OLEH
IVO JUNIARTI MANIK
180523057
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
Loan to Deposits Ratio ( LDR ) terhadap Non-performing loan ( NPL ) di PT Bank Mandiri di
Indonesia. Data dalam penelitian ini didapatkan dengan mengunduh laporan keuangan yang
digunakan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melalui website resmi sehingga data dalam penelitian
ini merupakan data sekunder. Teknik Analisis data menggunakan analisis regresi berganda dan
diolah dengan menggunakan bantuan SPSS. Populasi dan sampel dalam penelitian adalah PT
Bank Mandiri menggunakan laporan keuangan per kuartalan selama periode 2011 – 2020,
sehingga data diamati sebanyak 40 pengamatan. Hasil penelitian ini secara parsial menunjukkan
bahwa Loan to Deposit Ratio, dan Capital Adequacy Ratio, secara serempak berpengaruh
signifikan terhadap Non Performing Loan pada PT Bank Mandiri Tbk (Persero). Demikian
juga Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Non
Performing Loan pada PT Bank Mandiri Tbk (Persero) dan Capital Adequacy Ratio
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Non Performing Loan pada PT Bank Mandiri
Tbk (Persero).
Kata Kunci : Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Capital
Adequacy Ratio (CAR).
ABSTRACT
Keywords: Non Performing Loans (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR) and Capital
Adequacy Ratio (CAR).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kehadirat, rezeki, dan karunianya sehingga penulis mampu menyelesaikan
pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Kepada kedua orang tua yang tercinta, Ayah Hotlen Manik S.Pd., Ibu
Linda Silalahi S.Pd., terima kasih atas cinta kasih dan pengorbanan Ayah dan
Ibu yang tidak akan pernah dapat terbalas.
1. Bapak Dr. Fadli, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas SumateraUtara.
2. Ibu Dr. Raina Linda Sari, S.E., M.Si., selaku Ketua dan Ibu Inggrita Gusti
Sari Nasution, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Departemen Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Raina Linda Sari, S.E., M.Si., selaku dosen Pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.
4. Bapak Irsyad Lubis S.E., M.Soc.,Ph.D. selaku dosen Penguji 1 yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.
5. Bapak Haroni Doli Hamoraon S.E., M.Si. selaku dosen Penguji 2 yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis.
6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.
7. Saudara kandung saya Martua Januarison Manik S.Pd, Ika
Afriani Manik S.Pd.SD., Novita Antania Manik S.Si, Simon
Meyerson Manik S.E dan Keponakan saya La Vechia
Hutapea, Brielle Olivia Tarigan, El vano Hutapea, serta
Opung saya, terima kasih atas doa, kasih sayang, dan
dukungan nya.
8. Kerabat saya Santi Octavia Malango A.Md.keb., Dugur
Yolanda Sipayung S.E, Irma Sari Sinaga S.E, Putri Sihombing
S.E, Yessy Silvia Purba S.E, Dini Lestari Purba S.E, weny
Enjelika Doloksaribu S.Si, Intan Arsita Sidabutar yang telah
memberikan dukungan dan doa dalam penyusunan skripsi
ini.
9. Seluruh teman-teman yang turut membantu penyelesaian
skripsi ini,namun tidak dituliskan pada lembar ini,penulis
mohon maaf dan tidak mengurangi rasa terimakasih
penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca dan penulis lainnya.
Halaman
ABSTRAK................................................................................................................
ABSTRACK..............................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
DAFTAR TABEL ....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................
1.1. Latar Belakang......................................................................................
1.2. Rumusan Masalah................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
membiayai kegiatan usaha. Seperti halnya bank yang memiliki peranan yang
Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan perbankan
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, dan tabungan atau dalam bentuk lainnya.
Kredit bagi suatu bank merupakan aset bank yang diberikan kepada
kepada masyarakat bank akan mendapatkan pendapatan lain seperti provisi kredit
dan pendapatan administrasi kredit. Kredit dapat diberikan oleh siapa saja
yang memiliki kemampuan, yang melalui perjanjian utang piutang antara pemberi
utang (kreditur) disatu pihak dan penerima pinjaman (debitur) dilain pihak.
Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri kreditur,
yaitu untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur, dengan hak
untuk menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya, disertai dengan
bunga yang disepakati saat perjanjian kredit tersebut disetujui oleh kedua belah
pihak. Selama kedua belah pihak melaksanakan hak dan kewajibannya dengan
baik sesuai perjanjian maka tidak akan timbul yang namanya kredit
pelaksanaan prosedur perkreditan, itikad kurang baik dari pemilik, pengurus atau
uang pinjaman sesuai batas waktu yang telah disepakati. Terhadap kredit
bermasalah yang akan timbul diperlukan penanganan yang segera oleh pihak bank
kesehatan bank.
kebutuhan. Bahkan bagi negara maju yang sudah kuat pun, uang sangat
keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh
kolektibilitas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M). Sedangkan
terhadap pembayaran tersebut dapat dilihat berdasarkan pada data historis (past
penilaian kolektibilitas secara kualitatif didasarkan pada prospek usaha debitur dan
debitur yang dinilai adalah kemampuan debitur membayar kembali pinjaman dari
hasil usahanya (sebagai first way out) sesuai perjanjian. Kredit bermasalah
disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal merupakan
penyebab yang paling utama dari adanya kondisi kredit macet ini berasal dari
pihak lembaga keuangan atau penyedia pinjaman itu sendiri. Perlu diketahui
bahwa setiap kali ada pihak bank ataupun layanan penyedia yang menawarkan
Setiap manusia tentunya tidak bisa memprediksi dengan pasti apa yang
akan terjadi di masa depan. Ditambah lagi dengan adanya kondisi dan juga situasi
selanjutnya dari adanya kondisi kredit macet adalah datang dari pihak peminjam
atau pihak kreditur itu sendiri. Pihak debitur atau peminjam ini bisa berbentuk
bentuk ketidakstabilan dari bisnis yang mereka lakukan, atau memang sengaja
untuk tidak membayar kreditnya secara tepat waktu. Selain itu, menurunnya
aktivitas ekonomi dan juga tingginya suku bunga kredit pun juga turut
memenuhi kebutuhan konsumtif. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain mewajibkan pihak peminjam untuk
melalui konsolidasi dari bisnis jasa keuangan dan lebih mengutamakan peluang
dan akuisisi bank atau perusahaan keuangan lainnya yang dapat memberikan nilai
Dapat dilihat perkembangan total kredit yang disalurkan meningkat dari tahun
2012 – 2021. Pada tahun 2012, jumlah Total kredit yang disalurkan sebesar 388,8
Triliun .Kemudian pada tahun 2013 turun menjadi 57,3 Triliun. Kemudian
ditahun 2014 jumlah Total kredit yang disalurkan naik menjadi 196,2 Triliun.
Kemudian ditahun 2015 Total kredit yang disalurkan naik menjadi 536,03 Triliun,
pada tahun 2016 Total kredit disalurkan naik kembali sebesar 662,01 Triliun.
Kemudian pada tahun 2017 total kredit yang disalurkan bertambah naik menjadi
729,54 Triliun, tahun 2018 total kredit yang disalurkan turun menjadi 7,06
Triliun. Kemudian tahun 2019 naik kembali menjadi 841,86 Triliun, tahun 2020
naik menjadi 892,8 dan pada tahun 2021 total kredit yang disalurkan naik kembali
Dapat dilihat Total kredit Bermasalah mengalami naik turun dari tahun
2012 – 2021. Pada tahun 2012, Total kredit Bermasalah sebesar 7.302 Miliar.
Kemudian pada tahun 2013 naik menjadi 9.021 Miliar. Kemudian ditahun 2014
Total kredit Bermasalah menjadi 11.410. kemudian ditahun 2015 Total kredit
Bermasalah naik menjadi 12.209 Miliar, pada tahun 2016 naik sebesar 23.441
Miliar. Kemudian tahun 2017 Total kredit Bermasalah turun menjadi 22.234
Miliar, tahun 2018 Total kredit Bermasalah menjadi 25 Miliar. Kemudian tahun
2019 Total kredit Bermasalah sebesar 7.014,5 Miliar, tahun 2020 naik menjadi
9.748,6 Miliar dan pada tahun 2021 Total kredit Bermasalah turun menjadi 5.703
Miliar.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyadi, Iqbal & Lauren (2014)
(NPL). Rasio CAR pada Bank Mandiri di tahun 2012 sebesar 15,48%. Kemudian
pada tahun 2013 jumlah turun CAR menjadi 14,93%. Kemudian ditahun 2015
jumlah CAR naik menjadi 18,60%, pada tahun 2016 jumlah CAR naik menjadi
21,36%. Kemudian pada tahun 2017 jumlah CAR tutun menjadi 21,03%, tahun
2018 jumlah CAR menjadi 20,96 %. Kemudian tahun 2019 jumlah CAR naik
menjadi 21,38%, tahun 2020 jumlah CAR turun menjadi 19,90 dan pada tahun
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyadi, Iqbal & Lauren (2014)
(NPL). Rasio CAR pada Bank Mandiri Pada tahun 2012 jumlah LDR sebesar
77,66%. Kemudian pada tahun 2013 jumlah LDR naik menjadi 82,97%,
ditahun 2015 jumlah LDR mengalami kenaikan menjadi 87,05%, pada tahun
2016 jumlah LDR menurun menjadi 85,86%. Kemudian pada tahun 2017 jumlah
LDR mengalami kenaikan menjadi 90,04%, tahun 2018 jumlah LDR naik kembali
menjadi 92,6%. Kemudian tahun 2019 jumlah LDR mengalami kenaikan menjadi
94%, tahun 2020 jumlah LDR turun menjadi 93,6% dan pada tahun 2021 jumlah
Dari laporan keuangan Bank Mandiri rasio NPL tahun 2012 sebesar
1,88%. Kemudian pada tahun 2013 rasio NPL naik menjadi 1,91%, Kemudian
ditahun 2014 rasio NPL mengalami kenaikan menjadi 2,15%. Kemudian ditahun
2015 rasio NPL naik menjadi 2,29%, pada tahun 2016 rasio NPL naik kembali
menjadi 3,96%. Kemudian pada tahun 2017 rasio NPL turun menjadi 3,45%.
tahun 2018 jumlah rasio NPL mengalami penurunan menjadi 2,79%, Kemudian
tahun 2019 rasio NPL turun kembali menjadi 2,53%, tahun 2020 jumlah rasio
NPL turun kembali menjadi 1,33% dan pada tahun 2021 rasio NPL mengalami
Performing Loan (NPL) di Bank Mandiri juga diteliti oleh beberapa penelitian
terdahulu. Dapat dilihat pada Tabel 1.1 perbandingan hasil penelitian beberapa
Tabel 1.1
research gap dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tahun penelitian maupun
pengaruh pertumbuhan kredit, maka dari itu peneliti mengambil judul penelitian :
1. Bagi Penulis
3. Bagi Pembaca
(Persero).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
sehingga selalu saja ada anggapan bahwa yang berhubungan dengan bank
selalu ada kaitannya dengan uang. Hal ini tidak salah karena bank merupakan
kredit bagi masyarakat (Widyawati, 2018). Kegiatan utama bank tidak hanya
diberikan oleh bank kepada masyarakat, salah satu fasilitas tersebut berupa
menerima kredit sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat antara 2 (dua) pihak
atau lebih.
seperti itu, kredit akan mengambil alih sebagian fungsi uang (yang dipergunakan
untuk pembayaran tunai) karena hampir segala hal dilakukan dengan kredit.
dapat membantu proses produksi dari bahan hingga barang jadi dan
barang.
melalui penggunaan cek, giro, wesel, promes, dan kartu kredit yang
6. Kredit dapat menciptakan daya beli baru bagi para debitur, meskipun
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
kredit yang berada dalam kolektibilitas kredit kurang lancar, diragukan dan macet.
Peraturan BI menetapkan bahwa bank harus menjaga nilai rasio NPL berada
umum menentukan nilai rasio NPL bank tidak boleh melebihi 5%, jika suatu bank
memiliki nilai NPL lebih dari 5% maka bank tersebut dianggap tidak sehat.
ejspansi pinjaman agresif, peluang kerugian pinjaman juga lebih tinggi ( Kashif,
Iftikhar, & Iftikhar, 2016). Dari banyaknya kredit yang diberikan dalam
kepada bank seperti yang telah diperjanjikan (ismail,2011) secara umum, kredit
bermasalah diproksikan dalam rasio NPL ( Non- performing Loan ). NPL ( Non-
performing Loan ) adalah salah satu pengukuran dari resiko usaha bank yang
menunjukkan besarnya resiko kredit bermasalah yang ada pada suatu bank. Oleh
sebab itu, dampak kredit bermasalah terhadap perekonomian adalah Naiknya NPL
modal sendiri dari sektor swasta mengalami penurunan. Karena itu, praktis hanya
belanja negara dan kredit perbankanlah yang masih bisa diharapkan sebagai
pengolahan kredit yang dijalankan oleh bank meliputi organisasi, pelaksana, dan
pengawasan guna untuk berjalannya kredit sesuai dengan kesepakatan antara bank
dan debitur. Langkah langkah manajemen kredit adalah Pengelolaan kredit adalah
kunci utama bagi perbankan nasional untuk tetap bertahan dalam persaingan yang
yaitu:
A. Perencanaan kredit.
E. Pengawasan kredit.
Kredit merupakan dana masyarakat yang telah diolah oleh pihak bank
(Kasmir, 2018);
kebutuhan pribadi atau dengan keluarga, misalnya kredit rumah dan mobil. PT
Bank Tabungan Negara (persero) Tbk merupakan salah satu bank yang memiliki
fasilitas layanan kredit konsumtif sektor perumahan yang diberikan kepada
Kredit Modal Kerja Kredit yang satu ini biasanya dimanfaatkan sebagai modal
Kredit Investasi Hampir sama dengan kredit modal kerja, kredit investasi ini juga
bersifat produktif, dimana kredit ini dimanfaatkan sebagai bentuk investasi atau
beberapa perubahan yang cukup besar. Perubahan yang dapat dirasakan ini salah
satunya adalah bidang industri. Bidang industri ini menjadi lebih ketat
mencari keuntungan, pihak bank juga harus memikirkan sisi keamanan dan
(Widyawati, 2018).
Tahun 1998 tentang Perbankan, dalam pasal (1) ayat (2) , disebutkan bahwa
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
perantara keuangan antara masyarakat yang lebih dana dengan masyarakat yang
kekurangan dana.
dari seorang atau badan yang diberikan kepada seorang atau badan lainnya yaitu
bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala
Perbankan, disebutkan bahwa: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
Dari pengertian kredit diatas dapat disimpulkan bahwa kredit dalah suatu
pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada deficit unit atau calon debitur yang
serta agunan yang harus dipenuhi oleh calon debitur dalam pengajuan kredit, dan
membayar kembali pokok pinjaman serta bunga sesuai dengan jangka waktu yang
telah disepakati.
yang telah diterima (Ismail, 2016:93). Namun dalam usaha penyaluran kredit
nasabah tidak mampu lagi untuk melunasi kreditnya. Permasalahan kredit yang
dan tanggung jawab dari pengelola kredit atau satuan kerja perkreditan
mengabaikan target pemberian kredit yang harus dicapai sesuai dengan kebijakan
yaitu adanya non performing loan (NPL) yang melebihi batas kewajaran yang
ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan yaitu 5%. Statistik Perbankan Indonesia
(SPI) per Juni yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus
2017 secara rata rata Non Performing Loan (NPL) BPR sebesar 6,93 persen.
Namun jika ditarik ke belakang dalam era pengawasan Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NPL BPR secara nasional ini terus membesar dari
tahun ke tahun. Tercatat NPL tahun 2012 sebesar 4,75%, tahun 2013 sebesar
4,41%, tahun 2014 sebesar 4,75%, tahun 2015 sebesar 5,37%, dan tahun 2016
bermasalah.
Menurut Kasmir (2012:95) yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5C dan
analisi 7P.
adapun prinsip kredit dengan analisis 5C dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Character (Watak/Kepribadian)
Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini
bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar
dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah, baik yang
2. Capacity (Kemampuan)
untuk mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemapuannya pada
3. Capital (Modal)
setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana
dari sumber lainnya atau modal sendiri dengan kata lain, capital dalah untuk
4. Collateral (Agunan)
Merupakan jaminan yang diberikan oleh debitur kepada bank baik yang
bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang
diberikan. jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga apabila terjadisuatu
dan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi
tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya
juga dengan melihat prospek usaha tersebut dimasa yang akan datang.
1. Personality
maupun masa lalunya. Personality juga mencangkup sikap, emosi, tingkah laku,
2. Party
berbeda pula dari bank. Kredit pengusaha lemah sangat berbeda dengan kredit
pengusaha yang kuat modalnya, baik dari segi jumlah bunga, dan persyaratan
lainnya.
5. Perpose
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujun pengambilan kredit dapat
6. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasbah dimasa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kedit
yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, buka hanya bank yang rugi, tetapi juga
nasabah.
7. Payment
diambil atau sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang
diperolehnya.
8. Profitability
Profitability diukur dari priode ke periode apakah tetap sama atau akan
9. Protection
melalu suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang
lazimnya disebut analisis atau penilaian kredit ini merupakan salah satu tahapan-
tahapan lainnya dalam proses pemberian kredit bank menurut Rachmat Firdaus
1. Persiapan kredit
informasi dasar antara calon debitur dengan bank, terutama calon debitur
yang baru pertama kali akan mengajukan kredit kepada bank, biasanya
Dalam hal ini diadakan penilaian yang mendalam tentang keadaan usaha
2) Aspek pemasaran
mempunyai prospek pemasaran yang baik, baik dilihat dari segi konsumen
Peralatan atau teknologi yang digunakan baik kapasitas maupun jenisnya serta
proses produksinya, hendaknya efektif dan efisien dalam arti masih memberikan
4) Aspek keuangan
pokok pinjaman maupun bunganya dalam jangka waktu yang telah disepakati.
5) Aspek yuridis/hukum
hukum yang berlaku termasuk bentuk hukum debitur, lengkapnya surat-surat izin
jaminan/agunan.
Usaha yang akan dibiayai oleh kredit bank tersebut hendaknya dapat menyerap
tenaga kerja dilingkungan sekitar usaha, serta sedapat mungkin tidak merusak
lingkungan hidup.
usaha pemohon kredit itu layak untuk diberi fasilitas kredit atau tidak. Seandainya
dan mampu mengembalikan kredit, baik pokok maupun bunga sesuai jangka
Atas dasar laporan hasil analisis kredit, maka pihak bank melalui pemutus kredit
baik berupa seorang pejabat yang ditunjuk atau pimpinan bank tersebut maupun
satu komite dengan anggota lebih dari satu orang pejabat dapat memutuskan
kredit tidak layak, maka permohonan tersebut harus segera ditolak, surat
diplomatis namun cukup jelas. Dan jika permohanan tersebut layak untuk
Setelah calon debitur mempelajari dan menyetujui isi keputusan kredit serta bank
telah menerima dan meneliti semua persyaratan kredit daricalon debitur, terutama
surat-surat asli bukti jaminan serta syarat syarat yang lainnya, seperti copy
NPWP dan bukti-bukti pembayaran pajak, maka kedua belah pihak (bank dan
Dalam tahap administrasi kredit ini, maka kredit yang telah direalisasi, baik yang
telah ditarik oleh debitur maupun yang belum ditarik, segera dibukukan dengan
Disamping itu, tentunya dilaksanakan juga pembukuan secara benar dan baik.
Pada tahap ini dilaksanakan pula persiapan terhadap antara lain, berkas-berkas
adalah upaya pengamanan kredit yang telah diberikan oleh bank dengan jalan
c. Kurang lancar (KL) yaitu terdapat tunggakan pembayaraan pokok dan atau
d. Diragukan (D) yaitu terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga
e. Macet (M) yaitu terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga
yang telah melampaui 270 hari. Menurut Ismail (2010:123) kredit bermasalah
adalah kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan
pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang telah ditanda
akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu kredit. Misalnya kredit
b) Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani kredit dan nasabah,
d) Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya komisaris, direktur
Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah sengaja untuk tidak melakukan
sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar. Dan penyelewengan yang dilakukan
nasabah dengan menggunakan dana kredit tersebut tidak sesuia dengan tujuan
penggunaan.
menyetujui ataupun menolak permohonan kredit dari calon debitur. Hal ini
1) Rescheduling
dilakukan kepada debitur yang mempunyai iktikad baik akan tetapi tidak memiliki
diberikan bank yaitu Perpanjangan jangka waktu kredit, Jadwal angsuran bulanan
di ubah jadi triwulan dan memperkecil angsuran pokok dengan jangka waktu akan
lebih lama
2) Reconditioning
seluruh atau sebagian perjanjian yang telah dilakukan oleh bank dengan nasabah.
3) Restructuring
pemberian kredit. Beberapa cara yang dilakukan oleh bank dalam restrukturisasi
antara lain, Bank dapat memberikan tambah kredit, Tambahan dana berasal dari
4) Kombinasi
jumlah kredit. Hal ini dilakukan karena bank melihat bahwa debitur dapat
serta diberikan tambahan waktu agar total angsuran perbulan menurun, sehingga
nasabah.
dilakukan oleh bank misalnya jangka waktu diperpanjang, kredit ditambah, dan
5) Eksekusi
dimiliki oleh bank. Hasil penjualan agunan diperlukan untuk melunasi semua
kewajiban debitur baik kewajiban atas pinjaman pokok, maupun bunga. Sisa atas
secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang
dikerjakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan kedalam tugas-tugas yang
tercapainya tujuan.
pelaksanaan kerja sesuai dengan rencana atau tidak, dengan maksud untuk dapat
pengelolaan kredit yang harus dilaksanakan oleh pihak lembaga keuangan dengan
organisasi yang paling berpengaruh secara historis adalah manajemen kredit, hal
ini dikhususkan untuk institusi yang berususan dengan layanan keuangan seperti
bank dan lembaga keuangan lainnya. Akan tetapi terlalu mahal bagi lembaga
atau lambat akan mengalami kinerja buruk yang ditandai oleh terjadinya kredit
macet.
dana pinjamannya. Manajemen kredit tidak dapat berhasil jika dana pinjaman
tidak dapat diterima sepenuhnya. Standar peminjaman yang baik adalah lembaga
harus tepat dan bijaksana (Appiah, Asamoah, dan Narkotey, 2015). Oleh karena
itu, manajemen kredit harus menetapkan kreteria spesifik yang harus dipenuhi
oleh pelanggan sebelum menerima pengaturan kredit yang diusulkan dan sebagai
bagian dari proses evaluasi, manajemen kredit juga meminta penentuan total batas
diharapkan.
2) Meminimalisir kredit bermasalah.
perjanjian.
risiko terjadi karena bunga gagal ditagih (Kasmir, 2008 : 295). Rasio CAR
Tertimbang menurut Risiko (ATMR). CAR adalah rasio kecukupan modal yang
Penurunan jumlah CAR merupakan akibat dari menurunnya jumlah modal bank
modal bank yang kecil disebabkan oleh adanya penurunan laba yang diperoleh
perusahaan. Penurunan laba yang terjadi pada bank salah satunya terjadi karena
peningkatan kredit bermasalah atau kualitas kredit yang buruk (Taswan, 2006).
terhadap NPL yang terjadi pada lembaga perbankan yang terdaftar di BEI. Hasil
yang diwakilkan oleh rasio CAR harus mampu menutupi seluruh risiko usaha
yang dihadapi oleh bank, termasuk risiko kerugian yang terjadi akibat terjadinya
kredit bermasalah. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan teori yang
diungkapkan oleh Ali (2004) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi CAR maka
semakin besar kemampuan bank dalam meminimalisir risiko kredit yang terjadi
sehingga kredit bermasalah yang terjadi dalam bank akan semakin rendah dengan
besarnya cadangan dana yang diperoleh. Hasil penelitian ini memperkuat temuan
empirik yang dilakukan oleh Soebagio (2005) dan Wimboh (2004) menunjukkan
yang dipakai guna menghitung tingkat nilai kredit terhadap banyak jumlahnya dana
(2005:116), LDR ialah rasio diantara semua pemberian total kredit oleh bank
terhadap penerimaan dana oleh pihak bank. LDR menjelaskan bagaimana besar
kekuatan bank untuk kembali membayar dana yang telah ditarik deposan
Non-Performing Loan (NPL) ialah rasio keuangan yang dipakai guna menghitung
kinerja manajemen bank pada saat melakukan pengelolaan kredit macet atau
bermasalah yang bank berikan. Risiko usaha bank diantaranya adalah risiko kredit,
hal ini disebabkan oleh pengembalian kredit yang tidak menentu atau debitur tidak
melunasi kredit yang telah diberikan pihak bank (Manurung & Hasibuan, 2004). Non-
Performing Loan (NPL) yaitu rasio yang membanding jumlah kredit macet atau
bermasalah dengan total penyaluran kredit lalu disajikan dengan bentuk persentase.
Pengukuran risiko kredit bisa menggunakan nilai rasio NPL, bila nilai rasio NPL
rendah maka tingkat kredit bemasalah yang dialami juga rendah, berarti kondisi bank
tersebut juga baik dan sebaliknya bila nilai tingkat NPL tinggi maka akan tinggi juga
risiko kredit yang diterima pihak bank (Ali, Ahmed, & Henry, 2004).
Berdasarkan definisi tersebut dan penelitian yang telah dikerjakan oleh Km. Suli
H3: Adanya pengaruh simultan antara Capitals Adequacy Ratio (CAR) serta Loans to
NPL yang tinggi menunjukkan semakin menurunnya kesehatan bank, dan juga
akan berdampak pada penurunan tingkat penyaluran kredit. Bank harus dapat
menjaga kreditnya agar jauh dari resiko kredit, tetapi jika Bank tidak dapat
menjaga kreditnya maka Bank tersebut harus mengurangi kredit yang diberikan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Apsari (2014) yang menunjukkan bahwa
LDR
NPL
CAR
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah pada
baru didasarkan pada teori yang relevan dan belum berdasarkan fakta-fakta
adalah:
METODE PENELITIAN
Ilmiah yang sistematis terhadap bagian – bagian dan fenomena serta Kausalitas
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis LDR dan CAR terhadap
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
tulisan ilmiah, jurnal, dan laporan-laporan ilmiah terdahulu yang ada kaitannya
dengan penelitian ini. Data ini juga yang diperoleh dari sumber-sumber
belakang
perusahaan, visi misi perusahaan, struktur organisasi, jumlah penyaluran kredit dan jumlah
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan variabel dalam bentuk yang lebih operasional,
agar dapat menghindari interfensi yang berbeda – beda maka penulis mendefenisikan sebagai
berikut :
1. Kredit bermasalah adalah kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak
dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai dengan perjanjian yang
2. Manajemen kredit adalah sistem pengelolaan kredit yang harus dilaksanakan oleh pihak
lembaga keuangan dengan sebaik – baiknya mulai dari perencanaan kredit, penentuan
suku bunga kredit,prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit, sampai kepada
pengawasan kredit.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu salah satu cara
penelitian dengan menggambarkan serta menginterpretasi suatu objek sesuai dengan kenyataan
yang ada, tanpa dilebih-lebihkan. Penelitian deskriptif sering disebut sebagai non
eksperimen, dikatakan demikian karena penelitian ini seseorang yang meneliti tidak melakukan
manipulasi variabelanalisis dan juga selalu mengutamakan fakta, sehingga peneliti ini murni
menjelaskan dan menggambarkannya. Sejalan dengan fokus masalah dan tujuan penelitian,
maka peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Kredit bermasalah
NPL = X 100%
Total Kredit
mengetahui jumlah rasio LDR dan CAR. Pelaksanaan Manajemen kredit yang ada di
PT Bank Mandiri, maka peneliti melihat nilai LDR dan CAR, selama 10 tahun.
LDR = X 100%
Total DPK
Modal
CAR = X 100%
ATMR
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yang menggunakan teknik analisis data
regresi linier berganda yaitu untuk regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen dan
satu variabel dependen secara time series (antar waktu). Dengan menggunakan dari data time
series sebanyak 40 data pengamatan dengan periode quartal selama 2011-2020. Data-data yang
diperoleh akan diolah dengan menggunakan program aplikasi SPSS. Metode analisis data yang
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi,
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antara variabel
independen, yaitu profitabilitas (X1), Pertumbuhan Penjualan (X2) dan Likuiditas (X3) terhadap
variabel dependen yaitu Struktur Modal (Y). Metode regresi linier berganda dalam penelitian ini
Y = Struktur Modal
β0 = Konstanta
X1 = Profitabilitas
X2 = Pertumbuhan Penjualan
X3 = Likuiditas
benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi pengujian asumsi klasik meliputi:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013). Cara yang digunakan untuk melihat
apakah data normal atau tidak adalah dengan melakukan analisis grafik dengan melakukan
analisis statistik. Analisis grafik ini dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram dan
probability plot. Sedangkan analisis statistik dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-
Smirnov.
a. Analisis Statistik
Analisis statistik untuk mendeteksi normalitas data dapat dilihat melalui Kolmogorov-
1) Nilai sig. atau signifikan atau nilai probabilitas < 0.05 distribusi adalah tidak normal.
2) Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0.05 distribusi adalah normal.
1) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho ditolak, yang
2) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka Ho diterima, yang
Menurut Ghozali (2013), uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi di antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
dilihat dari nilai tolerance (TOL) dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen
dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff
yang umum diapakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance ≤
0.10 atau sama dengan VIF ≥ 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang
masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0.10 sama dengan tingkat kolonieritas
0.95. walaupun multikolinieritas dapat didieteksi dengan nilai Tolerance dan VIF, tetapi kita
masih tetap tidak dapat mengetahui variabel-variabel independen mana saja yang saling
berkolerasi.
3. Uji Heteroskedasitas
Menurut Ghozali (2013), Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada
4. Uji Autokorelasi
observasi yang tersusun dalam rangkaian waktu atau yang tersusun dalam rangkaian ruang.
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan karena pada data runtut waktu (time series)
gangguan pada seseorang individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya.
Pada penelitian ini digunakan uji Durbin-Watson. Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu (First Order Autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variable lag diantara variable bebas. Hipotesis
HA : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Tabel 3.5
Durbin-Watson d Test
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <d L
Tidak ada autokorelasi positif No d L ≤ d ≤ dU
Decision
Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4−d L < d <4
Tidak ada autokorelasi negative No 4−d U ≤ d ≤ 4−d L
Decision
Tidak ada autokorelasi positif atau Tidak d U <d < 4−d U
negative ditolak
Sumber : Ghozali (2013)
Keterangan :
1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien
3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada
4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara
Menurut Ghozali (2013), Koefisien Determinasi atau disebut dengan R-squard digunakan
untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Koefisien Determinasi (R2) pada dasarnya mengukur proporsi atau persentase
sumbangan variabel independen yaitu variabel Label Profitabilitas (X1), Pertumbuhan Penjualan
(X2) dan Likuiditas (X3) terhadap variasi naik turunnya variabel dependen yaitu Struktur Modal
(Y) secara serempak, dimana 0 ≤ R2 ≤ 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
Jika sebuah model regresi sudah memnuhi syarat asumsi klasik maka akan digunkan
Menurut Ghozali (2013), bahwa Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi)
a. Profitabilitas
Modal.
b. Pertumbuhan Penjualan
Modal.
c. Likuiditas
H 1 : β3 <0 , Artinya Likuditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Struktur Modal.
Menurut Ghozali (2013), uji F menunjukkan apakah semua variabel independen atau variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau
serempak terhadap variabel dependen atau variabel terikat. Kaidah pengujian signifikansi
secara manual adalah dengan menggunakan Tabel F, Hipotesis statistik dirumuskan sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Sumber : Lampiran 2
1. Jumlah seluruh data pengamatan dalam penelitian ini berjumlah 40 dengan laporan quartal pada
PT Bank Mandiri Tbk (persero) periode 2011-2020. Tiga variable yang digunakan skala rasio
yaitu Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, dan Capital Adequacy Ratio.
2. Variabel Dependen Non Performing Loan (Y) memiliki nilai minimum sebesar -0,37 persen
pada tahun 2013 Quartal IV, dan nilai maksimum sebesar 3,96 persen yang dimiliki oleh
3. Variabel Independen Loan to Deposit Ratio ( X 1 ) memiliki nilai minimum sebesar 67,93
persen pada tahun 2011 Quartal I, dan nilai maksimum sebesar 97,94 persen yang dimiliki
oleh perusahaan pada tahun 2019 Quartal II, dengan mean 85,31 persen.
4. Variabel Independen Capital Adequacy Ratio ( X 2 ) memiliki nilai minimum sebesar 13,40
persen pada tahun 2013 Quartal IV, dan nilai maksimum sebesar 21,8 persen yang dimiliki
oleh perusahaan pada tahun 2019 Quartal III, dengan mean 18,24 persen.
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui data yang dimiliki memiliki sifat BLUE (Best
Linier Unbias Estimated), untuk itu dilakukan beberapa tahapan pengujian yaitu uji normalitas,
heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas. Namun saat pengolahan uji normalitas, data
yang diperoled tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan pengecekkan outlier, dan ditemukan
pada tahun 2016-2017, sehingga pada tahun tersebut harus di drop (hapus) dan dilakukan pengujian
ulang kembali.
1. Uji Statistik
Tabel 4.3
Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 32
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .11298797
Most Extreme Differences Absolute .146
Positive .146
Negative -.128
Test Statistic .146
Exact Sig. (2-tailed) .459
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Lampiran 17
Pada Tabel 4.3 diketahui nilai probabilitas atau Exact. Sig. (2-tailed) sebesar 0,459 > α
2. Uji Histogram
Sumber : Lampiran
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Pendekatan ini menganalisis grafik histogram dimana data yang baik adalah data yang
mempunyai pola berbentuk lonceng yakni distribusi data tersebut tidak menceng kekiri
atau menceng kekanan, kedua model grafik yang mengikuti garis diagonal.
3. Uji Grafik
Sumber : Lampiran
Gambar 4.2
Grafik P-Plot
Pada Gambar diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal, hal tersebut menyatakan bahwa data berdistribusi
normal. Berdasarkan kedua gambar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa setelah
dilakukan uji normalitas bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi
secara normal.
1. Uji Statistik
Tabel 4.4
Uji Glejser
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.157 .156 -1.005 .323
LDR .000 .002 -.014 -.070 .945
CAR .014 .007 .409 1.999 .055
a. Dependent Variable: abs_res
Sumber : Lampiran 18
Dari uji Glejser Tabel 4.4, diketahui nilai Sig. Glejser pada Loan to Deposit Ratio 0,945 > α
(0,05), dan nilai Sig.Glejser pada Capital Adequacy Ratio 0,055 > α (0,05). hal ini
Sumber : Lampiran
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Dari Grafik Scatterplot diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar dan tidak membentuk
suatu pola. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala Heteroskedastisitas.
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Tolerance VIF
1 (Constant) -.477 .236
LDR .001 .003 .692 1.446
CAR .057 .011 .692 1.446
a. Dependent Variable: NPL
Sumber : Lampiran 19
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai Tolerance dari variabel Loan to Deposit
Ratio, Capital Adequacy Ratio, > 0,1 dan nilai VIF < 10. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.448
Sumber : Lampiran
Berdasarkan uji autokorelasi dengan Durbin Watson, dimana nilai DW sebesar 1,448,
dimana hal ini berada diantara -2 sampai + 2, yang artinya tidak terjadi masalah autokorelasi
Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel Loan
to Deposit Ratio ( X 1 ), Capital Adequacy Ratio (X 2)terhadap Non Performing Loan (Y).
Adapun hasil koefisien regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 4.7 dibawah ini :
Tabel 4.7
Sumber : Lampiran 16
Berdasarkan Tabel 4.7 maka diperoleh hasil persamaan regresi linier berganda sebagai
berikut :
1. Nilai konstanta (β0) sebesar -0,477 menunjukkan bahwa variabel Loan to Deposit Ratio, dan
Capital Adequacy Ratio, dianggap konstan pada tingkat variabel Non Performing Loan.
Apabila nilai variabel independen bernilai 0 atau konstan maka Non Performing Loan (Y)
2. Nilai koefisien regresi dari Loan to Deposit Ratio (β1) = 0,001 > 0, Hal ini menunjukkan bahwa
variabel Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif terhadap Non Performing Loan, artinya
setiap kenaikkan 1 persen Loan to Deposit Ratio, maka Non Performing Loan akan meningkat
3. Nilai koefisien regresi dari Capital Adequacy Ratio (β2) = 0,057 > 0, Hal ini menunjukkan
bahwa variabel Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif terhadap Non Performing Loan,
artinya setiap kenaikkan 1 persen Capital Adequacy Ratio, maka Non Performing Loan akan
Tabel 4.8
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .773a .598 .570 .11682
Sumber : Lampiran 20
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R Square) adalah
0,598 atau 59,8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 59,8 persen variasi Non
Performing Loan dapat dijelaskan oleh variabel bebas, yaitu Loan to Deposit Ratio, dan
Capital Adequacy Ratio, sedangkan sisanya 40,2 persen dijelaskan oleh faktor lain diluar model
penelitian ini.
Pada Tabel 4.9 diketahui jumlah sampel (n) sebanyak 32 data pengamatan dan jumlah
parameter (k) sebanyak 3, sehingga diperoleh df1= 3 - 1 = 2; df2 = n - k = 32 - 3 = 29, maka pada α =
0,05 diperoleh Ftabel = 3,327. Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh nilai Fhitung (21,578) > Ftabel (3,327)
dan signifikansi (0,000) < α (0,05). Hal ini berarti variabel Loan to Deposit Ratio, dan Capital
Adequacy Ratio, secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Loan.
Tabel 4.9
Uji Signifikan Secara Serempak (Uji-F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .589 2 .294 21.578 .000b
Residual .396 29 .014
Total .985 31
a. Dependent Variable: NPL
b. Predictors: (Constant), CAR, LDR
Sumber : Lampiran 21
Tabel 4.10
Hasil Uji t
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.477 .236 -2.019 .053
LDR .001 .003 .026 .185 .854
CAR .057 .011 .759 5.359 .000
a. Dependent Variable: NPL
Sumber : Lampiran 16
Berdasarkan Tabel 4.10 maka diperoleh dengan (n) = 32, jumlah parameter (k) = 3, df =
berikut :
1. Nilai koefisien regresi dari Loan to Deposit Ratio (β1) = 0,001 > 0, dengan thitung (0,185) < ttabel
(2,045) dan signifikansi (0,854) > α (0,05) Hal ini menunjukkan bahwa variabel Loan to
Deposit Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Non Performing Loan, artinya
setiap kenaikkan 1 persen Loan to Deposit Ratio, maka tidak signifikan Non Performing Loan
2. Nilai koefisien regresi dari Capital Adequacy Ratio (β2) = 0,057 > 0 dengan thitung (5,359) >
ttabel (2,045) dan signifikansi (0,000) < α (0,05) Hal ini menunjukkan bahwa variabel Capital
Adequacy Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Non Performing Loan, artinya
setiap kenaikkan 1 persen Capital Adequacy Ratio, maka Non Performing Loan akan meningkat
4.8 Pembahasan
Nilai koefisien regresi dari Loan to Deposit Ratio (β1) = 0,001 > 0, dengan thitung (0,185) <
ttabel (2,045) dan signifikansi (0,854) > α (0,05) Hal ini menunjukkan bahwa variabel Loan to
Deposit Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Non Performing Loan, artinya setiap
kenaikkan 1 persen Loan to Deposit Ratio, maka tidak signifikan Non Performing Loan akan
Loans to Deposit Ratio ialah rasio yang dipakai guna menghitung tingkat nilai kredit terhadap
banyak jumlahnya dana masyarakat serta penggunaan modal sendiri. Berdasarkan penuturan
Dendawijaya (2005:116), LDR ialah rasio diantara semua pemberian total kredit oleh bank terhadap
penerimaan dana oleh pihak bank. LDR menjelaskan bagaimana besar kekuatan bank untuk kembali
membayar dana yang telah ditarik deposan Menggunakan sumber likuiditas adalah kredit yang
diberikan. Hasil penelitian ini menunjukkan rasio LDR tidak mempengaruhi perolehan NPL, karena
meskipun perusahaan Bank Mandiri kurang mampu menjaga likuiditas dari pinjaman kredit yang
dilakukan, ia tetap mampu menjaga NPL, yang ditunjukkan dari nilai rata-rata 0,88 persen, yang
artinya kredit bermasalah yang diberikan Bank Mandiri masih lebih rendah dari total kredit yang
diberikan. Dengan demikian hal ini membuat LDR tidak mempengaruhi terhadap NPL.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Seftianne & Ratih (2011) yang mengatakan bahwa
Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Non Performing Loan.
Nilai koefisien regresi dari Capital Adequacy Ratio (β2) = 0,057 > 0 dengan thitung (5,359) >
ttabel (2,045) dan signifikansi (0,000) < α (0,05) Hal ini menunjukkan bahwa variabel Capital
Adequacy Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Non Performing Loan, artinya setiap
kenaikkan 1 persen Capital Adequacy Ratio, maka Non Performing Loan akan meningkat 0,057 kali
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan
cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko terjadi karena bunga
gagal ditagih (Kasmir, 2008 : 295). Rasio CAR diperoleh dari perbandingan antara modal yang
dimiliki dengan Aktiva Tertimbang menurut Risiko (ATMR). CAR adalah rasio kecukupan
modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.
Penurunan jumlah CAR merupakan akibat dari menurunnya jumlah modal bank atau
meningkatnya jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Jumlah modal bank yang
kecil disebabkan oleh adanya penurunan laba yang diperoleh perusahaan. Penurunan laba yang
terjadi pada bank salah satunya terjadi karena peningkatan kredit bermasalah atau kualitas kredit
yang buruk (Taswan, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap NPL. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa permodalan bank yang
diwakilkan oleh rasio CAR mampu menutupi seluruh risiko usaha yang dihadapi oleh bank,
termasuk risiko kerugian yang terjadi akibat terjadinya kredit bermasalah, sehingga hal ini
Hasil penelitian ini tidak sejalan yang dilakukan oleh Soebagio (2005) dan Wimboh
(2004) menunjukkan variabel CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap terjadinya NPL.
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Loan to Deposit Ratio, dan Capital Adequacy Ratio, secara serempak berpengaruh
signifikan terhadap Non Performing Loan pada PT Bank Mandiri Tbk (Persero).
2. Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Non Performing
3. Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Non Performing
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti mendapatkan saran bahwa
Peneliti menyarankan agar supaya peneliti selanjutnya dapat meneliti diluar dari variabel
penelitian ini sehingga hasil yang didapat lebih bervariasi. Namun apabila peneliti
selanjutnya ingin meneliti variabel yang sama, diharapkan peneliti selanjutnya dapat
menambah variabel bebas atau menggantinya dengan yang lain, seperti likuditas,
2. Bagi Perusahaan
Diharapkan penentuan NPL merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan karena baik
dan buruknya NPL akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan.
Kesalahan dalam penentuan NPL akan mempunyai dampak yang luas. Oleh karena itu
khususnya untuk variabel CAR karena variabel ini terbukti memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap NPL perusahaan. Sehingga perusahaan dapat menentukan NPL yang
optimal.
DAFTAR LAMPIRAN
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 40
Sumber : Lampiran 2
Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 32
Positive .146
Negative -.128
Test Statistic .146
Sumber : Lampiran 17
Sumber : Lampiran
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Sumber : Lampiran
Gambar 4.2
Grafik P-Plot
Uji Glejser
Coefficientsa
Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -.157 .156 -1.005 .323
Sumber : Lampiran 18
Sumber : Lampiran
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Sumber : Lampiran 19
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.448
Sumber : Lampiran
Sumber : Lampiran 16
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Sumber : Lampiran 20
Total .985 31
Sumber : Lampiran 21
Hasil Uji t
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.477 .236 -2.019 .053
Sumber : Lampiran 16
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus, Rahmat dan Maya, Ariyanti. 2004. Manajemen perkreditan bank umum : Teori,
masalah, kebijakan dan aplikasinya lengkap dengan Analisis Kredit. Bandung:
Alfabeta.
Hasibuan, H. Malayu. 2007. Dasar-Dasar
Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Kasmir,2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Rajawali Pers: Jakarta. 2011
Manajemen Perbankan. Rajawali pers: Jakarta.
Mulyadi, D. 2016. Analisis Manajemen Kredit Dalam Upaya Meminimalkan Kredit Bermasalah (Studi
Pada PT. BPR Pantura Abadi Karawang). Jurnal Manajemen & Bisnis Kreatif. Diunduh 4
September 2017.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. ALVABETA, Bandung.