Anda di halaman 1dari 11

Anggaran Piutang dalam Perspektif islam

Sabrina Azzahra, Govi Maulana, Nabil Ahmad, Zahran Radja


Prodi Ekonomi Syariah, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jakarta

Abstract
Trade receivables arise from the sale of goods or services on credit. Accounts
receivable is also a very important element, and requires management to
formulate good policies in its management. The occurrence of these receivables
has a risk in settlement, including collectible trade accounts receivable and
uncollectible accounts receivable. Bad debts are one of the risks that must be
borne by the company. Every company is required to have a good control
function so that there is error prevention or supervision because the company's
reach is wider and it is felt to be limited, so management needs a way and
function that is more optimal in improving the control function. This research is
to explain the meaning and benefits of receivables, the factors that affect
receivables, receivables turnover, and receivables control.
Keywords : accounts receivable budget,

Abstrak
Piutang usaha timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha
juga merupakan elemen yang sangat penting, dan membutuhkan manajemen
untuk merumuskan kebijakan yang baik dalam pengelolaannya. Terjadinya
piutang tersebut memiliki risiko dalam pelunasannya, termasuk piutang usaha
tertagih dan piutang usaha tak tertagih. Piutang tak tertagih merupakan salah satu
risiko yang harus ditanggung perusahaan. Setiap perusahaan dituntut untuk
memiliki fungsi pengendalian yang baik agar timbul pencegahan kesalahan
ataupun adanya pengawasan karena jangkauan Perusahaan semakin luas dan
dirasakan terbatas maka pihak manajemen memerlukan suatu cara dan fungsi
yang lebih maksimal dalam meningkatkan fungsi pengendalian. Penelitian ini
untuk menjelaskan pengertian dan manfaat piutang, faktor-faktor yang
mempengaruhi piutang, perputaran piutang, dan pengendalian piutang.
Kata Kunci : Pengendalian Piutang
Pendahuluan
Setiap perusahaan harus memiliki keunggulan dalam persaingan agar dapat
beroperasi lebih efisien dan dapat bertahan. Perusahaan yang bergerak dalam
perdagangan atau kegiatan bisnis harus memperoleh keuntungan terbaik.
Perusahaan dapat menjual kepada pelanggan melalui tunai dan kredit, yang akan
mempengaruhi untung rugi perusahaan terutama penjualan kredit, karena
penjualan kredit akan menghasilkan piutang, sehingga dibandingkan dengan
penjualan tunai, penjualan kredit harus lebih menarik perhatian.
Piutang usaha timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang
usaha juga merupakan elemen yang sangat penting, dan membutuhkan
manajemen untuk merumuskan kebijakan yang baik dalam pengelolaannya.
Terjadinya piutang tersebut memiliki risiko dalam pelunasannya, termasuk
piutang usaha tertagih dan piutang usaha tak tertagih. Piutang tak tertagih
merupakan salah satu risiko yang harus ditanggung perusahaan. Setiap perusahaan
dituntut untuk memiliki fungsi pengendalian yang baik agar timbul pencegahan
kesalahan ataupun adanya pengawasan karena jangkauan Perusahaan semakin
luas dan dirasakan terbatas maka pihak manajemen memerlukan suatu cara dan
fungsi yang lebih maksimal dalam meningkatkan fungsi pengendalian. Fungsi
pengendalian tersebut dinamakan dengan pengendalian intern. Dengan
diterapkannya sebuah sistem pengendalian intern dalam suatu perusahaan
memang tidak menjamin bahwa kemungkinan terjadinya kesalahan maupun
penyelewengan tidak akan terjadi. Namun sebuah sistem pengendalian intern yang
baik tersebut diharapkan dapat menekan dan mengurangi terjadinya kecurangan
maupun penyelewengan dalam batasan-batasan yang masih dapat dianggap layak
atau wajar dan apabila kecurangan dan penyelewengan itu terjadi masih dapat
segera diketahui dan diperbaiki dengan cepat (Anita, 2014).
Oleh karena itu, tanpa pengawasan penjualan terkait kredit yang ketat,
tujuan awal perusahaan untuk memaksimalkan pendapatan akan berbalik menjadi
kerugian. Penagihan sesuai perkiraan waktu dan tepat waktu serta pengendalian
yang baik juga dapat mencegah kemungkinan terjadinya penipuan dalam
penyelesaian piutang.
Pengelolaan keuangan dalam perusahaan merupakan kunci utama kegiatan
operasional perusahaan dan tidak akan terlepas dari kegiatan yang berhubungan
dengan kas. Bila pemakaian dana tidak terkontrol akan berakibat kas kosong. Kas
perusahaan yang kosong menyebabkan terganggunya semua kegiatan operasional
perusahaan. Manajemen atas arus keluar masuknya dana perusahaan yang
terkontrol akan menunjukkan kredibilitas perusahaan yang baik di dunia bisnis.
Begitu pula dengan piutang perusahaan. Pengelolaan piutang yang baik
membuktikan bahwa manajemen keuangan perusahaan pun baik.

Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini yaitu data yang berupa uraian, paparan, dan tulisan yang dirujuk dari
sumber yang berkaitan dengan penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu memaparkan data sesuai
dengan kajian yang relevan. Data penelitian ini dikumpulkan dengan teknik
dokumentasi. Data dari penelitian atau catatan tertulis digunakan dalam prosedur
dokumentasi. Informasi tambahan tersedia di jurnal, artikel, dan publikasi lain
yang terkait dengan penelitian ini.

Kajian Teori
1. Pengertian dan Manfaat Piutang
Definisi utang piutang dalam kovensional yang tercantum pada KBBI
merupakan uang yang dipinjam dan yang akan dipinjamkan pula kepada orang
lain. Disebutkan pula dalam UU Hukum Perdata pasal 1754 yang mengatakan
bahwa pinjam meminjam (utang piutang) merupakan perjanjian yang mana
salah satu pihak akan meminjamkan barangnya yang habis pakai kepada pihak
lain dengan harapan adanya pengembalian di kemudian hari dengan kondisi
yang sesuai pada saat peminjaman berlangsung.
Menurut Warren, et all (2005:356) Istilah piutang (Receivable) meliputi
semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya termasuk individu,
perusahaan atau organisasi lainnya.
Mengingat bahwa piutang merupakan suatu bentuk investasi yang cukup
besar bagi perusahaan dan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan,
maka diperlukan adanya manajemen piutang yang lebih baik sehingga
keuntungan-keuntungan yang didapatkan lebih meningkat. Piutang juga dapat
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana atau modal yang
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dan
menghasilkan keuntungan atau laba yang besar bagi perusahaan (Yunira &
Wija, 2019).
Sedangkan utang piutang menurut islam secara etimologi biasa dikenal
dengan sebutan dayn yang juga dikaitkan dengan qardh dengan arti pinjaman.
Sedangkan berdasarkan terminologi menurut ulama hanafiyah, qardh
merupakan harta yang diberikan kepada orang lain yang nantinya akan
dikembalikan atau dibayar sesuai dengan kesepakatan sebagaimana
semestinya (Ro’fiah & Fadila, 2021). Dalam konsep Islam, utang piutang
merupakan akad (transaksi ekonomi) yang mengandung nilai ta‟awun (tolong
menolong). Dengan demikian utang piutang dapat dikatakan sebagai ibadah
sosial yang dalam pandangan Islam juga mendapatkan porsi tersendiri. Ada
beberapa ulama yang mengartikan utang piutang dengan menggunakan istilah
qardh. Imam Hanafi mendefinisikan al-qardh sebagai pemberian harta kepada
seseorang dengan harapan ia akan mengembalikan harta tersebut dengan
semestinya.

2. Faktor Faktor yang mempengaruhi Piutang


Piutang merupakan aktiva perusahaan yang timbul karena adanya transaksi
penjualan secara kredit yang dihasilkan perusahaan dan dapat menjadi bagian
yang besar dari likuiditas perusahaan. Menurut Bambang Riyanto dalam buku
karangan Dewi Astuti (2004; 176-177) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang diantaranya yaitu :
(Wardani, 2021)
1. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan
penjualan memperesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin
besarnya volume penjualan kredit dari setiap tahunnya berarti bahwa
perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi
dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin besarnya
risiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar “profitabilitas”.
2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.
Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti
bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit dari
pada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk
batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat
pada pembayaran piutang yang terlambat.
3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batas
maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para
pelangan. Makin tinggi plafond yang ditetapakan bagi masing-masing
pelangan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam
piutang. Demikian pula, ketentuan mengenai siapa yang akan diberi
kredit. Makin selektif para pelangan yang dapat diberi kredit akan
memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian, maka
pembatasan kredit disini bersifat baik kuantitatif maupun kualitatif.
4. Kebijakan Dalam Pengumpulan Piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam pengumpulan
piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijakan
secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran
uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang,
tetapi dengan mengunakan cara ini maka piutang yang ada akan lebih
cepat tertagih. Sebaliknya jika perusahaan mengunakan kebijakan
secara pasif maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga
jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.
5. Kebiasaan membayar dari para langganan
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode cash
discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil. Sedangkan
langganan membayar periode setelah cash discount akan
mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang
tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.

3. Perputaran Piutang
Perputaran piutang merupakan rasio yang menunjukkan berapa lama
penagihan piutang selama satu periode. Menurut Kasmir (2011:176),
Perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana
yangditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Perputaran
Piutang (receivable turnover) digunakan perusahaan untuk mengetahui
pengelolaan piutang perusahaan yang dilihat dari tingkat perputaran
piutangnya. Semakin tinggi perputaran piutang maka semakin baik, namun
begitu juga sebaliknya semakin lambat perputaran piutang maka semakin
tidak baik (Fahmi, 2012)
Perputaran piutang memiliki hubungan relatif dengan syarat penjualan
perusahaan. Tingginya perputaran piutang akan menyebabkan rasio lancar
yang cukup rendah yang dapat diterima dari sudut pandang likuiditas
dan dapat menyebabkan pengembalian atas aktiva yang lebih tinggi
(Wardani, 2021)
Menurut Kasmir (2011:176) rumus yang digunakan untuk mencari
perputaran piutang (receivable turnover) adalah
Penjualan
Perputaran Piutang=
Rata Rata Piutang

Bagi Entitas Syariah, di mana Entitas menggunakan prinsip-prinsip


Akuntansi Syariah yang telah diatur dalam PSAK no. 59, 101-106, piutang
digolongkan pula berdasarkan asal terjadinya. Di antara jenis-jenis piutang
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Piutang Murabahah
Piutang murabahah timbul akibat adanya murabahah, yaitu akad
jual beli dengan harga jual senilai biaya perolehan yang ditambahkan
dengan keuntungan yang telah disepakati kedua pihak, dan penjual
diharuskan mengungkapkan besaran biaya perolehan dari penjualan
barang tersebut kepada pembeli. Pembayaran murabahah dapat
dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran secara tangguh
inilah yang menyebabkan munculnya piutang murabahah. Piutang
murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan,
artinya sebesar piutang yang diperkirakan akan dapat ditagih.
2) Piutang Salam
Piutang salam timbul akibat adanya salam, yaitu akad jual beli
barang pesanan dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati.
Karena pembayaran dilakukan saat akad disepakati, berarti saat itu
pembeli melunasi sejumlah uang kepada penjual untuk digunakan
sebagai modal usaha. Di sini, yang bertindak sebagai pemegang hak
piutang adalah si pembeli. Sedangkan penjual memiliki kewajiban
untuk melunasi pesanan si pembeli. Kewajiban yang timbul ini diakui
saat penjual telah menerima modal usaha dari pembeli dengan besar
yang sesuai dengan jumlah modal usaha yang diberikan.
3) Piutang Istishna’
Piutang istishna’ timbul akibat adanya istishna’, yaitu akad jual
beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu (dengan
spesifikasi tertentu) yang disepakati oleh pemesan dengan
penjual/pembuat yang di mana proses pembayaran bisa dilakukan di
awal (akad terjadi), secara tangguh (angsuran), dan dibayar di akhir
(ketika barang pesanan telah selesai dibuat), dan tentunya ini telah
disepakati saat akad berlangsung. Pembayaran akad Istishna biasanya
dilakukan di awal kesepakatan. Namun, pembeli juga bisa membayar
sebagian terlebih dahulu di awal kesepakatan. Sedangkan sisanya
dapat secara angsuran. Pembayaran yang dilunasi di awal inilah yang
mengakibatkan timbulnya piutang istishna’ di sisi pembeli. Jika
pembayaran dengan uang muka, maka uang muka tersebut merupakan
piutang bagi pembeli sementara sisanya adalah utang bagi pembeli.
Dan bagi penjual sisa pembayaran oleh pembeli setelah dikurang uang
muka adalah piutang. Sedangkan jika pembayaran secara tangguh atau
angsuran tanpa uang muka, maka piutang adalah hak penjual.

4. Pengendalian Piutang
Pada umumnya, tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang
optimal. Untuk mencapai laba yang maksimal, perusahaan akan membuat
perencanaan yang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan tersebut. Salah
satunya ialah perusahaan lebih memilih untuk menjual barang secara kredit
dibandingkan penjualan secara tunai. Adakalanya terjadi penyimpangan, baik
disengaja maupun tidak disengaja.Untuk mencegah penyimpangan-
penyimpangan ini, perusahaan memerlukan pengendalian(Fahmi, 2012).
Pada sebagian perusahaan, piutang merupakan suatu unsur yang sangat
penting dalam neraca, dan setiap rupiah dalam piutang diharapkan dapat
memberikan kontirbusi dalam memaksimumkan dana yang ada pada
perusahaan. Pentingnya penjualan kredit telah dikaitkan dengan banyak
manfaat yang terkait dengan keputusan untuk memberikan pelayanan
penjualan kredit kepada pelanggan. Maka dari itu, sangat penting untuk
mengendalikan piutang untuk meningkatkan laba.
Pengendalian piutang adalah awal atau dasar untuk meminimalisir piutang
tak tertagih. Bila kredit yang diberikan telah dipertimbangkan baik-baik dan
dilaksanakan dengan efektif, maka diharapkan piutang akan dapat ditagih
tepat pada waktunya. Pengendalian piutang dimulai sebelum ada persetujuan
untuk mengirimkan barang dagangan, sampai setelah penyiapan dan
penerbitan faktur, dan berakhir dengan penagihan hasil penjualan. Prosedur
pengendalian piutang berhubungan erat dengan pengendalian penerimaan kas
disatu pihak, dan pengendalian persediaan dilain pihak, sehingga piutang
merupakan mata rantai diantara keduanya. Pengendalian piutang terbagi
menjadi dua pengendalian internal maupun eksternal. (Hamel, n.d.)
a) Pengendalian internal
1) Memisahkan peran pegawai antara bagian penjualan dengan bagian
pencatatan piutang atau penagihan
2) Pelaporan piutang disetiap bulannya guna meminimalisir piutang tak
tertagih di akhir periode
3) Pembuatan tabel piutang berdasarkan umur piutang
b) Pengendalian eksternal
1) Pemberian batas kredit terhadap pembelian pelanggan sesuai
kemampuan pelanggan
2) Konfirmasi piutang baik via telepon maupun via email. Pada dasarnya
pengendalian internal ada untuk meminimalkan dan mendeteksi serta
mengantisipasi kesalahan sebelum dan apabila terjadi, sehingga jumlah
piutang dagang yang dilaporkan dan semua transaksi terkait hal
tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Pengendalian terhadap piutang
usaha dimulai dari penerimaan pesanan, verifikasi faktur, pembukuan
piutang, penagihan piutang, yang akhirnya akan memengaruhi saldo
kas. Sehinggu menurut sistem pengendalian atas piutang usaha harus
memisahkan fungsi yang menangani penjualan dengan fungsi
pencatatan piutang.
Contoh penganggaran piutang pada PT.XYZ
Berikut ini contoh dari penganggaran piutang pada PT.XYZ yang dimulai dari
Januari, sampai dengan Desember 2016. Dengan hasil sbb:
No Bulan Jumlah Penjualan
1 Januari 741.887.901
2 Februari 838.311.705
3 Maret 885.157.832
4 April 913.384.406
5 Mei 934.053.756
6 Juni 972.206.357
7 Juli 1.001.906.063
8 Agustus 1.029.471.497
9 September 1.058.561.475
10 Oktober 1.088.408.936
11 November 1.116.530.430
12 Desember 1.145.486.229

Anggaran Pengumpulan Piutang detail PT XYZ adalah sebagai berikut: Budget


Kas PT XYZ Untuk Tahun 2016 sebagai berikut :
ANGGARAN JUMLAH
BULAN BEP DEPT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEP OKT NOV DES
PENJUALAN PENAGIHAN
Saldo Okt 669.989.018 5.261.896 664.727.122 61.159.903
Saldo Nov 626.010.711 4.916.504 621.094.207 238.539.616 57.145.346
Saldo Des 849.934.970 6.675.139 843.259.831 438.145.654 323.620.938 77.586.258
JAN 879.465.320 6.907.062 872.558.258 4.042.728 453.368.694 334.864.903 80.234.590
FEB 908.615.868 7.136.001 901.479.867 4.176.727 468.395.945 345.897.817 82.945.762
MAR 937.766.415 7.364.941 930.401.474 4.310.726 483.098.342 357.089.723 85.243.873
APR 966.916.963 7.593.881 959.323.082 4.153.657 489.450.348 368.802.816 88.962.368
MEI 996.067.510 7.822.821 988.244.689 4.567.923 513.447.186 379.008.625 90.925.957
JUNI 1.025.218.058 8.051.761 1.017.166.297 4.712.482 528.974.007 390.289.538 93.539.866
JULI 1.054.368.605 8.280.700 1.046.087.905 4.961.063 543.275.259 401.534.644 96.908.742
AGUST 1.083.519.153 8.509.640 1.075.009.513 4.980.743 558.372.243 412.664.489 98.908.649
NOV 1.170.970.795 9.196.460 1.161.774.335 5.348.256 603.641.199
DES 1.200.121.343 9.425.400 1.190.695.943 5.516.720
Jumlah 12.477.519.978 97.994.767 12.379.525.211 741.887.901 838.311.705 885.157.832 913.384.406 934.053.756 972.206.357 1.001.906.063 1.029.471.497 1.058.561.475 1.088.408.936 1.116.530.430 1.145.486.229

Kesimpulan
Pada dasarnya tujuan utama perusahaan adalah mencari laba yang maksimal.
Pengelolaan keuangan pada suatu perusahaan merupakan suatu kunci kesuksesan
sebuah perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dalam menjalankan
bisnisnya perusahaan tidak terlepas dari piutang. Piutang usaha timbul dari
penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang usaha juga merupakan elemen
yang sangat penting, dan membutuhkan manajemen untuk merumuskan kebijakan
yang baik dalam pengelolaannya.
Terjadinya piutang tersebut memiliki risiko dalam pelunasannya, termasuk
piutang usaha tertagih dan piutang usaha tak tertagih. Piutang tak tertagih
merupakan salah satu risiko yang harus ditanggung perusahaan. Oleh karena itu,
tanpa pengawasan penjualan terkait kredit yang ketat, tujuan awal perusahaan
untuk memaksimalkan pendapatan akan berbalik menjadi kerugian. Prosedur
pengendalian piutang berhubungan erat dengan pengendalian penerimaan kas
disatu pihak, dan pengendalian persediaan dilain pihak, sehingga piutang
merupakan mata rantai diantara keduanya.
Adapun untuk mengendalikan piutang terbagi menjadi dua bagian yaitu
Pengendalian secara Internal dan pengendalian secara eksternal. Pengendalian
terhadap piutang usaha dimulai dari penerimaan pesanan, verifikasi faktur,
pembukuan piutang, penagihan piutang, yang akhirnya akan mempengaruhi saldo
kas. Mengingat bahwa piutang merupakan suatu bentuk investasi yang cukup
besar bagi perusahaan dan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, maka
diperlukan adanya manajemen piutang yang lebih baik sehingga keuntungan-
keuntungan yang didapatkan lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Anita, D. (2014). Analisis Sistem Pengendalian Intern Piutang Dagang Pada Pt.
Jaya Bersama Pekanbaru. Jurnal Ekonomi, Vol. 22.
Fahmi, I. (2012). Analisis kinerja keuangan: panduan bagi akademisi, manajer,
dan investor untuk menilai dan menganalisis bisnis dari aspek keuangan.
Hamel, G. (n.d.). Pengendalian, Evaluasi Sistem Sistem, Evaluasi Intern,
Pengendalian Piutang. 1(3), 274–281.
Ro’fiah, T. N., & Fadila, N. (2021). Utang Piutang Dalam Perspektif Ekonomi.
Ar-Ribhu : Manajemen Ekonomi Dan Keuangan Syariah, 2(01), 96–106.
Wardani, M. (2021). ). Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Dan
Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan LQ45
Yang Terdaftar Di BEI.
Yunira, H., & Wija, D. S. (2019). Analisis Piutang Dan Persediaan Dalam
Meningkatkan Profitabilitas. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, 19(1), 92–
104.

Anda mungkin juga menyukai