NIM: 17010109/M
KELAS: 02
Manfaat menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis adalah untuk
menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang di harapkan
dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya
modal awal, kemampuan untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah
ditentukan dan menilai apakah perusahaan akan dapat berkembang terus.
2. Sumber-sumber permodalan
1. Dana Sendiri
Menggunakan dana sendiri paling banyak dilakukan oleh pengusaha dalam memodali
usahanya. Pemakaian dana ini dimungkinkan bila memiliki simpanan uang tunai di bank
ataupun berupa reksadana.
Dengan dana pribadi ini, kita bisa lebih fleksibel dalam pemakaian jumlah dana sewaktu-
waktu, serta bebas mengalokasikan dana sesuai dengan keputusan sendiri. Sekaligus anda
akan terbebas dari bunga, pemotongan keuntungan dan tidak perlu membagi hasil dengan
pihak lain.
Meskipun demikian terkadang menggunakan dana sendiri juga memilki kelemahan seperti
kurangnya kontrol dalam pemakaian dana, lalai dalam pencatatan keuangan, dan bila merugi
maka harus menanggung kerugian sendiri.
2. Dana pinjaman
Jika anda tidak mempunyai simpanan dana pribadi dan kekurangan dana, maka alternatif
lainnya adalah dana pinjaman. Berikut ini adalah berbagai macam alternatif dana pinjaman
(terutama kredit perbankan) :
a. Kredit Usaha
Kredit usaha pada berbagai Bank dikemas dengan nama yang berbeda. Kredit usaha
diberikan sesuai dengan jenis usaha masing-masing. Biasanya kredit usaha perbankan
dibedakan menjadi kredit investasi dan kredit modal kerja, atau mungkin juga gabungan
keduanya. Bagi pengusaha yang hendak mengambil fasilitas kredit ini harus mempelajari dan
memenuhi persyaratan yang dibutuhkan. Dianjurkan untuk mencari kredit usaha pada bank
yang mendukung UKM dan Bank pemerintah, mengingat suku bunga yang rendah.
Beberapa lembaga perbankan meluncurkan program Kredit Tanpa Agunan (KTA), yaitu
kredit perorangan yang tidak menggunakan agunan sebagai jaminan untuk keperluan
konsumtif. Untuk para pemula usaha, kredit ini dapat menjadi salah satu sumber pendanaan
bagi yang tidak memerlukan kredit dalam jumlah besar. Umumnya kredit yang diberikan
berkisar 5 juta sampai maksimal 150 juta, dengan jangka waktu yang beragam. Bagi yang
ingin mendirikan usaha baru mungkin akan kesulitan mendapatkannya. Namun jika anda
masih berprofesi sebagai karyawan, maka anda bisa menggunakan profesi tersebut untuk
mendapatkan kredit ini guna membangun usaha.
Fasilitas kredit dari BPR relatif lebih mudah persyaratan dan prosesnya dibandingkan di bank
umum. BPR melayani orang-orang yang butuh pendanaan usaha, terutama UKM, dengan
sistem dan persyaratan yang cenderung mudah. Tapi harus diingat tingkat bunganya
cenderung lebih tinggi dari bank umum, dengan jangka waktu yang relatif lebih singkat.
Leasing ialah program pendanaan yang diberikan oleh suatu lembaga keuangan yang
berbentuk perusahaan pendanaan, dimana pinjaman tersebut diberikan tidak berupa uang
tunai, namun berupa pembelian aset bergerak perusahaan seperti kendaraan bermotor.
Sedangkan lease back adalah pinjaman yang diberikan pada usaha yang membutuhkan dana
tunai dengan jaminan BPKB kendaraan bermotor yang dimiliki.
e. Perum Pegadaian
Suatu lembaga keuangan yang dimiliki pemerintah untuk menyalurkan pinjaman dengan
jaminan barang tertentu, dengan tingkat bunga yang relatif rendah dan dihitung per 2
mingguan. Anda bisa memilih produk pegadaian yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan
usaha, seperti KCA (Kredit Cepat Aman), Krasida (Kredit Angsuran Sistem Gadai), ataupun
Kreasi (Kredit Angsuran Sistem Fiducial).
f. Koperasi
Koperasi yang menyalurkan pendanaan adalah koperasi kredit (Kopdit) ataupun KSP
(koperasi simpan pinjam). Umumnya persyaratan yang diperlukan adalah anda harus menjadi
anggota dari koperasi tersebut. Dengan menjadi anggota dan melakukan simpanan, maka
anda berhak untuk mendapatkan fasilitas kredit. Sebab pada umumnya, koperasi hanya
melayani kredit bagi anggotanya saja.
g. Pinjaman BUMN
Dana yang digunakan sebagai pinjaman dari BUMN adalah dana kemitraan yang sebagian
berasal dari laba perusahaan yang disisihkan untuk pengusaha kecil. Program dana kemitraan
ini disebut juga Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN. BUMN yang
memiliki program kemitraan ini antara lain PT Jamsostek, Pertamina, PT GAs Negara, dan
sebagainya. Untuk informasi ini dapat dicari di Kementrian BUMN)
Kalau memiliki teman atau kerabat yang berpotensi memiliki dana lebih dapat dinegosiasikan
untuk ikut serta menjadi pemodal dalam jumlah besar ataupun sebagian kecil dari bisnis anda.
Usahakan membuat perencanaan konsep rumah makan yang matang lalu lakukan presentasi
dan kemudian negosiasikan mengenai kebutuhan modal, jumlah, jangka waktu, dan
pembagian hasil dari keuntungan usaha setiap bulannya. Jangan lupa untuk membuat daftar
nama relasi yang potensial sebelumnya, untuk mendapatkan peluang pinjaman yang lebih
besar.
Operating Cash Flow adalah kas yang timbul dari kegiatan operasional perusahaan yang
berkaitan dengan penerimaan, pengeluaran, pendapatan dan biaya-biaya. Kas inilah yang
menggambarkan bagaimana perusahaan mendapatkan profit dan mengubahnya menjadi kas.
Contoh: penjualan tunai, uang muka, hutang lancar, pembelian inventori, pembayaran biaya
operasional (listrik, telepon, air), pengiriman barang, gaji pegawai dan lain-lain.
Jika OCF positif (+) artinya perusahaan sehat, jika negatif (-) artinya perusahaan sakit atau
bleeding.
Investing Cash Flow adalah kas yang muncul dari kegiatan investasi atau yang berkaitan
dengan jual-beli aset. Contoh: jual-beli property perusahaan, jual-beli saham perusahaan lain,
reksadana, deposito, emas dan-lain-lain.
Jika ICF positf (+) artinya uang masuk ke perusahaan. Jika ICF negatif (-) artinya uang keluar
dari perusahaan. ICF yang positif terus-menerus justru sebetulnya kurang baik sebab itu
artinya pemegang saham/owner harus terus menyetor modal untuk membiayai perusahaan.
ICF negatif (-) terus menerus justru bagus sebab artinya perusahaan menghasilkan uang
untuk para pemegang saham.
3. Financing Cash Flow (FCF)
Financing Cash Flow adalah kas yang muncul dari kegiatan hutang dari pihak lain.
Contohnya pinjaman dari bank, pinjaman dari rentenir, pinjaman dari koperasi, dan
pembayaran pokok hutang-hutang tersebut.
Financing Cash Flow dikatakan positif jika menerima hutang dan negatif jika membayar
hutang. Namun Financing Cash Flow dikatakan baik jika menimbulkan dampak OCF yang
positif, artinya uang yang masuk dari hutang menimbulkan peningkatan pendapatan.
Sehingga perusahaan bisa membayar hutangnya.
Sebaliknya, jika OCF negatif, artinya berbahaya sebab uang yang masuk tidak menimbulkan
keuntungan. Sehingga perusahaan belum bisa membayar hutangnya.
Nah dari ketiga jenis cash flow tersebut, yang paling penting dalam usaha adalah Operating
Cash Flow (OCF), yaitu bagaimana perusahaan melakukan kegiatan yang menghasilkan
profit dan mengubah profit tersebut menjadi kas. Dengan pertumbuhan kas inilah perusahaan
bisa melakukan akumulasi modal dengan menambah aset. Selain itu perusahaan bisa
membayar hutang pokok dan bunganya dengan lancar.
5. Dalam mengukur atau menilai investasi terdapat beberapa kriteria yang digunakan,
yaitu :
a) Net Present Value (NPV)
NPV adalah kriteria terpenting dalam evaluasi sebuah investasi merupakan tujuan manajemen
keuangan semua perusahaan untuk meningkatkan atau menciptakan nilai tambah bagi para
pemegang saham. NPV adalah selisih jumlah kas yang yang dihailkan sebuah proyek
investasi dan nilai investasi yang diperlukan atau selisih PV dari sebuah proyek dan investasi
awal.
Dalam metode ini, pertama-tama yang dihitung adalah nilai sekarang (present value) dari
keseluruhan proceeds yang diharapkan atas discount rate tertentu. Kemudian jumlah present
value dari keseluruhan selama usianya dikurangi dengan present value dari jumlah
investasinya (initial investment). Selisih antara Present Value dari keseluruhan dengan
Present Value dari pengeluaran modal (Capital outlays) dinamakan nilai neto sekarang (Net
Present Value).
Rumus yang digunakan :
Misal jika suku bunga diasumsikan sama tiap tahunnya sebesar 12% dan arus kas masuk
bersih pun sama yaitu sebesar Rp. 5.700.000,- serta nilai investasi awal sebesar
Rp.18.000.000,- maka dengan perhitungan sederhana nilai NPV didapat sebesar
Rp.2.547.110,49,-
Kesulitan penggunan NVP adalah investor atau manajer keuangan harus medapat tingkat
diskonto yang representatif untuk setiap proyek investsi. Untuk investor perusahaan, tingkat
diskonto ini adalah rata-rata tertimbang dari biaya dana atau rata-rata tertimbang dari struktur
modal perusahaan itu. Untuk investor individu, tingkat diskonto yang relevan adalah biaya
bunga pinjaman atau biaya modal sendiri.
Adapun Kelebihan dari NPV, sebagai berikut:
Memerlukan perhitungan COC (Cost Of Capital) sebagai batas minimal dari nilai
yang mungkin dicapai.
Contoh:
Suatu proyek investasi bernilai Rp. 15.000.000,-. Proceed tiap tahunnya adalah sama, yaitu
sebesar Rp. 4.000.000,-, maka periode pengembalian investasi tersebut adalah :
Ini berarti proyek investasi sistem informasi akan tertutup dalam waktu 3 tahun 9 bulan.
Bila proceed tiap tahun tidak sama besarnya, maka harus dihitung satu persatu. Misalnya nilai
proyek adalah Rp. 15.000.000,- umur ekonomis proyek adalah 4 tahun dan proceed tiap
tahunnya adalah :
Proceed tahun 1 sebesar Rp. 5.000.000,-
Proceed tahun 2 sebesar Rp. 4.000.000,-
Proceed tahun 3 sebesar Rp. 4.500.000,-
Proceed tahun 4 sebesar Rp. 6.000.000,-
Maka Payback Period dapat dihitung sebagai berikut :
Sisa investasi tahun 4 tertutup oleh proceed tahun ke 4, sebagian dari sebesar Rp.6.000.000,-
yaitu Rp.1.500.000,-/Rp.6.000.000,- =1/3 bagian. Jadi payback period investasi ini adalah 3
tahun 3 bulan.
Adapun Kelebihan dari PP, sebagai berikut:
Contoh:
Sebuah proyek investasi membuka kafe baru membutuhkan investasi awal Rp400.000.000
dan mampu menghasilkan arus kas bersih Rp500.00.000 per bulan, berapakah indeks
profitabilitasnya?
IP = 500.000,00/400.000,00
IP = 1,25
Adapun Kelebihan dari metode PI, sebagai berikut :
Dapat memberikan panduan dan pilihan yang salah pada proyek- proyek yang
mutually exsclusive yang memiliki unsur ekonomis dan skala yang berbeda.
e) Accounting Rate Of Return (ARR)
Accounting Rate Of Return (ARR) menghitung rata-rata laba bersih (earning after tax) dari
suatu proyek dibagi nilai tunai investasi. Jika hasil lebih besar daripada biaya modal proyek,
maka dianggap proyek tersebut layak dan begitupula sebaliknya.
Metode ARR ini mengukur profitabilitas suatu investasi dari segi akuntansi konvensional.
Metode ini menggunakan dasar laba akuntansi. Caranya dengan mambagi EAT (Earning
After Tax) dengan initial investment, baik total investment maupun average investment.
Contoh :
Proyek butuh dana 280.000.000, umur 3 tahun, nilai sisa 40.000.000. Laba setelah pajak 3
tahun berturut-turut. Tahun ke-1 40.000.000, tahun ke-2 50.000.000 dan tahun ke-3
30.000.000
Jawab:
(40.000.000+ 50.000.000 + 30.000.000 ) : 3
ARR = _____________________________________________ x 100%
( 280.000.000 + 40.000.000 ) / 2
= 40.000.000/ 160.000.000
= 0,25
= 25%
Adapun Kelebihan dari metode ARR, sebagai berikut :
Mudah menghitungnya
Informasi yang diperlukan biasanya tersedia
Kelemahan dari metode ARR, sebagai berikut :