Anda di halaman 1dari 132

Dampak Penerapan IFRS Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Indonesia


SKRIPSI

Oleh:
IDA BAGUS WIRA SANJAYA
NIM: 1215351192

PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

Dampak Penerapan IFRS Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan


Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

SKRIPSI

Oleh:
IDA BAGUS WIRA SANJAYA
NIM: 1215351192

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar


Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Denpasar
2016

HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing serta diuji pada
tanggal:

Tim Penguji:

1. Ketua:

Tanda Tangan

Drs. Ida Bagus Dharmadiaksa, MSi., AK.

...................

2. Sekretaris: Dr. Gst. Kt. Ag. Ulupui, SE., MSi., AK., CA.

..................

3. Anggota: Dr. I Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., AK.

..................

Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi

Pembimbing

Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E., M.Si., Ak., Dr. Gst. Kt. Agung Ulupui, SE., MSi., AK.,CA.
NIP. 19650323 199103 1 004

NIP. 19661213 199303 2 003

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam


Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan. Apabila ternyata di dalam
naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 15 April 2016


Mahasiswa,

Ida Bagus Wira Sanjaya


NIM. 1215351192

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul Dampak Penerapan IFRS
Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Tersusunnya laporan ini tidak terlepas
dari bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan

2.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu

Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


3.
Ibu Prof. Dr. Ni Luh Putu Wiagustini, SE., M.Si., selaku
4.

Pembantu Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


Bapak Dr. I Dewa Gde Dharma Suputra, SE., M.Si., Ak., selaku

Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


5.
Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, S.E., M.Si., Ak., selaku
Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6.
Bapak Dr. I Gst. Ngr. Agung Suaryana, SE.,MSi., Ak selaku
7.

Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


Bapak Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., selaku Ketua

Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


8.
Ibu Ni Gst Putu Wirawati, S.E., M.Si., Ak., selaku Koordinator
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
9.
Ibu Dr. Gst. Kt. Agung Ulupui, SE., MSi., AK., CA., selaku
Pembimbing Akademik sekaligus selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
10.

memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam menyusun skripsi ini.


Ibu Komang Ayu Krisnadewi, S.E., M.Si., dan Bapak Dr. I Dewa
Gede Wirama, SE., MSBA., AK. selaku dosen pembahas skripsi yang telah
memberikan saran dan masukan.
5

11.

Bapak Drs. Ida Bagus Dharmadiaksa, MSi., AK., selaku dosen


penguji skripsi yang telah memberikan arahan serta masukan dalam penyelesaian
skripsi ini.

12.

Orang tua penulis, Ida Bagus Anom Adnyana, S.T., dan Ida Ayu
Mastini, serta kakak penulis Ida Bagus Gde Yoga Pradiptha, S.E., yang telah
memberikan dukungan, doa, dan fasilitas selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi

13.

dan Bisnis Universitas.


Teman-teman yang sudah membantu Wira, Praktiyaksa, Dodik,
Bacol, Nehru, Mahendra, Gusoka, Gustu, Keluarga Lumintang Crew, Keluarga Pejuang
Lulus, kawan-kawan FE Reguler dan Ekstensi, Keluarga Minatory, Smansa 2011,
Keluarga EES, Goloh MC, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu
yang telah mendukung dan memotivasi saya setiap waktu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab
terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan.
Denpasar, 15 April 2016
Penulis
Judul:
Nama:
NIM:

Dampak Penerapan IFRS Terhadap Manajemen Laba pada


Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Ida Bagus Wira Sanjaya
1215351192

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Dampak Penerapan IFRS Terhadap Manajemen Laba pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
6

mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan dari angka praktik manajemen laba antara
sebelum dan sesudah mengadopsi IFRS pada jenis perusahaan manufaktur, serta untuk
mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan manajemen laba antara perusahaan
manufaktur yang tergolong besar dan kecil.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013
yang diakses langsung melalui website www.idx.co.id. Populasi penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek Indonesia pada tahun 2010-2013.
Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dan didapatkan sampel
sebanyak 62 perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif (Comparative
Research) yang dilakukan dengan menggunakan uji Willcoxon.
Dari hasil pengujian didapatkan bahwa ada perbedaan praktik manajemen laba yang
signifikan antara sebelum dan setelah mengadopsi International Financial Reporting
Standard (IFRS) serta adanya perbedaan manajemen laba antara perusahaan manufaktur
yang tergolong besar dan kecil.
Kata Kunci: Manajemen Laba, International Financial Reporting Standard (IFRS),
Perusahaan Manufaktur, Comparative Research.

DAFTAR ISI
JUDUL ...............................................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................................ii
PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................................................iv
ABSTRAK.........................................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 12
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................................. 13
1.5 Sistematika Penulisan............................................................................... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................15
2.1 Landasan Teori....................................................................................... 15
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)..........................................................15
2.1.2 Manajemen Laba.............................................................................. 17
2.1.2.1 Pola dalam Manajemen Laba.....................................................20
2.1.2.2 Faktor-Faktor Pendorong Manajemen Laba dalam Penelitian ini.........21
2.1.2.3 Kondisi untuk Praktek Manajemen Laba dalam Penelitian ini.............23
2.1.2.4 Model Empiris Manajemen Laba................................................24
2.1.2.5 Manajemen Laba Akrual..........................................................24
2.1.2.6 Discretionary Accrual..............................................................27
2.1.3 International Financial Reporting Standards (IFRS)...................................28
2.1.3.1 Dampak Implementasi IFRS.....................................................32
2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya.............................................................32
2.3 Rumusan Hipotesis.................................................................................. 33

2.3.1 Perbedaan Manajemen Laba Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia......................................33
2.3.2 Perbedaan Manajemen Laba antara Perusahaan Manufaktur yang Tergolong
Perusahaan Besar dan Kecil Pasca IFRS................................................37
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................................40
3.1 Desain Penelitian..................................................................................... 40
3.2 Lokasi Penelitian..................................................................................... 41
3.3 Objek Penelitian...................................................................................... 41
3.4 Jenis dan Sumber Data.............................................................................. 41
3.4.1 Jenis Data....................................................................................... 41
3.4.2 Sumber Data................................................................................... 42
3.5 Populasi dan Sampel................................................................................ 42
3.6 Metode Seleksi dan Pengumpulan Data.........................................................43
3.7 Definisi Operasional dan Pengukuran............................................................44
3.8 Teknik Analisis Data................................................................................ 47
3.8.1 Uji normalitas.................................................................................. 47
3.8.2 Uji beda......................................................................................... 48
3.8.2.1 Uji statistik parametrik............................................................48
3.8.2.2 Uji statistik non-parametrik.......................................................49
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN.....................................................51
4.1 Gambaran Umum Organisasi......................................................................51
4.2 Statistik Deskriptif................................................................................... 52
4.3 Uji Normalitas........................................................................................ 53
4.4 Uji Beda................................................................................................ 54
4.4.1 Uji Beda Manajemen Laba Sebelum dan Setelah IFRS................................54
4.4.2 Uji Beda Perusahaan Besar dan Perusahaan Kecil......................................55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................................................57
5.1 Simpulan............................................................................................... 57
5.2 Saran ................................................................................................... 57
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................................................59
9

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................62

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Halaman

3.1

Daftar Tabel Seleksi Sampel Penelitian..........................................

44

4.1

Tabel Statistik Deskriptif................................................................

52

4.2

Tabel Uji Normalitas.......................................................................

53

4.3

Tabel Uji Beda Manajemen Laba Sebelum dan Setelah IFRS.......

54

4.4

Tabel Uji Beda Perusahaan Besar dan Perusahaan Kecil................

55

10

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar
3.1

Halaman

Desain Penelitian..............................................................................

11

40

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran
1
2

Halaman

Daftar Perusahaan Manufaktur yang Memenuhi Kriteria Sampel...


Tabulasi Data Manajemen Laba yang Diproksikan Dengan

62

Modified Model Jones Berdasarkan Nilai Discretionary


Accrual

untuk

periode

sebelum

IFRS

(2010-

2011).......................................

65
Tabulasi Data Manajemen Laba yang Diproksikan Dengan
Modified Model Jones Berdasarkan Nilai Discretionary
Accrual

untuk

periode

sesudah

IFRS

(2012-

2013)........................................

4
5
6
7
8

9
10

68
Tabulasi Data Ukuran Perusahaan (2010-2013)...............................
Statistik Deskriptif Manajemen Laba Sebelum dan Setelah IFRS...
Uji Normalitas Manajemen Laba Sebelum dan Setelah IFRS.........
Uji Beda Manajemen Laba Sebelum dan Setelah IFRS...................
Statistik Deskriptif Perusahaan Besar dan Perusahaan Kecil............
Uji Normalitas Perusahaan Besar dan Perusahaan Kecil..................
Uji Beda Perusahaan Besar dan Perusahaan Kecil............................

12

71
75
76
77
78
79
80

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan keuangan merupakan sebuah jembatan yang dapat menghubungkan
keperluan bisnis. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi (SAK, 2012).
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) menyatakan tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan, sedangkan pengguna laporan keuangan terdiri dari investor, debitor,
kreditor, pemerintah, dan masyarakat.
Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan salah satunya adalah
tingkat kinerja manajemen perusahaan, yang tercermin pada laba dalam laporan laba
rugi. Informasi laba ini sering menjadi target rekayasa tindakan oportunis manajemen
untuk memaksimumkan kepuasannya. Tindakan oportunis tersebut dilakukan dengan
cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur,
dinaikkan maupun diturunkan sesuai dengan keinginannya. Perilaku manajemen

untuk mengatur laba sesuai dengan keinginannya ini dikenal dengan istilah
manajemen laba.

Manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau


meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajer
(Copeland, 1968). Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen
melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak
eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba. Manajemen
laba muncul sebagai dampak masalah keagenan yang terjadi karena adanya
ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajemen
perusahaan (agent) (Schipper, 1989).

Motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba salah satunya adalah


teori akuntansi positif (positive accounting theory). Teori ini mengusulkan tiga
hipotesis motivasi manajemen laba yang dihubungkan oleh tindakan oportunistik
yang dilakukan oleh perusahaan. Tiga hipotesis tersebut antara lain hipotesis
program bonus (the bonus plan hypotesis), hipotesis perjanjian utang (the debt
covenant hypotesis), serta hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) (Watts
dan Zimmerman, 1986).

Hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) menyatakan bahwa


semakin besar biaya politis yang dihadapi oleh perusahaan maka semakin besar pula
kecenderungan perusahaan menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi
laba, karena perusahaan yang memiliki tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat
2

perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan
menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya
politis, diantaranya muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi,
dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis.

Cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya


sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (opportunistic
earnings

management). Kedua,

dengan

memandang manajemen

laba dari

perspektif efficient contracting, dimana manajemen laba memberi manajer suatu


fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi
kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam
kontrak, dengan demikian manajer dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya
melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income
smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu (Scott, 2000).

Manajemen laba dapat terjadi karena penggunaan dasar akrual pada


penyusunan laporan keuangan. Sistem akuntansi akrual sebagaimana yang ada pada
prinsip akuntansi yang diterima umum memberikan kesempatan kepada manajer
untuk membuat pertimbangan akuntansi yang akan mempengaruhi pendapatan yang
dilaporkan, dengan kebijakan pendapatan melalui discretionary accruals (Handayani,
2014). Konsep akrual diskresioner (discretionary accruals) memberi pengertian
bahwa pihak manajemen dapat mengambil kebijakan pendapatan akrual dan biasanya
digunakan untuk mencapai pendapatan yang diinginkan, dengan kata lain akrual yang
3

tidak memiliki hubungan dengan fenomena ekonomi perusahaan dan tampaknya


muncul dari kebijakan manajemen.

Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan kebijakan (discretion)


dalam menyusun transaksi untuk mengubah laporan keuangan dan menyesatkan
stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Manajemen laba dilakukan
melalui kebijakan akrual (discretionary accruals) dan aktivitas riil. Discretionary
accruals adalah akrual yang nilainya ditentukan oleh kebijakan/diskresi manajemen.
Biasanya manajemen akrual dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui
laba sebelum direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa jauh kebijakan yang
diperlukan agar target laba tercapai (Cohen et al. 2008).

Manajer memiliki kemampuan mengontrol bagian akrual dalam jangka


pendek (De Angelo, 1986). Manajemen laba dapat dilakukan dengan dua metode)
yaitu dengan pemindahan laba dari periode yang satu ke periode lainnya dan
manajemen laba melalui klasifikasi dengan mengklasifikasikan secara khusus
pendapatan atau beban ke bagian tertentu laporan keuangan (Subramanyam dan John,
2013). Metode lainnya dengan mengubah estimasi akuntansi, mengubah metode
akuntansi, dan permasalahan cadangan (Sulistyanto, 2008).

Manajemen laba merupakan tindakan yang disengaja oleh manajer dengan


memanfaatkan peluang yang ada dalam prinsip-prinsip akuntansi yang boleh
dilakukan untuk kepentingan tertentu. Hal ini, dimana manajemen laba terjadi
merupakan akibat dari hubungan asimetri antara manajer, pemegang saham, dan
4

pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan.


Saat ini dibutuhkan suatu standar pelaporan yang lebih ketat sehingga
menekan tingkat manajemen laba tersebut, selain itu juga standar tersebut haruslah
standar yang dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat global sehingga
diperlukan standar yang sama di seluruh dunia.

Seiring era globalisasi dan agar terjadi persamaan persepsi akuntansi di setiap
negara, maka dibentuklah standar akuntansi internasional yang dikenal dengan
International Financial Reporting Standars (IFRS), yang nantinya bertujuan
memudahkan rekonsiliasi bisnis dalam lintas negara, dan sekarang ini satu per satu
negara di dunia telah dan mulai mengadopsi IFRS. IFRS merupakan standar
pelaporan keuangan internasional yang menjadi rujukan atau sumber konvergensi
bagi standar-standar akuntansi di negara-negara di dunia yang diterbitkan oleh
International Accounting Standard Board (IASB) pada tahun 2001.

Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS)


disusun oleh empat organisasi utama dunia, yaitu Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar
Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC) yang sekarang ini telah
diterapkan dan diadopsi di negara-negara Eropa dan Amerika pada tahun 2005.
Praktik akuntansi di tiap negara berbeda disebabkan adanya pengaruh lingkungan,
ekonomi, sosial, dan politik di tiap negara. IFRS sebagai standar internasional
memiliki tiga ciri utama yakni principles-based, nilai wajar (fair value), dan
pengungkapan (Martani, 2012).
5

Principle-based mengatur hal-hal yang pokok dalam standar sedangkan


prosedur dan kebijakan detail diserahkan kepada pemakai, standar yang bersifat
principlebased mengharuskan pemakainya untuk membuat penilaian (judgment)
yang tepat atas suatu transaksi untuk menentukan substansi ekonominya dan
menentukan standar yang tepat untuk transaksi tersebut. Fair value adalah harga yang
akan diterima dalam penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer kewajiban
dalam transaksi yang tertata antara partisipan di pasar pada tanggal pengukuran (Hitz,
2007). Fair value juga didefinisikan sebagai suatu jumlah yang dapat digunakan
sebagai dasar pertukaran dari aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang
paham dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (PSAK no 10, 2012). Ciri
utama IFRS yang lain yakni bertujuan untuk mengharuskan lebih banyak
pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan, dan digunakan agar pengguna
laporan keuangan dapat mempertimbangkan informasi yang relevan.

Konvergensi dapat berarti harmonisasi atau standardisasi, namun harmonisasi


dalam konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian
praktik akuntansi dengan menetapkan batas tingkat keberagaman, jika dikaitkan
dengan IFRS maka konvergensi dapat diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS. Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan
Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS
pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan
dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami
dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca
atau pengguna lain (Baskerville, 2010).
6

Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi,


yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh
IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh
negara -negara maju, sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara
bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:

1.)

Tahap Adopsi (2008 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi
ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap
PSAK yang berlaku.

2.)

Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian


terhadap persiapan infrastruktur yang diperlukan, selanjutnya dilakukan
penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.

3.)

Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK


IFRS secara bertahap, kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak
penerapan PSAK secara komprehensif.

Exposure Draft (ED) PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan


Keuangan telah diterbitkan. ED PSAK 1 merupakan adopsi IAS 1 Presentation
Financial Statement, proses adopsi ini merupakan salah satu program konvergensi
IFRS yang sedang dilakukan oleh Dewan Standar Akuntansi keuangan (DSAK IAI).
7

ED PSAK 1 ini menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan


bertujuan umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut
laporan keuangan agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode
sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur
persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan
persyaratan minimum isi laporan keuangan. Ada beberapa perbedaan antara PSAK 1
(Revisi 2009) dan ED PSAK 1 (Revisi 2009).

DSAK IAI pada tanggal 21 April 2009 kemarin telah menyetujui ED PSAK 1
(revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan untuk disebarluaskan dan
ditanggapi oleh kalangan anggota IAI, Dewan Konsultatif SAK, Dewan Pengurus
Nasional IAI, perguruan tinggi dan individu/organisasi/lembaga lain yang berminat.

ED PSAK 1 (Revisi 2009) merupakan penyajian laporan keuangan yang


merupakan adopsi dari IAS 1, yaitu Presentation of Financial Statements merevisi
PSAK 1 (1998) tentang penyajian laporan keuangan. ED PSAK 1 (Revisi 2009)
mengatur mengenai kepatuhan terhadap SAK, ED PSAK 1 (revisi 2009) mengatur
bahwa entitas membuat pernyataan kepatuhan atas SAK dalam laporan keuangan
mengenai penggunaan standar IFRS.

Implementasi adopsi IFRS secara keseluruhan (full convergence) di Indonesia


berlaku efektif dan wajib bagi perusahaan yang telah go public dimulai sejak 1
Januari 2012. Perubahan utama dalam bidang akuntansi di Indonesia sebagai dampak
implementasi IFRS adalah penggunaan fair value atau nilai wajar. Penggunaan fair
8

value sebagai pengganti nilai historis diperkirakan akan menghasilkan laporan


keuangan yang lebih relevan, tepat waktu, dapat dipercaya, dan transparan.
Berdasarkan penekanan pada penggunaan fair value, dan persyaratan pengungkapan
yang lebih luas pada standar yang baru, dapat diduga bahwa pengadopsian standar
yang baru akan memberikan pengaruh yang baik pada kualitas laba yang dilaporkan
pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Indonesia sebelum berkomitmen untuk menggunakan IFRS menggunakan
standar akuntansi keuangan (PSAK) yang berkiblat pada US GAAP yang mengacu
pada rule base. Laporan keuangan dengan rules-based system bertujuan agar
pengguna laporan dapat memperoleh petunjuk implementasi secara detail sehingga
mengurangi ketidakpastian dan menghasilkan aplikasi aturan-aturan spesifik dalam
standar secara mekanis. Rule base akan mengatur dalam menjalankan keputusan
sesuai dengan aturan, mengatur secara lebih detail dan biasanya hanya berlaku untuk
suatu industri tertentu. Prinsip rule-based ini lebih mudah diterapkan karena
pengaturan lebih eksplisit, tidak banyak memerlukan professional judgement, namun
membuka peluang untuk melakukan sesuatu dengan tujuan sempit.
Sejumlah penelitian menyatakan bahwa adopsi IFRS akan menghasilkan
kualitas laba yang lebih tinggi. Kualitas laba yang lebih tinggi ini ditunjukkan dengan
penurunan tingkat manajemen laba dan peningkatan relevansi nilai laba (Ismail,
2013). Jika kualitas laba meningkat, maka hubungan antara nilai perusahaan dan laba
yang dilaporkan akan meningkat, sebaliknya jika kualitas laba menurun, maka
hubungan antara nilai perusahaan dan laba yang dilaporkan pasti akan menurun (Bao
Bao (2004) dalam Ismail (2013)).

Alasan pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar


akuntansi domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat
kredibilitas tinggi. Standar akuntansi IFRS meminta persyaratan akan item-item
pengungkapan yang semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi
dan manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan
perusahaan. Standar akuntansi IFRS menjanjikan laporan lebih akurat, laporan
keuangan yang lebih komprehensif dan tepat waktu, sehingga beberapa negara di
Benua Eropa mengganti standar akuntansi domestik yang digunakan dengan IFRS.
IFRS dengan pendekatan principled based-nya dianggap dapat meminimalisir tingkat
manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen dengan pengetatan aturan dan
pendekatan fair value dalam penyajian laporan keuangannya (Ball dalam Ismail et al
2013).
Kini, dunia global baik negara maju maupun berkembang semakin gencar
dalam menerapkan IFRS, selain untuk meningkatkan minat investor dengan laporan
keuangan yang kini lebih universal dan comparative, adopsi IFRS diharapkan dapat
lebih meningkatkan kualitas laporan keuangan mereka dengan cara menekan tingkat
manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen khususnya di Indonesia.

Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia sudah melaksanakan konvergensi


IFRS dalam rangka menuju pelaporan keuangan kelas dunia. Ukuran perusahaan
merupakan suatu nilai yang menunjukan besar atau kecilnya suatu perusahaan yang
dapat terlihat dari jumlah total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan
dalam penelitian ini diproksikan dengan total aset perusahaan, yang diperoleh dari
neraca perusahaan (Lindira, 2014).
10

Populasi perusahaan manufaktur yang tercatat di IDX (Indonesia Stock


Exchange) untuk periode 2013 sejumlah 129 perusahaan, dapat dikelompokkan
menjadi perusahaan besar dan kecil melalui nilai median dari rata-rata aset selama
periode penelitian. Perusahaan besar akan memiliki nilai rata-rata aset diatas nilai
median, begitupula perusahaan kecil akan memiliki nilai rata-rata aset dibawah nilai
median.

Perusahaan besar mengacu dalam penyajian berdasarkan IFRS guna menarik


minat investor yang lebih besar dalam skala internasional. Semakin berkembangnya
suatu perusahaan juga menuntut laporan keuangan yang lebih transparan dan
manajemen yang lebih profesional dalam hal pertanggungjawaban. Standar yang
bersifat global akan berpengaruh dengan profesionalisme manajemen, hal ini tentunya
akan

berpengaruh

dengan

keleluasaan

manajemen

dalam

melaporkan

pertanggungjawabannya terkait dengan manajemen laba pada perusahaan yang


tergolong dalam skala besar.

Perusahaan manufaktur yang tergolong besar terindikasi tindakan manajemen


laba yang tinggi pula. Berdasarkan hipotesis dari Watts dan Zimmerman (1986) yang
menjelaskan salah satunya hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) dimana
semakin besar biaya politis yang dihadapi oleh perusahaan maka semakin besar pula
kecenderungan perusahaan menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi
laba, karena perusahaan yang memiliki tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat
perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan
menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya
11

politis, diantaranya muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi,
dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis.

Kualitas laporan keuangan dapat dilihat dari perilaku manajemen laba yang
dilakukan, semakin rendah tingkat manajemen laba dalam suatu laporan keuangan,
maka semakin berkualitas laporan keuangan tersebut, oleh karena itu dibutuhkan
standar keuangan yang dapat mengakomodasi penurunan perilaku manajemen laba,
yang secara otomatis akan meningkatkan kinerja dan kualitas perusahan itu sendiri.
IFRS sebagai standarisasi global dapat menurunkan perilaku manajemen laba ke
depannya.

Diharapkan konvergensi IFRS di Indonesia yang memiliki persyaratan


pengungkapan tinggi dan mewajibkan melaporakan laba yang lebih terperinci, akan
dapat semakin meminimalisir tindakan manajemen laba di dalam perusahaan.
Diharapkan pula dengan penerapan standar akuntansi IFRS dapat mengurangi
tindakan manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul: "Dampak


Penerapan IFRS Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia".

12

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Apakah terdapat perbedaan manajemen laba sebelum dan setelah penerapan


IFRS pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

2) Apakah terdapat perbedaan manajemen laba antara perusahaan manufaktur


yang tergolong perusahaan besar dan perusahaan manufaktur yang tergolong
perusahaan kecil pasca penerapan IFRS?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka


penelitian ini bertujuan:

1) Untuk mengetahui perbedaan manajemen laba sebelum dan setelah penerapan


IFRS pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2) Untuk mengetahui perbedaan manajemen laba antara perusahaan manufaktur


yang tergolong perusahaan besar dan perusahaan manufaktur yang tergolong
perusahaan kecil pasca penerapan IFRS.

13

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat


memberikan manfaat sebagai berikut :
1)

Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dan acuan serta memperluas
pengetahuan dan wawasan di dalam bidang lingkungan akademis, selain itu penelitian
ini di harapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang berkepentingan
dalam penggunan laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2)

Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif untuk
pengguna laporan keuangan khususnya di perusahaan manufaktur di Indonesia di
masa mendatang mengenai penerapan IFRS serta dampaknya terhadap kinerja
manajemen perusahaan. Bagi Institusi terkait, penelitian ini dapat menjadi referensi
sebagai bahan penilaian dan pertimbangan atas pengadopsian IFRS hubungannya
dengan praktik manajemen laba.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Secara garis besar, isi dari masing-masing bab
dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
14

Pada bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan


masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teori dan konsep yang berkaitan
dengan pembahasan masalah yang dapat digunakan sebagai dasar acuan
penelitian, pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan
skripsi ini, hipotesis penelitian dan kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam
skripsi ini, yang meliputi lokasi penelitian atau ruang lingkup wilayah
penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional
variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel penelitian, metode
pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai karakteristik sampel, deskripsi variabel


penelitian, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian berdasarkan
teknik analisis data yang digunakan.

15

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab penutup yang memuat simpulan dari hasil pembahasan
pada bab sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.

16

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Penjelasan mengenai konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori
keagenan yang terkait dengan hubungan atau kontrak diantara para anggota
perusahaan, terutama hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen
(agent). Hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih
pemilik (principal) yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa
atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan
kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Keagenan sebagai suatu hubungan
berdasarkan persetujuan antara dua pihak, dimana manajemen (agent) setuju untuk
bertindak atas nama pihak lain yaitu pemilik (principal). Pemilik akan
mendelegasikan tanggung jawab kepada manajemen, dan manajemen setuju untuk
bertindak atas perintah atau wewenang yang diberikan pemilik (Michelson et al.,
1995).
Pemilik dan manajemen diasumsikan sebagai pihak-pihak yang mempunyai
rasio ekonomi dan dimotivasi oleh kepentingan pribadi sehingga, walau terdapat
kontrak, agent tidak akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan pemilik. Hal
ini

disebabkan

agent

juga

memiliki

kepentingan

untuk

memaksimalkan

kesejahteraannya. Informasi dalam teori agensi digunakan untuk pengambilan


keputusan oleh prinsipal dan agen, serta untuk mengevaluasi dan membagi hasil
sesuai kontrak kerja yang telah disetujui. Hal ini dapat memotivasi agen untuk
17

berusaha seoptimal mungkin dan menyajikan laporan akuntansi sesuai dengan


harapan prinsipal sehingga dapat meningkatkan kepercayaan prinsipal kepada agen
(Faozi, 2002).
Mereka para tenaga-tenaga profesional, bertugas untuk kepentingan perusahaan
dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan dan mengelola perusahaan. Para
profesional tersebut berperan sebagai agen (manajemen) didalam suatu perusahaan
dan memiliki peran penting dalam memperoleh laba perusahaan yang dikelolanya.
Semakin besar perusahaan yang dikelola memperoleh laba semakin besar pula
keuntungan yang didapatkan agen tersebut, sementara pemilik perusahaan (pemegang
saham) hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola
oleh manajemen serta mengembangkan sistem insentif bagi pengelola manajemen
untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan perusahaan. Namun pada
sisi lain pemisahan seperti ini juga memiliki segi negatif.
Keleluasaan pengelola manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba
perusahaan bisa mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan pengelolanya
sendiri dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan.
Pemisahan ini dapat pula menimbulkan kurangnya transparansi dalam penggunaan
dan di perusahaan serta keseimbangan yang tepat antara kepentingan-kepentingan
yang ada, misalnya antara pemegang saham dan manajemen perusahaan dan antara
pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas.
Teori keagenan sebagai suatu kontrak dibawah satu atau lebih prinsipal yang
melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan
melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik

18

prinsipal maupun agen diasumsikan orang ekonomi rasional dan semata-mata


termotivasi oleh kepentingan pribadi. Agen bertanggung jawab kepada prinsipal
dengan membuat laporan pertanggungjawaban setiap periode tertentu (Jensen dan
Meckling, 1976).
Hubungan antara prinsipal dan agen pada hakekatnya sukar tercipta karena
adanya kepentingan yang saling bertentangan. Kepentingan yang saling bertentangan
tersebut menyebabkan keraguan kepada agen terhadap kewajaran laporan
pertanggung jawaban yang dibuat akibat manipulasi. Untuk meminimalisasi dampak
dari konflik kepentingan dapat dilakukan dengan adanya monitoring dari pihak ketiga
yaitu auditor independen. Auditor melakukan fungsi monitoring pekerjaan manajer
melalui sarana laporan pertanggungjawaban. Tugas auditor adalah memberikan
pendapat atas kewajaran laporan keuangan perusahaan (Badera dan Surya Antari,
2007).
2.1.2 Manajemen Laba
Manajemen laba diungkapkan sebagai, some ability to increase or decrease
reported net income at will. Ini berarti bahwa manajemen laba mencakup usaha
manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan
laba sesuai dengan keinginan manajer (Copeland, 1968:10), selanjutnya manajemen
laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses
penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan,
menaikkan, dan menurunkan laba. Manajemen laba muncul sebagai dampak masalah
keagenan yang terjadi karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang
saham (principal) dan manajemen perusahaan (agent) (Schipper, 1989).

19

Manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan atau menurunkan


laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak
mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan
dalam jangka panjang (Fischer dan Rozenzwig, 1995) .
Manajemen laba mengandung beberapa aspek. Pertama intervensi yang
dilakukan manajemen terhadap pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan
penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam mengestimasi
sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan
keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggung
jawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai
asset. Manajer juga memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode
penyusutan dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan
stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika
manajemen memiliki akses terhadap informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak
luar (Healy dan Wahlen, 1999).
Manajemen laba merupakan upaya manajer untuk mempengaruhi informasi
dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Manajemen laba (earnings management)
dilakukan dengan menyesuaikan komponen-komponen akrual dalam laporan
keuangan, sebab akrual merupakan komponen yang mudah untuk dipermainkan
sesuai dengan keinginan orang yang melakukan pencatatan transaksi dan menyusun
laporan keuangan, alasannya komponen akrual merupakan komponen yang tidak
memerlukan bukti kas secara fisik sehingga upaya mempermainkan besar kecilnya

20

komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan
perusahaan (Sulistyanto, 2008).
Berdasarkan definisi di atas, dapat terlihat adanya kesamaan makna yang
digunakan untuk setiap definisi, yaitu langkah tertentu yang disengaja untuk
mengatur laba, campur tangan dalam penyusun laporan keuangan, kesalahan atau
kelalaian yang disengaja dalam membuat laporan, tindakan untuk mengatur laba,
fleksibilitas aturan yang digunakan dalam memenuhi target laba, serta menggunakan
kreatifitas manajemen untuk mengubah laporan keuangan walau menggunakan
terminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai kesamaan satu dengan
yang lainnya yaitu menyepakati bahwa manajemen laba merupakan suatu upaya yang
dilakukan oleh manajemen dalam mempengaruhi dan mengintervensi laporan
keuangan.
Pemahaman atas manajemen laba dibagi menjadi dua. Pertama, melihatnya
sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs (oportunistic
earnings management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif
efficient contracting (efficient earnings management), dimana manajemen laba
memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan
dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihakpihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi
nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat
perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu (Scott,
2000).

21

2.1.2.1 Pola dalam Manajemen Laba


Menurut Scott (1997) terdapat empat pola atau aktivitas dalam melakukan
manajemen laba yaitu:
1) Taking a bath
Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara melaporkan rugi yang besar
sekaligus jika perusahaan mengalami kerugian sehingga dapat menciptakan
peluang laba yang besar di masa yang akan datang. Pola ini dapat dijelaskan
dalam penelitian mengenai bonus plan hypothesis, dimana manajemen akan
meminimalkan laba karena kondisi perusahaan saat ini rugi.
2)Income minimization
Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada
laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya.
Pola ini serupa dengan taking a bath. Income minimization dilakukan pada
saat tingkat profitabilitas perusahaan cukup tinggi. Contoh penerapan pola ini
adalah pada saat perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari
political cost.
3)Income maximization
Pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada
laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi daripada laba sesungguhnya.
Income maximization dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang
lebih besar, meningkatkan keuntungan, serta untuk menghindari dari
pelanggaran atas kontrak utang jangka panjang. Income maximization
dilakukan dengan cara mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya
dan memindahkan biaya untuk periode lain.
4)Income smoothing.

22

Pola ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat laba yang stabil dan
mengurangi fluktuasi naik turunnya laba sehingga perusahaan terlihat stabil.
Dalam hal ini laba akan diturunkan jika terjadi peningkatan yang tajam dan
menaikkan laba jika tingkat laba yang diperoleh berada dibawah tingkat laba
yang ditentukan. Tingkat laba yang stabil membuat pemilik dan kreditor lebih
memiliki kepercayaan terhadap manajer.

2.1.2.2 Faktor-Faktor Pendorong Manajemen Laba dalam Penelitian ini.


Teori akuntansi positif mengemukakan terdapat tiga hipotesis yang
melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu:
1)

Bonus Plan Hypothesis


Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya
yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar
berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang

2)

meningkatkan laba yang dilaporkan.


Debt Convenant Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung
memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba
(Sweeney, 1994). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan
pihak eksternal.
3) Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan
tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut
dikarenakan dengan laba perusahaan yang tinggi mengakibatkan pemerintah
akan mengenakan jumlah pajak pendapatan perusahaan sesuai dengan laba
yang diperolehnya.
23

Sementara itu, Scott (2000:302) mengemukakan beberapa motivasi


terjadinya manajemen laba:
1) Bonus Purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak
secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan
laba saat ini (Healy, 1985).
2) Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada
perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan
peraturan yang lebih ketat.
3) Taxation Motivations
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling
nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan
jumlah pajak pendapatan yang harus dibayarkan.
4) Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan
untuk meningkatkan bonus mereka, dan jika kinerja perusahaan buruk,
mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
5) Initital Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan
menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan
manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat menaikkan
harga saham perusahaan.
6) Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor
sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa
perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

24

2.1.2.3 Kondisi untuk Praktek Manajemen Laba dalam Penelitian ini.


Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa laba telah dijadikan sebagai suatu
target dalam proses penilaian prestasi usaha suatu departemen secara khusus
(manajer) atau perusahaan (organisasi) secara umum. Laba dan tingkat keuntungan
juga merupakan alat untuk mengurangi biaya keagenan (agency costs), dari sisi teori
keagenan. Saat keuntungan dijadikan sebagai patokan dalam pemberian bonus, hal ini
akan menciptakan dorongan kepada manajer untuk memanipulasi data keuangan agar
dapat menerima bonus seperti yang diinginkannya, selain itu, mengingat akan
pentingnya keuntungan atau perolehan secara akuntansi (accounting income) untuk
pembuatan keputusan oleh banyak pihak, misalnya investor (Gumanti, 2000).
Richardson (1998) menemukan bukti bahwa adanya hubungan antara
ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang diajukan
adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi tingkat
manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Manajemen laba terjadi
karena adanya motif dari teori akuntansi positif yang dijelaskan oleh Watt
Zimmerman (1986), dimana dalam penelitian ini kondisi biaya politis yang besar
dalam perusahaan manufaktur yang besar akan mendorong manajemen untuk
menurunkan laba guna menghindari perhatian publik.

2.1.2.4 Model Empiris Manajemen Laba


Model yang digunakan untuk mengukur manajemen laba dalam penelitian ini
adalah modifikasi model Jones karena model ini dianggap lebih baik diantara model
yang lain untuk mengukur manajemen laba karena model ini memisahkan antara non
discretionary accrual dengan discretionary accruals. Penggunaan discretionary
25

accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified


Jones Model yang disempurnakan oleh Dechow (1995)

2.1.2.5 Manajemen Laba Akrual


Deteksi atas kemungkinan dilakukannya manajemen laba dalam laporan
keuangan secara umum diteliti melalui penggunaan akrual. Secara teknis, akrual
merupakan perbedaan antara laba dan kas. Akrual merupakan komponen utama
pembentuk laba dan akrual disusun berdasarkan estimasi-estimasi tertentu.
Manajemen laba akrual dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen
akrual dalam laporan keuangan, sebab pada komponen akrual dapat dilakukan
permainan angka melalui metode akuntansi yang digunakan sesuai dengan keinginan
orang yang melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan (Sulistyanto
(2008) dalam Nuraini (2012).
Komponen akrual merupakan komponen yang tidak memerlukan bukti kas
secara fisik sehingga mempermainkan besar kecilnya komponen akrual tidak harus
disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan perusahaan, misalnya saja biaya
depresiasi, untuk mengetahui besarnya biaya ini kita harus mengetahui biaya, umur
manfaat (estimation), dan metode depresiasi yang digunakan. Nilai biaya memang
sudah tetap dan tidak bisa diubah-ubah, namun umur manfaat dan metode depresiasi
bisa diubah sesuai dengan kebijakan manajemen (discretion management).
Secara umum, akrual merupakan produk akuntansi dimana dapat dianggap
memiliki jumlah yang relatif tetap dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan aturan
akuntansi terkait juga tidak mengalami perubahan, oleh karenanya, perubahan akrual
yang terjadi dapat dianggap sebagai hal yang tidak normal (abnormal). Perubahan ini
merupakan hasil penggunaan kebijakan (discretion) manajemen yang berlebihan. Bila
26

pada saat yang sama manajemen juga memiliki insentif/motif untuk memanipulasi
laba, maka perubahaan akrual yang terjadi dianggap sebagai bentuk manipulasi laba
yang dilakukan manajemen.
Manajemen laba dapat dilakukan dengan cara kebijakan akrual murni (pure
accrual) yaitu dengan discretionary accrual yang tidak memiliki pengaruh terhadap
arus kas secara langsung (Roychowdhury, 2006), namun akrual diskresioner ini tidak
bisa diobservasi langsung dari laporan keuangan. Biasanya manajemen akrual
dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui laba sebelum direkayasa
sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang diperlukan agar target laba
tercapai. Oktorina (2008) mengatakan, kebijakan akrual dibatasi oleh GAAP dan
manipulasi akrual di tahun-tahun sebelumnya. Kebijakan ini dapat terdeteksi oleh
auditor, investor ataupun badan pemerintah sehingga dapat berdampak pada harga
saham bahkan menyebabkan kebangkrutan atau kasus hukum. Salah satu contoh dari
akrual adalah pendapatan yang masih harus diterima, pendapatan diterima di muka,
beban yang masih harus dibayar, beban dibayar di muka, beban depresiasi,
persediaan, serta cadangan kerugian.
Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang berasal dari aktivitas
operasi. Total akrual dapat dibedakan menjadi dua konsep, yaitu:
1.

Nondiscretionary accruals
Nondiscretionary accruals merupakan pengakuan akrual laba yang wajar dan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum, serta memiliki hubungan
yang terpola dengan aspek-aspek lain perusahaan seperti total akrual, pendapatan,
piutang, dan aktiva tetap. Banyak dari model estimasi akrual nondiskresioner

27

perusahaan dari level akrual masa lalu perusahaan sebelum periode ketika tidak
terdapat manajemen laba yang sistematik (Jones, 1991).
2.

Discretionary accruals
Discretionary accruals merupakan pengakuan akrual laba yang bervariasi

sesuai dengan kebijakan yang diambil manajemen. Akrual diskresioner tidak bisa
diobservasi langsung dari laporan keuangan, maka harus diestimasi melalui beberapa
model. Model tersebut membentuk ekspektasi pada level akrual non diskresioner dan
jumlah deviasi yang diobservasi secara aktual, hal ini diasumsikan sebagai akrual
nondiskresioner. Sehingga akrual diskresioner didefinisikan sebagai akrual melalui
model yang digunakan.

2.1.2.6 Discretionary Accrual


Discretionary accruals merupakan komponen akrual yang berasal dari
manajemen laba yang dilakukan manajer. Sistem akuntansi akrual sebagaimana yang
ada pada prinsip akuntansi, dapat memberikan keleluasaan kepada manajemen
mempengaruhi tingkat pendapatan perusahaan. Manajemen dapat mempengaruhi laba
dengan komponen discretionary accruals (Halim, 2005).
Menurut akuntansi basis kas, pendapatan dicatat hanya pada saat kas diterima
dan beban dicatat pada saat kas keluar, sedangkan pada akuntansi berbasis akrual,
transaksi-transaksi yang mempengaruhi laporan keuangan perusahaan dicatat pada
periode di mana transaksi tersebut terjadi bukan pada saat kas diterima atau
dikeluarkan.
Informasi yang disajikan pada basis akrual mengungkapkan hubungan yang
mungkin penting dalam memprediksi masa depan sehingga dapat lebih bermanfaat
28

untuk tujuan pengambilan keputusan, oleh karena itu basis akrual yang banyak
dipakai dan sesuai dengan prinsip akuntansi.
Cara menghitung akrual diskresioner (DA) dengan menggunakan Modified
Jones model, yaitu menaksir akrual total dideflasi dengan aset total awal tahun untuk
mengurangi heteroskedastisitas. Model tersebut adalah sebagai berikut:
TAit/Ait-1 = (1/Ait-1)+1((REVit-RECit)/Ait-1)+2(PPEit/Ait-1)+it
Keterangan:
REVit = pendapatan perusahaan i pada periode t dikurangi pendapatan pada periode
t-1.
RECit = piutang perusahaan i pada periode t dikurangi piutang pada periode t-1.
PPEit = property, plan and equipment (aset tetap berwujud kotor) perusahaan i pada
periode t.
Ait-1 = aset total perusahaan i pada periode t-1 (awal tahun).
& 1 = nilai koefisien perusahaan

2.1.3 International Financial Reporting Standards (IFRS)


IFRS merupakan standar yang pada konsepnya berbasis principles based dan
pengukurannya menggunakan fair value, hal ini tentu sangat berbeda dengan GAAP
yang pada konsepnya berbasis rules based dan pengukurannya menggunakan
historical cost. Pengukuran menggunakan historical cost sekarang ini mulai
ditinggalkan karena dalam beberapa situasi dipertimbangkan tidak mencerminkan
kondisi yang sesungguhnya.
Keunggulan dari historical cost adalah bahwa historical cost lebih objektif
dan lebih bisa diverifikasi karena didasarkan pada transaksi. Sedangkan kelemahan
historical cost tidak menggambarkan keadaan sesungguhnya, dengan demikian pihak
29

manajemen bisa memanfaatkan kelemahan historical cost untuk melakukan


manajemen laba, misalnya pada saat kinerja perusahaan sedang buruk apabila nilai
wajar aset pada tanggal pelaporan lebih besar dari nilai tercatatnya maka pihak
manajemen akan menjual aset tersebut sehingga ada keuntungan yang terjadi diakui
di dalam laporan laba rugi (Cahyati, 2011).
IFRS yang pada pengukurannya lebih menggunakan fair value diharapkan
mampu mencerminkan kondisi yang sesungguhnya dimana pos-pos aset dan liabilitas
yang dimiliki lebih mencerminkan nilai yang sebenarnya pada tanggal laporan
keuangan. Namun demikian terdapat beberapa pendapat yang menolak fair value
karena dapat menyebabkan volatilitas dalam laporan keuangan dan mengurangi
prediksi dari laba (Siregar, 2010 dalam Qomariah, 2013).
Qomariah (2013) menjelaskan bahwa US GAAP merupakan standar rules
based yang akan meningkatkan konsistensi dan keterbandingan antar perusahaan dan
antar waktu, namun di sisi lain mungkin kurang relevan karena ketidakmampuan
standar merefleksi kejadian ekonomi yang sebenarnya dari entitas yang berbeda antar
perusahaan dan antar waktu, serta semakin kompleksnya aturan akan semakin
memberikan celah manajer untuk melakukan kecurangan.
IFRS yang lebih menggunakan principal based memungkinkan manajer
memilih perlakuan akuntasi yang merefleksikan transaksi atau kejadian ekonomi
yang sebenarnya, namun IFRS akan lebih membutuhkan penalaran, judgement, dan
pemahaman yang cukup mendalam dari aturan dalam menerapkannya.
Kerangka konseptual pada IFRS yang paling menarik adalah persyaratan
pengungkapan yang lebih banyak (full disclosure) dibanding dengan standar

30

akuntansi GAAP, dengan adanya pengungkapan yang lebih banyak tersebut akan
berdampak pada penurunan asimetri informasi, sehingga manajer akan cenderung
lebih sulit untuk melakukan kecurangan.
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan
bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini
bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga
laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah
digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun pembaca atau pengguna lain.
Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan telah
diterbitkan. ED PSAK 1 merupakan adopsi IAS 1 Presentation Financial Statement,
proses adopsi ini merupakan salah satu program konvergensi IFRS yang sedang
dilakukan oleh Dewan Standar Akuntansi keuangan (DSAK IAI).
ED PSAK 1 ini menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan
bertujuan umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut
laporan keuangan agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode
sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur
persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan
persyaratan minimum isi laporan keuangan.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI pada tanggal 21 April 2009
kemarin telah menyetujui Exposure Draft (ED) PSAK 1 (revisi 2009) tentang
Penyajian Laporan Keuangan untuk disebarluaskan dan ditanggapi oleh kalangan
anggota IAI, Dewan Konsultatif SAK, Dewan Pengurus Nasional IAI, perguruan
tinggi dan individu/organisasi/lembaga lain yang berminat.

31

ED PSAK 1 (Revisi 2009) merupakan penyajian laporan keuangan yang


merupakan adopsi dari IAS 1, yaitu Presentation of Financial Statements merevisi
PSAK 1 (1998) tentang penyajian laporan keuangan. ED PSAK 1 (Revisi 2009)
mengatur mengenai kepatuhan terhadap SAK, ED PSAK 1 (revisi 2009) mengatur
bahwa entitas membuat pernyataan kepatuhan atas SAK dalam laporan keuangan
mengenai penggunaan standar IFRS.
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi,
yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh
IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh
negara-negara maju, sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara
bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara negara berkembang seperti Indonesia.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1.

Tahap Adopsi (2008 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi
ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap
PSAK yang berlaku.

2.

Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian


terhadap persiapan infrastruktur yang diperlukan, selanjutnya dilakukan
penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.

3.

Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK


& IFRS secara bertahap, kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak
penerapan PSAK secara komprehensif.
Indonesia merupakan bagian dari IFAC (International Federation of

Accountant) yang harus tunduk pada SMO (Statement Membership Obligation), salah

32

satunya adalah dengan menggunakan IFRS sebagai

accounting standard.

Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai


anggota G20 forum.

2.1.3.1 Dampak Implementasi IFRS


Implementasi IFRS dapat memberikan dampak positif dan negatif dalam
dunia bisnis dan jasa audit di Indonesia. Berikut ini adalah berbagai dampak dalam
penerapan IFRS :
1.

Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan


akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.

2.

Relevansi

laporan

keuangan

akan

meningkat

karena

lebih

banyak

menggunakan nilai wajar.


3.

Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga
fluktuatif.

4.

Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunaan balance sheet


approach dan fair value.

5.

Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan


keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment
ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management).

6.

Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.

33

2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya


Sejumlah penelitian seperti penelitian oleh Barth et al., (2008) yang meneliti
kualitas akuntansi sebelum dan sesudah dikenalkannya IFRS dengan menggunakan
sampel sebanyak 327 perusahaan di 21 negara yang telah mengadopsi IAS secara
sukarela antara tahun 1994 dan 2003. Dalam penelitian ini ditemukan bukti bahwa
setelah diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah,
relevansi nilai menjadi lebih tinggi, dan pengakuan kerugian menjadi semakin tepat
waktu, dibandingkan dengan masa sebelum transisi di mana akuntansi masih
berdasarkan local GAAP.
Ismail (2013) menyatakan bahwa adopsi IFRS akan menghasilkan kualitas
laba yang lebih tinggi. Kualitas laba yang lebih tinggi ini ditunjukkan dengan
penurunan tingkat manajemen laba dan peningkatan relevansi nilai laba, selanjutnya
penelitian oleh Anggraita (2012) yang menemukan adanya penurunan manajemen
laba pada masa setelah adopsi IFRS.
Penelitian ini didukung oleh Chen et al., (2010) dan Armstrong et al., (2010).
Chen et al. (2010) juga menemukan bukti empiris bahwa dengan adopsi IFRS secara
wajib dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi dan menurunkan manajemen
laba dibandingkan sebelum mengadopsi IFRS.
2.3 Rumusan Hipotesis
2.3.1 Perbedaan Manajemen Laba Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi
domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat
kredibilitas tinggi. Standar akuntansi IFRS meminta persyaratan akan item-item
34

pengungkapan yang semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi
dan manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan
perusahaan. Standar akuntansi IFRS menjanjikan laporan lebih akurat, laporan
keuangan yang lebih komprehensif dan tepat waktu, sehingga beberapa negara di
Benua Eropa mengganti standar akuntansi domestik yang digunakan dengan IFRS
(Ball dalam Ismail et al 2013). IFRS dengan pendekatan principled based-nya
dianggap dapat meminimalisir tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh
manajemen dengan pengetatan aturan dan pendekatan fair value dalam penyajian
laporan keuangannya.
Standar akuntansi merupakan pedoman dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan, setelah kejatuhan perekonomian Amerika Serikat mulai dari kasus
manipulasi Enron hingga kegagalan investasi properti di sana yang menyebabkan
krisis ekonomi global beberapa tahun lalu, nampaknya kepercayaan dunia akan
standar akuntansi Amerika (US. GAAP) ikut memudar. Hal ini dapat dilihat dari
pengadopsian standar Internasional (IFRS) yang membudaya baik Negara maju
maupun berkembang di kawasan Eropa, Asia, Afrika dan lainnya. Pendekatan
principled based yang diusung oleh Standar IFRS dipercaya dapat lebih
meningkatkan kualitas informasi dalam laporan keuangan dengan cara mempersempit
celah manajemen untuk melakukan tindakan manajemen laba. Faktor-faktor lain
seperti ukuran perusahaan, financial leverage, market to book ratio dan institutional
investor juga perlu diperhatikan dalam meneliti manajemen laba tersebut (Rudra,
2012).

35

Sejumlah penelitian seperti Ismail (2013) menyatakan bahwa adopsi IFRS


akan menghasilkan kualitas laba yang lebih tinggi. Kualitas laba yang lebih tinggi ini
ditunjukkan dengan penurunan tingkat manajemen laba dan peningkatan relevansi
nilai laba. Bao dan Bao (2004) dalam Ismail (2013) menyatakan bahwa jika kualitas
laba meningkat, maka hubungan antara nilai perusahaan dan laba yang dilaporkan
akan meningkat, sebaliknya jika kualitas laba menurun, maka hubungan antara nilai
perusahaan dan laba yang dilaporkan pasti akan menurun.
Penelitian oleh Barth et al., (2008) yang meneliti kualitas akuntansi sebelum
dan sesudah dikenalkannya IFRS dengan menggunakan sampel sebanyak 327
perusahaan di 21 negara yang telah mengadopsi IAS secara sukarela antara tahun
1994

dan

2003.

Dalam

penelitian

ini

ditemukan

bukti

bahwa

setelah

diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah, relevansi nilai
menjadi lebih tinggi, dan pengakuan kerugian menjadi semakin tepat waktu,
dibandingkan dengan masa sebelum transisi di mana akuntansi masih berdasarkan
local GAAP.
Penelitian ini didukung oleh Chen et al., (2010) dan Armstrong et al., (2010).
Chen et al., (2010) juga menemukan bukti empiris bahwa dengan adopsi IFRS secara
wajib dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi dan menurunkan manajemen
laba

dibandingkan

sebelum

mengadopsi

IFRS.

Callao

dan Jarne

(2010)

membandingkan diskresioneri akrual perusahaan yang listing di 11 pasar saham eropa


sesaat setelah pengadopsian IFRS. Mereka menemukan bahwa IFRS mendukung
diskresioneri akuntansi dan perilaku oportunistik.

36

Sejumlah penelitian seperti Ismail (2013) menyatakan bahwa adopsi IFRS


akan menghasilkan kualitas laba yang lebih tinggi. Kualitas laba yang lebih tinggi ini
ditunjukkan dengan penurunan tingkat manajemen laba dan peningkatan relevansi
nilai laba. Bao dan Bao (2004) dalam Ismail (2013) menyatakan bahwa jika kualitas
laba meningkat, maka hubungan antara nilai perusahaan dan laba yang dilaporkan
akan meningkat sebaliknya, jika kualitas laba menurun, maka hubungan antara nilai
perusahaan dan laba yang dilaporkan pasti akan menurun.
Alasan pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar
akuntansi domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat
kredibilitas tinggi. Standar akuntansi IFRS meminta persyaratan akan item-item
pengungkapan yang semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi
dan manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan
perusahaan. Standar akuntansi IFRS menjanjikan laporan lebih akurat, laporan
keuangan yang lebih komprehensif dan tepat waktu, sehingga beberapa negara di
Benua Eropa mengganti standar akuntansi domestik yang digunakan dengan IFRS
(Ball dalam Ismail et al 2013). IFRS dengan pendekatan principled based-nya
dianggap dapat meminimalisir tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh
manajemen dengan pengetatan aturan dan pendekatan fair value dalam penyajian
laporan keuangannya.
Penelitian oleh Anggraita (2012) yang menemukan adanya penurunan
manajemen laba pada masa setelah adopsi IFRS khususnya pada komponen
Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebagai salah satu komponen proksi
manajemen laba. Mengacu pada pernyataan IAI tahun 2009 yang menyebutkan

37

bahwa IFRS dapat mempersulit tindakan manajemen laba melalui penerapan fair
value dan balance sheet approach, maka asumsi dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang mengadopsi IFRS secara penuh cenderung memiliki tingkat
manajemen laba yang lebih kecil. Wang dan Campbell (2012) yang menyatakan
adopsi IFRS menurunkan manajemen laba tetapi bukti ini belum cukup kuat dan
masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian Rudra dan Bhattacharjee
(2012) mengenai apakah adopsi IFRS mempengaruhi manajemen laba pada
perusahaan di India mendapatkan hasil bahwa adopsi IFRS berpengaruh secara positif
terhadap manajemen laba, namun penelitian lebih lanjut akan dilakukan demi
mendapatkan bukti yang lebih kuat.
Penelitian yang dilakukan oleh Krismiaji et al. (2013) menemukan bahwa
adopsi IFRS berpengaruh secara positif terhadap relevansi informasi dan reliabilitas
informasi. Rohaeni dan Titik (2011) dalam pembahasannya menjelaskan bahwa
selama periode ketika perusahaan mengadopsi IFRS, perusahaan lebih sedikit
melakukan income smoothing, karena penerapan IFRS akan berdampak kepada
semakin sedikitnya pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis 1 yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
H1 : Terdapat perbedaan manajemen laba sebelum dan setelah penerapan IFRS pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

38

2.3.2 Perbedaan Manajemen Laba antara Perusahaan Manufaktur yang


Tergolong Perusahaan Besar dan Kecil Pasca IFRS.
Berbagai motivasi yang mendorong dilakukannya manajemen laba. Teori
akuntansi positif (positive accounting theory) mengusulkan tiga hipotesis motivasi
manajemen laba yang dihubungkan oleh tindakan oportunistik yang dilakukan oleh
perusahaan (Watts dan Zimmerman, 1986). Tiga hipotesis menurut Watts dan
Zimmerman (1986) antara lain hipotesis program bonus (the bonus plan hypotesis),
hipotesis perjanjian utang (the debt covenant hypotesis), serta hipotesis biaya politik
(the political cost hypotesis).
Dalam hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) dinyatakan bahwa
semakin besar biaya politis yang dihadapi oleh perusahaan maka semakin besar pula
kecenderungan perusahaan menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi
laba, karena perusahaan yang memiliki tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat
perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan
menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya
politis, diantaranya muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi,
dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis.
Perusahaan manufaktur yang tergolong besar terindikasi tindakan manajemen
laba yang tinggi pula. Berdasarkan hipotesis dari Watts dan Zimmerman (1986) yang
menjelaskan salah satunya hipotesis biaya politik (the political cost hypotesis) dimana
semakin besar biaya politis yang dihadapi oleh perusahaan maka semakin besar pula
kecenderungan perusahaan menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi
laba, karena perusahaan yang memiliki tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat

39

perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga akan
menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya
politis, diantaranya muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi,
dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis, oleh karena
itu penerapan IFRS juga cenderung lebih berpengaruh terhadap perusahaan yang
tergolong besar daripada perusahaan yang tergolong kecil.
Motivasi dilakukannya manajemen laba untuk menghindari pajak. Taxation
Motivations yaitu motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba
yang paling nyata (Scott, 2000). Berbagai metoda akuntansi digunakan dengan tujuan
penghematan jumlah pajak pendapatan yang harus dibayarkan. Manajemen
perusahaan besar dengan laba tinggi cenderung melakukan manajemen laba untuk
menghindari pajak, sehingga mendorong hipotesis jika perusahaan besar akan lebih
merasakan dampak diterapkannya IFRS karena perusahaan yang tergolong
perusahaan besar masih memiliki tingkat manajemen laba yang lebih tinggi.
H2 : Terdapat perbedaan manajemen laba antara perusahaan manufaktur yang
tergolong perusahaan besar dan perusahaan manufaktur yang tergolong perusahaan
kecil pasca penerapan IFRS.

40

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif (comparative research).


Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban
secara mendasar tentang sebab dan akibat dan penelitian yang bersifat
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
berbeda atau lebih dari satu (Sugiyono, 2005). Penelitian ini membahas perbedaan
angka manajemen laba sebelum dan setelah penerapan IFRS pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1
Manajemen Laba Sebelum
Pengadopsian IFRS
Manajemen Laba

Manajemen Laba Setelah


Pengadopsian IFRS

41

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di


Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2013 melalui situs www.idx.co.id dan
melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2010-2013.

3.3 Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2014;38), objek penelitian merupakan suatu sifat dari


objek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian akan memperoleh
kesimpulan. Obyek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.

3.4 Jenis dan Sumber Data


3.4.1 Jenis Data

1) Data kuantitatif
42

Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan (Sugiyono, 2012:23). Data kuantitatif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angka - angka yang terdapat di dalam laporan keuangan.

2) Data kualitatif

Data kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar
(Sugiyono, 2012:23). Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
adalah gambaran umum tentang manajemen laba pada seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun 20102013.
3.4.2 Sumber Data

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui situs
resmi www.idx.co.id. Data sekunder yang digunakan adalah data laporan keuangan
yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market Directory
(ICMD), dari berbagai penelitian sebelumnya, artikel, internet, dan buku-buku.

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan


karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
43

(BEI) sebanyak 129 perusahaan untuk tahun 2010-2013. Dipilih periode tersebut
karena peneliti ingin membandingkan angka manajemen laba sebelum dan setelah
konvergensi IFRS secara penuh. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang bersifat kuantitatif yang diperoleh dari data publikasi laporan keuangan
perusahaan. Data diambil dari situs resmi BEI (www.idx.co.id) serta sumber-sumber
lain yang relevan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Sampel adalah bagian dari karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono,


2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling
yang merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan yang
sama anggota populasi untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2006:120). Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling yang merupakan
salah satu bagian dari non probability sampling yang digunakan, yaitu peneliti
memiliki tujuan spesifik dalam memilih sampel secara tidak acak (Indriantoro dan
Supomo, 2009:131). Kriteria yang digunakan adalah:

1)

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


(BEI),

2)

Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan


tahunan secara lengkap dan berturut-turut dari tahun 2010-2013,

3)

Laporan keuangan diterbitkan dalam mata uang rupiah.


44

3.6 Metode Seleksi dan Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


observasi non partisipan. Metode ini peneliti dapat melakukan observasi sebagai
pengumpul data tanpa ikut terlibat dalam fenomena yang diamati (Suporno,
2009:159). Data yang dikumpulkan melalui observasi non partisipan dengan cara
melakukan pengamatan dan mencatat serta mempelajari uraian-uraian dari bukubuku, jurnal-jurnal, skripsi, dan mengakses PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui
www.idx.co.id. Data tersebut dapat diperoleh dalam bentuk ICMD dan annual report
di BEI.

Tabel 3.1 Seleksi Sampel Penelitian

NO
.
1

KRITERIA
Perusahaan manufaktur yang tercatat
terakhir di Bursa Efek Indonesia (BEI)
per-2013
Perusahaan manufaktur yang tidak
mempublikasikan laporan keuangan
45

JUMLAH
129

(41)

tahunan secara lengkap dan berturut-turut


dari tahun 2010-2013
Perusahaan manufaktur yang laporan
keuangan yang tidak dipublikasikan
dinyatakan dalam rupiah (Rp)
Jumlah Sampel Penelitian Terpakai

(26)

62

Sumber: www.idx.co.id (2016), data diolah.

3.7 Definisi Operasional dan Pengukuran

Definisi operasional variabel merupakan suatu definisi yang dinyatakan dalam


bentuk istilah yang diuji secara spesifik atau dengan pengukuran kriteria (Arfan
Ikhsan, 2008:62). Variabel yang diteliti dalam penelitian ini dapat adalah manajemen
laba dan ukuran perusahaan. Manajemen laba diukur dengan proksi discretionary
accruals (DA) dan dihitung berdasarkan Model Jones yang dimodifikasi oleh Dechow
et al., (1995) dengan langkah sebagai berikut:

(1) Menghitung akrual total

TAit = NIit CFOit.................................................................................(1)

Keterangan:

TAit = akrual total perusahaan i pada periode t.

46

NIit = laba bersih sebelum pos luar biasa perusahaan i pada periode t.

CFOit = aliran kas operasi perusahaan i pada periode t.

2)

Menentukan koefisien dari regresi akrual

) {

} (

TAcc it
( Rev it Recit )
PPE it
1
= 1
+ 1
+ 2
+ it ....................(2)
TAct it 1
TAct it1
TAct it 1
TAct it1

Keterangan :

TAccit = total akrual perusahaan i di tahun t

TAct it1 = total aktiva perusahaan i di tahun t-1

Rev it = selisih antara pendapatan perusahaan i di tahun t dengan


pendapatan tahun t-1

47

Recit = selisih antara piutang usaha perusahaan I di tahun t dengan


piutang tahun t-1

PPEit = aktiva tetap perusahaan i di tahun t

it = error term perusahaan i tahun t

3) Menghitung akrual diskresioner (DA)

Modified Jones model menaksir akrual total dideflasi dengan aset total awal
tahun untuk mengurangi heteroskedastisitas. Model tersebut adalah sebagai
berikut:

TAit/Ait-1 = (1/Ait-1)+1((REVit-RECit)/Ait-1)+2(PPEit/Ait-1)+it .............(3)

Keterangan:

REVit = pendapatan perusahaan i pada periode t dikurangi pendapatan pada


periode t-1.

RECit = piutang perusahaan i pada periode t dikurangi piutang pada periode


t-1.

48

PPEit = property, plan and equipment (aset tetap berwujud kotor) perusahaan i
pada periode t.

Ait-1 = aset total perusahaan i pada periode t-1 (awal tahun).

Keterangan:

DAit = akrual diskresioner perusahaan i pada periode t.

NDAit = akrual non-diskresioner perusahaan i pada periode t.

it = error term perusahaan i tahun t

(2) Menghitung akrual non-diskresioner (NDA)

NDAit-1 = (1/Ait-1)+1((REVit-RECit)/Ait-1)+2(PPEit/Ait-1)......................(4)

Keterangan:

TAit = akrual total perusahaan i pada periode t.

REVit = pendapatan perusahaan i pada periode t dikurangi pendapatan pada


periode t-1.

49

RECit = piutang perusahaan i pada periode t dikurangi piutang pada periode


t-1.

PPEit = property, plan and equipment (aset tetap berwujud kotor) perusahaan i
pada periode t.

Ait-1 = aset total perusahaan i pada periode t-1 (awal tahun).

(4)

Selanjutnya penghitungan eksistensi pengaturan laba dilakukan dengan proksi


akrual diskresioner (DA). Akrual diskresioner dihitung dari akrual total
dikurangi akrual non-diskresioner (NDA) yang dideflasi dengan aset total
awal tahun (periode t-1) atau dengan rumus:

DAit = TAit- NDAit..........................................................................................(5)

Ukuran perusahaan merupakan suatu nilai yang menunjukan besar atau


kecilnya suatu perusahaan yang dapat terlihat dari jumlah total aset yang dimiliki oleh
perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan total aset
perusahaan, yang diperoleh dari neraca perusahaan (Lindira, 2014).

Ukuran perusahaan dapat diperoleh dengan nilai median dari rata-rata aset
selama periode penelitian. Perusahaan dengan nilai rata-rata aset diatas nilai median
akan dikelompokkan menjadi perusahaan besar, dan perusahaan kecil dengan nilai
rata-rata aset dibawah nilai median.

50

Ukuran

perusahaan=

Total Aset t 1+Total Aset t 2+Total Aset t 3+Total Aset t 4


4

.....................(6)

Pengelompokan ukuran perusahaan= Median (Ukuran perusahaan)..........................(7)

Perusahaan besar= Rata-rata aset > Median...............................................................(8)

Perusahaan kecil= Rata-rata aset < Median................................................................(9)

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji beda dilakukan
dengan dua alternatif metode yaitu uji statistik parametrik atau uji statistik nonparametrik. Penentuan pemakaian metode uji dilakukan berdasarkan hasil uji
normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test). Bila hasil uji menunjukkan data terdistribusi
normal maka digunakan uji statistik parametrik.
3.8.1 Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data uji mempunyai distribusi
normal atau tidak. Data uji yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau
mendekati normal. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik
Kolgomorov-Smirnov. Alat uji ini biasa disebut dengan K-S yang tersedia dalam
program SPSS 22.00 For Windows. Kriteria yang digunakan dalam tes ini adalah
51

dengan membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat


alpha yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan berdistribusi normal bila sig >
alpha (Ghozali, 2006: 115).
3.8.2 Uji beda
3.8.2.1 Uji statistik parametrik
Uji statistik parametrik adalah suatu uji yang modelnya menetapkan syaratsyarat tertentu tentang parameter populasi yang menjadi sampel penelitiannya.
Syarat-syarat tersebut biasanya tidak dilakukan pengujian terlebih dahulu dan sudah
dianggap memenuhi syarat. Seberapa jauh makna hasil uji parametrik tersebut
tergantung pada validitas anggapan-anggapan tadi. Uji parametrik juga menuntut
bahwa nilai-nilai yang dianalisis merupakan hasil dari suatu pengukuran minimal
dengan skala interval (Sulaiman, 2002).

Uji parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda t
berpasangan (paired sample t-test). Uji beda t-test digunakan untuk menentukan
apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda
(Ghozali, 2006: 55-56). Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan
perbedaan rata-rata dua sampel atau rumusnya dapat ditulis sebagai berikut:

Rata - rata sampel pertama - rata - rata sampel kedua


standar error perbedaan rata - rata kedua sampel
.......................................... (1)

Tahapan analisisnya adalah sebagai berikut:


52

I.

Rumusan hipotesis

H0 :tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata sampel pertama


dengan rata-rata sampel kedua.

Hi :

terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata sampel pertama dengan


rata-rata sampel kedua.

II.

Dasar pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan nilai probabilitas yang


dihasilkan model uji dengan nilai tingkat kepercayaan ( = 0,05) yang
digunakan dalam penelitian ini.

H0 diterima jika probabilitas (p value) = 0,05

H0 ditolak jika probabilitas (p value) < = 0,05


3.8.2.2 Uji statistik non-parametrik
Uji statistik non-parametrik adalah uji yang modelnya tidak menetapkan
syarat-syarat mengenai parameter-parameter populasi. Anggapan-anggapan tertentu
dikaitkan dengan sejumlah besar tes-tes non-parametrik, yakni bahwa observasiobservasinya independen dan bahwa variabel yang diteliti pada dasarnya memiliki
kontinuitas. Sebagian besar tes non-parametrik dapat diterapkan untuk data dalam

53

skala ordinal dan beberapa yang lain juga dapat diterapkan untuk data dalam skala
nominal (Sulaiman, 2002: 1).
Uji non parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Willcoxon.
Uji Willcoxon adalah uji non parametrik yang didasarkan atas dasar ranking dan uji
ini akan sangat bermanfaat kalau data yang digunakan adalah data yang berskala
ordinal. Uji Willcoxon digunakan untuk mengisi signifikansi hipotesis komparatif 2
(dua) sampel independen yang berukuran sama dan datanya berbentuk ordinal. Uji ini
paling sering digunakan oleh peneliti ketika ingin menghindari asumsi-asumsi dari
statistik uji-t (misalnya data sampel mengikuti distribusi normal) (Wahid Sulaiman,
2002:79). Tahapan analisisnya adalah sebagai berikut.

I.

Rumusan hipotesis
H0:

tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata sampel pertama


dengan rata-rata sampel kedua.

Hi:

terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata sampel pertama dengan


rata-rata sampel kedua.

II.

Dasar pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan didasarkan perbandingan antara nilai Asymp. Sig.


dengan tingkat signifikansi (alpha = 0,05) yang digunakan dalam penelitian
ini. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut:
54

Jika : Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak.

55

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Organisasi


Perkembangan pasar modal di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial
Belanda. Pasar modal didirikan pertama pada tahun 1912. Periode kedua adalah
periode orde lama yaitu pada tahun 1952. Periode ketiga adalah pada masa orde baru,
dimana Bursa Efek Jakarta (BEJ) dikatakan lahir kembali pada tahun 1977. Dimasa
ini, hanya sedikit perusahaan yang tercatat di BEJ. Periode keempat yaitu pada tahun
1988-1995 terjadi lonjakan IPO (Initial Public Offering), yang mana banyak
perusahaan yang melakukan penawaran saham perdananya di Bursa Efek Jakarta.
Pada periode kelima yaitu mulai Mei 1995, Bursa Efek Jakarta melakukan
otomatisasi pasar modal atau yang dikenal dengan istilah JATS (Jakarta Automatic
Trading System). Pada era krisis moneter, sempat terjadi kelesuan perdagangan di
Bursa Efek Jakarta, dimana total return yang didapat investor lebih kecil dari
pendapatan bunga deposito, sehingga investor tidak tertarik untuk menanamkan
dananya di pasar modal. BEJ sempat melakukan perdagangan tanpa warkat pada
tahun 2000.
Efektif mulai bulan November 2007, setelah diadakannya RUPSLB (Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa), BEJ (Bursa Efek Jakarta) dan BES ( Bursa
Efek Surabaya) bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek
Indonesia memiliki visi yaitu menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas
tingkat dunia serta misi yaitu menciptakan daya saing untuk menarik investor dan

56

emiten, melalui pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan nilai tambah,
efisiensi biaya serta penerapam good governance (www.idx.co.id).

4.2 Statistik Deskriptif


Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh statistik
deskriptif yang memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum,
nilai rata-rata, dan nilai standar deviasi dari masing-masing variabel. Berikut
disajikan hasil dari statistik deskriptif.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics

N
Manajemen Laba
Sebelum IFRS
Manajemen Laba
Sesudah IFRS
Valid N (listwise)

Minimu
m

Maximu
m

Mean

Std.
Deviatio
n

124

-0,4168

0,0684

-0,198758

0,0890206

124

-0,5453

3,4166

-0,036617

0,3523877

124

Sumber: Lampiran 5 (data diolah 2016)

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan
sebagai sampel berjumlah 124 sampel dengan 2 variabel penelitian (Manajemen Laba
sebelum IFRS dan Manajemen Laba setelah IFRS).
Variabel manajemen laba sebelum IFRS memiliki nilai minimum sebesar
-0,4168, artinya perusahaan melakukan manajemen laba sebelum IFRS yang terkecil
adalah -0,4168. Nilai maksimum sebesar 0,0684 berarti perusahaan sample
melakukan manajemen laba sebesar 0,0684. Nilai mean menunjukan bahwa rata-rata
perusahaan sampel melakukan praktek manajemen laba sebesar -0,198758 dan std.

57

deviasi menunjukkan terjadi penyimpangan perusahaan sampel melakukan praktek


manajemen laba dengan nilai rata-ratanya sebesar 0,0890206.
Variabel manajemen laba setelah IFRS memiliki nilai minimum sebesar
-0,5453, artinya perusahaan melakukan manajemen laba sebelum IFRS yang terkecil
adalah -0,5453. Nilai maksimum sebesar 3,4166 berarti perusahaan sample
melakukan manajemen laba sebesar 3,4166. Nilai mean menunjukan bahwa rata-rata
perusahaan sampel melakukan praktek manajemen laba sebesar -0,036617 dan std.
deviasi menunjukkan terjadi penyimpangan perusahaan sampel melakukan praktek
manajemen laba dengan nilai rata-ratanya sebesar 0,3523877.

4.3 Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah residual dari model regresi
yang dibuat berdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, jika signifikansi dari nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi secara normal.
Tabel 4.2 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N
Normal
Parametersa,b
Most
Extreme
Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)

Manajemen Laba
Sebelum IFRS
124
-0,198758
0,0890206
0,071
0,071
-0,038
0,071
0,193c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: Lampiran 6 (data diolah 2016)

58

Manajemen Laba
Sesudah IFRS
124
-0,036617
0,3523877
0,316
0,316
-0,221
0,316
0,000c

Berdasarkan Tabel 4.2 hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk Manajemen Laba


Sebelum IFRS nilai siginifikansinya (Kolmogorov-Smirnov) sebesar 0,071, sedangkan
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,193. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa uji
normalitas tersebut berdistribusi normal nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,193 lebih besar
dari nilai alpha 0,05.
Manajemen Laba Sesudah IFRS nilai siginifikansinya (Kolmogorov-Smirnov)
atau

nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Hasil tersebut mengindikasikan

bahwa uji normalitas tersebut tidak berdistribusi normal nilai Sig. (2-tailed) sebesar
0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05, oleh karena itu, selanjutnya perhitungan uji
beda menggunakan uji beda non parametrik.
Uji beda non parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Willcoxon. Uji Willcoxon adalah uji non parametrik yang didasarkan atas dasar
ranking dan uji ini akan sangat bermanfaat jika data yang digunakan tidak
berdistribusi normal.
4.4 Uji Beda
4.4.1 Uji Beda Manajemen Laba Sebelum dan Setelah IFRS.
Tabel 4.3 Uji Beda Manajemen Laba Sebelum dan Setelah IFRS.
Descriptive Statistics
N
Manajemen Laba Sebelum
IFRS
Manajemen Laba Sesudah
IFRS

Mean

Std.
Deviation

Minimum

Maximum

124

-0,198758

0,0890206

-0,4168

0,0684

124

-0,036617

0,3523877

-0,5453

3,4166

Test Statisticsa

59

Manajemen Laba
Sesudah IFRS Manajemen Laba
Sebelum IFRS
Z
-7,168b
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Sumber: Lampiran 7 (data diolah 2016)

Pada tabel 4.3 menunjukkan angka manajemen laba sebelum periode IFRS
memiliki nilai -0,198758 sedangkan pada manajemen laba setelah periode IFRS
memiliki nilai -0,036617. Deskripsi data tersebut menunjukkan angka manajemen
laba sesudah IFRS lebih kecil dari sebelum IFRS.
Angka -0,036617 yaitu menunjukkan manajemen laba perusahaan manufaktur
dengan menurunkan laba lebih kecil dibandingkan angka -0,198758 yaitu manajemen
laba sebelum IFRS. Pengujian statistik dengan model uji willcoxon menunjukkan
nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari alpha ( = 0,05)
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara manajemen laba sebelum
periode IFRS dengan manajemen laba setelah periode IFRS. Ini berarti H1 dari
penelitian ini diterima, yaitu terdapat perbedaan angka manajemen laba sebelum dan
setelah penerapan IFRS pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
4.4.2 Uji Beda Perusahaan Besar dan Perusahaan Kecil.
Tabel 4.4 Uji Beda Perusahaan Besar dan Perusahaan Kecil.
Descriptive Statistics
N
Perusahaan
Kecil
Perusahaan
Besar

Mean

Std.
Deviation

Maximum

62

-0,069016

0,4691071

-0,5453

3,4166

62

-0,004218

0,1679126

-0,2023

1,1398

Test Statisticsa

Minimum

Perusahaan Besar Perusahaan Kecil


-4,259b

60

Asymp. Sig. (20


tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Sumber: Lampiran 10 (data diolah 2016)

Pada tabel 4.4 menunjukkan angka manajemen laba perusahaan kecil sesudah
periode IFRS memiliki nilai -0,069016 sedangkan pada manajemen laba perusahaan
besar sesudah periode IFRS memiliki nilai -0,004218. Deskripsi data tersebut
menunjukkan angka manajemen laba pada perusahaan besar lebih kecil dari
perusahaan kecil sesudah IFRS.
Angka -0,004218 yaitu menunjukkan manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang tergolong besar, lebih kecil dibandingkan angka -0,069016 yaitu
manajemen laba pada perusahaan kecil dimana perusahaan melakukan manajemen
laba dengan menurunkan laba. Pengujian statistik dengan model uji willcoxon
menunjukkan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari alpha (
= 0,05) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara manajemen laba
perusahaan besar dan perusahaan kecil sesudah periode IFRS. Ini berarti H1 dari
penelitian ini diterima, yaitu terdapat perbedaan angka manajemen laba antara
perusahaan manufaktur yang tergolong perusahaan besar dan perusahaan manufaktur
yang tergolong perusahaan kecil sesudah penerapan IFRS.

61

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil analisis data maka dapat ditarik simpulan
sebagai berikut:
1) Terdapat perbedaan manajemen laba antara periode sebelum IFRS (20102011) dan sesudah IFRS (2012-2013). Manajemen laba pada periode sesudah
IFRS memiliki angka yang lebih rendah daripada angka manajemen laba
sebelum IFRS. Hal ini menunjukkan IFRS terbukti mampu menekan
manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Indonesia, sehingga terdapat
angka yang berbeda antara angka manajemen laba sebelum periode IFRS dan
setelah periode IFRS, sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
2) Terdapat perbedaan manajemen laba antara perusahaan manufaktur yang
tergolong besar dan kecil sesudah periode IFRS. Perusahaan manufaktur yang
tergolong besar memiliki angka manajemen yang lebih rendah dibandingkan
perusahaan manufaktur yang tergolong kecil. Hal ini sesuai dengan hipotesis
yang diajukan, namun membuktikan teori akuntansi positif tentang biaya
politis dari Watt Zimmerman tidak sesuai dengan hasil penelitian.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan, maka dapat disampaikan
beberapa saran sebagai berikut:
Bagi Perusahaan:
1. Menggunakan standar IFRS dalam Laporan Keuangan Tahunan guna menekan
angka manajemen laba.
62

Bagi peneliti selanjutnya:


1. Menambahkan variabel lain dalam penelitian guna meneliti faktor lain yang
mempengaruhi manajemen laba dalam perusahaan.
2. Menggunakan model asosiatif dalam penelitian guna mengetahui pengaruh faktor
lain terhadap manajemen laba.

63

3. DAFTAR RUJUKAN
4.

5.
6.
7.

8.
9.

10.
11.

12.
13.
14.
15.

16.
17.

18.
19.

20.
21.

Armstrong, C.S, et.al. 2010. Market Reaction to the Adoption of IFRS in


Europe.The Accounting Review.Vol 85. pp 31-61.
Bangun, Devita Silviany. 2014. Analisis Perbedaan Kualitas Laba Sebelum
dan Sesudah Adopsi IFRS Kedalam PSAK Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Atma Jaya.
Ball, R., Robin, A., & Wu, J.S. 2003. Incentive versus standards:Properties of
accounting income infour East Asian countries. Journal of Accounting and
Economics, 36, 235-270.
Barth, M., Landsman, W. dan Lang, M. 2008. International Accounting
Standards and Accounting Quality.Journal of Accounting Research, 46(3),
467-498.
Bologna dan Lindquist. 1995. Fraud Auditing and Forensic Accounting. New
York: John Wiley & Sons.
Cai, L., Asheq, R. dan Courtenay, S. 2008. The Effect of IFRS and its
Enforcement on Earnings Management: An International Comparison. Social
Science Research Network Electronic Paper Collection, (Online),
(http://ssrn.com/abstract=1473571, diakses 26 Desember 2015).
Daske, Hail, Leuz, dan Verdi, 2008, Mandatory IFRS Reporting around the
World: Early Evidence on the Economic Consequences, Journal of Accounting
Research, Vol 46 No. 5, pp 1085 1142.
_____, H. dan Gebhardt, G. 2006.International Financial Reporting
Standards and Experts Perceptions of Disclosure Quality. Abacus 42(3-4),
461498.
Dwi Ratmono, 2010. Manajemen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah
Auditor yang BerkualitasMendeteksinya?. Simposium Nasional Akuntansi
XIII, Purwokerto.

22.

64

23.

24.
25.

26.
27.

28.
29.
30.

31.
32.

33.
34.

35.
36.

37.
38.

Elawati. 2013. Manajemen Laba Sebelum dan Setelah Konvergensi IFRS


Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Pada Bursa Efek
Indonesia.Tesis. Universitas Kristen.
Ewert, R. dan Wagenhofer, A. 2005. Economic Effects of Tightening
Accounting Standards to Restrict Earnings Management.The Accounting
Review.Vol. 80, No.4 2005. Pp. 1101-1124.
Gamayuni, Rindu Ika. 2009. Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia Menuju International Financial Reporting Standards.JurnalIlmiah
Berkala Enam Bulanan ISSN1410-1831.Vol.14, No. 2.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang : BP Undip
Handayani, Yusvika Fitri. 2014. Analisis Perbedaan Manajemen Laba
Sebelum dan Sesudah penerapan Standar Akuntansi Keuangan (Konvergensi
IFRS). Jurnal Skripsi. Padang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Harris Lukito, Fauzan. 2015. Analisis Perbedaan Manajemen Laba Sebelum
dan Sesudah Pengadopsian International Financial Reporting Standard
(IFRS) Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20112012). Jurnal Skripsi. Surakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah.
Iranto,Pramudya. 2014. Pengaruh Konvegerensi International Financial
Reporting Standard (IFRS) Terhadap Manajemen Laba Akrual dan Riil (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Pada Tahun 2009 Dan 2012). Jurnal Skripsi. Semarang: Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Dipenogoro.
Jeanjean, T. dan Stolowy, H. 2008. Do Accounting Standards Matter? An
Exploratory Analysis of Earnings Management Before and After IFRS
Adoption. Journal of Accounting and Public Policy, 27, 480494.
Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics.

39.

65

40.

41.
42.

43.
44.

45.
46.
47.
48.

49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.

58.
59.

Nastiti, Anggraini Dwi. 2015. Analisis Pengaruh Konvegerensi IFRS


Terhadap Manajemen Laba dengan Corporate Governance Sebagai Variabel
Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa EfekIndonesia Tahun 2010-2013). Jurnal Skripsi. Semarang: Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Dipenogoro.
Rudra, Titas. 2011. Does IFRS Influence Earnings Management? Evidence
from India.Journal of Management Research Finance and Control Group,
Indian Institute of Management Calcutta. ISSN 2012, Vol.4, No.1:E17.
Santy, Prima., Tawakkal., dan Grace Pontoh. 2012. Pengaruh Adopsi IFRS
Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek
Indonesia.Jurnal Skripsi. Makassar: Fakultas Ekonomi, Universitas
Hasanuddin.
Schipper, Khaterine and Linda Vincent. 2003. Earnings Quality. Accounting
Horizons, Vol. 17.Supplemen.
Senjani, Yaya Putri. 2012. Manajemen Laba Berbasis Akrual dan Riil
Sebelum dan Setelah Adopsi IFRS.Tesis.Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Subramanyam, K. 1996. The Pricing of Discretionary Accruals. Journal of
Accounting and Economics, Vol.22.No.2.
Sugiri, Slamet. 1998. Earning Management: Teori, Model dan Bukti Empiris,
Telaah, hal 1-18. Jurnal Akuntansi.
Sulaiman, Wahid. 2002. Statistik Non-Parametrik, Contoh Kasus dan
Pemecahannya dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. PT.
Grasindo. Jakarta.
Yona Octiani Lestari. 2012. Konvergensi Internasonal Financial Reporting
Standards (IFRS) dan Manajemen Laba di Indonesia. Jurnal Skripsi. Malang:
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Widodo Lo, Eko. 2005. Penjelasan Teori Prospek Terhadap Manajemen
Laba.Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. XVI. No. 1. April. Yogyakarta:
STIE YKPN.
60.
66

61.

67

62.

Lampiran 1 : Daftar Perusahaan Manufaktur yang Memenuhi Kriteria


Sampel.
64. ADES (Akasha Wira International Tbk)
68. AMFG (Asahimas Flat Glass Tbk)
72. APLI (Asiaplast Industries Tbk)
76. ARNA (Arwana Citra Mulia Tbk)
80. ASII (Astra International Tbk)
84. AUTO (Astra Auto Part Tbk)
88. BRNA (Berlina Tbk)
92. BTON (Beton Jaya Manunggal Tbk)
96. BUDI (Budi Acid Jaya Tbk)
100.CEKA (Cahaya Kalbar Tbk)
104.CPIN (Charoen Pokphand Indonesia Tbk)
108.DLTA (Delta Djakarta Tbk)
112.DVLA (Darya Varia Laboratoria Tbk)
116.EKAD (Ekadharma International Tbk)
120.GGRM (Gudang Garam Tbk)
124.GJTL (Gajah Tunggal Tbk)
128.HMSP (Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk)
132.ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur Tbk)
136.IGAR (Champion Pasific Indonesia Tbk)
140.INAI (Indal Aluminium Industry Tbk)
144.INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk)
148.INDS (Indospring Tbk)
152.INTP (Indocement Tunggal Prakasa Tbk)
156.JECC (Jembo Cable Company Tbk)

68

160.JPFA (Japfa Comfeed Indonesia Tbk)


164.JPRS (Jaya Pari Steel Tbk)
168.KAEF (Kimia Farma Tbk)
172.KBLI (KMI Wire and Cable Tbk)
176.KBLM (Kabelindo Murni Tbk)
180.KDSI (Kedawung Setia Industrial Tbk)
184.KICI (Kedaung Indag Can Tbk)
188.KLBF (Kalbe Farma Tbk)
192.LION (Lion Metal Works Tbk)
196.LMSH (Lionmesh Prima Tbk)
200.LPIN (Multi Prima Sejahtera Tbk)
204.MAIN (Malindo Feedmill Tbk)
208.MBTO (Martina Berto Tbk)
212.MERK (Merck Tbk)
216.MLBI (Multi Bintang Indonesia Tbk)
220.MYOR (Mayora Indah Tbk)
224.NIPS (Nippres Tbk)
228.PICO (Pelangi Indah Canindo Tbk)
232.PRAS (Prima alloy steel Universal Tbk)
236.PYFA (Pyridam Farma Tbk)
240.ROTI (Nippon Indosari Corporindo Tbk)
244.SCCO (Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk)
248.SIPD (Siearad Produce Tbk)
252.SKLT (Sekar Laut Tbk)
256.SMCB (Holcim Indonesia Tbk)

69

260.SMGR (Semen Gresik Tbk)


264.SMSM (Selamat Sempurna Tbk)
268.SRSN (Indo Acitama Tbk)
272.STTP (Siantar Top Tbk)
276.TCID (Mandom Indonesia Tbk)
280.TOTO (Surya Toto Indonesia Tbk)
284.TRST (Trias Sentosa Tbk)
288.TSPC (Tempo Scan Pasific Tbk)
292.ULTJ (Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk)
296.UNIT (Nusantara Inti Corpora Tbk)
300.UNVR (Unilever Indonesia Tbk)
304.VOKS (Voksel Electric Tbk)
308.YPAS (Yana Prima Hasta Persada Tbk)

70

311.

Lampiran 2: Tabulasi Data Manajemen Laba yang Diproksikan


Dengan Modified Model Jones Berdasarkan Nilai Discretionary
Accrual untuk periode sebelum IFRS (2010-2011)
315.
314.

312.

316.

313.Nama Emiten

320.
318.ADES (Akasha
Wira International
Tbk)

319.

321.
325.
326.
330.
331.

328.AMFG (Asahimas
Flat Glass Tbk)

335.
336.

341.

338.APLI (Asiaplast
Industries Tbk)

345.
344.

346.
350.
351.

348.ARNA (Arwana
Citra Mulia Tbk)

355.
356.
360.
359.

358.ASII (Astra
International Tbk)

361.
365.

364.

366.
370.

369.
368.AUTO (Astra Auto
Part Tbk)

371.
375.

374.

376.
380.
381.

378.BRNA (Berlina
Tbk)

385.
386.

71

391.

388.BTON (Beton Jaya


Manunggal Tbk)

395.
396.
400.
399.

398.BUDI (Budi Acid


Jaya Tbk)

408.CEKA (Cahaya
Kalbar Tbk)

401.
405.

404.

406.

409.

411.
415.
416.
420.

418.CPIN (Charoen
Pokphand
Indonesia Tbk)

428.DLTA (Delta
Djakarta Tbk)

421.
425.
424.

426.

429.

431.
435.
436.

438.DVLA (Darya
Varia Laboratoria
Tbk)

440.
441.
445.
444.

446.
450.

449.
448.EKAD (Ekadharma
International Tbk)

451.
455.

454.

456.
460.

459.
458.GGRM (Gudang
Garam Tbk)

461.
465.

464.
468.GJTL (Gajah
Tunggal Tbk)

470.
471.
474.

72

466.

475.

476.

480.
478.HMSP (Hanjaya
Mandala
Sampoerna Tbk)

479.

481.
485.

484.

486.
490.
491.

488.ICBP (Indofood
CBP Sukses
Makmur Tbk)

495.
496.
500.

498.IGAR (Champion
Pasific Indonesia
Tbk)

501.
504.

506.
510.

508.INAI (Indal
Aluminium
Industry Tbk)

509.

511.
515.

514.

516.
520.

518.INDF (Indofood
Sukses Makmur
Tbk)

521.
525.
524.

526.
530.
531.

528.INDS (Indospring
Tbk)

535.
536.
540.
541.

538.INTP (Indocement
Tunggal Prakasa
Tbk)

545.
546.
550.

548.JECC (Jembo
Cable Company
Tbk)
558.JPFA (Japfa
Comfeed Indonesia
Tbk)

551.
555.
554.

556.

559.

561.
565.

73

566.

570.
571.
568.JPRS (Jaya Pari
Steel Tbk)

575.

576.

574.
580.
581.
578.KAEF (Kimia
Farma Tbk)

585.

586.

584.
590.
591.
588.KBLI (KMI Wire
and Cable Tbk)

595.
596.
600.
601.

598.KBLM (Kabelindo
Murni Tbk)

605.
606.
610.

608.KDSI (Kedawung
Setia Industrial
Tbk)

611.

609.
615.
616.
620.
621.

618.KICI (Kedaung
Indag Can Tbk)

625.

626.

624.
630.
629.
628.KLBF (Kalbe
Farma Tbk)

631.
635.

634.

636.
640.

639.
638.LION (Lion Metal
Works Tbk)

641.
645.

644.
648.LMSH (Lionmesh
Prima Tbk)

650.
651.
654.

74

646.

655.

656.

660.
659.
658.LPIN (Multi Prima
Sejahtera Tbk)

661.
665.

664.

666.
670.

669.
668.MAIN (Malindo
Feedmill Tbk)

678.MBTO (Martina
Berto Tbk)

671.
675.

674.

676.

679.

681.
685.

684.

686.
690.
691.

688.MERK (Merck
Tbk)

698.MLBI (Multi
Bintang Indonesia
Tbk)

695.
694.

696.

699.

701.
705.
706.
710.

709.
708.MYOR (Mayora
Indah Tbk)

711.
715.

714.

716.
720.
721.

718.NIPS (Nippres
Tbk)

728.PICO (Pelangi
Indah Canindo
Tbk)

725.
724.

726.

729.

731.
735.

734.
738.PRAS (Prima alloy
steel Universal
Tbk)

75

736.
740.

741.

745.
746.
750.
751.
748.PYFA (Pyridam
Farma Tbk)

755.
754.

756.
760.

758.ROTI (Nippon
Indosari
Corporindo Tbk)

759.

761.
765.
766.
770.

768.SCCO (Supreme
Cable
Manufacturing and
Commerce Tbk)

769.

771.
775.
776.
780.

779.
778.SIPD (Siearad
Produce Tbk)

781.
785.

784.

786.
790.
791.

788.SKLT (Sekar Laut


Tbk)

795.
796.
800.
801.

798.SMCB (Holcim
Indonesia Tbk)

805.
806.
809.

808.SMGR (Semen
Gresik Tbk)

811.
815.
816.
820.

819.
818.SMSM (Selamat
Sempurna Tbk)

821.
825.
826.

828.SRSN (Indo
Acitama Tbk)

76

829.

831.

835.
836.
840.
839.
838.STTP (Siantar Top
Tbk)

841.
845.
846.
850.
851.

848.TCID (Mandom
Indonesia Tbk)

855.
854.

856.
860.

859.
858.TOTO (Surya Toto
Indonesia Tbk)

861.
865.
866.
870.

869.
868.TRST (Trias
Sentosa Tbk)

871.
875.
876.
880.
881.

878.TSPC (Tempo Scan


Pasific Tbk)

885.
886.
890.

888.ULTJ (Ultrajaya
Milk Industry and
Trading Company
Tbk)

891.
895.
896.

901.
898.UNIT (Nusantara
Inti Corpora Tbk)
906.
910.
911.
908.UNVR (Unilever
Indonesia Tbk)

915.
916.

918.VOKS (Voksel
Electric Tbk)

77

921.

925.
926.
930.
931.
928.YPAS (Yana Prima
Hasta Persada Tbk)

935.
934.

78

936.

937.

Lampiran 3: Tabulasi Data Manajemen Laba yang Diproksikan


Dengan Modified Model Jones Berdasarkan Nilai Discretionary
Accrual untuk periode sesudah IFRS (2012-2013)

938.
942.
(R

939.

940.
N
ama
Emiten

941.
TACC

943.
PPEit/

947.

945.ADES
(Akasha
Wira
Internati
onal
Tbk)

948.
952.

953.
955.AMFG
(Asahim
as Flat
Glass
Tbk)

957.

79

958.

962.

963.
967.

966.

965.APLI
(Asiaplas
t
Industrie
s Tbk)

968.
972.

973.
977.

976.

975.ARNA
(Arwana
Citra
Mulia
Tbk)

978.
982.

981.
983.
985.ASII
(Astra
Internati
onal
Tbk)

987.

986.
988.
991.

80

992.

993.

997.

995.AUTO
(Astra
Auto
Part Tbk)

996.
998.
1002.
0,220
1001.
0,06169
1006.

1005.
B
RNA
(Berlina
Tbk)

1003.
1,420647
1007.
0,240
1008.
1,196316

1011.

1012.
0,142
1013.
1,460484
1017.

1016.
1015.
B
TON
(Beton
Jaya
Manungg
al Tbk)

1018.
0,208427
1022.

1021.
0,10203
1025.
UDI
(Budi
Acid
Jaya
Tbk)

1023.
1,213901
1027.

1026.
0,00161
1031.

81

1032.
0,006

1028.
1,083073
1033.
1,03618

1037.

1034.

1035.
C
EKA
(Cahaya
Kalbar
Tbk)

1036.
1038.
1042.
1,207
1041.
0,04231
1046.
0,11205

1044.

1045.
C
PIN
(Charoen
Pokphan
d
Indonesi
a Tbk)

1043.
0,960795
1047.
0,823
1048.
1,395608
1052.

1051.
0,03785

1053.
1,273194
1057.
0,848

1054.

1055.
D
LTA
(Delta
Djakarta
Tbk)

1056.
-0,0503
1061.

1058.
1,070587
1062.
0,240
1063.
1,163334
1067.
0,118

1064.

1074.

1065.
D
VLA
(Darya
Varia
Laborato
ria Tbk)
1075.
E
KAD
(Ekadhar
ma
Internati
onal
Tbk)

82

1066.
0,03218

1068.
1,164415
1072.
0,025

1071.
0,01755

1073.
1,107345
1077.
0,511

1076.
0,08687
1081.
0,10262

1082.
0,075

1078.
1,152787
1083.
1,254508

1087.
0,171
1084.

1085.
G
GRM
(Gudang
Garam
Tbk)

1086.
1,15315

1088.
1,061926
1092.
0,153

1091.
0,04603

1093.
1,223105

1096.
1097.
0,032

1094.

1095.
G
JTL
(Gajah
Tunggal
Tbk)

1098.
1,108556
1102.

1101.
1103.
1,192774
1106.

1104.

1114.

1124.

1105.
H
MSP
(Hanjaya
Mandala
Sampoer
na Tbk)

1107.
0,146
1108.
1,166238
1112.
0,187

1111.
0,01651

1113.
1,197932
1117.
0,697

1115.
I
CBP
(Indofoo
d CBP
Sukses
Makmur
Tbk)

1116.
0,29580

1118.
1,357882
1122.
0,317

1121.
0,00022

1125.
I
GAR
(Champi
on
Pasific
Indonesi
a Tbk)

1123.
1,044083
1127.
0,076

1126.
0,03463
1131.
0,01107

83

1132.
0,235

1128.
0,878404
1133.
1,007697

1134.

1137.
0,039

1135.
I
NAI
(Indal
Aluminiu
m
Industry
Tbk)

1136.
0,22517

1138.
1,124829
1142.
0,016

1141.
-0,1188

1143.
1,250982
1147.
0,200

1144.

1146.
0,29785

1145.
I
NDF
(Indofoo
d Sukses
Makmur
Tbk)

1151.

1148.
1,460698
1152.
0,086
1153.
1,107085

1156.

1154.

1157.
0,092
1158.
1,316373

1155.
I
NDS
(Indospri
ng Tbk)

1162.
0,092
1161.
0,05905
1166.

1164.

1174.

1165.
I
NTP
(Indocem
ent
Tunggal
Prakasa
Tbk)

1163.
1,319405
1167.
0,158
1168.
1,253636

1171.

1172.
0,168
1173.
1,169284

1175.
J
ECC
(Jembo
Cable
Compan
y Tbk)

1177.

1176.
0,05233
1181.
0,20031

84

1182.

1178.
1,130643
1183.
1,748801

1187.
0,238

1184.

1186.
0,09415

1185.
J
PFA
(Japfa
Comfeed
Indonesi
a Tbk)

1188.
1,326024
1192.
0,299

1191.
0,04432

1193.
1,360912
1197.

1194.

1195.
PRS
(Jaya
Pari
Steel
Tbk)

1196.
0,04558

1198.
0,910375
1202.

1201.
1203.
0,944642
1206.

1204.

1205.
K
AEF
(Kimia
Farma
Tbk)

1207.
0,103
1208.
1,157228

1211.
1212.
0,249
1213.
1,190523
1217.
0,332

1214.

1224.

1215.
K
BLI
(KMI
Wire and
Cable
Tbk)
1225.
K
BLM
(Kabelin

85

1216.
0,10679

1218.
1,072149
1222.
0,128

1221.
0,08667
1226.
0,16177

1227.
0,151

1223.
1,15092
1228.
1,124405

1232.
0,045

do Murni
Tbk)

1231.
0,15800
1236.

1234.

1235.
K
DSI
(Kedawu
ng Setia
Industrial
Tbk)

1233.
0,905048
1237.
0,167
1238.
0,971064

1241.

1242.
0,101
1243.
1,490162
1247.
0,024

1244.

1245.
K
ICI
(Kedaun
g Indag
Can Tbk)

1246.
0,02221

1248.
1,086206
1252.
0,083

1251.
0,05273

1253.
1,035175
1257.
0,083

1254.

1255.
K
LBF
(Kalbe
Farma
Tbk)

1256.
0,04782

1258.
1,138183
1262.
0,398

1261.
0,11436

1263.
1,201435
1267.
0,264

1264.

1274.

1265.
ION
(Lion
Metal
Works
Tbk)

1266.
0,05130

1268.
1,185017
1272.
0,000

1271.
0,02815

1275.
L
MSH
(Lionmes
h Prima
Tbk)

86

1273.
1,150105
1277.
0,152

1276.
0,31314
1281.
0,00441

1278.
1,31145
1282.
0,288

1283.
1,102297

1287.
0,080

1284.

1285.
L
PIN
(Multi
Prima
Sejahtera
Tbk)

1286.
0,06872

1288.
1,094662
1292.
0,063

1291.
0,09566

1293.
1,140026
1297.
0,495

1294.

1295.
M
AIN
(Malindo
Feedmill
Tbk)

1296.
0,00706

1298.
1,355535
1302.
0,426

1301.
0,07350

1303.
1,230302
1307.

1304.

1305.
M
BTO
(Martina
Berto
Tbk)

1306.
0,11127

1308.
1,125207
1312.

1311.
0,03218

1313.
1,003733
1317.
0,087

1314.

1315.
M
ERK
(Merck
Tbk)

1316.
0,03320

1318.
0,974404
1322.
0,342

1321.
0,07436
1324.

1325.
M
LBI
(Multi
Bintang
Indonesi
a Tbk)

87

1326.

1327.

1323.
1,223936
1328.
0,943673

1332.
1,593
1331.
0,00986
1336.

1334.

1335.
M
YOR
(Mayora
Indah
Tbk)

1344.

1337.
0,107
1338.
1,257985
1342.
0,089

1341.
0,00802
1346.

1345.
N
IPS
(Nippres
Tbk)

1333.
1,546939

1343.
1,169507
1347.
0,222
1348.
1,17463

1351.

1352.
0,215
1353.
1,521665
1357.

1354.

1355.
P
ICO
(Pelangi
Indah
Canindo
Tbk)

1356.
0,06528
1362.
0,119
1361.
0,03681
1366.

1364.

1358.
1,058337

1363.
1,045044
1367.
0,038
1368.
1,198041

1365.
P
RAS
(Prima
alloy
steel
Universa
l Tbk)

1372.

1371.
0,13237
1374.

1375.
YFA

1376.
3,84657

88

1377.
0,162

1373.
1,378075
1378.
1,150941

(Pyridam
Farma
Tbk)

1382.
0,118
1381.
0,08870
1386.

1384.

1385.
R
OTI
(Nippon
Indosari
Corporin
do Tbk)

1383.
1,289064
1387.
0,453
1388.
1,587257

1391.

1392.
0,222
1393.
1,512675

1394.

1397.
0,108

1395.
S
CCO
(Suprem
e Cable
Manufact
uring and
Commer
ce Tbk)

1396.
0,02238

1398.
1,021504
1402.
0,049

1401.
0,05659

1403.
1,185021
1407.
0,015

1406.
0,05972

1404.

1405.
S
IPD
(Siearad
Produce
Tbk)

1408.
1,248531
1412.

1411.
1413.
0,956811
1416.

1414.

1424.

1415.
KLT
(Sekar
Laut
Tbk)

1417.
0,242

1418.
1,165746
1421.

1425.
S
MCB
(Holcim

1426.

89

1422.
0,573

1427.
0,122

1423.
1,209185
1428.
1,111229

1431.

Indonesi
a Tbk)

1432.
0,041
1433.
1,22406
1436.

1434.

1435.
S
MGR
(Semen
Gresik
Tbk)

1437.
0,130
1438.
1,351827

1441.

1442.
0,169
1443.
1,158538

1446.

1444.

1445.
S
MSM
(Selamat
Sempurn
a Tbk)

1447.
0,308
1448.
1,368874

1451.

1452.
0,007
1453.
1,093104
1457.
0,095

1456.
0,06760

1454.

1455.
S
RSN
(Indo
Acitama
Tbk)

1458.
1,113311
1462.

1461.
0,01811

1463.
1,04644
1467.
0,181

1464.

1466.
0,05366

1465.
S
TTP
(Siantar
Top Tbk)

1468.
1,337063
1472.
0,301

1471.
0,04463
1474.

1475.
T
CID
(Mando
m

90

1476.

1477.
0,137

1473.
1,176198
1478.
1,115581

1481.

Indonesi
a Tbk)

1482.
0,140
1483.
1,162004
1487.
0,106

1484.

1485.
T
OTO
(Surya
Toto
Indonesi
a Tbk)

1486.
0,03624
1491.

1488.
1,13668
1492.
0,059
1493.
1,146792
1497.

1496.

1494.

1495.
T
RST
(Trias
Sentosa
Tbk)

1498.
1,026111
1502.

1501.
1503.
1,490277
1507.
0,174

1504.

1514.

1524.

1505.
T
SPC
(Tempo
Scan
Pasific
Tbk)

1515.
U
LTJ
(Ultrajay
a Milk
Industry
and
Trading
Compan
y Tbk)
1525.

91

1506.
0,00200

1508.
1,090018
1512.
0,034

1511.
0,04866
1516.

1513.
1,167273
1517.
0,309
1518.
1,110873
1522.
0,238

1521.
0,05334
1526.

1527.

1523.
1,161446
1528.

NIT
(Nusanta
ra Inti
Corpora
Tbk)

1,246383
1531.
1532.
0,020
1533.
1,208523
1536.

1534.

1535.
U
NVR
(Unilever
Indonesi
a Tbk)

1537.
0,320
1538.
1,143353

1541.

1542.
0,223
1543.
1,113743
1547.
0,160

1546.
0,02685

1544.

1545.
V
OKS
(Voksel
Electric
Tbk)

1548.
1,079489
1552.

1551.
1553.
1,15179

1554.

1555.
Y
PAS
(Yana
Prima
Hasta
Persada
Tbk)

92

1557.
0,103
1556.
0,19965

1558.
1,563418
1562.
0,119

1561.
0,05803

1563.
1,756758

1564.

Lampiran 4: Tabulasi Data Ukuran Perusahaan (2010-2013).


1568.
Tota

1565.

1566.
N
ama
Emiten

1567.

1572.

1577.

1571. ADES
(Akasha
Wira
International
Tbk)

1569.
Besar

1582.

1587.

1573.
324.4
1578.
316.0
1583.
389.0

1574.
Kecil

1588.
441.0
1593.
2.372

1592.

1598.
2.690
1597.
1591. AMFG
(Asahimas
Flat Glass
Tbk)

1603.
3.115

1594.
Besar

1602.

1608.
3.539
1607.

1612.

1617.

1611.APLI
(Asiaplast
Industries
Tbk)

1622.

1627.

93

1613.
334.9
1618.
334.7
1623.
333.8
1628.
303.5

1614.
Kecil

1632.

1637.
1631. ARNA
(Arwana
Citra Mulia
Tbk)

1642.

1633.
873.1
1638.
831.5
1643.
937.3

1634.
Kecil

1648.
1.135
1647.

1653.
112.8
1652.

1658.
153.5
1657.
1651. ASII (Astra
International
Tbk)

1663.
182.2

1654.
Besar

1662.

1668.
213.9
1667.

1671. AUTO
(Astra Auto
Part Tbk)

1673.
5.585
1672.

1678.
6.964
1677.

1683.
8.881
1682.

1687.

94

1688.

1674.
Besar

12.61

1692.

1697.
1691. BRNA
(Berlina
Tbk)

1702.

1693.
550.9
1698.
643.9
1703.
770.3

1694.
Kecil

1708.
1.125
1707.

1712.

1717.
1711.BTON
(Beton Jaya
Manunggal
Tbk)

1722.

1727.

1713.
89.78
1718.
118.7
1723.
145.1

1714.
Kecil

1728.
176.1
1733.
1.967

1732.

1738.
2.123
1737.
1731. BUDI (Budi
Acid Jaya
Tbk)

1743.
2.299

1734.
Besar

1742.

1748.
2.382
1747.

1751. CEKA
(Cahaya
Kalbar Tbk)

1752.
1757.

95

1753.
850.4
1758.
823.3

1754.
Kecil

1763.
1.069
1762.

1768.
1.027
1767.

1773.
4.274
1772.

1778.
5.250
1777.
1771. CPIN
(Charoen
Pokphand
Indonesia
Tbk)

1783.
12.34

1774.
Besar

1782.

1788.
15.72
1787.

1792.

1797.

1791. DLTA
(Delta
Djakarta
Tbk)

1802.

1807.
1811.DVLA
(Darya Varia
Laboratoria
Tbk)

1812.

1817.
1822.

96

1793.
708.5
1798.
696.1
1803.
745.3

1794.
Kecil

1808.
867.0
1813.
854.1
1818.
928.2
1823.
1.074

1814.
Kecil

1828.
1.190
1827.

1832.

1837.

1831. EKAD
(Ekadharma
International
Tbk)

1842.

1847.

1833.
204.4
1838.
237.5
1843.
273.8

1834.
Kecil

1848.
343.6
1853.
30.74

1852.

1858.
39.08
1857.
1851. GGRM
(Gudang
Garam Tbk)

1863.
41.50

1854.
Besar

1862.

1868.
50.77
1867.

1871. GJTL
(Gajah
Tunggal
Tbk)

1873.
10.37
1872.

1878.
11.55
1877.

1882.

97

1883.
12.86

1874.
Besar

1888.
15.35
1887.

1893.
20.52
1892.

1898.
19.37
1897.
1891. HMSP
(Hanjaya
Mandala
Sampoerna
Tbk)

1903.
17.75

1894.
Besar

1902.

1908.
21.26
1907.

1913.
13.36
1912.

1918.
15.22
1917.
1911.ICBP
(Indofood
CBP Sukses
Makmur
Tbk)

1923.
26.24

1914.
Besar

1922.

1928.
27.40
1927.

1931. IGAR
(Champion
Pasific

1932.

98

1933.
347.4

1934.
Kecil

1937.
Indonesia
Tbk)

1942.

1947.

1952.

1957.

1951. INAI (Indal


Aluminium
Industry
Tbk)

1962.

1967.

1938.
355.5
1943.
312.3
1948.
314.7
1953.
389.0
1958.
544.2
1963.
612.2

1954.
Kecil

1968.
765.8
1973.
47.27

1972.

1978.
53.58
1977.
1971. INDF
(Indofood
Sukses
Makmur
Tbk)

1983.
1.664

1974.
Besar

1982.

1988.
59.32
1987.

1991. INDS
(Indospring
Tbk)

1992.

1993.
769.8
1998.
1.139

1997.

2002.

99

2003.
78.09

1994.
Besar

2008.
2.196
2007.

2013.
15.34
2012.

2018.
18.15
2017.
2011.INTP
(Indocement
Tunggal
Prakasa
Tbk)

2023.
22.75

2014.
Besar

2022.

2028.
26.60
2027.

2032.

2037.
2031. JECC
(Jembo
Cable
Company
Tbk)

2042.

2033.
561.9
2038.
627.0
2043.
708.9

2034.
Kecil

2048.
1.239
2047.

2051. JPFA (Japfa


Comfeed
Indonesia
Tbk)

2053.
6.981
2052.

2058.
8.266
2057.

2062.

100

2063.

2054.
Besar

10.96

2068.
14.91
2067.

2072.

2077.
2071. JPRS (Jaya
Pari Steel
Tbk)
2082.

2087.

2073.
411.2
2078.
437.8
2083.
398.6

2074.
Kecil

2088.
376.5
2093.
1.657

2092.

2098.
1.794
2097.
2091. KAEF
(Kimia
Farma Tbk)

2103.
2.076

2094.
Besar

2102.

2108.
2.471
2107.

2111.KBLI (KMI
Wire and
Cable Tbk)

2113.

2118.

101

2114.

2123.
1.161
2122.

2128.
1.337
2127.

2132.

2137.
2131. KBLM
(Kabelindo
Murni Tbk)
2142.

2147.

2152.

2157.

2151. KDSI
(Kedawung
Setia
Industrial
Tbk)

2162.

2167.

2171. KICI
(Kedaung
Indag Can
Tbk)

2191. KLBF
(Kalbe
Farma Tbk)

2133.
354.7
2138.
642.9
2143.
722.9
2148.
654.2
2153.
557.7
2158.
587.5
2163.
570.5

2173.
85.94

2177.

2178.
87.41

2182.

2183.
94.95

2187.

2188.
98.29
2193.
7.032

2192.

102

2154.
Kecil

2168.
850.2

2172.

2197.

2134.
Kecil

2198.
8.274

2174.
Kecil

2194.
Besar

2203.
9.417
2202.

2208.
11.31
2207.

2212.

2217.
2211.LION (Lion
Metal Works
Tbk)
2222.

2227.

2231. LMSH
(Lionmesh
Prima Tbk)

2238.
98.01

2257.

2262.

2267.

2272.
2277.

2214.
Kecil

2228.
498.5

2237.

2252.

103

2223.
433.4

2233.
78.20

2247.

2271. MAIN
(Malindo
Feedmill
Tbk)

2218.
365.8

2232.

2242.

2251. LPIN (Multi


Prima
Sejahtera
Tbk)

2213.
303.8

2243.
128.5

2234.
Kecil

2248.
141.6
2253.
150.9
2258.
157.3
2263.
172.2

2254.
Kecil

2268.
196.3
2273.
966.3
2278.
1.327

2274.
Besar

2283.
1.799
2282.

2288.
2.214
2287.

2292.

2297.
2291. MBTO
(Martina
Berto Tbk)
2302.

2307.

2312.

2317.
2311.MERK
(Merck Tbk)
2322.

2327.

2293.
333.1
2298.
541.6
2303.
609.4

2294.
Kecil

2308.
611.7
2313.
434.7
2318.
584.3
2323.
569.4

2314.
Kecil

2328.
696.9
2333.
1.137

2332.

2338.
1.220
2337.
2331. MLBI
(Multi
Bintang
Indonesia
Tbk)

2343.
1.152

2334.
Besar

2342.

2348.
1.782
2347.

2351. MYOR

2352.

104

2353.

2354.

4.399

2358.
6.599
2357.
(Mayora
Indah Tbk)

2363.
8.302

Besar

2362.

2368.
9.709
2367.

2372.

2377.
2371. NIPS
(Nippres
Tbk)
2382.

2387.

2392.

2397.

2391. PICO
(Pelangi
Indah
Canindo
Tbk)

2402.

2407.
2411.PRAS
(Prima alloy
steel
Universal
Tbk)

2412.

2417.

2422.
2427.

105

2373.
337.6
2378.
446.6
2383.
524.6

2374.
Kecil

2388.
798.4
2393.
570.3
2398.
561.8
2403.
594.6

2394.
Kecil

2408.
621.4
2413.
461.9
2418.
481.9
2423.
577.3
2428.
795.6

2414.
Kecil

2432.

2437.
2431. PYFA
(Pyridam
Farma Tbk)
2442.

2447.

2452.

2457.
2451. ROTI
(Nippon
Indosari
Corporindo
Tbk)

2433.
100.5
2438.
118.0
2443.
135.8

2434.
Kecil

2448.
175.1
2453.
568.2
2458.
759.1
2463.
1.204

2462.

2454.
Kecil

2468.
1.822
2467.

2473.
1.157
2472.

2478.
1.455
2477.

2471. SCCO
(Supreme
Cable
Manufacturi
ng and
Commerce
Tbk)

2483.
1.486

2474.
Besar

2482.

2488.
1.762
2487.

2493.
2.037

2491. SIAP
(Sekawan
Intipratama
Tbk)

2492.

106

2494.
Besar

2498.
2.641
2497.

2503.
3.298
2502.

2508.
3.155
2507.

2512.

2517.
2511.SKLT (Sekar
Laut Tbk)
2522.

2527.

2513.
199.3
2518.
214.2
2523.
249.7

2514.
Kecil

2528.
301.9
2533.
10.43

2532.

2538.
10.95
2537.
2531. SMCB
(Holcim
Indonesia
Tbk)

2543.
12.16

2534.
Besar

2542.

2548.
14.89
2547.

2551. SMGR
(Semen
Gresik Tbk)

2552.

107

2553.
15.56

2554.
Besar

2558.
19.66
2557.

2563.
26.57
2562.

2568.
30.79
2567.

2573.
1.067
2572.

2578.
1.136
2577.
2571. SMSM
(Selamat
Sempurna
Tbk)

2583.
1.556

2574.
Besar

2582.

2588.
1.701
2587.

2592.

2597.
2591. SRSN (Indo
Acitama
Tbk)
2602.

2607.
2611.STTP
(Siantar Top
Tbk)

2612.
2617.

108

2593.
364.0
2598.
361.1
2603.
402.1

2594.
Kecil

2608.
420.7
2613.
649.2
2618.
934.7

2614.
Kecil

2623.
1.249
2622.

2628.
1.470
2627.

2633.
1.047
2632.

2638.
1.130
2637.
2631. TCID
(Mandom
Indonesia
Tbk)

2643.
1.261

2634.
Besar

2642.

2648.
1.465
2647.

2653.
1.091
2652.

2658.
1.339
2657.
2651. TOTO
(Surya Toto
Indonesia
Tbk)

2663.
1.522

2654.
Besar

2662.

2668.
1.746
2667.

2671. TRST (Trias


Sentosa
Tbk)

2673.
2.029
2672.

2677.

109

2678.
2.132

2674.
Besar

2683.
2.188
2682.

2688.
3.260
2687.

2693.
3.589
2692.

2698.
4.250
2697.
2691. TSPC
(Tempo
Scan Pasific
Tbk)

2703.
4.632

2694.
Besar

2702.

2708.
5.407
2707.

2713.
2.006
2712.

2718.
2.179
2717.

2711.ULTJ
(Ultrajaya
Milk
Industry and
Trading
Company
Tbk)

2723.
2.420

2714.
Besar

2722.

2728.
2.811
2727.

2731. UNIT
(Nusantara
Inti Corpora
Tbk)

2732.
2737.

110

2733.
309.7
2738.
304.8

2734.
Kecil

2742.

2747.

2743.
379.9
2748.
459.1
2753.
8.701

2752.

2758.
10.48
2757.
2751. UNVR
(Unilever
Indonesia
Tbk)

2763.
11.98

2754.
Besar

2762.

2768.
13.34
2767.

2773.
1.126
2772.

2778.
1.573
2777.
2771. VOKS
(Voksel
Electric
Tbk)

2783.
1.698

2774.
Besar

2782.

2788.
1.955
2787.

2791. YPAS (Yana


Prima Hasta
Persada
Tbk)

2792.
2797.

111

2793.
200.8
2798.
223.5

2794.
Kecil

2802.

2807.

112

2803.
349.4
2808.
613.8

2810. Lampiran 5: Statistik Deskriptif Manajemen Laba Sebelum dan Setelah


IFRS.
2811.
2812.
2813.

2821.
IFRS
2827.
IFRS
2833.

2814. Descriptive Statistics


2816. 2817. Mi 2818. Ma 2819. M 2820. Std.
2815.
N
nimum
ximum
ean
Deviation
Manajemen Laba Sebelum
2822. 2823. -,41
2824. , 2825. 2826. ,
124
68
0684 ,198758
0890206
Manajemen Laba Sesudah
2828. 2829. -,54 2830. 3,41 2831. 2832. ,
124
53
66 ,036617
3523877
Valid N (listwise)
2834.
2835.
2836.
2838.
2837.
124

113

2839. Lampiran 6: Uji Normalitas Manajemen Laba Sebelum dan Setelah


IFRS.
2840.
2841.
2842.

2843.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


2845. Manaje 2846. Manaje
men Laba
men Laba
2844.
Sebelum IFRS
Sesudah IFRS
2847. N
2848. 124
2849. 124
2850. Normal Parametersa,b 2851. Mean
2852. -,198758 2853. -,036617
2855. Std.
2856. ,
2857. ,
Deviation
0890206
3523877
2858. Most Extreme
2859. Absolut
2860. ,071
2861. ,316
Differences
e
2863. Positive
2864. ,071
2865. ,316
2867. Negativ
2868. -,038
2869. -,221
e
2870. Test Statistic
2871. ,071
2872. ,316
2873. Asymp. Sig. (2-tailed)
2874. ,193c
2875. ,000c
2876. a. Test distribution is Normal.
2877. b. Calculated from data.
2878. c. Lilliefors Significance Correction.

114

2879. Lampiran 7: Uji Beda Manajemen Laba Sebelum dan Setelah


IFRS.
2880.
2881.

NPar Tests
2882.

2883.
2885.

2884. Descriptive Statistics


2886. 2887. M 2888. Std. 2889. M 2890. M
N
ean
Deviation
inimum
aximum
2892. 2893. -,1
2894. , 2895. -, 2896. ,
124
98758
0890206
4168
0684
2898. 2899. -,0
2900. , 2901. -, 2902. 3,
124
36617
3523877
5453
4166

2891. Manajemen Laba


Sebelum IFRS
2897. Manajemen Laba
Sesudah IFRS
2903.
2904.
2905.
2906. Wilcoxon Signed Ranks Test
2907.
2908.
2909.

Ranks

2912. M 2913. S
2911.
ean
um of
2910.
N
Rank
Ranks
2914. Manajemen Laba
2915. Negative
2916.
2917. 4 2918. 10
Sesudah IFRS - Manajemen
Ranks
21a
7,64
00,50
Laba Sebelum IFRS
2920. Positive
2921.
2922. 6 2923. 67
Ranks
103b
5,53
49,50
2925. Ties
2926.
2927.
2928.
0c
2930. Total
2931.
2932.
2933.
124
2934. a. Manajemen Laba Sesudah IFRS < Manajemen Laba Sebelum IFRS
2935. b. Manajemen Laba Sesudah IFRS > Manajemen Laba Sebelum IFRS
2936. c. Manajemen Laba Sesudah IFRS = Manajemen Laba Sebelum IFRS
2937.
2938.
2939. Test Statisticsa
2941. Manajem
en Laba Sesudah
IFRS 2940. Manajemen Laba
Sebelum IFRS
2942. Z
2943. -7,168b
2944. Asymp. Sig. (22945. ,000
tailed)
2946. a. Wilcoxon Signed Ranks Test
2947. b. Based on negative ranks.
2948.

115

Lampiran 8: Statistik Deskriptif Perusahaan Besar dan


Perusahaan Kecil.
2949.

2950.
2951.

2953.
2954.
2959. Perusahaan
Kecil
2965. Perusahaan
Besar
2971. Valid N
(listwise)

2960.
2966.
2972.

2952. Descriptive Statistics


2955. Mi 2956. Ma 2957. Me
2958. Std.
N
nimum
ximum
an
Deviation
2961. -,54 2962. 3,41 2963. -,0
2964. ,
62
53
66
69016
4691071
2967. -,20 2968. 1,13 2969. -,0
2970. ,
62
23
98
04218
1679126
2973.
2974.
2976.
62
2975.

2977.

116

2978.

Lampiran 9: Uji Normalitas Perusahaan Besar dan Perusahaan

Kecil.
2979.
2980.
2981.

2982.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


2984. Perusaha 2985. Perusaha
2983.
an Kecil
an Besar
2986. N
2987. 62
2988. 62
2989. Normal Parametersa,b 2990. Mean
2991. -,069016 2992. -,004218
2994. Std.
2995. ,
2996. ,
Deviation
4691071
1679126
2997. Most Extreme
2998. Absolut
2999. ,322
3000. ,256
Differences
e
3002. Positive
3003. ,322
3004. ,256
3006. Negativ
3007. -,248
3008. -,181
e
3009. Test Statistic
3010. ,322
3011. ,256
3012. Asymp. Sig. (2-tailed)
3013. ,000c
3014. ,000c
3015. a. Test distribution is Normal.
3016. b. Calculated from data.
3017. c. Lilliefors Significance Correction.
3018.

117

3019.
Lampiran 10: Uji Beda Perusahaan Besar dan Perusahaan
Kecil.
3020.
3021.
3022.
3023.

NPar Tests

3024. Descriptive Statistics


3025.3026.
3027. Mea 3028. Std. 3029. Mini 3030. Maxi
N
n
Deviation
mum
mum
3031. Perusahaan
3032.
3033. -,06
3034. , 3035. -,54 3036. 3,41
Kecil
62
9016
4691071
53
66
3037. Perusahaan
3038.
3039. -,00
3040. , 3041. -,20 3042. 1,13
Besar
62
4218
1679126
23
98
3043.
3044.
3045.
3046.
Wilcoxon Signed Ranks Test
3047.
3048.
3049. Ranks
3052. Mean
3053. Sum of
3050.
3051. N
Rank
Ranks
3054. Perusahaa 3055. Negative
3056. 13a 3057. 28,38
3058. 369,00
n Besar Ranks
Perusahaan Kecil
3060. Positive
3061. 49b 3062. 32,33
3063. 1584,00
Ranks
3065. Ties
3067.
3068.
3066. 0c
3070.
3074.
3075.
3076.

Total

3071.

62

a. Perusahaan Besar < Perusahaan Kecil


b. Perusahaan Besar > Perusahaan Kecil
c. Perusahaan Besar = Perusahaan Kecil
3077.
3078.
3079. Test Statisticsa
3081. Perusahaa
3080.
n Besar Perusahaan Kecil
Z
3083. -4,259b
Asymp. Sig. (23085. ,000

3082.
3084.
tailed)
3086. a. Wilcoxon Signed Ranks Test
3087. b. Based on negative ranks.
3088.
3089.
3090.
3091.
3092.

118

3072.

3073.

3093.
3094.
3095.
3096.

3102.
odel
3106.
3110.
3111.

3115.
odel
3120.
3125.

3129.
3135.
1

3156.
3157.

3161.
3172.
1

3200.

3097.
Lampiran 11: Regresi Manajemen Laba (Sebelum)
3098.
3099.
3100.
3101.
Variables Entered/Removeda
M 3103.
Variables 3104.
Variables 3105.
Me
Entered
Removed
thod
1 3107.
X3, X1,
3109.
En
3108.
.
X2b
ter
a. Dependent Variable: Y
b. All requested variables entered.
3112.
3113.
3114.
Model Summary
3119.
Std.
M
3117.
R
3118.
Adjusted
Error of the
3116.
R
Square
R Square
Estimate
1 3121.
,
3122.
,
3123.
,127
3124.
,0901268
385a
148
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
3126.
3127.
3128.
ANOVAa
3130.
Sum of
3132.
Mean
3134.
Si
Model
Squares
3131.
Df
Square
3133.
F
g.
3136.
Regre
3140.
6,9
3141.
,
3137.
,170
3138.
3
3139.
,057
ssion
75
000b
3143.
Residu
3145.
12
3144.
,975
3146.
,008
3147.
3148.
al
0
3150.
Total
3152.
12
3153.
3151.
1,145
3154.
3155.
3
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
3158.
3159.
3160.
Coefficientsa
3162.
Unstandardized
3163.
Standard
Coefficients
ized Coefficients
3168.
Std.
3165.
Si
Model
3167.
B
Error
3169.
Beta
3164.
t
g.
3173.
(Con
3176.
3177.
3178.
,
3174.
-,199
3175.
,057
stant)
3,476
001
3180.
X1
3181.
- 3182.
2715,3
3184.
-,9
3185.
,
3183.
-,080
2570,634
82
47
346
3187.
X2
3191.
3192.
,
3188.
-,094
3189.
,035
3190.
-,236
2,707
008
3194.
X3
3198.
4,
3199.
,
3195.
,205
3196.
,049
3197.
,359
136
000
a. Dependent Variable: Y
3201.
3202.

119

3208.
odel
3212.
3216.
3217.

3221.
odel
3226.
3231.

3235.
3241.
1

3262.
3263.

3267.
3278.
1

3306.

3203.
Lampiran 12: Regresi Manajemen Laba (Sesudah)
3204.
3205.
3206.
3207.
Variables Entered/Removeda
M 3209.
Variables 3210.
Variables 3211.
Me
Entered
Removed
thod
1 3213.
X3, X1,
3215.
En
3214.
.
X2b
ter
a. Dependent Variable: Y
b. All requested variables entered.
3218.
3219.
3220.
Model Summary
3225.
Std.
M
3223.
R
3224.
Adjusted
Error of the
3222.
R
Square
R Square
Estimate
1 3227.
,
3228.
,
3229.
,066 3230.
,3567672
297a
088
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
3232.
3233.
3234.
ANOVAa
3236.
Sum of
3238.
Mean
3240.
Si
Model
Squares
3237.
Df
Square
3239.
F
g.
3242.
Regre
3246.
3,8
3247.
,
3243.
1,481
3244.
3
3245.
,494
ssion
78
011b
3249.
Residu
3251.
12
3250.
15,274
3252.
,127
3253.
3254.
al
0
3256.
Total
3258.
12
3259.
3257.
16,755
3260.
3261.
3
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
3264.
3265.
3266.
Coefficientsa
3268.
Unstandardized
3269.
Standard
Coefficients
ized Coefficients
3274.
Std.
3271.
Si
Model
3273.
B
Error
3275.
Beta
3270.
t
g.
3279.
(Con
3282.
3283.
-,1
3284.
,
3280.
-,037
3281.
,227
stant)
61
872
3286.
X1
3287.
49387, 3288.
14579,
3290.
3,
3291.
,
3289.
,296
790
934
387
001
3293.
X2
3297.
,
3298.
,
3294.
,065
3295.
,120
3296.
,052
543
588
3300.
X3
3304.
,
3305.
,
3301.
,001
3302.
,194
3303.
,000
004
996
a. Dependent Variable: Y

3307.

120

Anda mungkin juga menyukai