Anda di halaman 1dari 124

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA (BEI) TAHUN 2010-2014

OLEH
SURIATI AGUSTINA
NIM 1311060147

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2016
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA (BEI) TAHUN 2010-2014

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai gelar Sarjana Ekonomi

OLEH

SURIATI AGUSTINA

NIM 1311060147

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2016
ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN


OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Suriati Agustina
suriatiagustina@yahoo.co.id
Program Studi S1 Akuntansi
ABFI Institute Perbanas

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh


Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan Debt
default terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, ukuran
perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan debt default, sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah opini audit Going Concern. Populasi
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek
Indonesia tahun 2010-2014. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari laporan keuangan dan laporan auditor independenyang
dipublikasikan melalui internet website resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id
serta data dari Indonesia Capital Market Dictionary (ICMD). Pengambilan
sampel dengan menggunakan purposive sampling dan memperoleh sampel
sebesar 48 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-
2014. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi logistik (logistic regression). Uji ini dilakukan karena data yang
digunakan memiliki variabel terikat (dependent) berupa variabel kategori.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model regresi yang terbentuk dala


penelitian ini adalah Ln  p/1-p  = 0,881 – 0,13 prof +- 0,070 size + 1,656 pro +
3,733 deft + ɛ , dimana p adalah profitabilitas diterimanya opini audit Going
Concern dengan kategori 1, hasil penelitian menyatakan bahwa variabel opini
audit tahun sebelumnya dan debt default berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan opini audit Going Concern dengan tingkat signifikan terhadap
masing-masing 0.000 dan 0.000, sedangkan variabel profitabilitas dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit Going
Concern dengan tingkat signifikan sebesar 0,326 dan 0.690.

Kata Kunci : Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,


Debt default, dan Opini Audit Going Concern
ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE ACCEPTANCE OF AUDIT


OPINION GOING CONCERN IN MANUFACTURING COMPANIES
LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
Suriati Agustina
suriatiagustina@yahoo.co.id
S1 Accounting Studies Program
ABFI Institute Perbanas

This study was conducted to determine the effect of profitability. Company size,
opnion prior year audit, Debt default, and the acceptance of Going Concern
Opinion on companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX).
The independent variable in this study is Profitability, Company Size, Audit
Opinion Prior Year, Debt default, while the dependent variable in this study is the
Going Concern audit opinion. The population of this study is manufacturing
companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2010-2014. This study used
secondary data obtained from the financial statements and independent auditors
report which is published through the internet via the official website
www.idx.co.id Indonesia Stock Exchange as well as data from the Indonesian
Capital Market Dictionary (ICMD). Sampling using purposive sampling and
obtain a sample of 48 sample companies on the Stock Exchange in the year 2010-
2014. Testing the hypothesis In this study perfomed using logistic regression
analysis (logistic regression). This is done because the data used had the
dependent variable from of categorical vaiables.
The result showed that the regression model is established in this study is Ln 
p/1-p  = 0,881 – 0,13 prof +- 0,070 size + 1,656 pro + 3,733 deft + ɛ where p is
the probability of receipt of a Going Concern audit opinion by category 1. The
study states that the variable the previous year’s audit opinion, and debt with a
significance level respectively, 0.000, and 0.000, while the variable profitabilitas
and firm size had no significant effect on the Going Concern audit opinion with
significance level of 0,326 and 0.690.

Keywords : Profitability, Company Size, Audit Opinion Prior Year, Debt default,
and Going Concern Audit Opinion
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang

telah melimpahkan rahmat, serta kasih saying-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Skripsi Tugas Akhir Program Sarjana ini (SAPM) ini.

Penulis SPAM ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi program Pascasarjana ABFI Perbanas.

Penulis menyadari bahwa sampai pada penulisan dan penyusunan SAPM ini,

sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan SPAN ini. Oleh karean ini,

penulis mengucapkan terimakashi kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo selaku Rektor ABFI Perbanas;

2. Bapak Jasman, S.E., Ak., M.B.A., C.A. selaku Kepala program studi S-1

Akuntansi ABFI Perbanas;

3. Bapak Eko Suprapto, S.E.,Ak.,M.Acc selaku pembimbing ahli yang telah

menyediakan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan Penulis, serta

banyak memberikan pengarahan bimbingan kepada penulis demi

kesempurnaan SAPM ini;

4. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar dari ABFI Perbanas selaku staff pengajar

Program Studi Akuntansi;

5. Mama Tercinta selaku orang tua penulis yang telah memberikan cinta,

dukungan, doa, Semangat bagi penulis untuk SAPM ini;


6. Berman soren hansen, S.T., M.M (abang tercinta) yang telah banyak

memberikan bantuan dana, doa, saran, semangat dan masukan dalam

penyusunan SAPM ini;

7. Kakak-kakak (Elvina H, Vera N, Eva Y) yang telah membantu lewat doa dan

dukungan penulis;

8. Topa yang telah memberikan support, doa dan selalu menemani penulis

selama penyelesaian SAPM ini.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang sudah

membantu dalam penyelesaian SAPM ini. Penulis menyadari SAPM ini

belum sempurna, namun harapan penulis semoga SAPM ini bermakna bagi

seluruh pembaca. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Jakarta 29 Febuari 2016

Penyusun,

Suriati Agustina
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...…............................................................................................ v

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah atau Faktor Penelitian .......................................................... 6
C. Batasan Masalah ................................................................................................. 7
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 8

Bab II Kajian Teori, Kerangka Pemikiran, dan Perumusan Hipotesis


A. Kajian Teori ....................................................................................................... 10
B. Penelitian Sebelumnya ....................................................................................... 37
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................................... 46
D. Perumusan Hipotesis .......................................................................................... 47

Bab III Metode Penelitan


A Desain Penelitian ................................................................................................ 53
B. Operasional Variabel .......................................................................................... 53
C. Populasi dan Sampel .......................................................................................... 56
D. Jenis dan Sumber Data ....................................................................................... 57
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 58
F. Pengujian Asumsi-asumsi Model Regresi .......................................................... 59
G. Metode Analisi Data ........................................................................................... 60
Bab IV Analisis dan Pembahasan Penelitian
A. Deskripsi Objek Penelitan ................................................................................... 65
B. Analisis Data ....................................................................................................... 58
C. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................................... 81
Bab V Kesimpulan, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1 ....................................................................................................................... 40
Tabel 2 ....................................................................................................................... 66
Tabel 3 ....................................................................................................................... 67
Tabel 4 ....................................................................................................................... 69
Tabel 5 ....................................................................................................................... 72
Tabel 6 ....................................................................................................................... 73
Tabel 7 ....................................................................................................................... 75
Tabel 8 ....................................................................................................................... 76
Tabel 9 ....................................................................................................................... 79
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan go public di Indonesia mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan laporan

keuangan semakin meningkat. Perusahaan-perusahaan tersebut diwajibkan

untuk melakukan audit atas laporan keuangannya oleh auditor independen,

yaitu auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Peran auditor

diperlukan untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang

menyesatkan, sehingga dengan menggunakan laporan keuangan yang telah

diaudit, para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan bisnis

dengan tepat. Salah satu yang menjadi perhatian auditor terkait dengan

rencana dan pelaksanaan manajemen dalam melakukan analisis kelangsungan

usaha perusahaan. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) khususnya Standar Audit (SA) 570

paragraf 3 menyebutkan bahwa auditor juga bertanggung jawab untuk

memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang ketepatan penggunaan

asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan dan

penyajian laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah terdapat suatu

ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan

kelangsungan usahanya. Auditor dianggap ikut andil dalam memberikan

informasi yang salah, sehingga banyak pihak yang dirugikan (Januarti, 2009).
Oleh karena itu, selain memperoleh informasi mengenai kewajaran laporan

keuangan yang disajikan oleh manajemen, laporan auditor independen juga

memberikan informasi kepada para pengguna laporan keuangan tentang

kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya (going concern).

Going concern (kelangsungan hidup) adalah kelangsungan hidup suatu

badan usaha atau entitas (Ulya, 2012). Going concern dipakai sebagai asumsi

dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang

menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya, informasi yang secara

signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah

berhubungan dengan ketidakmampuan suatu entitas untuk melunasi utangnya

pada saat jatuh tempo. Tetapi, hal tersebut dapat diimbangi dengan

dilakukannya pemeliharaan arus kas yang cukup melalui cara-cara alternatif

seperti, penjualan aset yang dimiliki, penjadwalan kembali pelunasan utang

(pinjaman), atau pemerolehan modal tambahan oleh manajemen (IAPI,

2013).

Masalah yang sering timbul adalah bahwa sulit untuk memprediksi

kelangsungan hidup suatu perusahaan, sehingga menyebabkan auditor

mengalami dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going

concern. Beberapa penyebabnya antara lain, adanya hipotesis self-fulfilling

prophecy yang menyatakan bahwa jika auditor memberikan opini going

concern, dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah

(Kartika, 2012). Disisi lain, opini going concern tetap harus diungkapkan

agar perusahaan dapat melakukan tindakan perbaikan untuk menyelamatkan


perusahaan dari masalah yang ada. Penyebab lainnya adalah tidak terdapatnya

prosedur penetapan status going concern yang terstruktur (Joanna, 1994

dalam Dewayanto, 2011) serta pemberian going concern pada perusahaan

bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh dan Tan, 1999 dalam Dewayanto,

2011). Mutchler (1985) dalam Januarti (2009) menyatakan bahwa kriteria

perusahaan akan menerima opini going concern apabila mempunyai masalah

pada pendapatan, reorganisasi, ketidakmampuan dalam membayar bunga,

menerima opini going concern pada tahun sebelumnya, dalam proses

likuidasi, modal yang negatif, arus kas negatif, pendapatan operasi negatif,

modal kerja negatif, 2 sampai 3 tahun berturut-turut rugi, laba ditahan negatif.

Kelangsungan hidup (Going Concern) perusahaan dapat dilihat dari Opini

Audit Laporan Keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari

proses akuntansi yang menyajikan informasi yang berguna untuk

pengambilan keputusan berbagai pihak dalam Karyanti (2009) dan Pratolo

(2009). Sedangkan Mirna dan Januarti (2007) penelitiannya berpendapat

bahwa perusahaan yang mengganti auditor (auditor switching) menurunkan

kemungkinan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan, dari pada

perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor. Auditor cenderung

mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berikutnya yang sama

dengan opini audit going concern yang dikeluarkan pada tahun sebelumnya.

Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Dalam Siti Istiana

(2010) Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif

mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya


dan lebih dapat mempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat

mempertahankan kelangsungan hidupnya (Going Concern).

Pada kenyataannya, masalah Going Concern merupakan hal yang

kompleks dan terus ada, sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur

yang pasti untuk menentukan status Going Concern pada perusahaan dan

kekonsistenan faktor-faktor tersebut harus diuji agar dalam keadaan ekonomi

yang fluktuatif status Going Concern tetap dapat diprediksi. Dari beberapa

hasil penelitian terutama terkait faktor profitabilitas, penelitian yang

dilakukan oleh Susanto (2009) dan Sutedja (2010) menyimpulkan bahwa

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going

concern. Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Juandini (2012) dan

Dewi (2011) menyimpulkan hasil yang berbeda bahwa profitabilitas tidak

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Selain itu, terdapat penelitian sebelumnya terkait opini audit going concern

yang dihubungkan dengan faktor ukuran perusahaan. Penelitian yang

dilakukan oleh Santosa dan Wedari (2007) menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Menurut Arga

dan Linda (2007) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif

terhadap kecenderungan penerimaan audit going concern. Hal tersebut

diperkuat dengan hasil penelitian Indira Januarti (2009) bahwa besaran

ukuran perusahaan yang dinyatakan dengan in sales berpengaruh signifikan

negatif dengan penerimaan opini audit going concern, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa perusahaan yang besar penjualannya akan lebih mampu


dalam mengatasi kesulitan sehingga tidak akan mudah menerima opini audit

going concern. Namun, hasil penelitian Juandini (2012) dan Dewi (2011)

menunjukkan hasil yang berbeda bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap opini audit going concern

Selanjutnya faktor opini going concern yang diberikan pada hasil audit

tahun sebelumnya telah dinyatakan oleh Susanto (2009) serta Santosa dan

Wedari (2007) yang menyatakan bahwa auditor dalam memberikan opini

audit dengan paragraf going concern akan mempertimbangkan opini audit

yang diberikan kepada auditee pada tahun sebelumnya. Penelitian yang

lainnya yang dilakukan oleh Setyarno et al. (2006) memberikan bukti yang

empiris bahwa terjadi pengaruh signifikan antara opini audit tahun

sebelumnya dengan penerimaan opini audit going concern. Faktor lainnya

terkait dengan debt default apakah berpengaruh signifikan terhadap

penerimaan opini audit going concern telah dilakukan oleh Rudyawan dan

Badera (2008) yang menyimpulkan bahwa variabel model prediksi

kebangkrutan berpengaruh pada penerimaan opini audit going concern.

Namun, hasil berbeda telah disimpulkan oleh Diyanti (2010) bahwa debt

default tidak berpengaruh signifikan tehadap penerimaan opini audit going

concern.

Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang opini audit going

concern pada perusahaan yang terdaftar di BEI, namun masih ada perbedaan

hasil penelitian. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-


FAKOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT

GOING CONCER PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penelitian

ini akan menganalisa tentang pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan,

opini audit tahun sebelumnya, dan debt default. Sehingga dalam penelitian ini

muncul rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh antara profitabilitas terhadap penerimaan opini

audit going concern?

2. Apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap penerimaan

opini audit going concern?

3. Apakah terdapat pengaruh antara opini audit tahun sebelumnya terhadap

penerimaan opini audit going concern?

4. Apakah terdapat pengaruh antara debt default terhadap penerimaan opini

audit going concern?

5. Apakah terdapat pengaruh antara profitabilitas, ukuran perusahaan, opini

audit tahun sebelumnya, dan debt default secara bersama-sama terhadap

penerimaan opini audit going concern?


C. Batasan Masalah

Peneliti membatasi penelitian pada variabel-variabel yang diduga

berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern

yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan

debt default. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI selama tahun 2010 sampai 2014.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap penerimaan opini audit

going concern.

2. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini

audit going concern.

3. Untuk menguji pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap

penerimaan opini audit going concern.

4. Untuk menguji pengaruh debt default terhadap penerimaan opini audit

going concern.

5. Untuk menguji pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, opini audit

tahun sebelumnya, dan debt default secara bersama-sama terhadap

penerimaan opini audit going concern


E. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba untuk memberikan bukti

empiris tentang pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, opini audit

tahun sebelumnya, dan debt default terhadap penerimaan opini audit

going concern.

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi di dalam penelitian

yang sejenis dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk

perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.

c. Bagi pengembangan teori dan pengetahuan dibidang auditing,

khususnya dalam keputusan opini audit, dan sebagai bahan referensi

untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan opini audit going

concern.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi praktisi

kantor akuntan publik (KAP), terutama bagi auditor, diharapkan

dapat memberikan masukan dalam memberikan penilaian mengenai

keputusan opini audit yang mengacu pada kelangsungan hidup

perusahaan di masa yang akan datang.


b. Kreditur

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil

keputusan siapa yang akan diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat

untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

c. Manajemen

Mengantisipasi timbulnya biaya-biaya yang berkaitan dengan

kebangkrutan.

d. Investor

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada

investor yang ingin berinvestasi, agar mempunyai bahan pertimbangan

dalam menetapkan keputusan berinvestasi.

e. Auditor

Sebagai masukan dalam melakukan auditing terhadap perusahaan

terhadap perusahaan yang berkaitan dengan masalah pengambilan opini

audit going concern dengan tetap melihat faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.


BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PERUMUSAN

HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Teori Keagenan

Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing-

masing mengingikan tujuan mereka tepenuhi. Akibat yang terjadi adalah

munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan

pengembalian yang lebih besar dan secepat-cepatnya atas investasi yang

mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya

diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar-

besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Pemegang saham

menilai kinerja manajer berdasarkan kemampuannya dalam menghasilkan

laba perusahaan. Sebaliknya, manajer berusaha memenuhi tuntutan

pemegang saham untuk menghasilkan laba yang maksimal agar

mendapatkan kompensasi atau insentif yang diinginkan (Agus Sartono,

2008) Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis

perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori

ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori

ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi

wewenang (principals) yaitu investor dengan pihak yang menerima


wewenang (agents) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang

disebut “nexus of contract.” Perspektif hubungan keagenan merupakan

dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan

pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa

hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan

pemegang saham (principals). Hubungan kegenan tersebut terkadang

menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang

terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat

dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Menurut Eisenhard yang

dikemukakan oleh Wendy (2010), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga)

buah asumsi yaitu :

a. Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat


untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan
rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk
aversion).
b. Asumsi tentang keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota
organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya
Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan agen.
c. Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai
barang komoditi yang bisa diperjual belikan.”

Bila tidak ada pengawasan yang memadai maka sang agen dapat

memainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah-olah target tercapai.

Permainan tersebut bisa atas prakarsa dari principal ataupun inisiatif agen

sendiri. Maka terjadilah creative accounting yang menyalahi aturan, misal:

adanya piutang yang tidak mungkin tertagih yang tidak dihapuskan,

kapitalisasi expense yang tidak semestinya, pengakuan penjualan yang tidak

semestinya, yang kesemuanya berdampak pada besarnya nilai asset dalam


neraca yang “mempercantik” laporan keuangan walaupun bukan nilai yang

sebenarnya. Atau bisa juga dengan melakukan income smoothing (membagi

keuntungan ke periode lain) agar setiap tahun kelihatan perusahaan meraih

keuntungan, padahal kenyataannya merugi atau laba turun (Diastiti, 2010).

Salah satu hipotesis dalam teori ini adalah bahwa manajemen dalam

mengelola perusahaan cenderung lebih mementingkan kepentingan

pribadinya daripada meningkatkan nilai perusahaan. Contoh nyata yang

dominan terjadi dalam kegiatan perusahaan dapat disebabkan karena pihak

agensi memiliki informasi keuangan daripada pihak prinsipal (keunggulan

informasi), sedangkan dari pihak prinsipal boleh jadi memanfaatkan

kepentingan pribadi atau golongannya sendiri (selfinterest) karena memiliki

keunggulan kekuasaan (discretionary power), (Dhedy, dkk:2011).

Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses

pemantauan dan pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-

pihak tersebut diatas. Aktivitas pihak-pihak tersebut, dinilai lewat kinerja

keuangannya yang tercermin dalam laporan keuangan. Lebih lanjut dalam

agency theory, pemilik perusahaan membutuhkan auditor untuk

memverifikasi informasi yang diberikan manajemen kepada pihak

perusahaan. Sebaliknya, manajemen memerlukan auditor untuk memberikan

legitimasi atas kinerja yang mereka lakukan (dalam bentuk laporan

keuangan), sehingga mereka layak mendapatkan insentif atas kinerja

tersebut. Disisi lain, kreditor membutuhkan auditor untuk memastikan

bahwa uang yang mereka kucurkan untuk membiayai kegiatan perusahaan


benar-benar digunakan sesuai dengan persetujuan yang ada, sehingga

kreditor bisa menerima bunga atas pinjaman yang diberikan. Pengawasan

atau monitoring yang dilakukan oleh pihak independen memerlukan biaya

atau monitoring cost dalam bentuk biaya audit, yang merupakan salah satu

dari agency cost (Jensen dan Meckling, 1976). Biaya pengawasan

(monitoring cost) merupakan biaya untuk mengawasi perilaku agent apakah

agent telah bertindak sesuai kepentingan principal dengan melaporkan

secara akurat semua aktivitas yang telah ditugaskan kepada manajer. Uraian

tersebut diatas memberi makna bahwa auditor merupakan pihak yang

dianggap dapat menjembatani kepentingan pihak pemegang saham

(principal) dengan pihak manajer (agent) dalam mengelola keuangan

perusahaan (Setiawan, 2006) termasuk menilai kelayakan strategi

manajemen dalam upaya untuk mengatasi kesulitan keuangan perusahaan.

Auditor independen melakukan fungsi pengawasan atau monitoring atas

pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan keuangan, sehingga

auditor akan melakukan proses audit terhadap kewajaran laporan keuangan

yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan

laporan arus kas termasuk catatan atas laporan keuangan yang kemudian

akan memberikan pendapat atas pekerjaan auditnya dalam bentuk opini

audit. Auditor independen melakukan pengawasan atau monitoring karena

manajer berkeinginan untuk menyajikan laporan keuangan agar tampak

lebih baik dari kondisi senyatanya (Cosserat, 1999). Sejalan dengan

pendekatan audit topdown holistic, auditor berkewajiban untuk


mengevaluasi risiko bisnis klien (Boynton, 2002). Perusahaan yang

mengalami financial distress memiliki risiko bisnis yang lebih besar. Oleh

karena itu, auditor mempertimbangkan rencana dan tindakan strategi yang

dilakukan manajemen, khususnya rencana manajemen yang terlalu optimis

(Hackenbrack dan Nelson, 1996).

2. Auditing

Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk

menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan

kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang

kompeten, independen (Arens, dkk 2011). Ada beberapa hal yang penting

dari pengertian tersebut. Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan

yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan

bukti-bukti pendukungnya. Laporan keuangan yang harus diperiksa terdiri

dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan

Arus Kas. Catatan-catatan pembukuan terdiri dari buku harian (Buku

Kas/Bank, Buku Penjualan, Buku Pembelian, Buku Serba Serbi), Buku

Besar, Sub Buku Besar (Piutang, utang, Fixed Asset, Kartu Persediaan),

Bukti-bukti Pendukung, dan dokumen lain yang perlu diperiksa, seperti

Notulen Rapat Direksi dan Pemegang Saham. Kedua, pemeriksaan

dilakukan secara kritis dan sistematis. Dalam melakukan pemeriksaannya,

akuntan publik berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (di

USA: Generally Accepted Auditing Standards). Agar pemeriksaan dapat

dilakukan secara sistematis, akuntan publik harus merencanakan


pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan dimulai, dengan membuat

yang disebut Audit Plan (rencana pemeriksaan). Agar pemeriksaan dapat

dilakukan secara kritis, pemeriksaan tersebut harus dipimpin oleh seorang

yang mempunyai gelar akuntan dan mempunyai izin praktik sebagai

akuntan pulik dari Menteri Keuangan. Ketiga, pemeriksaan dilakukan oleh

pihak yang independen, yaitu akuntan publik. Akuntan publik harus

independen, dalam arti, sebagai pihak di luar perusahaan yang diperiksa,

tidak boleh mempunyai kepentingan tertentu di dalam perusahaan tersebut

atau mempunyai hubungan khusus. Keempat, tujuan dari pemeriksaan

akuntan adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran

laporan keuangan yang diperiksa. Laporan keuangan yang wajar adalah

yang disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia.

3. Profitabilitas

Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan

antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan perusahaan

dengan kekayaan atau aset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan. Laba (profit) merupakan suatu elemen penting dari kegiatan

operasi perusahaan yang dapat menjamin kelangsungan hidup suatu

perusahaan. Tujuan-tujuan dari suatu dikodifikasi dalam Standar Akuntansi

Keuangan, diterapkan secara konsisten dan tidak mengandung kesalahan

yang material. Auditor mengkomunikasikan hasil pekerjaan auditnya

kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan

khususnya pemegang saham, pemerintah, dan masyarakat. Komunikasi


tersebut merupakan puncak dari proses atestasi, dan mekanismenya adalah

laporan audit. Tujuan-tujuan dari suatu perusahaan dapat tercapai jika

perusahaan mampu memperoleh laba dengan memanfaatkan seluruh sumber

daya yang dimiliki perusahaan. Perusahaan akan memperoleh laba yang

tinggi jika perusahaan dapat menggunakan seluruh sumber daya perusahaan

yang ada secara optimal. Laba yang dihasilkan perusahaan merupakan hasil

dari pendapatan dari penjualan yang dikurangi dengan beban. Untuk

mengukur tingkat keuntungan yang dicapai suatu perusahaan, dapat

digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga

dengan nama rasio rentabilitas.

Menurut Kasmir (2008:197) menjelaskan bahwa:

“Hasil pengukuran dapat dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja manajemen


selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Kegagalan
atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan
laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen
yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Oleh
karena itu, rasio profitabilitas ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur
kinerja manajemen.”
Rasio profitabilitas memberikan tingkat efektivitas manajemen suatu

perusahaan yang dapat dilihat dari jumlah laba yang dihasilkan dari

penjualan dan pendapatan investasi. Penggunaan rasio ini akan

menunjukkan efisiensi dari suatu perusahaan. Rasio profitabilitas dapat

menggunakan berbagai komponen yang ada di dalam laporan keuangan,

terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat

dilakukan untuk beberapa periode operasi dengan tujuan dapat melihat

perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan


atau kenaikan sekaligus untuk mencari penyebab dari perubahan tersebut.

Rasio profitabilitas dapat diukur dari dua pendekatan yaitu pendekatan

penjualan dan pendekatan investasi, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis

untuk bisa menilainya. Alat analisis yang dimaksud adalah rasio- rasio

keuangan. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

return on assets (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba dari jumlah aktiva yang digunakan. Return on assets

memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena

mampu menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva

untuk memperoleh pendapatan. Return on assets yang positif menunjukkan

bahwa dengan total aktiva yang digunakan perusahaan mampu

menghasilkan laba, sedangkan jika return on assets negatif menunjukkan

bahwa total aktiva yang digunakan tidak memberikan keuntungan bagi

perusahaan karena perusahaan dalam keadaan rugi.

ROA adalah sama dengan Return On Investmen dalam analisa keuangan

mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa

keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisis ini sudah

merupakan teknik analisa yang lazim di gunakan oleh pimpinan perusahaan

untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan, Munawir

(2010).
Keunggulan dari Return On Asset (ROA) antara lain:

a. Return on assets merupakan pengukuran yang komprehensif dimana

seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio

ini.

b. Return on assets mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam

nilai absolut.

c. Return on assets merupakan denominator yang dapat diterapkan pada

setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan

unit usaha.

ROA juga memiliki kelemahan, antara lain:

a. Pengukuran kinerja dengan menggunakan return on assets membuat

manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan proyek-

proyek yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-

proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan

secara keseluruhan.

b. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek

dan bukan tujuan jangka panjang.

c. Sebuah proyek dalam return on assets dapat meningkatkan tujuan jangka

pendek, tetapi proyek tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam

jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan,

pengurangan budget pemasaran, dan pengguaaan bahan baku yang relatif

murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang.


4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan

besar kecilnya suatu perusahaan dengan berbagai pengukuran, yaitu dengan

menilai total asset, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Edy dan Arleen

(2005:138) mengatakan bahwa ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3

kategori yaitu “perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah

(medium- size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran

perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan.

Ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap nilai dari

suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang

dimiliki oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk kegiatan operasi

perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak

manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di dalam

perusahaan. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini tentu sebanding

dengan kekhawatiran yang dialami oleh pemilik atas setiap aset yang

dimiliki. Jumlah aset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika

dinilai dari sisi pemilik perusahaan, sedangkan jika dilihat dari sisi

manajemen, kemudahan yang mereka miliki dalam mengendalikan

perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan.

Ukuran perusahaan memiliki dampak signifikan terhadap kelemahan

pengendalian internal. Perusahaan kecil lebih sukar untuk menyusun

pemisahan tugas yang memadai dibandingkan dengan perusahaan besar.

Perusahaan kecil biasanya tidak memiliki auditor internal. Pada sisi lain,
perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi beberapa

ketidakpastian, hal ini dikarenakan perusahaan kecil lebih cepat bereaksi

terhadap perubahan yang bersifat mendadak. Perusahaan besar memiliki

kelebihan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan pengendalian

internal dalam perusahaan. Sebaliknya, perusahaan kecil memiliki kesulitan

dalam mengevaluasi pengendalian internal karena belum mempunyai

struktur yang formal atau struktur yang baik dalam pengendalian internal.

Perusahaan yang memiliki pertumbuhan positif menunjukkan bahwa

ukuran perusahaan tersebut semakin berkembang dan kecenderungan

mengalami kebangkrutan akan semakin kecil McKeown et al.,(1991),

Mutchler et al.,(1997). Besar kecilnya suatu perusahaan sangat berpengaruh

terhadap stuktur modal dari perusahaan itu sendiri, terutama berkaitan

dengan kemampuan perusahaan dalam hal memperoleh pinjaman.

Perusahaan besar akan lebih mudah untuk memasuki pasar modal dan

menerima penilaian kredit yang lebih tinggi dari bank komersial untuk

utang-utang yang diterbitkan serta membayar tingkat bunga yang lebih

rendah pada utangnya dibandingkan dengan perusahaan kecil dan

menengah. Hal ini dikarenakan nilai aktiva yang dijadikan jaminan lebih

besar dan tingkat kepercayaan bank yang lebih tinggi menyebabkan

perusahaan besar lebih mudah dalam menerima pinjaman untuk memenuhi

kebutuhan perusahaan.

Besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur

modal yang didasarkan pada kenyataan bahwa jika suatu perusahaan


semakin besar dan mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi

maka perusahaan tersebut akan lebih berani mengeluarkan saham baru dan

kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar.

Dari penelitian yang dilakukan oleh para ahli menyatakan bahwa ukuran

perusahaan mempunyai pengaruh yang positif, yang berarti kenaikan ukuran

perusahaan akan diikuti dengan kenaikan struktur modal perusahaan

tersebut. Ukuran perusahaan terlihat dari total aktiva yang dimiliki oleh

suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar

mencerminkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap

kedewasaan. Dikatakan telah mencapai tahap kedewasaan dikarenakan

dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif atau tidak bernilai negatif

dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif

panjang. Perusahaan dengan total aktiva besar juga menunjukkan bahwa

perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba

dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki total aktiva kecil. Oleh

karena itu, perusahaan besar diharapkan akan lebih mampu untuk

menyelesaikan masalah keuangan yang dihadapi dibandingkan dengan

perusahaan yang berukuran kecil serta mampu melanjutkan kegiatan

usahanya

5. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee

pada tahun sebelumnya. Opini audit tahun sebelumnya dibedakan menjadi

dua, yaitu: GCAO (auditee dengan opini going concern) dan NGCAO
(auditee tanpa opini going concern). Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit Going concern, jika

opini tahun sebelumnya adalah opini Going concern. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa opini audit tahun sebelumnya

berpengaruh positif terhadap pengungkapan opini Going concern pada

tahun berjalan. Menurut Muthcler (1985) seperti yang dikutip dari

Ramadhany, dkk (2008) dalam menguji pengaruh ketersediaan informasi

publik terhadap prediksi opini Going concern, menggunakan discriminant

analysis dengan memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya sebagai

akurasi prediksi. Hasil penelitian menunjukkan opini audit tahun

sebelumnya memiliki akurasi prediksi paling tinggi yaitu sebesar 89,9%

untuk mengetahui kecenderungan penerimaan opini audit yang sama pada

tahun berjalan. Apabila seorang auditor menerbitkan opini going concern

pada tahun sebelumnya pada suatu perusahaan, maka akan semakin besar

kemungkinan perusahaan tersebut untuk menerima kembali opini audit

Going concern pada tahun berjalan (Sentosa & Wedari, 2007).

6. Debt default

Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk

membayar hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen

dan Church, 1992). Menurut FASB (Financial Accounting Standard Board)

dalam SFAC No.6, utang didefinisikan sebagai berikut:

“Utang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang

mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk


menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa

mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu.”

Dari definisi yang dikemukakan, pengertian utang memiliki dua komponen

utama yaitu:

a. Adanya kewajiban sekarang dalam bentuk pengorbanan manfaat

ekonomi di masa mendatang dari penyerahan barang atau jasa.

b. Berasal dari transaksi/peristiwa masa lalu (telah terjadi).

Kewajiban sekarang memiliki arti bahwa kewajiban tersebut timbul

karena pada saat sekarang suatu entitas telah memiliki tanggung jawab

yang tidak dapat dihindari untuk menyerahkan barang/jasa. Kewajiban

tersebut mungkin timbul dari pembelian barang/jasa, kerugian-kerugian

yang dialami dan harus ditanggung oleh perusahaan dan lain-lain.

Kewajiban yang masih tergantung pada peristiwa masa mendatang tidak

boleh diakui sebagai utang kecuali ada suatu kemungkinan yang cukup

besar bahwa peristiwa tersebut memang akan terjadi.

Apabila suatu perusahaan tidak dapat melunasi utangnya, maka kreditor

akan memberikan status default. Chen dan Church (1992) berpendapat

bahwa sebuah perusahaan dapat dikategorikan dalam keadaan default

utangnya bila salah satu kondisi dibawah ini terpenuhi, yaitu :

a. Perusahaan tidak mampu atau lalai dalam membayar utang pokok atau

bunganya.

b. Persetujuan perjanjian utang yang dilanggar, jika pelanggaran perjanjian


tersebut tidak dituntut atau telah dituntut kreditor untuk masa kurang dari

satu tahun.

c. Perusahaan sedang dalam proses negoisasi restrukturisasi utang yang

jatuh tempo.

Apabila jumlah utang suatu perusahaan masih dalam kategori wajar,

maka sahamnya mungkin masih ideal jika poin-poin fundamental lainnya

turut mendukung. Utang dikatakan wajar jika jumlah utang tersebut lebih

kecil dari modalnya. Perusahaan yang memiliki utang lebih besar dari

modalnya belum tentu utang perusahaan tersebut sudah pasti masuk dalam

kategori tidak wajar, utang tersebut dapat dikategorikan wajar dengan

catatan utang-utang tersebut bukan merupakan utang yang bersifat

berbahaya (utang yang mengharuskan perusahaan untuk membayar bunga

atau denda jika terlambat membayar), melainkan utang yang memang

bertujuan untuk mendukung perusahaan untuk terus berkembang serta

mampu melanjutkan usahanya.

Auditor cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan opini

going concern padahal keadaan yang ada telah menyarankan bahwa opini

tersebut mungkin telah sesuai. Untuk menyatakan opini going concern pada

suatu perusahaan harus dilakukan dengan tepat, karena biaya kegagalan

dalam mengeluarkan opini going concern pada saat perusahaan yang

sebenarnya sudah dalam keadaan default sangat tinggi. Oleh karena itu,

diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor

mengeluarkan laporan going concern.


7. Opini Audit

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam

berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor

melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan

kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang

diauditnya. Menurut IAPI (2013) dalam SA Seksi 700 bahwa tujuan audit

atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah:

a. Merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan suatu

evaluasi atas kesimpulan yang ditarik dari bukti yang diperoleh

b. Menyatakan suatu opini secara jelas melalui suatu laporan tertulis yang

juga menjelaskan basis untuk opini tersebut.

Pada akhir pemeriksaan dalam suatu pemeriksaan umum (general audit),

Kantor Akuntan Publik (KAP) akan memberikan suatu laporan akuntan.

Tanggal laporan akuntan harus sama dengan tanggal selesainya pekerjaan

lapangan dan tanggal surat pernyataan langganan. Dalam hal ini tanggal

laporan akuntan mempunyai dua tanggal (disebut dual dating), yang

pertama tanggal selesainya pemeriksaan lapangan, yang kedua tanggal

terjadinya peristiwa penting tersebut (Sukrisno Agoes, 2004). Menurut

IAPI (2014) dalam SA Seksi 700, auditor dalam memberikan pendapat

dapat memilih jenis opini yang akan dinyatakan atas laporan keuangan yang

telah diaudit, 4 jenis opini audit, sebagai berikut:


1. Opini yang Tidak Dimodifikasi (Unmodified Opinion)

Berdasarkan SA 700 (par. 16) menjelaskan bahwa auditor wajib

memberikan opini yang tidak dimodifikasi (WTP) ketika auditor

menyimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang

material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

Persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan berdasarkan SA 700

(par.13), yaitu: Secara khusus, auditor wajib mengevaluasi apakah,

dengan mempertimbangkan persyaratan dalam kerangka pelaporan

keuangan yang berlaku:

a. Laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi yang

signifikan yang dipilih dan diterapkan;

b. Kebijakan akuntansi yang dipilih dan yang diterapkan adalah

konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan

(memang) tepat;

c. Estimasi akuntansi yang dibuat manajemen adalah wajar;

d. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan,

andal dapat dibandingkan dan dapat dipahami

e. Laporan keuangan memberikan cukup disclosures yang

memungkinka pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa

yang material terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan

keuangan

f. Terminologi dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap laporan

keuangan, sudah tepat.


2. Opini yang dimodifikasi dengan kualifikasian (Qualified Opinion)

Berdasarkan SA 705 paragraf A1 auditor memberikan opini adverse

ataupun disclaimer. Hal ini berlaku dimana:

a. Saat bukti audit diperoleh sudah cukup dan tepat, tetapi auditor

menyimpulkan bahwa terdapat salah saji, baik secara individual atau

agregat, yaitu bersifat material tetapi pervasive terhadap laporan

keuangan, atau

b. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat

yang menjadi dasar opini. Auditor menyimpulkan bahwa

kemungkinan pengaruh terhadap laporan keuangan dari salah saji

yang tidak terdeteksi, jika ada, bias jadi material tetapi tidak

pervasive.

3. Opini yang dimodifikasi dengan tidak wajar (Adverse opinion)

Berdasarkan SA 705.A1 adverse opinion terjadi ketika pengaruh atas

salah saji adalah material dan pervasive. Hal ini berlaku dimana bukti

yang diperoleh telah cukup dan tepat, tetapi auditor menyimpulkan

bahwa terdapat salah saji, secara individual atau agregat, bersifat material

dan pervasive terhadap laporan keuangan.

4. Opini yang dimodifikasi dengan tidak menyatakan pendapat (Disclaimer

of opinion).

Berdasarkan SA 705 paragraf A1 disclaimer of opinion terjadi saat

pengaruh yang mungkin dari salah saji yang tidak terdeteksi, jika ada,

dan bersifat keduanya, material dan pervasive. Hal ini berlaku dimana
auditor telah memperoleh bukti dan menyimpulkan bahwa pengaruh

yang mungkin dari salah saji yang tidak terdeteksi. Jika ada dapat bersifat

keduanya, material dan pervasive.

Sedangkan menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA

Seksi 508), yang masih berlaku hingga tahun 2012, ada lima jenis pendapat

akuntan, yaitu:

a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan

standar auditing yang ditentukan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, seperti

yang terdapat dalam standar profesional akuntan publik, dan telah

mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup

untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan

material atas penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia, maka auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa

pengecualian. Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan

secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil

usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas suatu entitas sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang

ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku (unqualified opinion with

explanatory language)

Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang

mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau


bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak

mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh

auditor. Keadaan tersebut meliputi:

1) Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen

lain.

2) Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena

keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan

menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh

Ikatan Akuntan Indonesia.

3) Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor

yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup

entitas namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen auditor

berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara

efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah

memadai.

4) Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material

dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode

penerapannya.

5) Keadan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan

keuangan komparatif.

6) Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan

yang diaudit secara material tidak konsisten dengan informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan.


c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion).

Kondisi tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan

pengecualian. Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa

laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang

material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia, kecuali

untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini

dinyatakan bilamana:

Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan

terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan

bahwa tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan

berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat. Auditor

yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan

dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak

material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak

wajar.

Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia

harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih

paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Ia juga

harus mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke

paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat.


d. Pendapat tidak wajar (Adverse opinion)

Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan

tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan

ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila, menurut pertimbangan

auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara

wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus menjelaskan

dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya (a)

semua alasan yang mendukung pendapat tidak wajar, dan (b) dampak

utama hal yang menyebabkan pemberian pendapat tidak wajar terhadap

posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas, jika secara

praktis untuk dilaksanakan.

e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)

Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa

auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor tidak

dapat menyatakan suatu pendapat apabila tidak dapat merumuskan atau

tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika

auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus

memberikan semua alasan subtantif yang mendukung pernyataannya

tersebut. Jika pernyataan tidak memberikan pendapat disebabkan

pembatasan lingkup audit, auditor harus menunjukkan dalam paragraf


terpisah semua alasan subtantif yang mendukung pernyataannya tersebut.

Auditor harus menyatakan bahwa lingkup auditnya tidak memadai untuk

menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

8. Going concern

Going concern adalah suatu keadaan di mana perusahaan dapat atau

telah beroperasi dalam jangka waktu kedepan yang dipengaruhi oleh

keadaan finansial maupun non finansial serta tidak akan dilikuidasi dalam

jangka waktu pendek. Going concern merupakan salah satu konsep penting

akuntansi konvensional. Inti dari going concern terdapat pada Balance Sheet

dari suatu perusahaan yang harus mencerminkan nilai perusahaan untuk

menentukan eksistensi dan masa depan dari perusahaan tersebut. Going

concern sendiri dalam akuntansi telah menjadi postulat akuntansi. Sebagai

postulat, going concern menyatakan bahwa entitas akuntansi dapat terus

beroperasi untuk melaksanakan proyek, komitmen dan aktivitas yang

sedang berjalan. Going concern disebut juga kontinuitas, yang merupakan

asumsi akuntansi yang memperkirakan suatu bisnis akan berlangsung dalam

jangka waktu yang tidak terbatas. Going concern merupakan salah satu

konsep yang paling penting yang mendasari setiap pelaporan keuangan

(Gray & Manson, 2000). Tanggung jawab utama seorang director untuk

menentukan kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar

going concern dan tanggung jawab auditor untuk meyakinkan dirinya

bahwa penggunaan dasar going concern oleh perusahaan adalah layak dan

diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan (Setiawan, 2006).


Menurut Altman dan McGough (1974) masalah going concern terbagi

menjadi dua, yaitu: masalah keuangan yang meliputi kekurangan

(defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan

memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi

yang terus- menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan

dengan modifikasi mengenai going concern menunjukkan bahwa dalam

penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam

bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi

ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran utang,

dan kebutuhan likuiditas di masa mendatang (Lenard dkk, 1998).

Dengan mempertimbangkan beberapa hal tersebut auditor dapat

memutuskan apakah akan menerbitkan laporan audit dengan modifikasi

mengenai going concern atau tidak terhadap laporan keuangan yang

disajikan oleh auditee.

9. Opini Audit Going concern

Menurut Edward A. Wibisono (2013) opini audit going concern

merupakan opini audit dengan modifikasi. Pertimbangan auditor dalam

menilai ketidakmampuan atas kelangsungan hidup suatu entitas dalam

menjalankan kegiatan usahanya. Yang termasuk dalam opini audit going

concern adalah pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa

penjelas (unqualified opinion with explanatory language).

SPAP khususnya SA 570 paragraf 4 menyatakan bahwa apabila

setelah mempertimbangkan apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang


dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk

mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor harus mengevaluasi

penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan

kelangsungan usahanya. Dalam hal satuan usaha tidak memiliki rencana

manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen entitas

tidak dapat secara efektif mengurangi dampak negatif kondisi atau peristiwa

serta penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam laporan keuangan yang

tidak tepat, maka auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar (IAPI,

2013).

Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern

menunjukkan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak

dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut

melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil

dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan

membayar utang, dan kebutuhan likuiditas di masa mendatang. Going

concern digunakan sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan selama tidak

terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary

information). Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan

keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal

yang berlawanan. Biasanya, informasi yang secara signifikan berlawanan

dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan dengan

ketidakmampuan suatu entitas untuk melunasi utangnya pada saat jatuh

tempo. Tetapi, hal tersebut dapat diimbangi dengan dilakukannya


pemeliharaan arus kas yang cukup melalui cara-cara alternatif seperti,

penjualan aset yang dimiliki, penjadwalan kembali pelunasan utang

(pinjaman), atau pemerolehan modal tambahan oleh manajemen (IAPI,

2013 dalam SPAP khususnya SA 570.12). Para pemakai laporan keuangan

merasa yakin bahwa pengeluaran opini audit going concern ini sebagai

prediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Auditor harus bertanggungjawab

terhadap opini audit going concern yang dikeluarkannya, karena akan

mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan (Setiawan, 2006).

Secara umum, beberapa hal yang dapat mempengaruhi auditor dalam

menerbitkan opini audit going concern adalah sebagai berikut:

a. Trend negatif, sebagai contoh kerugian operasi yang berulang kali terjadi,

kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio

keuangan penting yang jelek.

b. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh

kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa,

penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap

pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang,

kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau

penjualan sebagian besar aktiva.

c. Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan

hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek

tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis,

kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau


penjualan sebagian besar aktiva.

d. Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan

pengadilan, keluarnya undang – undang, atau masalah- masalah lain yang

kemungkinan membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi,

kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan

atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi,

banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun

dengan pertanggungan yang tidak memadai.

Apabila auditor dalam mengevaluasi terdapat keraguan substansial dan

hal tersebut sudah dipertimbangkan dengan rencana manajemen, maka

auditor harus mempertimbangkan untuk menyimpulkan bahwa

ketidakpastian yang signifikan mengenai kemampuan entitas untuk going

concern terjadi untuk jangka waktu yang wajar dari sisa-sisa waktu,

kecukupan pengungkapan tentang ketidakmampuan kemungkinan

perusahaan untuk going concern. Di dalam laporan audit termasuk paragraf

penjelasan (setelah paragraf pendapat) untuk mencerminkan kesimpulannya.

Kesimpulan auditor tentang kemampuan entitas untuk melanjutkan

kelangsungan hidup harus diekspresikan melalui penggunaan frase

"ketidakpastian yang signifikan mengenai kemampuannya (entitas) untuk

melanjutkan kelangsungan hidup" atau kata-kata serupa yang terdiri atas

persyaratan substansial keraguan dan kekhawatiran akan kemampuan suatu

perusahaan dalam melanjutkan usahanya.


B. Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan profitabilitas, ukuran

perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan debt default terhadap

penerimaan opini audit going concern telah dilakukan oleh beberapa peneliti,

seperti ditunjukkan di bawah ini:

Setyarno, dkk (2006) melakukan penelitian dengan judul: “Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going concern”. Variabel bebas

yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitas audit, pertumbuhan

perusahaan, kondisi keuangan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya.

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan dan

opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan

opini audit going concern, sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit

going concern.

Debt default berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini

audit going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Rudyawan dan Badera

(2008) menunjukan bahwa variabel model prediksi kebangkrutan berpengaruh

pada penerimaan opini audit going concern. Penelitian yang dilakukan oleh

Diyanti (2010) menyatakan bahwa debt default tidak berpengaruh signifikan,

sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif tehadap penerimaan opini

audit going concern.

Menurut Chandra (2010) Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit

yang diterima auditee pada tahun sebelumnya. Apabila dikeluarkan opini audit
dengan penjelasan going concern tahun sebelumnya, maka akan

mempengaruhi dikeluarkannya opini serupa pada tahun berjalan.

Santoso, dkk (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going

concern”. Faktor-faktor yang diuji antara lain: opini audit tahun sebelumnya,

ukuran perusahaan, kondisi keuangan perusahaan, kualitas audit, dan

pertumbuhan perusahaan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa opini audit

sebelumnya, ukuran perusahaan, kondisi keuangan perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sedangkan kualitas

audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan

opini audit going concern.

Januarti (2009) melakukan penelitian mengenai: Analisis Pengaruh

Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap

Penerimaan Opini Audit Going concern (Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Hasil penelitian tersebut menyatakan

bahwa default , in sales (size), lamanya perikatan (audit client tenure), opini

tahun sebelumnya (prior opinion), kualitas auditor (specialization)

berpengaruh terhadap opini audit going concern, sedangkan variabel lag,

opinion shopping, kepemilikan manajerial, dan institusional tidak berpengaruh

terhadap opini audit going concern.

Rahman, Siregar (2011) melakukan penelitian mengenai Faktor- Faktor

yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going concern


pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Faktor-

faktor yang diteliti adalah kualitas audit, kondisi keuangan, opini audit tahun

sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan utang. Hasil

penelitiannya menyatakan default, kondisi opini audit tahun sebelumnya,

pertumbuhan perusahaan, hutang berpengaruh terhadap opini audit going

concern, sedangkan variabel kualitas audit, kondisi keuangan, ukuran

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

Penelitian yang dilakukan oleh Muttaqin (2012) mengenai pengaruh rasio

likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio pertumbuhan

penjualan, rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP, opini audit

tahun lalu, audit tenur, opinion shopping, audit lag terhadap penerimaan opini

audit going concern, menyatakan bahwa rasio profitabilitas, rasio nilai pasar,

opini audit tahun lalu, audit tenur, opinion shopping berpengaruh signifikan

terhadap opini audit going concern. Sedangkan variabel rasio likuiditas, rasio

aktivitas, rasio leverage, rasio pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan,

reputasi KAP, audit lag tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit

going concern.
Tabel 1 Review Penelitian Terlebih dahulu

Hasil
Peneliti dan Variabel Variabel
No Judul Penelitian
Tahun independen dependen
(Kesimpulan)
1 Setyarno,dk Faktor- kualitas Penerimaan Hasil
k (2006) Faktor yang audit, opini audit penelitian
Mempengaru pertumbuha going tersebut
hi n concern menyatakan
Penerimaan perusahaan, bahwa kondisi
Opini Audit kondisi keuangan
Going keuangan perusahaan
concern”. perusahaan, dan opini audit
dan opini tahun
audit tahun sebelumnya
sebelumnya berpengaruh
. signifikan
terhadap
penerimaan
opini audit
going concern,
sedangkan
kualitas audit
dan
pertumbuhan
perusahaan
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
penerimaan
opini audit
going concern.

2 Januarti dan “Analisis Rasio Opini audit profitabilitas


Fitrianasari, Rasio Keuangan going tidak
2008 Keuangan dan Rasio concern menemukan
dan Rasio Nonkeuang adanya
Nonkeuanga an hubungan
n yang terhadap
Mempengaru pemberian
hi Auditor opini audit
dalam dengan
Memberikan paragraf going
Hasil
Peneliti dan Variabel Variabel
No Judul Penelitian
Tahun independen dependen
(Kesimpulan)
Opini Audit concern
Going terhadap
concern pada auditee,
Auditee
(Studi
Empiris pada
Perusahaan
Manufaktur
yang
Terdaftar di
BEJ 2000-
2005)
3 Santosa dan analisis kualitas Opini audit kondisi
Wedari pengaruh audit, debt going keuangan
(2007) kualitas default dan concern perusahaan
audit, debt opinion berpengaruh
default dan shopping negatif
opinion terhadap
shopping penerimaan
terhadap opini audit
penerimaan going concern,
opini audit opini audit
going tahun
concern sebelumnya
berpengaruh
positif
terhadap
penerimaan
opini audit
going concern,
4 sedangkan
ukuran
perusahaan
berpengaruh
negatif
terhadap
penerimaan
opini audit
going concern.
4 Arga dan “Analisis Kondi Opini audit kondisi
Linda FaktorFaktor keuangan, going keuangan
Hasil
Peneliti dan Variabel Variabel
No Judul Penelitian
Tahun independen dependen
(Kesimpulan)
(2007) Yang opini audit conconcer perusahaan
Mempengaru tahun berpengaruh
hi sebelumnya negatif
Kecenderung , ukuran terhadap
an perusahaan penerimaan
Penerimaan opini audit
Opini Audit going concern,
Going opini audit
concern”. tahun
sebelumnya
berpengaruh
positif
terhadap
penerimaan
opini audit
going concern,
sedangkan
ukuran
perusahaan
berpengaruh
negatif
terhadap
penerimaan
opini audit
going concern.
5 Setyarno et pengaruh kualitas Opini audit opini audit
al. (2006) kualitas audit, going tahun
audit, kondisi conconcer sebelumnya
kondisi keuangan berpengaruh
keuangan perusahaan, positif
perusahaan, opini audit terhadap opini
opini audit tahun audit going
tahun sebelumnya concern dan
sebelumnya, , prediksi
pertumbuhan pertumbuha kebangkrutan
perusahaan n berpengaruh
terhadap perusahaan negatif
opini audit terhadap
going penerimaan
concern opini audit
going concern
Hasil
Peneliti dan Variabel Variabel
No Judul Penelitian
Tahun independen dependen
(Kesimpulan)
6 Candra Pengaruh Debt Opini audit Hasil
Saputra, Debt default, default, going perhitungan
Amries Kalitas Kalitas concern dengan
Rusli Audit, Opini Audit, menggunakan
tanjung dan audit Tahun Opini audit regresi logistik
Azhari Sebelumnya, Tahun memberikan
Sofyan, Pertumbuhan Sebelumnya bukti empiris
2012 Perusahaan, , bahwa variabel
dan Kodisi Pertumbuha debt default
Keuangan n dan oini audit
Terhadap Perusahaan, tahun
Opini Audit dan Kodisi sebelumnya
Going Keuangan berpengaruh
Cocern pada signifikan
Perusahaan terhadap
Manufaktur kemngkinan
yang penerimaan
terdaftar di opini audit
Bursa Efek unqualified
Indonesia. asumsi going
concern

7 Santoso, Analisis opini audit Opini audit Hasil


dkk (2007) Faktor- tahun going penelitian ini
Faktor Yang sebelumnya concern menyatakan
Mempengaru , ukuran bahwa opini
hi perusahaan, audit
Kecenderung kondisi sebelumnya,
an keuangan ukuran
Penerimaan perusahaan, perusahaan,
Opini Audit kualitas kondisi
Going audit, dan keuangan
concern pertumbuha perusahaan
n berpengaruh
perusahaan signifikan
terhadap
penerimaan
opini audit
going concern,
sedangkan
kualitas audit
Hasil
Peneliti dan Variabel Variabel
No Judul Penelitian
Tahun independen dependen
(Kesimpulan)
dan
pertumbuhan
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
penerimaan
opini audit
going concern.

8 Januarti Analisis Kualitas Opini audit Hasil


(2009) Pengaruh Auditor, going penelitian
Faktor Kepemilika conconcern tersebut
Perusahaan, n menyatakan
Kualitas Perusahaan bahwa default ,
Auditor, in sales (size),
Kepemilikan lamanya
Perusahaan perikatan
Terhadap (audit client
Penerimaan tenure), opini
Opini Audit tahun
Going sebelumnya
concern (prior
(Perusahaan opinion),
Manufaktur kualitas
yang auditor
Terdaftar di (specialization
Bursa Efek ) berpengaruh
Indonesia). terhadap opini
audit going
concern,
sedangkan
variabel lag,
opinion
shopping,
kepemilikan
manajerial, dan
institusional
tidak
berpengaruh
terhadap opini
Hasil
Peneliti dan Variabel Variabel
No Judul Penelitian
Tahun independen dependen
(Kesimpulan)
audit going
concern.

9 Rahman, Faktor- kualitas Opini audit Hasil


Siregar Faktor yang audit, going penelitiannya
(2011) Mempengaru kondisi concern menyatakan
hi keuangan, default,
Kecenderung opini audit kondisi opini
an tahun audit tahun
Penerimaan sebelumnya sebelumnya,
Opini Audit , pertumbuhan
Going pertumbuha perusahaan,
concern pada n hutang
perusahaan perusahaan, berpengaruh
manufaktur ukuran terhadap opini
yang perusahaan, audit going
terdaftar di dan utang concern,
Bursa Efek sedangkan
Indonesia. variabel
kualitas audit,
kondisi
keuangan,
ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap opini
audit going
concern.

10 Muttaqin pengaruh rasio opini audit bahwa rasio


(2012) rasio likuiditas, going profitabilitas,
likuiditas, rasio concern, rasio nilai
rasio profitabilita pasar, opini
profitabilitas, s, rasio audit tahun
rasio aktivitas, lalu, audit
aktivitas, rasio tenur, opinion
rasio leverage, shopping
leverage, rasio berpengaruh
rasio pertumbuha signifikan
Hasil
Peneliti dan Variabel Variabel
No Judul Penelitian
Tahun independen dependen
(Kesimpulan)
pertumbuhan n penjualan, terhadap opini
penjualan, rasio nilai audit going
rasio nilai pasar, concern.
pasar, ukuran ukuran Sedangkan
perusahaan, perusahaan, variabel rasio
reputasi reputasi likuiditas, rasio
KAP, opini KAP, opini aktivitas, rasio
audit tahun audit tahun leverage, rasio
lalu, audit lalu, audit pertumbuhan
tenur, tenur, penjualan,
opinion opinion ukuran
shopping, shopping, perusahaan,
audit lag audit lag reputasi KAP,
terhadap audit lag tidak
penerimaan berpengaruh
opini audit signifikan
going terhadap opini
concern, audit going
concern

C. Kerangka Pemikiran

Hasil penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa penentuan variabel

sebagai faktor-faktor pengaruh terhadap opini audit going concern berbeda-

beda dan kelompok yang dijadikan obyek penelitian juga berbeda. Penelitian

ini menggunakan beberapa faktor yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan, opini

audit tahun sebelumnya, dan debt default terhadap kemungkinan penerimaan

opini audit going concern, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai

berikut.
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

Profitabilitas

(X1) H1111
1
Ukuran
Perusahaa
n H2
Opini Audit
(X2)
Going concern
Opini Audit H3 (Y)
Tahun
Sebelumny
a
H4
(X3)

Debt
Default
(X4) H5

Sumber : Data diolah oleh penulis

D. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

concern.

Profitabilitas penelitian ini diproksikan dengan ROA (return on assets).

ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva


yang dipergunakan. Perusahaan yang mempunyai ROA yang tinggi

diharapkan dapat memperoleh laba yang tinggi sehingga kemungkinan

perusahaan untuk memperoleh opini going concern semakin kecil. Hal ini

terjadi karena apabila profitabilitas perusahaan baik, maka perusahaan akan

mampu mengoperasionalkan perusahaan dengan baik, memenuhi seluruh

kewajiban perusahaan serta mampu mempertahankan kelangsungan

hidupnya, sehingga opini audit going concern tidak akan diterima. Semakin

tinggi nilai ROA maka semakin efektif pula pengelolaan aktiva perusahaan.

Dengan demikian semakin besar rasio profitabilitas menunjukkan bahwa

kinerja perusahaan semakin baik, sehingga auditor tidak memberikan opini

going concern pada perusahaan yang memiliki laba tinggi.

H1 : Profitabilitas Berpengaruh Signifikan Terhadap Penerimaan

Opini Audit Going concern.

2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit

Going concern.

Ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari nilai aktiva perusahaan

tersebut. Perusahaan skala besar dengan pertumbuhan yang positif

menunjukkan bahwa kemungkinan perusahaan untuk menjadi bangkrut

semakin kecil, oleh karena itu perusahaan besar dianggap dapat

mempertahankan kelangsungan usahanya. McKeown et. al. (1991) dalam

Ramadhany (2004) menyatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak

menawarkan fee audit tinggi dari pada yang ditawarkan oleh perusahaan

kecil, sehingga auditor kemungkina ragu untuk mengeluarkan opini audit


going concern pada perusahaan besar. Perusahaan besar juga memiliki

internal auditor sehingga kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan lebih

efektif dan efisien dibandingkan perusahaan kecil. Penelitian Santosa dan

Wedari (2007) memberikan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil ini sesuai dengan

penelitian Mutchler et. al. (1997) yang memberikan bukti empiris bahwa

ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini

audit going concern.

H2 : Ukuran Perusahaan Berpengaruh Signifikan Terhadap

Penerimaan Opini Audit Going concern.

3. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini

Audit Going concern.

Nogler (1995) dalam Ramadhany (2004) menyatakan bahwa setelah

auditor menerbitkan opini audit going concern, perusahaan harus

menunjukkan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh

opini bersih pada tahun berikutnya, jika tidak ada peningkatan keuangan

maka opini audit going concern akan diberikan kembali pada perusahaan

tersebut. Mutchler (1984) melakukan wawancara dengan praktisi auditor

yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going

concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini

yang sama pada tahun berjalan. Hal tersebut menunjukkan ada hubungan

yang positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan

opini audit going concern pada tahun berjalan.


H3 : Opini Audit Tahun Sebelumnya Berpengaruh Signifikan

Terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern.

4. Pengaruh Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

concern.

Banyak perusahaan yang jatuh ke dalam kebangkrutan akibat banyak

utang dan terbelit bunga. Pendanaan dengan menggunakan utang yang

terlalu tinggi akan meningkatkan resiko keuangan perusahaan dan pada

akhirnya bisa mengakibatkan perusahaan masuk ke dalam krisis keuangan

(financial distress). Semakin besar utang yang dimiliki perusahaaan tersebut

maka kemungkinan perusahaan akan dinyatakan default utang semakin

tinggi dan hal ini akan menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan

perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Salah

satu faktor timbulnya opini going concern yang banyak digunakan auditor

dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam

memenuhi kewajiban utangnya atau default (Ramadhany, 2004).

H4 : Debt default Berpengaruh Signifikan Terhadap Penerimaan Opini

Audit Going concern.

5. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Opini Audit Tahun

Sebelumnya, dan Debt default Secara Bersama-Sama Terhadap

Penerimaan Opini Audit Going concern.

Pertumbuhan suatu perusahaan dititikberatkan pada bagaimana cara

perusahaan tersebut mencapai tujuan utamanya, yaitu tercapainya laba

perusahaan yang telah ditetapkan. Kemampuan suatu perusahaan untuk


mendapatkan laba disebut dengan profitabilitas. Profitabilitas suatu

perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau

laba yang diperoleh dari kegiatan perusahaan dengan kekayaan atau aset

yang dimiliki perusahaan return on assets (ROA). Perusahaan kemungkinan

akan memperoleh laba yang tinggi jika perusahaan dapat menggunakan

seluruh sumber daya tersebut secara optimal. Faktor yang mempengaruhi

besar kecilnya laba usaha yang diterima perusahaan adalah modal.

Bagi beberapa perusahaan yang memiliki modal besar, tidak akan

mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya, namun tidak sedikit

perusahaan yang memiliki keterbatasan modal, sehingga mereka sulit untuk

mengembangkan usahanya. Agar dapat mengatasi hal tersebut, pada

umumnya pihak manajemen perusahaan memiliki dua pilihan, yaitu

menerbitkan saham baru atau melakukan pinjaman dari pihak luar baik

dalam utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Ukuran

perusahaan mempengaruhi kemudahan suatu perusahaan dalam memperoleh

pinjaman. Perusahaan besar akan lebih mudah untuk memasuki pasar

modal, menerima penilaian kredit yang lebih tinggi dari bank komersial

untuk utang-utang yang diterbitkan, dan membayar tingkat bunga yang lebih

rendah pada utangnya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini

dikarenakan nilai aktiva yang dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat

kepercayaan bank lebih tinggi menyebabkan perusahaan besar lebih mudah

dalam menerima pinjaman. Jika perusahaan nantinya gagal membayar

kewajiban utangnya maka perusahaan dinyatakan default. Status default


utang ini dapat meningkatkan kemungkinan auditor untuk mengeluarkan

laporan going concern. Jika pada tahun sebelumnya perusahaan telah

menerima opini audit going concern namun pada tahun berjalan perusahaan

tidak menunjukkan adanya peningkatan maka perusahaan tersebut

kemungkinan akan menerima opini audit going concern pada tahun berjalan.

Hal menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh

terhadap opini audit tahun berjalan (Januarti, 2006)

H5 : Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Opini Audit Tahun

Sebelumnya, dan Debt default Secara Bersama-Sama Berpengaruh

Signifikan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kasual. Menurut Sugiyono

(2007:18) “Peneliti kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap

obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam

penelitiannya ada variabel dependen dan independen”.

Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menjelaskan mengenai

pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan

debt default terhadap penerimaan opini audit going concern, serta pengaruh

seluruh variabel tersebut secara bersama-sama terhadap penerimaan opini audit

going concern.

B. Operasionalisasi Variabel

1. Klasifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah sebagai berikut

a. Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2007:59) “Variabel independen adalah variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat)”.


Variabel bebas atau independent variable (Variabel X) adalah variabel

yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern, yaitu

profitabilitas, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan debt

default.

b. Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2007) “Variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Variabel terikat atau dependent variable (variable Y) yaitu variabel yang

merupakan hasil dari keterikatan variabel X yang mempengaruhi variabel

Y, yaitu opini audit going concern.

2. Variabel Operasional

Operasionalisasi variabel merupakan proses penentuan ukuran suatu

variabel. Definisi operasional variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Kemungkinan penerimaan Opini Audit Going concern

Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini audit

going concern unqualified / qualified dan going concern disclaimer

opinion (Eko dkk, 2006). Opini audit going concern diberi kode 1,

sedangkan opini audit non going concern diberi kode 0.

b. Profitabilitas

R. Agus Sartono (2010:122) mengatakan profitabilitas adalah

kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan

penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Semakin tinggi


profitabilitas suatu perusahaan, berarti semakin baik. Rasio

profitabilitas ini diukur dengan Return on Assets (ROA), dengan rumus

sebagai berikut:

ROA = Laba Bersih x 100%

Total Aktiva

c. Ukuran Perusahaan

Suwito dan Herawati (2009) megatakan bawa ukuran perusahaan

(size) adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang

lebih besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih

terdiversifikasi sehingga ukuran perusahaan (size) merupakan

kebalikan keuntungan terjadinya kebangkrutan.

Pengukuran ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan

rumus:

Size = Ln (total aktiva)

d. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Mutcler (dalam Ramadhany, 2004) mengatakan bahwa opini audit

yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Variabel ini

menggunakan variabel dummy, yaitu 1 untuk opini audit going concern

dan 0 untuk opini audit non going concern pada tahun sebelumnya.

e. Debt default

Debt default ialah kelalaian atau kegagalan perusahaan untuk

membayar utang pokok maupun bunganya pada saat jatuh tempo atau
kegagalan perusahaan memenuhi perjanjian utang (Chen dan Church,

1992) dalam Praptitorini dan Januarti (2007). Penelitian ini diuji dengan

menggunakan variabel dummy, 1 untuk status Debt default dan 0 untuk

tidak Debt default, yang bertujuan untuk menunjukkan apakah

perusahaan dalam keadaan default atau tidak sebelum pengeluaran

opini audit.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam Kuntjojo (2009:32) “Populasi adalah jumlah keseluruhan dari

satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti.

Dan satuan-satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-

orang, institusi-institusi, benda-benda”. Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak

240 pengamatan selama periode 2010-2014.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya

hendak diteliti. Dalam Kuntjojo (2009) “Sampel yang baik, yang

kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat

representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi” (hlm

33). Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode

purposive sampling yaitu sampel atas dasar kesesuaian karakteristik


sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang ditentukan. Kriteria

pemilihan sampel sebagai berikut:

a. Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia selama

periode penelitian (2010-2014)

b. Menerbitkan laporan auditor independen dan laporan keuangan yang

lengkap sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian selama

periode pengamatan (2010-2014)

c. Perusahaan manufaktur yang menerima opini audit going concern dalam

periode pengamatan (2010-2014)

Berdasarkan kriteria tersebut terpilih 48 perusahaan yang memenuhi kriteria

dan dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data dokumenter

yaitu dengan mempelajari dokumen-dokumen atau data-data yang

dibutuhkan. Penelitian ini bersifat kuantitatif. Kuantitatif adalah penelitian

ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta

hubungan-hubungannya.

2. Sumber Data

Berdasarkan cara memperolehnya sumber data yang digunakan adalah

data sekunder. Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara

langsung dari obyek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi
yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik

secara komersial maupun non komersial. Adapun data sekunder dalam

penelitian ini yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, berupa:

a. Perusahaan manufaktur yang menerima opini audit going concern di

Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan Indonesian Capital

Market Directory (ICMD).

b. Data laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dari

tahun 2010 sampai 2014.

E. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data serta informasi yang mendukung dalam

penelitian ini adalah menggunakan metode observasi tidak langsung, dimana

penulis hanya meneliti obyek penelitian yaitu perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI.

F. Pengujian Asumsi-sumsi Model Regresi

Rancangan analisis data adalah kegiatan setelah data terkumpul dan akan

dianalisis lebih lanjut untuk memperoleh jawaban dari masalah yang dibahas

dalam suatu penelitian. Kegiatan dalam analisis data ialah mengelompokkan

data, mentabulasi data, dan melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan

masalah, serta melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah

diajukan.
G. Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh nantinya menggunakan alat analisis yaitu analisis

regresi logistik (logistic regression) akan diolah dan dianalisis dengan program

aplikasi statistik SPSS (statistical package for social science) versi 22.0.

Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik (logistic regression) adalah

data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat non metrik pada variabel

dependen, sedangkan variabel independen merupakan campuran antara

variabel kontinyu (data metrik) dan katagorial (data non metrik).

Uji normalitas tidak digunakan dalam penelitian ini karena menurut

Ghozali (2013) logistic regression tidak memerlukan asumsi normalitas pada

variabel bebasnya. Asumsi multivariate normal disini tidak dapat dipenuhi

karena variabel bebasnya merupakan campuran antara kontinyu (metric) dan

kategorikal (non metric). Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji

regresi logistik (logistic regression) ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan memberikan

gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel dalam penelitian ini,

nilai maksimum, minimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi untuk

variabel yang menggunakan skala rasio, yaitu kepemilikan asing,

kompleksitas operasi, dan komite audit. Sedangkan untuk variabel dengan

skala nominal, yaitu ketepatan waktu dan opini audit dijelaskan dengan

menggunakan frequency (Ghozali, 2013).


2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Model Regresi Logistik

Regresi Logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji

apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan

variabel bebasnya (Ghozali, 2013). Teknik analisis ini tidak memerlukan

uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali,

2013). Model regresi dalam penelitian ini sebagi berikut:

Ln (p/1-p) = b0+b1 prof+b2 siz + b3 pro + b4 deft + ɛ

Keterangan:

1) Ln (p/1-p) = Opini audit going concern di proksikan variable dummy,

kode 1 untuk auditee dengan opini audit going concern (GCAO) dan

kode 0 untuk auditee dengan opini audit non Going concern

2) B0 = konstanta

3) B1 pro = Profitabilitas (ROA = Laba bersih / Total aktiva x 100%)

4) B2 Siz = Ukuran perusahaan (natural log dari total aktiva)

5) B3 pro = Opini audit yang diterima tahun sebelumnya, kategori 1

apabila opini audit going concern (GCAO) pada tahun sebelumnya

dan 0 apabila opini audit Non Gong concern (NGCAO) pada tahun

sebelumnya

6) B4 deft = Debt default, kategori 1 apabila perusahaan dinyatakan

dalam keadaan default, dan 0 apabila perusahaan tidak dalam keadaan

default
7) ɛ = Kesalahan Residual

b. Menguji Multikolonieritas

Menurut Imam Ghozali (2013) Uji ini bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel-

variabel bebas. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel bebas / variabel independen. Jika variabel

bebas saling berkorelasi, maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel

orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara variabel

bebasnya sama dengan nol.

a) Jika antar variabel bebas pada korelasi diatas 0,90, maka hal ini

merupakan adanya multikolinieritas.

b) Atau multikolinieritas juga dapat dilihat dari VIF, jika VIF < 10

maka tingkat kolinieritasnya masih dapat di toleransi.

c) Nilai Eigen Value berjumlah satu atau lebih, jika variabel bebas

mendekati 0 menunjukkan adanya multikolineritas.

c. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Analisa pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model

terhadap data. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit

baik sebelum maupun sesudah variabel bebas dimasukkan ke dalam model.

Hipotesis untuk menilai model fit adalah:


Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data

Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Perhatikan angka -2 Log Likelihood (LL) pada awal (block number = 0)

dan angka -2 Log Likelihood pada block number = 1. Jika terjadi penurunan

angka -2 Log Likelihood (block number = 0 – block number = 1)

menunjukkan model regresi yang baik. Log Likelihood pada logistic

regression mirip dengan pengertian “sum of squared error” pada model

regresi sehingga penurunan Log likelihood menunjukkan model regresi

yang baik (Ghozali, 2013).

d. Menguji Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis nol

bahwa data empiris sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model

dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Adapun hasilnya jika

(Ghozali, 2013:97):

1. Hal ini berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai

observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model

tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Homer

dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari

0.05 maka hipotesis nol ditolak.

2. Jika nilai statistik Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih

besar dari 0.05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model
mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa

model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya.

e. Uji Hipotesis Secara Parameter Individual (variabel in the equation)

Apabila terlihat angka signifikan lebih kecil dari 0,05 maka koefisien

regresi adalah signifikan pada tingkat 5% maka berarti H0 ditolak dan H1

diterima, yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan

terhadap terjadinya variabel terikat. Begitu pula sebaliknya, jika angka

signifikansi lebih besar dari 0,05 maka berarti H0 diterima dan H1 ditolak,

yang berarti bahwa variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap terjadinya variabel terikat (Ghozali,2013).

Uji hipotesis parameter individual dalam penelitian ini adalah untuk

menguji pengaruh antara variabel-variabel independen yaitu profitabilitas,

ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan debt default terhadap

variabel dependen (opini audit going concern).

f. Uji Hipotesis Secara Bersama-Sama (Omnibus Test of Models

Coefficients)

Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji statistik yang

digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari variabel

profitabilitas, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya dan debt


default secara bersama-sama terhadap opini audit going concern. Pengujian

ini membandingkan antara tingkat signifikan dari hasil pengujian dengan

nilai signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, (α) 5% atau

0,05. Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0,05 maka variabel

independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen

(Jonathan, 2014).

g. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinan menunjukkan nilai nagelkerke R Square yang

dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada Regresi Berganda.

Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan

mempengaruhi variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square bervariasi

antara 1 (satu) dan 0 (nol). Semakin mendekati nilai 1 maka model dianggap

semakin goodness of fit semenatara semakin mendekati 0 maka model

semakin tidak goodness of fit (Ghozali,2013:97).


BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Deskripsi Umum Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2010-2014. Industri

yang dipilih adalah industri manufaktur. Alasan memilih industri ini

karena memiliki jumlah perusahaan listing paling banyak jika

dibandingkan dengan industri berbeda yang terjadi antar sektor industri.

Fokus penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh profitabilitas, ukuran

perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan debt default terhadap

penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang dipilih

dengan metode purposive sampling. Jumlah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 127 perusahaan. Dari

127 perusahaan tersebut maka selama selama periode 2010-2014 terdapat

635 pengamatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek

Indonesia (BEI), perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang dijadikan sample adalah sebanyak 48 perusahaan.

Sedangkan total pengamatan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah

sebanyak 240 pengamatan selama tahun 2010-2014. Adapun proses


seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam

berikut:

Tabel 2 : Seleksi Sample

No Kriteria Jumlah

Perusahaan Manufaktur Yang Listing di BEI


1 127
dalam satu periode pengamatan

2 635
Jumlah pengamatan selama tahun 2010-2014

Data laporan keuangan yang tidak tersedia


3 15
secara lengkap selama tahun pengamatan

Perusahaan tidak pernah menerima opini audit

4 going concern selama periode pengamatan 64

(2010-2014)

5 Jumlah perusahaan sampel 48

Tahun pengamatan (2010-2014) 5

Jumlah sampel total selama periode penelitian


240
(2010-2014)

Sumber: Data yang diolah penulis


2. Deskripsi Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling

dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Sample

dipilih dari perusahaan yang menyajikan data lengkap yang dibutuhkan

dalam penelitian ini, seperti total asset, laba bersih, laporan auditor

independen, catatan-catatan atas laporan keuangan perusahaan, dan opini

audit yang diberikan pada periode t-1. Ringkasan sampel penelitian

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3 : Sampel Penelitian

Jumlah perusahaan yang


pernah menerima opini
No Jenis Usaha audit going concern selama
periode pengamatan (2010-
2014)
1 Semen 1 Perusahaan

2 Keramik, porselen dan kaca 1 Perusahaan

3 Logam dan sejenisnya 4 Perusahaan

4 Kimia 5 Perusahaan

5 Plastik dan Kemasan 6 Perusahaan

7 Kayu dan Pengolahannya 1 Perusahaan

8 Pulp dan Kertas 2 Perusahaan

9 Otomotif dan Komponen 5 Perusahaan


Jumlah perusahaan yang
pernah menerima opini
No Jenis Usaha audit going concern selama
periode pengamatan (2010-
2014)
10 Tekstil dan Garment 7 Perusahaan

11 Alas Kaki 1 Perusahaan


12 Makanan dan Minuman 7 Perusahaan

14 Farmasi 5 Perusahaan

16 Elektronik 1 Perusahaan

17 Kabel 2 Perusahaan

Total 48 Perusahaan

Sumber : Data yang Diolah Penuliss

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sampel yang terpilih tersebar

secara acak dan hampir tersebar merata pada 17 sektor perusahaan

manufaktur. Perusahaan yang paling banyak berasal dari sektor tekstil dan

garmen serta sektor makanan dan minuman yaitu sebanyak 7 perusahaan.

B. Analisi Data

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan mengunakan model regresi

logistik (logistic regression). Tujuan penggunaan model ini adalah untuk

memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai pengaruh variable

independen (profitabilitas, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya,

dan debt default) terhadap variable dependen yaitu opini audit going concern.
1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau

deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar

devisiasi, maksimum dan minimum. Berdasarkan hasil statistik deskriptif

240 data observasi yang berasal dari perkalian antara periode penelitian (5

tahun: dari tahun 2010 sampai 2014) dengan jumlah perusahaan sampel

sebanyak 48 perusahaan tiap tahunnya.

Tabel 4 : Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Statistik Deskriptif
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Pro 240 -75.58 65.72 4.0193 13.71440
Size 240 23.08 33.09 28.1805 1.87561
OATS 240 0.00 1.00 .6250 .48513
DD 240 0.00 1.00 .1958 .39767
OGC 240 0.00 1.00 .5833 .49404
Valid N
240
(listwise)
Sumber: Output SPSS

Tabel 4 menunjukkan statistik deskriptif untuk masing-masing variable

penelitian. Berdasarkan tabel, hasil analisis dengan menggunakan statistik

desktiptif terhadap opini audit going concern (Y) menunjukkan nilai rata-

rata sebesar 0,5833 dengan nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum

sebesar 1, hal ini menunjukkan bahwa pada perusahaan yang dijadikan

sampel cenderung sedikit lebih banyak menerima opini audit going

concern.
Dari 240 data observasi diperoleh sebanyak 140 menerima opini

audit going concern (kategori 1) dengan presentase sebesar 58,3%

sedangkan perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern

(kategori 0) sebanyak 100 dengan presentase sebesar 41,7%.

Jumlah hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif

terhadap profitabilitas (X1) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 4,0193

dengan nilai minimum sebesar -75,58 sedangkan nilai maksimum sebesar

65,72. Hal ini menunjukkan bahwa pada profiabilitas perusahaan yang

dijadikan sampel lebih banyak menggunakan perusahaan yang memiliki

ROA di atas 0.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap

ukuran perusahaan (X2) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 28,1805

dengan nilai minimum sebesar 23,08 dan nilai maksimum sebesar 33,09.

Hal ini menunjukkan bahwa pada ukuran perusahaan yang dijadikan

sampel mempunyai nilai yang hampir sama dengan nilai mediannya.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap

opini audit tahun sebelumnya (X3) menunjukkan nilai rata-rata sebesar

0,6250 dengan nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1.

Dari 240 data observasi diperoleh sebanyak 150 menerima opini audit

going concern pada tahun sebelumnya (kategori 1) dengan presentase

62,5% sedangkan perusahaan yang tidak menerima opini audit going

concern pada tahun sebelumnya (kategori 0) sebanyak 90 dengan


presentase sebesar 37,5%. Hal terebut menunjukan perusahaan yang

dijadikan sampel lebih banyak menggunakan perusahaan yang menerima

opini audit going concern pada tahun sebelumnya.

Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap

debt default menunujukkan nilai rata-rata sebesar 0,1958 dengan minimum

sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1. Dari 240 data observasi diperoleh

sebanyak sebanyak 47 mengalami debt default (kategori 1) dengan

presentase 80,4% sedangkan perusahaan yang tidak mengalami debt

default (kategori 0) sebanyak 193 dengan presentase 19,6%. Hal terebut

menunjukan perusahaan yang dijadikan sampel lebih banyak

menggunakan perusahaan yang mengalami debt default.

2. Penguji Hipotesis Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel

kategorial pada variabel dependen, sedangkan variable independen

merupakan campuran antara variable kontinyu dan kategorial, maka

pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi

logistik. Tahapan dalam pengujian regresi logistik dapat dijelaskan sebagai

berikut (Ghozali, 2013):

a. Model Regresi Logistik yang Terbentuk

Penelitian ini meguji apakah terdaftar pengaruh masing-masing

variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, opini audit tahun


sebelumnya, debt default terhadap opini audit going concern. Untuk

menentukan signifikan atau tidak, dapat dilihat dari nilai signifikan

hasil pengujian dengan nilai signifikan yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu (α) 5% atau 0,05.

Model regresi logistic yang terbentuk disajikan pada tabel berikut

ini:

Ln (p/1-p) = 0,881 – 0,13 prof + - 0,070 siz + 1,656 pro + 3,733 deft +

Tabel 5: Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik

Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step Prof .013 .013 .965 1 .326 1.013

1a Size -.070 .087 .648 1 .421 .932

GCO 1.656 .317 27.301 1 .000 5.238

Deft 3.733 1.042 12.824 1 .000 41.787

Constant .881 2.445 .130 1 .719 2.414

a. Variable(s) entered on step 1: prof, size, pro, deft.

Sumber: Output SPSS


b. Menilai tingkat multikolinearitas

Menurut Imam Ghozali (2013: 91) Uji ini bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel-

variabel bebas. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel bebas / variabel independen. Jika variabel

bebas saling berkorelasi, maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel

orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara variabel

bebasnya sama dengan nol.

1. Jika antar variabel bebas pada korelasi diatas 0,90, maka hal ini

merupakan adanya multikolinieritas.

2. Atau multikolinieritas juga dapat dilihat dari VIF, jika VIF < 10

maka tingkat kolinieritasnya masih dapat di toleransi.

3. Nilai Eigen Value berjumlah satu atau lebih, jika variabel bebas

mendekati 0 menunjukkan adanya multikolineritas.

Tabel 6: Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) .661 .417 1.583 .115

Prof .002 .002 .068 1.128 .261 .852 1.174

Size -.014 .015 -.052 -.933 .352 .972 1.029

Pro .355 .058 .349 6.074 .000 .934 1.071

DD .411 .076 .331 5.406 .000 .821 1.219

Sumber: Output SPSS


Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan

penelitian ini bebas dari gejala multikolinearitas. Jika dilihat pada tabel

semua variabel independen memiliki Nilai VIF prof adalah 1,174, VIF

size adalah 1,029 , VIF pro adalah 1,071 dan VIF debt default (DD)

adalah 1,219. Semuanya lebih kecil dari 10 sehingga tidak ada masalah

multikolinearitas dalam model regresi ini. Maka tingkat kolinieritasnya

masih dapat di toleransi.

c. Menilai Keseluruhan Model

Adanya Penurunan nilai antara -2LLN awal (initial –2LL function)

dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya. Hal tersebut menunjukkan

model yang di hipotesiskan fit dengan data, dengan kata lain

penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi semakin baik.

Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of

Square Error” pada model regresi. Sehingga penurunan Log

Likelihood menunjukkan model regresi semakin baik (Ghozali,

2013:340).

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa Log Likelihood mengalami

penurunan dari semula pada step 0 sebesar 326.013 menjadi 245.317

pada step 1. Dengan adanya penurunan nilai dari Log Likelihood,

maka model regresi ini dinyatakan semakin membaik.


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa selisih -2LogL untuk

model yang hanya memasukan konstanta saja dengan -2LogL untuk

model dengan konstanta dan variabel bebas adalah 80.696 dengan

signifikansi 0,000. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05

menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan penambahan variabel

bebas ke dalam model memperbaiki model fit.

Hal ini menunjukkan bahwa model regresi penelitian ini semakin

baik, dengan kata lain bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan

data.

Tabel 7 : Menilai Keseluruhan Model

Iteration Historya,b,c,d

-2 Log Coefficients

Iteration likelihood Constant prof size pro deft

Step 1 254.185 .642 .010 -.055 1.420 1.645

1 2 246.811 .888 .013 -.069 1.613 2.689

3 245.456 .885 .013 -.070 1.651 3.375

4 245.320 .881 .013 -.070 1.656 3.680

5 245.317 .881 .013 -.070 1.656 3.731

6 245.317 .881 .013 -.070 1.656 3.733

7 245.317 .881 .013 -.070 1.656 3.733

Initial -2 Log Likelihood: 326.013

Sumber: Output SPSS


d. Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and


Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis
nol bahwa data empiris sesuai dengan model (tidak ada perbedaan
antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit).

Tabel 8: Menguji Kelayakan Model Regresi

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 7.115 8 .524

Sumber: Output SPSS

Dari hasil pengujian Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test

diketahui bahwa Chi-Square sebesar 7,115 dengan df 8 dan tingkat

signifikan 0,524. Level signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, yang

berarti bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau

dapat dikatakan bahwa model dapat diterima karena sesuai dengan

data observasinya.

e. Uji Hipotesis Secara Parameter Individual (variabel in the equation)

a) Pengujian Hipotesis 1

Hipotesis 1 menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh

signifikan terhadap penerima opini audit going concern. Hasil

pengujian hipotesis dengan regresi logistik menunjukkan nilai


Wald 0,965 dengan koefisien regresi 0,013 dan tingkat signifikansi

0,326 > 0,05.

Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 ditolak, hal ini terlihat

dari tingkat signifikansi yang lebih besar dari 5%. Hasil hipotesis 1

menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan

secara statistik terhadap penerima opini audit going concern.

b) Pengujian Hipotesis 2

Hipotesis 2 menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil

pengujian hipotesis dengan regresi logistik menunjukkan nilai wald

0,648 dengan koefisien regresi 0,07 dan tingkat signfikan 0.421 >

0,05.

Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 2 ditolak, hal ini terlihat

dari tingkat signifikan yag lebih besar dari 5%. Hasil hipotesis 2

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh

signifikan secara statistik terhadap penerimaan opini audit going

concern.

c) Pengujian Hipotesis 3

Hipotesis 3 menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.

Hasil pengujian hipotesis dengan regresi logistic menunjukkan


nilai wald 27,301 dengan koefisien regresi 1,656 dan tingkat

signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.

Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 3 diterima, hal ini

terlihat dari tingakt signifikan yang lebih kecil dari 5%. Hasil

hipotesis 3 menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya

mempunyai pengaruh dan signifikan secara statistik terhadap

penerimaan opini audit going concern.

d) Pengujian Hipotesis 4

Hipotesis 4 menyatakan bahwa debt default berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil

pegujian dengan regresi logistic menunjukkan nilai wald 12,824

dengan koefisien regresi 3,733 dan tingkat signifikan sebesar 0,000

< 0,005.

Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 4 diterima, hal ini

terlihat yang lebih kecil dari 5%. Artinya perusahaan yang

mengalami debt default akan semakin besar kemungkinannya

menerima opini audit going concern. Hasil pengujian hipotesis 4

menunjukka bahwa debt default mempunyai pengaruh dan

signifikan secara statistik terhadap penerimaan opini audit going

concern.
f. Uji Hiptotesis Secara Bersamasama (Omnibus Test of Models

Coefficients)

Pengujian ini membandingkan antara tingkat signifikan dari hasil

pengujian dengan nilai signifikan yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu, (α) 5% atau 0,05. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka variabel

independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Tabel 9: Uji Hipotesi Bersama-sama (Omnibus Test of Models

Coefficients)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 80.696 4 .000

Block 80.696 4 .000

Model 80.696 4 .000

Sumber: Output SPSS

Hipotesis 5 menyatakan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan,

opini audit tahun sebelumnya, dan debt default secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opiini audit going

concern. Dari tabel tersebut dapat terlihat nilai chi-square 80,696

dengan df 4 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hasil ini

menunjukkan bahwa hipotesis 5 diterima. Hal ini terlihat dari tingkat

signifikansi yang lebih kecil dari 5% diterima. Hal ini terlihat dari
tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 5%. Hasil penelitiann

menyatakan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan, opini audit tahun

sebelumnya, dan debt default secara bersama-sama mempunyai

pengaruh dan signifikan secara statistik terhadap penerimaan opini

audit going concern.

g. Koefisien Determinasi

Koefisien Determinan menunjukkan nilai nagelkerke R Square

yang dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square pada Regresi Berganda.

Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan

mempengaruhi variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square bervariasi

antara 1 (satu) dan 0 (nol). Semakin mendekati nilai 1 maka model

dianggap semakin goodness of fit semenatara semakin mendekati 0 maka

model semakin tidak goodness of fit (Ghozali,2013:97).

Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,384 yang berarti

variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel

independen dalam penelitian ini adalah sebesar 38,4%, sedangakan sisanya

sebesar 61,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar yang dipilih

dalam penelitian.
Tabel 10: Koefisien Determinasi

Model Summary

Cox &

-2 Log Snell R Nagelkerke R

Step likelihood Square Square

1 245.317a .286 .384

Sumber: Output SPSS

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pengujian regresi logistik (logistic regression) yang telah

dijabarkan sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam lima bagian.

Interpretasi hasi penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Penerimaan Opini Audit

Going concern

Hasil pengujian ini menunjukkan koefisien regresi -0,013 dan

tingkat signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,326. Penelitian ini membuktikan

bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap

penerimaan opini audit going concern.


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas

tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going

concern dengan odds 1,013.

Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Juandini (2012) dan Dewi (2011) menyatakan bahwa profitabilitas tidak

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit

Going concern

Hasil pengujian ini menunjukkan koefisien regresi -0,07 dan tingkat

signifikansi < 0.05 yaitu sebesar 0,421. Penelitian ini membuktikan bahwa

variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini tidak konsisten

dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) serta Sentosa dan

Wedari (2007), yang mengatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

dalam pemberian opini audit going concern. Penelitian ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Siregar (2011) yang

mengatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh dalam

pemberian opini audit going concern. Hal ini membuktikan bahwa opini

going concern tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya perusahaan sehingga

opini going concern dapat diterima oleh perusahaan dengan ukuran besar

maupun perusahaan kecil.


3. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan

Opini Audit Going concern

Hasil pengujian ini menunjukkan koefisien regresi 1,656 dan

tingkat signifikansi < 0.05 yaitu sebesar 0,000. Penelitian ini membuktikan

bahwa variabel Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan opini audit going concern.

Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan yang positif

tidak menjamin auditee untuk tidak menerima opini audit going concern

dari auditor dengan odds 5,238.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Tamba dan

Siregar (2005), Setyarno, dkk (2006), Sentosa dan Wedari (2007),

Karyanti dan Suryo Pratolo (2009), dan Istiana (2010) menemukan bukti

bahwa opini audit tahun sebelumnya mempengaruhi keputusan auditor

untuk menerbitkan kembali opini audit going concern tersebut. Hasil ini

memberikan bukti empiris bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit

going concern akan mempertimbangkan opini audit going concern pada

tahun sebelumnya.

4. Pengaruh Debt default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

concern

Hasil pengujian ini menunjukkan koefisien regresi 3,733 dan

tingkat signifikansi < 0.05 yaitu sebesar 0,000. Penelitian ini membuktikan

bahwa variabel debt default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan


opini audit going concern. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

variabel debt default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini

audit going concern dengan odds 41,787.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Tamba dan Siregar

(2005), Mirna Indira (2007), Januarti (2008), Karyanti dan Suryo Pratolo

(2009), dan Istiana (2010) menemukan bukti bahwa debt default

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini

dikarenakan kegagalan perusahaan untuk memenuhi kewajiban utang dan

atau bunga pada saat jatuh tempo serta mengalami kesulitan dalam

pembayaran kewajiban sehingga akan mempengaruhi perusahaan dalam

menjalankan usahanya.

5. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Opini Audit Tahun

Sebelumnya, dan Debt default Secara Bersama-Sama Terhadap

Penerimaan Opini Audit Going concern.

Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa nilai chi-square 80,696

dengan df 4 dan tingkat signifikansi < 0,05 yaitu sebesar 0,000. Penelitian

ini membuktikan bahwa variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, opini

audit tahun sebelumnya, dan debt default secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan opini audit going concern dengan odds 2,414.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hubungan antara variabel independen dan

dependen dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit

going concern dengan tingkat signifikansi sebesar 0,326 yang berada di

atas 5%..

2. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan

opini audit going concern dengan tingkat signifikansi sebesar 0,421 yang

berada di atas 5%.

3. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap

penerimaan opini audit going concern dengan tingkat signifikansi sebesar

0,000 yang berada di bawah 5%.

4. Debt default berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit

going concern dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang berada di

bawah 5%.

5. Profitabilitas, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan debt

default secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan


opini audit going concern dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang

berada di bawah 5%.

B. Keterbatasan Penelitian

Sebagaimana lazimnya suatu penelitian empiris, hasil penelitian ini juga

mengandung beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Pemilihan obyek penelitian hanya menggunakan perusahaan manufaktur

saja.

2. Sampel yang diolah hanya 48 perusahaan.

3. Periode penelitian yang digunakan hanya terbatas lima tahun. Periode

waktu yang terbatas tersebut tentunya mempengaruhi hasil penelitian ini.

C. Saran

Saran yang didasarkan pada beberapa keterbatasan sebagaimana telah

disebutkan sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian dengan

menggunakan obyek penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI,

sehingga dapat dilihat generalisasi teori secara valid.


2. Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan beberapa variabel

lain yang mungkin mempengaruhi penerimaan opini audit going concern

selain variabel yang ada dalam penelitian ini.

3. Periode penelitian selanjutnya sebaiknya lebih dari lima tahun karena

periode yang lebih panjang diharapkan dapat memungkinkan hasil yang

lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan


Publik. Jilid Satu. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Arens, A.A., Elder, R.J., Beasley, M.S. (2011). Auditing dan Pelayanan
Verifikasi: Pendekatan Terpadu, alih bahasa oleh Tim Dejakarta, Edisi
ke-9. Jakarta: Indeks.

Badera dan Rudyawan. “Opini Audit Going Concern:Kajian Berdasarkan Model


Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi
Auditor”. Jurnal Akuntansi dan Bisnis,Vol.4.No.2,2009.

Dewayanto, Totok. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Penerimaan Opini audit Going concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fokus ekonomi. Vol 6,No. 1 Juni 2011.

Dewi, Sofia. (2011). Faktor-Faktor yang Meempengaruhi Opini Going Concern.


Jurnal Akuntansi. 11(2), 513-538

Eko, Budi Setyarno, Indira Januarti dan Faisal. 2006. “Pengaruh Kualitas Audit,
Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going concern”.
Simposium Nasional Akuntansi, Padang.

Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS
22. Edisi ke-7. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.

Hani, Cleary, dan Mukhlasin. 2003. Going concern dan Opini Audit : Suatu Studi
pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VI.
Surabaya: 16-17 Oktober.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Profesional Akuntan Publik.


Jakarta: Salemba Empat.

IAPI, 2013. Tanggung jawab Auditor atas informasi lain dalam dokumen yang
berisi laporan keuangan auditan. Jakarta.

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) Tahun 2010-2014

Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,


Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern
(Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar diBEI). SNA XII 2009.
Palembang.
Januarti, Indira, dan Ella Fitrianasari. 2008. “Analisis Rasio Keuangan dan Rasio
Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini
Going concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEJ Tahun 2000-2005)”. Jurnal Maksi, UNDIP Vol.8
No.1:43-58

Joanna, L. Ho. 1994. “The Effect of Experience on Consensus of Going-Concern


Judgments”. Behavioral Research in Accounting Vol 6. Pp 160-172.

Juandini, Wulandari. (2012). “Factor that Influence the Acceptance of a Going


Concern Audit Opinion Manufacturing Companies Listed in Indonesia
Stock Exchange (BEI)”. Universitas Gunadarma

Kartika, Andi. 2012. Pengaruh Kondisi Keungan dan Non Keuangan Terhadap
Penerimaan Opini Going concern Pada Perusahaan Manufaktur di BEI.
Dinamika Akuntansi, keuangan dan perbangkan, Mei 2012, Hal :25-40.

Kartika, Andi. 2012. “Pengaruh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Terhadap
Penerimaan Opini Going concern pada Perusahaan Manufaktur di BEI”.
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Pg. 25-40.

Karyanti dan Suryo Pratolo. 2009. Pengaruh Kualitas Auditor, Kondisi Keuangan
Perusahaan, Opini Audit TahunSebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan
dan Debt default Terhadap kemungkinan Penerimaan Opini Audit Going
concern. Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol X No. 1

Kasmir, (2008). Analisis Laporan Keuangan, Jakarta:Rajawali Pers.

Masdupi, Erni. 2005. Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan


Hutang Dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Journal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia, Vol. 20, No.1

Muttaqin Ariffandita Nuri dan Sudarno (2012). “Analisis Pengaruh Rasio


Keuangan dan Faktor Non Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going concern”. Diponegoro Journal Of Accounting. Volume 1, Nomor 2,
Tahun 2012, Halaman 1-13

Mutchler, Jane.F. 1986. “Empirical Evidence Regarding the Auditor’s Going


concern Opinion Decision”. Auditing : A Journal of Practice & Theory.
Vol.8. No.1. Fall, pp 148-164.

Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Juniarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas
Audit, Debt default, dan opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini
Going concern. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.
Rahman, Abdul dan Baldrick Siregar. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going concern pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional
Akuntansi XV.

Ramadhany, Alexander. 2004. "Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi


Penerimaan Opini Going concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta". Tesis S2,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Santosa, Arga Fajar, Linda Kusumaning Wedari. 2007. Analisis Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going
concern. JAAI VOLUME, 11 No. 2

Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit,
Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going concern. Makalah
Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang: 23-26
Agustus.

Setiawan, Heri Teguh. 2011. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas


Audit, dan Mekanisme Good Coporate Governance Terhadap Penerimaan
Opini Audit Going concern. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro.

Setiawan, Santy. 2006. “Opini Going concern dan Prediksi Kebangkrutan


Perusahaan”. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol V No 1. Mei

Setyarno, Eko Budi, 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini


Audit Going concern.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Susanto, Yulius K. (2009). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini


Audit Going concern Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 3: hal.155-173.

Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. “Analisis Pengaruh Karakteristik


Perusahaan Terhadap tindakan Perataan Laba yang dilakukan oleh
Perusahaan yang terdaftar di bursa efek Jakarta”. Simposium Nasional

Tamba,Revol Ulung Bisara dan Hasan Sakti Siregar.2005. Pengaruh Debt


Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit Terhadap penerimaan Opini
Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI.
Ulya, Alfaizatul. 2012. “Opini Audit Going concern: Analisis Berdasarkan Faktor
Keuangan dan Non Keuangan”, Jurnal Akuntansi ISSN, 2252-6765.
Universitas Negeri Semarang.

www.idx.co.id

(http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/programbei/icamel.aspx, diakses

19 Januari 2016)
Lampiran 1

Nama Perusahaan Sampel

Jumlah perusahaan yang


pernah menerima opini audit
No Jenis Usaha
going concern selama periode
pengamatan (2010-2014)
1 Semen 1 Perusahaan
2 Keramik, porselen dan kaca 1 Perusahaan
3 Logam dan sejenisnya 4 Perusahaan
4 Kimia 5 Perusahaan
5 Plastik dan Kemasan 6 Perusahaan
7 Kayu dan Pengolahannya 1 Perusahaan
8 Pulp dan Kertas 2 Perusahaan
9 Otomotif dan Komponen 5 Perusahaan
10 Tekstil dan Garment 7 Perusahaan
11 Alas kaki 1 Perusahaan
12 Makanan dan Minuman 7 Perusahaan
14 Farmasi 5 Perusahaan
16 Elektronik 1 Perusahaan
17 Kabel 2 Perusahaan
Total 48 Perusahaan
Akumulasi 240 Perusahaan
Lampiran 2

Case Processing Summary


Unweighted Casesa N Percent
Selected Included
Cases in 240 100.0
Analysis
Missing
0 0.0
Cases
Total 240 100.0
Unselected Cases 0 0.0
Total 240 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


.00 0
1.00 1

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Coefficients
Iteration -2 Log likelihood Constant
Step 0 1 326.013 .333
2 326.013 .336
3 326.013 .336
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 326.013
c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter
estimates changed by less than .001.
Classification Tablea,b
Predicted
OGC Percentage
Observed .00 1.00 Correct
Step 0 OGC .00 0 100 0.0
1.00 0 140 100.0
Overall Percentage 58.3
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step Constant
.336 .131 6.604 1 .010 1.400
0

Variables not in the Equation


Score Df Sig.
Step 0 Variables Pro 1.256 1 .262
Size .345 1 .557
Opini_Audit_Tahun_Seb
elumnya 43.904 1 .000

DD 37.592 1 .000
Overall Statistics 66.515 4 .000
Block 1: Method =
Enter

Iteration Historya,b,c,d
Coefficients

Iterati -2 Log Opini_Audit_Tah


on likelihood Constant Pro Size un_Sebelumnya DD
Ste 1 254.185 .642 .010 -.055 1.420 1.645
p1 2 246.811 .888 .013 -.069 1.613 2.689
3 245.456 .885 .013 -.070 1.651 3.375
4 245.320 .881 .013 -.070 1.656 3.680
5 245.317 .881 .013 -.070 1.656 3.731
6 245.317 .881 .013 -.070 1.656 3.733
7 245.317 .881 .013 -.070 1.656 3.733
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 326.013
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates
changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 80.696 4 .000
Block 80.696 4 .000
Model 80.696 4 .000

Model Summary

-2 Log Nagelkerke R
Step likelihood Cox & Snell R Square Square
a
1 245.317 .286 .384
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter
estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Chi-
Step square df Sig.
7.799 8 .453

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test


OGC = .00 OGC = 1.00
Observed Expected Observed Expected Total
Step 1 18 18.716 6 5.284 24
1 2 17 17.747 7 6.253 24
3 18 17.177 6 6.823 24
4 17 12.807 7 11.193 24
5 9 8.858 15 15.142 24
6 6 8.411 18 15.589 24
7 6 8.032 18 15.968 24
8 8 7.046 16 16.954 24
9 0 .891 24 23.109 24
10 1 .313 23 23.687 24

Classification Tablea
Predicted
OGC Percentage
Observed .00 1.00 Correct
Step 1 OGC .00 62 38 62.0
1.00 22 118 84.3
Overall Percentage 75.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
95% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Ste Pro .013 .013 .965 1 .326 1.013 .987 1.039
p Size -.070 .087 .648 1 .421 .932 .786 1.106
1a
pro
1.656 .317 27.301 1 .000 5.238 2.814 9.747

DD 3.733 1.042 12.824 1 .000 41.787 5.418 322.305


Constan
.881 2.445 .130 1 .719 2.414
t
a. Variable(s) entered on step 1: Pro, Size, Opini_Audit_Tahun_Sebelumnya,
DD.

Correlation Matrix
Opini_Audit_Tah
Constant Pro Size un_Sebelumnya DD
Step Constant 1.000 .067 -.994 -.020 -.007
1 Prof .067 1.000 -.102 -.003 .153
Size -.994 -.102 1.000 -.058 -.008
pro -.020 -.003 -.058 1.000 -.007
DD -.007 .153 -.008 -.007 1.000

Descriptive Statistics
Std.
Minimu Maximu Deviati
N m m Sum Mean on
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Pro 13.7144
240 -75.58 65.72 964.62 4.0193 .88526
0
Size 240 23.08 33.09 6763.32 28.1805 .12107 1.87561
pro 240 .00 1.00 150.00 .6250 .03132 .48513
DD 240 .00 1.00 47.00 .1958 .02567 .39767
OGC 240 .00 1.00 140.00 .5833 .03189 .49404
Valid N
240
(listwise)
Opini_Audit_Tahun_Sebelumnya
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid .00 90 37.5 37.5 37.5
1.00 150 62.5 62.5 100.0
Total 240 100.0 100.0

DD
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid .00 193 80.4 80.4 80.4
1.00 47 19.6 19.6 100.0
Total 240 100.0 100.0

OGC
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid .00 100 41.7 41.7 41.7
1.00 140 58.3 58.3 100.0
Total 240 100.0 100.0
Lampiran 3
Uji Multikolineritas

Coefficientsa
Standardize
d
Unstandardize Coefficient Collinearity
d Coefficients s Statistics
Std. Toleranc
Model B Error Beta t Sig. e VIF
1 (Constant
.661 .417 1.583 .115
)
Prof .002 .002 .068 1.128 .261 .852 1.174
Size -
.015 -.052 -.933 .352 .972 1.029
.014
Pro .355 .058 .349 6.074 .000 .934 1.071
DD .411 .076 .331 5.406 .000 .821 1.219
a. Dependent Variable: OGC
Sumber: Output SPSS
Lampiran 4
Data Sampel yang Diolah

Keterangan:

Profitabilitas (X1) : x 100% 100

Ukuran Perusahaan (X2) : Size = Ln (total aktiva)

Opini Audit Tahun Sebelumnya (X3) : 0 = Opini audit non going concern pada

tahun sebelumnya

1 = Opini audit going concern pada tahun

sebelumnya

Debt default (X4) : 0 = Status tidak Debt default

1 = Status Debt default

Opini Audit Going concern (Y) : 0 = Opini non going concern atau wajar

tanpa pengecualian

1 = Opini going concern atau empat

pendapat lainnya

Anda mungkin juga menyukai