FAKULTAS EKONOMI
Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasiona Republik Indonesia
Kampus UNKRIS Jariwaringin Telp 021 – 847 9974 – 846 2229 – 31 Faks : 847 9974 846 2461
Pengetahuan tentang nilai valuasi pada suatu perusahaan sangat penting untuk internal ataupun
eksternal, khususnya saat akan diadakannya keputusan akuisisi. Sebagai contoh, jika perusahaan
PT ABC ingin mengakuisisi perusahaan PT XYZ, maka perusahaan PT ABC harus mengetahui
nilai valuasi pada perusahaan PT XYZ tersebut. Kenapa? Karena perusahaan PT ABC harus
membeli perusahaan PT XYZ sesuai dengan nilai valuasinya sendiri, dan sebenarnya hal ini
sudah sangat lumrah dalam dunia bisnis.
Nilai valuasi tersebut bisa berubah-ubah tergantung performa dan kondisi keuangan perusahaan.
Untuk itu, penilaian valuasi ini harus dilakukan secara berkala. Tapi, umumnya harga akuisisi
tersebut harus disepakati antara kedua perusahaan, karena bisa saja nantinya ada perbedaan
pendapat. Jadi, meskipun nilai valuasi pada perusahaan PT XYZ diatas dinyatakan seharga
puluhan miliar rupiah, bisa saja ada perusahaan lain yang nantinya menawar dengan harga
puluhan miliar rupiah. Hal tersebut pun sangat lumrah terjadi di dunia bisnis.
Nilai valuasi pada suatu perusahaan tidak bisa dilakukan secara asal karena harus dilakukan
dengan analisa yang sangat rinci dan juga panjang, mulai dari menghitung seluruh aset, arus kas,
dan hal rinci lainnya. Untuk itu, nilai valuasi pada suatu perusahaan bisa meningkat dan bisa juga
menurun.
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menilai valuasi perusahaan. Jadi, valuasi
adalah suatu nilai yang bisa diukur dengan berbagai metode. Tapi, pada kesempatan kali ini kita
tidak akan membahas bagaimana menghitung nilai valuasi secara lebih rinci karena aspek yang
dihitung di dalamnya akan sangat banyak.
Metode yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan model valuasi absolut dan model
valuasi relatif. Model valuasi absolut ini berhubungan langsung dengan internal perusahaan.
Jadi, pihak perusahaan akan melakukan perhitungan dan menilai valuasi berdasarkan nilai
dasarnya saja, seperti pada arus kas, tingkat perkembangan perusahaan dalam kurun waktu
tertentu, dan profit yang diperoleh dari bisnis. Penilaian tersebut juga tidak berhubungan dengan
perusahaan lain.
Sedangkan untuk model valuasi relatif, maka akan berhubungan dengan perusahaan lain yang
bergerak pada bisnis yang sama. Cara perhitungannya adalah dengan membandingkan besaran
pendapatan dan hal lainnya yang berhubungan dengan perusahaan lain.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa nilai valuasi sangat bergantung pada performa
perusahaan. Apabila performanya bagus, maka tingkat valuasinya pun akan tinggi. Dalam hal ini,
perusahaan tidak bisa berdiam diri saja karena harus melakukan berbagai strategi yang baru agar
mampu menarik para investor untuk mengembangkan bisnisnya.
Sebaliknya, jika nilai valuasi perusahaan sedikit dan bahkan mengalami kemunduran secara
kontinyu, maka perusahaan pun harus segera mengambil tindakan cepat untuk mencegah
kebangkrutan. Salah satu cara yang sering kali digunakan adalah dengan menjualnya ke
perusahaan lain atau melakukan merger dengan perusahaan lain.
Mendatangkan Investasi
Seperti yang sudah sedikit disinggung sebelumnya, nilai valuasi yang menjanjikan pasti akan
lebih mudah untuk menggerakan investor dalam menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Salah satu cara tercepat bagi perusahaan untuk bisa memperoleh yang besar adalah dengan
mengandalkan investasi. Sehingga, perusahaan bisa lebih besar dan berpotensi untuk melakukan
ekspansi pada bidang lainnya.
Seluruh skala bisnis perusahaan memang sudah sepatutnya memiliki nilai valuasi, khususnya jika
ingin melakukan strategi waralaba. Strategi ini dinilai cukup ampuh untuk mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan di bidang kuliner. Mereka biasanya akan menjual hak ciptanya pada
mereka yang ingin membuka usaha yang sama di tempat lainnya
Penilaian internal memang sudah seharusnya dilakukan perusahaan. Dengan begitu, pengusaha
akan mengetahui apakah perusahaannya sedang sehat atau sebaliknya.
Diatas sudah kita bahas bersama bahwa valuasi adalah suatu upaya penilaian dengan nominal
uang atas suatu barang atau jasa dengan menilai berbagai aspek yang berhubungan di
dalamnya. World Intellectual Property Organization/WIPO menjelaskan bahwa valuasi adalah
suatu upaya mengidentifikasi dan juga menilai manfaat keuangan atas suatu aset.
Sedangkan profit bisnis adalah keuntungan yang didapatkan dari bisnis yang perusahaan
jalankan. Profit sangat berbeda dengan omset, karena omset adalah laba kotor, sedangkan profit
adalah laba bersih. Untuk itu, profit adalah hasil penjualan uang sudah dikurangi dengan harga
pokok penjualan dan biaya operasional bisnis.
Kombinasi perhitungan valuasi bisnis dan profit akan membuat perusahaan menjadi kuat. Oleh
karena itu, keduanya saling berhubungan.
Jika Anda ingin mendapatkan profit yang lebih besar secara terus menerus, maka nilai valuasi
harus lebih tinggi. Berbagai aspek yang terdapat di dalam perusahaan harus dirapikan lagi agar
bisa mendapatkan valuasi yang bagus.
Perlu Anda ketahui bahwa banyak perusahaan startup di Silicon Valley, Amerika Serikat yang
sudah berkembang menjadi besar karena mereka mengikuti perkembangan masyarakat
disekitarnya. Mereka melakukan perubahan yang sifatnya eksponensial, buka linear, selama
minimal 10 tahun. Untuk itu, Anda harus memerhatikan banyak aspek dalam membangun suatu
bisnis.
Perlu Anda sadari bahwa lingkungan masyarakat akan terus berubah-ubah. Untuk itu, Anda
memerlukan perubahan jika perusahaan Anda ingin terus eksis. Inovasi harus dilakukan pada
berbagai hal, baik itu pada hal kecil maupun hal lain diluar linear perusahaan.
Contoh sederhananya adalah di bidang teknologi. Saat ini, dunia sedang marak dengan adanya
kecerdasan buatan atau Artificial Intelligent/AI. Teknologi ini menjadi salah satu fokus
pengembangan pada perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi.
Penerapan AI dalam hal teknologi ini mampu membantu para pekerja dalam melakukan aktivitas
sehari-harinya. Sehingga, kemungkinan besar akan terjadi perubahan kebiasaan karena sudah
diambil alih oleh kecerdasan buatan.
Beberapa contoh teknologi berbasis AI ini bisa kita temukan dengan mudah di aplikasi google
home, google search, google news atau games. Beragam aplikasi tersebut terbukti mampu
memudahkan dan membantu pekerjaan kita.
Adanya teknologi AI juga mampu merubah kebiasaan orang. Jika waktu dulu kebanyakan orang
rela berlangganan koran hanya demi mengetahui berita terkini, maka kondisi itu sudah berubah.
Dengan hanya menggunakan smartphone atau komputer, maka kita sudah bisa mendapatkan
banyak berita dengan cepat.
Dalam dunia bisnis sendiri, AI memiliki banyak sekali fungsi, khususnya dalam hal keefektifan
dan keefisienan pekerjaan. Berbagai keputusan dan kebijakan bisnis juga nantinya akan lebih
mudah untuk ditetapkan.
Selain itu, penghimpunan data juga akan mudah dilakukan dan disimpan dengan baik, terlebih
lagi data adalah aset yang sangat penting dalam suatu bisnis.
Ada banyak sekali hal yang harus Anda perhatikan dalam merintis suatu bisnis. Jadi, Anda tidak
hanya harus fokus pada profit saja, tapi juga ada aspek lain yang harus diperhatikan. Jika tidak,
maka sistem yang berlaku diperusahaan akan memburuk dan mempengaruhi profit usaha Anda.
Oleh karena itu, valuasi dan profit sangatlah penting dalam perkembangan bisnis. Pantaulah
valuasi bisnis Anda secara berkala agar mampu meningkatkan pendapat profit bisnis Anda.
Selain itu, pastikanlah agar konsumen Anda mendapatkan keuntungan atas produk yang Anda
jua.
Sehingga, nantinya akan ada rasa saling menguntungkan yang terjadi antara penjual dan pembeli.
Untuk itu, pahami pentingnya valuasi dan profit bisnis Anda. Nah untuk memudahkan Anda
dalam menghitung valuasi dan profit bisnis, maka Anda bisa coba menggunakan aplikasi
akuntansi dari Accurate Online.
Dengan menggunakan aplikasi akuntansi ini, maka Anda akan lebih mudah dalam melakukan
berbagai proses akuntansi, mulai dari laporan arus kas, laporan laba rugi, hingga laporan
keuangan.
Accurate Online juga akan memudahkan Anda dalam melakukan berbagai proses akuntansi yang
rumit. Jadi, Anda bisa mencatat seluruh transaksi laporan keuangan Anda dengan cepat. Selain
itu, Anda juga bisa mengelola stok barang, aset perusahaan, sampai dengan mengelola utang-
piutang perusahaan secara instan.
Sumber : Valuasi Adalah: Pengertian, Cara Menghitung, dan Bedanya dengan Profit Bisnis -
Accurate Online
MATERI 8
Cost Of Capitasl (COC)
Apa itu Cost Of Capital
Cost of capital sangat perlu dipahami oleh perusahaan yang ingin melakukan investasi dengan
cara mendirikan bisnis baru, karena bisa digunakan untuk menentukan nilai biaya yang secara riil
harus ditanggung oleh perusahaan guna mendapatkan modal.
Dilansir dari laman investopedia, cost of capital adalah suatu pengeluaran yang dibutuhkan
untuk membuat proyek anggaran modal, seperti membuat pabrik baru. Saat tim analis dan
investor mendiskusikan cost of capital, maka mereka akan lebih fokus untuk menghitung biaya
rata-rata daripada biaya utang perusahaan dan biaya ekuitas yang digabungkan.
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas bisa kita simpulkan bahwa cost of capital adalah suatu biaya
yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan guna mendapatkan pendanaan. Terdapat dua sumber
pendanaan yang bisa dimiliki oleh perusahaan, yaitu ekuitas dan utang jangka panjang. Jadi, cost
of capital adalah kombinasi dari cost of equity dan cost of debt.
Lalu, cost of capital pun dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu cost of capital individu dan cost of
capital keseluruhan. Secara individu, maka cost of capital bisa berbentuk hutang perniagaan,
utang jangka pendek, utang wesel, biaya modal laba ditahan, dll.
Sedangkan pada cost of capital secara keseluruhan, maka terdapat biaya rata-rata tertimbang
pada beberapa sumber modal yang digunakan. Hal ini juga sering kali disebut dengan Weighted
Average Cost of Capital (WACC).
Manfaat Menghitung Biaya Modal
Dalam manajemen akuntansi keuangan, konsep dari biaya ini sangatlah penting, karena modal
juga kerap kali digunakan sebagai discount rate perusahaan, yakni guna menghitung nilai
perusahaan dan juga menentukan apakah kegiatan perusahaan tersebut sudah layak untuk
dijalankan.
Jika proyek ataupun kegiatan perusahaan tersebut mampu menghasilkan tingkat pengembalian
yang ternyata lebih besar daripada cost of capital, maka investasi tersebut bisa memberikan nilai
tambah. Tapi bila ternyata pengembaliannya lebih kecil, maka kegiatan tersebut akan
mengurangi nilai perusahaannya.
Setidaknya ada tiga alasan penting kenapa cost of capital harus diperhitungkan. Pertama, guna
memaksimalkan nilai perusahaan, setiap biaya harus bisa diminimalisir, termasuk di dalamnya
biaya modal.
Kedua, estimasi biaya modal sangat dibutuhkan dalam mengambil keputusan untuk bisa
menganggarkan modal. Ketiga, keputusan seperti halnya leasing dan juga modal kerja pun
diperlukan untuk melakukan estimasi biaya.
Faktor yang Mempengaruhi Cost of Capital
Setidaknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi cost of capital, yaitu:
Kondisi umum perekonomian. Hal ini bisa menentukan hasil tanpa resiko ataupun
tingkatan yang bebas risiko
Daya jual saham perusahaan. Jika daya jual saham meningkat, maka nilai hasil minimum
yang bisa diperoleh investor pun akan menurun, sehingga modal perusahaan akan
menipis.
Kebijakan operasi dan juga pendanaan yang dibuat pihak manajemen. Bila manajemen
menyetujui adanya pembiayaan modal risiko tinggi atau menggunakan utan dan saham
secara lebih ekstensif, maka risiko perusahaan juga akan meningkat. Jika kondisi ini
terjadi, maka biasanya para investor akan menuntut nilai minimum yang lebih tinggi.
Cara Menghitung Cost of Capital
Terdapat beberapa tahapan yang harus Anda lakukan untuk menghitung cost of capital, terutama
pada biaya modal rata-rata tertimbang atau WACC. Berikut ini adalah rumusnya.
WACC = [Wd x Kd (1-tax)] + [Wp x Kp] + [Wr x Kr] + [We x Ke]
Keterangan:
WACC adalah biaya modal rata-rata tertimbang, Wd adalah proporsi hutang dari modal, Wp
adalah proporsi saham preferen dari modal, Wr adalah proporsi saham laba ditahan dari modal,
We adalah proporsi saham biasa baru, Kd adalah biaya utang, Kp adalah biaya saham preferen,
Kr adalah biaya laba ditahan, dan Ke adalah biaya saham biasa baru.
Terdapat banyak sekali faktor yang mempengaruhi WACC, seperti kondisi pasar, struktur modal
perusahaan, kebijakan dividen dan juga kebijakan investasi.
Mengidentifikasi Sumber Dana
Cara pertama yang harus Anda lakukan untuk mengidentifikasi sumber dana yang Anda
dapatkan. Terdapat dua sumber dana yang biasanya diperoleh, yakni utang dan juga saham.
Utang bisa berupa utang pada bank atau utang dengan memanfaat obligasi.
Pihak pemberi utang akan memperoleh keuntungan berupa bunga. Selain itu, saham juga
berbentuk private placement atau saham dari pasar sekunder. Namun, beberapa pihak ada yang
menyebutnya sebagai saham preferen.
Menghitung Biaya Modal Individual
Berikut ini adalah studi kasus untuk cara penghitungan utang jangka pendek:
Sebut saja cash discount yang hilang dalam waktu 1 tahun milik PT ABC adalah Rp5.000.000
dan utang perniagaannya adalah sebanyak Rp50.000.000, maka:
Biaya modal sebelum pajak adalah Rp5 juta/Rp50.000.000 x 100% = 10%
Jika pajaknya ternyata 40%, maka:
Biaya modal sesudah pajak adalah 10% x (100%-40%) = 6%
Berikut ini adalah contoh perhitungan utang jangka panjang:
Suatu obligasi diterbitkan dengan nilai nominal per lembarnya adalah Rp100 juta untuk umur 10
tahun. Nah, hasil penjualan neto yang diterima adalah Rp97.000.000. bila bunga obligasinya
adalah 4% per tahun, maka berapakah nilai cost of bond nya?
Dana rata-rata selama 10 tahun berdasarkan soal di atas adalah Rp100.000.000 + Rp97.000.000/2
= Rp98.500.000
Selisihnya dialokasikan untuk 10 tahun yakni Rp3.000.000/10 tahun = Rp300.000 (ditambah
dengan bunga yaitu 4% x Rp100.000.000=Rp4.000.000)
Beban per tahun atau average annual cost yang diperoleh adalah Rp4.000.000 + Rp300.000 =
Rp4.300.000
Jadi, biaya rata-rata per tahunnya adalah sebagai berikut: (Rp4.300.000/Rp98.500.000) x 100% =
4,4%
Lantas, Jika tingkat pajaknya 25%, maka biayanya sebesar 4,4% x (100%-25%)= 3,3%.
Menghitung WACC
Untuk rumus menghitung biaya WACC adalah [Wd x Kd (1-tax)} + [Wp x Kp] + [Ws x (Ks atau
Ksb)]
Dalam hal ini, Wd adalah proporsi utang dari modal, kd adalah biaya utang, wp merupakan
proporsi saham preferen dari nilai modal, kp merupakan biaya saham preferen, ws ialah proporsi
saham biasa ataupun laba ditahan dari sumber modal, ks adalah biaya laba ditahan, dan ksb ialah
biaya saham biasa yang baru.
Struktur Cost of Capital
Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa tugas penting para manajer keuangan adalah
mencari keseimbangan finansial di dalam laporan keuangan perusahaan. Keseimbangan finansial
ini bisa dilihat dengan mudah di dalam laporan neraca.
Di dalam neraca, pasti ada dua sisi, yaitu sisi aktiva dan juga sisi pasiva. Sisi aktiva ini terdiri
dari akun aset. Aset ini akan menunjukkan struktur kekayaan milik perusahaan., sementara pada
sisi pasiva akan terdiri dari akun utang dan juga modal. Dengan melihat sisi pasiva tersebut, kita
bisa mengetahui tingkat struktur keuangan dan juga struktur modal perusahaan.
Struktur modal yang maksimal akan mampu meminimalisir biaya penggunaan modal secara
menyeluruh atau biaya modal rata-rata, sehingga nilai yang ada pada sebuah perusahaan akan
menjadi maksimal. Untuk itu, menentukan struktur modal sangatlah penting.
.
Sumber : Cost of Capital Adalah: Pengertian, Konsep, Manfaat dan Cara Menghitungnya -
Accurate Online
Materi 9
Leasing
Apa itu Leasing
Apa yang dimaksud dengan leasing (sewa guna usaha)? Secara umum, pengertian
leasing adalah suatu kegiatan pembiayaan peralatan atau barang modal, baik dengan hak opsi
maupun tanpa hak opsi, untuk digunakan oleh nasabah selama jangka waktu tertentu dimana
pembayarannya dilakukan dengan cara angsuran.
Pendapat lain mengatakan pengertian leasing adalah suatu perjanjian antara pemilik aktiva/
barang (lessor) dengan nasabah (lessee), dimana pihak lessor menyediakan barang modal yang
dibutuhkan oleh lesse untuk kegiatan produksi, dan sebagai imbalannya pihak lesse melakukan
pembayaran kepada lessor dalam waktu tertentu.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991, pengertian leasing (sewa guna
usaha) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa
guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
lease) untuk digunakan oleh nasabah selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara berkala.
Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa leasing terdiri dari beberapa elemen, yaitu:
Pembiayaan perusahaan
Penyediaan barang-barang modal
Pembayaran jangka waktu tertentu
Adanya nilai sisa yang disepakati
Adanya hak pilih
Pembayaran secara berkala
Andanya pihak lessor
Adanya pihak lessee
Jenis-Jenis Leasing
Pada praktiknya, leasing dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Adapun beberapa jenis leasing
adalah sebagai berikut:
1. Capital Lease
Capital lease adalah jenis leasing yang perusahaannya berasal dari lembaga keuangan. Umumnya
jenis leasing ini dapat melayani nasabah yang membutuhkan kebebasan dalam menentukan
barang/ modal dengan spesifikasi yang diinginkan.
Dalam praktiknya, lessor mengeluarkan dananya untuk membayar barang yang dibutuhkan
kepada supplier dan kemudian diserahkan kepada nasabah. Lessor akan mendapatkan imbalan
dari nasabah dalam bentuk pembayaran secara berkala dalam waktu tertentu sesuai kesepakatan
bersama.
2. Operating Lease
Operating lease adalah jenis leasing dimana pihak lessor melakukan pembelian barang dan
kemudian disewakan kepada nasabah dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini, nasabah hanya
membayar biaya rental barang saja, sedangkan harga barang dan biaya lainnya ditanggung oleh
lessor.
3. Sales Type Lease
Sales Type Lease (lease penjualan) adalah jenis leasing yang umumnya dilakukan oleh
perusahaan industri yang menjual lease barang dari hasil produksinya. Pada umumnya terdapat
dua jenis pendapatan yang diakui, yaitu;
Pendapatan dari haril penjualan barang
Pendapatan dari bunga atas pembelanjaan selama jangka waktu lease.
4. Leverage Lease
Leverage lease adaah jenis leasing yang melibatkan pihak ketiga (credit provider). Dengan kata
lain, lessor tidak melakukan pembiayaan objek leasing sebesar 100% dari harga barang,
melainkan hanya sekitar 20% – 40% saja. Sedangkan sisa harga barang tersebut dibiayai oleh
pihak ketiga.
5. Cross Border Lease
Cross Border Lease adalah jenis leasing yang dilakukan antar negara. Dengan kata lain, lessor
dan lessee tidak berada dalam satu negara tetapi di dua negara yang berbeda.
Pada umumnya cross border lease hanya melakukan leasing untuk barang yang nilainya sangat
besar. Misalnya pesawat terbang bentukan Airbus dan Boeing.
Baca juga: Lembaga Keuangan
Kelebihan dan Manfaat Leasing
Pengadaan barang atau modal dengan cara leasing tentunya dapat memudahkan perusahaan
dalam mendapatkan barang sesuai kebutuhan. Adapun beberapa keuntungan dan manfaat leasing
adalah sebagai berikut:
1. Fleksibel; struktur kontrak dalam leasing dapat disesuaikan dengan kebutuhan lessee.
Dengan begitu, jangka waktu lease dan besarnya biaya yang dikeluarkan dapat
disesuaikan dengan kondisi keuangan nasabah.
2. Tidak Perlu Jaminan; dalam leasing, hak kepemilikan sah atas aktiva yang di-lease
serta pembayaran lease sesuai pendapat oleh aktiva dapat menjadi jaminan bagi lease itu
sendiri.
3. Capital Saving; lembaga pembiayaan pada umumnya memberikan pembiayaan sebesar
100% kepada nasabahnya. Dengan begitu, lesse dapat menggunakan dananya untuk
keperluan lain guna meningkatkan produktivitasnya.
4. Pelayanan yang Cepat; biasanya prosedur pembiayaan cukup sederhana dan cepat,
mulai dari pengajuan hingga pada realisasinya. Dengan kemudahan tersebut tentu akan
meningkatkan efisiensi waktu bagi kegiatan perusahaan sehingga dapat lebih produktif.
5. Terhindar dari Inflasi; dalam leasing, nasabah dapat terhindar dari kerugian akibat
inflasi atau penurunan nilai mata uang karena pembayaran sesuai dengan satuan moneter
sebelumnya.
6. Ada Kepastian Hukum; baik pihak lessor maupun lesse mendapatkan kepastian hukum
karena adanya peraturan yang tidak dapat dibatalkan meskipun keadaan perekonomian
mengalami perubahan.
7. Cara Mendapatkan Aktiva; seringkali leasing merupakan satu-satunya pilihan ketika
perusahaan ingin melakukan modernisasi untuk peningkatan produktivitas namun
kesulitan dalam hal pendanaan.
Dalam transaksi leasing terdapat beberapa istilah yang umum digunakan. Mengacu pada
pengertian leasing, adapun beberapa istilah leasing adalah sebagai berikut:
1. Lease; yaitu kontrak sewa atas penggunaan harta dengan jumlah sewa tertentu di dalam
periode tertentu.
2. Lessee; yaitu pihak nasabah atau pengguna, baik perorangan maupun perusahaan yang
menggunakan modal dari pembiayaan perusahaan leasing.
3. Lessor; yaitu pihak pemilik aktiva/ barang modal yang akan di-lease.
4. Lease Term; yaitu jangka waktu lease yang sifatnya mutlak dan tidak dapat dibatalkan.
5. Residual Value; yaitu nilai leased asset yang diprediksi dapat direalisasikan saat
memasuki akhir periode sewa.
Sumber : Pengertian LEASING adalah: Arti, Jenis, Manfaat, dan Contoh Leasing
(maxmanroe.com)
Materi 10
Manajemen Modal Kerja
Apa itu Manajemen Modal kerja
Manajemen modal kerja terdiri dari dua unsur, yakni aktiva dan kewajiban lancar. Dalam dunia
akuntansi, manajemen modal kerja adalah suatu strategi dalam memelihara tingkat
keseimbangan aset lancar dan juga kewajiban lancar, seperti mengelola arus kas, persediaan,
serta utang dan piutang perusahaan.
Manajemen modal kerja memiliki peran yang sangat penting dalam suatu bisnis, setiap
keputusan dari manajemen bisa berdampak secara langsung pada peningkatan laba, risiko,
penjualan dan juga harga saham perusahaan.
Hal tersebut pun berhubungan langsung dengan penjualan yang meningkat serta dana yang
diperlukan untuk biaya aktiva lancar.
Tujuan Manajemen Modal Kerja
Tujuan dilakukannya modal kerja adalah agar suatu bisnis bisa mengelola aset lancar dan utang
lancar. Sehingga, bisa memperoleh modal kerja atau neto yang lebih baik dan menjamin tingkat
likuiditas pada suatu bisnis.
Aktiva lancar ini bisa berbentuk kas, sekuritas, piutang, persediaan, dan juga pendanaan yang
diperlukan untuk mendukung aset lancar. Nah, tujuan lain dari dilakukannya modal kerja antara
lain adalah sebagai berikut:
Memenuhi laba ataupun rugi suatu bisnis
Memaksimalkan dana dari pemilik saham arena mempunyai rasio keuangan yang lebih
positif
Mampu menghargai modal kerja agar pembayaran kebutuhan bisa dilakukan secara tepat
waktu
Mampu melindungi perusahaan dari terjadinya krisis modal kerja.
Konsep Modal Kerja
1. Konsep Kuantitatif
Konsep kuantitatif pada manajemen modal kerja adalah pada kuantitas ataupun jumlah biaya
yang terdapat di dalam unsur aktiva lancar. Aktiva lancar juga mempunyai dana yang berputar
kembali dalam waktu yang cenderung lebih pendek ataupun dalam bentuk semulanya.
Jadi, modal kerja dalam konsep kuantitatif adalah seluruh jumlah dari aktiva lancar milik
perusahaan. modal kerja dalam makna ini juga dikenal dengan modal kerja bruto.
2. Konsep Kualitatif
Bila pada konsep kualitatif hanya berkaitan dengan jumlah aktiva lancar saja, nah dalam konsep
kualitatif ini modal kerja akan sangat berkaitan dengan jumlah utang lancar ataupun utang yang
pembayarannya harus segera dibayarkan.
Untuk itu, sebagian aktiva lancar harus tersedia agar bisa membiayai kewajiban finansial
perusahaan yang harus segera dilakukan, tidak boleh digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan.
Tujuan utamanya adalah agar pihak perusahaan mampu menjaga tingkat likuiditasnya. Modal
kerja kualitatif pun sering disebut dengan modal kerja neto.
3. Konsep Fungsional
Dasar utama dalam konsep fungsional adalah biaya yang tersimpan sebagai modal dan juga dana
yang dikeluarkan mempunyai fungsi dalam memperoleh pendapatan bisnis.
Konsepnya adalah sebagai biaya akan digunakan agar bisa menghasilkan pendapatan dalam
periode akuntansi atau yang biasa disebut dengan current income. Nah, sebagian biaya lain juga
digunakan pada periode akuntansi ini, namun tidak semua dana tersebut digunakan agar bisa
mendapatkan current income.
Sebagian dari dana tersebut juga digunakan untuk bisa menghasilkan pendapatan ataupun untuk
periode akuntansi selanjutnya yang umumnya dikenal dengan future income.
Contoh sederhananya, katakanlah ada suatu bisnis yang melakukan penanaman modal pada
sebagian dananya pada instrumen obligasi pemerintah. Lalu, dana tersebut ternyata berhasil
menghasilkan current income dalam wujud bunga ataupun income.
Bisnis pakaian ini sebenarnya dibuat untuk melakukan perdagangan pakaian, bukan untuk
melakukan investasi. Jadi, dana yang diinvestasikan pada instrumen obligasi tersebut nantinya
dapat diinvestasikan dalam bisnis tekstilnya, seperti pengembangan bisnis dengan cara membeli
suatu mesin ataupun bahan baku baru. Nah, dana inilah yang dikategorikan sebagai modal kerja
potensial ataupun potential working capital.
Seperti yang kita ketahui, kas dan persediaan adalah salah satu bentuk dari modal kerja yang
dimiliki oleh suatu bisnis. Sebagian piutang perusahaan juga termasuk dalam modal kerja dan
sebagian yang lainnya masuk pada potensial modal kerja.
Jika suatu bisnis menjual produk barangnya dengan sistem kredit, maka bisnis tersebut tentu
mempunyai piutang dagang yang besarnya mampu mencakup hasil penjualan dan juga
keuntungan. Piutang yang diinvestasikan dalam bentuk produk yang terjual juga bisa
dikategorikan menjadi modal kerja.
Contohnya, katakanlah ada suatu perusahaan yang menjual laptop dengan tingkat profit margin
sebanyak 40%. Perusahaan tersebut mempunyai piutang sebanyak 12 juta, untuk itu, 40% dari 12
juta adalah 4,8 juta. Ini sudah termasuk modal kerja potensial dan 60% dari dana tersebut, yakni
7,2 juta adalah modal kerja.
Non working capital adalah dana yang tidak mampu menghasilkan current income. Jika ternyata
mampu menghasilkan current income, maka umumnya tidak akan sesuai dengan tujuan utama
dari didirikannya usaha tersebut.
Dana yang diinvestasikan dalam aset tetap bisa kita sebut dengan non working capital.
Umumnya, suatu perusahaan manufaktur mempunyai dana yang diinvestasikan pada mesin
sebanyak 50 juta rupiah dengan waktu penggunaan selama 5 tahun.
Nah, pengeluaran yang diperlukan untuk pesan tersebut mempunyai dua tujuan utama, yakni
sebagian uang yang sebanyak 10 juta rupiah berguna untuk menghasilkan current income di
dalam periode akuntansi itu sendiri. Sedangkan sisanya, digunakan untuk menghasilkan
pendapatan pada periode akuntansi selanjutnya atau future income.
Jadi, porsi dari aset tetap yang termasuk ke dalam modal kerja tersebut adalah depresiasi periode
tersebut, yakni 10 juta rupiah, sedangkan sisa yang dimiliki di akhir tahun pertama sebanyak 40
juta rupiah, termasuk non working capital.
Penentuan Jumlah Modal Kerja
Jumlah modal kerja yang diperlukan dalam suatu bisnis harus bisa diperhitungkan dengan baik
oleh semua pihak profesional, seperti oleh Chief Finance Officer (CFO) atau oleh manajer
keuangan agar tidak kekurangan ataupun kelebihan modal.
Modal bisa mengalami perubahan, karena terjadi perubahan penjualan. Contohnya, jika
mengalami peningkatan penjualan, maka modal kerja pun akan turut membesar. Namun, jumlah
modalnya akan tergantung pada setiap aset lancar.
Biasanya, jumlah keperluan modal kerja dalam suatu bisnis sangat tergantung pada dua hal,
yakni jumlah operasi pokok atau penjualan, serta perputaran modal kerja.
Untuk jumlah operasi pokok atau penjualan, semakin besar penjualan atau operasi pokoknya,
maka keperluan modal bisnis pun akan semakin besar, pun begitu juga sebaliknya.
Sedangkan untuk perputaran modal kerja, semakin cepat perputaran modal kerja, maka modal
yang diperlukan juga akan relatif lebih besar. sebaliknya, bila perputaran modalnya melambat,
maka modal yang diperlukan pun akan lebih sedikit.
Sumber : Manajemen Modal Kerja: Pengertian, Konsep dan Cara Menghitungnya - Accurate
Online
Materi 11
Manajemen Kas