Anda di halaman 1dari 64

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, UTANG,


PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK 2018-2020

Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyusun
skripsi S1 Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh:

NAMA : NI KETUT ERNITASARI


NIM : 1902622010396
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk memaksimalkan laba

untuk dapat mensejahterakan pemiliknya (shareholder), melalui keputusan

investasi, keputusan pendanaan dana, dan kebijakan deviden yang

dilakukan oleh manajer keuangan. Perusahaan menjalankan kegiatan

operasionalnya memerlukan sumber dana. Investasi merupakan salah satu

kegiatan yang dapat membantu kegiatan pendanaan. Investasi pada saat ini

menjadi aktivitas yang dapat dillakukan untuk memperoleh keuntungan

dalam pemenuhan kebutuhan suatu industri. Pihak yang merasa memiliki

dana lebih akan menginvestasikan dananya dengan menginvestasikan dana

tersebut melalui investasi nyata maupun investasi keuangan. Menurut

Fahmi (2012:4), investasi nyata (real investment) adalah bentuk investasi

yang melibatkan asset berwujud seperti tanah, Gedung, mesin-mesin dan

pabrik, sedangkan investasi keuangan (financial investment) adalah bentuk

investasi yang melibatkan kontrak tertulis seperti saham (common stock)

dan obligasi (bond). Investor yang ingin menanamkan modalnya di pasar

modal akan membantu industry-industri yang mengalami kesulitan dalam

melakukan pendanaan.

Para investor menanamkan modalnya pada saham disebuah

perusahaan dengan tujuan utama yaitu untuk memperoleh pengembalian

investasi (return) yang berupa deviden dan capital again. Menurut Brigham

dan Houston (2014:10), sudah sewajarnya jika jika investor mengharapkan


return yang setinggi-tingginya dari investasi yang dilakukannya. Terdapat

hal penting yang harus selalu dipertimbangkan yaitu seberapa besar risiko

yang harus ditanggung dari investasi itu sendiri. Risiko yang ditanggung

investor pada saat berinvestasi saham adalah risiko tidak mendapatkan

deviden, ketika perusahaan tidak bisa menghasilkan keuntungan akan

memperoleh capital loss yaitu selisih negative antara harga jual dengan

harga beli (Hermanungsih, 2012 : 81).

Deviden merupakan sebagian atau seluruh laba perusahaan dalam

menjalankan bisnis yang dibagikan kepada pemegang saham (tandelilin,

2014:32). Dalam pembagian deviden di suatu perusahaan, perusahaan

harus menentukan keputusan yang harus diambil melalui kebijakan

deviden. Kebijakan deviden adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam

keputusan pendanaan perusahaan (Van Horne dan Wachowicz, 2012:270).

Kebijakan deviden menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi

hak pemegang saham (Wiagustini, 2014:255). Kebijakan deviden sering

menimbulkan konflik kepentingan antara pihak manajemen perusahaan

dengan pihak pemegang saham. Kebijakan deviden merupakan suatu

keputusan yang sulit bagi pihak manajemen perusahaan, karena pembagian

deviden di satu sisi akan memenuhi harapan investor untuk mendapatkan

return sebagai keuntungan dari investasi yang dilakukannya, sedangkan di

sisi lain bagi perusahaan dengan pembagian deviden diharapkan tidak akan

mengancam kelangsungan dari perusahaan tersebut. Manajemen

perusahaan harus dapat menentukan suatu kebijakan deviden yang optimal

yang dapat menjadi suatu kebijakan yang adil antara pemegang saham
dengan deviden dan perusahaan dengan pertumbuhan perusahaan.

Berkaitan dengan deviden, para investor umumnya menginginkan

pembagian deviden yang stabil. Pembagian deviden yang relative stabil

akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan, karena

akan mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan modalnya ke

perusahaan (Sandy dan Asyik, 2013).

Kebijakan deviden tergambar pada dividen payout ratio, yaitu

presentase laba yang dibagikan dalam bentuk deviden tunai, artinya besar

kecilnya dividen payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi

para pemegang saham dan di sisi lain dapat berpengaruh terhadap kondisi

keuangan perusahaan. Semakin besar tingkat laba yang dibagikan dalam

bentuk deviden akan membuat calon investor semakin menarik dan itu

dapat menunjukkan kondisi perusahaan yang sehat dan memiliki prospek

yang bagus untuk kedepannya. Perusahaan yang memilih membagikan

laba sebagai deviden akan mengurangi total sumber dana internal.

Perusahaan yang memilih untuk menahan laba yang diperoleh akan

mengakibatkan kemampuan pembentukan dana internal yang semakin

besar (Sartono, 2014:281).

Berdasarkan pengaruh penting dari kebijakan deviden baik itu dari

perusahaan maupun investor, yang dapat dikatakan sebagai perusahaan

yang mengutamakan adalah perusahaan yang mampu membayarkan

devidennya (Sari dan Sudjarni, 2015). Kebijakan deviden sangat penting

bagi perusahaan untuk dapat menentukan apakah laba yang diperoleh

perusahaan harus dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan


untuk dapat membantu menunjang pertumbuhan dari perusahaan.

Kebijakan deviden di suatu perusahaan akan menentukan pembagian

deviden bagi pemegang saham.

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk

memperoleh laba (Suartono, 2014:122). Menurut Kasmir (2016:196) rasio

profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memeberikan ukuran tingkat

efektivitas manajemen suatu perusahaan. Salah satu yang menjadi factor

penentu pembayaran deviden yang menjadi acuan adalah laba yang

diperoleh perusahaan. Laba yang diperoleh perusahaan tersebutlah yang

digunakan untuk membayar deviden kepada para pemegang saham.

Semakin besar tingkat laba yang diperoleh akan mempengaruhi

pembayaran deviden yang akan dibagikan kepada investor. Profitabilitas

pada penelitian ini, diprioritaskan dengan return on equity (ROE).

Menurut Deitiana, return on equity (ROE) merupakan indicator yang tepat

dalam mengukur suatu keberhasilan bisnis dengan mensejahterakan

pemegang sahamnya.

Menurut Issa (2015), Musiega et al. (2013), Juhandi et al. (2013),

Silaban dan Purnawati (2016), menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh pisitif dan signifikan terhadap kebijakan deviden. Sedangkan

hasil penelitian yang berbeda dikemukakan oleh Sri dan Sudjarni (2015)

yang menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan

deviden. Afza dan Mirza (2011), Parsian dan Shams (2013) Ahmed,
(2015) juga menyatakan bahwa profitabilita berpengaruh negative

terhadap kebijakan debiden.

Likuiditas berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan

dalam membiayai dan memenuhi kewajiban atau utang pada saat ditagih

atau jatuh tempo (Kasmir, 2016:145). Likuiditas merupakan kemampuan

perusahaan untuk mebayar kewajiban financial jangka pendeknya tepat

pada waktunya, likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya

aktiva lancer yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputai

kas, surat berharga, piutang, persediaan (Sartono, 2014:116). Likuiditas

pada penelitian ini diproritaskan dengan current ratio (CR). Current Ratio

merupakan ukuran yang secara umum digunakan untuk mengetahui

kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Likuiditas perusahaan

merupakan bagian dari pertimbangan utama dalam kebijakan deviden.

Bagi perusahaan, deviden adalah arus kas keluar, dan hal tersebut

mempengaruhi posisi dari kas perusahaan. Semakin besar posisi kas dan

posisi likuiditas perusahaan secara keseluruhan juga semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayar deviden (Sartono, 2014:293).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wicaksana (2012), Tabril

et al. (2015), Mui dan Mustapha (2016) menyatakan bahwa likuiditas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan deviden. Hakeem

dan Bambale (2016), Aqel (2016) juga menyatakan bahwa likuiditas

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden. Sebaliknya penelitian

Grifin, Novatiani dan Oktaviani (2012) menyatakan bahwa likuiditas

berpengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan deviden.


Penelitian yang dilakukan Ahmed (2015) menyatakan likuiditas

berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap kebijakan deviden.

Menurut lrham Fahmi (2013), Hutang merupakan kewajiban

(liabilities) yang dimiliki perusahaan yang bersumber dari pendanaan

eksternal baik berupa pinjaman perbankan, leasing, penjualan obligasi

dan sejenisnya. Karena hutang merupakan kewajiban bagi perusahaan,

jadi perusahaan harus melaksanakan kewajiban tersebut dengan tepat

waktu dan apabila dalam pelaksanaannya tidak tepat waktu, maka

perusahaan mungkin akan mendapatkan sanksi atau akibat. Sanksi atau

akibat tersebut dapat berupa pemindahan kepemilikan asset pada suatu

saat.

Hutang merupakan sumber modal perusahaan yang berasal dari

pihak eksternal seperti kreditur yang waktu pembayarannya telah

ditentukan di awal dan harus dibayar kembali atau wajib dipenuhi

perusahaan dalam jangka waktu tersebut kepada pihak eksternal atau

kreditur. Pemenuhan kewajiban atau pembayaran hutang ini dapat berupa

uang atau penyerahan barang/jasa kepada pihak pemberi pinjaman

kepada perusahaan

Leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa

besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan

aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa leverage dugunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh


kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka Panjang apabila

perusahaan dibubarkan (Kasmir, 2017:151).

Menurut Sjahrian dalam Santriana (2017:23) leverage adalah

penggunaan aktiva dan sumber dana yang oleh perusahaan yang memiliki

biaya tetap (beban tetap) berarti dari sumber dana yang berasal pinjaman

karena memiliki bunga sebagai beban tetap dengan maksud agar

meningkatnya keuntungan potensial pemegang saham. Fakhrudin dalam

santriana (2017:23) memberikan devinisi bahwa leverage merupakan

jumlah utang yang digunakan untuk membiayai atau membeli asset-aset

perusahaan. Perusahaan yang memiliki utang lebih besar dari ekuitas

dikatakan sebagai perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi.

Kebutuhan dana bagi perusahaan merupakan factor yang perlu

dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan terhadap deviden yang

akan diambil. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang

digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini menunjukkan

perbandingan antara hutang dnegan modal sendiri. Dinyatakan dalam

rasio, untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan

rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu (Husnan,

Suad dan Pudjiastuti, Enny, 2012:72 dalam perpatih Zuhafni, 2016),

peningkatan pada hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih

yang tersedia untuk para pemegang saham juga besar kecilnya deviden

yang akan diterima karena perusahaan lebih memilih untuk mengutamakan

membayar hutang yang ada daripada membagikan deviden.


Menurut Martani, dkk (2012:42), menyebut hutang dengan istilah

liabilitas merupakan “utang entitas masa kini yang akan timbul dari

peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus

keluar sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.” Sunarya

(2013) dan Attina (2011) yang menyatakan bahwa utang berpengaruh

negative terhadap kebijakan deviden dimana semakin tinggi tingkat utang

yang dimili perusahaan maka akan mengurangi pembagian deviden.

Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat berpengaruh dari kebijakan

deviden. Tingkat pertumbuhan yang semakin cepat mengakibatkan makin

besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai

pertumbuhannya (Riyanto, 2013:267). Pertumbuhan perusahaan dapat

dilihat melalui pertumbuhan asset yang yang dimiliki perusahaan setiap

tahunnya. Tingkat pertumbuhan pada penelitian ini diprioritaskan dalam

Growth dengan melihat jumlah aset pada saat ini dengan aset sebelumnya.

Meneurut Brigham dan Houston (2013:211) pertumbuhan perusahaan

akan mempengaruhi kebijakan deviden dimana tingkat pertumbuhan yang

baik perusahaan tentunya akan mengalokasikan dana yang di dapat

perusahaan untuk berinvestasi sehingga akan mengurangi pembagian

deviden kepada para pemegang saham.

Dewi dan Panji (2013) pada penelitiannya menyatakan bahwa

tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan

deviden. Parsian dan Shams (2016), Silaban dan Purnawati (2016)

menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh negative

dan signifikan terhadap kebijakan deviden. Sebaliknya Afza dan Mirza


(2011), Tabril et al. (2015), Hakeem dan Bambale (2016), Aqel (2016) dan

Ismail (2016), dalam penelitiannya menyatakan tingkat pertumbuhan

perusahaan memang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan

deviden. Musiega et al. (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

tingkat pertumbuhan berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden.

Ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk

tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian (Brigham dan

Houston, 2013:117). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya

suatu perusahaan yang ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-

rata penjualan (Riyanto, 2013:305). Ukuran perusahaan adalah salah satu

ukuran atau besarnya sebuah perusahaan yang dapat dilihat dengan

besarnya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Wimelda dan Marlinah,

2013). Ukuran perusahaan pada penelitian ini diprioritaskan dengan

logaritma dari total aset, untuk dapat mengukur jumlah nilai kekayaan

yang dimiliki suatu perusahaan. Perusahaan-perusahaan dengan yang lebih

besar akan lebih mampu membayarkan deviden dibandingkan dengan

ukuran yang lebih kecil (Mehta, 2012). Ukuran perusahaan yang besar

cenderung akan membagikan deviden lebih besar dibandingkan dengan

perusahan kecil, karena perusahaan yang memiliki aset besar akan lebih

mudah untuk memasuki pasar modal. Kemudahan tersebut berarti untuk

flesibelitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar,

sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran deviden lebih

tinggi dibandingkan perusahaan kecil. Semakin besar ukuran perusahaan

maka deviden yang dibagikan akan semakin besar juga.


Imran (2011), Ranti (2013), Issa (2015), Kulathunga dan Azzes

(2016) dalam penelitiannya menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kebijakan deviden. Aqel (2016), Mui dan

Muzlina (2016) pada penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden. Namun hasi yang

berbeda dikemukakan oleh Afza dan Mirza (2011), Novatiani dan

Oktaviani (2012) Arif dan Fatima (2013), Juhandi et al. (2013), Mesiega et

al. (2013), Aqel (2016), Khalid (2015) yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap kebijakan

deviden. Parsian dan Shams (2016) menyatakan bahwa ukuran perusahaan

tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat

ketidak konsistenan hasil dari penelitian terdahulu (research gap). Oleh

karena itu peneliti ingin melakukan penelitian kembali dengan tujuan

memberikan penjelasan yang lebih beragam dan memperoleh hasil yang

lebih efektif. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya peneliti ingin

melakukan penelitian kembali tentang pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,

Utang, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap

kebijakan devidn pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2018-2020.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan

permasalahannya dalam penelitian ini yaitu:


1) Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Kebijakan Deviden pada

Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun

2018-2020?

2) Apakah Likuiditas berpengaruh terhadap Kebijakan Deviden pada

Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun

2018-2020?

3) Apakah Utang berpengaruh terhadap Kebijakan Deviden pada

Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun

2018-2020?

4) Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Kebijakan Deviden

pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

tahun 2018-2020?

5) Apakah Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap Kebijakan

Deviden pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek

Indonesia tahun 2018-2020?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan pokok permasalahan di atas

maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan

Deviden pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek

Indonesia tahun 2018-2020

2) Untuk mengetahui pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Deviden

pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

tahun 2018-2020
3) Untuk mengetahui pengaruh Utang terhadap Kebijakan Deviden

pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

tahun 2018-2020

4) Untu mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan

Deviden pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di Bursa Efek

Indonesia tahun 2018-2020

5) Untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap

Kebijakan Deviden pada Perusahaan Manufaktur yang terdapat di

Bursa Efek Indonesia tahun 2018-2020

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan

dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

a) Bagi Mahasiswa

Manfaat yang diharapkan oleh penulis terhadap penelitian ini

adalah untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan

meningkatkan wawasan tentang teori-teori yang telah diperoleh

pada bangku kuliah serta membandingkannya dengan kenyataan

yang terdapat diperusahaan.

b) Bagi Perusahaan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan

dalam penentuan kebijakan pembayaran deviden, memberikan

informasi yang berguna bagi masyarakat atau calon investor yang

bermaksud akan menanamkan modalnya dalam bentuk saham

untuk mebantu menganalisis deviden yang nantinya akan diberikan


perusahaan. Dan diharapkan dapat membantu manajer keuangan

dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya deviden

yang dibayarkan terutama dalam bentuk deviden kas (tunai).

c) Bagi Fakultas dan Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai tambahan panduan refrensi

bagi mahasiswa yang akan meneliti lebih lanjut terhadap masalah

yang yang berhubungan dengan pengaruh profitabilitas, likuiditas,

utang, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2018-2020.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Harmono (2011:03) menyatakan bahwa teori keagenan dapat

menjelaskan kesenjangan antara manajemen sebagai agent dan para

pemegang saham sebagai principal atau pendelegator. Dalam hal ini

principal yang mendelegasi pekerjaan kepada pihak lain sebagai agent

untuk melaksanakan tugas pekerjaan. Teori keagenan menunjukkan bahwa

kondisi informasi yang tidak lengkap dan penuh ketidakpastian akan

memunculkan masalah keagenan, yaitu adverse selection dan moral

hazard. Adverse selection adalah kondisi yang menunjukkan posisi

principal tidak mendapatkan informasi secara cermat mengenai kinerja

manajemen yang telah menetapkan pembayaran gaji bagi agent

(manajemen) atau program kompensasi lain. Moral hazard berkaitan

dengan kondisi principal tidak mendapatkan kepastian bahwa agent telah

berupaya bekerja maksimal untuk kepentingan pemilik. Dalam teori

keagenan, manajer (agent) dan pemegang saham/ investor (principal)

memiliki kepentingan yang berbeda sehingga bisa menyebabkan konflik

antara keduanya. Manajer dapat mengambil tindakan yang diperlukan

untuk meningkatkan kesejahteraan pribadinya, berlawanan dengan upaya

memaksimalkan nilai pasar. Pemegang saham tidak menyukai tindakan

manajer yang lebih mengutamakan kepentingan pribadinya karena hal

tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga akan

menurunkan keuntungan yang diterima (Styadewi, 2018)


Manajer cenderung menginginkan pembagian dividen yang kecil

untuk memperkuat keuangan perusahaan bersangkutan terhadap masalah

investasi perusahaan di masa depan. Pada sisi yang berbeda, para

pemegang saham lebih memilih masalah tambahan dana perusahaan

tersebut diambil dari utang perusahaan, tetapi tentu saja manajer tidak

akan bisa sejalan dengan para pemegang saham dikarenakan pengmbilan

utang dari luar memiliki risiko yang lebih tinggi. Perbedaan kepentingan

seperti inilah yang membuat terjadinya konflik. Ada beberapa alternatif

untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan atau agency

cost (Styadewi, 2018), yaitu :

1) Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen,

kepemilikan saham ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen

dengan kepentingan pemegang saham.

2) Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih atau dividend payout

ratio, dengan demikian akan memperkecil jumlah aliran kas bebas

atau free cash flow sehingga manjemen harus mencari sumber dana

eksternal untuk pembiayaan investasi. Pengertian arus kas bebas itu

sendiri adalah ketersediaan dana dalam jumlah yang melebihi

kebutuhan untuk pendanaan investasi yang menguntungkan.

3) Meningkatkan pendanaan dengan utang. Peningkatan utang akan

menurunkan skala konflik antara pemegang saham dan manajemen.

Disamping itu, utang juga dapat mengurangi kelebihan aliran kas atau

excess cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan

kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen.


2.1.2 Signalling Theory (Teori persinyalan)

Kebijakan deviden didasari oleh Signalling theory (Teori

persinyalan). Signalling theory di cetuskan oleh Bhattacarya pada tahun

1979 adalah teori yang membahas tentang naik turunnya harga di pasar,

sehingga akan memberi pengaruh pada keputusan investor. Apapun

informasi yang terjadi dari kondisi saham suatu perusahaan adalah selalu

memberi efek bagi investor sebagai pihak yang menangkap sinyal (signal)

positif dan negatif (Hanafi, 2016:371).

Menurut signalling theory tersebut, deviden dipakai sebagai signal

oleh perusahaan. Jika perusahaan merasa prospek di masa mendatang baik,

pendapatan, aliran kas diharapkan meningkat atau diperoleh pada tingkat

dimana dividen yang meningkat tersebut bisa dibayarkan, maka

perusahaan akan meningkatkan dividen. Pasar akan merespon positif

pengumuman kenaikan dividen tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan

merasa prospek di masa mendatang menurun, perusahaan akan

menurunkan pembayaran devidennya. Pasar akan merespon negatif

pengumuman tersebut. Artinya, dividen mempunyai kandungan informasi,

yaitu prospek perusahaan dimasa mendatang (Hanafi, 2016:371).

Tanggapan para investor terhadap sinyal ;positif dan negatif adalah

sangat mempengaruhi kondisi pasar, mereka akan bereaksi dengan

berbagai cara dalam menanggapi sinya tersebut, seperti memburu saham

yang di jual atau melakukan tindakan dalam bentuk tidak bereaksi seperti

“wait and see” atau tunggu dan lihat dulu perkembangan yang ada baru

kemudian mengambil tindakan. Dan untuk dipahami keputusan wait and


see bukan sesuatu yang tidak baik atau salah namun itu dilihat sebagai

reaksi investor untuk menghindari timbulnya resiko yang lebih besar

karena factor pasar yang belum memberi keuntungan atau berpihak

kepadanya. Oleh karena itu Signalling theory menjadi sangat berperan

dalam kinerja keuangan perusahaan (Fahmi, 2014:295).

Kebijakan dividen (Deviden Payout Ratio) menurut signalling

theory dipengaruhi oleh likuiditas, leverage, ukuran perusahaan dan

profitabilitas sebagai variable intervening.

2.1.3 Teori Residu Dividen (Residual Dividend of Theory)

Teori Residu Dividen atau Residual Dividend of Theory adalah

teori yang menyatakan bahwa dividen adalah sisa laba yang tidak

diinvestasikan kembali. Pada dasarnya laba yang diperoleh suatu

perusahaan merupakan hak bagi para pemegang saham (investor) karena

mereka telah menanam sahamnya di suatu perusahaan, namun terkadang

manajer keuangan tidak sepenuhnya membagikan laba dalam suatu

periode tersebut. Sebagian dari laba biasanya digunakan untuk kegiatan

perusahaan sebagai laba ditahan dan juga dibagikan kepada pemegang

saham dalam bentuk dividen. Ketika manajer keuangan lebih memilih laba

ditahan daripada membagikan dividen biasanya disebabkan karena ada

kesempatan investasi yang lebih menguntungkan bagi perusahaan. Laba

sebaiknya tidak dibagikan kepada pemegang saham jika jumlah

keuntungan yang diperoleh atas kesempatan investasi sama atau lebih

besar dari keuntungan yang disyaratkan, sebaliknya jika laba dibagikan


kepada pemegang saham yaitu apabila keuntungan yang diperoleh

perusahaan atas kesempatan investasi lebih kecil dari keuntungan yang

disyaratkan (Sutrisno,2013).

2.1.4 Teori Dividen Model Walter (Walter’s Dividend Theory)

Teori Dividen Model Walter atau Walter’s Dividend Theory

menyatakan bahwa jika manajer keuangan memilih laba ditahan untuk

kesempatan investasi dan keuntungan yang diperoleh dari kesempatan

investasi tersebut jumlahnya lebih besar dari biaya, maka dampak dari

kesempatan investasi tersebut adalah meningkatnya harga saham dan nilai

perusahaan. Ketika keuntungan dari kesempatan investasi lebih besar

daripada biaya modal sendiri maka dividen yang akan dibagikan atau rasio

pembayaran dividen akan meningkat, namun harga saham perusahaan

akan mengalami penurunan sehingga apabila keuntungan yang didapat

perusahaan daru hasil kesempatan investasi lebih besar maka sebaiknya

dividen yang dibagikan bernilai kecil atau rendah agar harga saham

perusahaan dapat mengalami peningkatan (Sutrisno, 2013).

2.1.5 Teori Dividen Model Modigliani dan Miller (Modigliani dan Miller’s

Model)

Teori Dividen Model Modigliani dan Miller atau Modigliani dan

Miller’s Model menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan

oleh ukuran besar kecilnya rasio pembayaran dividen, karena nilai suatu

perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan


keuntungan atau earning power dari aset perusahaan sehingga, nilai

perusahaan pada dasarnya ditentukan oleh keputusan investasi perusahaan.

Dalam teori Modigliani dan Miller keputusan apakah laba yang diperoleh

perusahaan nantinya akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai

dividen atau ditahan sebagai laba ditahan tidak akan mempengaruhi nilai

perusahaan. Pendapat Modigliani dan Miller menekankan bahwa pengaruh

dari pembayaran dividen bagi kemakmuran pemegang saham akan

diimbangi dengan jumlah yang sama dari sumber dana lainnya, artinya

jika perusahaan membayar dividen maka perusahaan harus

menyeimbanginya dengan mengeluarkan saham baru yang sebagai

pengganti dari pembayaran dividen tersebut. Ketika adanya kenaikan

pembayaran dividen maka perusahaan akan mengimbanginya dengan

menurunkan harga saham, sebagai akibat dari penjualan saham baru

(Sutrisno, 2013).

2.1.6 Pengertian Dividen dan Kebijakan Deviden

Dividen adalah pembagian laba atau keuntungan yang dilakukan

oleh suatu perseroan kepada para pemegang saham atas keuntungan yang

diperoleh perusahaan. Pembagian saham ini biasanya dilakukan setiap tiga

bulan dan dapat dibayarkan hanya dari laba ditahan dan bukan dari modal

yang ditanamkan. (Halim, 2015:18). Menurut Ahmad Syafi’i Syakur

(2015), dividen merupakan pembagian keuntungan yang berasal dari laba

ditahan perusahaan dan dibagikan kepada para investor sebagai

keuntungan dalam berinvestasi di perusahaan tersebut. Menurut Mamduh


M. Hanafi (2016) dividen merupakan kompensasi yang diterima para

investor selain dari capital gain. Berdasarkan dari beberapa definisi diatas

dapat disimpulkan bahwa dividen adaIah laba yang dibagikan kepada para

pemegang saham (investor) atas modal yang ditanamkan dalam

perusahaan.

Sedangkan kebijakan dividen merupakan keputusan untuk

membagi laba yang diperoleh perusahaan kepada pemegang saham

sebagai dividen atau akan menahan dalam bentuk laba ditahan untuk

digunakan sebagai pembiayaan investasi pada masa yang akan datang.

Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen,

maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi

total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika

perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka

kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar (Sartono,

2016:281).

Pembayaran dividen berbeda dengan pembayaran bunga karena

dividen tidak dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan oleh

perusahaan, karena dananya diambil dari laba bersih sesudah pajak

(earning after taxes) (Syamsudin, 2011:30).

Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan

menghasilkan keuntungan. Perusahaan tidak dapat membagikan deviden

jika perusahaan mengalami kerugian. Dengan demikian potensi

keuntungan pemodal untuk mendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja

perusahaan tersebut. Deviden diberikan setelah mendapat persetujuan dari


pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Umumnya deviden merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham

dengan orientasi jangka Panjang, seperti pemodal institusi atau dana

pensiun dan lain-lain. Deviden yang dibagikan perusahaan dapat berupa

tunai, artinya kepada siapa pemegang saham memberikan deviden berupa

uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat

pula berupa deviden saham maupun berbentuk capital gain yang

merupakan selisih antara harga jual dan harga beli (Halim, 2015:18).

Pengukuran kebijakan deviden yang diprioritaskan oleh Dividend

Payout Ratio merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan

pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran deviden (dividend payout ratio)

yaitu rasio yang menunjukkan hasil perbandingan antara deviden tunai per

lembar saham dengan laba per lembar saham. Rasio ini menggambarkan

jumlah laba dari setiap lembar saham yang dialokasikan dalam bentuk

deviden. Sama halnya dengan dividend yield, rasio ini juga dapat

digunakan sebagai salah satu proksi (pendekatan) dalam menetapkan

kebijakan deviden, yaitu suatu pengambilan keputusan oleh emiten

mengenai besarnya deviden tunai yang akan dibagikan kepada para

pemegang saham (Hery, 2015:145).

2.1.7 Jenis-jenis Deviden

Dividen merupakan salah satu keuntungan yang didapatkan para

pemegang saham yang telah menanamkan modal pada perusahaan di pasar

modal. Pembagian dividen dapat diterima dalam bentuk tunai (cash)


maupun dalam bentuk saham yang diberikan perusahaan bahkan ada juga

yang diterima dalam bentuk property. Menurut Fahmi (2014) ada beberapa

jenis dividen yang merupakan realisasi dari pembayaran dividen

diantaranya:

1. Cash Dividend

Cash Dividend atau deviden tunai adalah deviden yang dibayarkan

dalam bentuk uang tunai yang besarnya ditentukan oleh

perusahaan. Deviden tunai dibayarkan bisa dalam jangka waktu

empat kali setahun, dua kali setahun, dan sekali dalam setahun

tergantung keputusan perusahaan.

2. Stock Dividend (Deviden saham)

Stock Dividend atau tambahan saham adalah deviden yang

dibayarkan dalam bentuk tambahan saham. Deviden jenis ini dapat

menambah jumlah saham yang beredar, namun tidak menambah

jumlah dana pada saham.

3. Dividen property (property dividend), yaitu distribusi keuntungan

perusahaan dalam bentuk property atau barang.

4. Liquidating Dividend

Liquidating Dividend atau dividen likuidasi adalah dividen yang

dibayarkan dari kelebihan sisa laba perusahaan. Deviden likuidasi

bisa berasal dari sisa laba ditahan ataupun sisa laba yang

ditunjukkan dalam nilai bukunya.

2.1.8 Pengertian Dividend Payout Ratio


Menurut Hardiningsih (2015) Dividen Payout Ratio (DPR) adalah

alat untuk mengukur kebijakan dividen. Pengukuran kebijakan dividen

yang diproksi oleh divident payout ratio adalah membandingkan antara

dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang diperoleh dan biasanya

disajikan dalam bentuk presentase. Dividen akan dibayarkan dalam jumlah

yang kecil apabila laba ditahan perusahaan yang digunakan untuk

membiayai kebutuhan operasional dalam perusahaannya dalam jumlah

yang besar. Sebaliknya, jika perusahaan lebih memilih mengurangi porsi

laba ditahan sebagai pendanaan operasional perusahaan, maka pembayaran

dividen juga akan lebih besar. Menurut Rusdan, (2015) kebijakan dividen

yang diukur dengan DPR yaitu variabel yang merupkan nilai dan besarnya

dividen yang dibayarkan dihitung dengan cara mengalikan jumlah saham

yang ada dengan dividen yang dibayar dan dibagi dengan pendapatan

bersih.

Dividend Per Share atau Laba per lembar Saham merupakan

jumlah dari Laba bersih per lembar Saham yang akan didistribusikan,

maksudnya adalah DPS merupakan hasil bagi dari Dividen yang dibayar

oleh perusahaan dengan jumlah Saham yang beredar (Syamsuddin, 1994).

Sedangkan Earning Per Share atau Laba bersih per lembar Saham

menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk tiap lembar saham.

EPS dapat diukur dengan membagi Laba bersih dengan jumlah rata-rata

tertimbang dari saham yang beredar (Syamsuddin, 1994).

2.1.9 Profitabilitas
Menurut Sartono dalam Fatmawati (2017:19) Profitabilitas

merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dari kegiatan

operasianal perusahaan seperti aktifitas penjualan, total aset, ataupun

modal sendiri. Umumnya, perusahaan lebih menyukai jika pendapatan

yang diperoleh digunakan sebagai pendanaan utama untuk investasi.

Namun, apabila tidak dapat menggunakan pembiayaan dari perusahaan

maka aIternatif lain yang digunakan adalah dengan mengeIuarkan hutang,

kemudian mengeluarkan saham baru sebagai alternatif lain dalam

pendanaan.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba

pada periode tertentu. Sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja

perusahaan, dimana ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti

kinerjanya baik dan ketika labanya rendah berarti kinerjanya kurang baik.

Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan

elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek

perusahaan di masa yang akan datang. Laba ini juga sering dibandingakan

dengan kondisi keuangan lainnya, sperti penjualan, aktiva, dan ekuitas.

Perbandingan ini sering disebut rasio profitabilitas (Home and Wachowicz

dalam santriana. 2017:12).

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua

kemampuan dan sumber daya yang dimili perusahaan. Yaitu yang berasal
dari kegiatan penjualan, penggunaan aset, maupun penggunaan modal.

(Hery, 2015:227).

Hery (2015:228) menyatakan bahwa biasanya penggunaan rasio

profitabilitas disesuaikan dengan tujuan kebutuhan perusahaan.

2.1.10 Likuiditas

Menurut Satrina (2017), Rasio likuiditas merupakan rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya

atau melihat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangan saat ditagih. Menurut fatmawati (2017), likuiditas mengacu pada

kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jangka

pendek yang dikatakan disini secara konvensional yaitu dalam jangka

waktu hingga satu tahun. Hal tersebut dikaitkan dengan siklus operasi

perusahaan seperti pembelian, produksi, penjualan dan penagihan. Sukses

atau gagalnya perusahaan juga dapat dilihat dari rasio likuiditas.

Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber dalam memenuhi kebutuhan

tersebut ikut serta menunjukkan sejauh mana perusahaan itu menanggung

risiko

Menurut Hery (2015) rasio likuiditas adalah alat untuk melihat

kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka pendek atau

kewajiban lancarnya yang akan jatuh tempo atau dapat dikatakan bahwa

rasio likuiditas merupakan alat ukur untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam melunasi atau membayar hutang atau kewajiban

lancarnya. Jika perusahaan mampu membayar kewajiban atau hutang


jangka pendeknya saat jatuh tempo, maka perusahaan tersebut dapat

dikatakan sebagai perusahaan yang liquid.

Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar atau kewajiban jangka

pendeknya. Hal ini yang mendasari likuiditas menjadi pertimbangan utama

dalam penentuan kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan

merupakan kas keluar maka semakin besar posisi kas dan likuiditas

perusahaan maka semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam

membayar dividen kepada para investornya.

Rasio likuiditas atau kelancaran mengukur kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo. Rasio yang paling

umum digunakan untuk menjelaskan likuiditas adalah current ratio. Yaitu

dengan perbandingan semakin besar current ratio menunjukkan semakin

tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya

termasuk pembayaran dividen yang terutang. Adapun elemen-elemen yang

mempengaruhi current ratio adalah aset lancar dan hutang lancar. Current

ratio adalah rasio yang mengukur jumlah aset lancar yang dimiliki

perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya dengan

menggunakan perbandingan antara aset lancar dengan utang lancar. Hal ini

berkaitan dengan dividen yaitu di mana semakin tinggi current ratio maka

semakin besar pula kemampuan perusahaan membayar dividen. Namun

pembayaran dividen dilakukan setelah membayar hutang kepada pihak

ketiga dengan menggunakan aset lancer


2.1.11 Utang

Solvabilitas atau Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk melunasi kewajiban jangka panjang dengan kurun waktu lebih dari

satu tahun. Utang jangka panjang biasanya timbul karena adanya

kebutuhan dana untuk pembelian tambahan aktiva tetap, menaikkan

jumlah modal kerja permanen, membeli perusahaan lain atau mungkin

juga untuk melunasi utang-utang yang lain (Baridwan, 2014:363).

Menurut lrham Fahmi (2013), Hutang merupakan kewajiban

(liabilities) yang dimiliki perusahaan yang bersumber dari pendanaan

eksternal baik berupa pinjaman perbankan, leasing, penjualan obligasi

dan sejenisnya. Karena hutang merupakan kewajiban bagi perusahaan,

jadi perusahaan harus melaksanakan kewajiban tersebut dengan tepat

waktu dan apabila dalam pelaksanaannya tidak tepat waktu, maka

perusahaan mungkin akan mendapatkan sanksi atau akibat. Sanksi atau

akibat tersebut dapat berupa pemindahan kepemilikan asset pada suatu

saat.

Hutang merupakan sumber modal perusahaan yang berasal dari

pihak eksternal seperti kreditur yang waktu pembayarannya telah

ditentukan di awal dan harus dibayar kembali atau wajib dipenuhi

perusahaan dalam jangka waktu tersebut kepada pihak eksternal atau

kreditur. Pemenuhan kewajiban atau pembayaran hutang ini dapat berupa

uang atau penyerahan barang/jasa kepada pihak pemberi pinjaman

kepada perusahaan
Hutang merupakan sumber dana atau pembiayaan eksternal yang

digunakan perusahaan untuk menjadi pendanaan perusahaan. Adapun

debt ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

seluruh kewajiban yang ditujukan oleh beberapa bagian modal sendiri

yang digunakan untuk pembayaran hutang. pada gilirannya akan

mempengaruhi besar kecilnya laba bersih bagi para pemegang saham

termasuk jumlah dividen yang diterima.

2.1.12 Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan menunjukkan bahwa suatu perusahaan

sedang melakukan perluasan usaha. Pertumbuhan perusahaan (company

growth) dapat dilihat dari peningkatan atau penurunan total aset yang

dimiliki oleh perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2009)

pertumbuhan perusahaan adalah perubahan (peningkatan atau penurunan)

total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Aset adalah aktiva yang

digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset

yang dimiliki oleh perusahaan maka diharapkan semakin besar pula hasil

operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aset yang

diikuti dengan peningkatan hasil operasi maka akan menambah

kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan.

Pertumbuhan perusahaan dan dividen adalah dua hal yang

diinginkan perusahaan tetapi hal tersebut memiliki tujuan yang

berlawanan. Karena untuk memenuhi pertumbuhan perusahaan

memerlukan dana yang besar.


Pertumbuhan perusahaan dalam pecking order theory memiliki

hubungan yang positif terhadap keputusan pendanaan. Semakin tinggi

pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk

memenuhi pertumbuhannya. Perusahaan biasanya akan lebih senang

untuk menahan labanya sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan

perusahaan daripada dibayarkan sebagai dividen. Hal ini sesuai dengan

Pecking Order Hypothesis yang dikemukakan oleh Meyrs dan Majluf

(1984), yang menyatakan bahwa perusahaan lebih mengutamakan dana

internal daripada dana eksternal dalam aktivitas pendanaan. Apabila

perusahaan mengalami keterbatasan dana internal maka perusahaan akan

mencari dana dari pihak eksternal. Pernyataan tersebut didukung

Bringham dan Gapenski (1996) menyatakan bahwa perusahaan yang

memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana

dari sumber ekstern yang lebih besar.

Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana

perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan

dengan periode sebelumnya. Suatu perusahaan yang mengalami

pertumbuhan yang tinggi berarti perusahaan tersebut berhasil

meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan laba. Pertumbuhan

perusahaan mengambarkan tolak ukur dari keberhasilan suatu

perusahaan. Karena hal tersebut telah menunjukkan bahwa perusahaan

telah memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki agar bisa

menghasilkan pertumbuhan yang baik. Dalam penelitian ini pertumbuhan

penjualan merupakan proksi dari pertumbuhan perusahaan.


2.1.13 Ukuran Perusahaan

Menurut Agustina (2016) Ukuran perusahaan menjelaskan mengenai

bagaimana kondisi suatu perusahaan baik itu berupa jumlah karyawan,

jumlah pendapatan perusahaan, total aset, total ekuitas (selisih antara

aktiva dan kewajiban), dan kapitalisasi pasar (nilai saham yang beredar

dipasar). Menurut Marietta (2013) Ukuran Perusahaan merupakan

skala besar kecilnya suatu perusahaan yang ditentukan berdasarkan

beberapa indikator yaitu total penjualan, total aktiva, dan rata-rata

tingkat penjualan perusahaan.

Ukuran perusahaan atau Firm Size merupakan gambaran dari suatu

perusahaan, perusahaan dengan skala besar akan lebih mudah

melakukan akses ke dunia pasar modal sedangkan perusahaan dengan

skala kecil belum tentu dapat melakukan aksses ke dunia pasar modal

secara mudah, oleh karena itu akses ke dunia pasar modal dapat

diartikan sebagai fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk

menarik pemegang saham atau investor sehingga dengan skala

perusahaan yang besar perusahaan akan mendapatkan pemegang

saham atau investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan

dan hal ini akan menambah modal bagi perusahaan termasuk untuk

membayar dividen (Marietta, 2013).

Ukuran perusahaan dapat dikatakan memiliki pengaruh terhadap

pembayaran dividen karena ketika perusahaan dengan ukuran aset

yang cukup besar, maka akan menarik para investor atau pemegang
saham. Semakin besar skala ukuran perusahaan dan semakin bnayak

investor yang masuk, maka semakin besar pula modal yang didapat

perusahaan serta semakin banyak pula kewajiban perusahaan dalam

membayar kewajibannya termasuk dividen (Marietta, 2013). Ukuran

perusahaan dapat diukur dengan volume penjualan maupun total aktiva

atau total aset, rumus dari ukuran perusahaan dapat diformulasikan

sebagai berikut.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Dasar atau acuan yang berupa teori atau temuan melalui hasil

berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang snagat perlu dan

dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah stau data pendukung yang

menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian

terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam

penelitian ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa

jurnal dan skripsi terdahulu terkait dengan penelitian yang dilakukan

penulis.

1) Evi Komalasari aji Darma (2018) yang meneliti “Pengaruh Likuiditas,

Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Kebijakan Deviden pada

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI (Studi kasus pada sector

Industri Makanan dan Minuman 2013-2017)”. Variabel independen

yang digunakan adalah Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan

dan Leverage, sedangkan Variabel dependen yang digunakan adalah

kebijakan Dividen. Teknik analisis data yang digunakan yaitu Teknik


analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

variable ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kebijakan deviden, sedangkan likuiditas, profitabilitas dan leverage

berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap kebijakan deviden

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

2) A.Yulianti (2020) yang meneliti “Faktor-faktor yang mempengaruhi

Kebijakan Deviden pada perusahaan sector barang konsumsi yang

terdaftar di BEI periode 2017-2019”. Variabel independen yang

digunakan adalah Profitabilitas, Likuiditas dan Hutang sedangkan

variable dependen yang digunakan adalah Kebijakan Deviden. Teknik

analsisi data yang digunakan yaitu Teknik analisis regresi linier

berganda. Hasil penelitian ini menemukan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan deviden, hasil yang

berbeda yaitu likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan deviden, sedangkan hutang berpengaruh negative dan tidak

signifikan terhadap kebijakan deviden.

3) Ida Ayu Putri Pertami Dewi dan Ida Bagus Panji Sedana (2018) yang

meneliti “Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Deviden pada

Perusahaan Manufaktur di BEI”. Variable independen yang digunakan

adalah profitabilitas, likuiditas, tingkat pertumbuhan perusahaan dan

ukuran perusahaan, sedangkan variabel dependen yang digunakan

adalah kebijakan deviden. Teknik yang digunakan yaitu Teknik analisis

regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan berpengaruh positif dan


signifikan terhadap kebijakan deviden sedangkan hasil analisis dari

tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh negative dan signifikan

terhadap kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Indonesia.

4) Christine Febrina Sembiring (2018) yang meneliti “Pengaruh Leverage,

Likuiditas, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan

Deviden Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI

periode 2013-2016”. Variabel independent yang digunakan adalah

Leverage, likuiditas, profitabilitas dan ukuran perusahaan, sedangkan

variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan deviden. Teknik

analisis data yang digunakan adalah Teknik analisis regresi linier

berganda. Hasil penelitian dengan uji parsial menunjukkan bahwa

leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh

signifikan terhadap kebijakan deviden, sedangkan likuiditas memiliki

pengaruh yang tidak signifikan terhadap kebijakan deviden perusahaan

property dan real estate di BEI peroide 2013-2016.

5) Yusneni Afrita Nasution (2018) yang meneliti “Analisis Faktor-faktor

yang mempengaruhi kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur

periode 2013-2016 yang terdaftar di BEI”. Variabel independen yang

digunakan adalah Profitabilitas, Kebijakan Hutang, Pertumbuhan

Perusahaan, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan sedangkan variabel

dependen yang digunakan adalah Kebijakan deviden. Teknik analisis

yang data digunakan adalah Teknik analisis regresi panel. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas, kebijakan hutang,


pertumbuhan perusahaan, likuiditas dan ukuran perusahaan secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden.

6) Komang Ayu Novita Sari dan Luh Komang Sudjarni (2015) yang

meneliti “Pengaruh Likuiditas, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan dan

Profitabilitas terhadap Kebijakan Deviden pada perushaan Manufaktur

di BEI”. Variabel independent yang digunakan adalah likuiditas,

leverage, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas, sedangnkan

variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan deviden. Teknik

analisis data yang digunakan adalah Teknik analisis linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan likuiditas (CR), leverage (DER), growth

(TA) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden sedangkan

profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

deviden pada perusahaan manufaktur di BEI.

7) Wira Andi Kurniawan (2017) yang meneliti “Faktor-Faktor yang

mempengaruhi kebijakan Deviden pada perusahaan Non Keuangan

yang terdaftara di BEI”. Variabel independen yang digunakan adalah

Likuiditas, profitabilitas, kebijakan hutang, ukuran perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan

set kesempatan investasi, sedangkan variabel dependen yang

digunakan adalah kebijakan deviden. Teknik analisis data yang

digunakan adalah Teknik analisis regresi linier berganda. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa likuiditas, profitabilitas, ukuran

perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan kepemilikan institusional

mempengaruhi kebijakan deviden, di sisi lain kebijakan hutang, arus


kas bebas dan set kesempatan investasi tidak mempengaruhi kebijakan

deviden.

8) Putu Ayu Noviana Pramesti (2019) yang meneliti “ Pengaruh

profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan pada perusahaan

Lembaga keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016”. Variabel

independent yang digunakan adalah profitabilitas, likuiditas dan ukuran

perusahaan, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah

kebijakan deviden. Teknik analisis data yang digunakan adalah Teknik

analisis regresi linie berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

deviden dengan nilai 0,039. Sama halnya dengan variabel likuiditas

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden dengan tingkat

signifikansi 0,010. Sementara itu ukuran perusahaan berpengaruh tidak

signifikan terhadap kebijakan deviden dengan nilai signifikansi sebesar

0,035.

9) I Gusti Ayu Indah Kusuma Dewi (2019) yang meneliti “ Pengaruh cash

ratio, Debt to equity ratio, Net profit margin, growth ratio dan struktur

kepemilikan terhadap Deviden Payout Ratio pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2018”. Variabel

independent yang digunakan adalah cash ratio, Debt to equity ratio,

Net profit margin, growth ratio dan struktur kepemilikan sedangkan

variabel dependen yang digunakan adalah Deviden Payout Ratio”.

Teknik analisis data yang digunakan adalah Teknik analisis regresi

linier berganda. Hasil penelitian dengan uji t menunjukkan bbahwa cash


ratio berpengaruh negative terhadap deviden payout ratio, sedangkan

debt to equity ratio, net profit margin, growth dan struktur kepemilikan

tidak berpengaruh terhadap deviden payout ratio.

10) Ni Wayan Rina Firdayani (2019) yang meneliti “Analisis Faktor-

faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden pada perusahaan jasa

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016”. Variabel

independent yang digunakan adalah cash ratio, return on asset, debt to

total asset, dan debt to equity ratio, sedangkan variabel dependen yang

digunakan adalah kebijakan deviden. Teknik analisis data yang

digunakan adalah Teknik analisis regresi linier berganda. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa variabel cash ratio berpengaruh

positif terhadap kebijakan deviden, sedangkan variabel return on asset,

debt to total asset, dan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap

kebijakan deviden pada perusahaan jasa yang terdaftar di bursa efek

Indonesia tahun 2016.

11) M.Alfian Firmansyah, dkk (2020) yang meneliti “ Pengaruh

profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan

deviden yang terdaftar di bursa efek Indonesia”. Variabel independent

yang digunakan adalah profitabilitas, likuiditas dan ukuran

perusahaan, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah

kebijakan devidn. Teknik analisis data yang digunakan adalah Teknik

analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini diketahui bahwa

profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan

deviden. Kemudian likuiditas diketahui berpengaruh negative dan


signifikan terhadap kebijakan deviden, dan ukuran perusahaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden.

12) Suci Wahyuliza dan Ratna Fahyani (2019) yang meneliti “ Pengaruh

Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Struktur Modal Dan

Return On Equity Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Variabel

Independent Yang Digunakan Adalah Pertumbuhan Perusahaan,

Ukuran Perusahaan, Struktur Modal Dan Return On Equity,

Sedangkan Variabel Dependen Yang Digunakan Adalah Kebijakan

Deviden. Yeknik Analisis Data Yang Digunakan Adalah Teknik

Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil Penelitian Menunjukkan

Bahwa Pertumbuhan Perusahaan Tidak Berpengaruh Terhadap

Kebijakan Dividen, Sedangkan Ukuran Perusahaan, Struktur Modal

Dan Return On Equity Berpengaruh Terhadap Kebijakan Dividen.

Persamaan pada penelitian ini yaitu Teknik analisis data yang

digunakan yaitu Teknik analisis regresi linier berganda, adanya beberapa

kesamaan variabel bebas yang digunakan yaitu variabel profitabilitas,

likuiditas, hutang, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan

adanya kesamaan variabel terikat yang digunakan yaitu variabel kebijakan

deviden. Perbedaan pada penelitian ini yaitu dilihat dari lama tahun

pengamatan yang di ambil dan ada perbedaan jenis perusahaan yang

digunakan meliputi perusahaan jasa.


BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESI

3.1 Kerangka Berpikir

Sugiyono (2018:129) menjelaskan bahwa kerangka berpikir

merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari

berbagai teori yang telah dideskripsikan. Teori-terori yang telah

dideskripsikan selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga

menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti.

Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan dalam

perusahaan yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama.

Dalam kebijakan dividen ditentukan jumlah alokasi laba yang dapat

dibagikan kepada para pemegang saham dan alokasi laba yang dapat

ditahan perusahaan. Semakin besar laba yang ditahan, semakin kecil laba

yang akan dibagikan kepada para pemegang saham.

Kebijakan dividen penting bagi manajemen untuk memutuskan

apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu periode akan dibagi

semua atau sebagaian dibagikan untuk dividen, kemudian sebagian lagi

tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan.

Kebijakan dividen tergambar pada dividend payout ratio, yaitu

presentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai, artinya besar

kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi

pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan

perusahaaan. Dalam menentukan kebijakan deviden perusahaan juga harus


memperhatikan fakor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen

antara lain adalah profitabilitas, likuiditas, utang, pertumbuhan perusahaan

dan ukuran perusahaan.

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam

memperoleh laba. Laba perusahaan tersebut yang akan digunakan dalam

melakukan pembayaran dividennya. Besarnya tingkat pembayaran dividen

yang dibagikan kepada pemegang saham sangat dipengaruhi oleh besarnya

tingkat laba yang dihasilkan suatu perusahaan.

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek, ketika posisi likuiditas perusahaan cenderung

baik maka perusahaan akan cenderung memberikan dividen yang lebih

besar.

Hutang merupakan sumber dana atau pembiayaan eksternal yang

digunakan perusahaan untuk menjadi pendanaan perusahaan. Adapun

debt ratio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

seluruh kewajiban yang ditujukan oleh beberapa bagian modal sendiri

yang digunakan untuk pembayaran hutang. pada gilirannya akan

mempengaruhi besar kecilnya laba bersih bagi para pemegang saham

termasuk jumlah dividen yang diterima.

Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat mempengaruhi dari

kebijakan dividen. Tingkat pertumbuhan perusahaan yang semakin cepat

mengakibatkan makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang

untuk membiayai pertumbuhannya.


Ukuran perusahaan adalah salah satu ukuran atau besarnya sebuah

perusahaan yang dapat dilihat dengan besarnya aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan.

Semua factor-faktor ini harus diperhatikan perusahaan dalam

membagikan deviden kepada para pemegang sahamnya, maka kerangka

berfikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini:
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir
Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Utang, Pertumbuhan Perusahaan Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Deviden Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek 2018-2020

Reseach GAP Kajian Penelitian


Sebelumnya
Evi K.A.D (2018
Apakah Profitabilitas, Likuiditas, Utang, A.Yulianti (2020)
Pertumbuhan Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan I. A. Putri P.D. dan
I.B. Panji Sedana
berpengaruh Terhadap Kebijakan Deviden Pada
(2018)
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Christine Febrina
Efek Indonesia Tahun 2018-2020? Sembiring (2018)
Yusneni Afrita
Nasution (2018)
Komang Ayu Novita
Sari dan Luh Komang
H1: Profitabilitas berpengaruh Terhadap
Sudjarni (2015)
Kebijakan Deviden pada perusahaan manufaktur Wira Andi
yang terdaftar di BEI tahun 2018-2020 Kurniawan (2017)
Putu Ayu Noviana
H2: Likuiditas berpengaruh Terhadap Kebijakan Pramesti (2019)
Deviden pada perusahaan manufaktur yang I Gusti Ayu Indah
Kusuma Dewi (2019)
TEORI terdaftar di BEI tahun 2018-2020
Ni Wayan Rina
Firdayani (2019)
Agency H3: Utang berpengaruh Terhadap Kebijakan
M.Alfian Firmansyah,
Deviden pada perusahaan manufaktur yang dkk (2020)
Theory dan terdaftar di BEI tahun 2018-2020 Suci Wahyuni dan
Ratna Fahyani (2019)
Signaling
H4: Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh
Theory, Terhadap Kebijakan Deviden pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2018-
2020

H5 : Ukuran Perusahaan berpengaruh Terhadap


Kebijakan Deviden pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2018-2020

Teknis Analisis Regresi Linier Berganda

Pembahasan

Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran

Sumber: Hasil Pemikiran Peneliti 2021


Gambar 3.2
Model Penelitian

Profitabilitas

Likuiditas
Kebijakan
Utang Deviden

Pertumbuhan
Ukuran Perusahaan
Perusahaan

Sumber: Hasil Pemikiran Peneliti 2021

3.2 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka

berfikir serta teori yang relevan maka hipotesis yang dikembangkan dalam

penelitian ini adalah sebagai brikut :

3.2.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Deviden

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk

memperoleh laba (Suartono, 2014:122). Menurut Kasmir (2016:196) rasio

profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memeberikan ukuran tingkat

efektivitas manajemen suatu perusahaan. Salah satu yang menjadi factor

penentu pembayaran deviden yang menjadi acuan adalah laba yang

diperoleh perusahaan. Laba yang diperoleh perusahaan tersebutlah yang

digunakan untuk membayar deviden kepada para pemegang saham.

Semakin besar tingkat laba yang diperoleh akan mempengaruhi


pembayaran deviden yang akan dibagikan kepada investor. Maka hipotesis

yang dapat di ambil yaitu :

H1 : Profitabilitas berpengaruh pisitif dan signifikan terhadap kebijakan

deviden

3.2.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Deviden

Damayanti, dkk (2014) daIam penelitiannya menjelaskan bahwa

likuiditas adalah alat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendeknya. Dewi, dkk (2015)

mengungkapkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan

dividen. Hai ini dikarenakan rasio likuiditas ini yang membandingkan

kewajiban jangka pendek dengan sumber daya lancar yang tersedia dalam

perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tersebut. likuiditas

daIam penelitian ini diproksikan dengan Current Ratio. Current Ratio ini

dihasilkan dengan menghitung total aset lancar dan dibagi dengan

kewajiban jangka pendek. Sehingga dapat menghasilkan kesimpulan

bahwa semakin besar curren ratio, maka semakin besar pula kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dan

hubungannnya dengan dividen, bahwa semakin besar kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, maka semakin

besar pula kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen. Dan dari

sisi investor, investor dapat memperoleh keyakinan bahwa perubahaan

tersebut mampu membayarkan dividen sesuai yang dijanjikan jika curren

ratio dalam perusahaan itu tinggi. Berdasarkana penjelasan tersebut, dapat

ditarik kesimpulan bahwa likuiditas perusahaan memiliki pengaruh positif


terhadap kebijakan dividen karena likuiditas yang tinggi, akan

memberikan kemampuan bagi perusahaan untuk membayarkan dividen

yang lebih besar. Maka hipotesis yang dapat diambil adalah:

H2 : Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan

dividen

3.2.3 Pengaruh Utang terhadap Kebijakan Deviden

Hutang merupakan salah satu sumber pendanaan yang didapatkan

dari pihak eksternal dan digunakan perusahaan untuk mencukupi

kebutuhan dana perusahaan. Dalam penelitian Amijaya, dkk (2016)

mengungkapkan bahwa jika perusahaan membayarkan dividen, hal itu

akan mengakibatkan laba ditahan menjadi lebih rendah sehingga

perusahaan cenderung menggunakan dana dari hutang untuk menunjang

kegiatan operasionalnya karena ketidakmampuan dana internal untuk

membiayai pertumbuhan perusahaan. Hal tersebut dilakukan agar para

pemegang saham dapat dipertahankan untuk berinvestasi pada

perusahaannya dan sekaligus memberikan sinyal positif terhadap pasar,

karena sejatinya investor selalu menginginkan pembagian dividen yang

besar dan stabil. Menurut Hidayat (2013) hutang berpengaruh positif

terhadap kebijakan dividen. Jadi hipotesis yang dapat ditarik adalah:

H3: Hutang berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

3.2.4 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Deviden

Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat berpengaruh dari kebijakan

deviden. Tingkat pertumbuhan yang semakin cepat mengakibatkan makin

besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai


pertumbuhannya (Riyanto, 2013:267). Pertumbuhan perusahaan dapat

dilihat melalui pertumbuhan asset yang yang dimiliki perusahaan setiap

tahunnya. Tingkat pertumbuhan pada penelitian ini diprioritaskan dalam

Growth dengan melihat jumlah aset pada saat ini dengan aset sebelumnya.

Pertumbuhan perusahaan dapat memberikan sinyal positif yang diharakpan

oleh pihak dalam maupun luar perusahaan. Menurut Syardiana dkk. (2015)

pertumbuhan perusahaan akan menghasilkan tingkat pengembalian yang

semakin tinggi karena pertumbuhan memiliki aspek yang menguntungkan

bagi pihak investor. Maka hipotesis yang dapat ditarik yaitu:

H4 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh positif terhadap Kebijakan

Deviden.

3.2.5 Pengaruh Ukuran Peruusahaan terhadap Kebijakan Deviden

Ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk

tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian (Brigham dan

Houston, 2013:117). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya

suatu perusahaan yang ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-

rata penjualan (Riyanto, 2013:305). Ukuran perusahaan pada penelitian ini

diprioritaskan dengan logaritma dari total aset, untuk dapat mengukur

jumlah nilai kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan. Perusahaan-

perusahaan dengan yang lebih besar akan lebih mampu membayarkan

deviden dibandingkan dengan ukuran yang lebih kecil (Mehta, 2012).

Ukuran perusahaan yang besar cenderung akan membagikan deviden lebih

besar dibandingkan dengan perusahan kecil, karena perusahaan yang

memiliki aset besar akan lebih mudah untuk memasuki pasar modal.
Kemudahan tersebut berarti untuk flesibelitas dan kemampuannya untuk

memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki

rasio pembayaran deviden lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil.

Semakin besar ukuran perusahaan maka deviden yang dibagikan akan

semakin besar juga. Maka hipotesis yang dapat ditarik yaitu :

H5 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Kebijakan

Deviden.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang tergolong

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dengan mengakses situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id

4.2 Obyek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah profitabilitas,

likuiditas, utang, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan

kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa

efek Indonesia periode 2018-2020.

4.3 Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Variabel terikat (dependent variabel) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas

(independent) (Sugiyono, 2018:97). Variabel terikat sering disebut

sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen. Dalam penelitian ini

yang merupakan variabel dependen adalah kebijakan deviden.

2) Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya dan timbulnya

variabel terikat (dependen) (Sugiyono, 2018:96). Variabel bebas sering

disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, dan antesenden. Dalam


penelitian ini yang merupakan variabel independennya adalah:

profitabilitas, likuiditas, utang, pertumbuhan perusahaan dan ukuran

perusahaan.

4.4 Definisi Operasional Variabel

1) Kebijakan Deviden

Deviden adalah Kebijakan dividen merupakan salah satu

kebijakan yang harus diambil oleh seorang manajer keuangan

apakah laba bersih yang diperoleh perusahaan akan dibagikan

dalam bentuk dividen atau tidak dibagikan hanya sebagai laba

ditahan. Kebijakan dividen dapat diukur menggunakan rasio

pembayaran dividen atau yang sering disebut Dividend Payout

Ratio (DPR). Dividend payout ratio adalah perbandingan antara

dividen per lembar saham dengan laba per lembar saham yang

dinyatakan dengan presentase pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2018-2020.

Rumusnya yaitu:

Dividen Per Share


Dividen Payout ratio= x100%...................... (1)
Earning Per share

2) Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu rasio untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau untuk

mengukur seberapa besar tingkat laba yang dapat diperoleh

perusahaan, semakin besar tingkat profitabilitas mencerminkan

semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan (Sutrisno,

2013). Return On Equity merupakan rasio profitabilitas untuk


mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dengan modal yang dimiliki perusahaan, laba yang digunakan

dalam mengukur Return On Equity atau ROE merupakan laba

bersih setelah dikurangi pajak. Rumus Return On Equity dapat

diformulasikan sebagai berikut.

Laba setelah pajak


ROE= ……………………………… (2)
Modal sendiri

3) Likuiditas

Likuiditas merupakan salah satu aspek yang dapat

digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan, karena likuiditas

merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendek (Sutrisno, 2013). Likuiditas perusahaan dalam

laporan keuangan dapat dilihat dari aktiva lancar atau aset lancar

yang dapat dijadikan uang tunai berupa kas, piutang, persediaan

dan sebagainya (Sutrisno, 2013). Current Ratio adalah rasio

keuangan yang paling sering digunakan dalam mengukur rasio

likuiditas, rasio likuiditas pada dasarnya tidak memiliki ketentuan

khusus mengenai seberapa besar Current Ratio yang dianggap baik

ataupun yang harus dipertahankan oleh perusahaan karena tingkat

Current Ratio bergantung pada jenis usaha yang dilakukan dari

perusahaan (Syamsuddin, 1994). Current Ratio merupakan

perbandingan antara aktiva lancar atau aset lancar (meliputi kas,

piutang dagang, efek, persediaan, dan lainnya) dengan hutang

lancar atau liabilitas jangka pendek (meliputi hutang dagang,

hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang
harus segera dibayar) (Sutrisno, 2013). Formula Current Ratio

dapat ditulis sebagai berikut.

Aktiva Lancar
Current Ratio= ……………………. (3)
Hutang Lancar

4) Utang

Hutang merupakan sumber modal perusahaan yang berasal

dari pihak eksternal seperti kreditur yang waktu pembayarannya

telah ditentukan di awal dan harus dibayar kembali atau wajib

dipenuhi perusahaan dalam jangka waktu tersebut kepada pihak

eksternal atau kreditur. Debt to Equity Ratio yaitu untuk mengukur

rasio hutang dengan modal sendiri, semakin tinggi DER (Debt to

Equity Ratio) maka semakin rendah modal sendiri dibanding

dengan hutang perusahaan (Sutrisno, 2013). Rumus DER dapat

diformulasikan sebagai berikut.

Total Hutang
Debt ¿ Equity ratio= …………………. (4)
Total Ekuitas

5) Pertumbuhan Perusahaan

Rasio pertumbuhan (growth ratio) merupakan rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan

posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan

sektor usahanya yang dapat diukur dengan pertumbuhan aset,

dimana aset menunjukka akriva yang digunakan untuk aktivitas

operasional perusahaan. Menurut Kasmir (2012:114) Growth ratio

diukur dengan selisih total aktiva pada tahun t dengan total aktiva

pada tahun t-1 terhadap total aktiva pada t-1 yang dinyatakan
dalam presentase pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama periode 2018-2020. Rumusnya yaitu :

TAt−TAt−1
Pertumbuhan Perusahaan= …………………. (5)
TAt−1

6) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan atau Firm Size merupakan gambaran

dari suatu perusahaan, perusahaan dengan skala besar akan lebih

mudah melakukan akses ke dunia pasar modal sedangkan

perusahaan dengan skala kecil belum tentu dapat melakukan aksses

ke dunia pasar modal secara mudah, oleh karena itu akses ke dunia

pasar modal dapat diartikan sebagai fleksibilitas dan kemampuan

perusahaan untuk menarik pemegang saham atau investor sehingga

dengan skala perusahaan yang besar perusahaan akan mendapatkan

pemegang saham atau investor yang akan menanamkan modalnya

di perusahaan dan hal ini akan menambah modal bagi perusahaan

termasuk untuk membayar dividen (Marietta, 2013). Ukuran

perusahaan dapat diukur dengan volume penjualan maupun total

aktiva atau total aset, rumus dari ukuran perusahaan dapat

diformulasikan sebagai berikut.

Firm Size = Ln Total Aset……………………………… (6)

4.5 Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


1) Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk

angka-angka dan dapat diukur dalam satuan hitung. Data kuantitatif

dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan dari perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode

2018-2020.

2) Data Kualitatif

Data kualitatif adalah merupakan data yang tidak berbentuk angka-

angka seperti sejarah umum dari perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia selama periode 2018-2020.

4.5.2 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder, data yang telah

dikumpulkan dan dipublikasikan oleh orang lain. Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode

2018-2020.

4.6 Populasi dan Sampel

1) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono,2017:136). Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini


adalah semua perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2018-2020.

2) Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2018:149). Teknik pengambilan

sampel yaitu non probability sampling dengan menggunakan metode

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018:156). Adapun kriteria

perusahaan dalam penelitian ini yaitu:

a) Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia

secara berturut-turut tahun 2018-2020.

b) Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan periode 2018-

2020

c) Perusahaan menggunakan mata Uang Rupiah

d) Perusahaan mendapatkan laba periode tahun 2018-2020

e) Perusahaan yang membagikan deviden secara berturut-turut dari

tahun 2018-2020. Pembagian deviden berturut-turut

mengindikasikan bahwa perusahan mampu memberikan hasil

yang diharapkan oleh investor secara berkesinambungan.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka pemilihan sampel dapat dirinci

dalam Tabel 4.1 sebagai berikut :

Table 4.1

Sampel Penelitian

Kriteria Jumlah
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 193

tahun 2018-2020
Pengambilan sampel berdasarkan kriteri (Pusposive sampling) :
Perusahaan Manufaktur yang tidak terdaftar di bursa efek (35)

Indonesia secara berturut-turut tahun 2018-2020.


Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan (25)

periode 2018-2020
Perusahaan yang tidak menggunakan mata Uang Rupiah (26)

Perusahaan yang tidak mendapatkan laba (rugi) periode (43)

tahun 2018-2020
Perusahaan yang tidak membagikan deviden secara (29 )

berturut-turut dari tahun 2018-2020


Jumlah sampel perusahaan 35
Tahun Pengamatan 3
Jumlah total data sampel 105
Sumber : data diolah (2021)

4.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari catatan atau

dokumen-dokumen perusahaan guna mendapatkan data yang diperlukan.

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa laporan

keuangan seperti Laporan Laba Rugi dan Neraca. Sumber dokumentasi

penelitian ini terdapat pada lembaga atau instansi terbuka di Bursa Efek

Indonesia (BEI) (www.idx.co.id).

4.8 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis regresi berganda. Analisis berganda adalah analisis untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas (independent) yang jumlahnya lebih

dari satu terhadap satu variabel terikat (dependent). Metode analisis regresi

linier berganda digunakan untuk menjelaskan hubungan dan seberapa

besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebelum

melakukan teknik analisis regresi linier berganda, perlu dilakukan uji

asumsi klasik terlebih dahulu untuk memastikan model tersebut tidak

terdapat masalah normalitas, multikolinieritas, autokerelasi, dan

heteroskedastisitas. Apabila semua uji asumsi tersebut telah terpenuhi,

maka model analisis layak untuk digunakan.

4.8.1 Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,

2018:239). Statistik deskriptif dalam pengolahan data bertujuan untuk

mendapatkan gambaran ringkas dari sekumpulan data, sehingga dapat

disimpulkan keadaan data secara mudah dan cepat. Selain itu juga dapat

ditentukan jenis pengolahan statistik lebih lanjut yang sesuai dengan

karakteristik dari data tersebut.

4.8.2 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui data yang digunakan

dalam model telah memenuhi atau belum ketentuan dalam model regresi

dengan melakukan beberapa pengujian uji normalitas, uji

heteroskedastitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinieritas.

1) Uji normalitas merupakan pengujian untuk mengetahui apakah variabel

bebas dan variabel terikatnya memiliki distribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal Ghozali (2016:154). Untuk mendeteksi terpenuhi

atau tidaknya asumsi normalitas ini, digunakan pendekatan uji

Kolmogrov-Smirnov dengan kriteria sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

b) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal.

2) Uji heteroskedastitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varia dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu ke pengamatan lain

sama, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas (Ghozali, 2016:134). Cara untuk menguji ada atau

tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji

Glejser, yaitu dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap

variabel independen. Jika probabilitas signifikansinya diatas tingkat

kepercayaan 0,05 maka tidak mengandung heteroskedastisitas.


3) Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2016:107). Jika

terjadi korelasi, berarti ada masalah autokorelasi. Untuk dapat

mendeteksi adanya autokerelasi dapat dilihat dari uji Durbin-Watson

(d). Nilai d dihitung terlebih dahulu lalu dibandingkan dengan data

batas atas (dU) dan nilai batas bawah (dL) untuk berbagai nilai n

(jumlah sampel) dan k (jumlah variabel bebas) yang ada di dalam tabel

Durbin-Watson dengan kriteria sebagai berikut (Ghozali, 2016:108).

a) 0 < d < dL, berarti ada autokorelasi positif

b) dL < d < dU, berarti tidak dapat disimpulkan

c) dU < d < 4-dU, berarti tidak terjadi autokorelasi

d) 4-dU < d < 4-dL, berarti tidak dapat disimpulkan

e) 4-dL < d < 4, berarti ada aotokorelasi negative

4) Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali,

2016:103). Untuk mendeteksi adanya multikol atau tidak dalam suatu

model regresi maka dapat dilakukan dengan melihat nilai VIF

(Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance value. Jika tolerance

value > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikoloniearitas dan

begitu pula sebaliknya, apabila tolerance value < 0,10 dan VIF > 0,10

maka terjadi multikoloniearitas.

4.8.3 Regresi Linier Berganda


Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi

linear berganda yang dibantu dengan program pengolahan data SPSS.

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara

lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat (Ghozali, 2018:96).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah profitabilitas, likuiditas, utang,

pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan, variabel terikatnya

adalah kebijakan deviden. Model persamaan regresi dalam penelitian ini

adakah sebagai berikut:

DPR = a + βROE + βCR + βDER + βGR + βFS + e…………………….

(1)

Keterangan :

DPR = Kebijakan Deviden

a = Konstanta

β = Koefisien regresi

ROE = Return On Equity (Profitabilitas)

CR = Current Ratio (Likuiditas)

DER = Debt To Equity Ratio (Utang)

GR = Growth (Pertumbuhan Perusahaan)

FS = Firm Size (Ukuran Perusahaan)

e = Standar error

4.8.4 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)

1) Koefisien Determinasi (R2 )


Koefisien determinasi (R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel bebas

(dependen). Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu.

Koefisien determinasi menunjukkan proposi yang diterangkan oleh

variabel independen dalam model terhadap variabel terikatnya, sisanya

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.

2) Uji F

Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

(independen) terhadap variabel terikat (dependen) secara bersamaan.

Hasil uji F diketahui dari tabel analisis varian (ANOVA). Dalam

penelitian ini digunakan tingkat signifikansi 5%. Kriteria pengujian

hipotesis dengan menggunakan statistik F adalah:

a) Jika nilai signifikansi F < 0,05 maka dapat dikatakan terdapat

pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas

terhadap variabel terikat.

b) Jika nilai signifikansi F > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang

signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

3) Uji T

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghozali, 2016:99). Pengambilan keputusan uji t

dapat dilakukan dengan :


a) Jika sig t ≤ 0,05, maka variabel independen secara individual

berpengaruh terhadap variabel dependen

b) Jika sig t > 0,05, maka variabel independen secara individual tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.


DAFTAR PUSTAKA

Dharma, Evi Komala Sari Aji. 2018. Analisis Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas,

Ukuran Perusahaan dan Leverage pada Perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI (Studi kasus pada Sektor Industri Makanan dan Minuman

2013-2017). Kripsi. Universitas Islam Indonesi.

Yulianti. A. 2020. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Deviden

pada perusahaan sector Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2017-2019. Skripsi. Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Putri Pertami Dewi, Ida Ayu dan Ida Bagus Panji Sedana. 2018. Faktor-faktor

yang mempengaruhi Kebijakan Deviden pada Perusahaan Manufaktur di

Bursa efek Indonesi. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol.7, No. 7. Universitas

Udayana.

Febrina sembiring, Christine. 2018. Pengaruh Leverage, Likuiditas, Profitabilitas

Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Properti

Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-

2016. Kripsi. Universitas Sumatra Utara.

Afrita nasution, Yusneni. 2018. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi

Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2013 – 2016


Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Sumatra

Utara.

Ayu Novita Sari, Komang dan Luh Komang Sudjarni. 2015. Pengaruh Likuiditas,

Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap

Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI. E-jurnal

Manajemen Unud, Vol.4, No.10. Universitas udayana.

Andi Kurniawan, Wira. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan

Dividen Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia. Jurnal Bisnis dan akuntansi. Vol.19, No.1a. Stie Trisakti.

Ayu Noviana Pramesti, Putu. 2019. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan ukuran

perusahaan Terhadap Kebijakan Deviden pada Perusahaan Lembaga

Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013-2016. Skripsi.

Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Indah Kusuma dewi, I Gusti Ayu. 2019. Pengaruh Cash Ratio, Debt To Equity

Ratio, Net Profit Margin, Growth Ratio Dan Struktur Kepemilikan

Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018. Skripsi. Universitas

Mahasaraswati Denpasar.

Rina Firdayani, Ni Wayan. 2019. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2016. Jurnal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Mahasaraswati Denpasar.

Firmansyah, M. Alfian, dkk. 2020. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas Dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur


Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal. Values. Volume 1 Nomer

2. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Wahyuliza, Suci dan Ratna Fahyani. 2019.Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan,

Ukuran Perusahaan, Struktur Modal Dan Return On Equity Terhadap

Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia. Jurnal. Program Studi Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi (STIE) Haji Agus Salim Bukittinggi, Sumatra Barat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai