Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PIUTANG TAK TERTAGIH, PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN

KAS, PERPUTARAN PERSEDIAAN, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN


TERHADAP PROFITABILITAS

Studi empiris pada Distributor Bangunan Sinar Cemerlang Bahagia Kabupaten Bandung
Tahun 2019-2020

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar


Sarjana Akuntansi

Disusun Oleh :

Nama : Betty Rahayu

NIM : 102118120307

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS INABA

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas karunia dan kemampuan
yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir yang hasilnya dilaporkan dalam
bentuk karya tulis.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak yang secara langsung maupun
tidak langsung memberikan bantuan dalam penyelesaian tugas akhir

Penulis sangat berterimakasih kepada orangtua yang telah membantu secara moril dan materil
dan tidak lelah mendukung dengan doa yang tidak pernah henti sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di jurusan Akuntansi Universitas Inaba.

Semoga dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan


kampus Universitas Inaba.

Bandung,10 November 2021

(Betty Rahayu)
Penelitian Primer

Fenomena :

Kredit macet dapat terjadi karena sejumlah alasan berbeda. Pelanggan mungkin tidak punya uang
untuk membayar hutang mereka. Atau, pelanggan mungkin tidak senang dengan produk atau
layanan dan menolak untuk membayar. Terlepas dari alasannya, terlalu banyak kredit macet
dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan dan bisa berakibat kebangkrutan

Pada Perusahaan distributor bangunan di tempat saya bekerja ada banyak permasalahan dalam
piutang yang macet dan piutang yang tidak bisa ditagih lagi karena dibawa kabur oleh konsumen
sehingga mengakibatkan jasa perusahaan tidak stabil. Dari fenomena ini saya akan meneliti
mengapa perusahaan masih bisa berdiri tetapi banyak piutang konsumen yang belum dibayarkan
kepada perusahaan
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Penelitian

Perusahaan merupakan suatu organisasi yang menggunakan dan mengkoordinir sumber


ekonomi guna menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat. Kegiatan ekonomi yang terjadi
saat ini mengakibatkan banyak perusahaan yang bangkrut dalam persaingan. Perusahaan yang
masih tetap bertahan harus melakukan suatu tindakan yang dapat mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan dan mengembangkan usahanya.

Dalam menghadapi keadaan ini perusahaan berusaha menentukan langkah yang tepat
untuk meningkatkan nilai perusahaan dan mampu mengelola faktor produksi yang dimiliki
sehingga dapat menjalankan usahanya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan
perusahaan. Pada umumnya perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh
keuntungan. Salah satu aktivitas perusahaan dalam mendukung pencapaian tujuan adalah
melakukan penjualan. Kegiatan penjualan merupakan salah satu faktor penting penentu
keberhasilan perusahaan. Karena dari penjualan inilah dapat diperoleh laba perusahaan.

Perusahaan juga harus memperhatikan bagaimana upaya memaksimalkan laba. Laba


yang maksimal dapat diperoleh melalui peningkatan volume penjualan (Rudianto, 2009:28).
Semakin tinggi volume penjualan maka semakin besar pula laba yang akan diperoleh.
Perusahaan dalam meningkatkan volume penjualannya dengan melakukan penjualan secara tunai
atau penjualan secara kredit.

Hampir semua perusahaan melakukan penjualan secara kredit. Karena dengan cara ini
dapat memberikan sedikit kemudahan dan kelonggaran bagi konsumen untuk memperoleh
kebutuhannya dengan menggunakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Dengan
adanya penjualan kredit ini, secara langsung akan menimbulkan akun piutang usaha atau piutang
dagang. Piutang merupakan salah satu pos penting dari neraca suatu perusahaan. Besar kecilnya
piutang sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Semakin tinggi nilai piutang perusahaan maka dapat diartikan adanya resiko yang harus
dihadapi perusahaan yang lebih besar seperti akan timbulnya piutang macet atau piutang tak
tertagih. Jumlah piutang dan resiko tak tertagihnya piutang, dapat terjadi disebabkan karena
adanya perbedaan waktu antara penyerahan barang dan penerimaan kas. Hal ini dapat berdampak
terhadap likuiditas dan profitabilitas operasi perusahaan. Untuk mengurangi resiko tertahannya
sebagian modal kerja pada perkiraan piutang, diperlukan suatu prosedur pencatatan dan
pengawasan yang baik serta kebijakan yang terencana terhadap piutang sehingga resiko kerugian
piutang tersebut dapat diperkecil atau dihilangkan sama sekali.
1.2 Rumusan Masalah

Untuk menyelesaikan masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, dilihat dari
uraian latar belakang diatas, maka penulis laporan tugas akhir ini mengidentifikasi masalah
Apakah Yang Menjadi Faktor-faktor Penyebab Piutang Tak Tertagih pada Distributor bangunan
Sinar Cemerlang Bahagia.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
piutang tak tertagih pada Distributor bangunan Sinar Cemerlang Bahagia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini adalah:


a. Bagi perusahaan
Sebagai informasi tambahan dan masukan bagi perusahaan yang berguna untuk
memperbaiki kekurangan perusahaan dalam menangani masalah piutang tak tertagih.
b. Bagi penulis
Memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis mengenai piutang tak tetagih serta
penyebab piutang tersebut tidak tertagih.
c. Bagi akademis
Sumber informasi bagi pembaca untuk mempelajari dan membahas lebih jelas mengenai
piutang tak tertagih serta sebagai bahan referensi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Profitabilitas
Menurut Agnes Sawir (2000:17), menyatakan bahwa kemampulabaan atau profitabilitas
merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Profitabilitas
akan memberikan jawaban terakhir tentang efektivitas manajer perusahaan dan memberikan
gambaran tentang efektivitas pengelolaan perusahaan.
Menurut Agnes Sawir (dalam Donnie Rahardian, 2007) Return on Equity adalah rasio
untuk mengetahui kemampuan manajemen dalam menghasilkan net income (laba bersih sebelum
pajak) ditinjau dari sudut equity capitalnya. Semakin tinggi rasionya akan menunjukkan hasil
yang semakin baik. Sedangkan Return On Assets adalah rasio untuk mengetahui kemampuan
manajemen dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan berbagai pendapatan.
Semakin tinggi rasionya akan menunjukkan hasil yang semakin baik.

2.1.1 Perputaran Piutang


Rasio perputaran piutang mengukur berapa kali rata-rata piutang dapat tertagih selama satu
periode. Pengelolaan piutang suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat perputaran
piutangnya,dimana tingkat perputaran piutang merupakan periode terikatnya modal kerja dalam
piutang. Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses
komoditi, penjualan, piutang dan kembali ke kas. Makin cepat perputaran makin baik kondisi
keuangan perusahaan. Periode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya ketentuan
waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Disisi lain, syarat pembayaran
kredit juga akan mempengaruhi tingkat perputaran piutang di mana tingkat perputaran piutang
menggambarkan berapa kali modal yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu tahun
(Irman, 2014).
Menurut Kasmir (dalam Dewi, 2013) Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur barapa lama penagihan piutang selama satu
periode atau berapa kali dana yang ditanamkan dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin
rendah (dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan
semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over investment dalam piutang.

2.1.2 Perputaran Kas


Menurut Menuh (dalam Nina dan Ketut Purnawati, 2013) perputaran kas merupakan
periode berputarnya kas yang dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja
sampai saat kembali menjadi kas-kas sebagai unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya.
Menurut Kasmir (dalam Dewi, 2013) rasio perputaran kas (cash turnover) berfungsi untuk
mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan
dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas
untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Apabila rasio
perputaran kas tinggi, ini berarti ketidakmampuan perusahaan dalam membayar tagihannya.
Sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva
yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas
yang lebih sedikit.

2.1.3 Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap ROA


Persediaan merupakan aktiva yang harus dikelola dengan baik, kesalahan dalam
pengelolaan akan mengakibatkan komponen aktiva lain menjadi tidak optimal, bahkan bias
mengakibatkan kerugian. Pengelolaan dalam hal memanajemen perputaran persediaan bias
sangat menentukan dalam manajemen kelanjutan aktivitas perusahaan.
Menurut Munawir (dalam Nina Sufiana dan Ketut Purnawati, 2013) menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang
disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan
menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. Penelitianyang
mendukung teori ini adalah Irman Deni (2014) yang menyatakan perputaran persediaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Nina Sufiana dan Ni Ketut Purnawati
(2013), dalam hipotesis penelitiannya membuktikan secara empiris bahwa perputaran persediaan
berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Return On LabaBersi Return On LabaBersi


Assets = h   Equity = h  
      Total Aktiva       Modal sendiri

2.1.4 Perputaran Persediaan


Menurut Agnes Sawir (2000:15), rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi
pengelolaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai
efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal
yang ada pada persediaan.

Menurut Moeljadi (dalam Dewi, 2013) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory


Turnover) digunakan untuk mengukur perjalanan persediaan sampai kembali menjadi uang
kas.Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan atau harga pokok dengan
persediaan. Rasio Perputaran Persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam suatu periode. Apabila rasio
yang diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja secara efesien dan likuid persediaan
semakin baik. Demikian pula apabila perputaran persediaan rendah berarti perusahaan bekerja
secara tidak efesien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk.

2.1.5 Pertumbuhan Penjualan


Penjualan merupakan kriteria penting untuk menilai profitabilitas perusahaan dan
merupakan indikator utama atas aktivitas perusahaan (Andrayani, 2013). Pertumbuhan penjualan
adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu Pertumbuhan
penjualan memiliki pengaruh yang strategis bagi perusahaan karenapertumbuhan penjualan
ditandai dengan peningkatan market share yang akan berdampak pada peningkatan penjualan
dari perusahaan sehingga akan meningkatkan profitabilitas dari perusahaan (Pagano dan
Schivardi, 2003). Pengaruh positif dan signifikan pertumbuhan penjualan terhadap profitabilitas
dibuktikan oleh hasil penelitian Hastuti (2010), Jang dan Park (2011), Hansen dan Juniarti
(2014) serta Iqbal dan Zhuquan (2015). Sunarto dan Budi (2009), Nugroho (2011), Santoso dan
Juniarti (2014) dan Sari dkk., menemukan hasil yang berbeda bahwa pertumbuhan penjualan
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Perusahaan dengan
pertumbuhan yang tinggi tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit untuk membiayai
aktivitas operasional perusahaannya. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi salah satunya dari
sumber dana eksternal perusahaan, yaitu dengan hutang.

2.2 Fungsi dan Tujuan Piutang


Fungsi piutang bagi masyarakat adalah menjadi motivator dan dinamisator peningkatan bagi
masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat,memperlancar arus barang dan
arus uang, meningkatkan produktivitas yang ada,meningkatkan daya guna (utility) barang,
meningkatkan kegairahan masyarakat,memperbesar modal kerja perusahaan, dan meningkatkan
income per capita (IPC) masyarakat. Sedangkan untuk tujuan piutang adalah memperoleh
pendapatan dari bunga kredit, memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada,
memenuhi permintaan kredit dari masyarakat, memperlancar lalu lintas pembayaran, menambah
modal kerja pusahaan, dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Hasibuan,
2005:88).

2.3 Jenis -jenis Piutang


Menurut Marlin, et al (2012:194) pada dasarnya piutang dikelompokan menjadi 3 jenis,
antara lain sebagai berikut:
a. Piutang Dagang/Piutang Usaha
Piutang dagang adalah tagihan perusahaan kepada pelanggan sebagai akibat tagihan adanya
penjualan barang atau jasa secara kredit, dimana tagihan tidak disertai dengan surat perjanjian
yang formal, akan tetapi karena adanya unsur kepercayaan dan kebijakan perusahaan.Sedangkan
Piutang usaha ialah piutang pada perusahaan jasa dimana perusahaan memberikan jasa kepada
konsumen yang akan dibayar di kemudian hari sebesar tarif jasa yang telah diberikan. Piutang
dagang/ piutang usaha dalam menyajikan diklasifikasikan sebagai piutang dari pihak berelasi dan
piutang dari pihak ketiga. Kriteria pihak berelasi mengikuti PSAK 7 pengungkapan pihak-pihak
berelasi. Piutang dagang dapat juga dibagi lagi menurut karakteristiknya sehingga ada beberapa
sub komponen piutang dagang/usaha. Piutang dagang/ usaha muncul dari transaksi pendapatan
atau penjualan yang dilakukan secara kredit. Piutang dagang biasanya tidak ada bunga dan
jangka waktu pelunasan singkat tergantung dengan kebijakan kredit yang diberikan.
b. Piutang Non Dagang/Piutang Lainnya
Piutang nondagang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain atau pihak ketiga yang
timbul atau terjadi bukan karena adanya transaksi penjualan barang dagang atau jasa secara
kredit.Jumlah piutang non dagang/lainnyabiasanya tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah
piutang dagang ataupun piutang usaha.
Berikut ini contoh-contoh piutang non dagang:
- Piutang Biaya. Contohnya: asuransi dibayar dimuka, sewa dibayar dimuka, gaji dibayar
dimuka, iklan dibayar dimuka.
- Piutang Penghasilan. Contohnya: piutang jasa, piutang sewa dan piutang bunga.
- Uang muka pembelian (persekot). Contohnya: pembayaran uang muka pembelian suatau
barang yang sebelumnya sudah dipesan terlebih dahulu.
- Piutang lain–lain. Contohnya: piutang perusahaan kepada karyawan,kelebihan membayar pajak
dan piutang perusahaan kepada cabang-cabang perusahaan.

2.4 Piutang Tak Tertagih


Ahmed (2015:67) dalam buku teori akuntansi, menyatakan bahwa piutang tak tertagih
adalah kerugian pendapatan yang memerlukan,melalui ayat jurnal pencatatan yang tepat dalam
akun, penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan yang berkaitan dengan laba dan ekuitas
pemegang saham. Kerugian pendapatan dan penurunan laba diakui dengan mencatat beban
piutang ragu-ragu (atau beban piutang tak tertagih). Beban piutang tak tertagih merupakan biaya
bagi penjual yang memberikan kredit. Menurut Wahyuni (2012) piutang tak tertagih adalah hak
untuk menagih sejumlah uang dari penjual kepada pembeli karena adanya transaksi penjualan
secarakredit yang belum atau tidak bisa dibayarkan tepat pada waktunya.

2.4.1 Jenis-jenis Piutang Tak Tertagih


Menurut Soemarso (2005, h.345) jenis-jenis piutang tak tertagih dikategorikan sebagai
berikut:
- Kredit dalam Perhatian Khusus
Kredit yang termasuk dalam kategori perhatian khusus ini bila memenuhi kriteria:
a) Terdapat tunggakan pembiayaan pokok atau bunga sampai 90 hari.
b) Jarang mengurangi cerungan atau overhead.
c) Hubungan debitur dengan perusahaan baik dan debitur selalu menyampaikan informasi
keuangan secara teratur dan masih akurat.
d) Dokumen kredit lengkap dan pengikat angunan kuat.
e) Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil.

- Kredit Kurang Lancar


Kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar ini bila memenuhi kriteria:
a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang telah melampaui 90 hari.
b) Terdapat cerukan atau overhead yang berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian
operasional dan kekurangan arus kas.
c) Hubungan debitur dengan perusahaan buruk dan informasi keuangan debitur tidak dapat
dipercaya.
d) Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan angunan yang lemah.
e) Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit.
f) Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan.

- Kredit Diragukan
Kredit yang termasuk dalam kategori kredit diragukan ini bila memenuhi kriteria:
a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bunga yang telah melampaui 130 hari sampai
dengan 270 hari.
b) Terjadi cerukan atau overhead yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian
operasional dan kekurangan arus kas.
c) Hubungan debitur dengan perusahaan semakin memburuk dan informasi debitur tidak tersedia
atau tidak dapat dipercaya.
d) Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikat angunan yang lemah.
e) Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit.
- Kredit Macet
Kredit yang termasuk kedalam kategori macet ini bila memenuhi kriteria.
a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan bunga telah melampaui 270 hari.
b) Dokumentasi kredit atau pengikatan angunan tidak ada.

2.4.2 Dampak Piutang Tak Tertagih Terhadap Profitabilitas


Dampak yang timbul akibat piutang tak tertagih :
- Perolehan laba
Laba yang diperoleh di akhir periode akan semakin menurun karena semakin besar beban
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk piutang tak tertagih maka semakin sedikit pula laba
yang diperoleh. Laba yang didapatkan akibat penjualan kredit menjadi evaluasi kinerja
perusahaan pada periode akuntansi sebelumnya untuk meningkatkan pendapatan dan
meminimalkan resiko beban kerugian akibat piutang yang tidak dapat ditagih pada periode
akuntansi selanjutnya.
- Meningkatkan Kerugian
Piutang tak tertagih akan membuat perusahaan mengalami rugi karena beban yang
dikeluarkan untuk jumlah piutang yang tidak dapat ditagih terlalu besar. Perusahaan perlu
melakukan analisa strategi dan pengendalian piutang untuk meminimalkan kerugian yang timbul
akibat piutang tak tertagih.
- Menurunnya kualitas perusahaan
Laba juga sebagai profil perusaahan karena hal tersebut akan menarik investor untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan. Jika laba yang diperoleh sedikit pada periode akhir
periode akuntansi, perusahaan dianggap tidak mampu dalam pengendalian piutang dan
berkurangnya deviden yang didapat. Laba juga sebagai tolak ukur sebuah perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya dan semangat dalam persaingan yang sehat antar perusahaan.
- Menurunnya kesejahteraan anggota perusahaan
Laba yang diperoleh semakin sedikit mengakibatkan turunnya kesejahteraan anggota
sebuah perusahaan, karena dengan laba yang diperoleh akan digunakan untuk modal kegiatan
operasional perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan anggota perusahaan

2.5 Kerangka pikir


Dalam penelitian ini, penelitian akan menganalisis penyebab piutang tak tertagih piutang
pada PD Sinar Cemerlang Bahagia dan dampaknya terhadap profitabilitas. Dengan cara
menganalisis dengan menggunakan metode kuantitatif deskriptif yaitu teknik analisis
pengelolaan data berbentuk angka (numeric). Dalam hal ini penulis melakukan analisis pada data
piutang tak tertagih yang ada pada PD Sinar Cemerlang Bahagia Dengan menghitung
menggunakan alat analisis yang berhubungan dengan rasio perputaran piutang seperti rasio
tingkat perputaran piutang (RTO), rasio rata-rata umur piutang, rasio tunggakan dan rasio
penagihan, kemudian diinterpretasikan untuk mengetahui jumlah piutang tak tertagih dan
dampaknya terhadap profitabilitas perusahaan yang kemudian hasilnya akan memberikan
gambaran bagaimana PD Sinar Cemerlang Bahagia menentukan penyebab dan cara mengatasi
piutang tak tertagihnya serta dampaknya terhadap profitabilitas perusahaan. Serta penulis akan
memberikankesimpulan dan saran dari analisis tersebut.
             
PD Sinar Cemerlang
  Bahagia  

   
   
   
  Penjualan Sistem Kredit  

   
   
   
  Piutang Persediaan Kas  

   
   
   
  Piutang Tak Tertagih  

   
   
   
  Dampaknya terhadap  
  Profitabilitas  
   
             
2.6 Grafik

2.6.1 Grafik Pertumbuhan Penjualan

Grafik Penjualan Bulanan


Dari 01 Jan 2019 s/d 31 Dec 2019

Grafik Penjualan Bulanan

Dari 01 Jan 2020 s/d 31 Dec 2020


Berdasarkan Grafik di atas Pertumbuhan Penjualan mengalami naik turun setiap bulannya.Di
tahun 2019 pertumbuhan penjualan mengalami penurunan namun tidak terlalu anjlok. Sedangkan
di tahun 2020 pertumbuhan penjualan turun anjlok pada bulan Desember 2020.

2.6.2 Grafik Pembayaran Pelanggan

Grafik Rata-rata Pembayaran Pelanggan


Dari 01 Jan 2019 s/d 31 Dec 2019

Grafik Rata-rata Pembayaran Pelanggan


Dari 01 Jan 2020 s/d 31 Dec 2020
Berdasarkan Grafik di atas rata-rata pembayaran pelanggan kepada PD Sinar Cemerlang Bahagia
tahun 2019 terus menurun, banyak toko macet yang susah ditagih dengan berbagai macam alasan
da nada juga yang tokonya kabur meniggalkan hutang kepada PD Siunar Cemerlang Bahagia.
Pada tahun 2020 para pelanggan ada peningkatan, tidak seburuk pada tahun 2019.

2.7 Jurnal peneliti sebelumnya

No Nama Judul Hasil


1 Verlita, Khairani - 2009 Analisis Faktor-Faktor Secara simultan
    Penyebab Piutang Tak (bersama-sama) variabel
    Tertagih Pada Koperasi Faktor Internal dan
    Baitul Malwat Tamwil variable Faktor Eksternal
    (Bmt) Tarbiyah X berpengaruh secara
    Palembang signifikan terhadap Y
      (Piutang Tak Tertagih)
       
2 Mitayani, Dhenok - 2016 Analisis Piutang Tak Pengelolaan piutang tak
    Tertagih Terhadap tertagih pada CV.
    Tingkat Perputaran Berlian Abadi sudah
    Piutang Pada Cv. berjalan dengan baik, hal
    Berlian Abadi Di ini dapat dilihat dari
    Surabaya perhitungan rasio – rasio
      yang berhubungan
      dengan tingkat
      perputaran piutang, yaitu
      RTO, ACP, rasio
      tunggakan dan rasio
      penagihan.
       
3 Syaputera, Khairiani - 2009 Analisis Piutang Tak Berdasarkan hasil
    Tertagih Pada PT. Bima penelitian dan
    Finanace Palembang pembahasan, dapat
      disimpulkan bahwa PT.
      Bima Finance
      Palembang memiliki
      permasalahan pada
      piutang usaha atau
      adanya penunggakan
      piutang, hal ini terjadi
      karena konsumen
      melakukan penunggakan
      pembayaran yang
      melebihi 30 hari dari
      tanggal jatuh tempo
      untuk pembayaran
      angsuran kredit
      mobilnya. Kondisi
      piutang yang tidak
      tertagih pada perusahaan
      dari tahun

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan oleh penulis pada PD Sinar Cemerlang Bahagia Jl.
Kopo Permai II Blok 6A no 19 Kabupaten Bandung.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode Pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
- Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data dimana penulis mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang segala sesuatu kepada responden untuk memperoleh informasi
yang diharapkan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data dengan cara mengajukan
pertanyaan kepada unit organisasi yang terkait dengan bagian piutang pada PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk Unit Corn Dryer Gowa.
- Observasi
Observasi yakni pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan langsung.

3.3 Jenis dan Sumber Data


3.3.1 Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu:
a. Data kualitatif, anlisis yang dilakukan terhadap data-data yang non angka seperti wawancara
dan dokumentasi,atau catatan laporan bacaan dan buku-buku. Data-data ini akan di gunakan
untuk pengembangan analisis yaitu sebagai dasar objektif dalam proses pembuatan keputusan
atau kebijakan dalam rangka memecahkan persoalan yanga ada.
b. Data kuantitatif, analisis yang dilakukan terhadap data yang berbentuk angka dan di peroleh
dalam bentuk laporan keuangan dan dokumen-dokumen yang terkait.
3.3.2 Sumber data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber sebagai
berikut.
a. Data primer
Data primer diperoleh sebagai hasil wawancara langsung dengan pimpinan dan beberapa
karyawan (bagian keuangan,bagian akuntansi,bagian piutang,bagian penagihan,dan bagian
pemasaran)
b. Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan bahan tertulis yang
berasal dari dalam perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai