Anda di halaman 1dari 136

PENGARUH PENDAPATAN, BIAYA OPERASIONAL, HASIL USAHA

INVESTASI, DAN TINGKAT HUTANG TERHADAP LABA BERSIH

SKRIPSI

Resti Ratnasari
01114039
PROGRAM AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA MEMBANGUN
Jln. SoekarnoHatta No. 448, Bandung
2018-2019
Judul Penelitian :Pengaruh Pendapatan, Biaya
Operasional, Hasil Usaha Investasi, Dan
Tingkat Hutang Terhadap Laba Bersih
(Studi Kasus pada 6 Bank Penyelenggara
dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah
Bandung periode 2011-2016)

Nama : Resti Ratnasari


NIM : 01114039
Program Studi : Akuntansi Manajemen

Bandung, Januari 2018


Mengetahui dan Mengesahkan
Pembimbing

(Muhammad Iqbal. Alamsyah SE., MM)

Ketua STIE INABA Ketua Program Studi Akuntansi

(Dr. Yoyo Sudaryo, S.E., Ak., M.M., CA) (Ibu Hj. Devyanthi Sjarif, SE., M. Ak)
ABSTRAK
RESTI RATNASARI, Pengaruh Pendapatan, Biaya Operasional, Hasil
Usaha Investasi, Dan Tingkat Hutang Terhadap Laba Bersih (Studi Kasus
pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah
Bandung periode 2011-2016). Dibawah bimbingan Bapak Muhammad Iqbal.
Alamsyah SE., MM.
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat serta
persaingan dalam dunia usaha semakin tinggi sehingga pihak perusahaan harus
bisa mengelola perusahaan dengan baik. Pada umumnya perusahaan didirikan
bertujuan untuk mendapatkan laba yang semaksimal mungkin agar kelangsungan
hidup perusahaan dapat terjamin. Produktivitas manusia pada akhirnya ada
batasnya. Pada umumnya setiap orang tentu berharap untuk selalu dapat hidup
sejahtera, bukan hanya pada saat mereka aktif bekerja namun juga pada saat
mereka sudah tidak lagi aktif bekerja atau pensiun. Supaya tidak sengsara di hari
tua, banyak masyarakat yang mengikuti program dana pensiun lembaga keuangan
(DPLK) yang diselenggarakan oleh bank dan perusahaan asuransi. Dana Pensiun
adalah badan hukum yang meneglola dan menjalankan program yang menjanjikan
pembayaran berkala kepada peserta pada saat mencapai usia pensiun.
Penelitian ini dilaksanakan pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun di wilayah Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pendapatan, biaya operasional, hasil usaha invetasi, tingkat hutang,
terhadap laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di
wilayah Bandung secara parsial maupun secara simultan. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif, pengujian statistik yang digunakan
adalah asumsi klasik, regresi linier berganda, analisis korelasi, koefisien
determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan program aplikasi SPSS 20,0.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial pendapatan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap laba bersih, Biaya operasional, Hasil
usaha investasi dan tingkat hutang berpengaruh secara signifikan terhadap laba
bersih. Sedangkan secara simultan pendapatan, biaya operasional, hasil usaha
investasi, dan tingkat hutang terhadap laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan
Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016. Hasil koefisien
determinasi memiliki pengaruh sebesar 64% terhadap laba. Sisanya sebesar 36%
dipengaruhi oleh faktor lain seperti volume penjualan dan lain-lain. Sedangkan
secara simultan pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi, dan tingkat
hutang terhadap laba bersih adalah sebesar 80% sedangkan 20% dijelaskan oleh
faktor-faktor lainnya. Artinya pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi
dan tingkat hutang secara simultan memiliki hubungan kuat terhadap laba bersih.

Kata kunci: Pendapatan, Biaya operasional, Hasil usaha investasi, Tingkat


hutang, Laba bers
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul:
“Pengaruh Pendapatan, Biaya Operasional, Hasil Usaha Investasi, Dan Tingkat
Hutang Terhadap Laba Bersih (Studi Kasus pada 6 Bank Penyelenggara dan
Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016)“. Sesuai dengan
yang direncanakan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam
meraih gelar Sarjana Ekonomi di sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
Membangun (STIE INABA) Bandung.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang banyak
membantu dalam penyusunan skripsi ini, tanpa mereka skripsi ini tidak dapat
penulis selesaikan terutama kepada Bapak Muhammad Iqbal. Alamsyah SE., MM,
selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan dorongan dan perhatian,
mengarahkan, dan juga mengoreksi selama mengerjakan skripsi ini. Selain itu
juga penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yoyo Sudaryo, S.E., Ak., M.M., CA. selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Indonesia membangun ( STIE INABA Bandung )
2. Bapak Drs. Riyandi Nur Sumawidjaya, M.M. selaku Wakil Ketua Bidang
Akademik STIE INABA Bandung
3. Ibu Astrin Kusumawardani, SE., Ak., MM, selaku Pembimbing Akademik
serta sebagai wali dosen yang telah memberikan masukan dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Hj. Devyanthi Sjarif, SE., M. Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi
5. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi STIE INABA Bandung, yang telah
memberikan ilmu dan pelayanan selama penulis menempuh perkuliahan.
6. Ayahanda dan Ibunda, Kakak, serta Keluarga yg telah membantu/mendukung
dalam menyelesaikan skripsi ini.

i
ii

7. Untuk Ugan Mela Maelani, Teni Sephia Listiani dan Yulianty Dhisa Suherlan
sahabat seperjuangan dari awal perkuliahan, terima kasih selalu memberikan
dukungan kepada penulis selama belajar di STIE INABA.
8. Untuk Herdian Prata terima kasih untuk dukungan, do’a, yang tak terhingga
kepada penulis. Terima kasih karena tak pernah lelahmendengarkan keluhan
penulis sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
9. Rekan-rekan Akuntansi Angkatan’14 lainnya terima kasih atas bantuan dan
dorongan pada penulis.
10. Untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan usulan
penelitian ini, yang tidak disebutkan satu per-satu, semoga Allah Swt
memberikan balasan yang setimpal. Amin
Saran dan kritik, penulis harapkan dari dewan penguji dan semua pihak untuk
penyempurnaan penulisan skripsi lebih lanjut.Semoga usulan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Bandung, Maret 2018


Penulis,

Resti Ratna
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................84
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 13
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian .......................................................................... 14
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS ....... 16
2.1 Kajian Pustaka ............................................................................................. 16
2.1.1 Laba bersih ......................................................................................... 16
2.1.1.1 Definisi Laba bersih ............................................................... 16
2.1.1.2 Jenis dan Pengukuran Laba .................................................... 17
2.1.1.3 Manfaat Laba ......................................................................... 18
2.1.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba ................... 19
2.1.2 Pendapatan ......................................................................................... 21
2.1.2.1 Definisi Pendapatan ............................................................... 21
2.1.2.2 Klasifikasi Pendapatan ........................................................... 22
2.1.2.3 Pengakuan Pendapatan .......................................................... 25
2.1.2.4 Metode Pengakuan Pendapatan ............................................. 26
2.1.2.5 Pengukuran Pendapatan ......................................................... 28
2.1.3 Biaya ................................................................................................... 29
2.1.3.1 Definisi Biaya ........................................................................ 29
2.1.3.1.1 Biaya Operasional .................................................. 30
2.1.3.2 Klasifikasi Biaya .................................................................... 31
2.1.3.3 Penggolongan Biaya .............................................................. 32
2.1.4 Hasil Usaha Investasi .......................................................................... 34
2.1.4.1 Definisi Investasi ................................................................... 34
2.1.4.1.1 Definisi Hasil usaha Investasi ................................ 35
2.1.4.2 Tujuan Investasi ..................................................................... 35
2.1.4.3 Jenis-jenis Investasi ............................................................... 36
2.1.4.4 Proses Keputusan Investasi .................................................... 40
2.1.4.5 Risiko Investasi ...................................................................... 43
2.1.5 Tingkat Hutang.................................................................................... 45
2.1.5.1 Definisi Hutang ...................................................................... 45
2.1.5.1.1 Tingkat Hutang ...................................................... 46
2.1.5.2 Klasifikasi Hutang ................................................................. 46

iii
4

2.1.5.3 Kebijakan Utang .................................................................... 52


2.2 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 53
2.2.1 Hubungan Pendapatan terhadap Laba bersih .................................... 53
2.2.2 Hubungan Biaya Operasional terhadap Laba bersih ......................... 54
2.2.3 Hubungan Hasil Usaha Investasi terhadap Laba ............................... 54
2.2.4 Hubungan Tingkat Hutang dengan Laba bersih yaitu: ...................... 55
2.3 Hipotesis ...................................................................................................... 57
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 59
3.1 Metode yang digunakan .............................................................................. 59
3.2 Operasional Variabel ................................................................................... 60
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 62
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 63
3.5 Teknik Pengambilan Sampel ....................................................................... 64
3.5.1 Populasi ............................................................................................. 64
3.5.2 Sampel ............................................................................................... 65
3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ........................................... 66
3.6.1 Teknik Analisis Data ......................................................................... 66
3.6.1.1 Uji Asumsi Klasik ................................................................. 67
3.6.1.2 Analisis Regresi Linier Berganda .......................................... 69
3.6.1.3 Analisis Korelasi .................................................................... 70
3.6.1.4 Analisis Korelasi Parsial ........................................................ 70
3.6.1.5 Analisis Korelasi Berganda (Simultan) ................................. 71
3.6.2 Rancangan Pengujian Hipotesis ........................................................ 72
3.6.2.1 Uji t (Uji Parsial).................................................................... 72
3.6.2.2 Uji F (Pengujian Secara Simultan) ............................ 73
3.6.2.3 Koefisien Determinasi ........................................................... 74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 76
4.1 Hasil Penelitian............................................................................................ 76
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ........................................................... 76
4.1.2 Deskripsi Variabel yang diteliti ......................................................... 78
4.1.3 Analisis Kuantitatif ............................................................................ 88
4.1.3.1 Uji Asumsi Klasik .................................................................. 88
4.1.3.2 Regresi Linier Berganda ........................................................ 92
4.1.3.3 Analisis Korelasi .................................................................... 94
4.1.3.4 Analisis Korelasi Berganda (Simultan) ................................. 97
4.1.3.5 Pengujian Hipotesis ............................................................... 98
4.1.3.5.1 Uji t (Uji Parsial)..................................................... 98
4.1.3.5.2 Uji F ........................................................................ 99

iv
5

4.1.3.6 Koefisien Determinasi ........................................................ 100


4.1.4 Hubungan antar variabel/ Pengaruh Variabel yang diteliti ............. 101
4.1.4.1 Hubungan Pendapatan terhadap Laba bersih ...................... 101
4.1.4.2 Hubungan Biaya operasional terhadap Laba bersih ............ 102
4.1.4.3 Hubungan Hasil usaha invetasi terhadap Laba bersih ........ 102
4.1.4.4 Hubungan Tingkat Hutang terhadap Laba bersih ............... 103
4.1.4.5Hubungan Pendapatan, Biaya operasional, Hasil usaha
investasi dan Tingkat Hutang terhadap Laba bersih……...103
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 107
5.1 Keimpulan ................................................................................................. 107
5.2 Saran .......................................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112
LAMPIRAN ........................................................................................................ 117

v
6

DAFTAR TABEL
Table 1 1 Data Laba bersih Perusahaan Dana Pensiun Perbankan di wilayah
Bandung periode 2011-2015 .............................................................. 5

Tabel 1 2 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................. 15


Tabel 2 1 Ringkasan Penelitian terdahulu ....................................................... 57

Tabel 31 Operasional Variabel....................................................................... 61


Tabel 32 Data perusahaan yang menyelenggarakan dan mengelola Dana .... 65
Tabel 33 Sampel perusahaan Dana Perbankan di wilayah Bandung ............. 66
Tabel 34 Uji Statistik Durbin-Watson Nilai Statistik d ................................. 69
Tabel 35 Pedoman menginterprestasikan Koefisien Korelasi Interval
Korelasi .......................................................................................... 71
Tabel 3 6 Pedoman Interprestasi Koefisien Determinasi ............................... 75

Tabel 4 1 Data Laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun diwilayah Bandung periode 2011-2016……………….79
Tabel 4 2 Data Pendapatan pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun diwilayah Bandung periode 2011-2016............................ 81
Tabel 4 3 Data Biaya operasional pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola
Dana Pensiun diwilayah Bandung periode 2011-2016 .................. 83
Tabel 4 4 Data Hasil usaha investasi pada 6 Bank Penyelenggara dan
Pengelola Dana Pensiun diwilayah Bandung periode 2011-2016 . 84
Tabel 4 5 Data Tingkat hutang pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola
Dana Pensiun diwilayah Bandung periode 2011-2016 .................. 87
Tabel 46 Hasil Pengujian Normalitas ........................................................... 89
Tabel 47 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas ..................................... 90
Tabel 48 Nilai Durbin-Watson untuk Uji Autokorelasi ................................ 91
Tabel 49 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas .............................................. 92
Tabel 4 10 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ......................................... 93
Tabel 4 11 Koefisien Korelasi Pendapatan dengan Laba bersih ...................... 95
Tabel 4 12 Koefisien Korelasi Biaya operasional dengan Laba bersih ........... 95
Tabel 4 13 Koefisien Korelasi Hasil usaha investasi dengan Laba bersih ....... 96
Tabel 4 14 Koefisien Korelasi Tingkat hutang dengan Laba bersih ................ 96
Tabel 4 15 Analisis Koefisien Korelasi Berganda ........................................... 97
Tabel 4 16 Uji t (Uji Parsial) ............................................................................ 98
Tabel 4 17 Uji F ............................................................................................. 100
Tabel 4 18 Koefisien Determinasi.................................................................. 101

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 1 Paradigma Penelitian ....................................................................................56

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan dunia usaha pada saat ini semakin pesat yang
mengakibatkan setiap negara dituntut untuk semakin maju dan semakin
berkembang.Dengan semakin berkembangnya perusahaan maka kegiatan dan
masalah yang dihadapi perusahaan semakin kompleks, sehingga semakin sulit
bagi pihak pimpinan untuk melaksanakan pengawasan atau mengkoordinir secara
langsung terhadap seluruh aktivitas perusahaan begitupun tingkat persaingan
dalam dunia usaha semakin tinggi dan hanya badan usaha yang memiliki
pencapaian kinerja atau performa yang baik yang akan bertahan, maka pihak
perusahaan harus bisa mengelola perusahaan dengan baik.
Pengelolaan perusahaan yang dimaksudkan tersebut yaitu untuk
memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan, serta dengan
adanya pengelolaan perusahaan dengan baik dapat memberikan manfaat yang
berguna bagi masyarakat.Maka dari itu, melihat persaingan usaha yang semakin
kompetitif perusahaan dituntut untuk semakin efisien dalam menjalankan
aktivitasnya terlebih dalam kondisi ekonomi saat ini yang penuh dengan
ketidakpastian dimana krisis ekonomi yang melanda Indonesia sangat berat dan
merusak segala sektor dari perekonomian, sehingga perlu mengoptimalkan
sumber daya yang dimiliki.
Sumber daya yang dimiliki perusahaan misalnya yaitu sumber daya
manusia, bahwa sumber daya manusia dalam perusahaan sangat penting, strategis
dan menentukan, bahkan keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan justru ditentukan oleh sumber daya manusia. Oleh karena itu melalui
daya yang melekat pada sumber daya manusia akan dapat dimanfaatkan oleh
berbagai sumber yang terdapat dalam perusahaan dan berbagai aktivitas yang
telah ditetapkan akan dapat digerakan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran
perusahaan sebagaimana yang diharapkan

1
2

Suatu perusahaan atau organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan


perusahaan tersebut.Pencapaian tujuan perusahaan menunjukan hasil kerja atau
prestasi dan meunjukan kinerja suatu organisasi.Hasil kerja organisasi diperoleh
dari serangkaian aktivitas yang dijalankan. Aktivitas tersebut dapat berupa proses
pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai tujuan suatu perusahaan.
Untuk menjamin agar aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan,
diperlukan upaya manajemen dalam pelaksanaan aktivitasnya.
Pada umumnya perusahaan didirikan bertujuan untuk mendapatkan laba
yang semaksimal mungkin agar kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin,
sehingga dapat selalu mengusahakan perkembangan lebih lanjut.Begitupun tujuan
utama operasional bank adalah mencapai laba bersih yang maksimal.Penilaian
kinerja keuangan perbankan dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar
keuntungan bank dengan membandingkan hasil laba pada tahun tertentu dengan
laba tahun-tahun sebelum dan sesudahnya.Maka dari itu, jadi kita bisa melihat
apakah laba perusahaan mengalami penurunan atau mengalami kenaikan.
Hal tersebut dapat dijadikan acuan bagi pihak perusahaan untuk mengatasi
kesulitan keuangan sedini mungkin, maka pihak perusahaan dapat mengambil
langkah-langkah bagaimana untuk memperbaiki laba perusahaan agar dapat
meningkatkan perolehan laba di masa yang akan datang. Dengan diketahuinya
kemungkinan kesulitan keuangan yang akan terjadi saat ini semua perusahaan
baik itu perusahaan besar ataupun perusahaan kecil, biasanya selalu berusaha
untuk meningkatkan laba yang diperolehnya lebih besar dari tahun ke tahun.
Tujuan perusahaan antara yang satu dengan yang lainnya belum tentu
sama, tetapi secara umum berdirinya semua perusahaan bertujuan untuk
mendapatkan laba semaksimal mungkin. Tanpa diperolehnya laba, perusahaan
tidak akan dapat memenuhi tujuan lainya yaitu pertumbuhan perusahaan yang
terus menerus (going concern) dan tanggung jawab sosial (corporate social
responsibility).
Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan
laba perusahaan di masa depan. Hal tersebut jelas membuktikan bahwa betapa
3

pentingnya memprediksi laba di masa yang akan datang demi kelangsungan


kehidupan perusahaan agar tetap bertahan di masa persaingan yang semakin ketat.
Informasi mengenai laba dalam laporan keuangan suatu perusahaan merupakan
salah satu sumber penting yang digunakan oleh para pengguna laporan keuangan
untuk pengambilan keputusan.
Laba suatu perusahaan dari tahun ke tahun dapat mengalami peningkatan
atau mengalami penurunan. Peningkatan laba yang stabil dari suatu perusahaan
menunjukkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan baik.Demikian juga
sebaliknya, penurunan laba dari tahun ke tahun menunjukan bahwa pertumbuhan
laba perusahaan kurang baik atau buruk.
Laba merupakan salah satu tujuan utama atas berdirinya suatu perusahaan
yang sangat penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan, jika tidak
mendapatkan laba, perusahaan tidak dapat memenuhi tujuan yang lain. Dengan
laba ini membuat perusahaan tumbuh dan berkembang dari perusahaan
pesaingnya, bisa menggunakan kemampuannya yang lebih besar, bisa
memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, dan perusahaan
bisa memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan dan dapat menjamin
kelangsungan hidup karyawannya. Banyak cara yang akan ditempuh untuk
mendapatkan laba yang lebih besar.
Dalam hal diatas telah dijelaskan bahwa sumber daya manusia atau tenaga
kerja merupakan aset perusahaan yang sangat berharga karena mereka
memberikan kontribusinya demi pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu
sudah selayaknya tenaga kerja tersebut mendapatkan perhatian dari perusahaan,
dimana perhatian yang paling utama adalah masa depan tenaga kerja itu sendiri.
Perhatian tersebut sangat dibutuhkan ketika mereka memasuki usia
lanjut.Produktivitas manusia pada akhirnya ada batasnya, di mana mereka sudah
tidak produktif lagi atau dapat dikatakan mereka tidak dapat lagi mengandalkan
kekuatan fisik atau kegiatan berfikirnya untuk memperoleh penghasilan.Pada
umumnya setiap orang tentu berharap untuk selalu dapat hidup sejahtera, bukan
hanya pada saat mereka aktif bekerja namun juga pada saat mereka sudah tidak
lagi aktif bekerja atau pensiun. Supaya tidak sengsara di hari tua, masyarakat
4

banyak yang mengikuti program dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) yang
diselenggarakan oleh bank dan perusahaan asuransi.
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, bahwa diperlukan pembangunan ketenagakerjaan untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja serta peningkatan perlindungan tenaga kerja
dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Oleh karena itu,
merupakan suatu komitmen bagi perusahaan untuk mengupayakan suatu sarana
yang nantinya diharapkan dapat membantu tenaga kerja dalam menjaga
kesinambungan penghasilannya dimasa depan.
Dana Pensiun adalah badan hukum yang meneglola dan menjalankan
program yang menjanjikan pembayaran berkala kepada peserta pada saat
mencapai usia pensiun atau pada saat lain, dengan cara yang ditetapkan dalam
peraturan dana pensiun. Program pensiun juga bermanfaat bagi pemerintah,
karena dengan adanya program pensiun dapat membantu meringankan beban
pemerintah dalam menghadapi masalah sosial yang mungkin akan timbul apabila
anggota masyarakat memasuki usia lanjut dan mereka tidak lagi memiliki
penghasilan. Dana pensiun harus terdaftar secara hukum sehingga para pesertanya
tetap mendapat kepastian hukum dari program yang diikutinya. Hal ini berlaku
untuk Dana pensiun pemberi kerja maupun dana pensiun Lembaga Keuangan.
Perusahaan yang menyelenggarakan dan mengelola Dana pensiun di
wilayah Bandung yaitu: perusahaan Lembaga Keuangan, perusahaan Pemberi
Kerja, perusahaan Asuransi, Kesehatan dan sebagainya.
Dengan mengambil perusahaan lembaga keuangan sebanyak enam bank
yaitu antara lain :Dana pensiun Bank Bjb,Dana pensiun Bank Mandiri, Dana
pensiun Bank BNI, Dana pensiun Bank BRI, Dana pensiun Bank BCA dan Dana
pensiun Bank BTN. Dana pensiun Perbankan tersebut terbuka bagi individu dan
kelompok.Peserta Individu meliputi pekerja formal maupun informal serta
professional. Dana pensiun Perbankan juga terbuka untuk mengelola program
pensiun perusahaan, Instansi/ Yayasan/ Lembaga.Aspek penting lainnya dalam
penyelenggaraan Dana Pensiun, yaitu pendanaan, yang umumnya berasal dari
iuran maupun hasil pengembangannya. Pendanaan dana pensiun berbeda dengan
5

pendanaan perusahaan pada umumnya, seperti investasi, dengan investasi terebut


dapat dijadikan salah satu pendapatan untuk mempengaruhi dalam menentukan
laba dalam periode tertentu
Kondisi di lapangan ditemukan beberapa permasalahan yang masih
dihadapi perusahaan Dana pensiun dari tahun ke tahun antara lain :
Juli 2017 Menurut Direktur Utama yaitu Rudi Dhian Dwiyamaia
mengatakan bahwa Dana Pensiun Bank Bjb tampak mengalami tekanan dalam
kinerja keuangan dipertengahan tahun ini. Pasalnya perolehan keuntungan
perusahaan susut 3,2% menjadi Rp. 829 miliar, bandingkan dengan laba bersih
perusahaan tahun lalu yang mencapai Rp 357 miliar. Naiknya biaya dana
perusahaan membuat laba perusahaan tercekik. Meningkatnya biaya dana dipicu
oleh banjirnya dana mahal pada akhir tahun lalu. Tahun lalu likuiditas perusahaan
ini tidak ketat, jadi kita coba meningkatkan pendanaan kita dengan dana mahal.
Lebih lanjutnya dirinya mengatakan lebih adanya kebijakan pemerintah yang
berupaya untuk menurunkan bunga investasi yang mempengaruhi keuntungan
laba. Sumber: https://wartaekonomi.co.id
Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan kinerja Dana pensiun perbankan
yang secara langsung mempengaruhi Laba perusahaan. Adapun data publikasi
Laba bersih perusahaan Dana pensiun Perbankan di wilayah Bandung antara lain
sebagai berikut :

Table 1 1 Data Laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun dinwilayah Bandung periode 2011-2016
Nama Periode 2011-2016
Perbankan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank Bjb 56.566.430.029 60.565.906.512 63.243.153.607 71.697.935.425 64.378.177.991 24.664.473.092

Bank Mandiri 172.036.000.000 457.481.023.654 341.439.713.926 407.943.043.348 353.806.604.659 420.957.000.000

Bank BNI 438.574.000.000 458.072.483.500 378.362.380.725 350.277.063.037 1.741.338.178.834 502.771.000.000

Bank BRI 939.792.000.000 1.160.600.000.000 950.223.154.975 996.537.102.936 2.098.374.588.580 1.323.790.000.000

Bank BCA 50.394.591.977 163.110.794.512 248.507.942.920 254.801.396.230 218.344.000.000 247.197.000.000

Bank BTN 131.049.000.000 145.186.850.378 127.235.773.676 157.571.000.000 117.663.000.000 132.546.000.000

Sumber :Hasil pengolahan data


6

Berdasarkan data publikasi Laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan


Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016,data menunjukan
tingkat laba bersih dapen paling tinggi adalah dapen bank BRI. Selanjutnya dana
pensiun bank Bjb berada pada kelompok paling kecil dibandingkan dengan dana
pensiun bank-bank yang lainnya. Dikarenakan bank Bjb masih terbilang baru
dalam menjalankan dan mengelola dana pensiun dibandingkan dengan perbankan
lainnya.Laba bersih yang diperoleh dana pensiun bank Bjb berasal dari
pendapatan usaha dan hasil usaha ivestasi.
Dari Tabel 1.1 diketahui bahwa laba bersih dana peniun bank Bjb selama
tahun 2011sampai tahun 2014 mengalami kecenderungan yang meningkat.
Peningkatan laba bersih pada tahun 2011 sampai tahun 2014 disebabkan oleh
peningkatan pendapatan usaha dan peningkatan hasil usaha investasi serta biaya
operasional bisa ditekankan dari tahun ke tahun rata-rata sebesar 94%.
Selain itu terdapat fenomena yang menunjukan nilai laba bersih tertinggi
berada pada tahun 2014 dengan nilai laba bersih sebesar Rp. 71.697.935.425.
Tetapi pada tahun 2015 pendapatan yang diperoleh mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 134.748.109. Jadi seharusnya apabila laba
bersih meningkat, otomatis pendapatan perusahaan tersebut akan ikut meningkat
juga.
Laba bersih dana pensiun bank Bjb yang diperoleh tidak selalu mengalami
peningkatan dari tahun 2014 ke tahun 2015. Pada tahun 2015 laba bersih dana
pensiun bank Bjb mengalami penurunan yaitu sebesar Rp. 64.378.177.991. Dan
pada tahun 2016 juga terjadi penurunan laba bersih dana pensiun bank Bjb yang
cukup rendah yaitu sebesar Rp.24.664.473.092. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitupada tahun 2016 dana pensiun Bank Bjb mengalami kerugian, disisi
lain berarti pada tahun tersebut dana pensiun Bank Bjb tidak memperoleh
pendapatan usaha, malah yang ada kerugian.Akibatnya kondisi tersebut
mengurangi laba pada tahun 2016. Begitupun tingkat hutang dana pensiun bank
Bjb melonjak cukup tinggi. Melonjaknya tingkat hutang tersebut disebabkan
karena kurangnya pembiayaan dana pensiun, sedangkan peserta pensiun dari
tahun ke tahun terus meningkat tetapi pendanaan masih tidak cukup untuk
7

membiayai perserta pensiun. Sehingga perusahaan melakukan pinjaman dan pada


akhirnya tingkat hutang perusahaan dana pensiun bank Bjb meningkat. Tingkat
hutang perusahaan yang meningkat tentunya berakibat pada menurunnya laba
perusahaan.
Selanjutnya laba bersih dana pensiun bank Mandiri selama tahun 2011
sampai tahun 2012 mengalami kenaikan yaitu menjadi Rp. 457.481.023.654
kenaikan laba pada tahun 2012 dikarenakan terjadi kenaikan Hasil usaha investasi
yaitu sebesar 61%, tetapi pada tahun 2012 pendapatan yang diperoleh dana
pensiun bank Mandiri mengalami kerugian. Pada tahun 2013 laba bersih dana
pensiun bank Mandiri mengalami penurunan dari tahun sebelumnya hal tersebut
dikarenakan biaya operasional tinggi begitupun hasil usaha investasi menurun dari
tahun sebelumnya. Laba bersih dana pensiun bank Mandiri mengalami kenaikan
kembali pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 407.943.043.348 kenaikan tersebut
dikarenakan pendapatan dan hasil usaha pada tahun 2014 mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 laba bersih dana pensiun bank Mandiri
mengalami penurunan kembali yaitu sebesar Rp. 353.806.604.659 penurunan laba
tersebut dikarenakan kerugian pada pendapatan serta tingkat hutang yang
meningkat dari tahun sebelumnya. Tetapi pada tahun 2016 laba bersih yang
diperoleh dana pensiun bank Mandiri meningkat yaitu mencapai Rp.
420.957.000.000. Hal tersebut disebabkan oleh Pendapatan yang mengalami
peningkatan dari tahun 2015 yang asalnya pendapatan tersebut mengalami
kerugian.
Dana pensiun bank BNI memperoleh laba bersih dari tahun 2011 sampai
tahun 2012 meningkat dikarenakan pendapatan pada tahun 2012 tinggi. Tetapi
pada tahun 2013-2014 laba yang diperoleh dana pensiun bank BNI menurun
dikarenakan pendapatan pada tahun 2014 mengalami kerugian sedangkan biaya
operasional meningkat dari tahun sebelumnya hal tersebut dapat mempengaruhi
laba bersih dana pensiun bank BNI. Pada tahun 2015 laba bersih dana pensiun
bank BNI meningkat cukup pesat yaitu mencapai Rp. 1.741.338.178.834 kenaikan
laba bersih tersebut dikarenakan pendapatan yang tadinya mengalami kerugian
sekarang pada tahun 2015 kembali meningkat dan hasil usaha investasi juga
8

mengalami kenaikan sehingga dengan diperoleh pendapatan dan hasil usaha


tersebut dapat menutupi atau melunasi hutang pada tahun 2015. Tetapi pada tahun
2016 perolehan laba bersih dana pensiun bank BNI mengalami penurunan yang
cukup rendah sekali yaitu sebesar Rp. 502.771.000.000.Hal tersebut disebabkan
oleh perolehan Hasil usaha investasi yang menurun dari tahun 2015.
Kemudian laba bersih dana pensiun bank BRI dari tahun 2011 sampai
tahun 2012 mengalami kenaikan, kenaikan tersebut didukung oleh pendapatan
yang tinggi. Tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan dikarenakan biaya
operasional tinggi. Pada tahun 2014 sampai tahun 2015 laba bersih dana pensiun
bank BRI mengalami kenaikan dan pada tahun 2015 dana pensiun bank BRI
memperoleh laba paling tinggi dari dana pensiun yang lainnya yaitu sebesar Rp.
2.098.374.588.580 kenaikan laba bersih tersebut didukung oleh kenaikan Hasil
usaha investasi, kenaikan hasil usaha investasi tersebut digunakan untuk
membayar hutang pada tahun tersebut. Tetapi pada tahun 2016 leba bersih dana
pensiun bank BRI mengalami penurunan yaitu sebesar 1.323.790.000.000.
Penurunan laba bersih tersebut disebabkan oleh perolehan Hasil usaha investasi
menurun dari tahun 2015.
Laba bersih dana pensiun bank BCA pada tahun 2011 sampai tahun 2012
mengalami penurunan disebabkan biaya operasionalnya yang tinggi. Dari tahun
2012 sampai tahun 2014 laba pada dana pensiun bank BCA cenderung mengalami
kenaikan . Kenaikan laba bersih pada dana pensiun bank BCA dikarenakan dana
pensiun ini memperoleh hasil usaha investasi yang terus meningkat dari tahun ke
tahun serta dapat menekankan biaya operasional setiap tahunnya, tetapi dana
pensiun bank BCA pada tahun 2015 mengalami penurunan dikarenakan dana
pensiun ini mengalami kerugian pendapatan dan hasil investasi tersebut dipakai
untuk membiayai hutang pada setiap tahunnya. Tetapi pada tahun 2016 laba
bersih dana pensiun bank BCA mengalami peningkatan sebesar
Rp.247.197.000.000.
Dan perolehan laba bersih pada dana pensiun bank BTN dari tahun 2011
sampai tahun 2012 mengalami kenaikan.Pada tahun 2013 laba bersih dana
pensiun bank BTN mengalami penurunan dikarenakan biaya pendapatan yang
9

menurunserta hasil usaha yang menurun dari tahun sebelumnya sehingga


mempengaruhi laba bersih pada tahun tersebut. Pada tahun 2014 laba dana
pensiun bank BTN mengalami kenaikan kembali hal tersebut dikarenakan
perolehan pendapatan yang tinggi sebesar 7,9%. Laba bersih dana pensiun bank
BTN pada tahun 2015 mengalami penurunan kembali yaitu sebesar
Rp.117.663.000.000 lebih kecil dari tahun sebelumnya dikarenakan tingkat hutang
yang tinggi serta pendapatan yang lebih kecil dari tahun sebelumnya dengan
keadaan tersebut dana pensiun bank BTN tidak mampu menutupi hutang yang ada
pada tahun 2015.Pada tahun 2016 perolehan laba bersih dana pensiun bank BTN
mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp. 132.546.000.000. Hal tersebut
disebabkan oleh Pendapatan yang meningkat cukup besar dari tahun 2015.
Pada tahun 2011 yang merupakan tahun dasar penelitian ini. Dan
merupakan laba bersih dengan nilai yang paling terendah dibandingkan tahun-
tahun yang lainnya. . Pada tahun 2012 perolehan laba bersih mengalami
peningkatan. Dibandingkan dengan tahun 2011, perolehan laba bersih meningkat
sebesar 26,85%. Pada tahun 2013 perolehan laba berih mengalami penurunan.
Dibandingkan dengan tahun 2012, perolehan laba bersih menurun sebesar
15,93%. Pada tahun 2014 perolehan laba bersih mengalami peningkatan kembali.
Dibandingkan dengan tahun 2013, perolehan laba bersih meningkat sebesar
5,79%. Pada tahun 2015 perolehan laba bersih masih mengalami peningkatan
yang cukup besar. Dibandingkan tahun 2014, perolehan laba bersih meningkat
sebesar 51,26%. Sedangkan pada tahun 2016 perolehan laba bersih mengalami
penurunan yang cukup besar. Dibandingkan tahun 2015, penurunan laba bersih
sebesar 73,22%. Dapat kita lihat bahwa data Laba Bersih pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-
2016 setiap tahunnya cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2013 dan tahun
2016 laba yang diperoleh mengalami penurunan.

Dengan laba yang semakin berkurang membuat para investor memiliki


keraguan dalam menanamkan modalnya sehingga kondisi yang demikian harus
diantisipasi dengan melihat data historis dan memprediksi laba yang akan
10

diperoleh pada tahun berikutnya agar kegiatan operasional perusahaan berjalan


secara efektif dan efisien.

Supaya perolehan laba ini sesuai dengan yang diharapkan dan


mendapatkan keuntungan yang besar, perusahaan harus dapat memaksimalkan
pendapatannya dan meminimalkan beban atau biayanya.Untuk menghasilkan laba
atau pendapatan tentunya perusahaan harus rela mengeluarkan biaya yang
berhubungan dengan kegiatan operasi perusahaan tersebut.Pendapatan dan biaya
tidak dapat dipisahkan, di mana pendapatan adalah penghasilan yang timbul
dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa misalnya penjualan barang
dagangan atau pendapatan jasa atau pendapatan hasil dari kegiatan operasi
ataupun non operasi suatu perusahaan (Jusup 2011:30), sedangkan biaya adalah
pengorbanan yang dikeluarkan atau digunakan untuk menjalankan langsung
kegiatan operasi perusahaan sehingga memperoleh pendapatan yang diharapkan
oleh perusahaan.
Dalam menjaga agar dana yang dikelola dapat tetap stabil bahkan
meningkatkan kekayaan usaha ataupun dalam meningkatkan kekayaan
perusahaannya, maka perusahaan harus melakukan kegiatan investasi. Menurut
Abdullah Amrin (2011: 137) keuntungan lain yang diperoleh perusahaan berasal
dari bagi hasil kegiatan investasi dana tabungan peserta hasil investasi dari modal
dana. Investasi merupakan salah satu kegiatan usaha paling penting dalam
pengelolaan dana pada perusahaan. Investasi di pasar modal menjadi alternatif
utama setelah pilihan meyimpan kekayaan dalam bentuk tabungan atau deposito.
Lembaga keuangan juga merupakan sarana investasi yang tepat serta
mampu bersifat adil dalam menghadapi tuntutan masyarakat. Setiap investasi
yang telah dilaksanakan perusahaan, diharapkan dapat mencapai hasil yang sesuai
dengan yang direncanakan atau hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, yaitu
tercapainya tingkat penjualan tertentu dengan beban biaya serendah mungkin,
yang berarti tercapainya tingkat efisiensi yang tinggi, sehingga mendatangkan
tingkat pengembalian investasi (return)yang memuaskan.
11

Memperoleh keuntungan yang maksimal, perusahaan memerlukan dana


yang cukup agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
Perusahaan yang memilki kekurangan dana dapat memasukkan modal pemilik
perusahaan atau melakukan pinjaman kepada pihak luar. Apabila perusahaan
melakukan pinjaman pada pihak luar, maka akan timbul risiko hutang sebagai
konsekuensi dari pinjaman tersebut. Semakin besar hutang, maka semakin besar
pula resiko yang akan dihadapi perusahaan. Peningkatan hutang akan secara
langsung meningkatkan beban bunga sehinggga perusahaan harus mampu
menutupi beban tersebut melalui laba operasi yang diperoleh perusahaan.
Dalam mengambil keputusan untuk menggunakan hutang, perusahaan
harus memperhatikan pertimbangan antara modal sendiri dan modal luar yang
akan digunakan. Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian
sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh
perusahaan kepada pihak lain. Tingkat hutang merupakan kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban jangka panjangnya. Penggunaan hutang yang cukup
tinggi bagi perusahaan akan meningkatkan risiko didalam perusahaan.
Berdasarkan penelitian terdahulu faktor-faktor yang mempengaruhi laba
bersih suatu perusahaan dipengaruhi oleh pendapatan usaha dan yang diteliti oleh
Dongsae Cho (1990) dengan judul yang diteliti “The Impact Of a Price Cut On
Nrt Income and Profit Margin” dengan menghasilkan penelitian yaitu “A
reduction in the price of a product may improve the profit for the stockholders due
to more demand for the same product”
Penlitian yang berhubungan dengan laba yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Husnul Khotimah (2012) dengan judul penelitian “ Pengaruh Premi, Klaim,
Hasil Investasi dan Underwriting terhadap Laba Perusahaan Asuransi Syariah
pada PT. Asuransi Kerugian Sinarmas Cabang Syariah “ dengan hasil penelitian
bahwa Premi, Klaim, Hasil Investasi dan Underwriting berpengaruh secara
signifikan terhadap Laba bersih Asuransi Syariah.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Meiza Efilia (2014) dengan
judul yang diteliti “ Pengaruh Pendapatan Usahadan Beban Operasional terhadap
Laba bersih pada Perusahaan Kimia dan Keramik, Porselin, dan Kaca yang
12

terdaftar di Bursa Efek Indonesia “ dengan hasil penelitian bahwa secara simultan
variabel Pendapatan Usaha dan Beban Operasional berpengaruh secara signifikan
terhadap Laba Bersih.
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan laba yaitu yang
dilakukan oleh Wayan Bayu Wisesa (2014) yang melakukan penelitian yang
berjudul “ Pengaruh Volume Penjualan dan Biaya Operasional terhadap Laba
bersih pada UD. AGUNG ESHA Karang Asem “ dengan mendapatkan hasil
penelitian bahwa Biaya Operasional berpengaruh terhadap Laba Bersih pada
UD.Agung Esha.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fitriana (2016) yang melakukan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Tingkat Hutang dan Arus Kas Akrual
terhadap Laba (Studi pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014) ” yang menghasilkan penelitian bahwa
Secara Persial variabel Tingkat Hutang berpengaruh positif terhadap Laba pada
Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Maka penulis berkeinginan untuk membuat penelitian yang berjudul “ Pengaruh
Pendapatan, Biaya Operasional, Hasil Usaha Investasi, dan Tingkat Hutang
terhadap Laba bersih (Studi Kasus pada 6 Bank Penyelenggara dan
Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016) “

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pendapatan yang diperoleh 6 Bank Penyelenggara dan
Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016
2. Bagaimana Biaya Operasional yang dikeluarkan oleh 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung
periode 2011-2016
3. Bagaimana Hasil Usaha Investasi yang diperoleh 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung
periode 2011-2016
4. Bagaimana Tingkat Hutang yang terjadi di 6 Bank Penyelenggara dan
Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016
13

5. Bagaimana Laba Bersih yang diperoleh 6 Bank Penyelenggara dan


Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016
6. Seberapa besar pengaruh Pendapatan, Biaya Operasional, Hasil Usaha
Investasi, dan Tingkat Hutang terhadap Laba bersih pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung
periode 2011-2016 secara persial
7. Seberapa besar pengaruh Pendapatan, Biaya Operasional, Hasil Usaha
Investasi, dan Tingkat Hutang terhadap Laba bersih pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung
periode 2011-2016 secara simultan

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui Pendapatan yang diperoleh 6 Bank Penyelenggara
dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016
2. Untuk mengetahui Biaya Operasional yang dikeluarkan oleh 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung
periode 2011-2016
3. Untuk mengetahui Hasil Usaha Investasi yang diperoleh 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung
periode 2011-2016
4. Untuk mengetahui Tingkat Hutang yang terjadi di 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung
periode 2011-2016
5. Untuk mengetahui Laba Bersih yang diperoleh 6 Bank Penyelenggara
dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016
6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pendapatan, Biaya
Operasional, Hasil Usaha Investasi, dan Tingkat Hutang terhadap Laba
bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di
wilayah Bandung periode 2011-2016 secara persial
7. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pendapatan, Biaya
Operasional, Hasil Usaha Investasi, dan Tingkat Hutang terhadap Laba
14

bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di


wilayah Bandung periode 2011-2016 secara simultan

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian


1. Kegunaan Praktis
1) Bagi Penulis, penelitian berguna untuk menyusun skripsi yang
merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Membangun.
2) Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan untuk mengetahui
masalah-masalah yang ada dalam perusahaan dan untuk
memberikan suatu sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi
pengambilan keputusan dan dalam perkembangan perusahaan.

2. Kegunaan Teoritis
1) Bagi pengembangan ilmu akuntansi, memberikan informasi
tentang pengaruh antara pendapatan, biaya operasional, hasil usaha
investasi dan tingkat hutang terhadap laba bersih
2) Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai bahan acuan ataupun referensi bagi semua pihak,
pertimbangan bagi para penelit yang meneliti dibidang kajian yang
sama.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini diperoleh dari Penelitian Kepustakaan(Library Research)
dam Penelitian Studi Internet (Internet Research) serta penelitian ini
dilakukanpada Perusahaan penyelenggara dan pengelola Dana Pensiun Perbankan
di wilayah Bandung yaitu pada :
1. Dapen bank Bjb
2. Dapen bank Mandiri
3. Dapen bank BNI
15

4. Dapen Bank BRI


5. Dapen bank BCA
6. Dapen bank BTN
Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan November 2017 sampai
dengan bulan Maret 2018.

Tabel 1 2 Jadwal Kegiatan Penelitian


Waktu Penelitian
No Kegiatan Nov 2017 Des 2017 Jan 2018 Feb 2018 Maret 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Sidang UP
3 Pengumpulan data
4 Pengolahan data
5 Penulisan skripsi
6 Sidang skripsi
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Laba bersih
2.1.1.1 Definisi Laba bersih
Penilaian kinerja keuangan dapat digunakan untuk mengetahui seberapa
besar keuntungan perusahaan dengan membandingkan hasil laba pada tahun
tertentu dengan laba tahun-tahun sebelum dan sesudahnya. Adapun definisi laba
bersih menurut para ahli yaitu :

Menurut Mahmud M. Hanafi (2010:32) mengatakan bahwa laba adalah


sebagai berikut:
“Laba merupakan ukuran keseluruhan prestasi perusahaan yang diukur
dengan menghitung selisih antara pendapatan dan biaya.”
Untuk mengukur laba yaitu sebagai berikut :

Laba= Pendapatan – Biaya

Mahmud M. Hanafi (2010:32


Berikutnya menurut Subramanyam (2012:109) manyatakan bahwa laba
adalah sebagai berikut:
“Laba merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam
periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Serta informasi
perusahaan yang paling diminati dalam pasar uang .”
Sedangkan menurut Lailan Paradiba (2015) mengatakan bahwa pengertian
laba adalah sebagai berikut:
“Laba berbagai kegunaan dalam berbagai konteks.”
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu Laba merupakan
item laporan keungan yang penting yang memiliki kegunaan yang merupakan
ukuran keseluruhan prestasi perusahaan dalam periode waktu tertentu.

16
17

2.1.1.2 Jenis dan Pengukuran Laba


Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 120) “ Jenis-jenis laba
yaitu :
1. Laba kotor
2. Laba operasi
3. Laba sebelum pajak
4. Laba bersih.”

Adapun penjelasan dari jenis-jenis laba diatas adalah sebagai berikut:


1. Laba kotor
Laba kotor merupakan “pendapatan dikurangi harga pokok
penjualan.”Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat
menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut
atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut
untuk bertahan.
2. Laba operasi
“Laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor
dikurangi beban operasi.”Laba operasi menunjukkan seberapa efisien
dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya.
3. Laba sebelum pajak
“laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak
penghasilan.”
4. Laba bersih
Laba bersih merupakan “laba dari bisnis perusahaan yang sedang
berjalan setelah bunga dan pajak.”

Menurut Subramanyam (2013:26) dan Harrison (2012:13) “ laba terdiri


dari empat jenis yaitu:
1. Laba kotor yang disebut juga margin kotor (gross margin) merupakan
selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan.
2. Laba operasi merupakan selisih antara penjualan dengan seluruh biaya
dan beban operasi. Laba operasi biasanya tidak mencakup biaya
modal(bunga) dan pajak.
18

3. Laba sebelum pajak merupakan laba dari operasi berjalan sebelum


cadangan untuk pajak penghasilan.
4. Laba setelah pajak merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang
berjalan setelah bunga dan pajak.
5. Laba bersih adalah laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan
setelah bunga dan pajak. Laba bersih merupakan sisa laba setelah
mengurangi beban dan rugi dari pendapatan dan keuntungan.”

Menurut Dewi Utari (2014:1) mengemukakan bahwa “ laba dikategorikan


menjadi tiga, yaitu:
1. Laba kotor (gross profit)
2. Laba operasi (operating profit)
3. Laba bersih.”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Jenis-Jenis Laba
yaitu :

1. Laba kotor yang disebut juga margin kotor (gross margin) merupakan
selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan.
2. Laba operasi merupakan selisih antara penjualan dengan seluruh biaya
dan beban operasi. Laba operasi biasanya tidak mencakup biaya modal
(bunga) dan pajak.
3. Laba sebelum pajak
Laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan.
4. Laba bersih
Laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan
pajak.

2.1.1.3 Manfaat Laba


Menurut Harahap (2011:300), manfaat laba yaitu sebagai berikut :
1. Laba digunakan sebagai perhitungan pajak.
2. Laba digunakan sebagai dasar perhitungan untuk pembayaran dividen
kepada para pemegang saham.
3. Laba dijadikan dasar dalam menentukan kebijakan investasi dan dalam
pengambilan keputusan.
4. Laba digunakan sebagai dasar dalam peramalan laba maupun kejadian
ekonomi perusahaan lainnya.
19

5. Laba dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penilaian


efisiensi.”

Sementara itu, menurut Kasmir (2014:198) manfaat yang diperoleh adalah


untuk:
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam
suatu perusahaan
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modalsendiri,
5. Mengetahui produktifitas dari seluruh dana perusahaan
6. Manfaat lainnya.”

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa


Manfaat laba yaitu :
1. Laba dijadikan dasar dalam menentukan kebijakan investasi dan dalam
pengambilan keputusan.
2. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam
suatu perusahaan
3. Laba digunakan sebagai dasar dalam peramalan laba maupun kejadian
ekonomi perusahaan lainnya.
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri,
5. Mengetahui produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri,
6. Laba akuntansi dipandang bermanfaat untuk tujuan pengendalian,
terutama pertanggungjawaban manajemen.
7. Laba akuntansi bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan
ekonomi

2.1.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba


Peningkatan dan pertumbuhan laba dapat dilihat dari pertumbuhan
laba.Pertumbuhan laba adalah peningkatan dan penurunan laba yang diperoleh
perusahaan yang dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Adapun pertumbuhan
laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba bersih.
20

Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, (2006:20) menyebutkan bahwa “


pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Besarnya perusahaan.
2. Umur perusahaan.
3. Tingkat Leverage.
4. Tingkat penjualan.
5. Perubahan laba masa lalu.”

Menurut Nyoman Kusuma (2012:249) pertumbuhan “ laba dipengaruhi


oleh perubahan komponen-komponen yaitu :
1. Perubahan penjualan
2. Perubahan harga pokok penjualan
3. Perubahan beban operasi
4. Perubahan beban bunga dan perubahan pajak penghasilan.”

Namun begitu pertumbuhan laba juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor


luar seperti :
1. Adanya peningkatan harga akibat inflasi,
2. Nilai tukar rupiah
3. Kondisi ekonomi
4. Kondisi politik suatu negara dan adanya kebebasan manajerial yang
memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan membuat
estimasi yang dapat meningkatkan laba.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Laba yaitu :
1. Besarnya perusahaan
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba
yang diterapkan semakin tinggi.
2. Umur perusahaan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam
meningkatkan laba, sehinggaketepatannya masih rendah.
3. Tingkat leverage
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer
cenderung memanipulasi laba ehingga dapat mengurangi ketepatan
pertumbuhan laba.
21

4. Tingkat penjualan
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat
penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba
semakin tinggi.
5. Perubahan laba masa lalu
Semakin besar pertumbuhan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba
yang diperoleh di masa mendatang
Namun begitu pertumbuhan laba juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
luar seperti :
1. Adanya peningkatan harga akibat inflasi,
2. Nilai tukar rupiah
3. Kondisi ekonomi
4. Kondisi politik suatu negara dan adanya kebebasan manajerial yang
memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan membuat
estimasi yang dapat meningkatkan laba.

2.1.2 Pendapatan

2.1.2.1 Definisi Pendapatan


Perusahaan perlu memperhatikan pendapatan yang diterima oleh suatu
perusahaan. Adapun definisi yang akan dijelaskan menurut beberapa ahli yaitu
sebagai berikut:

Menurut Jusup (2011:30) “Pendapatan adalah penghasilan yang timbul


dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa (misalnya penjualan barang
dagangan atau pendapatan jasa).”
Menurut Hery (2013:46) “Pendapatan adalah arus masuk aktiva atau
peningkatan lainnya atas aktiva atau penyelesaian kewajiban entitas (atau
kombinasi dari keduanya) dari pengiriman barang, pemberian jasa, atau aktiva
lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan.”
22

Untuk mengukur pendapatan yaitu sebagai berikut:

Pendaparan = Pendapatan Operasional + Pendapatan Non Operasional

Hery (2013:46)
Menurut Sumarni & Jhon (2014:71)“Pendapatan adalah jumlah uang yang
dibayarkan kepada penerima.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendapatan adalah arus masuk aktiva yang
berasal dari kegiatan operasi perusahaan yang meliputi seperti penjualan,
pengiriman barang, pemberian jasa dan lain-lain yang menyebabkan kenaikan
kekayaan perusahaan.

2.1.2.2 Klasifikasi Pendapatan


Menurut Soemarsono (2000:152). Pendapatan dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu :
“1. Pendapatan operasional
2. Pendaptan non operasional.”

Penjelasan mengenai klasifikasi pendapatan yaitu:


1. Pendapatan operasional merupakan pendapatan yang timbul dari
penjualan barang dan jasa dalam periode tententu dengan tujuan utama
untuk mendapat keuntungan. Pendapatan non operasional adalah
pendapatan yang didapat dari keuntungan sewa barang atau bunga dari
peminjaman dari pihak lain.
Pendapatan operasional dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu :
a. Pendapatan kotor hasil penjualan barang secara keseluruhan yang
nilai dalam satuan rupiah berdasarkan harga persatuan berat dan
nilai barang tersebut.
b. Pendapatan bersih yaitu penjualan barang secara keseluruhan yang
dinilai dalam satuan rupiah dan dikurangi jumlah produksi dalam
proses produksi. Yaitu berupa,biaya tenaga kerja dan biaya rill
sarana produksi.
23

2. Pendapatan Non Operasional merupakan pendapatan yang diperoleh


dalam periode tertentu akan tetapi bukan diperoleh dari kegiatan
operasional utama perusahaan dari kegiatan sampingan atau (di luar
usaha pokok) yang bersifat insidentiil

Menurut Kusnadi (2010:19) menyatakan bahwa pendapatan dapat


diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :
“1. Pendapatan Operasional
2. Pendapatan Non Operasional.”

Lebih jelasnya definisi Klasifikasi Pendapatan yaitu:


1. Pendapatan operasional
Pendapatan operasional adalah pendapatan yang timbul dari penjualan
barang dagangan, produk atau jasa dalam periode tertentu dalam
kegiatan utama atau yang menjadi tujuan utama perusahaan yang
berhubungan langsung dengan usaha (operasi) pokok perusahaan yang
bersangkutan.Pendapatan ini sifatnya normal sesuai dengan tujuan dan
usaha perusahaan dan terjadinya berulang-ulang selama perusahaan
melangsungkan kegiatannya.Pendapatan operasional untuk setiap
perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jenis usaha yang dikelola
perusahaan.
Jenis pendapatan operasional timbul dari berbagai cara, yaitu :
a. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilaksanakan
sendiri oleh perusahaan tersebut.
b. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha dengan adanya
hubungan yang telah disetujui.
c. Pendapatan dari kegiatan usaha yang dilaksanakan melalui
kerjasama dengan para investor.
2. Pendapatan Non Operasional
Pendapatan non operasional merupakan pendapatan yang diperoleh
dalam periode tertentu akan tetapi bukan diperoleh dari kegiatan
24

operasional utama perusahaan dari kegiatan sampingan atau (di luar


usaha pokok) yang bersifat insidentiil. Adapun jenis dari pendapatan
ini dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Pendapatan yang diperoleh dari penggunaan aktiva atau sumber
ekonomi perusahaan oleh pihak lain. Contohnya, pendapatan
bunga, sewa, royalty dan lain-lain.
b) Pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva diluar barang
dagangan atau hasil produksi, pelayananan jasa kepada konsumen.
Contohnya, penjualan surat-surat berharga, penjualan aktiva tak
berwujud. Pendapatan bunga, sewa, royalti, keuntungan (laba),
penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan dividen
merupakan pendapatan diluar usaha bagi perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang manufaktur dan perdagangan.
c) Dan pendapatan yang diperoleh dari peningkatan ekuitas dari
transaksi-transaksi yang bukan kegiatan utama dari entitas dan dari
transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lainnya serta keadaan-
keadaan yang mempengaruhi entitas selain yang dihasilkan dari
investasi pemilik disebut keuntungan.

Dapat disimpulkan bahwa Klasifikasi Pendapatan menjadi dua bagian


yaitu:
1. Pendapatan operasional
Pendapatan operasional adalah pendapatan yang timbul dari penjualan
barang dagangan, produk atau jasa dalam periode tertentu dalam
kegiatan utama atau yang menjadi tujuan utama perusahaan yang
berhubungan langsung dengan usaha (operasi) pokok perusahaan yang
bersangkutan.Pendapatan ini sifatnya normal sesuai dengan tujuan dan
usaha perusahaan dan terjadinya berulang-ulang selama perusahaan
melangsungkan kegiatannya.Pendapatan operasional untuk setiap
perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jenis usaha yang dikelola
perusahaan.
25

2. Pendapatan Non Operasional


Pendapatan non operasional merupakan pendapatan yang diperoleh
dalam periode tertentu akan tetapi bukan diperoleh dari kegiatan
operasional utama perusahaan dari kegiatan sampingan atau (di luar
usaha pokok) yang bersifat insidentiil.

2.1.2.3 Pengakuan Pendapatan


Kieso dalam Ratunuman (2010:578) Pendapatan dan keuntungan
umumnya diakui apabila:
“1. Pendapatan dan keuntungan telah direalisasikan.
Pendapatan direalisasi apabila barang dan jasa ditukar dengan kas atau
klaim atas kas (piutang).Pendapatan dapat direalisasi apabila aktiva
yang diterima dalam pertukaran segera dapat dikonversi menjadi kas
atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui.
2. Pendapatan dihasilkan.
Pendapatan dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada
hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk
mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu.”

Pengakuan (recognition) berarti proses pembentukan suatu pos yang


memenuhi definisi unsur kriteria pengakuan yang sesuai dengan standar akuntansi
dalam laporan neraca dan laba rugi, Harahap (2011:96) menyatakan :
1. Ada kemungkinan manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan.
2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal.

Pendapatan diakui jika memungkinkan memberikan keuntungan ekonomi


kepada perusahaan dan keuntungan tersebut dapat diukur dengan andal.Kieso,
Weygant, dan Warfield, (2011 : 955).
Menurut Kieso, Weygant, dan Warfield (2011 : 955) “ bahwa ada Empat
transaksi pengakuan pendapatan diakui sesuai dengan prinsip berikut ini:
1. Perusahaan mengakui pendapatan dari penjualan produk pada tanggal
penjualan.Tanggal ini biasanya diartikan sebagai tanggal pengiriman
ke pelanggan.
26

2. Perusahaan mengakui pendapatan dari jasa yang diberikan, pada saat


jasa telah dilakukan dan ditagih.
3. Perusahaan mengakui pendapatan dari perijinan orang lain untuk
menggunakan aset perusahaan, seperi bunga, sewa, dan royalty,
seiring berjalannya waktu atau sebagai aset yang digunakan.
4. Perusahaan mengakui pendapatan dari membuang aset selain produk pada
tanggal penjualan.”

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Pengakuan


Pendapatan diakui umumnya yaitu:
1. Pendapatan dan keuntungan telah direalisasikan.
Pendapatan direalisasi apabila barang dan jasa ditukar dengan kas atau
klaim atas kas (piutang).Pendapatan dapat direalisasi apabila aktiva
yang diterima dalam pertukaran segera dapat dikonversi menjadi kas
atau klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui.
2. Pendapatan dihasilkan.
Pendapatan dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan pada
hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk
mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu.

2.1.2.4 Metode Pengakuan Pendapatan


Menurut Samryn (2011:110) pengakuan pendapatan ada yaitu:
1. Cash Basis, pendapatan hanya dapat diakui jika penyerahan barang
diikuti dengan penerimaan.
2. Accrual Basic, pendapatan dapat diakui sekalipun saat penyerahan hak
atas barang belum belum direalisasikan dalam bentuk penerimaan
kas.”

Belkaoui dalam Samsu (2013:569) menyatakan bahwa “ada dua metode


pengakuan pendapatan dalam periode akuntansi, yaitu:
1. Accrual Basis
Accrual Basis adalah Suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi
dan peristiwa diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan
pada saat terjadinya transaksi tersebut tanpa memerhatikan waktu kas
diterima atau dibayar.Beban dan pendapatan secara hati-hati
disamakan.Menyediakan informasi yang lebih handal dan terpercaya
tentang seberapa besar suatu perusahaan mengeluarkan uang atau
menerima uang dalam setiap bulannya.Pencatatan menggunakan
27

metode ini mengakui beban pada saat transaksi terjadi walaupun kas
belum dibayarkan.Begitu pula dengan pendapatan. Pendapatan dicatat
pada saat transaksi pendapatan terjadi walaupun kas atas transaksi
pendapatan tersebut baru diterima bulan depan. Dalam hal ini maka
dapat disimpulkan bahwa pencatatan menggunakan accrual basis lebih
mencermikan keadaan perusahaan dan lebih dapat mengukur kinerja
perusahaan.Teknik accrual basis memiliki fitur pencatatan dimana
transaksi sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki
implikasi uang masuk atau keluar di masa depan. Transaksi dicatat
pada saat terjadinya walaupun uang belum benar-benar diterima atau
dikeluarkan. Dengan kata lain basis akrual digunakan untuk
pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana. Jadi accrual basis
adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
2. Cash Basis
Dalam metode cash basis, pendapatan diakui ketika kas diterima
sedangkan beban diakui pada saat kas dibayarkan, artinya perusahaan
mencatat beban didalam transaksi jurnal entry ketika kas dikeluarkan
atau dibayarkan dan pendapatan dicatat ketika kas masuk atau
diterima.Cash Basis merupakan salah satu konsep yang sangat penting
dalam akuntansi, dimana Pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan
ketika transaksi terjadi dimana uang benar-benar diterima atau
dikeluarkan. Dengan kata lain Akuntansi Cash Basis adalah basis
akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang digunakan
untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan. Cash Basis
akan mencatat kegiatan keuangan saat kas atau uang telah diterima
misalkan perusahaan menjual produknya akan tetapi uang pembayaran
belum diterima maka pencatatan pendapatan penjualan produk tersebut
tidak dilakukan, jika kas telah diterima maka transaksi tersebut baru
akan dicatat seperti halnya dengan “dasar akrual” hal ini berlaku untuk
semua transaksi yang dilakukan, kedua teknik tersebut akan sangat
berpengaruh terhadap laporan keuangan, jika menggunakan dasar
accrual maka penjualan produk perusahaan yang dilakukan secara
kredit akan menambah piutang dagang sehingga berpengaruh pada
besarnya piutang dagang sebaliknya jika yang di pakai cash basis
maka piutang dagang akan dilaporkan lebih rendah dari yang
sebenarnya terjadi.”
28

Berdasarkan definisi yang telah dijelakan diatas, maka dapat disimpulkan


Metode Pengakuan Pendapatan yaitu :
1. Accrual Basis
Accrual Basis adalah Suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi
dan peristiwa diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan
pada saat terjadinya transaksi tersebut tanpa memerhatikan waktu kas
diterima atau dibayar
2. Cash Basis,
Cash Basis yaitu metode pendapatan hanya dapat diakui jika
penyerahan barang diikuti dengan penerimaan.

2.1.2.5 Pengukuran Pendapatan


Pengukuran pendapatan menurut PSAK no. 23.3 tahun 2000 dibagi
menjadi dua bagian yaitu :
1. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima
atau yang dapat diterima
2. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya
ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli.

Menurut Harahap (2011: 96) menyatakan bahwa :“ Pengukuran adalah


proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap
unsur laporan keuangan dalam neraca atau laporan laba rugi. Ada lima
dasar pengukuran pendapatan yaitu : 1). Cost Historis (Historical
Cost),Cost Penggantian Terkini (Current Replacement Cost),Nilai Pasar
Terkini (Current Market Value),Nilai Bersih yang Dapat Direalisasi (Net
Realisable Value),Nilai Sekarang yang Didiskontokan (Current
Discounted Value).”

Adapun definisi lebih jelasnya yaitu:


1. Cost Historis (Historical Cost), yaitu harga tunai ekuivalen yang
dipertukarkan untuk barang atau jasa pada tanggal perolehan atau
akuisisi. Pada dasar pengukuran ini, aktiva dicatat sebesar pengeluaran
kas (setara kas) atau sebesar nilai wajar imbalan yang diberikan untuk
memperoleh aktiva tersebut pada data perolehan.
2. Cost Penggantian Terkini (Current Replacement Cost), merupakan
harga tunai yang akan dibayarkan sekarang untuk membeli atau
29

mengganti jenis barang atau jasa yang sama yang tidak didiskontokan
yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban.
3. Nilai Pasar Terkini (Current Market Value), merupakan harga tunai
ekuivalen yang dapat diperoleh dengan menjual suatu aktiva dan
likuidasi yang dilaksanakan secara terarah.
4. Nilai Bersih yang Dapat Direalisasi (Net Realisable Value), merupakan
jumlah kas yang diharapkan akan diterima atau dibayarkan dari hasil
pertukaran aktiva atau kewajiban dalam kegiatan normal perusahaan.
Pada umumnya, nilai bersih yang dapat direalisasi sama dengan harga
jual dikurangi dengan biaya-biaya penjualan normal.
5. Nilai Sekarang yang Didiskontokan (Current Discounted Value),
merupakan aktiva yang dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih
dimasa depan yang didiskontokan ke nilai dari pos yang diharapkan
dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal kewajiban
dinyatakan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha.

Dapat disimpulkan bahwa Pengukuran Pendapatan dapat diukur dengan :


Cost Historis (Historical Cost), Cost Penggantian Terkini (Current Replacement
Cost), Nilai Pasar Terkini (Current Market Value), Nilai Bersih yang Dapat
Direalisasi (Net Realisable Value), Nilai Sekarang yang Didiskontokan (Current
Discounted Value).

2.1.3 Biaya
2.1.3.1 Definisi Biaya
Perusahaan dapat mengetahui sejauh mana perusahaan yang dimilikinya
bisa mengelola dan menekan biaya yang dikeluarkan supaya dapat menghasilkan
laba. Lebih jelasnya mengenai Biaya menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
30

Ony Widilestariningtyas, Sonny W.F, Sri Dewi Anggadini (2012:10)


mengemukakan bahwa biaya adalah “biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran,
pengorbanan untuk memperoleh manfaat.”

Sofyan Syafri Harahap (2011:242) menyatakan bahwa pengertian biaya


sebagai berikut:
“Biaya adalah semua yang dibebankan kepada produk barang dan jasa
yang akan dijual untuk mendapatkan revenue.”
Menurut Suwardjono (2008:464) “Laba dimaknai sebagai imbalan atas
upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan
kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan
produksi dan penyerahan barang/jasa)”.
Dapat disimpulkan bahwa Biaya adalah kas dan setara kas yang
dikorbankan dengan tujuan tertentu untuk memproduksi dan memperoleh barang
atau jasa yang diharapkan dapat memperoleh manfaat dimasa yang akan datang.

2.1.3.1.1 Biaya Operasional


Menurut Werner Murhadi (2013:37) mengemukakan biaya operasional
sebagai berikut:
“Biaya operasi (operating expense) merupakan biaya yang terkait dengan
operasional perusahaan yang meliput biaya penjualan dan administrasi
(selling and administrative expense), biaya iklan (advertising expense),
biaya penyusutan (depreciation and amortization expense), serta perbaikan
dan pemeliharaan (repairs and maintenance expense)”.

Sedangkan menurut Margaretha (2011:24) mengemukakan biaya


operasional sebagai berikut:
“Biaya Operasional (operating expense) adalah keseluruhan biaya
sehubungan dengan operasional diluar kegiatan proses produksi termasuk
didalamnya adalah (1) biaya penjualan dan (2) biaya administrasi dan umum.”
Untuk mengukur biaya operasional yaitu sebagai berikut :

Biaya Operasional = Biaya Penjualan + Biaya Administrasi& Umum

Margaretha (2011:24)
31

Menurut Jopie Jusuf (2009:38) mengemukakan biaya operasional sebagai


berikut:
“Biaya operasional atau biaya usaha (Operating Expenses) adalah biaya-
biaya yang tidak berhubungan langsung dengan produk perusahaan tetapi
berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehari-hari.”

Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud Biaya operasional adalah


biaya yang berkaitan dengan biaya yang timbul diluar aktivitas produksi tetapi
berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehari-hari, yang termasuk di dalamnya
adalah biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, biaya iklan, biaya
penysutan, serta biaya perbaikan dan pemeliharaan.

2.1.3.2 Klasifikasi Biaya


Menurut Nafarin (2007:15-16) mengklasifikasikan biaya dalam
perusahaan menjadi 3 bagian, yaitu:
“1. Biaya Pabrik/Produksi
Biaya Pabrik/Produksi dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
a. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku (material cost) adalah bahan baku dipakai dalam
satuan uang. Bahan baku langsung (direct material) adalah bahan
utama produk atau bahan langsung produk.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) adalah upah tenaga
kerja langsung yang harus dibayar. Tenaga kerja langsung (direct
labor) adalah tenaga kerja manusia yang langsung membuat
produk.
c. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead cost) adalah biaya
pabrik selain biaya bahan baku dayang mencakup seluruh biaya
produksi tidak langsung.
2. Biaya Penjualan
Biaya penjualan (selling expenses) adalah biaya yang terjadi untuk
kepentingan penjualan produk utama. .
3. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum (general administrative expenses)
mencakup seluruh biaya pengoprasian perusahaan setelah biaya usaha
dikurangi biaya penjualan.”
32

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2013:12) “klasifikasi biaya atau


penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokan biaya secara sistematis
atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu
yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan
penting. Klasifikasi biaya yang umum digunakan adalah biaya dalam hubungan
dengan:
1. Produk
2. Volume produksi
3. Departemen dan pusat biaya
4. Periode akuntansi
5. Pengambilan keputusan.”

Berdasarkan definisi para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Klasifikasi


Biaya yaitu :
1. Biaya Pabrik/Produksi
2. Biaya Penjualan
3. Biaya Administrasi dan Umum

2.1.3.3 Penggolongan Biaya


Mulyadi (2005:13) mengemukakan “penggolongan biaya yaitu :
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluarannya adalah dengan
menggunakan nama objek pengeluaran sebagai dasar penggolongan,
2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu biaya produksi, biaya pemasaran, dan
biaya administrasi dan umum,
3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai dapat digolongkan menjadi dua yaitu biaya langsung dan
biaya tidak langsung,
4. penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan dapat digolongkan menjadi empat yaitu
biaya variabel, biaya semi variabel, biaya semi fixed, dan biaya tetap.
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu dan manfaatnya dapat
digolongkan menjadi dua yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran
pendapatan.”

Dalam sebuah anggaran perusahaan biaya akan bereaksi atau merespon


perubahan aktivitas bisnis. Jika tingkat kegiatan naik atau turun, sebuah biaya
dapat mengalami kenaikan atau penurunan, baik secara proporsional atau tidak,
33

bisa pula biaya tersebut tidak berubah. Berdasarkan perilaku biaya maka biaya
dikelompokan menjadi 3 yaitu: menurut Nafarin (2007:497-500):
1. Biaya Variabel
Biaya variable (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan, tetapi biaya variabel
per unit tetap walaupun volume kegiatan berubah. Contoh biaya
variabel adalah biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik.
2. Biaya Tetap
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam
kisaran volume kegiatan tertentu, tetapi biaya tetap per unit berubah
bila volume kegiatan berubah.Contoh biaya tetap adalah biaya
penyusutan dan biaya depresiasi.
3. Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang jumlahnya berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan.Biaya semivariabel
mempunyai unsur biaya variabel dan unsur biaya tetap, sehingga biaya
semivariabel disebut juga dengan biaya campuran (mixed cost).”

Biaya digolongkan dengan berbagai macam cara, umumnya penggolongan


biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan
tersebut. Menurut Mulyadi (2014:14) biaya dapat digolongkan sebagai berikut :
“1. Objek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan
dasar penggolongan biaya. Contoh penggolongan biaya atas dasar
objek pengeluaran dalam perusahaan adalah biaya gaji dan upah, biaya
asuransi, depresiasi mesin.
2. Fungsi pokok dalam perusahaan
a. Biaya produksi, merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap jual.
b. Biaya pemasaran, merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
c. Biaya administrasi, merupakan biaya untuk mengkoordinasi
kegiatan produksi dan pemasaran produk.
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
a. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi dimana
penyebab satu -satunya adalah karena adanya sesuatu yang
dibiayai.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang terjadinya
tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas
a. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
34

b. Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding


dengan perubahan volume kegiatan.
c. Biaya semifixed adalah biaya uang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
d. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran
volume kegiatan tertentu.
5. Jangka waktu manfaatnya
a. Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pada saat
terjadi dibebankan sebagai harga pokok aktiva dan dibebankan
dalam tahun pelaksanaannya.
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expense) adalah biaya yang
hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi untuk
terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya pengeluaran
pendapatan ini dibebankan sebagai biaya yang diperoleh dari
pengeluaran biaya.”

Dapat disimpulkan bahwa Penggolongan biaya antara lain :


1. Objek pengeluaran
2. Fungsi pokok dalam perusahaan
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume
aktivitas
5. Jangka waktu manfaatnya

2.1.4 Hasil Usaha Investasi

2.1.4.1 Definisi Investasi

Untuk menjaga agar dana yang dikelola dapat tetap stabil bahkan
meningkat, maka perusahaan harus melakukan kegiatan investasi. Adapun definisi
mengenai Investasi menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut:

Menurut Tandelilin (2010:2) bahwa “Investasi merupakan komitmen atas


sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini,
dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang
investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh
keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa
yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dari risiko yang terkait
dengan investasi tersebut.”
35

“Investasi merupakan bentuk penundaan konsumsi masa sekarang untuk


memperoleh konsumsi di masa yang akan datang, di mana didalamnya
terkandung unsure risiko ketidakpastian sehingga dibutuhkan kompensansi
atas penundaan tersebut.” Martalena dan Malinda (2011:1)

Menurut Jogiyanto (2013:5) pengertian investasi adalah:


“Penundaan komsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang
efisien selama periode waktu tertentu.”
Dapat ditarik kesimpulan yaitu Investasi merupakan sebuah komitmen atas
penundaan komsumsi masa sekarang dengan tujuan memperoleh komsumsi atau
keuntungan di masa yang akan datang, dimana di dalamnya terkandung unsur
resiko ketidakpastian.

2.1.4.1.1 Definisi Hasil usaha Investasi


Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI),
2007, No.23 Par.25) bahwa : “Hasil usaha investasi merupakan sumber cadangan
pendapatan yang berasal dari deposito, penjualan saham, dan lain-lain. Hasil
investasi diberikan setelah pendapatan investasi dikurangi dengan beban investasi
dan selisih kurs valuta asing yang berhubungan dengan investasi diberikan
sebagai bagian dari hasil investasi.”

Untuk mengukur Hasil usaha investasi yaitu sebagai berikut:

Hasil usaha investasi = Pendapatan Investasi - Beban Investasi - Selisih Kurs

Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), 2007,


No.23 Par.25)

2.1.4.2 Tujuan Investasi


Beberapa tujuan dalam melakukan investasi yaitu: Tandelilin, (2010:1)
1. Mendapat kesejahteraan atau kehidupan yang lebih baik dimasa yang
akan datang. Seseorang akan berfikir bagaimana untuk dapat
meningkatkan taraf hidupnya untuk memperoleh kehidupan yang
lebih layak di masa depan.
2. Membantu mengurangi tekanan inflasi.
3. Terciptanya keuntungan dalam investasi yang berkesinambungan
(continuity).
36

4. Penghematan pajak.

Menurut Sudono (2000:60) “Tujuan Investasi antara lain :


1. Untuk mendapatkan sebuah pendapatan yang tetap dalam setiap
periode, yaitu antara lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang
sewa dan lain sebagainya.
2. Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk suatu
kepentingan ekspansi, kepentingan sosial.
3. Untuk mengontrol atau mengendalikan suatu perusahaan lain, melalui
pemilikan sebagian ekuitas suatu perusahaan tersebut.
4. Untuk menjamin tersedianya sebuah bahan baku dan untuk
mendapatkan pasar untuk produk yang dihasilkan.
5. Untuk mengurangi persaingan di antara sebuah perusahaan-
perusahaan yang sejenis.
6. Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.”

Dapat disimpulkan bahwa Tujuan Investasi yaitu :

1. Untuk mendapatkan sebuah pendapatan yang tetap dalam setiap


periode, yaitu antara lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang
sewa dan lain sebagainya.
2. Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk suatu
kepentingan ekspansi, kepentingan sosial.
3. Mendapat kesejahteraan atau kehidupan yang lebih baik dimasa yang
akan datang. Seseorang akan berfikir bagaimana untuk dapat
meningkatkan taraf hidupnya untuk memperoleh kehidupan yang lebih
layak di masa depan.

2.1.4.3 Jenis-jenis Investasi


Menurut Hartono (2000:79) terdapat dua tipe investasi yaitu :
“1. Investasi Langsung
Investasi ini berupa pembelian langsung aktiva keuangan suatu
perusahaan. Investasi langsung dapat dilakukan pada :
a. Pasar uang (money market), berupa aktiva yang mempunyai risiko
gagal kecil, jatuh tempo pendek dengan tingkat cair yang tinggi
seperti Treasury bill (T-bill).
b. Pasar modal (capital market), berupa surat-surat berharga
pendapatan tetap (fixed-income securities) dan saham-saham
(equity income)
37

c. Pasar turunan (deverative market), berupa opsi (option) dan futures


contract.
2. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung merupakan pembelian saham dari perusahaan
investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari
perusahaan lain. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang
menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya kepada
publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke
dalam portofolionya.”

Menurut Senduk (2004:24) bahwa jenis-jenis investasi yang tersedia di


pasaran antara lain :
“1. Tabungan di bank
2. Deposito di bank
3. Saham
4. Properti
5. Emas
6. Mata uang asing
7. Obligasi.”

Adapun penjelasan lebih detail mengenai jenis-jenis investasi yaitu:


1. Tabungan di bank
Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku
bunga tertentu yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan.
Produk tabungan biasanya memperbolehkan kita mengambil uang
kapanpun yang kita inginkan.
2. Deposito di bank
Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya,
dalam deposito tidak dapat mengambil uang kapanpun yang
diinginkan, kecuali apabila uang tersebut sudah menginap di bank
selama jangka waktu tertentu (tersedia pilihan antara satu, tiga, enam,
dua belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang
harian).Suku bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku
bunga tabungan. Selama deposito kita belum jatuh tempo, uang
tersebut tidak akan terpengaruh pada naik turunnya suku bunga di
bank.
38

3. Saham
Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut.Dengan
membeli saham, berarti membeli sebagian perusahaan tersebut.Apabila
perusahaan tersebut mengalami keuntungan, maka pemegang saham
biasanya akan mendapatkan sebagian keuntungan yang disebut
deviden. Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan harga
yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun
lebih rendah daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut
capital loss. Jadi, keuntungan yang bisa didapat dari saham ada dua
yaitu deviden dan capital gain.
4. Properti
Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau
rumah. Keuntungan yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu :
a. Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan
uang sewa.
b. Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi.
c. Barang - barang koleksi
5. Emas
Emas adalah barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia
setelah mata uang asing dari negara-negara G-7 (sebutan bagi tujuh
negara yang memiliki perekonomian yang kuat, yaitu Amerika,
Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan Perancis). Harga emas
akan mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara G-7.
Semakin tinggi kenaikan nilai mata uang asing tersebut, semakin tinggi
pula harga emas.Selain itu harga emas biasanya juga berbanding
searah dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin
tinggi pula kenaikan harga emas. Sering kali kenaikan harga emas
melampaui kenaikan inflasi itu sendiri.
6. Mata uang asing
Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat
investasi.Investasi dalam mata uang asing lebih beresiko dibandingkan
39

dengan investasi dalam saham, karena nilai mata uang asing di


Indonesia menganut sistem mengambang bebas (free float) yaitu
benar-benar tergantung pada permintaan dan penawaran di pasaran.Di
Indonesia mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat
fluktuatif.
7. Obligasi
Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan
oleh pemerintah maupun perusahaan, baik untuk menambah modal
perusahaan atau membiayai suatu proyek pemerintah. Karena sifatnya
yang hampir sama dengan deposito, maka agar lebih menarik investor
suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suku
bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi dapat
juga dijual kepada pihak lain baik dengan harga yang lebih tinggi
maupun lebih rendah daripada ketika membelinya.

Terdapat pengelompokkan jenis – jenis investasi yaitu: Jogiyanto,


(2010:9)
1. Deposito berjangka
Simpanan dalam mata uang Rupiah, dengan tingkat suku bunga relatif
lebih tinggi dibandingkan jenis simpanan lainnya. Tersedia dalam
jangka waktu 1,3, 6, 12, dan 24 bulan.
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan bagian dari upaya BI untuk
meredam dan menstabilkan likuiditas yang ada di pasar.
3. Saham
Surat bukti pemilikan bagian modal perseroan terbatas yang
memberikan berbagai hak menurut ketentuan anggaran dasar (share
stock ). Surat utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan
bersuku bunga tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menarik dana dari masyarakat, guna pembiayaan perusahaan atau oleh
pemerintah untuk keperluan anggaran belanjanya (debenture bond).
4. Sekuritas pasar uang
Sekuritas pasar uang merupakan surat - surat berharga jangka pendek
yang diperjual belikan di pasar uang.
5. Sertifikat hutang obligasi
Merupakan bukti kepemilikan piutang kepada pihak lain. Sertifikat ini
dapat diperjual belikan pada tingkat diskonto tertentu.Sertifikat hutang
obligasi ini merupakan bentuk investasi jangka panjang.
40

6. Tanah/bangunan
Investasi ini tergolong investasi dalam bentuk property, investasi ini
biasanya untuk jangka waktu panjang karena mengharapkan adanya
kenaikan dari nilai tanah/bangunan yang telah dibelinya.
7. Reksa dana.
Wadah investasi yang berisi dana dari sejumlah investor dimana uang
didalamnya diinvestasikan ke dalam berbagai produk investasi oleh
sebuah Perusahaan Manajemen Investasi (Mutual Fund).
Berdasarkan definisi yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Jenis-jenis Investasi antara lain :
1 Investasi Langsung
Investasi ini berupa pembelian langsung aktiva keuangan suatu
perusahaan.
2 Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung merupakan pembelian saham dari perusahaan
investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari
perusahaan lain. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang
menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya kepada
publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke
dalam portofolionya.

2.1.4.4 Proses Keputusan Investasi


Proses keputusan investasi terdiri atas lima tahap keputusan yang berjalan
terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik. Menurut
Tandelilin (2010:489) proses investasi meliputi lima tahap, yaitu:
“1. Penentuan tujuan investasi
2. Penentuan kebijakan investasi
3. Penentuan strategi portofolio
4. Pemilihan asset
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.”

Deskripsi proses investasi diatas yaitu sebagai berikut:


1. Penentuan tujuan investasi
Tahap pertama adalah menentukan tujuan investasi yang akan
dilakukan. Tujuan investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda
tergantung pada investor yang membuat keputusan tersebut. Misalnya,
41

tujuan investasi pada dana pensiun dilakukan dalam rangka menjaga


likuiditas yang baik agar setiap anggota yang pensiun dapat terpenuhi
hak-haknya.
2. Penentuan kebijakan investasi
Tahap kedua ini merupakan tahap penentuan kebijakan untuk
memenuhi tujuan investasi yang telah ditetapkan.Pada tahap ini
dimulai dengan penentuan keputusan alokasi aset. Keputusan ini
menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai kelas
aset yang tersedia (saham, obligasi, real estat ataupun sekuritas luar
negeri). Investor perlu memperhatikan batasan-batasan yang dapat
mempengaruhi kebijakan investasi.Investor tidak hanya menetapkan
bahwa tujuan investasi yang dilakukan untuk mendapatkanva
keuntungan yang sebesar-besarnya, karena adanya korelasi positif
antara besarnya return yang diharapkan dengan risiko yang harus
ditanggung
3. Pemilihan strategi portofolio
Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap
sebelumnya.Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi
portofolio aktif dan strategi portofolio pasif.Strategi portofolio aktif
mencakup kegiatan pemanfaatan informasi dan melakukan peramalan
untuk mendapatkan kombinasi portofolio yang lebih baik.Strategi
portofolio pasif mencakup kegiatan investasi yang sejalan dengan
kinerja indeks pasar. Strategi aktif bertujuan untuk mendapatkan
return portofolio saham yang lebih tinggi dari return portofolio saham
strategi pasif. Dilain sisi, strategi pasif merupakan tindakan investor
yang cenderung pasif dalam berinvestasi sahan dan pergerakan
sahamnya hanya bergantung pada pergerakan indeks pasar.
4. Pemilihan aset
Setelah strategi portofolio ditentukan, tahap selanjutnya adalah
pemilihan aset-aset yang akan dimasukkan dalam portofolio. Tahap ini
memerlukan pengevaluasian setiap sekuritas yang ingin dimasukkan
42

dalam portofolio. Tujuannya adalah untuk mencari kombinasi


portofolio yang efisien, yaitu portofolio yang menawarkan return dapat
diharapkan tinggi dengan risiko tertentu.
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio
Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari proses investasi.
Meskipun demikian, adalah salah kaprah jika kita langsung
mengatakan bahwa tahap ini adalah tahap terakhir, karena sekali lagi
proses investasi merupakan proses yang berkesinambungan dan terus-
menerus.
Menurut Hartono (2000:5) “ Proses investasi terdiri dari lima tahap yaitu :
1. Penentuan tujuan investasi.
Tujuan investor antara yang satu dengan yang lain tidak sama,
tergantung dari keputusan yang dibuat.
2. Penentuan kebijakan investasi.
Tahap ini merupakan tahap penentuan kebijakan untuk memenuhi
tujuan investasi yang telah ditetapkan.
3. Pemilihan strategi portofolio.
Ada dua strategi yang dipilih, yaitu : Strategi portofolio aktif dan
strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi penggunaan
informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara aktif untuk
mencari kombinasi portofolio yang lebih baik.Strategi portofolio pasif
meliputi aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja
indek pasar.
4. Pemilihan asset.
Tahap ini merupakan proses pengevaluasian setiap sekuritas yang
ingin dimasukan dalam portofolio.
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.
Tahap ini meliputi kinerja portofolio dan pembandingan hasil
pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses
benchmarking.”

Berdasarkan definisi dari para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Proses Investasi terdiri dari lima tahap yaitu :
1. Penentuan tujuan investasi
2. Penentuan kebijakan investasi
3. Pemilihan strategi portofolio
4. Pemilihan asset
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio
43

2.1.4.5 Risiko Investasi


Apabila membahas mengenai risiko investasi berarti kita juga harus
menganalisis kemungkinan tidak tercapainya hasil (keuntungan) yang diharapkan.
Besarnya risiko yang dimasukan dalam penilaian investasi akan mempengaruhi
besarnya hasil yang diharapkan oleh pemodal. Semakin tinggi harapan akan suatu
hasil investasi selalu diikuti dengan kemungkinan munculnya risiko yang semakin
tinggi pula (higher return, higher risk). Risiko terbesar dalam investasi adalah
hilangnya seluruh nilai investasi yang ditanamkan. Menurut Gitman (2003;215), “
secara garis besar terdapat dua macam resiko yang dihadapi oleh perusahaan
yaitu:
1. Business Risk, yaitu kemungkinan sebuah perusahaan tidak dapat
membayar biaya operasionalnya. Tingkat risiko ini dipengaruhi oleh
stabilitas pendapatan perusahaan dan struktur biaya operasionalnya.
2. Financial Risk, yaitu kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajiban keuangannya. Tingkat risiko ini dipengaruhi oleh perkiraan
arus kas yang akan diterima oleh perusahaan dan kewajiban
pembiayaan keuangan yang bersifat tetap.”

Ada beberapa jenis risiko investasi yang mungkin timbul dan perlu
dipertimbangkan dalam membuat keputusan investasi. Menurut Halim (2003: 47),
risiko tersebut adalah sebagai berikut:

“1. Risiko bisnis (business risk)


2. Risiko likuiditas (liquidity risk)
3. Risiko tingkat bunga (interest rate risk)
4. Risiko pasar (market risk)
5. Risiko daya beli (purchasing power-risk)
6. Risiko mata uang (currency risk).”

Penjelasan lebih jelasnya yaitu sebagai berikut:


1. Risiko bisnis (business risk), merupakan risiko yang timbul akibat
menurunnya profitabilitas perusahaan emiten.
2. Risiko likuiditas (liquidity risk), risiko ini berkaitan dengan
kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera
diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.
44

3. Risiko tingkat bunga (interest rate risk), merupakan risiko yang


timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar.
Biasanya risiko ini berjalan berlawanan dengan harga-harga
instrumenpasar modal.
4. Risiko pasar (market risk), merupakan risikoyang timbul akibat
kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah yang dipengaruhi
oleh resesi dan kondisi perekonomian lain. Ketika security market
index meningkat secara terus-menerus selama jangka waktu tertentu,
trend yang menaik ini disebut bull market. Sebaliknya, ketika security
market index menurun secara terus-menerus selama jangka
waktutertentu, trend yang menurun ini disebut bear market. Dengan
kekuatan bull market dan bear market ini cenderung mempengaruhi
semua saham secara sistematis, sehingga imbalan pasarmenjadi
berfluktuasi.
5. Risiko daya beli (purchasing power-risk), merupakan risiko yang
timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi, di mana
perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang
yangdiinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi.
Sehinggamenyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil.
6. Risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul
akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik
(misalnya rupiah) dengan mata uang negara lain (misalnya dollar
Amerika).

Menurut Hartono (2008:11) risiko investasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

“1. Systematic Risk


Bagian dari risiko sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan
membentuk portofolio. Istilah lain dari risiko ini adalah risiko pasar
atau risiko umum atau risiko sistematik.
2. Unsystematic Risk
Bagian dari risiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan
membentuk portofolio. Istilah lain dari risiko ini adalah risiko
45

perusahaan, risiko spesifik atau risiko tidak sistematik. Ada beberapa


tipe investor dalam berinvestasi.
a. Tipe pertama disebutrisk averse, yaitu tipe investor yang tidak
menyukai risiko.
b. Tipe kedua adalahrisk neutral,yaitu tipe investor yang netral
terhadap risiko.
c. Tipe ketiga adalahrisk seeker,yaitu tipe investor yang menyukai
risiko.”

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan Risiko Investasi


yaitu : Risiko bisnis (business risk), Risiko likuiditas (liquidity risk), Risiko
tingkat bunga (interest rate risk), Risiko pasar (market risk), Risiko daya beli
(purchasing power-risk), Risiko mata uang (currency risk).

2.1.5 Tingkat Hutang

2.1.5.1 Definisi Hutang


Perusahaan telah menggunakan modal kerja dengan produktif agar laba
yang dihasilkan tinggi namun pihak manajemen perusahaan juga melakukan
pinjaman sehingga tingkat hutang perusahaan akan meningkat. Adapun penjelasan
menurut beberapa ahli mengenai Hutang yaitu sebagai berikut:
Menurut Sunyoto (2013:30) “hutang adalah menunjukkan sumber modal
yang berasal dari kreditur. Dalam jangka waktu tertentu pihak perusahaan wajib
membayar kembali atau wajib memenuhi tagihan yang berasal dari pihak luas
tersebut”.
Menurut Hery (2013:118) “hutang adalah kewajiban perusahaan kepada
kreditur (supplier, banker) dan pihak lainnya (karyawan, pemerintah)”.

Menurut Fahmi (2014:153) “hutang adalah kewajiban/liabilities. Maka


liabilitiesatau hutang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh pihak
perusahaan yang bersumber dari dana eksternal baik yang berasal dari
sumber pinjaman perbankan, leasing, penjualan obligasi dan sejenisnya”.

Dengan demikian dapat disimpulkan Hutang adalah sumber modal yang


berasal dari dana eksternal baik yang berasal dari sumber pinjaman perbankan,
46

leasing, penjualan obligasi dan sejenisnya Dan dalam jangka waktu tertentu, pihak
perusahaan wajib membayar kewajiban tersebut.

2.1.5.1.1 Tingkat Hutang


Menurut Agus sartono (2010:120) leverage adalah: “Tingkat hutang
perusahaan (leverage) adalah proporsi atas penggunaan utang untuk pembiayaan
investasinya.”
Untuk mengukur Tingkat hutang yaitu sebagai berikut:
Tingkat Hutang =
Total Hutang
Total aktiva
Agus sartono (2010:120)
Menurut Agus Sartono (2010:121) “ perusahaan yang tidak mempunyai
laverage berarti menggunakan modal sendiri 100%. Penggunaan utang itu sendiri
bagi perusahaan mengandung tiga dimensi:
1. Pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas
kredit yang diberikan.
2. Dengan menggunakan utang maka apabla perusahaan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik
perusahaan keuntungannya akan meningkat.
3. Dengan menggunakan utang maka pemilik memperoleh dana dan
tidak kehilangan pengendalian perusahaan.”

Dapat disimpulkan bahwa Tingkat Hutang adalah penggunaan hutang


untuk membiayai investasi yang dilakukan suatu perusahaan.

2.1.5.2 Klasifikasi Hutang


Menurut Kasmir (2008 : 34) Klasifikasi Hutang yaitu :
“1. Hutang jangka pendek (Hutang lancar)
2. Hutang jangka panjang (Hutang tidak lancar).”
47

Definisi mengenai klasifikasi hutang diatas yaitu:


1. Hutang jangka pendek (hutang lancar)
Kewajiban yang akan dibayarkan dari asset lancar dan jatuh tempo
dalam waktu singkat (biasanya dalam 1 tahun atau satu siklus
akuntansi, mana yang lebih panjang).
Kadang kala perusahaan meminjam uang dalam jangka pendek untuk
kegiatan operasi perusahaan yang biasa disebut dengan hutang
(kewajiban) jangka pendek atau lancar.
Kewajiban lancar adalah kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang
harus dipenuhi dalam jangka waktu normal,umumnya 1 tahun atau
kurang semenjak neraca disusun atau hutang yang jatuh temponya
masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan.
Yang termasuk Hutang jangka pendek adalah :
a. Hutang dagang
Hutang dagang atau account payable adalah jumlah uang yang
masih harus dibayarkan kepada pemasok, karena perusahaan
melakukan pembelian barang atau jasa. Salah satu contoh hutang
dagang adalah pembelian barang dagangan atau peralatan kantor
secara kredit. Hutang ini tidak memerlukan surat atau perjanjian
tertulis sehingga pelaksanaannya didasarkan atas rasa saling
percaya.
b. Hutang Wesel
Hutang wesel atau promes adalah kewajiban yang dibuktikan
dengan janji tertulis tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang
tertentu pada tanggal yang telah ditentukan di kemudian hari. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa hutang ini bersifat lebih formal
dibandingkan dengan hutang dagang biasa. Apabila wesel dibuat
dengan jangka waktu kurang dari satu tahun maka wesel tersebut
digolongkan sebagai hutang lancar. Proses timbulnya hutang wesel
sama seperti hutang dagang, yaitu dari kegiatan pembelian barang
atau jasa secara kredit. Dapat juga terjadi pada awalnya merupakan
48

hutang dagang biasa kemudian dengan tujuan untuk lebih


memberikan kepastian bagi kreditur maka hutang dagang tersebut
berubah menjadi hutang wesel.
c. Hutang Deviden
Hutang deviden adalah deviden yang dapat dibayar sebagaimana
diumumkan oleh dewan komisaris perusahaan tapi pada akhir
periode belum dibayar dan dicatat sebagai hutang
deviden.Perseroan Terbatas yang sudah mengumumkan adanya
pembagian deviden kepada para pemegang saham sudah harus
mengakui adanya hutang pada saat pengumuman. Hutang dividen
yang termasuk dalam hutang jangka pendek adalah:
a) Dividen yang dibagikan dalam bentuk kas atau aktiva (jika
belum dibayar) yang segera akan dilunasi
b) Hutang dividen skrip yang segera akan dilunasi
c) Dividen untuk saham prioritas, walaupun jumlahnya sudah
pasti, tetapi sebelum tanggal pengumuman belum merupakan
hutang.
d) Hutang Jangka Panjang yang jatuh tempo dalam periode itu
Seluruh atau bagian dari utang obligasi dan utang-utang jangka
panjang lainnya yang akan dilunasi kurang dari satu tahun
dilaporkan sebagai utang jangka pendek.Hutang jangka panjang
yang jatuh tempo dalam periode tersebut tetap diakui sebagai
utang jangka panjang apabila:
1) Akan dilunasi dengan dana pelunasan atau dari uang
penjualan obligasi baru; atau akan ditukar dengan saham.
2) Dividen yang dibagi dalm bentuk saham merupakan elemen
modal.
d. Hutang Bonus
Hutang Bonus merupakan jumlah bonus yang terutang kepada
karyawan.Bonus dapat dihitung dengan dasar penjualan dan dasar
49

laba.Jika laba yang menjadi dasar perhitungan bonus maka bonus


dapat ditentukan dari 4 alternatif, yaitu.
a. Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak,
b. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus, tetapi
sebelum dikurang pajak,
c. Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak tetapi
sebelum dikurangi bonus.
d. Bonus dihitung dari laba bersih sesudah dikurangi bonus dan
pajak.
e. Pendapatan yang diterima di muka
Ada beberapa jenis pendapatan yang dapat diterima lebih dahulu
seperti uanglangganan majalah atau sewa.Pos ini dinyatakan
sebagai hutang, karena menggambarkan suatu klaim terhadap
perusahaan.Pada umumnya kewajiban ini diselesaikan dengan
menyerahkan barang atau jasa dalam periode akuntansi
berikutnya.Jika terdapat penerimaan di muka melampaui satu
periode akuntansi berikutnya harus dilaporkan dalam neraca
sebagai kelompok tersendiri (terpisah dari hutang jangka pendek).
f. Hutang Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan perusahaan yang terutang atas laba bersih yang
diperoleh selama satu tahun.Sedangkan utang Pajak Penghasilan
Karyawan merupakan pajak penghasilan karyawan yang dipotong
oleh perusahaan tetapi belum disetorkan ke Kas Negara.
2. Hutang Jangka Panjang ( Hutang tidak Lancar)
Hutang jangka panjang adalah kewajiban perusahaan kepada pihak lain
yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun
Pada umumnya hutang jangka panjang dapat dibedakan menjadi 3
golongan yaitu:
a. Hutang hipotik
Pinjaman yang harus dijamin dengan harta tidak bergerak.Di dalam
perjanjian hutang disebutkan kekayaan peminjam yang dijadikan
50

jaminan misalnya berupa tanah atas gedung.Jika peminjam tidak


melunasi pinjaman pada waktunya, maka pemberi pinjaman dapat
menjual jaminan untuk diperhitungkan dengan pinjaman yang
bersangkutan.
b. Hutang Obligasi
Hutang yang diperoleh melalui penjualan surat-surat
obligasi.Pembeli obligasi disebut pemegang obligasi yang
bertindak sebagai pemberi pinjaman. Dalam surat obligasi dan
ketentuan-ketentuan lain sesuai dengan jenis obligasi yang
bersangkutan.
c. Wesel bayar jangka panjang
Wesel bayar jangka panjang wesel bayar di mana jangka waktu
pembayarannya melebihi jangka waktu satu tahun atau melebihi
jangka waktu operasi normal.

Menurut Fahmi (2013:163) klasifikasi utang dibagi menjadi dua yaitu:

“1. Utang jangka pendek (Short-term liabilities)


2. Utang Jangka Panjang (long-term Liabilities).”

Penjelasan mengenai klasifikasi utang diatas yaitu sebagai berikut:


1. Utang jangka pendek (Short-term liabilities)
Short term liabilities (utang jangka pendek) sering disebut juga dengan
utang lancar (current liabilities).Penegasan utang lancar karena sumber
utang jangka pendek dipakai untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan
yang sifatnya mendukung aktivits perusahaan yang segera dan tidak
bisa ditunda.Dan utang jangka pendek ini umumnya harus
dikembalikan kurang dari satu tahun. Jenis utang jangka pendek:
a. Utang dagang (account payable) adalah pinjaman yang timbul kb.
b. Utang wesel (notes payable) adalah promes tertulis dari perusahaan
untuk membayar sejumlah uang atas perintah pihak lain pada
tanggal tertentu yang akan datang ditetapkan (utang wesel)
51

c. Penghasilan yang ditangguhkan (deferred revenue) adalah


penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan.
Pihak lain telah menyerahkan uang lebih dahulu kepada perusahaan
sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya
d. Kewajiban yang harus dipenuhi (accrual payable) adalah
kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada
perusahaan selama jangka waktu tetapi pembayarannya belum
dilakukan (misalnya : upah, bunga, sewa, pensiun, pajak harta
milik dan lain-lain)
e. Utang gaji
f. Utang pajak
g. Dan lain sebagainya.
2. Utang Jangka Panjang (long-term Liabilities)
Long-term Liabilities (utang jangka panjang) sering disebut dengan
utang tidak lancar (non current liabilities). Penyebutan utang tidak
lancar karena dana yang dipakai dari sumber utang ini dipergunakan
untuk membiayai kebutuhan yang bersifat jangka panjang. Alokasi
pembiayaan jangka panjang biasanya bersifattangiable asset (asset
yang bisa disentuh), dan memiliki nilai jual yang tinggi jika suatu saat
dijual kembali. Karena itu penggunaan dana utang jangka panjang ini
dipakai untuk kebutuhan jangka panjang, seperti pembangunan pabrik,
pembelian tanah gedung, dan sebagainya.Adapun yangtermasuk dalam
kategori utang jangka panjang (long-term liabilities) ini adalah :
a. Utang obligsi
b. Wesel bayar
c. Utang perbankan yang kategori jangka panjang
d. Dan lain sebagainya.
52

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan Klasifikasi Hutang antara


lain :
1. Utang jangka pendek (Short-term liabilities)
Short term liabilities (utang jangka pendek) sering disebut juga dengan
utang lancar (current liabilities).Penegasan utang lancar karena sumber
utang jangka pendek dipakai untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan yang
sifatnya mendukung aktivits perusahaan yang segera dan tidak bisa
ditunda.Dan utang jangka pendek ini umumnya harus dikembalikan
kurang dari satu tahun.
2. Utang Jangka Panjang (long-term Liabilities)
Long-term Liabilities (utang jangka panjang) sering disebut dengan utang
tidak lancar (non current liabilities). Penyebutan utang tidak lancar karena
dana yang dipakai dari sumber utang ini dipergunakan untuk membiayai
kebutuhan yang bersifat jangka panjang

2.1.5.3 Kebijakan Utang


Menurut Sri Hermuningsih dan Dewi Kusuma Wardani (2009:175),
menyatakan bahwa kebijakan hutang merupakan:
“Keputusan penggunaan hutang dengan mempertimbangkan biaya tetap
yang muncul dari hutang berupa bunga, yang akan menyebabkan semakin
meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat
pengembalian bagi para pemegang saham biasa”.

Sedangkan menurut Arry Irawan (2009:237), mengatakan bahwa:


“Kebijakan hutang berkaitan dengan keputusan manajemen dalam
menambah atau mengurangi proporsi hutang jangka panjang dan ekuitas yang
digunakan dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan”.
Menurut Harmono (2011:137), Kebijakan Hutang adalah:
“Keputusan pendanaan oleh manajemen akan berpengaruh pada penelitian
perusahaan yang terfleksi pada harga saham.Oleh karena itu, salah satu
tugas manajer keuangan adalah menentukan kebijakan pendanaan yang
dapat memaksimalkan harga saham yang merupakan cerminan dari suatu
nilai perusahaan.”
53

Dapat disimpulkan bahwa Kebijakan hutang merupakan salah satu bagian


dari kebijakan pendanaan.Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat
penting dalam perusahaan. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh
pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan
sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Hubungan Pendapatan terhadap Laba bersih


Menurut Hery (2013:46) “Pendapatan adalah arus masuk aktiva atau
peningkatan lainnya atas aktiva atau penyelesaian kewajiban entitas (atau
kombinasi dari keduanya) dari pengiriman barang, pemberian jasa, atau aktiva
lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan.”

“Hubungan positif ini menunjukan bahwa semakin tinggi pendapatan


usaha suatu perusahaan maka kemungkinan perusahaan tersebut mendapatkan
laba bersih yang akan semakin besar.” Budi Rahardjo (2000 : 33)
“Bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara pendapatan usaha
dengan laba bersih, dimana semakin tinggi pendapatan usaha maka akan diikuti
semakin tingginya laba bersih.”. Sugiono (2011:184)
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jika semakin tinggi pendapatan
usaha yang dihasilkan suatu perusahaan maka laba yang akan diperoleh semakin
tinggi pula.
Berdasarkan penelitian terdahulu faktor-faktor yang mempengaruhi laba
bersih suatu perusahaan dipengaruhi oleh pendapatan usaha dan yang diteliti oleh
Meiza Efilia (2014) dengan judul yang diteliti “ Pengaruh Pendapatan Usahadan
Beban Operasional terhadap Laba bersih pada Perusahaan Kimia dan Keramik,
Porselin, dan Kaca yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia “ dengan hasil
penelitian bahwa secara simultan variabel Pendapatan Usaha dan Beban
Operasional berpengaruh secara signifikan terhadap Laba Bersih.
54

2.2.2 Hubungan Biaya Operasional terhadap Laba bersih


Sofyan Syafri Harahap (2011:242) menyatakan bahwa pengertian biaya
sebagai berikut:
“Biaya adalah semua yang dibebankan kepada produk barang dan jasa
yang akan dijual untuk mendapatkan revenue”.
Menurut Kuswadi (2007, 78) bahwa pengaruh biaya operasional terhadap
laba bersih “Dalam perhitungan laba rugi, besarnya biaya ini akan mengurangi
laba atau menambah rugi perusahaan.”
Jadi jika Biaya Operasional yang dikorbankan tinggi atau rendah akan
berdampak pada laba perusahaan karena laba yang dihasilkan kebanyakan
digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehingga Laba yang
dihasilkan akan berkurang. Sebagai contoh : Semakin tinggi biaya operasional
makan semakin rendah pula laba yang dihasilkan suatu perusahaan.
Adapun penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan laba yaitu yang
dilakukan oleh Wayan Bayu Wisesa (2014) yang melakukan penelitian yang
berjudul “ Pengaruh Volume Penjualan dan Biaya Operasional terhadap Laba
bersih pada UD. AGUNG ESHA Karang Asem “ dengan mendapatkan hasil
penelitian bahwa Biaya Operasional berpengaruh terhadap Laba Bersih pada
UD.Agung Esha.

2.2.3 Hubungan Hasil Usaha Investasi terhadap Laba


Menurut Tandelilin (2010:2) : bahwa “Investasi merupakan komitmen atas
sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini,
dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang
investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh
keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa
yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dari risiko yang terkait
dengan investasi tersebut.”

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI),


2007, No.23 Par.25) bahwa : “Hasil usaha investasi merupakan sumber cadangan
pendapatan yang berasal dari deposito, penjualan saham, dan lain-lain. Hasil
investasi diberikan setelah pendapatan investasi dikurangi dengan beban investasi
55

dan selisih kurs valuta asing yang berhubungan dengan investasi diberikan
sebagai bagian dari hasil investasi.”

“Semakin sehat dan besar profit yang diperoleh perusahaan, semakin besar
pula hasil investasi yang didapat.” Sula (2004:319)
“Hasil investasi yang besar, dimana semakin besar hasil investasi maka
semakin besar pula laba yang diperoleh perusahaan.” Astria (2009:82)
Oleh karena itu besarnya hasil investasi dapat mempengaruhi laba yang
diperoleh oleh suatu perusahaan. Dengan kata lain Semakin tinggi Hasil Usaha
Investasi yang diperoleh semakin tinggi pula Laba yang didapatkan suatu
perusahaan.
Selanjutnya penlitian yang berhubungan juga dengan laba yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Husnul Khotimah (2012) dengan judul penelitian “ Pengaruh
Premi, Klaim, Hasil Investasi dan Underwriting terhadap Laba Perusahaan
Asuransi Syariah pada PT. Asuransi Kerugian Sinarmas Cabang Syariah “ dengan
hasil penelitian bahwa Premi, Klaim, Hasil Investasi dan Underwriting
berpengaruh secara signifikan terhadap Laba bersih Asuransi Syariah.

2.2.4 Hubungan Tingkat Hutang dengan Laba bersih yaitu:


Menurut Agus sartono (2010:120) leverage adalah: “Tingkat hutang
perusahaan (leverage) adalah proporsi atas penggunaan utang untuk pembiayaan
investasinya.”
Menurut Fahmi (2014:153) “hutang adalah kewajiban/liabilities. Maka
liabilities atau hutang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh pihak perusahaan
yang bersumber dari dana eksternal baik yang berasal dari sumber pinjaman
perbankan, leasing, penjualan obligasi dan sejenisnya”.
“Penggunaan hutang yang tinggi akan memberi insentif yang lebih kuat
bagi perusahaan untuk meningkatkan persistensi laba dengan mengelola laba
untuk tujuan efisiensi.”Sulastri(2010:4)
Peningkatan hutang secara langsung akan mengurangi laba operasi yang
ada dan akan mengakibatkan penurunan pada laba bersih , sebaliknya jika tingkat
hutang kecil pengaruhnya terhadap laba pun kecil oleh karena itu penggunaan
56

modal sendiri atau modal dari luar sudah tentu harus memperhatikan kondisi
perusahaan sehingga tidak terjadi kondisi dimana perusahaan meminjam uang
tetapi perusahaan tidak memungkinkan untuk menggunakan hutang dan bisa
berakibat likuiditas yang akan merugikan perusahan.
Dan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fitriana (2016) yang melakukan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Tingkat Hutang dan Arus Kas Akrual
terhadap Laba (Studi pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014) ” yang menghasilkan penelitian bahwa
Secara Persial variabel Tingkat Hutang berpengaruh positif terhadap Laba pada
Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, maka disusun suatu skema paradigma


penelitian sebagai berikut:

Pendapatan (X1)

Biaya Operasional (X2)

Laba Bersih (Y)

Hasil Usaha Investasi


(X3)

Tingkat Hutang (X4)

Gambar 2 1 Paradigma Penelitian


57

Tabel 2 1Ringkasan Penelitian terdahulu

PERBEDAAN DENGAN
PENELITI/ TAHUN/
No JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN PENELITIAN YANG
NAMA JURNAL
SEDANG DILAKUKAN
1. Dongsae Cho (1990) The Impact Of a Price “A reduction in the price Variabel Independen
Cut On Net Income and of a product may Ditambah dan Lokasi
Profit Margin” improve the profit for the Penelitian berbeda
stockholders due to more
demand for the same
product”
2. Husnul Khotimah (2012) Pengaruh Premi, Klaim, dengan hasil penelitian Variabel Independen
e- Jurnal Riset Manajemen. Hasil Investasi dan bahwa Premi, Klaim, Ditambah dan Lokasi
Fakultas Ekonomi Unisma Underwriting terhadap Hasil Investasi dan Penelitian berbeda
Laba Perusahaan Underwriting
Asuransi Syariah pada berpengaruh secara
PT. Asuransi Kerugian signifikan terhadap Laba
Sinarmas Cabang bersih Asuransi Syariah.
Syariah “

3. Meiza Efilia (2014) Pengaruh Pendapatan Bahwa secara simultan Variabel Independen
e- Journal Fakultas Usaha dan Beban variabel Pendapatan Ditambah dan Lokasi
Ekonomi. Universitas Operasional terhadap Usaha dan Beban Penelitian berbeda
Maritim Raja Ali Haji Laba bersih pada Operasional berpengaruh
Perusahaan Kimia dan secara signifikan
Keramik, Porselin, dan terhadap Laba Bersih
Kaca yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
4. Wayan Bayu Wisesa (2014) Pengaruh Volume hasil penelitian bahwa Variabel Independen
Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014 Penjualan dan Biaya Biaya Operasional Ditambah dan Lokasi
Operasional terhadap berpengaruh terhadap Penelitian berbeda
Laba bersih pada UD. Laba Bersih pada
AGUNG ESHA Karang UD.Agung Esha.
Asem
5. Nurul Fitriana (2016) Pengaruh Tingkat yang menghasilkan Variabel Independen
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Hutang dan Arus Kas penelitian bahwa Secara Ditambah dan Lokasi
Ekonomi Akuntansi Akrual terhadap Laba Persial variabel Tingkat Penelitian berbeda
Vol. 1 No. 1, (2016) (Studi pada Perusahaan Hutang berpengaruh
Property dan Real Estate positif terhadap Laba
yang terdaftar di Bursa pada Perusahaan
Efek Indonesia periode Property dan Real Estate
2010-2014) yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia

2.3Hipotesis
Menurut Sugiyono (2013:93) pengertian hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian.Oleh karena itu, rumusan masalah
penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.Dikatakan
58

sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan,
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran, hipotesis dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1 : Pendapatan berpengaruh besar terhadap laba bersih
H2 : Biaya operasional berpengaruh besar terhadap laba bersih
H3 : Hasil usaha investasi berpengaruh besar terhadap laba bersih
H4 : Tingkat hutang berpengaruh besar terhadap laba bersih
H5 : Pendapatan, Biaya operasional, Hasil usaha investasi dan Tingkat
hutang berpengaruh besar terhadap laba bersih secara simultan
BAB III

METODE PENELITIAN
Metode penelitian dirancang melalui langkah-langkah penelitian dari
mulai operasionalisasi variabel, penentuan jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data atau survei, model penelitian diakhiri dengan merancang
analisis data dan pengujian hipotesis.
Dalam melakukan penelitian dibutuhkan adanya suatu metode, cara atau
taktik sebagai langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seorang peneliti dalam
memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Sugiyono (2013:2) ”Metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu
cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.”
Menurut Darmadi (2013:153) “Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris,
dan sistematis.”
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu.

3.1 Metode yang digunakan


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Kuantitatif dengan pendekatan deskriptif.
Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jeni penelitian yang
sfesifikasinya adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal
hingga pembuatan penelitiannya.
Menurut Sugiyono (2013:13) menyatakan bahwa :
“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya

59
60

dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument


penelitian, analiis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk


mendeskripikan objek penelitian ataupun hasil penelitian.
Adapun pengertian deskriptif menurut Sugiyono (2012: 29) adalah :
“metode yang berfungsi untuk mendeskrifsikan atau member gambaran kepada
objek yang diteliti melalui data sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya,
tanpa melakukan analisis dan kesimpulan yang berlaku umum.”

3.2 Operasional Variabel


Menurut Sugiyono (2014:63) menyatakan bahwa :
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”
Sesuai dengan judul skripsi yaitu Pengaruh Pendapatan, Biaya
Operasional, Hasil Usaha Investasi, dan Tingkat Hutang terhadap Laba bersih
pada Perusahaan Dana Pensiun Perbankan yang ada di Bandung, maka terdapat 5
(variabel) variabel yaitu:
1. Variabel independen (X)
Menurut Sugiyono (2014:64) menyatakan bahwa “variabel independen
sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam
bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terkait). Maka dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independent variable) yaitu :
1). Pendapatan, 2). Biaya operasional, 3). Hasil usaha investasi dan 4).
Tingkat hutang.
2. Variabel dependen (Y)
Menurut Sugiyono (2014:64) menyatakan bahwa “Variabel dependen
sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa
indonesia sering disebut sebagai variabel terkait. Variabel terkait
61

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena


adanya variabel bebas.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah :
1). Laba bersih
Agar lebih mudah untuk melihat megenai variabel penelitian yang akan
digunakan, maka penulis menjabarkannya ke dalam bentuk operasionalisasi
variabel yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3 1Operasional Variabel

Variabel Konsep Indikator Skala


Pendapatan Pendapatan adalah arus masuk Nominal
aktiva atau peningkatan lainnya
Pendapatan =
atas aktiva atau penyelesaian
kewajiban entitas (atau kombinasi
Pendapatan Operasional + Pendapatan
dari keduanya) dari pengiriman
barang, pemberian jasa, atau Non Operasional
aktiva lainnya yang merupakan
operasi utama atau operasi sentral
perusahaan. Menurut Hery (2013:46)
Menurut Hery (2013:46)
Biaya Margaretha (2011:24) Nominal
Operasional Biaya Operasional =
mengemukakan biaya operasional
sebagai berikut: Biaya Penjualan + Biaya Administrasi&
“Biaya Operasional (operating Umum
expense) adalah keseluruhan
Margaretha (2011:24)
biaya sehubungan dengan
operasional diluar kegiatan proses
produksi termasuk didalamnya
adalah (1) biaya penjualan dan (2)
biaya administrasi dan umum.”

Hasil usaha “Hasil usaha investasi merupakan1. Nominal


Invetasi sumber cadangan pendapatan
yang berasal dari deposito,
penjualan saham, dan lain-lain.
Hasil investasi diberikan setelah
pendapatan investasi dikurangi Hasil usaha investasi =
dengan beban investasi dan selisih
kurs valuta asing yang Pendapatan Investasi - Beban Investasi -
berhubungan dengan investasi Selisih Kurs
diberikan sebagai bagian dari
hasil investasi.”
62

Menurut Standar Akuntansi Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan


Keuangan (Ikatan Akuntansi Akuntansi Indonesia (IAI), 2007, No.23
Indonesia (IAI), 2007, No.23 Par.25)
Par.25)

Tingkat Menurut Agus sartono (2010:120) Rasio


Hutang leverage adalah: “Tingkat hutang Tingkat Hutang =
perusahaan (leverage) adalah
proporsi atas penggunaan utang Total Hutang
untuk pembiayaan investasinya.” Total aktiva

Agus sartono (2010:120)


Laba bersih Laba merupakan ukuran Nominal
keseluruhan prestasi perusahaan Laba bersih =
yang diukur dengan menghitung
selisih antara pendapatan dan Pendapatan - Biaya
biaya”.Mahmud M. Hanafi
(2010:32)

Mahmud M. Hanafi (2010:32)

3.3 Jenis dan Sumber Data


Penelitian merupakan suatu karya ilmiah yang disusun menggunakan jenis
dan sumber data tertentu, sehinga dapat dipertanggungjawabkan kebenaran data
yang diperoleh. Penelitian dipandang dari aspek-aspek tertentu yang memiliki
beberapa jenis dan sumber data yang akan digunakan. Berikut ini pemaparan
singkat serta jelas mengenai sumber data yang digunakan dalam penelitian ini.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber data sekunder. Menurut
Danang Sunyoto (2013:21), menjelaskan bahwa data sekunder adalah sebagai
berikut:
“Data yang bersumber dari catatan yang ada pada perusahaan dan dari
sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan
mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan objek penelitian
atau dapat dilakukan dengan menggunakan data dari Biro Pusat Statistik.”
Sedangkan menurut Tony Wijaya (2013:19), menjelaskan bahwa data
sekunder adalah sebagai berikut:
“Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang menerbitkan
dan bersifat siap dipakai.Data sekunder mampu memberikan informasi dalam
pengambilan keputusan meskipun dapat diolah lebih lanjut.”
63

Data sekunder antara lain disajikan dalam bentuk data-data, tabel-tabel,


diagram-diagram, atau mengenai topik penelitian.Data ini merupakan data yang
berhubungan secara langsung dengan penelitian yang dilaksanakan dan bersumber
dari perusahaan penyelenggara dan pengelola Dapen di wilayah Bandung yaitu
laporan keuangan (annual report) dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang
relevan, dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Sugiyono (2014:401) teknik pengumpulan data adalah:


“Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara untuk memperoleh data
dan keterangan-keterangan yang mendukung penelitian ini”.
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk
memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini d apat
diperoleh dengan carayaitu :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)


Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu Pada tahap ini, penulis
berusaha untuk memperoleh berbagai informasi sebanyak-banyaknya
untuk dijadikan sebagai dasar teori dan acuan untuk mengolah data baik
dari buku, jurnal ataupun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
2. Penelitian Studi Internet (Internet Research)
Adapun penelitian yang dilakukan yaitu Studi Internet (Internet Research)
Sehubungan dengan keterbatasan sumber referensi dari perpustakaan yang
ada, maka penulis juga melakukan browsing pada situs-situs terkait untuk
memperoleh tambahan literature atau data relevan yang diperlukan.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang
relevan, dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
64

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti memperoleh data dari satu sumber


yaitu data Sekunder, kemudian teknik pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini yangdiperoleh dariPenelitian Kepustakaan (Library
Research) dan Penelitian Studi Internet (Internet Research) serta diperoleh
melalui website, dengan nama website yaitu :
https://m.wartaekonomi.co.id,dapenbjb.co.id, dapenbankmandiri.co.id,
dapenbni.co.id, dapenbri.co.id, dpbca.co.id, dapenbtn.com

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

3.5.1 Populasi
Populasi dalam suatu penelitian perlu ditetapkan dengan tujuan agar
penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang diharapkan.
Menurut Sugiyono (2014:115) mendefinisikan populasi sebagai berikut:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2011:117)
“Populasi adalah wilayahgeneralisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dankarakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dankemudian ditarik kesimpulannya.Populasi merupakan
keseluruhansubyek penelitian.”
Menurut Arikunto (2010:107). “Apabila subjek kurang dari 100 lebih baik
diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.Jika
subjeknya besarnya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih.”
Jadi populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahan yang menyelenggarakan dan mengelola
dana pensiun di wilayah Bandung. Daftar perusahaan dana pensiun yang menjadi
populasi dapat disajikan pada tabel berikut.
65

Tabel 3 2 Data perusahaan yang menyelenggarakan dan mengelola Dana


No Daftar Populasi Penelitian
1 Dapen PT. Pertamina (Persero) 12 Dapen Equity Life Indonesia 23 Dapen Bank BNI
2 Dapen Tel (Telkom) 13 Dapen Infolife Pensiontama 24 Dapen Bank Bjb
3 BPJS Ketenagakerjaan 14 Dapen Jiwasraya 25 Dapen BRI
4 PT.Tapen (Persero) 15 Dapen Kresna Life 26 Dapen Mandiri
5 Dapen AIA Financial 16 Dapen Manulife Indonesia 27 Dapen Muamalat
6 Dapen Allianz 17 Dapen Mega Life 28 Dapen BPD Jabar
7 Dapen AXA Financial 18 Dapen Nusantara Jiwa 29 Dapen BPD Jateng
8 Dapen Avrist 19 Dapen Sinarmas 30 Dapen BTN
9 Dapen Bringin Jiwa Sejahtera 20 Dapen Tugu Mandiri 31 Dapen BCA
10 Dapen Bumiputera 21 Dapen Aviva Indonesia 32 PT PLN (Persero)
11 Dapen Central Asia Raya 22 Dapen Bank Maspion

Perusahaan diatas ini merupakan populasi pada penelitian ini. Perusahaan


yang menyelenggarakan dana pensiun di wilayah Bandung berjumlah 32
perusahaan dana pensiun.

3.5.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2014:116) mengatakan bahwa:
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”.
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Sampling adalah
suatu cara pengumpulan data yang sifatnya tidak menyeluruh, yaitu tidak
mencakup seluruh objek penelitian (populasi) akan tetapi sebagian saja dari
populasi.
Menurut Sugiyono (2014:116) pengertian teknik sampling adalah sebagai berikut:
“Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel, untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian”.
Adapun Pengambilan sampel tersebut didasarkan pada kriteria-kriteria
berikut ini:
1. Perusahaan yang menyelenggarakan dan mengelola dana pensiun di
wilayah Bandung
2. Perusahaan Perbankan yang menyelenggarakan dana pensiun di Bandung
3. Laporan keuangan perusahaan perbankan dana pensiun tersebut adalah
laporan keuangan yang dipublikasikan, yaitu laporan keuangan tahun
2011-2016.
66

Berdasarkan kriteria diatas, terdapat 26 perusahaaan yang tidak memenuhi


kriteria, sehingga yang memenuhi kriteria sebanyak 6 perusahaan yang dijadikan
sampel penelitian.
Adapun jumlah dan nama sampel perusahaan dapen perbankan di wilayah
Bandung yang memenuhi kriteria diatas, yaitu dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini:
Tabel 3 3 Sampel perusahaan Dana Perbankan di wilayah Bandung

No Nama Perusahaan
1 Dana Pensiun Bank Bjb
2 Dana Pensiun Bank Mandiri
3 Dana Pensiun Bank BNI
4 Dana Pensiun Bank BRI
5 Dana Pensiun Bank BCA
6 Dana Pensiun Bank BTN

Berdasarkan sampelperusahaan diatas, maka sampel yang digunakan


dalam penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan yang ada pada tabel 3.3 yaitu
sebanyak 6 perusahaan, untuk selama periode 6 tahun yaitu dari tahun 2011
sampai tahun 2016.

3.6Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

3.6.1 Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2014:206) analisis data adalah:
“Kegiatan setelah seluruh data terkumpul.Kegiatan dalam analisis data
adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan”.

Analisis data merupakan penyederhanaan data kedalam bentuk yang


mudah dipahami, dibaca dan diinterprestasikan. Data yang terhimpun dari hasil
67

penelitian akan penulis bandingkan antara data yang ada di lapangan dengan data
kepustakaan, kemudian dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan.
Berdasarkan jenis data dan analisis, penelitian ini adalah jenis penelitian
kuantitatif.
Analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

3.6.1.1 Uji Asumsi Klasik


Mengingat data penelitian yang digunakan adalah sekunder, maka untuk
memenuhi syarat yang ditentukan sebelum uji hipotesis melalui uji t dan uji F
makaperlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu
normalitas, mulltikolinieritas, autokolerasi, dan heteroskedastisitas yang secara
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sampel yang digunakan
mempunyai distribusi normal atau tidak.Dalam model regresi linier,
asumsi ini ditunjukkan oleh nilai error yang berdistribusi normal.Model
regresi yang baik adalah model regresi yang dimiliki distribusi normal atau
mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.
Pengujian normalitas data menggunakan Test of Normality Kolmogorov-
Smirnov dalam program SPSS. Menurut Singgih Santoso (2012:293) dasar
pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas
(Asymtotic Significance), yaitu:
a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
normal.
b. Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
tidak normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan ada atau tidaknya korelasi antara variabel bebas.Jika
terjadikolerasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinierita.Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel
68

independen. Jika terbukti ada multikolinieritas, sebaiknya salah satu


independen yang ada dikeluarkan dari model, lalu pembuatan model
regresi diuang kembali (Singgih Santoso, 2010:234). Untuk mendeteksi
ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari besaran Variance Inflation
Factor (VIF) dan Tolerance.Pedoman suatu model regresi yang bebas
multikolinieritas adalah mempunyai angka tolerance mendekati 1.Batas
VIF adalah 10, jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi gejala
multikolinieritas (Gujarati, 2012:432). Menurut Singgih Santoso
(2012:236) rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝟏 𝟏
VIF = 𝑻𝒐𝒍𝒆𝒓𝒂𝒏𝒄𝒆 atau Tolerance = 𝑽𝑰𝑭

3. Uji Autokolerasi
Uji autokolerasi yang dilakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi linier ada kolerasi antara kesalahan
penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya).Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi.Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokolerasi (Singgih Santoso, 2012:241).Pada prosedur pendeteksian
masalah autokolerasi dapat dgunakan besaran Durbin-Waston. Untuk
memeriksa ada tidaknyaautokolerasi, maka dilakukan uji Durbin-Watson
dengan keputusan sebagai berikut:
a. Jika (D-W) <d1, maka ho ditolak
b. Jika (D-W) >du , maka ho diterima
c. Jika < (D-W) <du , maka tidak dapat diambil kesimpulan
Uji dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson, dengan rumus:

∑(𝒆𝒕 −𝒆𝒕−𝟏 )
D–W= ∑ 𝒆𝒕𝟐
69

Tabel 3 4 Uji Statistik Durbin-Watson Nilai Statistik d

Uji Statistik Durbin-Watson Nilai Statistik d Hasil


0< d< dL Ada auto korelasi positif
dL ≤ d ≤ du Ragu – ragu
du ≤ d ≤ 4- du Tidak ada korelasi positif/negative
4- du ≤ d ≤ 4- dL Ragu – ragu
4- dL ≤ d ≤ 4 Ada korelasi negative

4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, terjadi ketidaksamaan varians atau residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Gujarati (2012:406) untuk
menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji-rank Spearman
yaitu dengan mengkorelasikan variabel independen terhadap nilai absolut
dari residual (error).Untuk mendeteksi gejala uji heteroskedastisitas, maka
dibuat persamaan regresi dengan asumsi tidak ada heteroskedastisitas
kemudian menentukan nilai absolut residual, selanjutnya meeregresikan
nilai absolute residual diperoleh sebagai variabel dependen serta dilakukan
regresi dari variabel independen.Jika nilai koefisien korelasi antara
variabel independen dengan nilai absolut dari residual signifikan, maka
kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak
homogen).

3.6.1.2 Analisis Regresi Linier Berganda


Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda.
Menurut Sugiyono (2014:277) bahwa:
“Analisis regresi linier berganda bermaksud meramalkan bagaimana
keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih
variabel independen sebagai faktor prediator dimanipulasi (dinaik
turunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila
jumlah variabel independennya minimal 2”.
70

Menurut Sugiyono (2014:277) persamaan regresi linier berganda yang


ditetapkan adalah sebagai berikut:

Y=b1x1+b2x2+Ƹ

Keterangan:
Y = Manajemen Laba
A = Koefisien konstanta
b1, b2, b3….. = Koefisien regresi
x1 = Pendapatan
x2 = Biaya Operasional
x3 = Hasil Usaha Investasi
x4 = Tingkat Hutang
Ƹ = Error, variabel gangguan

3.6.1.3Analisis Korelasi
Dalam analisis kolerasi yang dicari adalah koefisien kolerasi yaitu angka
yang menyatakan derajat hubungan antara variabel independen (X) dengan
variabel dependen (Y) atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen.

3.6.1.4 Analisis Korelasi Parsial


Analisis korelasi parsial ini digunakan untuk mengetahui kekuatan
hubungan antara korelasi kedua variabel dimana variabel lainnya dianggap
berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel control). Variabel
yang diteliti adalah data laba bersih maka teknik statistik yang digunakan adalah
korelasi Pearson Product Moment (Sugiyono,2014:248).
Menurut Sugiyono (2014:248) penentuan koefisien korelasi dengan
menggunakan metode analisis korelasi Pearson Product Moment dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝒏 ∑ 𝒙𝟏 𝒚𝟏 − (∑ 𝒙𝟏 )(∑ 𝒚𝟏 )
𝒓𝒙𝒚 =
√√{(𝒏 ∑ 𝒙𝒊𝟐 −(∑ 𝒙𝒊 )𝟐 }−{𝒏 ∑ 𝒚𝒊𝟐 –(∑ 𝒚𝒊𝟐 )}
71

Keterangan:
r = koefisien korelasi Pearson Product Moment
x = variabel independen
y = variabel dependen
n = banyak sampel
Sebagai bahan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan
besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut ini:
Tabel 3 5 Pedoman menginterprestasikan Koefisien Korelasi Interval Korelasi

Pedoman Menginterprestasikan Koefisien Korelasi Interval Korelasi Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat

3.6.1.5Analisis Korelasi Berganda (Simultan)


Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengetahui derajat atau
kekuatan hubungan antara seluruh variabel X terhadap variabel Y secara
bersamaan. Menurut Sugiyono (2014:256) koefisien korelasi tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:

𝒓𝟐 𝒚𝒙𝟏 + 𝒓𝟐 𝒚𝒙𝟐 −𝟐𝒓 𝒚𝒙𝟏 𝟐𝒓 𝒚𝒙


𝟐
𝑹𝒚.𝒙𝟏 𝒙𝟐 = √ 𝟏−𝒓𝟐 𝒙 𝒙
𝟏 𝟐

Keterangan:
𝑅𝑦.𝑥1 𝑥2 = Koefisien Korelasi antara variabel dan
𝑟 2 𝑦𝑥1 = Koefisien Korelasi terhadap
𝑟 2 𝑦𝑥2 = Koefisien Korelasi terhadap
𝑟𝑥1 𝑥2 = Koefisien Korelasi terhadap
72

3.6.2 Rancangan Pengujian Hipotesis

3.6.2.1 Uji t (Uji Parsial)


Uji t (t-test) melakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial,
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa
variabel independen lain dianggap konstan. Menurut Sugiyono (2014:250),
menggunakan rumus:

𝒓√𝒏−𝟐
t=
√𝟏−𝒓𝟐

Keterangan:
t = Distribusi t
r = Koefisien korelasi parsial
r2 = Koefisien determinasi
𝑛 = jumlah data
(t-test) hasil perhitungan ini selanjutnya dibandingkan dengan t
tabel dengan menggunakan tingkat kesalahan 0,05. Kriteria yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Hoditerima jika nilai t hitung≤ t tableatau nilai sig > α
b. Hoditolak jika nilai t hitung≥ t tableatau nilai sig < α
Bila terjadi penerimaan Ho maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh signifikan, sedangkan bila Ho ditolak artinya terdapat pengaruh yang
signifikan.
Rancangan pengujian hipotesis statistik ini untuk menguji ada tidaknya
pengaruh antara variabel independent (X1) yaitu Pendapatan(X2), Biaya
Operasional(X3) Hasil Usaha Investasi dan (X4) Tingkat Hutang, terhadap Laba
bersih (Y), adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a. Ho: β = 0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan
b. Ha : β ≠ 0 : terdapat pengaruh yang signifikan.
73

3.6.2.2 Uji F (Pengujian Secara Simultan)


Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara
simultan.Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang terdapat di dalam model secara bersama-sama (simultan)
terhadap variabel dependen. Uji F dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
signifikasi pengaruh Pendapatan, Biaya Operasional, Hasil Usaha Investasi dan
Tingkat Hutang secara simultan dan parsial.
Menurut Sugiyono (2014:257) dirumuskan sebagai berikut:

𝑹𝟐 /𝒌
F= (𝟏−𝑹𝟐 )/ (𝒏−𝒌−𝟏)

Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota data atau kasus
F hasil perhitungan ini dibandingkan dengan yang diperoleh dengan
menggunakan tingkat resiko atau signifikan level 5% atau dengan degree freedom
= k (n-k-1) dengan kriterian sebagai berikut :
a. Hoditolak jika F hitung> F table atau nilai sig < α
b. Hoditerima jika F hitung<F tableatau nilai sig > α
Jika terjadi penerimaan , maka dapat diartikan tidak berpengaruh
signifikan model regresi berganda yang diperoleh sehingga mengakibatkan tidak
signifikan pula pengaruh dari variabel-variabel bebas bebas secara simultan
terhadap variabel terikat.
Adapun yang menjadi hipotesis nol dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. H0: β1 = β2 = β3 = 0 : tidak berpengaruh signifikan
b. Ha: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0 : terdapat pengaruh yang signifikan
74

1. Penetapan tingkat signifikansi


Pegujian hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan tingkat
signifikansi sebesar 0,05 (α=0) atau tingkat keyakinan sebesar 0,95. Dalam
ilmu-ilmu sosial tingkat signifikansi 0,05 sudah lazim digunakan karena
dianggap cukup tepat untuk mewakili hubungan antar-variabel yang
diteliti.
2. Penetapan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis
Hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya diuji dengan menggunakan
metode pengujian statistik uji t dan uji F dengan kriteria penerimaan dan
penolakan hipotesis sebgai berikut:
Uji t:
a. H0 diterima jika nilai – t tabel <t hitung <t table
b. H0 ditolak jika nilai – t hitung <t tabelatau t hitung< - t tabel
Uji F:
a. Ho ditolak jika F hitung >F table
b. Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel

3.6.2.3 Koefisien Determinasi


Untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial digunakan koefisien determinasi.
Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi sebagai
ukuran untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing variabel yang
digunakan. Koefisien determinasi menjelaskan proporsi variasi dalam variabel
dependen (Y) yang dijelaskan oleh hanya satu variabel independen (lebih dari satu
variabel bebas: Xi; i = 1, 2, 3, 4, dst.) secara bersama-sama.
Sementara itu R adalah koefisien korelasi majemuk yang mengukur tingkat
hubungan antara variabel dependen (Y) dengan semua variabel independen yang
menjelaskan secara bersama-sama dan nilainya selalu positif.Selanjutnya untuk
melakukan pengujian koefisien determinasi (adjusted R2) digunakan untuk
mengukur proporsi atau presentase sumbangan variabel independen yang diteliti
terhadap variasi naik turunnya variabel dependen.
75

Koefisien determinan berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2≤ 1).
Hal ini berarti bila R2= 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen, bila adjusted R2semakin besar mendekati
1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dan bila adjusted R2semakin kecil bahkan mendekati nol, maka dapat
dikatakan semakin kecil pula pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Besarnya koefisien determinasi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

Kd= r2 X 100%

Dimana :
Kd= Koefisien determinasi
r2= Koefisien korelasi
Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah:
a. Jika Kdmendeteksi nol (0), maka pengaruh variabel
independentterhadap variabel dependent lemah.
b. Jika Kdmendeteksi satu (1), maka pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent kuat.
Adapun pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi atau
seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas (Independent) terhadap variabel
terikat (Dependent), digunakan pedoman yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2013:250)
Tabel 3 6 Pedoman Interprestasi Koefisien Determinasi

Nilai Koefisien Determinasi Tingkat Hubungan


0 % - 20 % Sangat Rendah
21 % - 40 % Rendah
41 % - 60 % Sedang
61 % - 80 % Tinggi
>80% Sangat Tinggi
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan


Perusahaan Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun. Dana Pensiun
merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan menjalankan manfaat
pensiun, yang didirikan secara terpisah oleh perusahaan, dengan mencadangkan
dana untuk mengelola Dana Pensiun guna menjamin kesinambungan penghasilan
karyawan setelah purnakarya. Kemudian diciptakan suatu usaha antara lain
dengan menyelenggarakan program pensiun (pension plan), yang bisa dikelola
oleh perusahaan swasta atau pemerintah. Dana yang dikumpulkan oleh Dana
Pensiun merupakan kontribusi dari karyawan dan atau pemberi kerja. Untuk
membiayai masa pensiun ini maka program Dana Pensiun yang ada akan
menyisihkan dana selama masa kerja seorang karyawan sebagai pengganti upah
yang diperoleh. Dengan kata lain program Dana Pensiun dapat memberikan
kesinambungan penghasilan kepada karyawan setelah pensiun atau purnakarya.
Pada tanggal 20 April 1992 lahir Undang-undang Nomor 11 tahun 1992
yaitu tentang dana pensiun dan Keputusan Menteri Keuangan RI No.
78/KMK.017/1995 yang berbunyi:
(Penjelasan Pasal 5 (huruf b) :Penyelenggaraan program pensiun bagi
karyawan bermula dari janji pemberi kerja. Agar pemenuhan janji tersebut
sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini, maka janji tersebut harus
dituangkan dalam peraturan Dana Pensiun yang ditetapkan oleh pemberi
kerja sebagai pendiri, setelah mendengar dan memperhatikan pendapat dan
saran karyawan.

Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana


Pensiun memberikan arti penting dan keharusan untuk menjadikan dana pensiun
yang bebas dari praktik-praktik yang dapat merugikan kepentingan peserta dan
memberikan jaminan kepastian penyelenggaraan program dana pensiun.

76
77

Komitmen tersebut dapat dilihat dari Penjelasan Undang-undang Dana Pensiun


yang menyebutkan sebagai berikut :
“Undang-undang Dana Pensiun diharapkan membawa pertumbuhan Dana
Pensiun di Indonesia secara lebih pesat,tertib dan sehat,sehingga membawa
manfaat nyata bagi peningkatankesejahteraan selutuh masyarakat”.
Tujuan UU dana pensiun antara lain:
1. Sebagai upaya untuk menetapkan hak peserta dana pensiun dari karyawan
pemberi kerja
2. Membuat standar operasional dana pensiun sehingga manfaat yang
diberikan dana pensiun dapat diterima oleh para pihak, dan dana yang
terkumpul dapat dikelola pada tempat investasi yang sehat dan tunduk
pada peraturan dana pensiun.
Kesejahteraan pada dana pensiun diterjemahkan sebagai
kesejahteraanyang tertunda selama menjadi karyawan dan baru diberikan kepada
karyawandi masa mendatang ketika mencapai pensiun atau meninggal dunia.
Danapensiun diyakini dapat mengatasi berbagai resiko, seperti lanjut
usia,meninggal dunia, dan kecelakaan kerja mengakibatkan cacat, sehingga
ketikayang bersangkutan mengalami salah satu resiko tersebut, baik diri
maupunkeluarga akan mendapatkan manfaat yang diberikan oleh pemberi kerja
kepadakaryawan.
Pada prinsipnya penyelenggaraan dana pensiun dilakukan dengan
iurandari karyawan atau perusahaan pemberi kerja yang disetorkan kepada
lembagadana pensiun. Iuran yang terkumpul tersebut lalu dikelola dan
hasilnyakemudian digunakan untuk membayar manfaat pensiun kepada
karyawanketika masa pensiun.
Tujuan penyelenggaraan program pensiun ditinjau dari kepentingan
perusahaan atau pemberi kerja, terdapat dua aspek yaitu:
1. Aspek ekonomis meliputi loyalitas dan kompetisi pasar tenaga kerja.
Dengan diadakannya program Dana Pensiun karyawan diharapkan
mempunyai loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap perusahaan, serta
diharapkan perusahaan mempunyai daya saing dan nilai lebih dalam
78

mendapatkan karyawan yang berkualitas dan professional di pasaran


tenaga kerja.
2. Aspek sosial meliputi kewajiban moral, dimana perusahaan berkewajiban
moral untuk memberikan rasa aman kepada karyawan pada saat mencapai
usia pensiun atau purnakarya, artinya perusahaan mempunyai tanggung
jawab sosial tidak hanya pada karyawannya pada saat yang bersangkutan
tidak mampu bekerja, tetapi juga pada keluarganya pada saat karyawan
tersebut meninggal dunia.
Tugas yang harus diemban Dana Pensiun adalah sebagai berikut:
1. Mengelola dan menginvestasikan dana yang dihimpun dari kontribusi
yang dibayarkan oleh karyawan dan atau pemberi kerja.
2. Membayarkan manfaat pensiun kepada karyawan di masa purnakaryanya.
Dana Pensiun bertanggungjawab kepada pemberi kerja melalui Dewan
Pengawas untukpengelolaan dana yang dikumpulkan sehingga pada waktunya
dapat mencukupi dalam pembayaran manfaat pensiun kepada para peserta. Agar
mampu menjalankan fungsinya, Dana Pensiun harus mengelola dan
mengembangkan dana yang terkumpul dengan cara yang aman dan
menguntungkan, salah satunya dengan melakukan investasi. Investasi yang
dilakukan oleh Dana Pensiun harus sesuai dengan kebijakan investasi dari pendiri
Dana Pensiun dan juga sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Peraturan
Menteri Keuangan No.199/PMK.010/2008 yang mengatur tentang Investasi Dana
Pensiun.

4.1.2 Deskripsi Variabel yang diteliti

4.1.2.1 Data Laba Bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola


Dana Pensiun di wilayah Bandung
Laba menjadi alasan berdirinya sebagian besar peruahaan-perusahaan,
dengan kata lain merupakan tujuan utama dari berdirinya suatu perusahaan,
mendapatkan laba yang maksimum merupakan cita-cita yang ingin di dapat oleh
setiap perusahaan, laba merupakan selisih antara pendapatan yang diterima
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Laba dicapai jika pendapatan melebihi total
biaya-biaya yang dikeluarkan.
79

Berdasarkan data yang dihimpun oleh peneliti diperoleh informasi


mengenai laba bersih 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di
wilayah Bandung selama periode 2011-2016 dapat dilihat pada table 4.1 yaitu
sebagai berikut:

Tabel 4 1 Data Laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun diwilayah Bandung periode 2011-2016
Nama Periode 2011-2016
Perbankan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank Bjb 56.566.430.029 60.565.906.512 63.243.153.607 71.697.935.425 64.378.177.991 24.664.473.092

Bank Mandiri 172.036.000.000 457.481.023.654 341.439.713.926 407.943.043.348 353.806.604.659 420.957.000.000

Bank BNI 438.574.000.000 458.072.483.500 378.362.380.725 350.277.063.037 1.741.338.178.834 502.771.000.000

Bank BRI 939.792.000.000 1.160.600.000.000 950.223.154.975 996.537.102.936 2.098.374.588.580 1.323.790.000.000

Bank BCA 50.394.591.977 163.110.794.512 248.507.942.920 254.801.396.230 218.344.000.000 247.197.000.000

Bank BTN 131.049.000.000 145.186.850.378 127.235.773.676 157.571.000.000 117.663.000.000 132.546.000.000

Jumlah
1.788.412.022.006 2.445.017.058.556 2.109.012.119.829 2.238.827.540.976 4.593.904.550.064 2.651.925.473.092
2011-2016

Rata-rata 2011-2016 2.637.849.794.087

Maksimum2011-2016 4.593.904.550.064

Minimum2011-2016 1.788.412.022.006

Sumber : Data yang telah diolah

Penjelasan mengenai data di atas akan dijelaskan dengan melihat jumlah


total Laba bersih dari 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di
wilayah Bandung yaitu sebagai berikut:

1. Pada tahun 2011 yang merupakan tahun dasar penelitian ini. Dan
merupakan laba dengan nilai yang paling terendah.
2. Pada tahun 2012 perolehan laba mengalami peningkatan. Dibandingkan
dengan tahun 2011, perolehan laba meningkat sebesar 26,85%.
3. Pada tahun 2013 perolehan laba mengalami penurunan. Dibandingkan
dengan tahun 2012, perolehan laba menurun sebesar 15,93%
4. Pada tahun 2014 perolehan laba mengalami peningkatan kembali.
Dibandingkan dengan tahun 2013, perolehan laba meningkat sebesar
5,79%
80

5. Pada tahun 2015 perolehan laba masih mengalami peningkatan yang


cukup besar. Dibandingkan tahun 2014, perolehan laba meningkat sebesar
51,26%
6. Pada tahun 2016 perolehan laba mengalami penurunan yang cukup besar.
Dibandingkan tahun 2015, penurunan laba sebesar 73,22%
7. Selama tahun 2011-2015 perolehan laba rata-rata mencapai
2.637.849.794.087
8. Pada tahun 2015 yang merupakan perolehan laba paling tinggi yaitu sebear
4.593.904.550.064

Pada tabel 4.1 dapat dilihat data Laba Bersih pada 6 Bank Penyelenggara
dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016setiap
tahunnya cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2013 dan tahun 2016 laba
yang diperoleh mengalami penurunan. Peningkatan dan penurunan laba
disebabkan oleh Pendapatan, Hasil usaha investasi yang diterima.Biaya yang
dikeluarkan serta Tingkat Hutang selama tahun tersebut.

4.1.2.2 Data Pendapatan pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola


Dana Pensiun di wilayah Bandung
Perusahaan perlu memperhatikan pendapatan yang diterima selama
kegiatan operasi berlangsung agar perusahaan dapat menghasilkan pendapatan
yang diinginkan demi keberlangsungan usahanya. Pendapatan adalah hasil yang
dapat diperoleh dari kegiatan operasi yang dilakukan perusahaan.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh peneliti diperoleh informasi
mengenai Pendapatan pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di
wilayah Bandung selama periode 2011-2016 dapat dilihat pada table 4.2 yaitu
sebagai berikut:
81

Tabel 4 2 Data Pendapatan pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana


Pensiun diwilayah Bandung periode 2011-2016
Nama Periode 2011-2016
Perbankan
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank Bjb 26.227.072 292.805.898 348.651.587 147.996.305 -7.004.788.829 102.768.405
Bank Mandiri 308.000.000 -3.853.000 2.497.000.000 2.755.172.736 -2.485.724.767 2.313.000.000

Bank BNI 30.476.000.000 1.999.871.134 3.201.321.256 -56.657.000.000 1.020.000.000 61.000.000

Bank BRI 1.706.000.000 2.908.000.000 6.202.000.000 5.886.247.770 2.187.365.405 5.615.000.000

Bank BCA -829.000.000 -912.828.212 -231.000.000 -2.366.000.000 -292.000.000 -829.000.000

Bank BTN 326.000.000 398.000.000 232.000.000 629.000.000 130.000.000 192.000.000


Jumlah
2011-2015 32.013.227.072 4.681.995.820 12.249.972.843 -49.604.583.189 -6.445.148.191 7.454.768.405

Rata-rata 2011-2015 58.372.127

Maksimum2011-2015 32.013.227.072

Minimum2011-2015 (49.604.583.189)

Sumber: Data yang telah diolah

Penjelasan mengenai data di atas akan dijelaskan dengan melihat jumlah


total Pendapatan dari 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di
wilayah Bandung yaitu sebagai berikut:

1. Pada tahun 2011 yang merupakan tahun dasar penelitian ini. Dan
merupakan pendapatan dengan nilai paling tinggi dari tahun-tahun yang
lainnya.
2. Pada tahun 2012 perolehan pendapatan mengalami penurunan.
Dibandingkan dengan tahun 2011, perolehan pendapatan menurun sebesar
58,37%
3. Pada tahun 2013 perolehan pendapatan mengalami peningkatan.
Dibandingkan dengan tahun 2012, perolehan pendapatan meningkat
sebesar 61,77%
4. Pada tahun 2014 perolehan pendapatan mengalami penurunan kembali
malah pendapatan tahun 2014 mengalami kerugian. Dibandingkan tahun
2013, kerugian pendapatan sebesar 12,46%
5. Pada tahun 2015 perolehan pendapatan masih mengalami penurunan
kembali, tetapi kerugianpendapatan pada tahun 2015 lebih sedikit.
Dibandingkan dengan tahun 2014, kerugian pendapatan sebesar 66,9%
82

6. Pada tahun 2016, perolehan pendapatan mengalami peningkatan.


Dibandingkan pada tahun 2015 yang memperoleh kerugian, peningkatan
pendapatan sebesar 18,64 %
7. Selama tahun 2011-2016 perolehan pendapatan rata-rata sebesar
58.372.127
8. Pada tahun 2014 perolehan pendapatan paling terendah, dengan kata lain
pada tahun 2014 pendapatan mengalami kerugian yang cukup tinggi yaitu
sebesar -49.604.583.189

Pada tabel 4.2 dapat dilihat data Pendapatan pada 6 Bank Penyelenggara
dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016, setiap
tahunnya cenderung mengalami penurunan, kecuali pada tahun 2013 dan pada
tahun 2016 pendapatan yang diperoleh mengalami peningkatan.

4.1.2.3 Data Biaya Operasional pada 6 Bank Penyelenggara dan


Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung
Untuk membiaya seluruh aktivitas-aktivitas perusahaan agar berjalan
dengan lanvar maka diperlukan biaya operasional.Biaya operasional merupakan
biaya-biaya yang dikorbankan untuk menunjang dan berkaitan dengan aktivitas
operasional perusahaan. Pada tabel 4.3 dapat dilihat biaya operasional pada 6
Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung selama
periode 2011-2016 yaitu sebagai berikut:
83

Tabel 4 3 Data Biaya operasional pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola


Dana Pensiun diwilayah Bandung periode 2011-2016
Periode 2011-2016
Nama Perbankan
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank Bjb 5.665.833.944 4.746.960.529 4.827.862.108 5.009.534.504 6.462.601.538 5.335.505.833

Bank Mandiri 8.012.000.000 7.745.000.000 8.865.000.000 11.018.560.915 13.713.217.996 18.961.000.000

Bank BNI 8.305.000.000 18.395.249.211 18.849.909.269 22.493.000.000 26.024.000.000 29.720.000.000

Bank BRI 25.818.000.000 33.887.000.000 86.109.000.000 48.343.951.285 78.903.183.707 91.748.000.000

Bank BCA 10.106.000.000 1.756.165.531 2.939.000.000 3.222.000.000 7.095.000.000 10.106.000.000

Bank BTN 10.631.000.000 11.659.000.000 13.110.000.000 14.948.000.000 16.098.000.000 19.087.000.000

Jumlah
68.537.833.944 78.189.375.271 134.700.771.377 105.035.046.704 148.296.003.241 174.957.505.833
2011-2015

Rata-rata 2011-2015 118.286.089.395

Maksimum2011-2015 174.957.505.833

Minimum2011-2015 68.537.833.944

Sumber: Data yang telah diolah

Penjelasan mengenai data di atas akan dijelaskan dengan melihat jumlah


total Biaya operasional dari 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di
wilayah Bandung yaitu sebagai berikut:

1. Pada tahun 2011 yang merupakan tahun dasar penelitian ini. Dan
merupakan biaya operasional dengan nilai yang paling sedikit.
2. Pada tahun 2012 biaya operasional yang dikeluarkan mengalami
peningkatan. Dibandingkan dengan tahun 2011, peningkatan biaya
operasional sebesar 12,34%
3. Pada tahun 2013 biaya operasional yang dikeluarkan masih mengalami
peningkatan. Dibandingkan dengan tahun 2012, peningkatan biaya
operasional sebesar 41,95%
4. Pada tahun 2014 biaya operasional yang dikeluarkan mengalami
penurunan. Dibandingkan dengan tahun 2013, penurunan biaya
operasional sebear 28,24%
5. Pada tahun 2015 biaya operasional yang dikeluarkan mengalami
peningkatan kembali. Dibandingkan dengan tahun 2014, peningkatan
biaya operasional sebesar 41,18%
84

6. Pada tahun 2016 biaya operasional yang dikeluarkan masih mengalami


peningkatan. Dibandingkan dengan tahun 2015, peningkatan biaya
operasional sebesar 17,97 %
7. Selama tahun 2011-2016 biaya operasional yang dikeluarkan rata-rata
118.286.089.395
8. Pada tahun 2016 biaya operasional yang dikeluarkan paling tertinggi dari
tahun-tahun yang lainnya

Pada tabel 4.3 dapat dilihat data Biaya operasional pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-
2015, setiap tahunnya cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2014 biaya
operasional mengalami penurunan.

4.1.2.4 Data Hasil usaha investasi pada 6 Bank Penyelenggara dan


Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung
Untuk menjaga agar dana yang dikelola dapat tetap stabil bahkan
meningkat, maka perusahaan harus melakukan kegiatan investasi. Keuntungan
lain yang diperoleh perusahaan berasal dari bagi hasil kegiatan investasi dana
tabungan peserta dan hasil investasi dari modal dana. Investasi merupakan salah
satu instrumen paling penting dalam pengelolaan dana pada perusahaan asuransi
jiwa. Pada tabel 4.4 dapat dilihat data Hasil usaha investasi pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung selama periode
2011-2016 yaitu sebagai berikut:
85

Tabel 4 4 Data Hasil usaha investasi pada 6 Bank Penyelenggara dan


Pengelola Dana Pensiun diwilayah Bandung periode 2011-2016
Nama Periode 2011-2016
Perbankan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank Bjb 64.106.449.640 67.107.385.889 69.921.354.378 79.115.211.874 80.651.337.385 29.903.411.407

Bank Mandiri 181.414.000.000 469.443.000.000 348.391.000.000 421.859.192.527 357.749.053.422 446.408.000.000

Bank BNI 430.513.000.000 491.260.973.794 401.467.015.955 423.300.000.000 1.768.664.000 535.879.000.000

Bank BRI 982.388.000.000 1.237.372.000 1.049.203.000.000 1.084.840.523.705 2.573.098.890.882 1.431.932.000.000

Bank BCA 261.984.000.000 166.520.311.005 266.900.000.000 261.774.000.000 231.191.000.000 261.984.000.000

Bank BTN 148.482.000.000 161.820.000.000 146.796.000.000 189.643.000.000 140.039.000.000 159.506.000.000

Jumlah
2.068.887.449.640 1.357.389.042.688 2.282.678.370.333 2.460.531.928.106 3.384.497.945.689 2.865.612.411.407
2011-2015

Rata-rata 2011-2015 2.403.266.191.311

Maksimum2011-2015 3.384.497.945.689

Minimum2011-2015 1.357.389.042.688

Sumber : Data yang telah diolah

Penjelasan mengenai data di atas akan dijelaskan dengan melihat jumlah


total Hasil usaha investasi dari 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun di wilayah Bandung yaitu sebagai berikut:

1. Pada tahun 2011 yang merupakan tahun dasar penelitian ini.


2. Pada tahun 2012 perolehan Hasil usaha investasi mengalami penurunan.
Dibandingkan dengan tahun 2011. Penurunan Hasil usaha investasi
sebesar 52,41%
3. Pada tahun 2013 perolehan Hasil usaha investasi mengalami peningkatan.
Dibandingkan dengan tahun 2012. Peningkatan Hasil usaha invetasi
sebesar 40,53 %
4. Pada tahun 2014 perolehan Hasil usaha invesatasi masih mengalami
peningkatan kembali. Dibandingkan dengan tahun 2013. Peningkatan
Hasil usaha investasi sebesar 07,22 %
5. Pada tahun 2015 perolehan Hasil usaha investasi masih mengalami
peningkatan cukup besar. Dibandingkan dengan tahun 2014. Peningkatan
Hasil usaha investasi sebesar 27,29%
86

6. Pada tahun 2016 perolehan Hasil usaha investasi kembali menurun.


Dibandingkan dengan tahun 2015. Penurunan Hasil usaha invetasi sebesar
18,10%
7. Selama tahun 2011-2016 rata-rata perolehan hasil usaha investasi sebesar
2.403.266.191.311
8. Pada tahun 2015 perolehan hasil usaha investasi paling tertinggi dari
tahun-tahun yang lainnya
9. Pada tahun 2012 dan perolehan hasil usaha investasi paling terendah dari
tahun-tahun yang lainnya

Pada tabel 4.4 dapat dilihat data Hasil usaha investasi pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-
2016, setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, kecuali pada tahun
2012 dan pada tahun 2016 Hasil usaha investasi yang diperoleh mengalami
penurunan.

4.1.2.5 Data Tingkat Hutang pada 6 Bank Penyelenggara dan


Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung
Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba tidak dapat terlepas dari
sumber modal perusahaan guna membiayai kegiatan perusahaan agar dapat terus
mengembangkan usahanya dan menghasilkan laba yang maksimal.Salah satu
sumber modal perusahaan adalah hutang. Tingkat hutang yang tinggi dari
perusahaan akan menyebabkan perusahaan meningkatkan perubahan laba dengan
tujuan untuk mempertahankan kinerja perusahaan yang baik.
Pada tabel 4.5 dapat dilihat data Tingkat Hutang pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung selama periode
2011-2016 yaitu sebagai berikut:
87

Tabel 4 5 Data Tingkat hutang pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola


Dana Pensiun diwilayah Bandung periode 2011-2016
Nama Periode 2011-2016
Perbankan 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank Bjb 638.312.598.102 702.871.281.841 713.171.049.545 793.740.159.649 802.942.112.691 5.003.402.171

Bank Mandiri 1.523.392.000.000 3.881.299.000 3.848.292.000 4.746.801.953.395 5.228.584.994.328 5.864.594.000.000

Bank BNI 4.375.591.000.000 4.582.364.814.598 5.107.913.502.544 5.227.928.000 5.607.997.000 6.321.565.125.400

Bank BRI 9.729.778.000.000 11.234.336.000.000 11.168.483.000.000 13.375.424.788.144 14.885.134.767.038 16.398.000.000.000

Bank BCA 4.170.398.000.000 3.071.367.754 2.711.730.000.000 3.176.762.000.000 3.553.789.000.000 4.170.398.000.000

Bank BTN 8.947.000.000 1.180.128.690.283 1.193.658.447.684 1.447.330.000.000 1.508.138.000.000 1.619.005.000.000

Jumlah
20.446.418.598.102 17.706.653.453.476 20.898.804.291.773 23.545.286.829.188 25.984.196.871.057 34.378.565.527.571
2011-2015

Rata-rata 2011-2015 23.826.654.261.861

Maksimum2011-2015 34.378.565.527.571

Minimum2011-2015 17.706.653.453.476

Sumber : Data yang telah diolah

Penjelasan mengenai data di atas akan dijelaskan dengan melihat jumlah


total Tingkat hutang dari 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di
wilayah Bandung yaitu sebagai berikut:

1. Pada tahun 2011 yang merupakan tahun dasar penelitian ini


2. Pada tahun 2012, tingkat hutang mengalami penurunan. Dibandingkan
dengan tahun 2011, penurunan tingkat hutang sebesar 15,47%
3. Pada tahun 2013, tingkat hutang mengalami peningkatan. Dibandingkan
dengan tahun 2012, peningkatan tingkat hutang sebesar 15,27 %
4. Pada tahun 2014, tingkat hutang masih mengalami peningkatan.
Dibandingkan dengan tahun 2013, peningkatan tingkat hutang sebesar
11,23 %
5. Pada tahun 2015, tingkat hutang masih mengalami peningkatan kembali.
Dibandingkan dengan tahun 2014, peningkatan tingkat hutang sebesar
09,38 %
6. Pada tahun 2016, tingkat hutang masih juga mengalami kenaikan.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kenaikan tingkat hutang pada
tahun ini sebesar 24,41%
88

7. Selama tahun 2011 sampai tahun 2015 rata-rata tingkat hutang sebesar
23.826.654.261.861
8. Pada tahun 2012 tingkat hutang yang paling terendah dari tahun-tahun
yang lainnya.
9. Pada tahun 2016 tingkat hutang yang paling tertinggi dari tahun-tahun
yang lainnya.

Pada tabel 4.5 dapat dilihat data Tingkat Hutang pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-
2016, setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, kecuali pada tahun
2012 tingkat hutang mengalami penurunan.

4.1.3 Analisis Kuantitatif


Analisis Kuantitaif merupakan penelitian lebih mendalam mengenai data-
data yang diteliti.Untuk mengetahui ada tidaknya, dan besar kecilnya pengaruh
dari pendaptatan terhadap laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola
Dana Pensiun di wilayah Bandung, maka peneliti harus melakukan pengujian
penelitian melalui tahapan sebagai berikut: Uji asumsi Klasik yang terdiri dari Uji
Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji heteroskedastisitas dan Uji autokorelasi,
Analisis Linier berganda, Analisis Korelasi secara simultan dan secara parsial,
Koefisien Determinasi serta Pengujian Hipotesis.

4.1.3.1 Uji Asumsi Klasik


Sebelum dilakukan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi
linier berganda, ada beberapa asumsi yang harus terpenuhi agar kesimpulan dari
regresi tersebut tidak bias, diantaranya uji normalitas, uji multikolinieritas (untuk
regresi linear berganda), uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi (untuk data
yang berbentuk deret waktu). Pada penelitian ini keempat asumsi yang disebutkan
diatas tersebut diuji karena variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini
lebih dari satu (berganda) dan data yang dikumpulkan mengandung unsure deret
waktu (6 tahun pengamatan).
89

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sampel yang digunakan


mempunyai distribusi normal atau tidak.Dalam model regresi linier, asumsi ini
ditunjukkan oleh nilai error yang berdistribusi normal.Model regresi yang baik
adalah model regresi yang dimiliki distribusi normal atau mendekati normal,
sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Pengujian normalitas data
menggunakan Test of Normality Kolmogorov-Smirnov dalam program SPSS.

Tabel 4 6 Hasil Pengujian Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Y ,128 36 ,142 ,932 36 ,028

a. Lilliefors Significance Correction

Jika nilai sig lebih besar dari 5% maka dapat disimpulkan bahwa residual
menyebar normal, dan jika nilai sig lebih kecil dari 5% maka dapat disimpulkan
bahwa residual menyebar tidak normal.

Dari hasil test of normality diketahui nilai statistik yaitu 0,128 atau nilai
sig 0,142 atau 14,2% lebih besar dari nilai 𝛼 5%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa residual menyebar normal

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa


atau semua variable bebas pada model regresi.Jika terdapat multikolinieritas maka
koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar
dan biasanya ditandai dengan nilai koefisien determinasi yang sangat besar tetapi
pada pengujian persial koefisien regresi, tidak ada ataupun kalau ada sangat
sedikit sekali koefisien regresi yang signifikan.Pada penelitian ini digunakan nilai
Variance Inflation Factors (VIF) sebagai indicator ada tidaknya multikolinieritas
diantara variabel bebas.
90

Tabel 4 7 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardi t Sig. Collinearity Statistics


zed
Coefficient
s

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 85631437762.741 72080328873.513 1.188 .244


X1 1.913 5.148 .043 .372 .713 .854 1.172

1 X2 10.549 4.983 .481 2.117 .042 .225 4.441

X3 .252 .195 .253 1.288 .007 .300 3.332

X4 .011 .025 .105 .749 .040 .214 4.672

a. Dependent Variable: Y

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari besaran


Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance.Pedoman suatu model regresi
yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai angka tolerance mendekati 1.
Batas VIF adalah 10, jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi gejala
multikolinieritas (Gujarati, 2012:432).

Dari hasil Coefficientsadiatas dapat diketahui bahwa nilai VIF diatas untuk
variabel independen yaitu dengan nilai X1= 1,172, X2= 4,441, X3= 3,332, X4=
4,672 lebih kecil dari nilai VIF dibawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi gejala multikolinieritas diantara variabel independen.

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur


berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain errordari
observasi tahun berjalan dipengaruhi oleh error dari observasi tahun sbelumnya.
Pada pengujian autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson untuk mengetahui ada
tidaknya autokorelasi pada model regresi dan berikut nilai Durbin-Watsonyang
diperoleh melalui hasil estimasi model regresi.
91

Tabel 4 8 Nilai Durbin-Watson untuk Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate

1 .800a .640 .594 314014563518.256 2.044

a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2


b. Dependent Variable: Y

Nilai Durbin-Watson pada output dapat dilihat pada tabel yaitu sebesar
2,044, sedangkan nilai tabel pembanding berdasarkan data Laba bersih dengan
melihat pada Tabel DW dalam lampiran, nilai d L,𝛼= 1,2358 sedangkan nilai
dU,𝛼=1,7245, nilai dU,𝛼< dw < 4- dU,𝛼artinya 1,7245 < 2,044 < 2,2755 sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa residual tidak mengandung autokorelasi.

4. Uji Heterokedastisitas

Hateroskedastisitas terjadi apabila variasi residual regresi (U t) tidak


konstan atau berubah-ubah secara sistematik seiring sengan berubahnya nilai
variabel independen. Konsekuensi dari keberatan heteroskedastisitas adalah
analisis regresi akan menghasilkan estimator yang bias untuk nilai varian u tdan
dengan demikian variasi dari koefisien regresi. Akibatnya Uji t, Uji F dan estimasi
nilai variabel dependen menjadi tidak valid. Uji yang dipergunakan adalah uji
Spearman dimana dilakukan perhitungan dari korelasi rank spearman antara
variabel absolut utdengan variabel-variabel bebas. Kemudian nilai dari semua
rankspearman tersebut dibandingkan dengan nilai signifikasi yang ditentukan.
Masalah heteroskedastisitas tidak terjadi bila nilai rank spearman antara variabel
absolut residual regresi dengan variabel-variabel bebas lebih besar dari nilai
signifikasi (α).Pada table 4.8 berikut dapat dilihat nilai signifikasi masing-masing
koefisien korelasi variabel bebas.
92

Tabel 4 9 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 9,127410 7,711410 1,184 ,246

X1 1,686 5,348 ,071 ,015 ,075

X2 8,653 6,800 ,394 1,272 ,213

X3 ,246 ,195 ,248 1,263 ,216

X4 ,016 ,024 ,143 ,659 ,515

a. Dependent Variable: Y

Apabila nilai signifikasi (Sig.) > 0,05 maka tidak terjadi gejala
Heteroskedastisitas.

Dari output di atas, diperoleh nilai Sig yaitu, X1=0,075, X2=0,213,


X3=0,216, dan X4= 0,515 yang artinya maka tampak bahwa keempat variabel
tidak ada gejala heteroskedastisitas karena nilai Sig melebihi 0,05 atau output
menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara seluruh variabel
independen terhadap nilai absolute residual, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa asumsi non-heteroskedastisitas terpenuhi.

Setelah ke empat asumsi regresi di uji dan terpenuhi, selanjutnya


dilakukan pengujian hipotesis, yaitu pengaruh pendapatan, biaya operasional,
hasil usaha investasi, dan tingkat hutang terhadap laba bersih.

4.1.3.2 Regresi Linier Berganda


Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen yaitu pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi, dan tingkat
hutang terhadap laba bersih. Berikut ini perhitungan regresi linier berganda
dengan menggunakan software SPSS 20.0 dan diperoleh hasil output sebagai
berikut:
93

Tabel 4 10 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardi t Sig. Collinearity Statistics


zed
Coefficient
s

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 85631437762.741 72080328873.513 1.188 .244

X1 1.913 5.148 .043 .372 .713 .854 1.172

1 X2 10.549 4.983 .481 2.117 .042 .225 4.441

X3 .252 .195 .253 1.288 .007 .300 3.332

X4 .011 .025 .105 .749 .040 .214 4.672


a. Dependent Variable: Y

Dari tabel tersebut dapat di bentuk persamaan regresi linier sebagai


berikut:

Y= 85631437762,741 + 1,913 X1 + 10,549 X2 + 0,252 X3 + 0,011 X4

Dimana : Y= Laba bersih

X1=Pendapatan

X2= Biaya operasional

X3= Hasil usaha investasi

X4= Tingkat hutang

Koefisien yang terdapat pada persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 85631437762,741 merupakan perolehan laba bersih pada


perusahaan sebesar 85631437762,741 jika pendapatan, biaya operasional,
hasil usaha investasi dan tingkat hutang sama dengan nol.
2. Pendapatan memiliki koefisien bertanda positif sebesar 1,913 artinya setiap
peningkatan pendapatan sebesar 1 diprediksi akan meningkatkan laba bersih
94

sebesar 1,913 dengan asumsi biaya operasional, hasil usaha investasi dan
tingkat hutang tidak berubah
3. Biaya operasional memiliki koefisien bertanda positif sebesar 10,549 artinya
setiap peningkatan biaya operasional sebesar 1 diprediksi akan mengurangi
laba bersih atau menambah rugi laba sebesar 10,549 dengan asumsi
pendapatan, hasil usaha investasi dan tingkat hutang tidak berubah
4. Hasil usaha investasi memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0,252
artinya setiap peningkatan hasil usaha investasi sebesar 1 diprediksi akan
meningkatkan laba bersih sebesar 0,252 dengan asumsi pendapatan, biaya
operasional dan tingkat hutang tidak berubah
5. Tingkat hutang memiliki koefisien bertanda positif sebesar 0,011 artinya
setiap peningkatan tingkat hutang sebesar 1 diprediksi akan mengurangi
laba bersih atau menambah rugi laba sebesar 0,011 dengan asumsi
pendapatan, biaya operasional dan hasil usaha investasi tidak berubah

4.1.3.3 Analisis Korelasi


Untuk mengetahui keeratan hubungan antara yaitu pendapatan, biaya
operasional, hasil usaha investasi, dan tingkat hutang terhadap laba bersih maka
dapat dicari dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product
Moment.Korelasi ini digunakan karena teknik statistic ini paling sesuai dengan
jenis data skala penelitian yang digunakan yaitu rasio.

Korelasi parsial digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan masing-


masing variabel independen (pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi,
dan tingkat hutang) dengan laba bersih. Melalui korelasi parsial akan dicari besar
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap laba ketika variabel
independen lainnya dianggap tidak berubah.

Berikut ini perhitungan korelasi parsial dengan menggunakan software


SPSS 20.0 dan diperoleh hasil output sebagai berikut:
95

Tabel 4 11 Koefisien Korelasi Pendapatan dengan Laba bersih

Correlations

Y X1

Y Correlation 1,000 ,690**

Significance (2-tailed) . ,000

Df 0 36
X1 Correlation ,690** 1,000
Significance (2-tailed) ,000 .
Df 36 0
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hubungan antara Pendapatan dengan laba bersih adalah sebesar 0,690


dengan arah positif. Artinya hubungan pendapatan dengan laba kuat, ini
menggambarkan bahwa ketika pendapatan meningkat maka akan berpenngaruh
pada peningkatan laba bersih juga.

Tabel 4 12 Koefisien Korelasi Biaya operasional dengan Laba bersih

Correlations

Y X2

Y Correlation 1,000 ,777**

Significance (2-tailed) . ,000

Df 0 36
X2 Correlation ,777** 1,000
Significance (2-tailed) ,000 .
Df 36 0
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hubungan antara biaya operasional dengan laba bersih adalah sebesar


0,777 dengan arah negatif. Artinya hubungan biaya operasional dengan laba kuat,
ini menggambarkan bahwa ketika biaya operasional menurun maka akan
berpenngaruh pada peningkatan laba bersih juga.
96

Tabel 4 13 Koefisien Korelasi Hasil usaha investasi dengan Laba bersih

Correlations

Y X3

Y Correlation 1,000 ,729**

Significance (2-tailed) . ,000

Df 0 36
X3 Correlation ,729** 1,000
Significance (2-tailed) ,000 .
Df 36 0
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hubungan antara Hasil usaha investasi dengan laba bersih adalah sebesar
0,729 dengan arah positif. Artinya hubungan hasil usaha investasi dengan laba
kuat, ini menggambarkan bahwa ketika hasil usah ainvestasi meningkat maka
akan berpenngaruh pada peningkatan laba bersih juga.

Tabel 4 14 Koefisien Korelasi Tingkat hutang dengan Laba bersih

Correlations

Y X4

Y Correlation 1,000 ,724**

Significance (2-tailed) . ,000

Df 0 36
X4 Correlation ,724** 1,000
Significance (2-tailed) ,000 .
Df 36 0
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hubungan antara Tingkat hutang dengan laba bersih adalah sebesar 0,724
dengan arah negatif. Artinya hubungan tingkat hutang dengan laba kuat, ini
menggambarkan bahwa ketika tingkat hutang meningkat maka akan mengurangi
laba.
97

4.1.3.4 Analisis Korelasi Berganda (Simultan)


Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengetahui derajat atau
kekuatan hubungan antara seluruh variabel X terhadap y cercara bersamaan.

Hubungan korelasi secara simultan menggunakan software SPSS 20.0 dan


diperoleh hasil output sebagai berikut:

Tabel 4 15 Analisis Koefisien Korelasi Berganda

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate

1 .800a .640 .594 314014563518.256 2.044

a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2


b. Dependent Variable: Y

Tabel variabel entered menunjukan variabel independen yang dimasukan


ke dalam model, nilai R pada tabel model summary adalah persentase kecocokan
model, atau nilai yang menunjukan seberapa besar variabel independen
menjelaskan variabel dependen, R pada persamaan regresi rentan terhadap
penambahan variabel independen, dimana semakin banyak variabel independen
yang terlibat, maka nilai R akan semakin besar, karena itulah digunakan R pada
analisis linier berganda, dan digunakan R pada analisis regresi sederhana. Pada
tabel 4.15 diatas, terlihat nilai R sebesar 0,800 artinya variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen sebesar 80% sedangkan 20% dijelaskan oleh
faktor-faktor lainnya yang tidak terdapat dalam model.

Hubungan secara simultan pendapatan, biaya operasional, hasil usaha


investasi dan tingkat hutang terhadap laba bersih sebesar 0,800 yang berada antara
0,80- 1,00. Artinya pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi dan
tingkat hutang secara simultan memiliki hubungan kuat terhadap laba
bersih.Bahwa sebagian besar perolehan laba ditentukan oleh pendapatan, biaya
operasional, hasil usaha investasi dan tingkat hutang.
98

4.1.3.5 Pengujian Hipotesis

4.1.3.5.1 Uji t (Uji Parsial)


Uji t (t-tes) melakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial,
pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengamsumsikan bahwa
variabel independen lain dianggap konstan.

Berikut perhitungan Uji t (t-tes) menggunakan software SPSS 20.0 dan


diperoleh hasil output sebagai berikut:

Tabel 4 16 Uji t (Uji Parsial)

Model Unstandardized Coefficients Standardi T Sig.


zed
Coefficien
ts

B Std. Error Beta

(Constant) 85631437762.741 72080328873.513 1.188 .244

X1 1.913 5.148 .043 .372 .713

1X2 10.549 4.983 .481 2.117 .042

X3 .252 .195 .253 1.288 .007

X4 .011 .025 .105 .749 .040


a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan hasil analisis uji t diatas, diperoleh output dengan nilai t


hitung ke empat variabel lebih besar dari nilai t tabel yaitu sebagai berikut:

1. Pendapatan
Dari tabel di atas menunjukkan variabel X1 memiliki nilai t hitung < t
tabel (0,372<0,6824) serta dengan nilai Sig yaitu 0,713 > 0,05 maka Ho
diterima yang artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan
pendapatan terhadap laba bersih.
99

2. Biaya operasional
Dari tabel di atas menunjukkan variabel X2 memiliki nilai t hitung > t
tabel (2,177>0,6824) serta dengan nilai Sig yaitu 0,042 < 0,05 maka Ho
ditolak yang artinya secara parsial ada pengaruh signifikan biaya
operasional terhadap laba bersih.
3. Hasil usaha investasi
Dari tabel di atas menunjukkan variabel X3 memiliki nilai t hitung > t
tabel (1,288>0,6824) serta dengan nilai Sig yaitu 0,007 < 0,05 maka Ho
ditolak yang artinya secara parsial ada pengaruh signifikan hasil usaha
investasi terhadap laba bersih.

4. Tingkat hutang
Dari tabel di atas menunjukkan variabel X4 memiliki nilai t hitung > t
tabel (0,749>0,6824) serta dengan nilai Sig yaitu 0,040 < 0,05 maka Ho
ditolak yang artinya secara parsial ada pengaruh signifikan tingkat hutang
terhadap laba bersih.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu variabel
independen seacara persial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

4.1.3.5.2 Uji F
Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara
simultan.Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen yang terdapat di dalam model secara bersama-sama (simultan)
terhadap variabel dependen.Uji F dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
signifikasi pengaruh pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi dan
tingkat hutang terhadap laba bersih secara simultan yang ditunjukan dalam tabel
Anova.

Berikut perhitungan Uji F menggunakan software SPSS 20.0 dan diperoleh


hasil output sebagai berikut:
100

Tabel 4 17 Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 5440181170291261000000000.000 4 1360045292572815200000000.000 13.793 .000b

1
Residual 3056759529148384000000000.000 31 98605146101560780000000.000

Total 8496940699439645000000000.000 35

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2

Berdasarkan output diatas, nilai Sig yaitu sebesar 0,000 secara simultan
berpengaruh terhadap laba bersih. Kemudian didukung juga oleh nilai F hitung
yaitu sebesar 13,793, maka dibandingkan dengan F tabel yaitu F tabel sebear
2,6786. Oleh karena F hitung sebesar 13, 793 > F tabel 2,6786 maka Ho ditolak
atau yang berarti sekumpulan variabel bebas terbukti seacara bermakna
mempengaruhi variabel terikat. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi dan tingkat hutang secara
simultan berpengaruh terhadap besarnya laba bersih.

4.1.3.6 Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel
pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi, dan tingkat hutang secara
simultan berpengaruh terhadap laba bersih. Koefisien determinasi dapat diketahui
dengan perhitungan sebagai berikut:

Kd= r2 X 100%

KD=0,8002 x 100%

KD=0,64 x 100%

KD=64%

Perhitungan koefisien determinasi dengan menggunakan software SPSS


20.0 dan diperoleh hasil output sebagai berikut:
101

Tabel 4 18 Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate

1 .800a .640 .594 314014563518.256 2.044

a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2


b. Dependent Variable: Y
Untuk nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.18 tepatnya di
lihat dari nilai R Square yaitu sebesar 0,640 sehingga dapat koefisien Determinasi
(KD) sebesar 64%, artinya pengaruh pendapatan, biaya operasional, hasil usaha
investasi dan tingkat hutang secara simultan terhadap laba bersih 64%, sedangkan
sisanya 36% merupakan faktor lainnya.

4.1.4 Hubungan antar variabel/ Pengaruh Variabel yang diteliti

4.1.4.1 Pengaruh Pendapatan dengan Laba bersih


Dari hasil pengolahan data diatas diperoleh hasil bahwa nilai korelasi yang
diperoleh antara pendapatan dengan laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan
Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016, adalah sebesar
0,690. Nilai 0,690 menurut Sugiyono (2011:184) tergolong hubungan yang kuat
dengan nilai positif. Artinya variabel pendapatan secara parsial mempunyai
pengaruh terhadap laba bersih sebesar 69%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan positif yang kuat antara pendapatan dengan laba bersih, dimana
semakin tinggi pendapatan maka akan diikuti semakin tingginya laba bersih pada
6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode
2011-2016
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung untuk pendapatan (X1)
sebesar 0,372 dengan nilai t tabel sebesar 0,6824. Dikarenakan nilai t hitung lebih
kecil dari nilai t tabel (0,372< 0,6824) serta dengan nilai Sig yaitu 0,713 > 0,05
maka Ho diterima yang artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan
pendapatan terhadap laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016
102

4.1.4.2 Pengaruh Biaya operasional dengan Laba bersih


Diperoleh informasi bahwa nilai korelasi yang diperoleh antara biaya
operasional dengan laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016adalah sebesar 0,777. Nilai 0,777
menurut Sugiyono (2011:184) tergolong hubungan yang kuat dengan nilai negatif.
Artinya variabel Biaya Operasional secara parsialmempunyai pengaruh terhadap
laba bersih sebesar 77,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
negatif yang kuat antara biaya operasional dengan laba bersih, dimana semakin
tinggi biaya operasional maka akan diikuti dengan menurunnya laba bersih pada 6
Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode
2011-2016
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung untuk biaya operasional
(X2) sebesar 2,177 dengan nilai t tabel sebesar 0,6824. Dikarenakan nilai t hitung
lebih besar dari nilai ttabel (2,177> 0,6824) serta dengan nilai Sig yaitu 0,042 <
0,05 maka Ho ditolak, artinya biaya operasional berpengaruh signifikan terhadap
laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah
Bandung periode 2011-2016.

4.1.4.3 Pengaruh Hasil usaha invetasi dengan Laba bersih


Dari hasil pengolahan data diatasdiperoleh hasil bahwa nilai korelasi yang
diperoleh antara hasil usaha investasi dengan laba bersih pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-
2016, adalah sebesar 0,729. Nilai 0,729 menurut Sugiyono (2011:184) tergolong
hubungan yang kuat dengan nilai positif.Artinya variabel hasil usaha investasi
secara parsial mempunyai pengaruh terhadap laba bersih sebesar 72,9%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara
hasil usaha investasi dengan laba bersih, dimana semakin tinggi hasil usaha
investasi maka akan diikuti semakin tingginya laba bersih pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-
2016.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk hasil usaha investasi
(X3) sebesar 1,288 dengan nilai ttabel sebesar 0,6824. Dikarenakan nilai thitung
103

lebih besar dari nilai ttabel (1,288> 0,6824) serta dengan nilai Sig yaitu 0,007 <
0,05 maka Ho ditolak, artinya hasil usaha investasi berpengaruh signifikan
terhadap laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di
wilayah Bandung periode 2011-2016

4.1.4.4 Pengaruh Tingkat Hutang dengan Laba bersih


Diperoleh informasi bahwa nilai korelasi yang diperoleh antara tingkat
hutang dengan laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016 adalah sebesar 0,724. Nilai 0,724
menurut Sugiyono (2011:184) tergolong hubungan yang kuat dengan nilai negatif.
Artinya variabel tingkat hutang secara parsialmempunyai pengaruh terhadap laba
bersih sebesar 72,4%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
negatif yang kuat antara tingkat hutang dengan laba bersih, dimana semakin tinggi
tingkat hutang maka akan diikuti dengan menurunnya laba bersih pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-
2016
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung untuk tingakt hutang (X4)
sebesar 0,449 dengan nilai t tabel sebesar 0,6824. Dikarenakan nilai t hitung lebih
besar dari nilai ttabel (0,749 > 0,6824) serta dengan nilai Sig yaitu 0,040 < 0,05
maka Ho ditolak yang artinya secara parsial ada pengaruh signifikan tingkat
hutang terhadap laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016.

4.1.4.5 Pengaruh Pendapatan, Biaya operasional, Hasil usaha investasidan


Tingkat Hutang dengan Laba bersih
Diperoleh informasi bahwa nilai korelasi berganda yang diperoleh antara
pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi dan tingkat hutang dengan
laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah
Bandung periode 2011-2016 adalah sebesar 0,800. Nilai 0,800 menurut Sugiyono
(2011:184) tergolong hubungan yang sangat kuat dengan nilai positif. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang kuat antara pendapatan,
biaya operasional, hasil usaha investasi dan tingkat hutang dengan laba bersih
104

pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung


periode 2011-2016
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel pendapatan, biaya
operasional, hasil usaha investasi dan tingkat hutang berpengaruh positif
terhadaplaba bersih dengan kontribusi pengaruh sebesar 80% sedangkan sisanya
20% merupakan faktor lain diluar pendapatan, biaya operasional, hasil usaha
investasi dan tingkat hutang
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung untuk pendapatan, biaya
operasional, hasil usaha investasi dan tingkat hutang (X1,X2,X3,X4) sebesar
13,793 dengan nilai f tabel sebesar 2,6786. Dikarenakan nilai f hitung lebih besar
dari nilai f tabel (13, 793 > 2,6786) maka Hoditolak, artinya pendapatan, biaya
operasional, hasil usaha investasi dan tingkat hutang secara simultan berpengaruh
signifikanterhadap laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil uji parsial, variabel (X1) dalam penelitian ini adalah
pendapatan tidak berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-
2016. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Meiza Efilia
(2014) yang menyatakan bahwa hasil analisis regresi menunjukkan bahwa secara
parsial variabel pendapatan usaha (X1) berpengaruh signifikan terhadap laba
bersih dimana nilai t hit > t tab (2,664> 2,026). Maka dapat diambil kesimpulan
bahwa variabel pendapatan tidak dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur
laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah
Bandung periode 2011-2016, dikarenakan penyelenggara dan pengelola dana
pensiun dalam memperoleh laba bersih paling utama yang bersumber dari iuran
peserta pensiun, hasil usaha investasi, sewa dan sebagainya. Ada juga yang
bersumber dari pendapatan, tapi tidak sepenuhnya mendukung laba bersih, karena
pendapatan cenderung dengan penjualan sedangkan penyelenggara dan pengelola
dana pensiun operasi utamanya tidak melakukan penjualan.
105

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, bahwa ada pengaruh dari
biaya operasional terhadap laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola
Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016 diterima. Didukung dengan
hasil uji parsial variabel (X2) dalam penelitian ini adalah biaya operasional
berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan
Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016.Temuan ini
sesuai dengan pendapat Wayan Bayu Wisesa (2014) bahwa Biaya operasional
berpengaruh terhadap laba bersih pada UD.Agung Esha tahun 2013. Hal tersebut
dilihat dari hasil analisis ttes yang memperlihatkan bahwa nilai thitung = 3.078
>ttabel = 1.81246 Artinya semakin besar biaya operasioanal maka perolehan laba
akan semakin kecil demikian sebaliknya bila biaya operasional semakin kecil
maka perolehan laba akan semakin besar. Dapat dikatakan bahwa antara biaya
operasional dan laba memiliki hubungan yang negatif tidak searah.
Hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa secara parsial hasil usaha
investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba bersih pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-
2016. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil usaha investasi yang semakin
meningkat maka laba bersih yang diperoleh akan semakin meningkat juga.Hasil
temuan ini sejalan dengan penelitian Husnul Khotimah (2012) yang menyatakan
bahwa berdasarkan hasil uji parsial dapat diketahui bahwa hasil usaha investasi
terdapat pengaruh yang signifikan pada laba bersih dengan nilai t hitung 2,396 > t
tabel 2,004.
Berdasarkan hasil pengujian statistik, secara parsial variabel tingkat hutang
berpengaruh positif terhadap laba bersih pada pada 6 Bank Penyelenggara dan
Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016. Hasil penelitian
menunjukkan tingkat hutang berpengaruh terhadap laba bersih yang berarti bahwa
tingkat hutang perusahaan akan berdampak pada peningkatan laba bersih. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nurul Fitriana (2016) yang
melakukan penelitian pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014yang menyimpulkan hasil bahwa Secara
106

Persial variabel Tingkat Hutang berpengaruh positif terhadap Laba pada


Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil perhitungan pengujian hipotesis, diperoleh nilai F
hitung untuk pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi dan tingkat
hutang sebesar 13,793 lebih besar dari nilai f tabel sebesar 2,6786, maka Ho
ditolak, artinya pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi dan tingkat
hutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-
2016.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Keimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pendapatan, Biaya operasional,
Hasil usaha investasi dan Tingkat Hutang terhadap Laba bersih pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-
2016, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendapatan pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di


wilayah Bandung periode 2011-2016, setiap tahunnya cenderung
mengalami penurunan, kecuali pada tahun 2013 dan pada tahun 2016
pendapatan yang diperoleh mengalami peningkatan. Selama tahun 2011
sampai tahun 2016 perolehan pendapatan mencapai rata-rata
sebesar58.372.127. Kerugian Pendapatan tersebut disebabkan oleh Bunga
Keterlambatan Iuran, Rugi Penjualan Asset Operasional, dan Rugi
Penjualan Asset lain-lain.
2. Biaya operasional pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016, setiap tahunnya
cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2014 biaya operasional
mengalami penurunan. Selama tahun 2011 sampai tahun 2016 biaya
operasional yang dikeluarkan rata-rata 118.286.089.395. Meningkatnya
Biaya operasional disebabkan oleh Biaya Pemeliharaan yang meningkat,
Biaya penyusutan, Biaya Umum dan Adiminstrasi serta Biaya operasional
lainnya yang terus meningkat.
3. Hasil usaha investasi pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana
Pensiun di wilayah Bandung periode 2011-2016, setiap tahunnya
cenderung mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2012 dan pada
tahun 2016 Hasil usaha investasi yang diperoleh mengalami penurunan.
Selama tahun 2011 sampai tahun 2016 rata-rata perolehan hasil usaha
investasi sebesar 2.403.266.191.311. Hal tersebut disebabkan oleh Laba

107
108

perolehan Investasi yang rata-rata setiap tahunnya tinggi sehingga


perolehan laba investasi tersebut lebih tinggi dari biaya investasi yang
dikeluarkan.
4. Tingkat Hutang pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun
di wilayah Bandung periode 2011-2016, setiap tahunnya cenderung
mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2012 tingkat hutang
mengalami penurunan.Selama tahun 2011 sampai tahun 2016 rata-rata
tingkat hutang sebesar 23.826.654.261.861. Peningkatan dan Penurunan
Tingkat hutang disebabkan oleh Hutang Manfaat Pensiun yang Jatuh
Tempo, Hutang Investasi dan Hutang lainnya.
5. Laba Bersih pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di
wilayah Bandung periode 2011-2016 setiap tahunnya cenderung
meningkat, kecuali pada tahun 2013 dan pada tahun 2016 laba yang
diperoleh mengalami penurunan. Selama tahun 2011 sampai tahun 2016
perolehan laba ke 6 bank Dana Pensiun ini rata-rata mencapai
2.637.849.794.087. Peningkatan dan penurunan laba disebabkan oleh
Pendapatan, Hasil usaha investasi yang diterima. Biaya yang dikeluarkan
serta Tingkat Hutang selama tahun tersebut.
6. Secara parsial variabel Pendapatan (X1) tidak berpengaruh signifikan
terhadap laba bersih. Dimana nilai t hitung< t tabel (0,372 < 0,6824) serta
dengan nilai Sig yaitu 0,713 > 0,05 maka Ho diterima yang artinya secara
parsial tidak ada pengaruh signifikan pendapatan terhadap laba bersih pada
6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung
periode 2011-2016.
7. Biaya operasional (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
laba bersih dimana nilai t hitung lebih besar dari nilai ttabel (2,177 >
0,6824) serta dengan nilai Sig yaitu 0,042 < 0,05 maka Ho tolak, artinya
biaya operasional berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada 6 Bank
Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung periode
2011-2016.
109

8. Hasil usaha investasi (X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap


laba bersih. Dikarenakan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (1,288
> 0,6824) serta dengan nilai Sig yaitu 0,007 < 0,05 maka Ho ditolak,
artinya hasil usaha investasi berpengaruh signifikan terhadap laba bersih
pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah
Bandung periode 2011-2016
9. Secara parsial tingakt hutang (X4) berpengaruh signifikan terhadap laba
bersih dimana nilai t hitung lebih besar dari nilai ttabel (0,749 > 0,6824)
serta dengan nilai Sig yaitu 0,040 < 0,05 maka Ho ditolak yang artinya
secara parsial ada pengaruh signifikan tingkat hutang terhadap laba bersih
pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah
Bandung periode 2011-2016.
10. Secara simultan pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi dan
tingkat hutang berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. Dengan f
hitung lebih besar dari nilai f tabel (13, 793 > 2,6786) maka Ho ditolak,
artinya pendapatan, biaya operasional, hasil usaha investasi dan tingkat
hutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada 6
Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung
periode 2011-2016.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
memberikan saran yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan manajemen
perusahaan mengenai perolehan pendapatan, biaya operasional yang dikeluarkan,
perolehan hasil usaha investasi, tingkat hutang dan perolehan laba bersih pada 6
Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di wilayah Bandung dalam
kemajuan perusahaan. Saran-saran tersebut diantaranya:

1. Bagi perusahaan Bank Penyelenggara dan Pengelola Dana Pensiun di


wilayah Bandungperiode 2011-2016sebaiknya terus meningkatkan
pendapatan yang diperolehnya supayamenghindari dari kerugian serta
110

untuk memenuhi biaya yang dikeluarkan dan mendapatkan laba bersih


yang maksimal. Karena apabila pendapatan terus meningkat diiringi
dengan peningkatan laba bersih maka investor akan tertarik untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut.
2. Diperlukan kontroling Biaya operasional agar dapat meminimalkan biaya
operasional, sehingga dapat mengurangi pemborosan-pemborosan atau
penyelewengan yang dapat mengurangi perolehan laba. Selain itu
hendaknya perusahaan dapat pula melakukan evaluasi atas biaya
operasional yang selama ini berjalan. Salah satun contohnya yakni dengan
mengevaluasi pengeluaran-pengeluaran biaya yang tidak diperlukan atau
tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat mengefisiensi biaya
operasional tersebut
3. Hasil usaha investasi merupakan sumber pemasukan perusahaan yang
akan mendukung kegiatan dan aktifitas operasional perusahaan di masa
yang akan datang. Jika perusahaan dapat memaksimalkan dan
mengoptimalkan kinerjanya, maka kemampuan perusahaan untuk
memperoleh hasil usaha investasi akan berpengaruh positif terhadap laba.
4. Sebaiknya pihak manajemen perlu memperhatikan pendanaan dengan
pinjaman atau hutang, dikarenakan hutang mengandung resiko yang besar
terhadap perkembangan perusahaan. Selain itu, hutang sangat
mempengaruhi tingkat pengembalian (profit) yang diharapkan. Karena
dengan semakin besarnya hutang yang ditanggung perusahaan, maka
semakin besar pula kewajiban untuk membayar kembali hutang tersebut
disertai beban-beban yang disyaratkan dalam hutang tersebut.
5. Agar perusahaan dapat meningkatkan perolehan laba bersih yang
maksimal, perusahaan sebaiknya harus lebih memperhatikan besarnya
perolehan pendapatan serta memperhatikan besarnya pengeluaran biaya
operasional supaya tidak terlalu besar dan tidak mengeluarkan biaya yang
tidak dibutuhkan oleh perusahaan.
6. Penelitian ini hanya dilakukan pada 6 Bank Penyelenggara dan Pengelola
Dana Pensiun di wilayah Bandung, untuk penelitian selanjutnyadiharapkan
111

dapat memperluas objek penelitian, tidakhanya pada Bank Penyelenggara


dan Pengelola Dana Pensiunsajakarena memungkinkan ditemukan hasil
dankesimpulan yang berbeda jika dilakukan pada objekyang berbeda
seperti perusahaan lainnya misalnya perusahaan asuransi
7. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dapat menggunakan sampel
lebih banyak lagi sehingga hasil penelitian akan lebih valid dan bagus dan
karena keterbatasan data, maka untukpenelitian selanjutnya perlu
penambahan data rentang waktu penelitian danpenambahan variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Abdullah Amrin. Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah. Jakarta: PT Ekex


Media Komputindo, 2011
Abdul Halim. (2003). Analisis Investasi. Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat:
Jakarta
Abdul Halim. (2006). Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat
Agus Santoso, (2010). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (4thed).
Yogyakarta.BPFE.
Agus Sartono. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
BPFE
Ahmed Belkaoui, (1993). Accounting Theory, Terjemahan Herman Wibowo.Jilid
Dua. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Bustami, Bastian, & Nurlela. (2013). Akuntansi Biaya (5 ed.). Jakarta: Salemba
Empat
Danang Sunyoto, 2013.Metodelogi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT. Refik
Aditama Anggota. Ikapi
Darmadi, Hamid, (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:
Alfabeta
Fahmi, Irham. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Fahmi, I, (2014).Analisis Laporan Keuangan. Bandung
Gitman, Lawrence J. 2003,” Principal of Manajerial Finance ”, International
Edition, 10th edition, Pearson Education, Bostom.
Gujarati, D, N.2012. Dasar-Dasar Ekonometrika, Terjemahan Mangunsong, R. C.
Selemba Empat. Buku 2.Edisi 5. Jakarta
Hanafi, Mahmud M (2010). Manajemen Keuangan. Cetakan ke lima. Yogyakarta:
BPFE
Hanafi, Mahmud M. 2011. Manajemen Keuangan. Edisi Ke 4. Yogyakarta:
BPFE

112
113

Harahap Sofyan Syafri (2009), Aanalisis Kritis atas laporan Keuangan. Edisi Ke
satu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Harmono. 2011. Manajemen Keuangan Berbasis Balance Scorecard Pendekatan
Teori, Kasus, dan Riset Bisnis (Edisi1). Jakarta: Rajawali Pers
Hartono, 2008. SPSS 16, 0 Analisis Data Statistika dan Penelitian, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Henry Simamora, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 3. Andi Offset.
Yogyakarta
IAI, 1996, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta, Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2000. Standar Akuntansi Keuangan. PSAK. No.23:
Pendapatan. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. PSAK. No.23:
Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Jogiyanto, 2012.Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh.
Yogyakarta. BPFE
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008. Jakarta:
PT. RAJAGRAFINDO PERSADA
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Satu. Cetakan Ketujuh. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D (2011).Intermediate Accounting
Volume 1 IFRS Edition. United States Of America: Wiley
Kuswadi, 2007.Analisis Keekonomian Proyek. Edisi Satu. Penerbit Andi.
Yogyakarta
L.M, Samryn. 2011. Pengantar Akuntansi: Mudah Membuat Jurnal dengan
Pendekatan Siklus Transaksi (Edisi 1). Jakarta: Rajawali Pers
Mahmud M Hanki, 2010. Manajemen Keuangan. Cetakan Kelima. Yogyakarta.
BPFE
114

Margaretha, Farah. 2011. Teori Dan Aplikasi Manajemen Keuangan Investasi dan
Sumber Dana Jangka Pendek. Jakarta: Grasindo Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Martalena, dan Malinda. 2011. Pengantar Pasar Modal. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Andi.
Murhadi, Werner R. 2013. Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi
Saham. Jakarta: Salemba Empat.
Raharjo Budi, (2000). Memahami Laporan Keuangan untuk Manager Non
Keuangan. Yogyakarta: Andi Offset
Santoso Singgih, 2010. Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Gramedia
Santoso Singgih, 2012. Statistik Parameti. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum
Soemarso.(2000). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rineka
Cipta
Sofyan Syafri Harahap, (2010). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Subramanyam, KR dan Jhon, J. Wild, 2010. Analisis Laporan Keuangan, Buku
Satu, Edisi Sepuluh, Salemba Empat, Jakarta
Subramanyam, K.R. & Wild, Jhon J, 2013, Analisis Laporan Keuangan. Buku 2.
Salemba Empat. Jakarta
Sugiyono, (2011).Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan
Kuantitatif, Kualifikatif, dan R&D).Alfabeta. Bandung
Sugiyono, (2012).Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono, (2013).Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono, (2014).Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sumarni Murti dan Jhon Soeprihanto, 2014.Pengantar Binis ( Dasar-dasar
Ekonomi Perusahaan). Edisi kelima. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Sunyoto Danang. 2013. Metodelogi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT. Redika
Aditama
115

Tandelilin, Eduardus, 2010. Portofolio dan Investasi Teori & Aplikasi.Edisi


Pertama. Kanisius IKAPI Indonesia
Tony Wijaya, 2013. Metodelogi penelitian Ekonomu& Bisnis Teori& Praktik.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Utari, Dewi er al., 2014.Manajemen Keuangan: Edisi Kajian Praktik dan teori
dalam Mengelola Keuangan Operasional Perusahaan, Mitra Wacana
Media, Jakarta
Wild, John, K.R. Subramanyam dan Robert F. Halsey.2005.Analisisis Laporan
Keuangan. Edisi Delapan. Buku Kesatu. Alih Bahasa: Yanivi dan
Nurwahyu. Jakarta: Salemba Empat

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 78/KMK.017/1995, No.


93/KMK.017/1997, No. 494/KMK.017/1999 tentang Investasi Dana
Pensiun

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. 199/PMK.010/2008,


No, 19/PMK.017/2012 tentang Investasi Dana Pensiun

Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ( lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4279)

Undang – Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Lembaran


Negara Tahun 1992 Nomor 37 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor
3477)

JURNAL

Dongsae Cho. (1990).The Impact Of a Price Cut On Net Income and Profit
Margin”
Hermuningsih, Sri dan Dewi Kusuma Wardani. 2009. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Nilai Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Malaysia
116

dan Bursa Efek Jakarta. Jurnal Siasat Bisnis Vol. 13 No. 2, Agustus 2009
Hal: 173-183. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.
Husnul Khotimah. (2012). Pengaruh Premi, Klaim, Hasil Investasi dan
Underwriting terhadap Laba Perusahaan Asuransi Syariah pada PT.
Asuransi Kerugian Sinarmas Cabang Syariah. e- Jurnal Riset Manajemen.
Fakultas Ekonomi Unisma
Lailan Paradiba. 2015. Pengaruh Laba Operasi terhadap Laba Saham. Jurnal
Riset Akuntansi dan Bisnis Volume 15 N0.1 Maret 2015

Mahaputra, I Nyoman Kusuma Adnyana., 2012.Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan


Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Volume 7, No.2, Juli 2012

Meiza Efilia. (2014). Pengaruh Pendapatan Usaha dan Beban Operasional


terhadap Laba bersih pada Perusahaan Kimia dan Keramik, Porselin, dan
Kaca yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. e- Journal Fakultas
Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Nurul Fitriana. (2016). Pengaruh Tingkat Hutang dan Arus Kas Akrual terhadap
Laba (Studi pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Akuntansi Vol. 1 No. 1, (2016)

Dudi Rudianto, (2012). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Telkom


Tbk. dengan PT. Indosat Tbk periode 2005-2010.Prosiding Snapp 2012.
Sosialy, Ekonomi, dan Humaniora
Wayan Bayu Wisesa. (2014). Pengaruh Volume Penjualan dan Biaya
Operasional terhadap Laba bersih pada UD.AGUNG ESHA Karang
Asem. Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014.

WEBSITE

dapenbankmandiri.co.id, dapenbjb.co.id, dapenbni.co.id, dapenbri.co.id,


dapenbtn.com, dpbca.co.id , https://m.wartaekonomi.co.id
LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : RESTI RATNASARI

TEMPAT/ TANGGAL/ LAHIR : BANDUNG, 21 OKTOBER 1995

AGAMA : ISLAM

ALAMAT : KP. SUKAMANAH RT. 02/ 05 DESA.


NAGRAK KEC. CANGKUANG
BANDUNG

NAMA AYAH : ASEP SUGANDI

PEKERJAAN : WIRASWASTA

NAMA IBU : IMAS SUWINDAH

PEKERJAAN : IBU RUMAH TANGGA

RIWAYAT PENDIDIKAN

▪ TK HARAPAN BUNDA, 2001-2002

▪ SD NEGERI NAGRAK II , 2002-2008

▪ SMP NEGERI CANGKUANG, 2008-2011

▪ SMA PASUNDAN BANJARAN, 2011-2014

▪ STIE INABA BANDUNG (JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM S. 1),

2014-2018

117
Hasil Output Spssversi20
EXAMINE VARIABLES=Y
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.

Explore

Notes

Output Created 20-FEB-2018 14:43:15


Comments
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Input
Split File <none>
N of Rows in Working Data
37
File
User-defined missing values
Definition of Missing for dependent variables are
treated as missing.
Missing Value Handling Statistics are based on cases
with no missing values for
Cases Used
any dependent variable or
factor used.
EXAMINE VARIABLES=Y
/PLOT BOXPLOT
STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
Syntax /STATISTICS
DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Processor Time 00:00:00.48
Resources
Elapsed Time 00:00:00.45
[DataSet1]

118
119

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Y 36 97,3% 1 2,7% 37 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 2780222222,22 340040207,966

95% Confidence Interval for Lower Bound 2089903900,11


Mean Upper Bound 3470540544,34

5% Trimmed Mean 2698703703,70

Median 2575000000,00

4162584349206
Variance
349800,000
Y
Std. Deviation 2040241247,796

Minimum 100000000

Maximum 7250000000

Range 7150000000

Interquartile Range 3660000000

Skewness ,467 ,393

Kurtosis -,615 ,768

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Y ,128 36 ,142 ,932 36 ,028

a. Lilliefors Significance Correction

Y Stem-and-Leaf Plot
120

Frequency Stem & Leaf

9,00 0 . 113333334
2,00 1 . 15
11,00 2 . 01224556677
3,00 3 . 023
5,00 4 . 02247
2,00 5 . 25
3,00 6 . 045
1,00 7 . 2

Stem width: 1E+009


Each leaf: 1 case(s)
121
122
123

REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA COLLIN TOL ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X1 X2 X3 X4
/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)
/RESIDUALS DURBIN HISTOGRAM(ZRESID) NORMPROB(ZRESID).

Regression
[DataSet1]

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Method


Removed

1 X4, X1, X3, X2b . Enter

a. Dependent Variable: Y
b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate

1 .800a .640 .594 314014563518.256 2.044

a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2


b. Dependent Variable: Y

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square

Regression 5440181170291261000000000.000 4 1360045292572815200000000.000

1 Residual 3056759529148384000000000.000 31 98605146101560780000000.000

Total 8496940699439645000000000.000 35

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2
124

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Co


Coefficients

B Std. Error Beta Tole

(Constant) 85631437762.741 72080328873.513 1.188 .244

X1 1.913 5.148 .043 .372 .713

1 X2 10.549 4.983 .481 2.117 .042

X3 .252 .195 .253 1.288 .007

X4 .011 .025 .105 .749 .040

a. Dependent Variable: Y

CollinearityDiagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions

(Constant) X1 X2 X3

1 3.353 1.000 .03 .00 .01 .01

2 1.011 1.821 .01 .81 .00 .00

1 3 .439 2.763 .94 .04 .02 .04

4 .121 5.256 .02 .02 .20 .95

5 .076 6.644 .00 .13 .77 .00

a. Dependent Variable: Y

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Dev

Predicted Value 144357408768.00 1739260297216.00 439641632347.86 39425


Std. Predicted Value -.749 3.296 .000
Standard Error of Predicted Value 57752686592.000 276454998016.000 102024410919.937 5813
Adjusted Predicted Value 7194483712.00 1765190270976.00 406316757803.77 39429
-
Residual 446862721024.00 1378722250752.000 .000 29552
0
Std. Residual -1.423 4.391 .000
Stud. Residual -1.887 4.924 .041
125

-
Deleted Residual 785865900032.00 1734143639552.000 33324874544.087 43738
0
Stud. Deleted Residual -1.973 10.379 .202
Mahal. Distance .212 26.156 3.889
Cook's Distance .000 1.726 .135
Centered Leverage Value .006 .747 .111

a. Dependent Variable: Y
126

Correlations

X1 X2 X3 X4 Y

Pearson Correlation 1 .876** .694** .712** .690**

X1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 36 36 36 36 36
Pearson Correlation .876** 1 .808** .845** .777**
X2 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 36 36 36 36 36
Pearson Correlation .694** .808** 1 .797** .729**
X3 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 36 36 36 36 36
Pearson Correlation .712** .845** .797** 1 .724**
X4 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 36 36 36 36 36
Pearson Correlation .690** .777** .729** .724** 1

Y Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 36 36 36 36 36

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai