0.45 0.45
X3 0.05 0.14 0.14 0.15 0.14
X4 0.66 0.84 0.94 0.97 0.94
X5 1.38 1.31 1.42 1.40 1.37
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 2.81 3.31 3.52 3.59 3.54

LMPI
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 455111382760 472445616160 548572737189 572240218362 526674069930
Kewajiban Lancar 366938314354 374695643935 364348673440 360471900688 379536352404
Modal Kerja Bersih 88173068406 97749972225 184224063749 211768317674 147137717526
Laba Ditahan
EBIT -3876230784 4705931348 11184077925 -34598578079 -58874992358
Nilai Pasar Ekuitas 399130784193 402515371597 408172139564 376256327751 330490664696
Penjualan 221274155607 228140191768 411545398299 411144165006 455555959093
Penyebut:
Total Aset 808892238344 817336289390 810364824722 834548374286 786704752983
Total Kewajiban 409761454151 414820917793 402192705158 458292046535 456214088287
Hasil:
X1 0.11 0.12 0.23 0.25 0.19
X2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
X3 0.00 0.01 0.01 -0.04 -0.07
X4 0.97 0.97 1.01 0.82 0.72
X5 0.27 0.28 0.51 0.49 0.58
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 0.97 1.02 1.44 1.15 0.99

KLBF
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 8120805370192 8745465558702 9572529767897 10042738649964 10648288386726
Kewajiban Lancar 2385920172489 2365880490863 2317161787100 2227336011715 2286167471594
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 5734885197703 6379585067839 7255367980797 8362120915132
Laba Ditahan 8787330471511 9872083279142 11261148161801 12610504063055 13871718983242
EBIT 2763700548048 2720881244459 3091188460230 3241186725992 3306399669021
Nilai Pasar Ekuitas 9817475678446 10938285985269 12463847141085 13894031782689 15294594796354
Penjualan 17368532547558 17887464223321 19374230957505 20182120166616 21074306186027
Penyebut:
Total Aset 12425032367729 13696417381439 15226009210657 16616239416335 18146206145369
Total Kewajiban 2607556689283 2758131396170 2762162069572 2722207633646 2851611349015
Hasil:
X1 0.46 0.47 0.48 0.00 0.46
X2 0.71 0.72 0.74 0.76 0.76
X3 0.22 0.20 0.20 0.20 0.18
X4 3.77 3.97 4.51 5.10 5.36
X5 1.40 1.31 1.27 1.21 1.16
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 5.93 5.91 6.26 5.98 6.60

JPFA
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 8709315000000 9604154000000 11061008000000 11189325000000 12415809000000
Kewajiban Lancar 4915445000000 5352670000000 5193549000000 4769640000000 6904477000000
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 3793870000000 4251484000000 5867459000000 6419685000000 5511332000000
Laba Ditahan 2132754000000 2622573000000 4443855000000 7661492000000 5316748000000
EBIT 508669000000 697677000000 2766591000000 1284529000000 2402405000000
Nilai Pasar Ekuitas 5179547000000 6109692000000 8364057000000 8662040000000 10214809000000
Penjualan 18693839000000 25022913000000 27063310000000 21694249000000 25337572000000
Penyebut:
Total Aset 15780026000000 17159466000000 19251026000000 19959548000000 23038028000000
Total Kewajiban 10600479000000 990707822000 1116872234000 11297508000000 12823219000000
Hasil:
X1 0.24 0.25 0.30 0.32 0.24
X2 0.14 0.15 0.23 0.38 0.23
X3 0.03 0.04 0.14 0.06 0.10
X4 0.49 6.17 7.49 0.77 0.80
X5 1.18 1.46 1.41 1.09 1.10
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 2.06 5.80 7.06 2.68 2.53

JECC
KOMPONEN 2014 2015 2016 2017 2018
Aset Lancar 873185261000 927492569000 1131735197000 1294457967000 1415578044000
Kewajiban Lancar 846116408000 883284008000 992544784000 1220226620000 1288252935000
Pembilang:
Modal Kerja Bersih 27068853000 44208561000 139190413000 74231347000 127325109000
Laba Ditahan 73269051000 65820092000 165771401000 151328647000 211706027000
EBIT 33204530000 8496333000 175425515000 111623616000 122048569000
Nilai Pasar Ekuitas 166393719000 367756259000 470338342000 547361482000 609241164000
Penjualan 1493012114000 1663335876000 2037784842000 2184518893000 3207579964000
Penyebut:
Total Aset 1064129232000 1358464081000 1587210576000 1927985352000 2081620993000
Total Kewajiban 897735513000 990707822000 1116872234000 1380623870000 1472379829000
Hasil:
X1 0.03 0.03 0.09 0.04 0.06
X2 0.07 0.05 0.10 0.08 0.10
X3 0.03 0.01 0.11 0.06 0.06
X4 0.19 0.37 0.42 0.40 0.41
X5 1.40 1.22 1.28 1.13 1.54
Persamaan Altman Z-Score:
Z= 1,2 X1 + 1,4 X2 +
3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0
X5 1.74 1.57 2.15 1.72 2.20
PERHITUNGAN KONSERVATISME AKUNTANSI

CASH FLOW
NAMA
NET PROFIT FROM ASSET KONSERVATISME
KODE PERUSAHAAN TAHUN DEPRECIATION
OPERATING AKUNTANSI

2014 5274009000000 9287198000000 5344607000000 28884973000000 -1 0.324


Indocement 2015 4356661000000 10064142000000 5049117000000 27638360000000 -1 0.389
INTP Tunggal Prakasa, 2016 3870319000000 10995697000000 3546113000000 30150580000000 -1 0.354
Tbk 2017 1859818000000 12048700000000 2781805000000 28863676000000 -1 0.449
2018 1145937000000 13210852000000 1984532000000 27788562000000 -1 0.506
2014 458635000000 2190072000000 564250000000 3918391000000 -1 0.586
Asahimas Flat
2015 341346000000 2385482000000 366837000000 4270275000000 -1 0.565
AMFG Glass Tbk
2016 260444000000 2386908000000 333042000000 5504890000000 -1 0.447
2017 38569000000 2795578000000 299081000000 6267816000000 -1 0.488
2018 6596000000 3180857000000 216818000000 8432632000000 -1 0.402
2014 22058700759 286822719 81915088114 897281657710 -1 0.067
Indal 2015 28615673167 573645436 47011856454 1330259296537 -1 0.014
INAI Aluminium 2016 3555297524 214682865315 -149761732022 1339032413455 -1 0.046
Industry Tbk 2017 38651704520 231003040577 51365012507 1213916545120 -1 0.201
2018 40463141352 247116685875 132356154811 1400683598096 -1 0.242
2014 14528830097 40822576279 6455175786 268891042610 -1 0.122
2015 9859176172 42742925319 5105993427 274483110371 -1 0.138
Duta Pertiwi
DPNS 2016 10009391103 44264170699 14127914662 296129565784 -1 0.163
Nusantara, Tbk
2017 5963420071 45669509585 -3994084302 308491173960 -1 0.116
2018 9380137352 46267757914 -12882144526 322185012261 -1 0.075
2014 9626571647 181071781290 22314328339 273126657794 -1 0.709
2015 1854274736 196098865623 24587547474 308620387248 -1 0.709
Asiaplast
APLI 2016 25109482194 219715311047 49685387363 314468690130 -1 0.777
Industries Tbk
2017 -1329429201 235082964438 10904672310 398698779619 -1 0.620
2018 -23496671376 254017935418 1429851349 503177499114 -1 0.554
2014 384846000000 2729420000000 1570533000000 15730435000000 -1 0.249
2015 524484000000 3387999000000 1452924000000 17159466000000 -1 0.252
Japfa Comfeed
JPFA 2016 2171608000000 1612973000000 2753605000000 19251026000000 -1 0.114
Indonesia Tbk
2017 1107810000000 4618208000000 770662000000 21088870000000 -1 0.203
2018 1762115000000 4835090000000 1406016000000 22611354000000 -1 0.198
2014 2547127320 521102083400 34935164920 904045327760 -1 0.612
SULI Slj Global Tbk
2015 4271304465 602824904615 57606002495 1172785815190 -1 0.559
2016 5152007328 616552216008 42790556284 1230359322856 -1 0.532
2017 18237856968 647713446276 23664589656 1118083884156 -1 0.584
2018 47315161476 702814062411 64648715742 1465334098758 -1 0.491
2014 86745854950 2302549568701 1327852701205 5581000723345 -1 0.635
2015 -308896601295 2794529813884 72901791421 6993634266969 -1 0.454
Fajar Surya
2016 778012761625 3009550312182 2206943981547 8583223835997 -1 0.517
FASW Wisesa Tbk
2017 595868198714 3007967582524 1113426743731 9369891776775 -1 0.376
2018 1405367771073 3048748781961 1733244001462 10965118708784 -1 0.308
2014 31736104237 43033706038 -84628876886 479240512199 -1 -0.153
2015 -7624768157 55884935366 -23937875582 533537626101 -1 0.074
Grand Kartech
2016 826840802 67605981357 39549992196 598711565464 -1 0.178
KRAH Tbk
2017 -53758268218 79254354137 -8089711813 645953214546 -1 0.193
2018 -66731357187 91953441090 -25167536386 606055631089 -1 0.220
2014 -67093347900 1544612106571 525682412925 23471397834920 -1 0.091
Indomobil 2015 -22489430531 1990587816548 793372435545 24860957839497 -1 0.113
Sukses
IMAS 2016 -312881005784 1808461048257 118811023397 25633342258679 -1 0.087
International
Tbk 2017 -64296811100 1910718309212 -601612476031 31375311299854 -1 0.044
2018 98774620340 2128815736884 2240811709699 40955996273862 -1 0.104
2014 -12840297828 556934088196 39556169947 773663346934 -1 0.788
Sunson Textile 2015 -10460601344 591354908506 29295185875 721863265285 -1 0.874
SSTM Manufacturer 2016 -14582624323 625035370238 42265424796 670963993715 -1 1.016
Tbk 2017 -23709833744 651115728808 25549790980 605643301307 -1 1.156
2018 1112037917 656333006176 14880768388 562174180897 -1 1.192
ERTX Eratex Djaya 2014 27970071120 18916276440 -20714888960 575925636120 -1 -0.052
Tbk 2015 72662251755 45746689305 30451001064 731007547995 -1 0.005
2016 20951493780 37510167976 102293304775 707526283692 -1 0.168
2017 -23878038396 52800213960 -97074332820 802839170760 -1 -0.025
2018 15346152864 70398527121 39739151187 906305751774 -1 0.105
2014 23904334000 207509064000 42230169000 1064129232000 -1 0.212
2015 2464669000 75671177000 21550154000 1358464081000 -1 0.070
Jembo Cable
JECC 2016 132423161000 99689816000 184371203000 1587210576000 -1 0.096
Company Tbk
2017 83355370000 87463344000 85948536000 1927985352000 -1 0.047
2018 88428879000 114791505000 7444003000 2081620993000 -1 0.016
2014 -38537813800 812305652080 46613090520 813615559200 -1 1.103
2015 -41168859940 975298705825 26967417855 876196777735 -1 1.191
Sat Nusa
PTSN 2016 25042298956 1030503202992 115821504332 887046775708 -1 1.264
Persada Tbk
2017 6671400996 1087786708524 93605150652 910475565024 -1 1.290
2018 173777343489 839853369558 223869888360 4164390083340 -1 0.214
2014 5395293000000 9952410000000 1657776000000 58220600000000 -1 0.107
2015 6452834000000 11667524000000 3200820000000 63505413000000 -1 0.133
Gudang Garam
2016 6672682000000 13730151000000 6937650000000 62951634000000 -1 0.222
GGRM Tbk
2017 7755347000000 15600619000000 8204579000000 66759930000000 -1 0.240
2018 7793068000000 17789611000000 11224700000000 69097219000000 -1 0.307
2014 2121090581630 1874810267561 2316125821045 12425032367729 -1 0.167
2015 2057694281873 2160877301037 2427641532150 13696417381439 -1 0.185
Kalbe Farma
KLBF 2016 2350884933551 2459135208145 2159833281176 15226009210657 -1 0.149
Tbk
2017 2453251410604 2815467860875 2008316536066 16616239416335 -1 0.143
2018 2497261964757 3155030399988 2770775949459 18146206145369 -1 0.189
2014 174314394101 605886738182 123551162065 1853235343636 -1 0.300
2015 544474278014 620483957753 120781612127 2082096848703 -1 0.095
Mandom
TCID 2016 162059596347 723005694031 264194256792 2185101038101 -1 0.378
Indonesia Tbk
2017 179126382068 821338006060 363708428317 2361807189430 -1 0.426
2018 173049442756 938743858761 193367434215 2445143511801 -1 0.392
2014 -3271417361 318420927975 6239966566 808892238344 -1 0.405
Langgeng 2015 3384587404 329415376863 4653645881 810364824722 -1 0.408
LMPI Makmur Industri 2016 6933035457 343093951987 17977995613 793093512600 -1 0.447
Tbk 2017 -31140558174 358804211411 -16797834611 808892238344 -1 0.461
2018 -46390704290 374854658706 29060369596 786704752983 -1 0.572
2014 122457319284 2288174627876 -862339383145 10297997020540 -1 0.127
2015 1250233123560 2752600509844 2336785497955 11342715686221 -1 0.338
Mayora Indah
MYOR 2016 1333576127665 3258953564351 659314197175 12922421859142 -1 0.200
Tbk
2017 1630953830893 3758609581243 1275530669068 17591706426634 -1 0.193
2018 1760434290304 4296368133427 459273241788 14915849800251 -1 0.201
2014 5738523000000 2000687000000 6462722000000 14280670000000 -1 0.191
2015 5851805000000 2373102000000 6299051000000 15729945000000 -1 0.179
Unilever
UNVR 2016 6390672000000 2870710000000 6684219000000 16745695000000 -1 0.189
Indonesia Tbk
2017 7004562000000 3367083000000 7059862000000 18906413000000 -1 0.181
2018 9109445000000 3944516000000 7914537000000 19522970000000 -1 0.141
REKAPITULASI
NAMA Institutional Konservatisme
NO Debt Covenant Financial Distress
KODE PERUSAHAAN TAHUN Ownership Akuntansi

2014 0.14 64.03 6.39 0.324


Indocement 2015 0.14 64.03 6.91 0.389
1 INTP Tunggal Prakasa, 2016 0.13 64.03 7.14 0.354
Tbk 2017 0.15 51.00 5.54 0.449
2018 0.16 51.00 5.06 0.506
2014 0.19 84.73 4.76 0.586
2015 0.21 84.73 4.98 0.565
Asahimas Flat
2 2016 0.35 84.82 3.01 0.447
AMFG Glass Tbk
2017 0.43 84.83 2.32 0.488
2018 0.57 84.83 1.56 0.402
2014 0.84 77.99 1.35 0.067
Indal 2015 0.82 77.99 1.36 0.014
3 INAI Aluminium 2016 0.81 77.99 1.3 0.046
Industry Tbk 2017 0.77 77.99 1.39 0.201
2018 0.78 77.93 1.08 0.242
2014 0.12 59.64 6.49 0.122
2015 0.12 59.87 6.72 0.138
Duta Pertiwi
4 DPNS 2016 0.11 59.87 5.02 0.163
Nusantara, Tbk
2017 0.13 59.87 5.8 0.116
2018 0.14 66.67 5.58 0.075
2014 0.18 56.66 4.54 0.709
2015 0.28 58.80 2.66 0.709
Asiaplast
5 APLI 2016 0.22 58.80 3.95 0.777
Industries Tbk
2017 0.43 58.80 6.93 0.620
2018 0.59 58.80 5.13 0.554
2014 0.66 57.62 2.06 0.249
2015 0.64 57.95 5.8 0.252
Japfa Comfeed
6 JPFA 2016 0.51 63.09 7.06 0.114
Indonesia Tbk
2017 0.54 63.11 2.68 0.203
2018 0.57 64.13 2.53 0.198
2014 1.42 45.56 -3.78 0.612
2015 1.25 61.74 -2.96 0.559
7 SULI Slj Global Tbk 2016 1.17 27.12 -2.6 0.532
2017 0.99 32.89 -2.81 0.584
2018 0.95 33.64 -2.49 0.491
2014 0.71 74.74 1.39 0.635
2015 0.65 74.91 0.87 0.454
Fajar Surya
8 FASW 2016 0.63 85.77 1.5 0.517
Wisesa Tbk
2017 0.65 86.21 1.41 0.376
2018 0.61 87.08 2.19 0.308
2014 0.61 83.15 1.75 -0.153
Grand Kartech 2015 0.67 83.15 1.25 0.074
9 KRAH
Tbk 2016 0.70 83.15 1.02 0.178
2017 0.81 83.15 0.3 0.193
2018 0.90 83.15 -0.02 0.220
2014 0.71 89.54 1.21 0.091
Indomobil 2015 0.73 89.66 1.04 0.113
Sukses
10 IMAS 2016 0.74 89.66 0.81 0.087
International
Tbk 2017 0.70 89.66 0.72 0.044
2018 0.75 89.66 0.56 0.104
2014 0.62 69.54 1 0.788
Sunson Textile 2015 0.62 69.54 1.02 0.874
11 SSTM Manufacturer 2016 0.61 40.99 1.26 1.016
Tbk 2017 0.65 40.99 1.32 1.156
2018 0.62 40.99 1.46 1.192
2014 0.73 88.38 1.67 -0.052
2015 0.68 92.38 2.26 0.005
Eratex Djaya
12 ERTX 2016 0.62 95.38 2.18 0.168
Tbk
2017 0.70 95.38 1.54 -0.025
2018 0.70 92.39 1.72 0.105
2014 0.84 90.15 1.74 0.212
2015 0.73 90.15 1.57 0.070
Jembo Cable
13 JECC 2016 0.70 90.15 2.15 0.096
Company Tbk
2017 0.72 90.15 1.72 0.047
2018 0.71 90.15 2.2 0.016
2014 0.25 0.00 3.72 1.103
Sat Nusa
14 PTSN 2015 0.23 0.00 3.65 1.191
Persada Tbk
2016 0.24 0.00 3.51 1.264
2017 0.25 0.00 3.4 1.290
2018 0.76 10.00 1.85 0.214
2014 0.43 75.55 3.39 0.107
2015 0.40 75.55 3.61 0.133
Gudang Garam
15 2016 0.37 75.55 3.93 0.222
GGRM Tbk
2017 0.37 75.55 4.03 0.240
2018 0.35 75.55 4.31 0.307
2014 0.21 56.71 5.93 0.167
2015 0.20 56.69 5.91 0.185
Kalbe Farma
16 KLBF 2016 0.18 56.51 6.26 0.149
Tbk
2017 0.16 56.78 5.98 0.143
2018 0.16 56.97 6.6 0.189
2014 0.31 73.77 3.85 0.300
2015 0.18 73.77 6.3 0.095
Mandom
17 TCID 2016 0.18 73.77 5.63 0.378
Indonesia Tbk
2017 0.21 73.82 4.21 0.426
2018 0.19 73.83 3.39 0.392
2014 0.51 83.27 0.97 0.405
Langgeng 2015 0.48 83.27 1.02 0.408
18 LMPI Makmur Industri 2016 0.51 83.27 1.44 0.447
Tbk 2017 0.57 83.27 1.15 0.461
2018 0.58 23.52 0.99 0.572
Mayora Indah 2014 0.60 33.07 2.81 0.127
19 MYOR
Tbk 2015 0.54 33.07 3.31 0.338
2016 0.52 59.07 3.52 0.200
2017 0.51 59.07 3.59 0.193
2018 0.51 59.07 3.54 0.201
2014 0.67 84.99 4.78 0.191
2015 0.69 84.99 4.37 0.179
Unilever
20 UNVR 2016 0.72 84.99 4.39 0.189
Indonesia Tbk
2017 0.73 84.99 4.12 0.181
2018 0.61 84.99 4.94 0.141
Hasil Output SPSS

Statistik Deskriptif

Statistics
Debt Institutional Financial Konservatism
Covenant Ownership Distress e Akuntansi
N Valid 100 100 100 100
Missing 0 0 0 0
Mean .5271 67.2717 2.8767 .34494
Median .5850 73.8250 2.5950 .22100
Std. Deviation .27242 22.57203 2.34631 .308207
Skewness .330 -1.323 -.281 1.367
Std. Error of .241 .241 .241 .241
Skewness
Kurtosis .220 1.587 .167 1.638
Std. Error of Kurtosis .478 .478 .478 .478
Minimum .11 .00 -3.78 -.153
Maximum 1.42 95.38 7.14 1.290

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 100
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. .21924365
Deviation
Most Extreme Absolute .074
Differences Positive .074
Negative -.052
Test Statistic .074
Asymp. Sig. (2-tailed) .195c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Std. Change Statistics
Error R Sig.
M Adjust of the Square F F
od R ed R Estima Chang Chang df df Chan Durbin-
el R Square Square te e e 1 2 ge Watson
1 .703 .494 .478 .22264 .494 31.239 3 96 .000 .964
a
3
a. Predictors: (Constant), Financial Distress, Institutional Ownership, Debt
Covenant
b. Dependent Variable: Konservatisme Akuntansi

Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandard Standardi
ized zed
Coefficient Coefficie Collinearity
s nts Correlations Statistics
Std. Tol
Erro Zero- Partia eran
Model B r Beta t Sig. order l Part ce VIF
1 (Constan 1.387 .132 10.50 .000
t) 1
Debt -.571 .154 -.505 - .000 -.137 -.353 - .283 3.534
Covenan 3.699 .269
t
Institutio -.008 .001 -.574 - .000 -.632 -.615 - .937 1.067
nal 7.649 .555
Ownersh
ip
Financia -.074 .018 -.567 - .000 -.110 -.395 - .292 3.427
l 4.217 .306
Distress
a. Dependent Variable: Konservatisme Akuntansi
Uji Heteroskedesitas

Analisis Linear Berganda


Unstandard Standardi
ized zed
Coefficient Coefficie
s nts
Std.
Erro
Model B r Beta T Sig.
1 (Constant) 1.387 .132 10.50 .000
1
Debt -.571 .154 -.505 - .000
Covenant 3.699
Institution -.008 .001 -.574 - .000
al 7.649
Ownershi
p
Financial -.074 .018 -.567 - .000
Distress 4.217
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 4.645 3 1.548 31.239 .000b
Residual 4.759 96 .050
Total 9.404 99
a. Dependent Variable: Konservatisme Akuntansi
b. Predictors: (Constant), Financial Distress, Institutional Ownership, Debt
Covenant

Model Summaryb
Change Statistics
Adj Std. R
uste Error Squ Durbin
R d R of the are F Sig. F -
Mo Squ Squ Estima Cha Chang df df Chang Watso
del R are are te nge e 1 2 e n
1 .703 .494 .478 .22264 .494 31.239 3 96 .000 .964
a
3
a. Predictors: (Constant), Financial Distress, Institutional Ownership,
Debt Covenant
b. Dependent Variable: Konservatisme Akuntansi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

CURRICULUM VITAE

I. Data Pribadi

1. Nama : Mugia Rizky Lestari

2. Tempat dan tanggal Lahir : Bandung, 28 Januari 1998

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Status : Belum menikah

6. Warga Negara : Indonesia

7. Alamat KTP : Jl. Cikutra Gg. Sukasari 2 Rt. 04 Rw. 04

Kel. Neglasari Kec. Cibeunying Kaler

Kota Bandung Barat 40124

8. No Telepon/ Handphone : 085947399351

9. E-mail : mrizkylestari@gmail.com
II. Pendidikan Formal

Periode/Tahun Sekolah/Institut/Universitas Program Jenjang

Studi/Jurusan Pendidikan

2016-2020 STIE EKUITAS Akuntansi S1

2013-2016 SMA Negeri 19 Bandung IPS SMA

2010-2013 SMP Negeri 16 Bandung - SMP

2004-2010 SD Negeri Cikutra 5 - SD

III. Pendidikan Non Formal

Tahun Lembaga/Instansi Keterampilan

The British Institue


2020 TOEFL, TOEIC, and EJS
Bandung

2018 Tax Center STIE EKUITAS Pelatihan Brevet Pajak A & B

Terpadu

IV. Riwayat pengalaman Kerja

Periode Instansi/Perusahaan Posisi

2019 PT. Taspen (KCU Bandung) Praktik Kerja Lapangan

V. Riwayat Organisasi

Periode Organisasi & Kepanitiaan Posisi

2017-2018 Koperasi Mahasiswa (KOPMA) Staff Personalia-Bidang

STIE EKUITAS Sumber Daya Manusia

2017-2018 Himpunan Mahasiswa Akuntansi Bendahara 2


S1 (HIMASI) STIE EKUITAS

2018-2019 Koperasi Mahasiswa (KOPMA) Koordinator Personalia-

STIE EKUITAS Bidang Sumber Daya

Manusia

2018-2019 Himpunan Mahasiswa Akuntansi Bendahara 1

S1 (HIMASI) STIE EKUITAS

2019-2020 Badan Pengawas Harian Staff Sekben-

Himpunan Mahasiswa Akuntansi Kebendaharaan

S1 (HIMASI) STIE EKUITAS

2019-2020 Dewan Perwakilan Mahasiswa Komisi 3

(DPM) STIE EKUITAS

Anda mungkin juga menyukai