Anda di halaman 1dari 109

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN


PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
PERIODE 2015-2018

Skripsi

Diajukan Oleh:

Fitri Siti Nurhayati


022116006

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR

AGUSTUS 2020
ABSTRAK

Fitri Siti Nurhayati 022116006, Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance


(GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2018. Pembimbing: Hari
Gursida dan May Mulyaningsih. 2020

Kinerja keungan yang diproksikan oleh Return on Assets (ROA) adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif dan efisien kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan, semakin besar
Return on Asset semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset. Dalam penentuan
tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian Return
on Asset karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank
yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan
masyarakat sehingga Return on Asset lebih mewakili dalam mengukur tingkat
profitabilitas perbankan. Faktor yang mempengaruhi ROA yaitu proporsi dewan
komisaris independen, jumlah dewan direksi dan jumlah komite audit. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh proporsi dewan komisaris
independen, jumlah dewan direksi dan jumlah komite audit terhadap Return on
Assets (ROA) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2018 baik secara parsial maupun simultan.

Penelitian mengenai proporsi dewan komisaris independen, jumlah dewan


direksi, jumlah komite audit dan Return on Assets (ROA) yang dilakukan di Bursa
Efek Indonesia. Subjek dalam penelitian ini yaitu perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2018. Jumlah sampel yang
dilakukan dalam penelitian ini sebanyak 14 perusahaan menggunakan metode
penarikan sampel dengan teknik purposive sampling, metode analisis data berupa
analisis kuantitatif dengan menggunakan uji asumsi klasik, uji hipotesis dan analisis
linear berganda dengan menggunakan program SPSS 25.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa proporsi dewan komisaris


independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA). Hal
ini terjadi karena kemungkinan dewan komisaris independen tidak menjalankan
fungsinya dengan baik sehingga tidak mampu meningkatkan kinerja keuangan.
Artinya jumlah dewan komisaris independen yang tinggi bukan jaminan bahwa
kinerja keuangan akan semakin baik. Jumlah dewan direksi secara parsial
berpengaruh positif terhadap Return on Assets (ROA). Hal ini terjadi karena semakin
banyaknya jumlah dewan direksi, maka semakin banyak pula ahli yang memiliki
kemampuan operasional dalam berbagai bidang dan divisi. Sehingga visi misi dan
strategi perusahaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Secara parsial komite

ii
audit berpengaruh negatif terhadap Return on Assets (ROA). Hal ini terjadi karena
arah hubungan yang negatif menjelaskan bahwa semakin besar nilai komite audit
maka akan semakin menurunkan kinerja keuangan. Secara simultan proporsi dewan
komisaris independen, jumlah dewan direksi dan jumlah komite audit berpengaruh
terhadap ROA, Hal ini menunjukkan bahwa hanya 12% variasi return on assets
(ROA) yang dapat dijelaskan oleh variasi proporsi dewan komisaris independen,
jumlah dewan direksi dan jumlah komite audit. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak ada dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Proporsi Dewan Komisaris Independen, Jumlah Dewan Direksi,


Jumlah Komite Audit dan Return on Assets (ROA).

iii
iv
v
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
PERIODE 2015-2018

Skripsi

Telah disidangkan dan dinyatakan lulus


Pada Hari: Kamis, 6 Agustus 2020

Fitri Siti Nurhayati


022116006

Menyetujui,

Ketua Sidang Penguji

(Dr. Monang Situmorang, Ak., M.M., CA.)

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Prof Dr. Hari Gursida, Ak.,MM.,CA.,CPA.) (May Mulyaningsih, SE.,MAk.)

vi
Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah,, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang
wajar Fakultas Ekonomi Univeristas Pakuan.
Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa seizin Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan.

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahamat dan
hidyah-Nya yang senantiasa dilimpahakan kepada penulis, sehingga bisa
menyelasaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015- 2018”.
Penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaiakan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pakuan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih jauh dari
sempurna baik dari segi teknis maupun segi ilmiahnya yang semua itu disebabkan
dari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
sehingga dapat dijadikan masukan yang bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan penulis agar menjadi lebih baik.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis
hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Allah subhanhu wa ta’ala yang telah memberikan nikmat kesehatan dan


kekuatan atas kelancaran dan kemudahan yang diberikan.
2. Kedua orangtua saya yang tercinta dan tersayang Bapak Hasbullah (Alm) dan
Ibu Titin Sutini, terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya baik
moral maupun materil serta doa yang tak henti-hentinya.
3. Seluruh saudara dan keluarga besar saya khususnya kakak saya Tanty
Halimah, Irwan Achmad Zakaria, Ahmad Hardi Yahya, Renny Siti Solehati,
terima kasih atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.
4. Bapak Dr. H. Bibin Rubini, M.Pd., selaku Rektor Universitas Pakuan.
5. Bapak Dr. Hendro Sasongko, Ak., M.M., C.A., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pakuan Bogor.
6. Bapak Dr. Arief Tri Hardiyanto, Ak., MBA., CMA., CCSA., CA., CSEP.,
QIA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Pakuan Bogor.
7. Ibu Retno Martanti Endah Lestari, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor.
8. Bapak Prof Dr. H. Hari Gursida, CA., MM., CPA., selaku Ketua Komisi
Pembimbing penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing, membantu dan mengarahkan sehingga proposal penelitian ini
dapat terselesaikan dengan baik.

viii
9. Ibu May Mulyaningsih, S.E., M.Ak., selaku Anggota Komisi Pembimbing
yang telah membantu serta mengarahkan penulis sehingga proposal penelitian
ini dapat terselesaikan dengan baik.
10. Seluruh dosen Strata 1 Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Bogor yang
telah membimbing dan memberikan ilmu kepada penulis.
11. Seluruh staf Tata Usaha dan pelaksana Universitas Pakuan Bogor yang telah
memberikan bantuan dan informasi dalam menjunjung kegiatan perkuliahan.
12. Kedelapan sahabat saya Another Home (Ajeng Siti Nandini, Sharah Salsabila,
Gita Tiara Febrian, Devita Andhina Sukmayadi, Pebi Yolanda, Anawati, Puji
Herawati, Yaumil Annisa) yang sudah bersama-sama dalam suka dan duka di
bangku perkuliahan, terima kasih atas kebersamaannya yang selalu
memberikan semangat.
13. Teman-teman kelas A dan B Akuntansi angkatan 2016 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya dari awal kuliah
sampai saat ini.
14. Teman-teman seperjuangan dan seperbimbingan yang tidak bisa disebutkan
satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya dalam suka maupun duka
yang sudah berjuang bersama dalam proses bimbingan.

Bogor, Mei 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................... i
ABSTRAK.......................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PRODI .................................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN TELAH DISIDANGKAN .................................... v
HAK CIPTA....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ............................................. 7
1.2.1 Identifikasi Masalah ............................................................ 7
1.2.2 Perumusan Masalah ............................................................ 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...................................................... 9
1.3.1 Maksud Penelitian .............................................................. 9
1.3.2 Tujuan Penelitian ................................................................ 9
1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................... 9
1.4.1 Kegunaan Akademis ........................................................... 10
1.4.2 Kegunaan Praktis ................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Good Corporate Governance (GCG) ............................................ 11
2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) ................. 11
2.1.2 Prinsip Dasar Good Corporate Governance (GCG) ............ 12
2.1.3 Manfaat Good Corporate Governance ............................... 14
2.1.4 Teori Good Corporate Governance ................................... 15
2.1.5 Mekanisme Corporate Governance .................................... 16
2.2 Kinerja Keuangan ......................................................................... 20
2.2.1 Analisis Laporan Keuangan ............................................... 20
2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan .................................... 20
2.2.3 Alat dan Teknik Analisis Laporan Keuangan ..................... 22
2.2.4 Analisis Rasio Keuangan ................................................... 24
2.2.5 Return on Assets ................................................................. 25
2.2.5.1 Pengertian Return on Assets.................................... 25
2.2.5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ROA .............. 26
2.2.5.3 Kriteria Penilaian Return on Assets ........................ 27
2.3 Penelitian Sebelumnya dan Kerangka Pemikiran .......................... 27
2.3.1 Penelitian Sebelumnya .......................................................... 27

x
2.3.2 Kerangka Pemikiran ........................................................... 35
2.4 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 39
3.2 Objek, Unit Analisis, dan Lokasi Penelitian ................................. 39
3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian ................................................ 39
3.4 Operasionalisasi Variabel ............................................................. 39
3.5 Metode Penarikan Sampel ........................................................... 40
3.6 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 43
3.7 Metode Pengolahan/Analisis Data ............................................... 44
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif ................................................ 44
3.7.2 Uji Asumsi Klasik .............................................................. 44
3.7.3 Analisis Regresi Linear Berganda ....................................... 45
3.7.4 Uji Hipotesis ....................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Pengumpulan Data .............................................................. 48
4.1.1 Proporsi Dewan Komisaris Independen .............................. 48
4.1.2 Jumlah Dewan Direksi ........................................................ 50
4.1.3 Jumlah Komite Audit .......................................................... 51
4.1.4 Return on Assets (ROA)...................................................... 52
4.2 Analisis Data ............................................................................... 53
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ................................................ 53
4.2.2 Uji Asumsi Klasik .............................................................. 54
4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda ....................................... 57
4.2.4 Uji Hipotesis ....................................................................... 58
4.3 Pembahasan ................................................................................. 60
4.3.1 Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap
Return on Assets (ROA) ..................................................... 61
4.3.2 Pengaruh Jumlah Dewan Direksi Terhadap Return on
Assets (ROA) ..................................................................... 62
4.3.3 Pengaruh Jumlah Komite Audit Terhadap Return on
Assets (ROA) ..................................................................... 62
4.3.4 Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen, Jumlah
Dewan Direksi, dan Jumlah Komite Audit Terhadap Return
on Assets (ROA) ................................................................ 63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ...................................................................................... 65
5.2 Saran ............................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ 73
LAMPIRAN ......................................................................................... 74

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Rata-Rata Pengaruh GCG Terhadap Kinerja Keuangan .......... 5
Tabel 2.1 Matriks Kriteria Penilaian Tingkat ROA ......................................... 27
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu .............................................................. 28
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ............................................................... 40
Tabel 3.2 Populasi Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode
2015-2018 ..................................................................................... 41
Tabel 3.3 Perusahaan Perbankan Yang Menjadi Sampel Penelitian ................ 43
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2015-2018 ................................................ 48
Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif ............................................................ 53
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ....................................................................... 54
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearita ............................................................... 55
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi .................................................................... 57
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda .......................................... 57
Tabel 4.7 Hasil Uji t ....................................................................................... 58
Tabel 4.8 Hasil Uji F ...................................................................................... 59
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ....................................................... 60
Tabel 4.10 Hasil Hipotesis Penelitian ............................................................... 60
Tabel 4.11 Rata-Rata Proporsi Dewan Komisaris Independen Dan Return on
Assets (ROA) ................................................................................ 61
Tabel 4.12 Rata-Rata Jumlah Dewan Direksi dan Return on Assets (ROA) ...... 62
Tabel 4.13 Rata-Rata Jumlah Komite Audit dan Return on Assets (ROA) ........ 63

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik GCG dan Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan .......... 6
Gambar 2.1 Konstelasi Penelitian ..................................................................... 37
Gambar 4.1 Proporsi Dewan Komisaris Independen Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2018 .................................... 49
Gambar 4.2 Jumlah Dewan Direksi Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar
Di BEI Periode 2015-2018 ............................................................ 50
Gambar 4.3 Jumlah Komite Audit Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar
Di BEI Periode 2015-2018 ............................................................ 51
Gambar 4.4 Return on Assets (ROA) Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar
Di BEI Periode 2015-2018 ............................................................ 52
Gambar 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 56

xiii
LAMPIRAN

Lampiran 1 .................................................................................................... 74
Lampiran 2 .................................................................................................... 78
Lampiran 3 .................................................................................................... 86
Lampiran 4 .................................................................................................... 90
Lampiran 5 .................................................................................................... 94

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Penerapan Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu kunci
sukses perusahan untuk tumbuh dan menguntungkan terutama dalam memenangkan
persaingan bisnis global (Kusuma, 2017). Serta menjadi salah satu upaya dalam
meningkatkan kualitas perusahaan. Tata kelola perusahaan juga merupakan cerminan
bagi perekonomian suatu negara, sehingga GCG sangat penting untuk diterapkan
dalam suatu perusahaan, salah satunya dalam industri perbankan Indonesia setelah
terjadinya krisis ekonomi tahun 1997-1998 yang mengakibatkan penurunan kinerja
perbankan (Wicaksono, 2014).
Penyebab menurunnya kinerja perbankan menunjukkan bahwa lemahnya
implementasi GCG menjadi pemicu utama ketidakstabilan ekonomi Indonesia.
Dengan adanya konsep GCG dapat mengarahkan kemajuan dan kepercayaan dalam
sistem keuangan serta diyakini mampu memperbaiki kinerja perbankan yang buruk
(Hutapea, 2013). Maka dari itu pemerintah menetapkan peraturan bagi industri
perbankan untuk menerapkan GCG yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
(PBI) Nomor 8/4/PBI/2006 yang kemudian diubah dengan PBI Nomor
8/14/PBI/2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum.
Penelitian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB)
menyimpulkan penyebab krisis ekonomi di Negara-negara asia (termasuk Indonesia)
adalah mekanisme pengawasan dewan komisaris (Board of Director) dan komite
audit suatu perusahaan tidak berfungsi secara efektif dalam melindungi kepentingan
pemegang saham dan pengelolaan perusahaan yang belum profesional. Dengan
demikian, penerapan konsep GCG di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan
profesionalisme dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan
stakeholders (Sutedi, 2012).
Lemahnya praktik GCG dipicu oleh konsep-konsep Corporate Governance
(CG) yang kurang baik terbukti dari berbagai skandal keuangan seperti kasus
penipuan, penggelapan, pembobolan, dan korupsi yang dilakukan oleh oknum
perusahaan (Fawaid, 2017 dalam Putri, 2018). Terbukti dari adanya kejahatan
perbankan dalam dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2014-2016. Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) telah memproses 108 kasus kejahatan perbankan yang terkait
dengan kredit, antara lain pembobolan data kartu kredit dan salah pencatatan.
Menurut Audrine (2016) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperoleh data
statistik dimana kejahatan perbankan yang terjadi sejak tahun 2014 meliputi kasus
kredit (55%), rekayasa pencatatan (21%), penggelapan dana (15%), transfer dana
(5%), dan pengadaan aset (4%). Nelson Tampibolon selaku Kepala Eksekutif

1
2

Pengawas Perbankan OJK merinci, sebanyak 59 kasus kejahatan perbankan telah


dilimpahkan divisinya terkait pengawas perbankan ke Departemen Penyidikan OJK
pada tahun 2014. Kemudian pada tahun 2015, sebanyak 23 kasus diproses dan tahun
2016 tercatat 26 kasus yang ditindak.
Dalam dunia perbankan, GCG belum ditetapkan secara utuh terlihat dari
adanya perusahaan perbankan yang masih mengalami masalah dikarenakan tata
kelola perusahaan yang kurang baik, seperti kasus Bank Mandiri terkait adanya
penyimpangan dalam pemberian fasilitas kredit oleh PT Bank Mandiri kepada PT
Tirta Amarta Bottling Company (PT TAB) yang menyebabkan kerugian Negara.
Menurut (Primadhyta, 2018) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebut kerugian
Negara atas penyimpangan pemberian fasilitas kredit yang dilakukan oleh PT Bank
Mandiri kepada PT Tirta Amarta Bottling Company (PT TAB) membengkak dari Rp
1,4 triliun menjadi Rp 1,83 triliun. Tambahan kerugian tersebut terutama berasal dari
tambahan perhitungan bunga atas pinjaman. BPK menemukan bahwa ada
penyimpangan dalam proses pengucuran kredit Bank Mandiri Commercial Banking
Center Cabang Bandung mulai dari proses pengajuan permohonan, proses analisis,
proses persetujuan, proses penggunaan dana, hingga tidak dilunasinya pinjaman.
Bercermin dari berbagai kasus yang ada khususnya di Indonesia maka Good
Corporate Governance sangatlah penting dan merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi dan dijalankan agar kelangsungan hidup suatu perusahaan dapat berjalan
dengan baik. Dengan menerapkan prinsip tata kelola perusahaan (GCG) dalam
mekanisme perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan yang akan berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup dan kinerja perusahaan (Maryati dan Suardikha, 2014
dalam Simanjuntak, 2019).
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) 2001,
definisi dari tata kelola korporat (corporate governance) adalah seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan
intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
GCG diharapkan tidak hanya fokus memberikan manfaat bagi manajemen
dan karyawan perusahaan, melainkan juga bagi stakeholders, konsumen, pemasok,
pemerintah, dan lingkungan masyarakat terkait dengan perusahaan tersebut. Selain
itu GCG juga akan mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang transparan,
bersih, dan profesional (Effendi dikutip oleh Ramdhaningsih dan Utama, 2013 dalam
Wicaksono, 2014).
Menurut Dani dan Hasan (2011) Good Corporate Governance (GCG) atau
yang dikenal dengan tata kelola perusahaan yang baik muncul sebagai pilihan, sebab
secara teoritis praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan cara
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, mengurangi resiko yang mungkin
3

dilakukan oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri


sendiri, dan umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan
investor.
Menurut Sutedi (2012:2) GCG merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) kepada
semua stakeholder. Sutedi (2012:2) menyebutkan ada dua hal yang ditekankan dalam
konsep ini yaitu: (1) pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh investasi
dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya, (2) kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat dan transparan terhadap semua
informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Secara singkat menurut
Arafat (2009:12) dalam Nizamullah, Darwanis, dan Abdullah (2014) ada lima
komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG ini yaitu transparency,
accountability, responsibility, independency, dan fairness. Menurut Sutedi (2012:3),
kelima komponen tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten
dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan menghambat aktivitas rekayasa
kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai
fundamental perusahaan.
Menurut Sugiarto (2011:3) dalam Nizamullah, Darwanis, dan Abdullah
(2014) transparansi dalam dunia perbankan diwujudkan dengan kewajiban bank
untuk mengungkapkan kondisi keuangan dan non keuangan bank dalam bentuk
laporan keuangan dan laporan pelaksanaan GCG yaitu: prinsip akuntabilitas dan
responsibilitas dilaksanakan melalui kejelasan fungsi antara pemilik dengan
pengelola bank.
GCG merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan
melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas
manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan
untuk tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua
pengguna laporan keuangan. Kinerja keuangan pada suatu perusahaan pada
hakikatnya merupakan alat ukur bagi investor untuk menilai suatu perusahaan
(Hasiholan, 2013). Kebijakan dan keputusan para investor dalam menginvestasikan
modalnya ke dalam perusahaan lebih dipengaruhi oleh rasio profitabilitas yang
dimiliki oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan rasio lainnya, karena investor
menganggap bahwa rasio profitabilitas dapat memberikan gambaran tentang tingkat
pengembalian atau keuntungan yang akan diterima investor dari investasinya
(Aprinita, 2016). GCG membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat
dipertanggungjawabkan diantara elemen dalam perusahaan (dewan komisaris, dewan
direksi, dan para pemegang saham) dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan
(Hasiholan, 2013).
Daniri (2014:98) menyatakan bahwa Dewan Komisaris merupakan komponen
vital dalam mekanisme internal yang memungkinkan pemecahan masalah lembaga
4

yang melekat dalam mengelola setiap organisasi. Dewan Komisaris wajib


melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi,
serta memberikan naihat kepada direksi. Dewan komisaris dan dewan direksi
merupakan unsur internal GCG yaitu unsur yang diperlukan didalam perusahaan.
Unsur internal GCG yang digunakan dalam peneltian ini adalah dewan komisaris,
dewan direksi, dan komite audit.
Dalam PBI Nomor 8/14/2006, Bank Indonesia mewajibkan agar dewan
komisaris memastikan bahwa GCG telah terlaksana dengan baik dalam setiap
kegiatan usaha bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Dewan
komisaris adalah dewan yang memiliki peran sebagai pengawas jalannya perusahaan
sesuai dengan prinsip GCG, keputusan yang diambil oleh perusahaan serta memberi
nasihat kepada direksi. Dewan komisaris memiliki tugas untuk melakukan
pengawasan terhadap manajemen untuk melakukan segala aktivitas dengan
kemampuan terbaiknya bagi kepentingan perusahaan sehingga kinerja perusahaan
nantinya akan mengalami peningkatan (Sari, 2018). Menurut Rahmawati, Rikumahu,
dan Dillak (2017) ukuran dewan komisaris yang besar menyebabkan monitoring
manajemen semakin baik. Jika makin banyak dewan komisaris maka perusahaan
akan lebih diawasi dan dapat meminimalisasi kecurangan dalam perusahaan sehingga
membuat kinerja keuangan perusahaan semakin meningkat.
Dewan direksi merupakan pimpinan perusahaan dan memiliki wewenang dan
tanggung jawab dalam pengelolaan bank. Dewan direksi memiliki tugas untuk
menetapkan arah strategis, menetapkan kebijakan operasional dan bertanggung
jawab memastikan tingkat kesehatan manajemen bank. Selain itu, dewan direksi juga
memiliki tanggung jawab untuk menjaga kepercayaan dari pemilik perseroan untuk
menghindari perbuatan yang menguntungkan kepentingan pribadi dengan
mengorbankan kepentingan perseroan. Namun pada kenyataannya banyak dewan
direksi yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik karena dewan direksi tidak
memiliki pengetahuan perbankan dan pasif terhadap urusan pengawasan bank (Sari,
2018). Menurut Rahmawati, Rikumahu, dan Dillak (2017) semakin banyak anggota
dewan direksi, akan membuat network dengan pihak luar perusahaan akan menjadi
lebih baik, hal tersebut akan membuat kinerja keuangan perusahaan akan semakin
membaik.
Komite audit berperan untuk melakukan pengawasan internal perusahaan atas
proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit, dan implementasi
Corporate Governance (CG) di perusahaan-perusahaan. Komite audit juga memiliki
fungsi untuk menjembatani antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan
kegiatan pengendalian yang diselenggarakan oleh manajemen serta auditor internal
dan eksternal. Adanya komite audit diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi
pengawasan yang dilakukkan oleh dewan komisaris dan direksi (Sari, 2018).
Menurut Rahmawati, Rikumahu, dan Dillak (2017) tugas komite audit adalah
membatu dewan komisaris. Maka dengan semakin banyaknya anggota komite audit,
5

maka pengawasan yang dilakukan semakin baik dan diharapkan dapat memperkecil
upaya manajemen untuk memanipulasi masalah data-data yang berkaitan dengan
keuangan dan prosedur akuntansi, sehingga kinerja keuangan perusahaan pun akan
semakin meningkat.
ROA merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan semua aset yang dimiliki perusahaan yang dihitung dengan membagi laba
dengan total aset perusahaan. Menurut Nizamullah, Darwanis, dan Abdullah (2014)
rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aset
dapat mencerminkan tingkat efisiensi usaha suatu bank. Semakin besar nilai rasio ini
menunjukkan tingkat rentabilitas usaha bank semakin baik atau sehat.
Penelitian ini dilakukan pada 14 (empatbelas) perusahaan perbankan yang terdaftar
di BEI yaitu Bank Central Asia Tbk, Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Bank
Mandiri (Persero) Tbk, OCBC NISP Tbk, Bank CIMB Niaga Tbk, Bank Tabungan
Pensiunan Nasional Tbk, Bank Pan Indonesia Tbk, Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten Tbk, Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk, Bank Maybank
Indonesia Tbk, Bank Danamon Indonesia Tbk, Bank Woori Saudara Indonesia 1906
Tbk.
Berikut disajikan perkembangan rata-rata ROA perusahaan sub sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2018.
Tabel 1.1
Data Rata-Rata Pengaruh GCG Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan
Tahun 2014-2018
Tahun
Uraian
2015 2016 2017 2018
Proporsi Dewan Komisaris Independen
% 57,81 60,19 60,18 55,41
Jumlah Dewan Direksi 8,93 8,79 8,79 9,14
Jumlah Komite Audit 4,21 4,79 4,21 4,21
ROA % 2,13 2,22 2,26 2,42
Sumber: www.idnfinancial.com (data diolah, 2020)
6

Sumber: www.idnfinancial.com (data diolah, 2020)


Gambar 1.1
Grafik GCG dan Kinerja keuangan dari Perusahaan Perbankan Tahun 2014-2018

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bila GCG yang diproksikan dengan
proporsi dewan komisaris independen, jumlah dewan direksi, dan jumlah komite
audit dalam keadaan naik maka ROA akan naik, dan apabila proporsi dewan
komisaris independen, jumlah dewan direksi, dan jumlah komite audit dalam
keadaan turun maka ROA akan turun. Namun data tersebut pada tahun 2017 ketika
proporsi dewan komisaris independen mengalami penurunan sebesar 60,18 tetapi
ROA mengalami kenaikan menjadi 2,26 dan pada tahun 2018 ketika proporsi dewan
komisaris independen mengalami penurunan sebesar 55,41 tetapi ROA mengalami
kenaikan menjadi 2,42. Pada tahun 2016 ketika jumlah dewan direksi mengalami
penurunan sebesar 8,79 tetapi ROA mengalami kenaikan menjadi 2,22. Sedangkan
pada tahun 2017 ketika jumlah komite audit mengalami penurunan sebesar 4,21
tetapi ROA mengalami kenaikan menjadi 2,26.
Dalam hal ini penulis ingin melakukan perbandingan untuk memperoleh
informasi sejauh mana pengaruh penerapan GCG bagi keberlangsungan kinerja
keuangan perusahaan yang memang sudah menerapkan prinsip GCG terutama dalam
industri perbankan, karena industri perbankan memiliki peran yang penting dalam
menunjang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan pemerataan.
Penelitian ini merupakan replika dari beberapa penelitian terdahulu yang
7

berkaitan dengan pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja keuangan, yaitu


penelitian yang dilakukan oleh Aprinita (2016), Paradita (2009) dan Lindu (2018).
Dalam penelitian ini terdapat perbedaan dari penelitian terdahulu antara lain, objek
penelitian penulis memilih perusahaan perbankan dan periode penelitian selama lima
tahun yaitu 2014-2018.
Penelitian Aprinita (2016) menunjukkan bahwa Penerapan GCG tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan yang diwakili oleh
Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), dan
Debt to Equity Ratio (DER). Penelitian Paradita (2009) menunjukkan bahwa dari 20
perusahaan yang menjadi sampel penelitian ternyata penerapan GCG tidak memiliki
pengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur dalam Return on Equity (ROE),
Return on Investment (ROI), dan Net Profit Margin (NPM). Penelitian Lindu (2018)
menunjukkan dari 9 perusahaan yang menjadi sampel penelitian bahwa penerapan
GCG memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur
dengan Return on Equity (ROE).
Alasan dipilihnya perusahaan perbankan sebagai objek penelitian adalah
karena perusahaan perbankan merupakan lembaga keuangan yang kegiatan
operasionalnya bergantung pada dana yang dipercayakan oleh pengguna jasa dan
nasabah, pada umumnya kestabilan suatu perekonomian negara juga dipengaruhi
oleh kesehatan sistem perbankannya. Tanpa adanya lembaga bank yang bisa
menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana dari rakyat, sektor-sektor
perekonomian tidak akan berkembang. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
sangatlah penting jika manajemen operasionalnya dan prinsip kerjanya
dikembangkan dengan baik dan sistematis agar kepercayaan antara emiten dan
masyarakat selaku investor tetap terjalin.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang kemudian dapat dijabarkan dalam
judul penelitian “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2014-2018”.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah


1.2.1 Identifikasi Masalah
Dewan komisaris merupakan komponen vital dalam mekanisme internal yang
memungkinkan pemecahan masalah lembaga yang melekat dalam mengelola setiap
organisasi (Daniri, 2014:98). Dewan komisaris memiliki tugas untuk melakukan
pengawasan terhadap manajemen untuk melakukan segala aktivitas dengan
kemampuan terbaiknya bagi kepentingan perusahaan sehingga kinerja perusahaan
8

nantinya akan mengalami peningkatan (Sari, 2018). Ukuran dewan komisaris yang
besar menyebabkan monitoring manajemen semakin baik. Jika makin banyak dewan
komisaris maka perusahaan akan lebih diawasi dan dapat meminimalisasi
kecurangan dalam perusahaan sehingga membuat kinerja keuangan perusahaan
semakin meningkat (Rahmawati, Rikumahu, dan Dillak, 2017). Rata-rata proporsi
dewan komisaris independen pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun
2015-2018 yaitu pada tahun 2017 ketika proporsi dewan komisaris independen
mengalami penurunan sebesar 60,18 tetapi ROA mengalami kenaikan menjadi 2,26.
Hal tersebut tidak sejalan dengan teori yang ada dimana semakin meningkatnya
jumlah dewan komisaris membuat kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA
semakin meningkat.
Dewan direksi merupakan pimpinan perusahaan yang memiliki wewenang
dan tanggung jawab dalam pengelolaan bank. Dewan direksi memiliki tugas untuk
menetapkan arah strategis, menetapkan kebijakan operasional dan bertanggung
jawab memastikan tingkat kesehatan manajemen bank (Dewi, 2018). semakin
banyak anggota dewan direksi, akan membuat network dengan pihak luar perusahaan
akan menjadi lebih baik, hal tersebut akan membuat kinerja keuangan perusahaan
akan semakin membaik (Rahmawati, Rikumahu, dan Dillak, 2017). Pada tahun 2016
ketika jumlah dewan direksi mengalami penurunan sebesar 8,79 tetapi ROA
mengalami kenaikkan menjadi 2,22. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan semakin banyak jumlah dewan direksi akan meningkatkan kinerja
keuangan.
Komite audit berperan untuk melakukan pengawasan internal perusahaan atas
proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit, dan implementasi
Corporate Governance (CG) di perusahaan-perusahaan. Adanya komite audit
diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi pengawasan yang dilakukkan oleh dewan
komisaris dan direksi (Dewi, 2018). semakin banyaknya anggota komite audit, maka
pengawasan yang dilakukan semakin baik dan diharapkan dapat memperkecil
upaya manajemen untuk memanipulasi masalah data-data yang berkaitan dengan
keuangan dan prosedur akuntansi, sehingga kinerja keuangan perusahaan pun akan
semakin meningkat (Rahmawati, Rikumahu, dan Dillak, 2017). Pada tahun 2017
ketika jumlah komite audit mengalami penurunan sebesar 4,21 tetapi ROA
mengalami kenaikkan menjadi 2,26. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan semakin banyak jumlah komite audit akan meningkatkan kinerja
keuangan.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan diatas, maka perumusan
masalah yang dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode
9

2015-2018 ?
2. Bagaimana jumlah dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2015-2018 ?
3. Bagaimana jumlah komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2015-2018 ?
4. Bagaimana proporsi dewan komisaris independen, jumlah dewan direksi , dan
jumlah komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2015-2018?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penulis melakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis
keterkaitan/hubungan penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap
kinerja keuangan di perusahaan perbankan. Serta sebagai bahan yang akan diolah
untuk menyusun seminar proposal dalam memenuhi salah satu syarat mencapai gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas
Pakuan.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap
kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
periode 2015-2018.
2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah dewan direksi terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2015-2018.
3. Untuk menganalisis pengaruh jumlah komite audit terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2015-2018.
4. Untuk menganalisis secara bersama-sama pengaruh proporsi dewan komisaris
independen, jumlah dewan direksi dan jumlah komite audit terhadap kinerja
keuangan perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode
2015-2018.
1.4. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan maksud dan tujuan penelitian tersebut, penulis berharap bahwa
penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh penerapan Good Corporate
Governance (GCG) terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat memberikan manfaat dan kegunaan
sebagai berikut:
10

1.4.1 Kegunaan Akademis


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan
kepustakaan/referensi empiris bagi peneliti yang mempunyai minat yang sama
mengenai pengaruh penerapan good corporate governance (GCG) terhadap kinerja
keuangan serta dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan pada bidang konsentrasi Akuntansi Keuangan khususnya pada proses
yang terkait dengan kinerja keuangan perusahaan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan dan mengantisipasi
masalah yang ada pada lokasi yang diteliti, dalam hal ini yaitu perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang dapat berguna bagi
pengambilan keputusan manajemen dan bisnis. Hasil penelitian ini juga dapat
memberikan kontribusi praktis sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan
kebijaksanaan untuk lebih banyak menerapkan good corporate governance
(GCG) dalam setiap perusahaan.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan
dalam pengambilan keputusan di masa yang akan datang terutama dalam
menghadapi kemungkinan buruk yang akan terjadi di masa yang akan datang
sehingga target jangka panjang dapat terlaksana di tengah persaingan yang ada.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran tentang nilai
perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sehingga
dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan keputusan investasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Good Corporate Governance (GCG)


2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG)
Ketatnya persaingan antar perusahaan mendorong perusahaan untuk
mencapai keuntungan seoptimal mungkin, serta mempertahankan keberlangsungan
perusahaan dengan cara terus-menerus memperbaiki kinerja perusahaan. Banyak
kendala yang mempengaruhi perusahaan untuk mencapai tujuan, salah satunya yaitu
hilangnya kepercayaan investor ataun kreditor untuk menyalurkan investasi atau
kredit. Maka dari itu perlu adanya penerapan GCG dalam suatu perusahaan guna
membantu dalam mensukseskan atau meningkatkan keberhasilan usaha.
Corporate Governance menurut (Komite Cadbury) dalam Sutedi (2012:2)
adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar
mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggung jawaban
kepada stakeholders. Hal ini berkaitan denga peraturan kewenangan pemilik,
direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya. Komite Cadbury adalah
seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham,
manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan
lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung
jawab mereka (Surya dan Yustiavandana 2006:24).
Corporate Governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditor,
pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem
yang mengatur dan mengendalikan arah strategi dan kinerja suatu perusahaan
(Nugroho, 2014)
Menurut Sutedi (2012:1) Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (pemegang
saham/pemilik modal, komisaris/dewan pengawas dan direksi) untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.
Agoes (2009:101) mendefinisikan tata kelola perusahaan yang baik sebagai
suatu sistem yang mengatur hubungan para dewan komisaris, peran direksi,
pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang
baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentu tujuan
perusahaan, pencapaiannya, dan penilaian kinerjanya.

11
12

Dari beberapa pengertian yang tertera diatas dapat disimpulkan bahwa Good
Corporate Governance (GCG) merupakan suatu prinsip yang mengatur atau
mengendalikan perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan dalam peningkatan
kinerja keuangan dan mengatur hubungan para pemegang saham.GCG juga
merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan
dalam jangka panjang sekaligus memenangkan persaingan global terutama bagi
perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka.
2.1.2 Prinsip Dasar Good Corporate Governance (GCG)
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip dasar GCG diterapkan
pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Prinsip GCG yaitu
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, serta keadilan dan
kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha perusahaan dengan
memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).
Secara umum, penerapan Corporate Governance secara konkret menurut
Organization for Economic Coperation and Development (OECD) (2004:4),
memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut:
1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.
2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah.
3. Memberikan kepuasan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi
perusahaan.
4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan diri stakeholder terhadap perusahaan.
5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.
Prinsip-prinsip dari Corporate Governance yang menjadi indikator,
sebagaimana dijelaskan oleh Organization for Economic Coperation and
Development (OECD), adalah:
1. Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi
seluruh pemegang saham. Keadilan disini diartikan sebagai perlakuan yang sama
terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan
pemegang saham asing dari kecurangan, dan kesalahan perilaku insider. Dalam
melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.
2. Transparancy (Transparansi)
Transparansi adalah adanya pengungkapan suatu informasi yang terbuka,
tepat waktu, serta jelas, dan dapat dibandingkan dengan keadaan yang menyangkut
tentang keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Untuk
13

menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan


informasi yang materiil dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami
oleh pemakai kepentingan.
3. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan
yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan
pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap
manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.
4. Responsibility (Pertanggunjawaban)
Pertanggunjawaban adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam
manajemen, pengawasan manajemen, serta pertanggungjawaban kepada perusahaan
dan para pemegang saham. Prinsip ini mewujudkan dengan kesadaran bahwa
tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari
akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang
kekuasaan, menjadi professional, menjunjung etika dan memelihara bisnis yang kuat.
5. Independensi (Independen)
Untuk melancarkan asas Corporate Governance, perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Independensi diperlukan
untuk menghindari adanya potensi konflik kepentingan yang mungkin timbul oleh
para pemegang saham mayoritas. Mekanisme ini menuntut adanya rentang
kekuasaan antara komposisi komite dalam komisaris, dan pihak luar seperti auditor.
Keputusan yang dibuat dan proses yang terjadi harus obyektif tidak dipengaruhi oleh
kekuatan pihak-pihak tertentu.
Menurut Wolfenshon (1999) dan Wardani (2008) dalam Surenggono (2009)
secara umum ada 5 prinsip utama GCG yaitu: (1) Fairness (kewajaran), (2)
Transparency (keterbukaan informasi), (3) Accountability (dapat
dipertanggungjawabkan), (4) Responbility (pertanggungjawaban), (5) Independency
(independen).
Dari beberapa pengertian yang ada dapat disimpulkan bahwa perusahaan
harus mengelola sumber dayanya secara efisien, efektif, ekonimis dan produktif
dengan menerapkan 5 prinsip dasar GCG dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan
menerapkan prinsip GCG dalam pengelolaan, praktik bisnis menjadi sehat dan
tentunya perusahaan pun akan mampu memberikan layanan yang bermutu.
14

2.1.3 Manfaat Corporate Governance


Peningkatan kinerja keuangan sangat berpengaruh bagi keberlangsungan
bisnis perusahaan terutama dalam menarik kepercayaan investor. Salah satu upaya
untuk meningkatkan kuantitas suatu perusahaan adalah dengan menerapkan Good
Corporate Governance (GCG).
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), 2008
dengan melaksanakan Corporate Governance, manfaat yang bisa dipetik antara lain:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan, meningkatkan efisiensi operasional
perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah karena faktor
kepercayaan yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus
akan meningkatkan shareholders’s value dan deviden.
Manfaat yang lain bagi perusahaan yang menerapkan GCG (Djatmiko, 2004
dalam Sandi, 2006) yaitu kepercayaan investor, mitra bisnis, ataupun kreditur
menjadi lebih lincah karena pembagian tugas serta kewenangan yang jelas, dan
perimbangan kekuatan diantara struktur internal perusahaan yakni direksi, komisaris,
komite audit, dan sebagainya. Dengan demikian, pengambilan keputusan menjadi
lebih akuntabel dan lebih berhati-hati demi sustainability perusahaan.
Manfaat yang diperoleh dengan adanya penerapan GCG dalam suatu
perusahaan (Surenggono, 2009), yaitu:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan
lebih baik, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada shareholder.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena faktor
kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus
akan meningkatkan shareholders value dan dividen khusus bagi BUMN akan
membantu penerimaan APBN terutama dari hasil privatisasi.
Menurut (Wolfenshon, 1999 dalam Surenggono, 2009) manfaat GCG ini
bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar
utama pendukung tumbuh kembangnya perusahaan sekaligus pilar pemenang era
persaingan global. Keberhasilan penerapan GCG juga memiliki prasyarat tersendiri.
Ada dua faktor yang memegang peranan yaitu faktor eksternal dan internal.
15

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari


penerapan GCG bagi perusahaan sangat menguntungkan terutama dalam
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang memang menjadi tujuan
perusahaan mengelola usaha dan para pemegang saham lebih tertarik atau lebih
mempercayai perusahaan yang memang sudah menerapkan GCG dibanding yang
belum menerapkannya.
2.1.4 Teori Good Corporate Governance (GCG)
1. Agency Theory
Dalam perekonomian modern, manajemen, dan pengelolaan perusahaan
semakin banyak dipisahkan dari kepemilikan perusahaan. Hal ini sejalan dengan
agency theory yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham)
menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional yang lebih
mengerti dalam menjalankan bisnis. Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan dari
kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan
yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya
perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional.
Teori ini muncul setelah fenomena terpisahnya kepemilikan perusahaan
dengan pengelolaan terdapat dimana-mana khususnya pada perusahaan-perusahaan
besar yang modern. Dalam hubungan agensi antara pemegang saham (principal)
dengan pengelola (agent) ini, teori agensi menunjuk adanya tiga unsur yang bisa
mengekang perilaku menyimpang pengelola yaitu: (1) bekerjanya pasar tenaga kerja
manajerial; (2) bekerjanya pasar modal; dan (3) bekerjanya pasar bagi keinginan
menguasai dan memiliki atau mendominasi kepemilikan perusahaan (market for
corporate control).
Teori keagenan (agency theory) merupakan hal dasar yang digunakan untuk
memahami konsep Corporate Governance. Teori keagenan ini dikembangkan oleh
Michael Johnson, yang memandang bahwa manajemen perusahaan (agents) akan
bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak
yang bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Teori keagenan dipandang lebih
luas karena teori ini dianggap lebih mencerminkan kenyataan yang ada (Dwi,
Hamzah, dan Hariyanti, 2018).
Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Uyun (2016) teori keagenan
menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara pemilik sebagai principal dan
manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan maka akan muncul
permasalahan agensi karena masing-masing pihak tersebut akan berusaha
memaksimalkan fungsi utilitasnya. (Qurrotul, 2016), Permasalahan atau konflik yang
terjadi antara agen dengan principal kemungkinan dikarenakan tindakan para
manajer agen yang tidak sesuai dengan kepentingan para pemilik (principal). Akan
tetapi, masalah keagenan ini dapat diminimumkan dengan cara menerapkan suatu
mekanisme monitoring yang efektif dalam pengelolaan perusahaan (corporate
16

governance mechanism) yang bertujuan untuk nyelaraskan berbagai kepentingan


antar pihak yang bersangkutan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan teori agensi adalah teori
yang menggambarkan pemilik perusahaan sebagai principal dan manajemen yang
menjalankan perusahaan sebagai agent. Hubungan agent dan principal
mengakibatkan permasalahan diantaranya terjadinya konflik kepentingan dimana
akibat adanya ketidaksamaan tujuan antara agent dan principal.
2.1.5 Mekanisme Corporate Governance
Dalam suatu pelaksanaa aktivitas perusahaan, prinsip GCG dituangkan dalam
suatu mekanisme dan mekanisme ini yang dibutuhkan agar aktivitas perusahaan
berjalan secara sehat dan sesuai dengan arah yang ditetapkan.
Walsh dan Seward (dalam Arifin, 2005) menyatakan bahwa terdapat 2
mekanisme untuk membantu menyamakan perbedaan kepentingan antara pemegang
saham dan manajer dalam rangka penerapan GCG, yaitu: (1) mekanisme
pengendalian internal perusahaan, dan (2) mekanisme pengendalian eksternal
berdasarkan pasar.
Struktur memiliki peran penting dalam implementasi mekanisme Corporate
Governance. Struktur berperan sebagai kerangka dasar tempat diletakkannya sistem
dalam penyusunan mekanisme Corporate Governance perusahaan. Struktur
Corporate Governance merupakan kerangka dasar manajemen perusahaan dalam
pendistribusian hak-hak dan tanggung jawab diantara organ-organ perusahaan
(dewan komisaris, direksi, dan RUPS/pemegang saham).
Arifin (2005) menjelaskan mekanisme pengendalian internal adalah
pengendalian perusahaan yang dilakukan dengan membuat seperangkat aturan yang
mengatur tentang mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return
maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Sedangkan Mekanisme
pengendalian eksternal adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan oleh pihak
diluar perusahaan misalnya pasar. Penelitian ini berfokus pada struktur pengendalian
internal perusahaan yang terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi.
Menurut Ahmad Daniri (2005) dalam Franita (2018:11) mekanisme good
corporate governance adalah suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang
digunakan oleh orga perusahaan (direksi, dewan komisaris, RUPS) guna memberikan
nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya,
berlandaskan peraturan dan perundangan dan norma yang berlaku.
Dengan demikian mekanisme Corporate Governance merupakan suatu
sistem yang berdasarkan pada aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara
para pelaku dalam suatu perusahaan ketika menjalankan peran dan tugasnya.
17

1. Proporsi Dewan Komisaris Independen


Dewan komisaris terdiri dari beberapa komisaris salah satunya komisaris
independen. Komisaris sebuah perusahaan diangkat oleh RUPS. Dalam
implementasinya dewan komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam
perusahaan.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) mendefinisikan
dewan komisaris sebagai mekanisme pengendalian internal tertinggi yang
bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberi
masukan kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG.
Pemahaman mengenai dewan komisaris juga dapat ditemui dalam Undang-
Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 Pasal 108 ayat (5) yang
menyebutkan bahwa bagi perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas, maka wajib
memiliki paling sedikitnya 2 (dua) anggota Dewan Komisaris. Pengawasan yang
dilakukan dewan komisaris bertujuan agar pihak manajemen dapat bekerja dengan
baik.
Dewan komisaris independen adalah dewan komisaris yang tidak terafiliasi
dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,
serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi
kepentingan perusahaan. Jadi komisaris independen merupakan komisaris yang tidak
ada hubungan keluarga atau hubungan bisnis dengan direksi maupun pemegang
saham. Karena tidak ada hubungan seperti itu, maka komisaris independen
diharapkan dapat bertindak objektif (KNKG, 2006).
Menurut Agoes dan Ardana (2014:110) komisaris dan direktur independen
adalah seseorang yang ditunjuk untuk mewakili pemegang saham independen
(pemegang saham minoritas) dan pihak yang ditunjuk tidak dalam kapasitas
mewakili pihak manapun dan semata-mata ditunjuk berdasarkan latar belakang
pengetahuan, pengalaman, dan keahlian profesional yang dimilikinya untuk
sepenuhnya menjalankan tugas demi kepentingan perusahaan.
Menurut Franita (2018:12) dewan komisaris merupakan inti dari corporate
governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,
mengawasi manajemen dalam mengelola perusahan, serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas. Dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan
perusahaan. Menurut Handayani (2018) rumus untuk menghitung proporsi dewan
komisaris independen adalah sebagai berikut:
Jumlah Dewan Komisaris Independen
x 100%
Total Dewan Komisaris

Dengan demikian dewan komisaris independen adalah dewan yang


bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan pelaksanaan dan kinerja
18

perusahaan. Serta memberikan masukan kepada direksi dan memastikan bahwa


perusahaan melaksanakan GCG.
2. Jumlah Dewan Direksi
Dalam mekanime Corporate Governance terdapat organ perusahaan dimana
salah satunya adalah dewan direksi yang perannya sangat penting dalam menentukan
strategi perusahaan secara jangka pendek maupun jangka panjang. Adanya dewan
direksi sebagai organ perusahaan sangat dibutuhkan guna memberikan nilai tambah
kepada pemegang saham secara berkesinambungan.
Dewan direksi merupakan suatu mekanisme corporate governance yang
bertugas untuk menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan
tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang (Wardhani, 2007 dalam
Helena dan Saifi, 2018). Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan
perusahaan agar dapat menghasilkan keuntungan (profitability) dan memastikan
kesinambungan usaha perusahaan. Fungsi pengelolaan perusahaan oleh direksi
mencakup lima tugas utama yaitu kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian
internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial (KNKG, 2006). Menurut Addiyah
dan Chariri (2014) rumus untuk menghitung ukuran dewan direksi adalah sebagai
berikut:

Jumlah Dewan Direksi = Jumlah Anggota Dewan Direksi

Dengan demikian dewan direksi merupakan salah satu indikator vital dalam
pelaksanaan corporate governance yang bertanggung jawab dalam manajemen
perusahaan. Dewan direksi memilki tugas untuk menentukan arah kebijakan dan
strategi sumber daya yang dimilki perusahaan, naik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang.
3. Jumlah Komite Audit
Komite audit meerupakan mekanisme corporate governance yang
diasumsikan mampu mengurangi masalah keagenan yang timbul dalam suatu
perusahaan. Kompetensi komite audit juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kondisi perusahaan.
Konsep Komite Audit pertama kali diperkenalkan oleh New York Stock
Exchange (NYSE) pada tahun 1939. Pada awal tahun 1970-an Komisi Sekuritas di
Amerika Serikat merekomendasikan perusahaan yang listing di bursa efek menyusun
komite audit yang terdiri dari non-executive directors dan pada tahun 1979 NYSE
menentukan persyaratan bahwa semua anggota komite audit haruslah dari kalangan
independen (Fulop, 2013).
Dalam keputusan Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 disebutkan bahwa
19

Komite Audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu Komisaris Independen yang


bertindak sebagai Ketua Komite Audit dan sekurang-kurangnya dua orang anggota
lain yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Vafeas (dalam Nugroho,
2014) menyatakan bahwa rata-rata jumlah komite audit yang ideal adalah 3-4 orang.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006), Komite
Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa:
1. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
2. Struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik.
3. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar
audit yang berlaku.
4. Tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.
Dalam pedoman GCG yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan
Corporate Governance (KNKCG), Komite Audit memproses calon auditor eksternal
termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris. Jumlah
anggota Komite Audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan
tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan
yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah,
perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang
produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang
mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, sekurang-kurangnya harus
membentuk Komite Audit. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen dan
anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan.
Salah seorang anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntasi dan atau
keuangan. Menurut Addiyah dan Chariri (2014) rumus untuk menghitung ukuran
komite audit adalah sebagai berikut:

Jumlah Komite Audit = Jumlah Anggota Komite Audit

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran komite audit adalah


anggota yang dibentuk oleh dewan komisaris guna membantu dewan komisaris
dalam menentukan laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan melaksanakan audit internal maupun eksternal.
2.2 Kinerja Keuangan
2.2.1 Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan
kecenderungan atau tren untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha,
dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan.
20

Menganalisis laporan keuangan berarti menilai kinerja perusahaan, baik secara


internal dari tahun ke tahun, maupun dibandingkan dengan perusahaan lain yang
berada dalam industri yang sama.
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya
dilakukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko
atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis laporan keuangan adalah metode
atau teknik analisis atas laporan keuangan yang berfungsi untuk mengkonversikan
data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi
yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam dengan teknik tertentu.
Analisis laporan keuangan menurut Harahap (2015:190) “menguraikan pos-
pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu
dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat”.
Menurut Kariyoto (2017:21) analisis laporan keuangan adalah suatu proses
yang dengan penuh pertimbangan dalam rangka untuk membantu mengevaluasi
posisi keuangan dan hasil aktivitas perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu,
dengan tujuan utama untuk menentukan perkiraan dan prediksi yang paling mungkin
mengenai kondisi dan performance perusahaan pada masa yang akan datang.
Menurut Kasmir (2014:104) rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan
angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka
dengan angka lainnya. Dengan demikian analisis rasio keuangan adalah kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada di dalam laporan keuangan dan sebagai
indikator keuangan yang sangat berperan penting. Selain itu analisis rasio bermanfaat
untuk memberikan informasi yang ada di dalam laporan keuangan yang
menunjukkan sebuah kondisi suatu perusahaan.
2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti, sehingga dapat dipahami dan
dimengerti oleh berbagai pihak, maka perlu dilakukan analisis terhadap laporan
keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan utama dari analisis laporan
keuangan adalah untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan yang
melibatkan laporan posisi keuangan dan laba rugi pada saat ini. Dengan mengetahui
posisi keuangan, serta dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, maka
akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan
sebelumnya atau tidak.
Wild (2014:11) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan diperlukan
dalam beberapa hal lain sebagai berikut:
1. Manajer
21

Analisis laporan keuangan memberikan petunjuk kepada manajer tentang


perubahan strategis dalam kegiatan operasional, investasi, dan pendanaan
perusahaan. Manajer juga menganalisis bisnis dan laporan keuangan perusahaan
pesaing untuk mengevaluasi profitabilitas dan resiko pesaing. Analisis tersebut
memungkinkan adanya perbandingan antar perusahaan untuk mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan relatif terhadap kompetitor, maupun sebagai tolak ukur kinerja.
2. Manajemen Keuangan
Manajer harus mengevaluasi dampak keputusan keuangan dan kebijakan
dividen terhadap nilai perusahaan. Analisis laporan keuangan membantu manajer
untuk menilai dampak keputusan keuangan terhadap profitabilitas di masa
mendatang maupun risikonya.
3. Direktur
Sebagai wakil pemegang saham terpilih, direktur bertanggung jawab untuk
melindungi kepentingan pemegang saham dengan mengawasi secara hati-hati
aktivitas perusahaan. Direktur dibantu analisis laporan keuangan untuk menunaikan
tanggung jawab untuk pengawasannya.
4. Regulator (Pembuat Peraturan)
Interal Revenue Service (IRS) menerapkan alat analisis laporan keuangan
untuk mengaudit laporan pajak dan memeriksa kewajaran jumlah yang dilaporkan.
5. Serikat Kerja
Teknik analisis laporan keuangan berguna bagi serikat kerja dalam negosiasi
tawar-menawar kolektif.
6. Pelanggan
Teknik analisis digunakan untuk menentukan profitabilitas pemasok
bersamaan dengan estimasi keuntungan pemasok dari transaksi yang saling
menguntungkan.
Sedangkan menurut Hery (2016:114) secara umum tujuan dari dilakukannya
analisis laporan keuangan adalah:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu, baik
aset, liabilitas, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai selama beberapa
periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang menjadi kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang menjadi keunggulan perushaan.
4. Untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan di masa
mendatang, khususnya yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat
ini.
22

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen.


6. Sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis, terutama mengenai hasil yang
telah dicapai.
Menurut Kariyoto (2017:22) tujuan analisis laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai bahan screening awal dalam memilih anternatif investasi atau merger.
2. Sebagai bahan forcasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa
mendatang.
3. Sebagai proses diagnostik terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau
msalah lainnya.
4. Sebagai bahan evaluasi terhadap manajemen.
5. Mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni,
terkaan dan intuisi.
6. Mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan
pada setiap proses pengambilan keputusan.
7. Memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-
pertimbangan.
Dengan demilkiam tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk mengetahui
kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu sehingga dapat terlihat
kelemahan-kelemahan yang menjadi kekurangan perusahaan dan kelebihan-
kelebihan yang menjadi keunggulan perusahaan.
2.2.3 Alat dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan informasi keuangan suatu perusahaan yang
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Untuk dapat memahami, mengetahui,
dan memprediksi kondisi keuangan suatu perusahaan perlu adanya analisis dan
dalam menganalisis laporan keuangan tersebut dibutuhkan teknik-teknik yang ada.
Menurut Wild (2014:34) terdapat lima alat analisis yang penting pada analisis
keuangan, yaitu:
1. Analisis Laporan Keuangan Komparatif (Comparative Financial Statement
Analysis)
Dilakukan dengan cara menelaah laporan posisi keuangan, laporan laba rugi,
atau laporan arus kas yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya.
Analisis ini meliputi penelaahan perubahan saldo tiap-tiap akun dari tahun ke tahun
atau selama beberapa tahun.
2. Analisis Laporan Keuangan Common Size
23

Analisis laporan keuangan common size merupakan pengetahuan atas


proporsi kelompok atau sub kelompok yang membentuk suatu pos tertentu
bermanfaat bagi analisis laporan keuangan.
3. Analisis Rasio (Ratio Analysis)
Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling
populer dan banyak digunakan. Namun, perannya sering disalahpahami dan sebagai
konsekuensinya, kepentingannya sering dilebih-lebihkan. Sebuah rasio menyatakan
hubungan matematis antara dua kuantitas. Misalnya rasio 200 terhadap 100
dinyatakan 2:1 atau cukup 2. Meskipun perhitungan rasio merupakan operasi
aritematika sederhana, interprestasinya lebih kompleks. Agar bermakna, sebuah rasio
harus mengacu pada hubungan ekonomis yang penting.
4. Analisis Arus Kas (Cash Flow Analysis)
Analisis arus kas digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi sumber dan
penggunaan dana. Analisis arus kas menyediakan pandangan tentang bagaimana
perusahaan memperoleh pendanaannya dan menggunakan sumber dayanya.
5. Valuasi
Valuasi merupakan hasil penting dari berbagai jenis analisis bisnis dan laporan
keuangan. Valuasi biasanya mengacu pada estimasi nilai intrinsik sebuah perusahaan
atau sahamnya.
Menurut Kawatu (2019:50) Analisis laporan keuangan memerlukan teknik
tertentu agar kegiatan analisis tersebut bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
Terdapat beberapa teknik analisis laporan keuangan, antara lain:
1. Analisis Varians (Selisih)
Analisis varians (selisih) pada umumnya digunakan untuk menganalisis
laporan realisasi anggaran, yaitu dilakukan dengan cara mengevaluasi selisih yang
terjadi antara anggaran dengan realisasi.
2. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan perbandingan antara dua angka yang
datanya diambil dari elemen laporan keuangan. Analisis rasio keuangan dapat
digunakan untuk menginterpretasikan perkembangan kinerja dari tahun ke tahun dan
membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis.
3. Analisis Pertumbuhan (Trend)
Analisis pertumbuhan atau tren dilakukkan untuk mengetahui kecenderungan
baik berupa kenaikan atau penurunan kinerja selama kurun waktu tertentu. Analisis
pertumbuhan ini penting untuk mengetahui sejarah perkembangan kinerja.
4. Analisis Regresi
24

Analisis regresi dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen


terhadap variabel dependen. Analisis regresi bermanfaat untuk riset kebijakan publik
yang hasilnya dapat diaplikasikan oleh pemerintah daerah.
5. Analisis Prediksi
Data laporan keuangan juga dapat digunakan untuk analisis prediksi atau
proyeksi. Misalnya untuk memprediksi pendapatan tahun depan dapat digunakan
data tahun ini dan beberapa tahun lalu sebagai dasar prediksi.
Sedangkan menurut Arifin (2007:31) terdapat empat teknik dalam analisis
laporan keuangan, yaitu:
1. Analisis Perbandingan
Analisis perbandingan dilakukan berdasarkan laporan keuangan yang disusun
secara horizontal dan dibandingkan antara pos yang satu dengan pos lain dalam
rupiah maupun unit.
2. Angka Indeks dan Trend
Analisis laporan keuangan dengan teknik angka indeks disusun berdasarkan
laporan keuangan beberapa periode. Teknik analisis trend digunakan untuk
memproyeksi keuangan perusahaan berdasarkan data historis laporan keuangan
beberapa periode.
3. Common Size
Teknik common-size menggunakan pola atau teknik penyederhanaan angka
dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dengan teknik ini memerlukan
angka dasar sebagai dasar perhitungan konversi.
4. Analisis Rasio
Teknik analisis rasio dilakukan dengan membandingkan data laporan
keuangan dalam pos keuangan yang relevan dan signifikan.
Dengan demikian alat dan teknik analisis laporan keuangan adalah salah satu
cara yang digunakan dalam menganalisis suatu laporan keuangan guna mengetahui
atau memprediksi kondisi keungan suatu perusahaan yang melibatkan laporan posisi
keuangan.
2.2.4 Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap
kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada
umumnya lebih banyak tertarik kepada kondisi keuangan jangka pendek dan
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai. Informasi tersebut
dapat diketahui dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan menghitung rasio-
rasio keuangan yang sesuai dengan keinginan.
25

Menurut Wild (2014:40) analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat
analisis keuangan yang paling populer dan banyak digunakan. Sebuah rasio
menyatakan hubungan matematis antara dua kuantitas. Menurut Freddy (2006:69)
analisis rasio keuangan merupakan teknik untuk mengetahui secara cepat kinerja
keuangan perusahaan. Dengan bertujuan untuk mengevaluasi situasi yang terjadi saat
ini dan memprediksi kondisi keuangan masa yang akan datang.
Menurut Munawir (2010) dalam dewi (2017) analisis rasio keuangan adalah
analisis yang menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain, dan menggunakan alat analisa berupa rasio yang
dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau
buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio
tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai
standar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah
proses analisis yang sering digunakan dengan menggunakan beberapa rasio keuangan
yang dibutuhkan. Hasil analisis rasio keuangan pun bertujuan untuk mengetahui
kondisi perusahaan di masa yang akan datang.
2.2.5 Return on Assets
2.2.5.1 Pengertian Return on Assets
Rasio Return on Asset dinilai terpenting di antara rasio profitabilitas yang
ada, karena rasio Return on Asset dapat melihat kemampuan perusahaan
menghasilkan laba nya dengan aset yang dimiliki, semakin baik pengembalian atas
aset maka semakin baik pula kinerja perusahaan.
Return on Asset menurut Sutrisno (2012), bahwa: “Return on Asset sering
juga disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal
ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT.”
Menurut Hanafi dan Halim (2016) Analisis Return on Asset mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang
dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset
tersebut. Asset yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan yang diperoleh
dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi
aset perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Return on Asset digunakan untuk mengukur seberapa efektif dan efisien
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan,
semakin besar Return on Asset semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset. Selain
itu juga, dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih
mementingkan penilaian Return on Asset daripada Return on Equity karena Bank
Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan
aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga
26

Return on Asset lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan


Dendawijaya (2009).
Menurut Bank Indonesia (SE BI No. 10/46/Dint. 2008) Return on Asset
merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (earning) yang
didapatkan oleh manajemen atas total asset yang dimiliki.
Berdasarkan Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011,
rasio Return on Asset dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut
Widiyanto (2015) .

Laba Sebelum Pajak


ROA =
Total Aset

Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP

Keterangan :
Laba sebelum pajak adalah laba sebagaimana tercatat dalam laba rugi Bank tahun
berjalan yang disetahunkan.
Contoh : Untuk posisi bulan Juni akumulasi laba perposisi Juni dihitung dengan
cara dibagi 6 dan dikalikan dengan 12.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Return on Asset (ROA)


adalah salah satu rasio profitabilitas keuangan yang dapat mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang dimiliki perusahaan.

2.2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return on Assets


Menurut Kasmir (2012) dalam Riadi (2017), menjelaskan bahwa “yang
mempengaruhi Return on Asset adalah hasil pengembalian atas investasi atau yang
disebut sebagai Return on Asset dipengaruhi margin laba bersih dan perputaran total
aset karena apabila Return on Asset rendah itu disebabkan oleh rendahnya margin
laba yang diakibatkan oleh rendahnya margin laba bersih yang diakibatkan oleh
rendahnya perputaran total aset”. Menurut Munawir (2007) dalam Riadi (2017),
besarnya Return on Asset dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1. Marjin Laba Bersih
Marjin laba bersih merupakan rasio antara laba bersih yaitu penjualan setelah
dikurangi seluruh beban termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. maka
Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu perusahaan
(Harijito A. dan Martono, 2014).
Net profit margin atau marjin laba bersih merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya persentasi laba bersih atas penjualan bersih. Rasio ini
dihitung dengan membagi laba bersih terhadap penjualan bersih net profit
margin (Hery, 2015).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa net profit margin merupakan hubungan antara
laba bersih setelah pajak dengan pejualan menunjukkan kemampuan manajemen
dalam menjalankan perusahaan sampai cukup berhasil dalam memulihkan atau
27

mengendalikan harga pokok barang dagangan/jasa, beban operasi, penyusutan,


bunga pinjaman dan pajak.
2. Perputaran Total Aktiva
Perputaran total aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. (Kasmir, 2016)

2.2.5.3 Kriteria Penilaian Return on Asset


Sesuai dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yakni SE
No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, ketentuan untuk Return on Asset
minimal ideal bagi bank adalah 1,5%. Artinya bahwa jika bank memperoleh
keuntungan dibawah nilai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia maka bank tersebut
dinyatakan masih belum optimal dalam mengelola asetnya (Dasih,2014).
Berdasarkan matriks penilaian tingkat rasio Return on Asset menurut Bank
Indonesia adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1
Matriks Kriteria Penilaian Tingkat ROA
Ranking Ratio Predikat
1 ROA > 1,5% Sangat Baik
2 1,25% < ROA ≤ 1,5% Baik
3 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup
4 0% < ROA ≤ 0,5% Tidak Baik
5 0 < ROA ≤ 0,5% Sangat Tidak Baik
Sumber : Kodifikasi Penilaian Kesehatan Bank tahun 2012

2.3 Penelitian Sebelumnya dan Kerangka Pemikiran


2.3.1 Penelitian Sebelumnya
Beberapa peneliti sebelumnya telah mencoba mengungkapkan pengaruh
penerapan GCG terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian-penelitian tersebut
diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2.2
Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Variabel Indikator Hasil Publikasi
. Penulis
1 Dita Pengaruh Good Variabel 1. Hasil penelitian Skripsi
Paradita Corporate Independen :  Skor ini Universitas
(2009) Governance Penerapan Penerapan menunjukkan Sumatera
Terhadap Good GCG bahwa secara Utara
28

No Nama Judul Variabel Indikator Hasil Publikasi


. Penulis
Kinerja Corporate (CGPI) parsial GCG
Keuangan Pada Governance tidak
Perusahaan berpengaruh
Yang Variabel  Return On terhadap ROI,
Termasuk dependen : Investement ROE, NPM
Kelompok Kinerja (ROI) karena
Sepuluh Besar Keuangan  Return On penerapan GCG
Menurut Perusahaan Equity berpengaruh
Corporate (ROE) negatif terhadap
Governance  Net Profit kinerja
Perception Margin keuangan.
(NPM) 2. Secara simultan
penerapan GCG
tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan.
2 Ika Pengaruh Variabel 1. Hasil penelitian Jurnal
Surya Corporate Independen:  ukuran Akuntansi
Martsil Governance Corporate menunjukan Volume 2,
a dan Terhadap Governance dewan bahwa secara Nomor 4
Wahyu Kinerja komisaris Universitas
parsial ukiran
Meirant Keuangan Diponegoro
independen dewan
o Perusahaan
(2013)  ukuran berpengaruh
dewan positif
komisaris signifikan
 kepemilikan terhadap ROA,
manajerial sedangkan
 konsentrasi terhadap PER
kepemilikan berpengaruh
Variabel negative
Dependen:
Kinerja  leverage signifikan.
keuangan  Return on Konsentrasi
Asset kepemilikan
(ROA) berpengaruh
 Return on positif
Equity signifikan
(ROE) terhadap ROA
 Price maupun ROE
Earning dan
Ratio (PER) berpengaruh
 Tobins’Q negative
signifikan
terhadap PER.
Leverage
berpengaruh
negative dan
signifikan
29

No Nama Judul Variabel Indikator Hasil Publikasi


. Penulis
terhadap ROA,
PER dan
Tobin’Q.
2. secara simultan
kinerja
keuangan yang
diproksikan
dengan ROA,
ROE, PER
maupun
Tobins’Q
berpengaruh
positif dan
signifikan
antara ukuran
perusahaan
dengan kinerja
keuangan.
3 Tanggu Pengaruh Good Variabel  Ukuran 1. Hasil penelitian Skripsi
h Corporate Independen: Dewan menunjukkan Universitas
Wicaks Governance Good Direksi, bahwa secara Diponegoro
ono Terhadap Corporate  Ukuran parsial dewan
(2014) Profitabilitas Governance Dewan direksi
Perusahaan Komisari berpengaruh
(Study Empiris s positif namun
pada Variabel tidak signifikan
Perusahaan Dependen: terhadap ROE
Peserta GCGPI Profitabilitas  Ukuran dan komite
Tahun 2012). Perusahaan Komite audit
Audit berpengaruh
 Return positif namun
On tidak signifikan
Equity terhadap ROE
(ROE) serta dewan
komisaris
berpengaruh
negative namun
tidak signifikan
terhadap ROE.
2. Secara simultan
menunjukkan
GCG tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas
perusahaan
4 Alina Pengaruh Variabel 1. Hasil penelitian Jurnal
Addiya Penerapan Independen :  ukuran Akuntansi
h dan Corporate menunjukkan Volume 3,
1. Corporate dewan
30

No Nama Judul Variabel Indikator Hasil Publikasi


. Penulis
Anis Governance Governance komisari bahwa secara Nomor 4,
Chariri Terhadap s tahun 2014
(2014) Kinerja parsial ukuran Universitas
 ukuran
Keuangan dewan Diponegoro
dewan
Perbankan
direksi komisaris dan
(Studi Pada
Perusahaan 2. ukuran ukuran
Perbankan perusahaan  ukuran perusahaan
Yang Terdaftar perusaha
di Bursa Efek tidak
a
Indonesia berpengaruh
(BEI) Tahun Variabel signifikan
2010-2012) Dependen :
terhadap kinerja
Kinerja
Keuangan keuangan yang
Perbankan  Cash
diproksikan
Flow
Return dengan
on Assets (CFROA),
(CFROA tetapi ukuran
) dewan direksi
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap kinerja
keuangan yang
di proksikan
dengan
(CFROA)
2. secara simultan
ukuran dewan
komisaris,
ukuran dewan
direksi, dan
ukuran
perusahaan
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap kinerja
keuangan
(CFROA)
5 Ardhi Pengaruh Variabel 1. Hasil penelitian Jurnal
Abdilla Penerapan Independen: administras
h, Good  Disclosu menunjukkan i bisnis
Good
Suhada Corporate re bahwa secara Vol. 25 No.
k, dan Governance Corpoprate 2 Agustus
 Komposi parsial
Ahmad Terhadap Governanc 2015
Husaini Kinerja si dewan komposisi Universitas
e
(2015) Keuangan komisari dewan Brawijaya
(Studi Pada
Perusahaan s komisaris
31

No Nama Judul Variabel Indikator Hasil Publikasi


. Penulis
Publik Variabel independ independen
Pemenang dependen:
Annual Report Kinerja en berpengaruh
Periode Award Keuangan negative
2010-2012
signifikan
Yang Terdaftar
Di Bursa Efek terhadap ROA,
Indonesia  Return disclosure tidak
on Assets berpengaruh
(ROA) terhadap ROA,
 Return komposisi
on dewan
Equity komisaris
(ROE) independen
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap ROE,
disclosure
berpengaruh
negative
signifikan
terhadap ROE.
2. secara simultan
komposisi
dewan
komisaris
independen dan
disclosure
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA
dan ROE.
6 Imas Pengaruh Variabel Hasil penelitian Skripsi
Kusum Dewan Independen : menunjukkan Universitas
andari Komisaris, 1. Dewan  Dewan bahwa ukuran Islam
(2016) Dewan Direksi, Komisaris Komisari dewan komisaris Indonesia
Komite Audit, 2. Dewan s dan ukuran dewan
Kepemilikan Direksi  Dewan direksi
Perusahaan 3. Komite Direksi berpengaruh
Lain dan Audit  Komite positif terhadap
Kepemilikan 4. Kepemilika Audit profitabilitas,
Manajerial n  Kepemili ukuran komite
Terhadap Perusahaan kan audit tidak
Profitabilitas Lain Perusaha berpengaruh
Perbankan 5. Kepemilika an Lain signifikan terhadap
yang Terdaftar n  Kepemili ROA, kepemilikan
di Bursa Efek Manajerial kan perusahaan lain
Indonesia Manajeri berpengaruh
32

No Nama Judul Variabel Indikator Hasil Publikasi


. Penulis
Tahun 2011- l negative signifikan
2015 Variabel terhadap ROA, dan
Dependen : kepemilikan
Profitabilitas manajerial tidak
 Return mempunyai
on Assets pengaruh terhadap
(ROA) ROA.

7 Agung Pengaruh Variabel 1. Hasil penelitian Jurnal


Santoso Corporate Independen:  proporsi akuntansi
Putra Governance Corporate menunjukkan bisnis Vol.
dewan
dan Terhadap Governance bahwa secara 47 No. 1
komisari
Nila Profitabilitas Juni 2017
s parsial proporsi
Firdausi (Studi Pada Universitas
Nuzula Perusahaan independ dewan Brawijaya
(2017) Perbankan en komisaris
Yang Terdaftar  komite
Di Bursa Efek independen
audit
Indonesia tidak memiliki
Periode 2013-  kepemili
kan pengaruh yang
2015)
manajeri signifikan
al terhadap ROE
 kepemili
dan ROA.
kan
institusio Komite audit
Variabel
nal tidak memiliki
Dependen:
Profitabilitas pengaruh
 Return signifikan
on Assets
terhadap ROE
(ROA)
dan ROA.
 Return
on Kepemilikan
Equity manajerial tidak
(ROE) memilki
pengaruh
signifikan
terhadap ROE
dan ROA.
Kepemilikan
institusional
memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap ROA
dan ROA.
2. secara simultan
proporsi dewan
komisaris
independen,
komite audit,
33

No Nama Judul Variabel Indikator Hasil Publikasi


. Penulis
kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan
institusional
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA
namun tidak
terhadap ROE.
8 Dewi Pengaruh Variabel 1. Hasil dalam Skripsi
Meila Penerapan Independen:  Dewan penelitian ini Universitas
Sari Good 1. Good komisari menunjukkan Pakuan
(2018) Corporate Corporate a bahwa secara
Governance Governance Independ parsial dewan
Dan Ukuran en komisaris
Perusahaan  Dewan independen
Terhadap Direksi berpengaruh
Kinerja  Komite negative dan
Keuangan 2. Ukuran Audit signifikan
Perbankan Perusahaan terhadap kinerja
Yang Terdaftar  Ukuran keuangan,
Di Bursa Efek perusaha dewan direksi
Indonesia Variabel a berpengaruh
Periode 2011- Dependen: positif dan
2015 Kinerja signifikan
Keuangan terhadap kinerja
Perbankan keuangan,
 Return
sedangkan
On
komite audit
Assets
dan ukuran
(ROA)
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan
perbanka
2. Secara parsial
dewan
komisaris
independen
,dewan direksi,
komite audit
dan ukuran
perusahaan
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap kinerja
keuangan
perbankan.
9 Ratih Pengaruh Variabel 1. Hasil penelitian Skripsi
Pratiwi Penerapan Independen:  Ukuran menunjukan Universitas
34

No Nama Judul Variabel Indikator Hasil Publikasi


. Penulis
Alamsy Good Good Dewan bahwa secara Pakuan
ah Corporate Corporate Komisari parsial ukuran
(2018) Governance Governance s dewan
Terhadap  Ukuran komisaris tidak
Kinerja Dewan berpengaruh
Keuangan Direksi terhadap kinerja
Perusahaan  Ukuran keuangan
Perbankan Go Komite perbankan,
Public Yang Variabel Audit ukuran dewan
Terdaftar Di Dependen: direksi
BEI Periode Kinerja  Return berpengaruh
2012-2016 Keuangan On terhadap kinerja
Perusahaan Assets keuangan
Perbankan (ROA) perbankan,
ukuran komite
audit
berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan
perbankan.
2. secara simultan
ukuran dewan
direksi, ukuran
dewan
komisaris, dan
ukuran komite
audit
berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan
perbankan
10 Erpan Pengaruh Variabel 1. Hasil penelitian Skripsi
Juliansa Penerapan Independen:  Dewan menunjukan Universitas
h Good Good Direksi bahwa secara Pakuan
(2019) Corporate Corporate  Dewan parsial, dewan
Governance Governance Komisari direksi, dewan
Terhadap s komisaris, dan
Return On  Komite komite audit
Equity (ROE) Variabel Audit memiliki
Pada Dependen: pengaruh yang
Perusahaan Return On signifikan
Manufaktur Equity (ROE)  Return dalam
Otomotif Dan On memprediksi
Komponen Equity ROE.
Yang Terdaftar (ROE) 2. Dewan direksi,
Di Bursa Efek dewan
Indonesia komisaris, dan
Periode 2013- komite audit
2017 secara simultan
(bersama-sama)
juga
berpengaruh
signifikan
dalam
35

No Nama Judul Variabel Indikator Hasil Publikasi


. Penulis
memprediksi
ROE.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian Martsila dan Meiranto


(2013), Putra dan Nuzula (2017), dan Sari (2018) berupa variabel independen yang
menggunakan dewan komisaris independen dan penelitian Kusumandari (2016),
Martsila dan Meiranto (2013), Addiyah dan Chariri (2014), Wicaksono (2014),
Abdillah, Suhadak, dan Husaini (2015), Putra dan Nuzula (2017), Sari (2018), dan
Juliansah (2019) menggunakan jumlah dewan direksi dan jumlah komite audit.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan Kusumandari (2016), Martsila dan
Meiranto (2013), Abdillah, Suhadak, dan Husaini (2015), Putra dan Nuzula (2017),
Sari (2018), dan Alamsyah (2018) berupa variabel dependen yaitu menggunakan
rasio profitabilitas yang diproksikan dalam Return on Assets.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan Kusumandari (2016), Martsila dan
Meiranto (2013), Addiyah dan Chariri (2014), Wicaksono (2014), Abdillah,
Suhadak, dan Husaini (2015), Putra dan Nuzula (2017), Alamsyah (2018), dan
Juliansah (2019) berupa variabel independen yang menggunakan ukuran dewan
komisaris, ukuran dewan direksi indpenden, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, konsentrasi kepemilikan, Leverage, proporsi dewan direksi independen,
ukuran perusahaan, dan disclosure, kepemilikan perusahaan lain. Dan memiliki
perbedaan dengan Dita (2009) berupa variabel independen yaitu menggunakan skor
penerapan GCG (CGPI). Kemudian memiliki perbedaan dengan Paradita (2009),
Martsila dan Meiranto (2013), Addiyah dan Chariri (2014), Wicaksono (2014),
Abdillah, Suhadak, dan Husaini (2015), dan Juliansah (2019) berupa variabel
dependen yang menggunakan ROE (Return on Equity) ROI (Return on Investement),
EPS (Earning Per Share), NPM (Net Profit Margin), Tobins’Q, dan Cash Flow
Return on Assets (CFROA), PER (Price Earning Ratio)
2.3.2 Kerangka Pemikiran
Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu prinsip yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk mencapai keberhasilan usaha dan menciptakan
nilai tambah bagi semua stakeholder dengan melibatkan dewan komisaris, dewan
direksi, dan komite audit sebagai organ terpenting dalam penerapan GCG atau tata
kelola yang baik dan diharapkan akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pada
perusahaan sehingga terjadi peningkatan pada kinerja peusahaan.
1. Pengaruh GCG Yang Diproksikan Dengan Proporsi Dewan Komisaris
Independen Terhadap Kinerja keuangan Yang Diproksikan Dengan ROA
Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi
serta memastikan bahwa perusahaan melakukan GCG. Dalton (1999) dalam Brayen
36

(2015) menjelaskan bahwa semakin tinggi dewan komisaris di dalam perusahaan


maka semakin baik karena semakin banyak yang memonitor tingkah laku
manajemen sehingga akan selalu bertindak sesuai dengan keinginan pemegang
saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Martsila dan Meiranto (2013) menghasilkan
bahwa jumlah dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hal ini
disebabkan karena adanya peningkatan jumlah dewan komisaris menyebabkan
adanya pengawasan yang lebih ketat terhadap pihak manajer, sehingga pihak manajer
lebih giat dalam meningkatkan performa badan usaha dan kemungkinan
penyelewengan terhadap sumber daya badan usaha rendah.
H1 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Pengaruh GCG Yang Diproksikan Dengan Jumlah Dewan Direksi Terhadap
Kinerja Keuangan Yang Diproksikan Dengan ROA
Dewan direksi memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan
yang bertugas untuk menentukan arah kebijakan dan strategi sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang dan
bertanggung jawab penuh terhadap kepentingan perusahaan. Dengan adanya dewan
direksi yang berperan dalam operasional perusahaan, maka akan meningkatkan
kinerja perusahaan yang akan terlihat dari kinerja keuangan perusahaan. Juliansah
(2019) menyebutkan bahwa banyak penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki dewan yang besar tidak bisa melakukan koordinasi,
komunikasi, dan pengambilan keputusan yang lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki dewan yang lebih kecil.
Penelitian yang dilakukan Kusumandari (2016) jumlah anggota Dewan
Direksi terbukti mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.
Semakin banyak anggota Dewan Direksi, maka semakin tinggi profitabilitas. Dan
sebaliknya, semakin sedikit anggota Dewan Direksi, maka akan semakin rendah
profitabilitas.
H2 : Jumlah dewan Direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Pengaruh GCG Yang Diproksikan Dengan Jumlah Komite Audit Terhadap
Kinerja Keuangan Yang Diproksikan Dengan ROA
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh komisaris untuk
melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit diukur dengan
menghitung jumlah anggota komite audit yang ada dalam perusahaan. Komite audit
bertugas untuk mengawasi dan menjembatani hubungan auditor internal dan
eksternal sehingga pelaporan keuangn perusahaan dapat sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Menurut Kusumandari (2016) Komite Audit bertugas membantu
37

Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa: laporan keuangan disajikan secara


wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian
internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaanaudit internal maupun
eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku. Menurut
(Istighfarin dan Putu (2015) dalam Kusumandari (2016) ) komite audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
H3 : Jumlah komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Proporsi Dewan
Komisaris Independen
(X1) H1

Kinerja Keuangan
Rasio Profitabilitas
H2
Jumlah Dewan Direksi Return on Asset
(X2) (ROA)
H3
(Y)

Jumlah Komite Audit


(X3)

H4

Gambar 2.1
Konstelasi Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat masih sementara terhadap
suatu permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul.
Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada
teori. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
H1: Proporsi dewan komisaris Independen berpengaruh positif terhadap kinerja
38

keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


Periode 2015-2018.
H2: Jumlah dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018.
H3: Jumlah komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018.
H4: Proporsi dewan komisaris independen, Jumlah dewan direksi, dan Jumlah
komite audit secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode2015-2018
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah verifikatif, yaitu untuk menguji suatu
teori atau hasil penelitian sebelumnya, sehingga dapat memperkuat hasil baru dari
teori dengan penelitian sebelumnya. Dan dengan menggunakan metode penelitian
explanatory survey, yaitu untuk menguji hipotesis yang menjelaskan fenomena dan
kesenjangan dalam bentuk hubungan antar dua variabel atau lebih. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antar variabel
yang hendak diteliti dengan dukungan studi kepustakaan sehingga lebih memperkuat
analisa penulis dalam membuat suatu kesimpulan.
3.2 Objek, Unit Analisis, dan Lokasi Penelitian
Objek penelitian adalah variabel yang diteliti yang terdapat dalam tema atau
judul penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Good Corporate
Governance (GCG) yang diproksikan dengan proporsi dewan komisaris independen,
jumlah dewan direksi, dan jumlah komite audit sebagai variabel independen dan
Return on Assets (ROA) sebagai variabel dependen.
Unit analisis adalah tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian.
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah organization, yaitu sumber
data yang unit analisisnya merupakan respon organisasi dengan sumber data yang
diperoleh dari perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Lokasi penelitian adalah tempat variabel-variabel penelitian dianalisis seperti
organisasi, perusahaan, instansi, atau daerah tertentu. Lokasi penelitian dalam
penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2015-2018.
3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu
data mengenai jumlah, tingkatan, perbandingan, volume, yang berupa angka-angka
dan menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung, tetapi diperoleh dari penyedia data. Sumber data yang diperoleh berupa
laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia

3.4 Operasionalisasi Variabel


Untuk memudahkan proses analisis, maka terlebih dahulu penulis
mengklasifikasikan variabel penelitian ke dalam dua kelompok, yaitu:

39
40

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)


Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau memberikan
pengaruh terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independen adalah penerapan GCG yang diproksikan dengan proporsi dewan
komisaris independen, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit.
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel
independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah rasio
profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA).
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2015-2018
Variabel Indikator Ukuran Skala

Variabel Independen

Proporsi Dewan
Jumlah Dewan Komisaris Independen x 100%
Komisaris
Independen Rasio
Total Dewan Komisaris
(X1)
Good
Jumlah Dewan
Corporate
Direksi
Governan Jumlah anggota dewan direksi = Ʃ dewan direksi Rasio
(X2)
ce
Jumlah Komite
(GCG)
Audit
Jumlah anggota Komite Audit = Ʃ Komite Audit Rasio
(X3)

Variabel Dependen

Return on Assets
(ROA)
Kinerja Laba Bersih Sebelum Pajak x 100
Rasio
Keuangan
(Y)
Total Aset

3.5 Metode Penarikan Sampel


Dalam penelitian ini populasi perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
pada tahun 2015-2018 yaitu sebanyak 43 perusahaan. Metode penarikan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling, artinya teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Berikut ini kriteria pemilihan
sampel:
41

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama lima tahun
berturut-turut yaitu tahun 2015-2018.
2. Perusahaan perbankan yang mempublikasikan secara lengkap laporan keuangan
di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2018.
3. Perusahaan perbankan yang mengungkapkan data mengenai Dewan Komisaris,
Dewan Direksi, dan Komite Audit selama tahun 2015-2018.
4. Perusahaan yang termasuk kedalam “ Indonesian Institute for Corporate
Directorship (IICD) Corporate Governance (CG) Conference & Award For
Top Biggest Market Cap and Mid Cap of Public Listed Companies in
Indonesia” selama tahun 2015-2018.
5. Perusahaan yang mengalami laba atau tidak mengalami kerugian selama periode
yang diteliti yaitu pada 2015-2018.
6. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan dalam Jutaan Rupiah (Rp) per 31
Desember setiap tahunnya serta memiliki data keuangan yang lengkap terutama
tentang variabel yang diteliti.

Tabel 3.2
Populasi Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2018

Kode Kriteria
Nama Emiten
Saham
1 2 3 4 5 6
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga
AGRO
Tbk      
AGRS Bank IBK Indonesia Tbk
     
ARTO Bank Artos Indonesia Tbk
     
BABP Bank MNC Internasional Tbk
     
BACA Bank Capital Indonesia Tbk
     
BBCA Bank Central Asia Tbk
     
BBHI Bank Harda Internasional Tbk
     
BBKP Bank Bukopin Tbk
     
BBMD Bank Mestika Dharma Tbk
     
BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
     
BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk
     
BBRI Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
     
BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
     
42

Kode Kriteria
Nama Emiten
Saham
1 2 3 4 5 6
BBYB Bank Yudha Bhakti Tbk
     
BCIC Bank J Trust Indonesia Tbk
     
BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
     
Bank Pembangunan Daerah Banten
BEKS
Tbk      
BGTB Bank Ganesha Tbk
     
BINA Bank Ina Perdana Tbk
     
Bank Pembangunan Daerah Jawa
BJBR
Barat dan Banten Tbk      
Bank Pembangunan Daerah Jawa
BJTM
Timur Tbk      
BKSW Bank GNB Indonesia Tbk
     
BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk
     
BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
     
BNBA Bank Bumi Arta Tbk
     
BNGA Bank CIMB Niaga, Tbk
     
BNII Bank Maybank Indonesia Tbk
     
BNLI Bank Permata Tbk
     
BSIM Bank Sinar Mas Tbk
     
BSWD Bank of India Indonesia Tbk
     
Bank Tabungan Pensiunan Nasional
BTPN
Tbk      
BVIC Bank Victoria Intrnasional Tbk
     
DNAR Bank Oke Indonesia Tbk
     
INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk
     
MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk
     
Bank China Construction Bank
MCOR
Indonesia Tbk      
MEGA Bank Mega Tbk
     
NAGA Bank Mitraniaga Tbk
     
43

Kode Kriteria
Nama Emiten
Saham
1 2 3 4 5 6
NISP OCBC NISP Tbk
     
NOBU Bank Nationalnobu Tbk
     
PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
     
PNBS Bank Panin Syariah Tbk
     
Bank Woori Saudara Indonesia 1906
SDRA
Tbk      
Sumber: Data sekunder, diolah 2020
Berdasarkan pertimbangan sampel yang telah ditentukan di atas, didapatkan
sampel penelitian sebanyak 14 perusahaan, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.3
Perusahaan Perbankan Yang Menjadi Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan Tanggal Listing di
Perusahaan BEI
1 BBCA Bank Central Asia Tbk 31 Mei 2000
2 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 25 November 1996
3 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 November 2003
4 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17 Desember 2009
5 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14 Juli 2003
6 NISP OCBC NISP Tbk 20 Oktober 1994
29 November
7 BNGA Bank CIMB Niaga, Tbk
1989
8 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 12 Maret 2008
29 Desember
9 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
1982
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
10 BJBR 08 Juli 2010
Banten Tbk
11 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk 12 Juli 2012
21 November
12 BNII Bank Maybank Indonesia Tbk
1989
06 Desember
13 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
1989
15 Desember
14 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk
2006
Sumber: data sekunder diolah 2020

3.6 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dengan cara mendownload. Data yang digunakan dalam penelitian ini
44

merupakan data-data yang bersumber dari laporan keuangan dan laporan tahunan
(annual report) perusahaan perbankan dengan mengunduh dari situs
www.idnfinancial.com. Pengumpulan data lainnya didapat dengan mebaca buku,
jurnal-jurnal yang terkait dengan penelitian sehingga memperkuat teori yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3.7 Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu metode yang digunakan untuk
memproses variabel-variabel yang ada sehingga menghasilkan suatu hasil penelitian
yang berguna dan memperoleh suatu kesimpulan. Pada penelitian ini penulis
menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik pengelolaan data
menggunakan statistik deskriptif. Pada penelitian ini penulis menggunakan program
SPSS 25 sebagai alat untuk meguji data. Analisis data pada penelitian ini sebagai
berikut:
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai minimum (min), nilai maksimum (max), nilai rata-rata (mean), dan
standar deviasi mengenai variabel independen dan dependen yang dijabarkan dalam
bentuk statistik (Ghozali, 2016).
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah data yang telah
dikumpulkan oleh peneliti memiliki kualitas yang baik. Uji asumsi klasik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Jika data yang telah dikumpulkan sudah
memenuhi seluruh kriteria asumsi klasik, maka data yang ada termasuk dalam
kategori data yang baik (Ghozali, 2016).
3.7.2.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel independen dan variabel dependen keduanya memiliki distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati
normal. Seperti diketahui bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil. Pengujian normalitas data dilakukan dengan
menggunakan metode analisis Kolmogorov-Smirnov.
3.7.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Salah satu cara
untuk mengetahui ada/tidaknya multikolinearitas ini adalah dengan menggunakan
45

Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/tolerance) (Ghozali, 2013). Kriteria
pengambilan keputusan dengan nilai tolerance dan VIF adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10, berarti terjadi multikolinearitas
2. Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10, berarti tidak terjadi
multikolinearitas
3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2016).
3.7.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara
variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode
sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Untuk
mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi maka dalam
penelitian ini digunakan run test. Run test merupakan bagian dari statistik non-
parametik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat
korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test
digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak
(sistematis). Dengan hipotesis dasar di atas, maka dasar pengambilan keputusan uji
statistik dengan run test adalah:
1. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Hal ini berarti data residual terjadi secara tidak random (sistematis).
2. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih dari 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Hal ini berarti data residual terjadi secara random (acak).
3.7.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel dependen (Darmadi, 2013). Pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi linear berganda
sebagai berikut (Juliansah, 2019):

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε


46

Keterangan:
Y : Kinerja Keuangan (ROA)
α : Konstanta
β1, β2, β3 : Koefisien Regresi
X1 : Proporsi Dewan Komisaris Independen
X2 : Dewan Direksi
X3 : Komite Audit
e : Residual (standar eror)
3.7.4 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menyatakan hubungan antara variabel
dependen, yaitu Y (ROA) dengan variabel independen, yaitu X (Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Dewan Direksi, Komite Audit).
3.7.4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian signifikansi parameter individual ini digunakan untuk mengetahui
apakah variabel bebas secara individual mempengaruhi variabel terikat dengan
asumsi variabel independen lainnya konstan (Ghozali, 2016). Kriteria pengujian
hipotesis adalah seperti berikut ini:
1. Ha ditolak
Yaitu apabila nilai signifikan t > 0,05 atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai α
0,05 berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
2. Ha diterima
Yaitu apabila nilai signifikan t < 0,05 atau bila nilai signifikansi kurang dari atau
sama dengan nilai α 0,05 berarti variabel independen secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.7.4.2 Uji Kelayakan Model (Uji Statistik F)
F-test digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama
sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2016). Kriteria pengujiannya
(Uji-F) adalah sebagai berikut:
1. Ha ditolak
Yaitu apabila nilai signifikan F > 0,05 berarti model regresi dalam penelitian ini
tidak layak untuk digunakan dalam penelitian.
2. Ha diterima
Yaitu apabila nilai signifikan F < 0,05 berarti model regresi dalam penelitian ini
layak untuk digunakan dalam penelitian.
47

3.7.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi (adjusted R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisiensi determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel–variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel independen (Ghozali, 2016).
48

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan
variabel dependen. Variabel independen berupa Proporsi Dewan Komisaris
Independen, Jumlah Dewan Direksi dan Jumlah Komite Audit. Variabel dependen
berupa Return on Aseets (ROA). Penelitian ini menggunakan perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah populasi sebanyak
43 perusahaan. Perusahaan perbankan yang dijadikan sampel pada penelitian ini
berjumlah 14 perusahaan selama empat tahun dari 2015-2018, hasil tesebut
didapatkan dari pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling.
Berikut ini adalah daftar perusahaan-perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam
penelitian ini yaitu:
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2018
No Kode saham Nama Perusahaan
1 BBCA Bank Central Asia Tbk
2 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
3 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
4 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
5 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
6 NISP OCBC NISP Tbk
7 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
8 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
9 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
10 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk
11 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk
12 BNII Bank Maybank Indonesia Tbk
13 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
14 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk
Sumber: Data sekunder diolah, 2020

4.1.1 Proporsi Dewan Komisaris Independen


Pengumpulan data proporsi dewan komisaris independen dalam penelitian ini
dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2015-2018. Data
diperoleh dari laporan tahunan (annual report) yang tersedia di website BEI yaitu
49

www.idnfinancial.com. Metode penarikan sampel pada penelitian ini yaitu metode


non probability sampling kategori purposive sampling. Dimana dari 43 populasi
perusahaan hanya 14 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Jadi, data proporsi
dewan komisaris independen yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari
14 perusahaan perbankan selama 4 tahun yaitu sebanyak 56 data proporsi dewan
komisaris independen. Proporsi dewan komisaris independen dihitung dengan
membandingkan antara total komisaris independen dengan total dewan komisaris
yang dimiliki perusahaan. Tingkat proporsi dewan komisaris independen perusahaan
perbankan yang menjadi sampel penelitian disajikan dalam grafik sebagai berikut:

Sumber: www.idnfinancial.com (data diolah, 2020)

Gambar 4.1
Proporsi Dewan Komisaris Independen Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2018

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat tingkat proporsi dewan komisaris


independen dari 14 perusahaan perbankan selama periode 2015-2018. Dimana dari
14 perusahaan selama 4 tahun tersebut, perusahaan dengan kode BJBR, BMRI dan
BJTM memiliki proporsi dewan komisaris independen yang terus naik dari tahun
2015-2017 dan perusahaan dengan kode BJBR dan BJTM memiliki tingkat proporsi
dewan komisaris independen tertinggi pada tahun 2016-2017 sebesar 80,00%.
Sedangkan dari tahun 2015-2018 tingkat proporsi dewan komisaris independen
paling rendah dimiliki oleh perusahaan dengan kode PNBN dan BNII sebesar
50,00%. Tinggi dan rendahnya tingkat proporsi dewan komisaris independen ini
menandakan bahwa semakin tinggi dewan komisaris independen yang dimilki
50

perusahaan, maka akan menciptakan kontrol perusahaan yang lebih baik untuk
mencapai tujuan perusahaan sehingga manajemen akan bekerja lebih baik dan jujur
dalam mengelola perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja
perusahaan.

4.1.2 Jumlah Dewan Direksi


Pengumpulan data jumlah dewan direksi dalam penelitian ini dilakukan pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2015-2018. Data diperoleh dari
laporan tahunan (annual report) yang tersedia di website BEI yaitu
www.idnfinancial.com. Metode penarikan sampel pada penelitian ini yaitu metode
non probability sampling kategori purposive sampling. Dimana dari 43 populasi
perusahaan hanya 14 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Jadi, data jumlah
dewan direksi yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari 14 perusahaan
perbankan selama 4 tahun yaitu sebanyak 56 data jumlah dewan direksi. Jumlah
dewan direksi dihitung dengan menghitung banyaknya dewan direksi yang dimiliki
perusahaan. Tingkat dewan direksi perusahaan perbankan yang menjadi sampel
penelitian dapat disajikan berdasarkan grafik sebagai berikut:

Sumber: www.idnfinancial.com (data diolah, 2020)

Gambar 4.2
Jumlah Dewan Direksi Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2018

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat tingkat dewan direksi dari


14 perusahaan perbankan selama periode 2015-2018. Dimana dari 14 perusahaan
selama 4 tahun tersebut, perusahaan dengan kode BBCA, BBNI dan BNGA memiliki
jumlah dewan direksi yang terus meningkat dari tahun 2015-2018 dan pada tahun
2018 perusahaan dengan kode BBRI memilki tingkat dewan direksi yang paling
51

tinggi sebesar 14 dibandingkan dengan perusahaan lain. Sedangkan pada tahun 2015-
2016 perusahaan dengan kode BJTM memiliki jumlah dewan direksi paling rendah
yaitu sebesar 5, disusul pada tahun 2018 perusahaan dengan kode BJBR memilki
jumlah dewan direksi paling rendah yaitu sebesar 4. Tinggi dan rendahnya tingkat
dewan direksi menunjukkan bahwa semakin banyak anggota dewan direksi, akan
membuat network dengan pihak luar perusahaan akan menjadi lebih baik, hal
tersebut akan membuat kinerja keuangan perusahaan semakin membaik
4.1.3 Jumlah Komite Audit
Pengumpulan data jumlah komite audit dalam penelitian ini dilakukan pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2015-2018. Data diperoleh dari
laporan tahunan (annual report) yang tersedia di website BEI yaitu
www.idnfinancial.com. Metode penarikan sampel pada penelitian ini yaitu metode
non probability sampling kategori purposive sampling. Dimana dari 43 populasi
perusahaan hanya 14 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Jadi, data jumlah
komite audit yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari 14 perusahaan
perbankan selama 4 tahun yaitu sebanyak 56 data jumlah komite audit. Jumlah
komite audit dihitung dengan menghitung banyaknya komite audit yang dimiliki
perusahaan. Tingkat komite audit perusahaan perbankan yang menjadi sampel
penelitian dapat disajikan berdasarkan grafik sebagai berikut:

Sumber: www.idnfinancial.com (data diolah, 2020)

Gambar 4.3
Jumlah Komite Audit Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2018

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat tingkat komite audit dari


14 perusahaan perbankan selama periode 2015-2018. Dimana dari 14 perusahaan
selama 4 tahun tersebut, perusahaan dengan kode BBRI, BMRI dan BTPN memiliki
52

jumlah komite audit yang terus naik dan tidak mengalami penurunan selama tahun
2015-2018. Perusahaan dengan kode BNGA pada tahun 2016 memilki jumlah
komite audit yang paling tinggi yaitu sebesar 9 dibandingkan dengan perusahaan
lain. Sedangkan perusahaan dengan kode BBCA memilki tingkat komite audit yang
paling rendah yaitu sebesar 3 dan tidak mengalami kenaikan dari tahun 2015-2018.
Tinggi dan rendahnya jumlah komite audit berarti bahwa semakin besar jumlah
komite audit tentu akan lebih baik bagi perusahaan. Hal tersebut menunjukkan
pengawasan yang lebih maksimal. Artinya, dengan semakin banyaknya anggota
komite audit, maka pengawasan yang dilakukan semakin baik dan dapat
memperkecil upaya manajemen untuk memanipulasi masalah data-data yang
berkaitan dengan keuangan dan prosedur akuntansi, sehingga kinerja keuangan
perusahaan akan semakin meningkat.
.
4.1.4 Return on Assets (ROA)
Pengumpulan data Return on Assets (ROA) dalam penelitian ini dilakukan
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2015-2018. Data diperoleh
dari laporan tahunan (annual report) yang tersedia di website BEI yaitu
www.idnfinancial.com. Metode penarikan sampel pada penelitian ini yaitu metode
non probability sampling kategori purposive sampling. Dimana dari 43 populasi
perusahaan hanya 14 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Jadi, data ROA
yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari 14 perusahaan perbankan selama
4 tahun yaitu sebanyak 56 data ROA. ROA dihitung dengan membandingkan antara
total laba yang diperoleh perusahaan dengan total asset yang dimilki perusahaan.
Ketika nilai ROA tinggi, maka semakin besar nilai rasio ini menunjukkan tingkat
rentabilitas usaha bank semakin baik atau sehat. Tingkat ROA perusahaan perbankan
yang menjadi sampel penelitian dapat disajikan berdasarkan grafik sebagai berikut:

Sumber: www.idnfinancial.com (data diolah, 2020)


53

Gambar 4.4
ROA Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2018

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat tingkat ROA dari 14 perusahaan


perbankan selama periode 2015-2018. Dimana dari 14 perusahaan selama 4 tahun
tersebut, perusahaan dengan kode BBCA memiliki ROA paling tinggi dari tahun ke
tahunnya. Perusahaan dengan kode BBNI, NISP, BNGA dan SDRA memilki nilai
ROA yang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Sedangkan
perusahaan dengan kode BNGA memilki tingkat ROA paling rendah pada tahun
2015 sebesar 0,24% dan tahun 2016 sebesar 1,18%. Pada tahun 2017 perusahaan
dengan kode PNBN memilki tingkat ROA paling rendah yaitu sebesar 1,39% dan
pada tahun 2018 perusahaan dengan kode BBTN memiliki tingkat ROA yang paling
rendah yaitu sebesar 1,18%. Tinggi dan rendahnya tingkat ROA menandakan bahwa
semakin tinggi ROA yang dimilki perusahaan, maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi
penggunaan aset.

4.2 Analisis Data


4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil data sampel yang
meliputi antara lain mean, maksimum, minimum dan standar deviasi. Untuk dapat
mengetahui lebih jelas mengenai deskripsi dari variabel penelitian ini, maka dapat
dilihat dari ringkasan hasil statistik deskriptif berikut:
Tabel 4.2
Analisis Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dewan Komisaris 56 ,50 ,80 ,5848 ,09678
Independen (X1)
Dewan Direksi (X2) 56 4,00 14,00 8,9107 2,20146
Komite Audit (X3) 56 3,00 9,00 4,3571 1,24212
ROA (Y) 56 ,00 ,04 ,0223 ,00914
Valid N (listwise) 56
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25, 2020

Berdasarkan Tabel 4.2 dari 56 perusahaan yang menjadi sampel, didapatkan


nilai rata-rata (mean) untuk proporsi dewan komisaris independen sebesar 0,5848
artinya persentase perbandingan antara jumlah dewan komisaris independen dengan
total dewan komisaris adalah 58%. Saat pengujian analisis statistik deskriptif
variabel proporsi dewan komisaris independen ini diubah kedalam bentuk desimal
terlebih dahulu sehingga, nilai minimum dewan komisaris independen sebesar 0,05
atau 50,00 %, nilai maksimum sebesar 0,08 atau 80,00% dan nilai standar deviasi
sebesar 0,09678.
54

Dari 56 perusahaan yang menjadi sampel, didapatkan nilai rata-rata (mean)


untuk dewan direksi sebesar 8,9107, nilai minimum jumlah dewan direksi yang ada
pada perusahaan perbankan sebesar 4,00, nilai maksimum jumlah dewan direksi
yang ada pada perusahaan perbankan sebesar 14,00 dan nilai standar deviasi sebesar
2,2046. Dari 56 perusahaan yang menjadi sampel, didapatkan nilai rata-rata (mean)
untuk komite audit sebesar 4,3571, nilai minimum jumlah komite audit yang ada
pada perusahaan perbankan sebesar 3,00, nilai maksimum jumlah komite audit yang
ada pada perusahaan perbankan sebesar 9,00 dan nilai standar deviasi sebesar
1,24212. Dari 56 perusahaan yang menjadi sampel, didapatkan nilai rata-rata (mean)
untuk ROA sebesar 0,0223, Saat pengujian analisis statistik deskriptif variabel ROA
ini diubah kedalam bentuk desimal terlebih dahulu sehingga nilai minimum ROA
yang ada di perusahaan perbankan sebesar 0,00 atau 0,24%, nilai maksimum ROA
yang ada di perusahaan perbankan sebesar 0,04 atau 3,97% dan nilai standar deviasi
sebesar 0,00914.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
Uji normalitas befungsi untuk mengetahui apakah data dalam penelitian
terdistribusi normal atau tidak. Data dinyatakan normal berdistribusi normal apabila
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Berikut hasil uji normalitas yang
dilakukan di dalam penelitian ini.

Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 56
Normal Mean ,0000000
a,b
Parameters Std. Deviation ,03244448
Most Extreme Absolute ,117
Differences Positive ,098
Negative -,117
Test Statistic ,117
Asymp. Sig. (2-tailed) ,055c
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25, 2020

Di dalam uji normalitas yang telah disajikan di atas, terlihat bahwa nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu 0,055, maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi
normal.

2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas berfungsi untuk mengetahui apakah variabel independen
55

di dalam penelitian saling berkorelasi antara satu dengan lainnya. Data dinyatakan
tidak terjadi multikolinearitas apabila nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10.
Berikut hasil uji multikolinearitas yang dilakukan dalam penelitian ini.

Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1(Constant)
Dewan Komisaris Independen ,777 1,287
(X1)
Dewan Direksi (X2) ,765 1,307
Komite Audit (X3) ,982 1,018

Sumber: Data diolah dengan SPSS 25, 2020

Berdasarkan Tabel 4.4 uji multikolinearitas di atas dapat diketahui bahwa


antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas, sebab hasil perhitungan nilai
tolerance dari tiap variabel independen tidak ada yang menunjukkan hasil kurang
dari 0,10 dan hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga
menunjukkan hasil tiap variabel independen tidak ada yang lebih dari 10. Dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen dalam
model regresi ini.

3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas berfungsi untuk menguji apakah di dalam suatu model
regresi terjadi varians yang fluktuatif dari suatu residu atau tidak. Untuk mendeteksi
adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat dengan residualnya, jika titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut hasil uji
multikolinearitas yang dilakukan dalam penelitian ini.
56

Gambar 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data diolah dengan SPSS 25, 2020

Berdasarkan Gambar 4.5 hasil uji heteroskedastisitas di atas menunjukkan


bahwa model regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Dapat dilihat dari titik-
titik yang menyebar secara acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara
variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode
sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Untuk
mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi maka dalam
penelitian ini digunakan run test. Run test digunakan untuk menguji apakah antar
residual terdapat korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random.
Data dinyatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih dari
0,05. Berikut hasil autokorelasi yang dilakukan dalam penelitian ini.
57

Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -,00082
Cases < Test Value 28
Cases >= Test Value 28
Total Cases 56
Number of Runs 22
Z -1,888
Asymp. Sig. (2-tailed) ,059

Sumber: Data diolah dengan SPSS 25, 2020

Berdasarkan Tabel 4.5 hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan bahwa


model regresi tidak terdapat gejala autokorelasi. Dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig
(2-tailed) yaitu 0,059. sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak
terdapat gejala autokorelasi.

4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda


Penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda karena terdapat
lebih dari satu variabel independen. Berikut merupakan hasil analisis regresi linear
berganda dalam penelitian ini.

Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) ,015 ,012

Dewan Komisaris ,013 ,014 ,139


Independen (X1)
Dewan Direksi (X2) ,001 ,001 ,303
Komite Audit (X3) -,003 ,001 -,348
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25, 2020

Berdasarkan tabel hasil analisis regresi linear berganda di atas diperoleh


persamaan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε


Y= 0,015 + 0,013 + 0,001 – 0,003
58

Dilihat dari persamaan di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Berdasarkan persamaan regresi linear berganda di atas diketahui bahwa nilai
konstanta sebesar 0,015, artinya bila variabel bebas dewan komisaris
independen, dewan direksi dan komite audit dianggap konstan maka kinerja
keuangan memilki nilai sebesar 0,015.
2. Variabel dewan komisaris independen (X1) pada model regresi linear berganda
di atas nilai koefisien sebesar 0,013, artinya apabila nilai variabel dewan
komisaris independen meningkat sebesar 1 orang dan yang lain konstan, maka
nilai variabel kinerja keuangan mengalami kenaikan sebesar 0,013.
3. Variabel dewan direksi (X2) pada model regresi linear berganda di atas nilai
koefisien sebesar 0,001, artinya apabila nilai variabel dewan direksi meningkat
sebesar 1 orang dan yang lain konstan, maka nilai variabel kinerja keuangan
mengalami kenaikan sebesar 0,001.
4. Variabel komite audit (X3) pada model regresi linear berganda di atas nilai
koefisien sebesar -0,003, artinya apabila nilai variabel komite audit meningkat
sebesar 1 orang dan yang lain konstan, maka nilai variabel kinerja keuangan
mengalami penurunan sebesar 0,003.

4.2.4 Uji Hipotesis


1. Uji t
Uji t berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh suatu variabel independen
mempengaruhi suatu variabel dependen. Dalam penelitian ini uji statistik t digunakan
dalam mengetahui secara parsial pengaruh variabel independen yang diproksikan
dalam dewan komisaris independen, dewan direksi dan komite audit. Kriteria yang
digunakan dalam menguji statistik dapat dilihat pada nilai signifikan, maka apabila
nilai sig < 0,05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Begitu sebaliknya jika nilai sig > 0,05 maka variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen. Berikut merupakan hasil uji t di dalam penelitian ini.
Tabel 4.7
Hasil Uji t
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,015 ,012 1,222 ,227
Dewan Komisaris ,013 ,014 ,139 ,972 ,335
Independen (X1)
Dewan Direksi (X2) ,001 ,001 ,303 2,095 ,041
Komite Audit (X3) -,003 ,001 -,348 -2,730 ,009
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25, 2020
59

Tabel 4.7 di atas menunjukkan hasil penelitian untuk uji t sebagai berikut:
1. Dewan komisaris independen mempunyai nilai signifikan sebesar 0,335 > 0,05
dengan nilai t Hitung sebesaar 0,972, maka dapat dinyatakan H1 ditolak bahwa
dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap ROA.
2. Dewan direksi mempunyai nilai signifikan sebesar 0,041 < 0,05 dengan nilai
tHitung sebesar 2,095, maka dapat dinyatakan H2 diterima bahwa dewan direksi
berpengaruh positif terhadap ROA.
3. Komite audit mempunyai nilai signifikan sebesar 0,009 < 0,05 dengan nilai
tHitung sebesar -2,730, maka dapat dinyatakan H3 diterima bahwa komite audit
berpengaruh negatif terhadap ROA.

2. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau
simultan terhadap variabel dependen. Kriteria yang digunakan dalam menguji
statistik dapat dilihat pada nilai signifikan, maka apabila nilai sig < 0,05 maka secara
simultan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Begitu
sebaliknya jika nilai sig > 0,05 maka secara simultan variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut merupakan hasil uji t di dalam
penelitian ini.

Tabel 4.8
Hasil Uji F
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,001 3 ,000 3,525 ,021b
Residual ,004 52 ,000
Total ,005 55
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25, 2020

Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikan lebih kecil dari 0,05
(0,21<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa H4 diterima yaitu bahwa variabel
independen (dewan komisaris independen, dewan direksi dan komite audit) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (ROA).

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi (R2) digunakan dalam mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menggambarkan variasi variabel independen. Nilai R 2
yang kecil maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan
regresi berganda maka masing-masing variabel independen secara parsial dan secara
60

simultan mempengaruhi variabel dependen yang dinyatakan dengan R2 mengetahui


seberapa besar pengaruh variabel dewan komisaris independen, dewan direksi dan
komite audit terhadap variabel kinerja keuangan. Berikut merupakan hasil uji
koefisien determinasi di dalam penelitian ini.

Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 ,411 ,169 ,121 ,00857
Sumber: Data diolah dengan SPSS 25, 2020

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi di atas diperoleh nilai Adjusted R


Square (R2) sebesar 0,121 atau 12%. Dengan demikian menunjukkan bahwa 12%
variasi Return on Assets (ROA) dapat dijelaskan oleh variasi dewan komisaris
independen, dewan direksi, komite audit dan sisanya yaitu 88% dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak ada dalam penelitian ini.

4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, ditemukan bahwa
Dewan Komisaris Independen (X1) Tidak berpengaruh terhadap Return on Assets
atau ROA (Y), Dewan Direksi (X2) berpengaruh terhadap ROA (Y), Komite Audit
(X3) berpengaruh terhadap ROA (Y). Berikut hasil hipotesis penelitian ini:

Tabel 4.10
Hasil Hipotesis Penelitian

Ket Hipotesis Hasil


Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Return on
Assets (ROA) pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
H1 Ditolak
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2015-2018

Dewan Direksi berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA)


pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
H2 Diterima
Indonesia (BEI) Periode 2015-2018

Komite Audit berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA)


pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
H3 Diterima
Indonesia (BEI) Periode 2015-2018

Dewan Komisaris Independen, Dewan Direksi dan Komite


H4 Diterima
Audit berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA) pada
61

Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia


(BEI) Periode 2015-2018

4.3.1 Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Return on


Assets (ROA)
Berdasarkan hasil uji parsial bahwa proporsi dewan komisaris independen
tidak berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA) dimana nilai signifikan sebesar
0,335 lebih besar dari 0,05. Hal ini terjadi karena kemungkinan dewan komisaris
independen tidak menjalankan fungsinya dengan baik sehingga tidak mampu
meningkatkan kinerja keuangan. Artinya jumlah dewan komisaris independen yang
tinggi bukan jaminan bahwa kinerja keuangan akan semakin baik.

Tabel 4.11
Rata-Rata Proporsi Dewan Komisaris Independen dan ROA
Ket 2015 2016 2017 2018 Rata-Rata

PDKI 57,81% 60,19% 60,18% 55,41% 58,40%

ROA 2,13% 2,22% 2,26% 2,42% 2,26%


Sumber: Data diolah, 2020

Data di atas menunjukkan bahwa dewan komisaris independen mengalami


penurunan pada tahun 2017-2018. Terlihat pada tahun 2017 ketika Proporsi Dewan
Komisaris Independen (PDKI) di atas rata-rata yaitu sebesar 60,18 namun nilai ROA
di atas rata-rata yaitu sebesar 2,26. Pada tahun 2018 ketika PDKI di atas rata-rata
55,41 namun nilai ROA di atas rata-rata yaitu sebesar 2,42. Yang seharusnya ketika
jumlah dewan komisaris independen naik maka nilai ROA pun ikut naik begitupun
sebaliknya. Karena semakin besar jumlah dewan komisaris independen maka
semakin baik dalam mengawasi dan mengontrol tindakan tindakan dewan direktur
eksekutif sehingga kepercayaan investor akan semakin besar dan tentunya akan
meningkatkan kinerja keuangan
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jensen dan Mackling
(1976) dalam Putra (2015) yang menyatakan bahwa komisaris independen
diperlukan untuk mengawasi dan mengontrol segala tindakan oportunistik dari
dewan direksi. Dengan semakin berfungsinya peran dari dewan komisaris dalam
mengawasi manajer maka kepercayaan investor akan semakin besar terhadap suatu
perusahaan. Jadi semakin tinggi proporsi dewan komisaris independen akan
meningkatkan kinerja perusahaan sehingga akan menaikkan harga saham perusahaan
dan akan meningkatkan return saham untuk investor. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Putra dan Nuzula (2017) yang menyimpulkan bahwa proporsi
dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap Retun on Assets (ROA).
62

4.3.2 Pengaruh Jumlah Dewan Direksi terhadap Return on Assets (ROA)


Berdasarkan hasil uji parsial bahwa dewan direksi berpengaruh positif
terhadap Return on Assets (ROA) dimana nilai signifikan sebesar 0,041 lebih kecil
dari 0,05. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya jumlah dewan direksi, maka
semakin banyak pula ahli yang memilki kemampuan operasional dalam berbagai
bidang dan divisi. Sehingga visi misi dan strategi perusahaan dapat dilaksanakan
sesuai dengan rencana.

Tabel 4.12
Rata-rata Dewan Direksi dan ROA
Ket 2015 2016 2017 2018 Rata-Rata

DD 8,93 8,79 8,79 9,14 9


ROA 2,13% 2,22% 2,26% 2,42% 2,26%
Sumber: Data diolah, 2020

Dari data di atas menunjukkan bahwa Dewan Direksi (DD) mengalami


penurunan pada tahun 2016 ketika dewan direksi mengalami penurunan yaitu sebesar
8,79 namun ROA mengalami kenaikan sebesar 2,22 yang seharusnya ketika jumlah
dewan direksi naik maka nilai ROA pun ikut naik, begitupun sebaliknya. Karena
dewan direksi bertugas untuk menentukan strategi sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan, sehingga dengan semakin besar dewan direksi yang berperan dalam
operasional perusahaan, maka akan meningkatkan kinerja perusahaan yang akan
terlihat dari kinerja keuangan perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kusumandari
(2016) bahwa jumlah anggota Dewan Direksi terbukti mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap profitabilitas. Semakin banyak anggota Dewan Direksi maka
semakin tinggi profitabilitas, dan sebaliknya semakin sedikit anggota Dewan Direksi
maka akan semakin rendah profitabilitas.

4.3.3 Pengaruh Jumlah Komite Audit terhadap Return on Assets (ROA)


Berdasarkan hasil uji parsial bahwa komite audit berpengaruh negatif
terhadap Return on Assets (ROA) dimana nilai signifikan sebesar 0,009 lebih kecil
dari 0,05. Hal ini terjadi karena arah hubungan yang negatif menjelaskan bahwa
semakin besar nilai komite audit maka akan semakin menurunkan kinerja keuangan.
63

Tabel 4.13
Rata-Rata Komite Audit dan ROA
Ket 2015 2016 2017 2018 Rata-Rata

KA 4,21 4,79 4,21 4,21 4,36

ROA 2,13% 2,22% 2,26% 2,42% 2,26%


Sumber: Data diolah, 2020

Data di atas menunjukkan bahwa komite audit mengalami penurunan pada


tahun 2017 ketika rata-rata jumlah komite audit sebesar 4,21 namun nilai ROA
mengalami kenaikan sebesar 2,26% yang seharusnya ketika jumlah komite audit naik
maka nilai ROA pun ikut naik begitupun sebaliknya. Karena semakin besarnya
jumlah komite audit maka pengawasan dalam pengelolaan perusahaan akan semakin
baik sehingga upaya untuk memanipulasi data keuangan yang bisa saja dilakukan
manajemen dapat dihindari.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Irma (2019) yang
menyimpulkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.
Hal ini terjadi karena semakin banyak jumlah komite audit maka akan semakin
banyak pula pengendalian dan pengawasan yang dilakukan, hal tersebut akan
mempertimbangkan banyak keputusan dari komite audit yang berasal dari
pendidikan yang berbeda-beda. Kemungkinan yang dapat mempengaruhi
menurunnya nilai ROA karena penambahan komite audit adalah tidak semua komite
audit mempunyai keahlian dibidang akuntansi dan keuangan, sehingga
mempengaruhi pengawasan terhadap laporan keuangan.

4.3.4 Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen, Jumlah Dewan


Direksi dan Jumlah Komite Audit Terhadap Return on Assets (ROA)
Berdasarkan hasil uji di atas, ditemukan bahwa Proporsi Dewan Komisaris
Independen, Jumlah Dewan Direksi dan Jumlah Komite Audit berpengaruh secara
simultan terhadap Return on Assets (ROA). Dengan nilai Adjusted R-squared sebesar
0,121 atau 12%. Ini menunjukan bahwa hanya 12% variasi ROA yang dapat
dijelaskan oleh variasi proporsi dewan komisaris independen, jumlah dewan direksi
dan jumlah komite audit. Sedangkan sisanya 88% dijelaskan oleh faktor lain yang
tidak ada dalam penelitian ini.
Ada beberapa pendapat penelitian terdahulu yang menjelaskan bahwa
proporsi dewan komisaris independen, jumlah dewan direksi dan jumlah komite
audit berpengaruh terhadap ROA. Pertama, Anderson dan Reeb (2004) dalam
Satriadi (2018) berpendapat bahwa semakin banyak komisaris independen
memberikan pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan karena dewan komisaris
bersikap netral untuk memecahkan masalah di dalam perusahaan sehingga efektivitas
perusahaan tidak terhambat. Kedua, Kusumandari (2016) berpendapat bahwa
64

semakin banyak anggota Dewan Direksi, maka semakin tinggi profitabilitas. Dan
sebaliknya, semakin sedikit anggota Dewan Direksi, maka akan semakin rendah
profitabilitas. Ketiga, Sekaredi (2011) berpendapat bahwa semakin banyaknya
jumlah komite audit maka dapat meningkatkan efektivitas komite audit sehingga
dapat mencegah praktik manajemen laba yang dilakukan manajemen. Efektifnya
fungsi pengawasan juga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
65

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan
mengenai Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen, Jumlah Dewan Direksi
dan Jumlah Komite Audit terhadap Return on Assets (ROA) pada Perusahaan
Perbankan Periode 2015-2018, berikut beberapa simpulan yang dapat penulis
rangkum dari hasil penelitian ini:
1. Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap Return on
Assets (ROA). Hal ini terjadi karena kemungkinan dewan komisaris independen
tidak menjalankan fungsinya dengan baik sehingga tidak mampu meningkatkan
kinerja keuangan. Artinya jumlah dewan komisaris independen yang tinggi
bukan jaminan bahwa kinerja keuangan akan semakin baik.
2. Dewan direksi berpengaruh positif terhadap Return on Assets (ROA). Hal ini
terjadi karena semakin banyaknya jumlah dewan direksi, maka semakin banyak
pula ahli yang memiliki kemampuan operasional dalam berbagai bidang dan
divisi. Sehingga visi misi dan strategi perusahaan dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana.
3. Komite audit berpengaruh negatif terhadap Return on Assets (ROA). Hal ini
terjadi karena arah hubungan yang negatif menjelaskan bahwa semakin besar
nilai komite audit maka akan semakin menurunkan kinerja keuangan.
4. Proporsi Dewan Komisaris Independen, Jumlah Dewan Direksi dan Jumlah
Komite Audit berpengaruh secara simultan terhadap Return on Assets (ROA).
Dengan nilai Adjusted R-squared sebesar 0,121 atau 12%. Hal ini menunjukkan
bahwa hanya 12% variasi return on assets (ROA) yang dapat dijelaskan oleh
variasi proporsi dewan komisaris independen, jumlah dewan direksi dan jumlah
komite audit. Sedangkan sisanya 88% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak ada
dalam penelitian ini.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan berkaitan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan
kepustakaan/referensi empiris bagi peneliti yang mempunyai minat yang sama
mengenai pengaruh penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap
kinerja keuangan serta dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan pada bidang konsentrasi Akuntansi Keuangan khususnya pada
proses yang terkait dengan kinerja keuangan perusahaan.
66

2. Bagi Praktisi
a. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan dan mengantisipasi
masalah yang ada pada lokasi yang diteliti, dalam hal ini yaitu perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang dapat berguna bagi
pengambilan keputusan manajemen dan bisnis. Hasil penelitian ini juga
dapat memberikan kontribusi praktis sebagai bahan pertimbangan dalam
pembuatan kebijaksanaan untuk lebih banyak menerapkan GCG dalam
setiap perusahaan.
b. Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau
masukan dalam pengambilan keputusan di masa yang akan datang terutama
dalam menghadapi kemungkinan buruk yang akan terjadi di masa yang akan
datang sehingga target jangka panjang dapat terlaksana di tengah persaingan
yang ada. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
nilai perusahaan yang menerapkan GCG sehingga dijadikan sebagai acuan
untuk pembuatan keputusan investasi.
67

DAFTAR PUSTAKA

Addiyah, A., & Chariri, A. (2014). Pengaruh Penerapan Corporate Governance


Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Pada Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012). Jurnal
Akuntansi Vol. 3, No. 4 2014.

Agoes, S., & Ardana, I. C. (2009). Etika Bisnis dan Profesi Edisi: Revisi. Jakarta:
Salemba Empat.

Alamsyah, R. P. (2018). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap


Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar di BEI
Periode 2012-2016. Skripsi, Bogor, Universitas Pakuan.

Aprinita, B. S. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja


Keuangan Pada Perusahaan Sektor Consumer Goods Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2012-2014. Jurna Bisnis dan Manajemen Vol. 52 No.
11.

Arifin. (2005). Peran Akuntansi Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate


Governance Pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori
Keagenan). Sidang Senat Guru Besar Universitas Diponegoro Dalam Rangka
Pengusulan Jabatan Guru Besar. Semarang, Universitas Diponegoro.

Audriene, D. (2016, 11 14). Sejak 2014, OJK Tindak Tegas 108 Kasus Kejahatan
Perbankan. Retrieved 2 23, 2020, from CNN Indonesia:
https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20161114120838-78-172491/sejak-
2014-ojk-tindak-tegas-108-kasus-kejahatan-perbankan

Badan Pengawas Pasar Modal . (2004). Kep-29/PM/2004, "Pembentukan dan


Pedoman Kerja Komite Audit" .

Dani, R., & Hasan , S. S. (2011). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
Terhadap Return on Assets, Net Profit Margin, dan Earning Per Share Pada
Perusahaan Yang Terdaftar di Corporate Governance Perception Index.
Jurnal Ekonomi Vol.14 No. 3.

Dendawijaya, L. (2009). Manajemen Perbankan . Jakarta: Ghalia Indonesia.

Fahmi, I. (2015). Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab .


Bandung: Alfabeta.
68

FCGI. (2008). Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) Jilid II. Jakarta: Citra
Graha.

Franita, R. (2018). Mekanisme Good Corporate Governance dan Nilai Perusahaan:


Studi Untuk Perusahaan Telekomunikasi. Medan: Lembaga Penelitian da
Penulisan Ilmiah AQLI.

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi


Ketujuh . Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanafi, M. M., & Halim, A. (2014). Analisis Laporan Keuangan . Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.

Harahap, S. S. (2015). Analisis Krisis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Harijito, D. d. (2014). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: EKONOSIA. Kampus


Fakultas Ekonomi Islam Indonesia.

Hasiholan Situmorang, J. Z. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance


Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Emoiris Di Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Yogyakarta, Universitas Sanata
Dharma.

Helena, S., & Saifi, M. (2018). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Financial
Distress (Studi Pada Perusahaan Transportasi Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2016). Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 60, No. 2, Juli
2018.

Herry. (2016). Analisis Laporan Keuangan Intergrated And Comprehensive Edition.


Jakarta: Grasindo.

Herry. (2016). Financial Ratio For Busniess. Jakarta: Grasindo.

Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta: Center For


Academic Publishing Services.

Hutapea, A. J. (2013). Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja


Keuangan Sektor Perbankan (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar di BEI Tahun 2007-2011). Skripsi, Semarang, Universitas
Diponegoro.
69

Juliansah, E. (2019). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Trhadap


Return on Equity (ROE) Pada Perusahaan Manufaktur Otomotif dan
Komponen Yang Trdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017.
Skripsi, Bogor, Universitas Pakuan.

Kariyoto. (2017). Analisa Laporan Keuangan. Malang: Universitas Brawijaya Press


(UB Press).

Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kawatu, F. S. (2019). Analisis Laporan Keuangan Sektor Publik. Yogyakarta:


Deepublish.

Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman Good Corporate


Governance.

Kusumandari, I. (2016). Pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit,


Kepemilikan Perusahaan Laindan Kepemilikan Manajerial Terhadap
Profitabilitas Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-
2015. Skripsi, Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia.

Lindu, O. W. (2018). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap


Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Property dan Real Estate
Yang Terdaftar di BEI Periode 2013-2017. Skripsi, Universitas Nusantara
PGRI Kediri.

Martsila, S I., & Meiranto, W. (2013). Pengaruh Corporate Governance Terhadap


Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Akuntansi Vol. 2, No. 4

Masitoh, N. S., & Hidayah, N. (2018). Pengaruh Penerapan Good Corporate


Governance Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empirik Pada Perusahaan
Perbankan di BEI Tahun 2014-2016). Jurnal Tekun Vol. 1, No, 1, Maret
2018.

Nizamullah, Darwanis, & Abdullah, S. (2014). Pengaruh Penerapan Good Corporate


Governance Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Empris Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012). Jurnal
Akuntansi Vol. 3 No. 2.

Nugroho, F. A., & Rahardjo, S. N. (2014). Analisis Pengaruh Corporate Social


Responsibility dan Karakteristik Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Akuntansi Vol. 3 No. 2 2014.

Organization for Economic Cooperation and Development. (2004). OECD


Principles of Corporate Governance 2004. (2004). The OECD Paris.
70

Paradita, D. (2009). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja


Keuangan Pada Perusahaan Yang Termasuk Kelompok Sepuluh Besar
Menurut Corporate Governance Perception Index (CGPI). Skripsi,
Universitas Sumatera Utara.

Primadhyta, S. (2018, 05 21). Kerugian Negara Dari Kasus Bank Mandiri Bengkak
Jadi Rp 1,83 T. Retrieved 02 23, 2020, from CNN Indonesia:
https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20180521123918-78-299953/kerugian-
negara-dari-kasus-bank-mandiri-bengkak-jadi-rp183-t

Pura, B. D., Hamzah, M. z., & Hariyanti. (2018). Analisis Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2014-2017. Seminar Nasional Cendikiawan Ke-4
Tahun 2018, 879-884.

Putra, A. S., & Nuzula, N. F. (2017). Pengaruh Corporate Governance Terhadap


Prifitabilitas (Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2015). Jurnal Administrasi Bisnis, VO. 47 No. 1.

Putra, B. P. (2015). Pengaruh Dewan Komisaris, Proporsi Dewan Komisaris


Independen Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Manajemen Teori dan
Terapan, No. 2.

Putri, D. S., Azieb, & Senjiati, I. H. (2018). Analisis Pengaruh Rasio Nilai Pasar
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sub Sektor Perdagangan Besar
Produksi dan Konsumsi Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode
2013-2016. Prosiding Hukum Ekonomi Syariah Vol. 4 No. 2 2018.

Putri, P. E. (2018). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan Ukuran


Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar di The Indonesian Institute For Corporate Governance Periode
2011-2015. Skripsi, Bogor, Universitas Pakuan.

Rahmawati, I., Rikumahu, B., & Dillak, V. J. (2017). Pengaruh Dewan Direksi,
Dewan Komisaris, Komite Audit dan Corporate Social Responsibility
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Vol.
2 No. 2.

Rangkuti, F. (2006). Analisis SWOT teknik Membedah kasus Bisnis: Reorientasi


Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Sari, D. M. (2018). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan Ukuran


Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2011-2015. Skripsi, Bogor, Universitas Pakuan.
71

Satriadi, F., Haryono, L., Bagaskara, M. A., & Pranoto, T. (2018). Pengaruh Tata
Kelola Perusahaan Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1.

Situmorang, C. V., & Simanjuntak, A. (2019). Pengaruh Good Corporate


Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 5, No. 2,
November 2019.

Subramanyam, K. R., & Wild, J. J. (2014). Analisis Laporan Keuangan: Financial


Statement Analysis, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Subramanyam, K., & Wild, J. J. (2014). Analisis Laporan Keuangan Financial


Statement Analysis, Buku 2. Salemba Empat.

Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/46/Dlnt/2008

Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP/2011

Surenggono. (2009). Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap


Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Go Public. Jurnal Ekonomi Vol. 7 No. 1
2009.

Surya, I., & Yustiavandana, I. (2006). Penerapan Good Governance:


Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Jakarta:
Prenada Media Grup.

Sutedi, A. (2012). Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.

Sutrisno. (2012). Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:


EKONISIA.

syafitri, M. L. (2017). Analisis Rasio Solvabilitas dan Aktivitas Pada PT. Bank
Negara Indonesia Syariah. Skripsi, Palembang, Universitas Islam Negeri
Raden Fatah.

Uyun, Q. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja


Keuangan Perbankan Diukur Dengan Nilai EVA Momentum (Studi Pada
Perbankan Ynga Mendapat Peringkat Corporate Governance Perception
Index (CGPI) dan Listing di BEI Periode 2008-2014). Jurnal Akuntansi Vol.
4 No. 3 2016.

Wahyudiono, B. (2014). Mudah Membaca Laporan Keuangan. Jakarta: Raih Asa


Sukses (Penebar Swadaya Grup).
72

Wicaksono, T. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap


Profitabilitas Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Peserta GCGPI
Tahun 2012). Skripsi, Semarang, Universitas Diponegoro.
73

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Fitri Siti Nurhayati
Alamat : Babakan Pasir Mas/ Jabon Rt/Rw 004/008 Kelurahan
PasirKuda, Kecamatan Kota Bogor Barat/ 16119
Tempat dan tanggal lahir : Bogor, 14 Februari 1998
Umur : 22 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan
 SD : SD Rimba Putra Bogor
 SMP : SMP Rimba Teruna Bogor
 SMA : SMA Negeri 1 Ciomas Bogor
 Perguruan Tinggi : Universitas Pakuan Bogor

Bogor, Agustus 2020


Peneliti,

(Fitri Siti Nurhayati )


74

LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Laporan Keuangan Perusahaan

Data Jumlah Komisaris Independen dan Jumlah Dewan Komisaris Perusahaan


Periode 2015-2018

*Dalam Satuan
Tahun
Kode 2015 2016 2017 2018
KI JDK KI JDK KI JDK KI JDK
BBCA 3 5 3 5 3 5 3 5
BBNI 5 8 5 8 4 8 5 9
BBRI 5 8 5 9 5 10 5 10
BBTN 4 7 4 7 5 8 5 9
BMRI 4 8 5 8 5 8 4 8
NISP 4 8 4 8 5 8 5 8
BNGA 4 8 4 8 4 8 4 7
BTPN 3 6 3 5 3 5 3 5
PNBN 3 6 3 6 3 6 2 4
BJBR 3 4 4 5 4 5 1 2
BJTM 3 5 4 5 4 5 2 4
BNII 3 6 3 6 3 6 3 6
BDMN 4 7 3 6 3 6 4 8
SDRA 3 4 3 4 3 4 3 4

Keterangan:
KI : Komisaris Independen
JDK : Jumlah Dewan Komisaris
75

Data Jumlah Dewan Direksi Perusahaan Periode 2015-2018

*Dalam Satuan
Tahun
Kode
2015 2016 2017 2018
BBCA 10 11 11 12
BBNI 9 10 10 11
BBRI 12 11 11 14
BBTN 8 8 8 9
BMRI 11 10 10 11
NISP 10 10 10 9
BNGA 9 10 11 12
BTPN 11 7 7 5
PNBN 11 11 11 11
BJBR 7 7 7 4
BJTM 5 5 7 7
BNII 9 8 7 8
BDMN 7 9 7 9
SDRA 6 6 6 6

Data Jumlah Komite Audit Perusahaan Periode 2015-2018

Tahun
Kode
2015 2016 2017 2018
BBCA 3 3 3 3
BBNI 4 3 4 4
BBRI 4 6 6 6
BBTN 5 7 6 6
BMRI 5 6 6 6
NISP 4 3 3 4
BNGA 6 9 4 4
BTPN 3 4 4 4
PNBN 4 4 4 3
BJBR 5 5 4 3
BJTM 3 3 5 4
BNII 4 4 3 4
BDMN 5 5 3 4
SDRA 4 5 4 4
76

Data Laba Bersih Sebelum Pajak Perusahaan Periode 2015-2018

*Dalam Jutaan Rupiah


Tahun
Kode
2015 2016 2017 2018
BBCA Rp 22.657.114.000.000 Rp 25.839.200.000.000 Rp 29.158.743.000.000 Rp 32.706.064.000.000
BBNI Rp 11.466.148.000.000 Rp 14.302.905.000.000 Rp 17.165.387.000.000 Rp 19.820.715.000.000
BBRI Rp 32.494.018.000.000 Rp 33.973.770.000.000 Rp 37.022.157.000.000 Rp 41.753.694.000.000
BBTN Rp 2.541.886.000.000 Rp 3.330.084.000.000 Rp 3.861.555.000.000 Rp 3.610.275.000.000
BMRI Rp 26.369.430.000.000 Rp 18.572.965.000.000 Rp 27.156.863.000.000 Rp 33.943.369.000.000
NISP Rp 2.001.461.000.000 Rp 2.351.102.000.000 Rp 2.877.654.000.000 Rp 3.485.834.000.000
BNGA Rp 570.004.000.000 Rp 2.850.708.000.000 Rp 4.155.020.000.000 Rp 4.850.818.000.000
BTPN Rp 2.432.611.000.000 Rp 2.604.519.000.000 Rp 1.936.845.000.000 Rp 3.049.248.000.000
PNBN Rp 2.457.684.000.000 Rp 3.306.183.000.000 Rp 2.963.453.000.000 Rp 4.572.779.000.000
BJBR Rp 1.766.398.000.000 Rp 1.463.908.000.000 Rp 1.631.965.000.000 Rp 1.937.044.000.000
BJTM Rp 1.261.253.000.000 Rp 1.452.128.000.000 Rp 1.636.941.000.000 Rp 1.753.698.000.000
BNII Rp 1.545.023.000.000 Rp 2.613.783.000.000 Rp 2.519.690.000.000 Rp 3.035.577.000.000
BDMN Rp 3.281.534.000.000 Rp 4.393.037.000.000 Rp 5.367.120.000.000 Rp 4.925.686.000.000
SDRA Rp 362.094.000.000 Rp 419.489.000.000 Rp 595.492.000.000 Rp 734.723.000.000
77

Data Total Aset Perusahaan Periode 2015-2018

*Dalam Jutaan Rupiah


Tahun
Kode
2015 2016 2017 2018
BBCA Rp 594.372.770.000.000 Rp 676.738.753.000.000 Rp 750.319.671.000.000 Rp 824.787.944.000.000
BBNI Rp 508.595.288.000.000 Rp 603.031.880.000.000 Rp 709.330.084.000.000 Rp 808.572.011.000.000
BBRI Rp 878.426.312.000.000 Rp 1.003.644.426.000.000 Rp 1.126.248.442.000.000 Rp 1.296.898.292.000.000
BBTN Rp 171.807.592.000.000 Rp 214.168.479.000.000 Rp 261.365.267.000.000 Rp 306.436.194.000.000
BMRI Rp 910.063.409.000.000 Rp 1.038.706.009.000.000 Rp 1.124.700.847.000.000 Rp 1.202.252.094.000.000
NISP Rp 120.480.402.000.000 Rp 138.196.341.000.000 Rp 153.773.957.000.000 Rp 173.582.894.000.000
BNGA Rp 238.849.252.000.000 Rp 241.571.728.000.000 Rp 266.305.445.000.000 Rp 266.781.498.000.000
BTPN Rp 81.039.663.000.000 Rp 91.371.387.000.000 Rp 95.489.850.000.000 Rp 101.919.301.000.000
PNBN Rp 183.120.540.000.000 Rp 199.175.053.000.000 Rp 213.541.797.000.000 Rp 207.204.418.000.000
BJBR Rp 88.697.430.000.000 Rp 102.318.457.000.000 Rp 114.980.168.000.000 Rp 120.191.387.000.000
BJTM Rp 42.803.631.000.000 Rp 43.032.950.000.000 Rp 51.518.681.000.000 Rp 62.689.118.000.000
BNII Rp 157.619.013.000.000 Rp 166.678.902.000.000 Rp 173.253.491.000.000 Rp 177.532.858.000.000
BDMN Rp 188.057.412.000.000 Rp 174.086.730.000.000 Rp 178.257.092.000.000 Rp 186.762.189.000.000
SDRA Rp 20.019.523.000.000 Rp 22.630.634.000.000 Rp 27.086.504.000.000 Rp 29.631.693.000.000
78

Lampiran 2 Hasil Perhitungan Proporsi Dewan Komisaris Independen Perusahaan


Periode 2015-2018

Proporsi Dewan Komisaris


Kode Komisaris Jumlah Dewan
No Tahun Independen
Emiten Independen Komisaris
(dalam persen)
2015 3 5 60,00%
2016 3 5 60,00%
1 BBCA
2017 3 5 60,00%
2018 3 5 60,00%
2015 5 8 62,50%
2016 5 8 62,50%
2 BBNI
2017 4 8 50,00%
2018 5 9 55,56%
2015 5 8 62,50%
2016 5 9 55,56%
3 BBRI
2017 5 10 50,00%
2018 5 10 50,00%
2015 4 7 57,14%
2016 4 7 57,14%
4 BBTN
2017 5 8 62,50%
2018 5 9 55,56%
2015 4 8 50,00%
2016 5 8 62,50%
5 BMRI
2017 5 8 62,50%
2018 4 8 50,00%
2015 4 8 50,00%
2016 4 8 50,00%
6 NISP
2017 5 8 62,50%
2018 5 8 62,50%
2015 4 8 50,00%
2016 4 8 50,00%
7 BNGA
2017 4 8 50,00%
2018 4 7 57,14%
2015 3 6 50,00%
2016 3 5 60,00%
8 BTPN
2017 3 5 60,00%
2018 3 5 60,00%
2015 3 6 50,00%
2016 3 6 50,00%
9 PNBN
2017 3 6 50,00%
2018 2 4 50,00%
79

Proporsi Dewan Komisaris


Kode Komisaris Jumlah Dewan
No Tahun Independen
Emiten Independen Komisaris
(dalam persen)
2015 3 4 75,00%
2016 4 5 80,00%
10 BJBR
2017 4 5 80,00%
2018 1 2 50,00%
2015 3 5 60,00%
2016 4 5 80,00%
11 BJTM
2017 4 5 80,00%
2018 2 4 50,00%
2015 3 6 50,00%
2016 3 6 50,00%
12 BNII
2017 3 6 50,00%
2018 3 6 50,00%
2015 4 7 57,14%
2016 3 6 50,00%
13 BDMN
2017 3 6 50,00%
2018 4 8 50,00%
2015 3 4 75,00%
2016 3 4 75,00%
14 SDRA
2017 3 4 75,00%
2018 3 4 75,00%
80

Hasil Perhitungan Jumlah Dewan Direksi Perusahaan Periode 2015-2018

Jumlah Dewan Direksi


No Kode Emiten Tahun
(dalam satuan)
2015 10
2016 11
1 BBCA
2017 11
2018 12
2015 9
2016 10
2 BBNI
2017 10
2018 11
2015 12
2016 11
3 BBRI
2017 11
2018 14
2015 8
2016 8
4 BBTN
2017 8
2018 9
2015 11
2016 10
5 BMRI
2017 10
2018 11
2015 10
2016 10
6 NISP
2017 10
2018 9
2015 9
2016 10
7 BNGA
2017 11
2018 12
2015 11
2016 7
8 BTPN
2017 7
2018 5
2015 11
2016 11
9 PNBN
2017 11
2018 11
2015 7
2016 7
10 BJBR
2017 7
2018 4
81

Jumlah Dewan Direksi


No Kode Emiten Tahun
(dalam satuan)
2015 5
2016 5
11 BJTM
2017 7
2018 7
2015 9
2016 8
12 BNII
2017 7
2018 8
2015 7
2016 9
13 BDMN
2017 7
2018 9
2015 6
2016 6
14 SDRA
2017 6
2018 6
82

Hasil Perhitungan Jumlah Komite Audit Perusahaan Periode 2015-2018

Jumlah Komite Audit


No Kode Emiten Tahun
(dalam satuan)
2015 3
2016 3
1 BBCA
2017 3
2018 3
2015 4
2016 3
2 BBNI
2017 4
2018 4
2015 4
2016 6
3 BBRI
2017 6
2018 6
2015 5
2016 7
4 BBTN
2017 6
2018 6
2015 5
2016 6
5 BMRI
2017 6
2018 6
2015 4
2016 3
6 NISP
2017 3
2018 4
2015 6
2016 9
7 BNGA
2017 4
2018 4
2015 3
2016 4
8 BTPN
2017 4
2018 4
2015 4
2016 4
9 PNBN
2017 4
2018 3
2015 5
10 BJBR
2016 5
83

Jumlah Komite Audit


No Kode Emiten Tahun
(dalam satuan)
2017 4
2018 3
2015 3
2016 3
11 BJTM
2017 5
2018 4
2015 4
2016 4
12 BNII
2017 3
2018 4
2015 5
2016 5
13 BDMN
2017 3
2018 4
2015 4
2016 5
14 SDRA
2017 4
2018 4
84

Hasil Perhitungan Return on Assets (ROA) Perusahaan Periode 2015-2018

ROA
Kode
No Tahun Total Laba Total Aset (dalam
Emiten
persen)
2015 Rp 22.657.114.000.000 Rp 594.372.770.000.000 3,81%
2016 Rp 25.839.200.000.000 Rp 676.738.753.000.000 3,82%
1 BBCA
2017 Rp 29.158.743.000.000 Rp 750.319.671.000.000 3,89%
2018 Rp 32.706.064.000.000 Rp 824.787.944.000.000 3,97%
2015 Rp 11.466.148.000.000 Rp 508.595.288.000.000 2,25%
2016 Rp 14.302.905.000.000 Rp 603.031.880.000.000 2,37%
2 BBNI
2017 Rp 17.165.387.000.000 Rp 709.330.084.000.000 2,42%
2018 Rp 19.820.715.000.000 Rp 808.572.011.000.000 2,45%
2015 Rp 32.494.018.000.000 Rp 878.426.312.000.000 3,70%
2016 Rp 33.973.770.000.000 Rp 1.003.644.426.000.000 3,39%
3 BBRI
2017 Rp 37.022.157.000.000 Rp 1.126.248.442.000.000 3,29%
2018 Rp 41.753.694.000.000 Rp 1.296.898.292.000.000 3,22%
2015 Rp 2.541.886.000.000 Rp 171.807.592.000.000 1,48%
2016 Rp 3.330.084.000.000 Rp 214.168.479.000.000 1,55%
4 BBTN
2017 Rp 3.861.555.000.000 Rp 261.365.267.000.000 1,48%
2018 Rp 3.610.275.000.000 Rp 306.436.194.000.000 1,18%
2015 Rp 26.369.430.000.000 Rp 910.063.409.000.000 2,90%
2016 Rp 18.572.965.000.000 Rp 1.038.706.009.000.000 1,79%
5 BMRI
2017 Rp 27.156.863.000.000 Rp 1.124.700.847.000.000 2,41%
2018 Rp 33.943.369.000.000 Rp 1.202.252.094.000.000 2,82%
2015 Rp 2.001.461.000.000 Rp 120.480.402.000.000 1,66%
2016 Rp 2.351.102.000.000 Rp 138.196.341.000.000 1,70%
6 NISP
2017 Rp 2.877.654.000.000 Rp 153.773.957.000.000 1,87%
2018 Rp 3.485.834.000.000 Rp 173.582.894.000.000 2,01%
2015 Rp 570.004.000.000 Rp 238.849.252.000.000 0,24%
2016 Rp 2.850.708.000.000 Rp 241.571.728.000.000 1,18%
7 BNGA
2017 Rp 4.155.020.000.000 Rp 266.305.445.000.000 1,56%
2018 Rp 4.850.818.000.000 Rp 266.781.498.000.000 1,82%
2015 Rp 2.432.611.000.000 Rp 81.039.663.000.000 3,00%
2016 Rp 2.604.519.000.000 Rp 91.371.387.000.000 2,85%
8 BTPN
2017 Rp 1.936.845.000.000 Rp 95.489.850.000.000 2,03%
2018 Rp 3.049.248.000.000 Rp 101.919.301.000.000 2,99%
2015 Rp 2.457.684.000.000 Rp 183.120.540.000.000 1,34%
2016 Rp 3.306.183.000.000 Rp 199.175.053.000.000 1,66%
9 PNBN
2017 Rp 2.963.453.000.000 Rp 213.541.797.000.000 1,39%
2018 Rp 4.572.779.000.000 Rp 207.204.418.000.000 2,21%
2015 Rp 1.766.398.000.000 Rp 88.697.430.000.000 1,99%
2016 Rp 1.463.908.000.000 Rp 102.318.457.000.000 1,43%
10 BJBR
2017 Rp 1.631.965.000.000 Rp 114.980.168.000.000 1,42%
2018 Rp 1.937.044.000.000 Rp 120.191.387.000.000 1,61%
85

ROA
Kode
No Tahun Total Laba Total Aset (dalam
Emiten
persen)
2015 Rp 1.261.253.000.000 Rp 42.803.631.000.000 2,95%
2016 Rp 1.452.128.000.000 Rp 43.032.950.000.000 3,37%
11 BJTM
2017 Rp 1.636.941.000.000 Rp 51.518.681.000.000 3,18%
2018 Rp 1.753.698.000.000 Rp 62.689.118.000.000 2,80%
2015 Rp 1.545.023.000.000 Rp 157.619.013.000.000 0,98%
2016 Rp 2.610.640.000.000 Rp 166.678.902.000.000 1,57%
12 BNII
2017 Rp 2.519.690.000.000 Rp 173.253.491.000.000 1,45%
2018 Rp 3.035.577.000.000 Rp 177.532.858.000.000 1,71%
2015 Rp 3.281.534.000.000 Rp 188.057.412.000.000 1,74%
2016 Rp 4.393.037.000.000 Rp 174.086.730.000.000 2,52%
13 BDMN
2017 Rp 5.367.120.000.000 Rp 178.257.092.000.000 3,01%
2018 Rp 4.925.686.000.000 Rp 186.762.189.000.000 2,64%
2015 Rp 362.094.000.000 Rp 20.019.523.000.000 1,81%
2016 Rp 419.489.000.000 Rp 22.630.634.000.000 1,85%
14 SDRA
2017 Rp 595.492.000.000 Rp 27.086.504.000.000 2,20%
2018 Rp 734.723.000.000 Rp 29.631.693.000.000 2,48%
86

Lampiran 3 Data Proporsi Dewan Komisaris Independen Perusahaan Periode 2015-


2018

Jumlah Dewan Komisaris Independen


x 100%
Total Dewan Komisaris

Kode 2015 2016 2017 2018

BBCA 60,00% 60,00% 60,00% 60,00%

BBNI 62,50% 62,50% 50,00% 55,56%

BBRI 62,50% 55,56% 50,00% 50,00%

BBTN 57,14% 57,14% 62,50% 55,56%

BMRI 50,00% 62,50% 62,50% 50,00%

NISP 50,00% 50,00% 62,50% 62,50%

BNGA 50,00% 50,00% 50,00% 57,14%

BTPN 50,00% 60,00% 60,00% 60,00%

PNBN 50,00% 50,00% 50,00% 50,00%

BJBR 75,00% 80,00% 80,00% 50,00%

BJTM 60,00% 80,00% 80,00% 50,00%

BNII 50,00% 50,00% 50,00% 50,00%

BDMN 57,14% 50,00% 50,00% 50,00%

SDRA 75,00% 75,00% 75,00% 75,00%


87

Data Jumlah Dewan Direksi Perusahaan Periode 2015-2018

Jumlah Dewan Direksi = Jumlah Anggota Dewan Direksi

Kode 2015 2016 2017 2018

BBCA 10 11 11 12

BBNI 9 10 10 11

BBRI 12 11 11 14

BBTN 8 8 8 9

BMRI 11 10 10 11

NISP 10 10 10 9

BNGA 9 10 11 12

BTPN 11 7 7 5

PNBN 11 11 11 11

BJBR 7 7 7 4

BJTM 5 5 7 7

BNII 9 8 7 8

BDMN 7 9 7 9

SDRA 6 6 6 6
88

Data Jumlah Komite Audit Perusahaan Periode 2015-2018

Jumlah Komite Audit = Jumlah Anggota Komite Audit

Kode 2015 2016 2017 2018

BBCA 3 3 3 3

BBNI 4 3 4 4

BBRI 4 6 6 6

BBTN 5 7 6 6

BMRI 5 6 6 6

NISP 4 3 3 4

BNGA 6 9 4 4

BTPN 3 4 4 4

PNBN 4 4 4 3

BJBR 5 5 4 3

BJTM 3 3 5 4

BNII 4 4 3 4

BDMN 5 5 3 4

SDRA 4 5 4 4
89

Data Return on Assets (ROA) Perusahaan Periode 2015-2018

Laba Sebelum Pajak


ROA =
Total Aset

Kode 2015 2016 2017 2018

BBCA 3,81% 3,82% 3,89% 3,97%

BBNI 2,25% 2,37% 2,42% 2,45%

BBRI 3,70% 3,39% 3,29% 3,22%

BBTN 1,48% 1,55% 1,48% 1,18%

BMRI 2,90% 1,79% 2,41% 2,82%

NISP 1,66% 1,70% 1,87% 2,01%

BNGA 0,24% 1,18% 1,56% 1,82%

BTPN 3,00% 2,85% 2,03% 2,99%

PNBN 1,34% 1,66% 1,39% 2,21%

BJBR 1,99% 1,43% 1,42% 1,61%

BJTM 2,95% 3,37% 3,18% 2,80%

BNII 0,98% 1,57% 1,45% 1,71%

BDMN 1,74% 2,52% 3,01% 2,64%

SDRA 1,81% 1,85% 2,20% 2,48%


90

Lampiran 4 Rata-Rata Proporsi Dewan Komisaris Independen Perusahaan Periode


2015-2018

Kode 2015 2016 2017 2018 Rata-Rata

BBCA 60,00% 60,00% 60,00% 60,00% 60,00%

BBNI 62,50% 62,50% 50,00% 55,56% 57,64%

BBRI 62,50% 55,56% 50,00% 50,00% 54,51%

BBTN 57,14% 57,14% 62,50% 55,56% 58,09%

BMRI 50,00% 62,50% 62,50% 50,00% 56,25%

NISP 50,00% 50,00% 62,50% 62,50% 56,25%

BNGA 50,00% 50,00% 50,00% 57,14% 51,79%

BTPN 50,00% 60,00% 60,00% 60,00% 57,50%

PNBN 50,00% 50,00% 50,00% 50,00% 50,00%

BJBR 75,00% 80,00% 80,00% 50,00% 71,25%

BJTM 60,00% 80,00% 80,00% 50,00% 67,50%

BNII 50,00% 50,00% 50,00% 50,00% 50,00%

BDMN 57,14% 50,00% 50,00% 50,00% 51,79%

SDRA 75,00% 75,00% 75,00% 75,00% 75,00%

Rata-Rata 57,81% 60,19% 60,18% 55,41%


91

Rata-Rata Jumlah Dewan Direksi Perusahaan Periode 2015-2018

Kode 2015 2016 2017 2018 Rata-Rata

BBCA 10 11 11 12 11

BBNI 9 10 10 11 10

BBRI 12 11 11 14 12

BBTN 8 8 8 9 8,25

BMRI 11 10 10 11 10,5

NISP 10 10 10 9 9,75

BNGA 9 10 11 12 10,5

BTPN 11 7 7 5 7,5

PNBN 11 11 11 11 11

BJBR 7 7 7 4 6,25

BJTM 5 5 7 7 6

BNII 9 8 7 8 8

BDMN 7 9 7 9 8

SDRA 6 6 6 6 6

Rata-Rata 8,93 8,79 8,79 9,14


92

Rata-Rata Jumlah Komite Audit Perusahaan Periode 2015-2018

Kode 2015 2016 2017 2018 Rata-Rata

BBCA 3 3 3 3 3

BBNI 4 3 4 4 3,75

BBRI 4 6 6 6 5,5

BBTN 5 7 6 6 6

BMRI 5 6 6 6 5,75

NISP 4 3 3 4 3,5

BNGA 6 9 4 4 5,75

BTPN 3 4 4 4 3,75

PNBN 4 4 4 3 3,75

BJBR 5 5 4 3 4,25

BJTM 3 3 5 4 3,75

BNII 4 4 3 4 3,75

BDMN 5 5 3 4 4,25

SDRA 4 5 4 4 4,25

Rata-Rata 4,21 4,79 4,21 4,21


93

Rata-Rata Return on Assets (ROA) Perusahaan Periode 2015-2018

Kode 2015 2016 2017 2018 Rata-Rata

BBCA 3,81% 3,82% 3,89% 3,97% 3,87%

BBNI 2,25% 2,37% 2,42% 2,45% 2,37%

BBRI 3,70% 3,39% 3,29% 3,22% 3,40%

BBTN 1,48% 1,55% 1,48% 1,18% 1,42%

BMRI 2,90% 1,79% 2,41% 2,82% 2,48%

NISP 1,66% 1,70% 1,87% 2,01% 1,81%

BNGA 0,24% 1,18% 1,56% 1,82% 1,20%

BTPN 3,00% 2,85% 2,03% 2,99% 2,72%

PNBN 1,34% 1,66% 1,39% 2,21% 1,65%

BJBR 1,99% 1,43% 1,42% 1,61% 1,61%

BJTM 2,95% 3,37% 3,18% 2,80% 3,07%

BNII 0,98% 1,57% 1,45% 1,71% 1,43%

BDMN 1,74% 2,52% 3,01% 2,64% 2,48%

SDRA 1,81% 1,85% 2,20% 2,48% 2,09%

Rata-Rata 2,13% 2,22% 2,26% 2,42%


94

Lampiran 5

1. Data Rata-Rata Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Return on


Assets Perusahaan Periode 2015-2018
2. Data Rata-Rata Jumlah Dewan Direksi terhadap Return on Assets Perusahaan
Periode 2015-2018
3. Data Rata-Rata Jumlah Komite Audit terhadap Return on Assets Perusahaan
Periode 2015-2018

Rata-Rata Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Return on Assets


Perusahaan Periode 2015-2018
Rata-Rata
Keterangan 2015 2016 2017 2018

PDKI 57,81% 60,19% 60,18% 55,41% 58,40%

ROA 2,13% 2,22% 2,26% 2,42% 2,26%

Rata-Rata Jumlah Dewan Direksiterhadap Return on Assets Perusahaan


Periode 2015-2018
Rata-Rata
Keterangan 2015 2016 2017 2018

DD 8,93 8,79 8,79 9,14 9

ROA 2,13% 2,22% 2,26% 2,42% 2,26%

Rata-Rata Jumlah Komite Audit terhadap Return on Assets Perusahaan Periode


2015-2018
Rata-Rata
Keterangan 2015 2016 2017 2018

KA 4,21 4,79 4,21 4,21 4,36

ROA 2,13% 2,22% 2,26% 2,42% 2,26%


95

Anda mungkin juga menyukai