Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Dinamika Bahari

Vol. 8 No. 1 Edisi Oktober 2017

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA FUNGSI SHIP CRANE


TERHADAP PROSES BONGKAR MUAT MV. MADISON

Dwi Antoroa, Purwantonob dan Dawata Afnanc


a
Dosen Program Studi Nautika PIP Semarang
b
Dosen Program Studi Teknika PIP Semarang
c
Taruna (NIT.50134838.N) Program Studi Nautika PIP Semarang

ABSTRAK

Dalam proses bongkar muat di sebuah kapal container sebuah alat bongkar muat
sangatlah dibutuhkan dan juga kondis yang baik juga diperlukan dalam proses bongkar
muatnya. Berdasarkan fakta yang diperoleh penulis tertarik untuk membuat penelitian
dengan judul “Optimalisasi Penggunaan Ship Crane Guna Memperlancar Proses Bongkar
Muat MV. Madison Di Pelabuhan Nabire”. Dalam melaksanakan perawatan peralatan
bongkar muat ada beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu : bagaimana pengaruh
rutinitas perawatan alat bongkar muat yang kurang baik terhadap kelancaran proses
bongkar muat dan upaya-upaya apa yang dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan
peralatan bongkar muat di pelabuhan. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam
melaksanakan perawatan alat bongkar muat muncul jawaban sementara atas masalah yang
dikemukakan, diantaranya diduga bahwa gangguan yang dialami oleh alat bongkar muat di
kapal MV. Madison disebabkan oleh kurangnya perawatan alat bongkar muat serta diduga
bahwa gangguan yang dialami alat bongkar muat di kapal MV. Madison dapat menghambat
proses bongkar muat. Berdasarkan analisa bahwa perawatan alat bongkar muat tidak dapat
dilaksanakan secara teratur sehingga mengakibatkan sering terjadinya kerusakan pada alat
bongkar muat yang tentu saja proses pemuatannya ataupun pembongkaran menjadi
terlambat atau terganggu. Hal yang mebuat proses bongkar muat terganggu dikarenakan
peralatan yang menunjang pelaksanaan perawatan alat bongkar muat kurang memadai
sehingga kerja crew kapal kurang maksimal dan masalah waktu yang tidak dimiliki karena
seringnya kapal melakukan operasi bongkar muat membuat crew selalu sibuk dengan
operasi kapal yang lebih penting.

Kata kunci : penggunaan ship crane, proses bongkar muat

I. PENDAHULUAN untuk menghindari kerusakan muatan


sekecil mungkin.
Di bidang transportasi laut khususnya Pengangkutan barang atau muatan
pengangkutan barang atau muatan, telah dengan menggunakan peti kemas di
terjadi perubahan dan peningkatan yaitu Amerika Serikat dimulai sekitar tahun
dengan hadirnya peti kemas (container) 1950 oleh Firma Mc Lean Trucking
yang menjadi suatu sistem baru. Sekarang Company, milik seorang pengusaha
ini sudah berdampak menyeluruh pada bernama Malcolm Mc Lean. Untuk
sistem pengangkutan muatan yang makin perluasan pelayaran melalui laut maka
lama makin meningkat. Kemajuan sistem pada tahun 1957, Mc Lean membeli
peti kemas yang cukup pesat ini tidak lain Perusahaan Pelayaran Pan Atlantic
bertujuan mengantar muatan secara aman, Steamship Company, kemudian merubah
cepat dan efisien dari pelabuhan asal susunan ruang muatan kapalnya menjadi
hingga sampai pada pelabuhan tujuan sistem peti kemas dan selanjutnya

1745
Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Fungsi Ship Crane Terhadap Proses Bongkar Muat MV. Madison

perusahaan tersebut merupakan cikal Adapun permasalahan yang dihadapi


bakal dari Sea Lan Service Inc. adalah kurangnya perawatan atas alat-alat
Penerapan sistem pengangkutan bongkar muat di atas kapal dan kurangnya
dengan peti kemas di Indonesia dimulai koordinasi antara pihak darat dan pihak
saat di mana peti kemas dimulai sejak kapal pada saat proses bongkar muat
tahun 1970-an di mana penanganannya berlangsung. Hal itu juga disebabkan
masih secara konvensional dan sejak saat karena kondisi dari alat-alat bongkar muat
itulah dimulai pembangunan pelabuhan yang sudah tidak memenuhi persyaratan
peti kemas di Tanjung Priok sebagai dikarenakan usia yang sudah tua, serta
pelabuhan utama di Indonesia saat itu tidak adanya penggantian atas alat-alat
dilengkapi dengan gantry crane dan truk- tersebut. Paradigma perusahaan yang
truk khusus pengangkut peti kemas menggunakan tambal sulam,
(Tumbel, 1991:3). Dalam hal ini pula menggunakan alat yang bekas atau suku
terkadang menyulitkan pihak kapal, yang cadang yang telah didaur ulang dari kapal
terkadang di pelabuhan tertentu tidak lain yang di mana ini dapat merugikan
menyediakan alat bongkar muat berupa alat bongkar muat itu sendiri.
crane atau gantry crane. Seperti yang Dengan demikian pelaksanaan proses
dialami oleh penulis bahwa di daerah bongkar muat dapat berjalan dengan
yang terpencil seperti Nabire sangat lancer, demikian pula saat proses bongkar
ketergantungan dengan pasokan yang di muat buruh yang bertugas atau operator
kirim melalui kapal penulis. Jika tidak ada dari gantry dan crane kurang
sarana tersebut hal yang paling memperhatikan atau kurang hati-hati saat
diutamakan adalah ship’s crane, yang bongkar muat peti kemas dari kapal atau
terkadang ini pun sering terjadi kendala. pada saat memasukkan peti kemas ke
Mengakibatkan terhambatnya proses kapal sehingga mengakibatkan peti kemas
bongkar muat. tersebut rusak. Masalah-masalah di atas
Pengaturan dan pengamanan peti terjadi di atas kapal MV. Madison. Oleh
kemas yang baik dan benar serta karena itu pengawasan saat bongkar dan
memenuhi aturan pemuatan secara muat maupun pengecekan peti kemas dan
langsung menjamin keselamatan muatan peralatannya harus selalu dilakukan
itu sendiri, akan tetapi pada kenyataannya secara teratur selama perjalanan sampai
semua hal yang berkaitan dengan kapal tiba di pelabuhan yang dituju.
pemuatan, pengaturan, dan sistem Berdasarkan uraian tersebut di atas
pengamanan peti kemas di atas kapal penulis tertarik untuk mengadakan
terkadang tidak sesuai aturan dan penelitian dengan judul “Optimalisasi
kemampuan kapal, sebagai contoh banyak penggunaan ship crane guna
perusahaan pelayaran di Indonesia yang memperlancar proses bongkar muat MV.
mempunyai manajemen kurang baik Madison di pelabuhan Nabire”.
khususnya pada kapal peti kemas
memaksakan kapalnya untuk memuat peti II. KAJIAN PUSTAKA
kemas lebih dari kemampuan dan
konstruksi dari kapal tersebut, padahal A. Tinjauan Pustaka
semua peralatan pendukung baik itu 1. Optimal
lashing dan kemampuan geladak untuk Denifisi-denifisi optimal dari
menahan beban diatasnya terkadang berbagai sumber:
melebihi normal. Hal ini tentu saja sangat a. Optimalisasi adalah suatu proses
membahayakan dan mengancam untuk mencapai hasil yang ideal
kelangsungan pelayaran pada saat di atau optimalisasi (nilai efektif
perjalanan dan pada saat proses bongkar yang dapat dicapai).
muat. Optimalisasi dapat diartikan

1746
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 8 No. 1 Edisi Oktober 2017

sebagai suatu bentuk sebuah benda atau alat dapat digunakan


mengoptimalkan sesuatu hal dan berfungsi dengan baik.
yang sudah ada, ataupun Dalam beberapa hal yang penulis
merancang dan membuat temui di kapal, terkadang seorang crew
sesuatu secara optimal: yang bertugas mengoperasikan sebuah
1) Optimum adalah kondisi crane, tidak memiliki keahliah dan
yang terbaik atau yang paling tidak memiliki dasar dalam
menguntungkan; mengoperasikan crane.
2) Mengoptimalkan adalah
usaha menjadikan paling 3. Proses Bongkar Muat
baik, atau menjadi paling Menurut Arso Martopodan
tinggi. Soegiyanto dalam bukunya Penanganan
b. Optimalisasi adalah proses dan Pengaturan Muatan (2004:30),
mengoptimalkan menyebutkan bahwa proses bongkar
(Wahyuningsih, 2010: 291). muat adalah kegiatan mengangkat,
Menurut KBBI (Kamus Besar mengangkut serta memindahkan muatan
Bahasa Indonesia), kata dari kapal ke dermaga pelabuhan atau
optimalisasi diambil dari kata sebaliknya. Sedangkan proses bongkar
optimal yang berarti terbaik, muat barang umum di pelabuhan
tertinggi. Sedangkan meliputi stevedoring (pekerjaan
pengoptimalan berarti proses, bongkar muat kapal), cargo doring
cara, perbuatan pengoptimalan (operasi transfer tambatan), dan
(menjadikan paling baik atau receiving / delivery (penerima /
paling tinggi). Jadi optimalisasi penyerahan) yang masing-masing
adalah sistem atau upaya dijelaskan di bawah ini :
menjadikan paling baik atau a. Stevedoring (pekerjaan bongkar
paling tinggi. muat kapal)
c. Menurut Pius Abdillah dan Menurut Arso Martopodan
Danu Prasetya dalam bukunya Soegiyanto dalam bukunya
Kamus Lengkap Bahasa Penangganan dan Pengaturan
Indonesia (2009:243), Muatan (2004:30), menyebutkan
menyebutkan bahwa : bahwa stevedoring (pekerjaan
1) Mengoptimalkan adalah bongkar muat kapal) adalah jasa
menjadikan sempurna, pelayanan membongkar dari/kapal,
menjadikan paling tinggi, dermaga, tongkang, truk atau muat
menjadikan maksimal; dari/ke dermaga, tongkang, truk
2) Optimum adalah dalam ke/dalam palka dengan
kondisi yang baik, dalam menggunakan derek kapal atau yang
kondisi yang paling lain.
menguntungkan. Petugas stevedoring (pekerjaan
bongkar muat kapal) dalam
2. Penggunaan mengerjakan bongkar muat kapal,
Penggunaan sendiri sebuah kata selain foreman (pembantu stevedor)
“penggunaan” merupakan kata benda juga ada beberapa petugas lain yang
(nominan) karena bisa di lihat dari membantu stevedore (pemborong
cirinya nominan merupakan kata yang bongkar muat kapal), yaitu cargo
menyatakan nama dari seseorang, surveyor perusahaan Proses Bongkar
tempat, atau semua benda dan segala Muat (PBM), petugas barang
yang dibendakan. Dalam artian dalam berbahaya, administrasi, cargodoring
kata ini dapat mewakili bagaimana (operasi transfer tambatan).

1747
Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Fungsi Ship Crane Terhadap Proses Bongkar Muat MV. Madison

Menurut Arso Martopo dan c) Terlambatnya informasi atau alur


Soegiyanto dalam bukunya dari barang.
Penangganan dan Pengaturan c. Definisi Operasional
Muatan (1990:30) cargodoring 1) Deck Crane adalah crane deck
(operasi transfer tambatan) adalah atau suatu jenis alat bongkar muat
pekerjaan mengeluarkan barang atau kapal.
muatan dari sling pada lambung 2) DWT adalah Dead Weight
kapal di atas dermaga, mengangkut Tonnage atau jumlah bobot yang
dan menyusun muatan di dalam dapat diangkut kapal sejak kapal
gudang atau lapangan penumpukan kosong hingga sarat maksimum
dan sebaliknya. Dalam pelaksanaan yang diijinkan.
produktifitas cargo doring 3) Ballast adalah Air laut yang
dipengaruhi oleh tiga variabel yakni dimasukan ke dalam tangki
jarak yang ditempuh, kecepatan khusus yang digunakan untuk
kendaraan, dan waktu tidak aktif menegakkan dan meningkatkan
(immobilisasi). Agar aktifitas cargo stabilitas kapal.
doring (operasi transfer tambatan) 4) Check List adalah Merupakan
bisa berjalan produktif dan efisien, daftar pertanyaan yang harus diisi
peralatan harus dimanfaatkan dengan oleh kapal atau terminal untuk
baik. Agar down time (waktu menjamin keselamatan kapal,
terbuang) rendah maka perlu terminal dan orang-orang yang
pemeliharaan peralatan dilaksanakan terlibat serta lingkungan laut.
dengan baik dan secara teratur. 5) Mast (tiang), batang baja yang
b. Receiving atau Delivery (penerima/ berfungsi untuk menahan batang
penyerahan) pemuat dan blok-blok serta wire
Receiving atau Delivery adalah pada mesin derek.
pekerjaan mengambil barang atau 6) Boom (batang pemuat), sebuah
muatan dari tempat penumpukan atau pipa panjang baja yang
gudang hingga menyusunnya di atas pangkalnya dihubungkan ke tiang
kendaraan pengangkut keluar kapal, yang mempunyai daya
pelabuhan atau sebaliknya. angkut 3-5ton atau lebih.
Kegiatan receiving (penerima) ini Panjangnya sedemikian rupa
pada dasarnya ada dua macam, yaitu : sehingga kalau diturunkan sampai
1) Pola muatan angkutan langsung sudut 25 derajat dengan bidang
adalah pembongkaran atau datar maka tali muat dan kait
pemuatan dari kendaraan darat muat harus bisa mencapai 2,5m di
langsung dari dan ke kapal. lambung kapal.
2) Pola muatan angkutan tidak 7) Derrick Winch (mesin derek),
langsung adalah penyerahan atau mesin pada derek yang berguna
penerimaan barang/peti kemas untuk menggerakkan batang
setelah melewati gudang atau pemuat, yang konstruksinya dari
lapangan penumpukan. besi yang terdiri dari pelindung
Terlambatnya operasi delivery kawat reep, mesinnya dan
(penyerahan) dapat terjadi terutama tromol bebas atau kepala
disebabkan : derek dibuat dengan sistem las.
a) Cuaca buruk / hujan waktu bongkar 8) Winch roller (gulungan mesin
/ muatan dan kapal; derek) adalah mesin pada derek
b) Terlambatnya angkutan darat, atau yang digunakan sebagai tempat
terlambatnya dokumen. untuk menggulung wire.

1748
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 8 No. 1 Edisi Oktober 2017

9) Crew adalah suatu kesatuan orang secara holistik dan dengan cara
yang bekerja di atas kapal. depenelitian dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang
B. Kerangka Pikir Penelitian alamiah dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah.
Penggunaan crane pada
MV. MADISON Di dalam pembahasan nanti penulis
berusaha memaparkan hasil dari semua
Faktor Dalam : Faktor Luar :
studi dan penelitian mengenai suatu yang
1. Kurangnya perawatan 1. Kurangnya kesadaran diperoleh, baik hal-hal yang bersifat teori
crane crew terhadap kerugian
2. Keterlambatan pengecatan yang di sebabkan karat
juga memuat hal-hal yang bersifat praktis
pada crane 2. Cara pengoperasian dalam artian bahwa selain ditulis dari
3. Banyak alat yang tidak penggunaan alat bongkar
layak muat yang tidak benar
beberapa literatur buku, juga bersumber
4. Keadaan cuaca 3. Pengadaan sparepart dari penelitian yang terdapat dalam buku
yang kurang ditanggapi
perusahan
kemaritiman. Penggunaan aspek observasi
atau pengamatan sangat berperan dalam
penulisan penelitian ini.
Menghambat proses bongkar muat di pelabuhan Selain penulisan menggunakan metode
deskriptif kualitatif, penulis juga
menggunakan teknik USG (Urgentcy
Meningkatkan Mengurangi Memaksimalkan Seriousness and Growth) Kepner dan
perawatan dan keausan di system ketersediaan
fungsi crane pengoperasian suku cadang Tragoe (1981) menyatakan pentingnya
kapal pada crane crane suatu masalah dibandingkan masalah
lainnya dapat dilihat dari 3 aspek berikut :
1. Bagaimana gawatnya masalah dilihat
Memperlancar bongkar muat di pelabuhan Nabire
dari pengaruhnya sekarang ini terhadap
Gambar Kerangka Pikir produktivitas, orang, dan sumber dana
dan daya?
III. METODOLOGI 2. Bagaimana mendesaknya dilihat dari
waktu yang tersedia?
A. Metode Penelitian 3. Bagaimana perkiraan yang terbaik
Metode penelitian yang digunakan oleh mengenai kemungkinan
penulis dalam penyampaian masalah berkembangnya masalah?
adalah metode deskriptif kualitatif, untuk
menggambarkan dan menguraikan yang Pada penggunaan matriks USG
diteliti. Menurut Sukardi dalam bukunya (Urgentcy Seriousness and Growth) untuk
Metodologi Penelitian Pendidikan menentukan suatu masalah yang prioritas,
(2008:157), metode deskriptif merupakan terdapat tiga faktor yang perlu
metode penelitian yang berusaha dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut
menggambarkan dan menginterpretasi adalah Urgency, Seriousness, dan Growth.
objek sesuai apa adanya, dengan tujuan 1. Urgency berkaitan dengan
menggambarkan secara sistematis fakta mendesaknya waktu yang diperlukan
karakteristik objek yang diteliti secara untuk menyelesaikan masalah tersebut.
tepat. Semakin mendesak suatu masalah
Menurut Moleong dalam bukunya untuk diselesaikan maka semakin tinggi
Metodologi Penelitian Kualitatif (2006:6), urgensi masalah tersebut.
penelitian kualitatif adalah penelitian yang 2. Seriousness berkaitan dengan dampak
bermaksud untuk memahami fenomena dari adanya masalah tersebut terhadap
tentang apa yang dialami oleh subjek organisasi. Dampak ini terutama yang
penelitian misalnya perilaku, persepsi, menimbulkan kerugian bagi organisasi
motivasi, tindakan-tindakan dan lain-lain, seperti dampaknya terhadap

1749
Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Fungsi Ship Crane Terhadap Proses Bongkar Muat MV. Madison

produktivitas, keselamatan jiwa untuk menanggulangi masalah tersebut.


manusia, sumber daya atau sumber
dana. Semakin tinggi dampak masalah B. Lokasi Penelitian
tersebut terhadap organisasi maka Menurut Sukardi dalam bukunya
semakin serius masalah tersebut. Metodologi Penelitian Pendidikan
3. Growth berkaitan dengan pertumbuhan (2003:53), menerangkan bahwa yang
masalah. Semakin cepat berkembang dimaksud dengan tempat penelitian yaitu
masalah tersebut maka semakin tinggi tempat dimana proses studi yang
tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah digunakan untuk memperoloh pemecahan
yang cepat berkembang tentunya makin masalah penelitian berlangsung. Penelitian
prioritas untuk diatasi permasalahan ini dilakukan selama penulis
tersebut. melaksanakan praktek laut di atas kapal
MV. Madison PT. SPIL (Salam Pasifik
Untuk mengurangi tingkat subyektivitas Indonesia Line). Pada saat penulis
dalam menentukan masalah prioritas, melaksanakan praktek laut selama satu
maka perlu menetapkan kriteria untuk tahun sekaligus menjadi anggota dalam
masing-masing unsur USG tersebut. proses rutinitas merawat alat bongkar muat
Umumnya digunakan skor dengan skala selama dari pelabuhan muat ke pelabuhan
tertentu. Misalnya penggunaan skor skala bongkar.
1-5. Semakin tinggi tingkat urgensi, serius,
atau pertumbuhan masalah tersebut, maka C. Populasi
semakin tinggi skor untuk masing-masing Menurut Handari Nawawi dalam
unsur tersebut. bukunya Metode Penelitian Bidang Sosial
Penggunaan metode USG dalam (1983:141), menyebutkan bahwa populasi
menentukan prioritas masalah adalah keseluruhan objek penelitian yang
dilaksanakan apabila pihak perencanaan dapat terdiri dari manusia, benda-benda,
telah siap mengatasi masalah yang ada, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala,
serta hal yang sangat dipentingkan adalah nilai tes atau periatiwa-peristiwa sebagai
aspek yang ada di organisasi dan aspek sumber data yang memiliki karakteristik
dari masalah itu sendiri. Oleh karena itu di tertentu di dalam suatu penelitian. Dalam
dalam pembahasan nanti penulis berusaha hal ini yang merupakan populasi dari
memaparkan hasil dari semua studi dan penelitian yang dilakukan oleh penulis
penelitian mengenai suatu yang diperoleh, ialah alat bongkar muat jenis crane yang
baik hal-hal yang bersifat teori juga ada di atas kapal MV. Madison dan
memuat hal-hal yang bersifat praktis, besarnya populasi adalah 3 (tiga) sesuai
dalam artian bahwa selain ditulis dari dengan jumlah alat bongkar muat yang ada
beberapa literatur buku, juga bersumber di atas kapal MV. Madison.
dari penelitian yang juga terdapat dalam
buku kemaritiman. Penggunaan aspek D. Teknik Sampling
observasi atau pengamatan sangat berperan Menurut S. Nasution dalam bukunya
dalam penulisan penelitian ini. Metode Research (2006:86), menyebutkan
Adapun hal-hal yang diamati adalah bahwa sampling adalah memilih sejumlah
tentang perawatan alat bongkar muat tertentu dari keseluruhan populasi,
terutama batang pemuat crane, yang sedangkan teknik sampling adalah teknik
kegiatannya dilaksanakan di kapal MV. yang digunakan untuk menetapkan siapa
Madison dengan adanya penelitian ini yang akan dijadikan sampel, besar sampel
diharapkan hubungan antara pokok dan bagaimana sampel ditentukan. Dalam
permasalahan dengan metode penelitian ini penulis menggunakan teknik
pemecahannya akan lebih jelas, sehingga pengambilan sampel dengan cara sumber
selanjutnya dapat dicari usaha dan upaya data dari pertimbangan tertentu.

1750
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 8 No. 1 Edisi Oktober 2017

Pertimbangan tertentu ini misalnya orang adalah metode yang dilakukan melalui
tersebut yang dianggap paling tahu tentang keterlibatan langsung dengan objek yang
apa yang kita harapkan, atau dia sebagai diteliti. Untuk mendapatkan data yang
penguasa sehingga akan memudahkan diperlukan dalam penelitian ini, maka
peneliti menjalani atau situasi sosial yang metode pengumpulan data dilakukan
diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi dengan cara penelitian lapangan (Field
adalah Chief Officer dan Boatswain. Research). Penelitian lapangan ini
Sampel ini digunakan untuk mendapatkan dimaksudkan untuk memperoleh data
data dengan wawancara, dengan primer, pengumpulan data primer
pertimbangan bahwa Chief Officer dan diperoleh melalui wawancara atau
Boatswain merupakan personil yang lebih interview dengan beberapa subjek yang
banyak mengetahui tentang bagaimana paling banyak mengandung ciri-ciri,
cara merawat alat bongkar muat yang baik. sifat-sifat dan karakteristik yang menjadi
ciri-ciri yang sngat utama dari subjek
E. Jenis Dan Sumber Data subjek tersebut. Penulis menggunakan
Pada penelitian ini penulis akan metode di bawah ini untuk memperoleh
memberikan berbagai macam data yang informasi yang diperlukan.
bersifat kualitatif yang bersumber dari 1. Studi Kepustakaan
responden, baik secara lisan maupun Menurut Sukardi dalam bukunya
secara tulisan berkaitan dengan yang Metodologi Penelitian Pendidikan
penulis pelajari. Berbagai macam sumber (2008:33), studi kepustakaan adalah
data yang penulis pergunakan pada saat menelusuri dan mencari dasar-dasar
penyusunan penelitian adalah sebagai acuan yang erat kaitannya dengan
berikut: masalah penelitian yang hendak
1. Sumber Data Primer dilakukan, dasar-dasar tersebut tidak
Data primer dalam penyusunan terbatas dari satu sumber saja tetapi
penelitian ini adalah data yang didapat dapat dicari dari berbagai sumber yang
secara langsung dari sumbernya. Dalam kemudian disusun dalam bab tersendiri.
hal ini data yang diambil dengan cara Sumber data dapat dilakukan dengan
pengamatan dan wawancara dengan cara mengumpulkan data-data dari
orang-orang yang terlibat secara pembaca, meneliti dan mencatat serta
langsung pada materi atau hal-hal yang mempelajari buku-buku maupun
berhubungan dengan materi yang dokumen-dokumen yang ada diatas
penulis perlukan. kapal maupun studi pustaka yang
2. Data Sekunder berhubungan dengan perawatan alat
Data sekunder merupakan data yang bongkar muat yang memiliki kaitan
diperoleh penulis sebagai data yang yang sangat erat dengan tujuan
digunakan untuk mendukung atau penulisan penelitian yang ditulis yaitu
melengkapi data yang sudah penulis tentang rutinitas perawatan alat bongkar
dapatkan secara langsung. Data tersebut muat akan memperlancar kegiatan
penulis dapatkan dari buku-buku, bongkar muat di atas kapal MV.
literatur, dan hasil penelitian lain yang Madison
mempunyai hubungan dengan apa yang
penulis pelajari. IV. DISKUSI

F. Metode Pengumpulan Data A. Gambaran Umum Objek yang


Menurut Jonatan Sarwono dalam Diteliti
bukunya Metode Penelitian Kuantitatif Sesuai dengan judul yang diangkat
dan Kualitatif (2006:222), menyatakan penulis, yaitu “Optimalisasi penggunaan
bahwa metode penggumpulan data ships crane guna memperlancar proses

1751
Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Fungsi Ship Crane Terhadap Proses Bongkar Muat MV. Madison

bongkar muat MV. Madison di pelabuhan terhadap wirecrane yang bisa


Nebire” maka sebagai depenelitian data, menyebabkan wire putus, terbelit dan
akan dijelaskan tentang keadaan juga dapat memperlama proses
sebenarnya yang terjadi di kapal, sehingga bongkar muat. Kurangnya perawatan
dengan depenelitian ini penulis terhadap cargo block (kerek muat) yang
mengharapkan agar pembaca mampu dan menyebabkan menjadi aus karena
bisa merasakan tentang semua hal yang gesekan antara wire crane dan cargo
terjadi selama penulis melaksanakan block, dan karat yang terdapat pada
penelitian. Kapal MV. Madison crane (batang pemuat derek) yang bisa
merupakan salah satu armada milik dari menyebabkan crane terlepas dari
PT. Salam Pacific Indonesia dengan lapisan pelindungnya. Sehingga perlu
crewing company PT. Salam Pacific adanya pengoptimalan perawatan
Indonesia Line Ship Management dengan terhadap alat bongkar muat agar proses
alamat Jl. Karet No.104 Surabaya. bongkar muat tidak terhambat.
Kapal ini merupakan kapal yang besar Kurangnya perawatan eletrik pada tuas
yang dimiliki oleh PT.SPIL. Dengan kontrol yang terkadang merespon
jumlah armada yang banyak dan tersebar sangat lambat bahkan tidak sama sekali.
ke seluruh pelosok negeri. Kapal ini 2. Bagaimana meningkatkan fungsi
berjenis container ship’s. Beroperasi dari pengguaan ship crane pada proses
ujung barat sampai ujung timur Indonesia bongkar muat di MV. MADISON ?
yang berguna untuk membawa kebutuhan Masalah-masalah yang muncul
yang ada. Pengalaman penulis di Papua karena perawatan yang kurang baik
sangat berkesan. Bahwasanya perusahaan terhadap alat bongkar muat, maka ada
pelayaran sangatlah berpengaruh besar beberapa hal yang dapat dilakukan
terhadap kemajuan di daerah yang sulit untuk mengoptimalkan proses bongkar
untuk akses pengirimannya. Bagaimana muat yaitu dengan perawatan alat
jadinya jika kapal yang membawa bongkar muat yang terjadwal sesuai
kebutuhan pokok tersebut mengalami dengan Planed Maintenance System
kendala dan memiliki masalah dalam (sistem perawatan yang terencana),
proses bongkar muatnya, penulis pun yaitu pelaksanaan perawatan yang
memiliki masalah yang akan dibahas terdiri dari perawatan tahunan,
dalam penelitian ini. perawatan bulanan dan perawatan
mingguan. Perawatan yang dilakukan
B. Analisa Masalah adalah dengan mengganti wirecrane,
Berdasarkan judul penelitian di atas, pengecekan spare partcrane (wire,
penulis menemukan 2 (dua) rumusan cargo block) buatlah daftar permintaan
masalah, yaitu : kebutuhan kapal ke perusahaan jika
1. Apakah faktor yang menyebabkan sudah tidak ada suku cadang lagi yang
rendahnya fungsi ship crane dalam tersedia di kapal, dan perawatan
proses bongkar muat ? pembersihan karat pada batang pemuat
Pada waktu penulis melaksanakan crane. Pengaruh karat pada perawatan
praktek MV. Madison pernah disebabkan oleh faktor dalam dan faktor
mengalami masalah pada saat bongkar luar. Faktor dalam karena kurangnya
muat di pelabuhan Nabire, yaitu kesadaran crew terhadap kerugian yang
terdapat pada peralatan bongkar muat disebabkan oleh karat, faktor luar
yang membuat proses bongkar muat karena alam (laut, angin, dll) yang
menjadi terganggu. Fokus terjadi yang menyebabkan proses karat
permasalahan peralatan bongkar muat pada alat bongkar muat menjadi lebih
terdapat pada crane kapal. Dimulai dari cepat.
permasalahan kurangnya perawatan

1752
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 8 No. 1 Edisi Oktober 2017

Dalam mengidentifikasi masalah di Berdasarkan dengan apa yang


atas, ada beberapa hal yang perlu telah penulis amati di atas kapal,
diperhatikan seperti kemampuan penulis menemukan beberapa hal
sumber daya manusia, tenaga, teknologi yang menyebabkan perawatan
dan lain-lain. Untuk itu dilakukan peralatan bongkar muat menjadi
penilaian prioritas masalah dari yang tidak baik, diantaranya disebabkan
paling mendesak hingga tidak terlalu oleh sebagai berikut:
mendesak. Dalam menentukan prioritas a. Kurangnya perawatan terhadap
masalah ini, penulis melakukan dengan wire (kawat) yang menyebabkan
menggunakan metode USG. Untuk wire putus, antara lain :
dapat menentukan suatu masalah 1) Keterlambatan mengganti wire
prioritas, terdapat 3 (tiga) faktor yang (kawat)
perlu dipertimbangkan sehingga dengan Keterlambatan penggantian
menentukan prioritas masalah penulis wire crane (kawat batang pemuat
bisa mendapatkan judul yang nantinya derek), meskipun sudah melewati
akan dituangkan di dalam judul batas yang diizinkan yaitu 1
penelitian ini. Ketiga faktor tersebut tahun, tetap saja digunakan
adalah urgency, seriousness, dan sampai wire benar-benar terlihat
growth (USG). tidak aman lagi bagi proses
Dalam pencarian rumusan masalah bongkar muat baru wire diganti.
yang digunakan dalam rumusan USG,
penelitian yang dibuat dengan metode
ini diharapkan lebih memliki
pemaparan yang ringkas dan lengkap.
Agar tidak memiliki dan timbul
pertanyaan berikutnya.
Tabel Prioritas masalah melalui USG Gambar Putusnya wire akibat jarang
dirawat

2) Keterlambatan pengecekan
spare part wire crane (suku
cadang kawat batang pemuat
derek) dan kualitas spare part
yang tidak baik.
Keterlambatan pengecekan
spare part crane (suku cadang
batang pemuat derek) sering
terjadi sehingga bila wire
Berdasarkan metode prioritas mengalami kerusakan maka tidak
masalah di atas maka masalah utama bisa langsung diganti pada saat
yang harus segera diselesaikan adalah itu juga dan harus menunggu dari
masalah perawatan terhadap alat perusahaan untuk mengirimkan
bongkar muat (deck crane), agar proses spare part wire yang dibutuhkan
bongkar muat di kapal dapat berjalan sehingga terjadi pemborosan
dengan efektif dan efisien. Dari waktu. Spare part wire
permasalahan yang disebutkan akan merupakan salah satu unsur dalam
dijabarkan oleh penulis. perawatan crane karena tanpa
1. Faktor yang menyebabkan pengadaan spare part wire maka
rendahnya fungsi ship crane. crane tidak akan berfungsi dan

1753
Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Fungsi Ship Crane Terhadap Proses Bongkar Muat MV. Madison

tidak dapat beroperasi dengan a. Kurangnya peralatan perorangan


maksimal, untuk itu dalam di kapal
pemilihan spare part wire juga Hal ini sangat berpengaruh
tidak bisa sembarangan dan harus terhadap kinerja dan profesional
yang sesuai dengan jenis dan setiap crew kapal. Peralatan yang
nomer serinya. Tetapi pada penting dan jarang diperhatikan
kenyataannya yang diteliti oleh adalah masalah helmet yang
penulis pada kapal, spare part digunakan oleh para crew. Perlatan
wire dari crane yang dikirim oleh lain seperti baju kerja, safety shoes,
perusahaan ke kapal tidak sesuai sarung tangan, kacamata dan
dengan requestion (permintaan) pelindung telinga. Ini sangat jarang
yang dibuat oleh chief officer diperhatikan dalam pekerjaan sehari-
sebelum meminta spare part wire, hari.
kadang perusahaan juga Seringnya terjadinya kecelakaaan
memberikan kualitas spare part di laut akibat kelalaian ini terkadang
wire yang jelek atau pilihan kedua juga masih tidak membuat sadar
selain yang diminta oleh pihak crew di atas kapal. Beberapa hal
kapal. yang kurang diperhatikan adalah:
3) Keterlambatan pelumasan 1) Kurangnya supply alat
terhadap wire keselamatan oleh perusahaan
Keterlambatan pelumasan Pelayaran yang memiliki
terhadap wire menyebabkan wire permasalahan ini sangatlah
mengeras dan menjadi kaku penting karena bagaimana crew
sehingga mempercepat kerusakan menggunakan alat keselamatan
pada wire. Selama penulis jika kurangnya alat keselamatan
melaksanakan penelitian saat yang ada di atas kapal. Pergantian
praktek laut, pelumasan terhadap alat keselamatan yang telah rusak
wire hampir tidak pernah terkadang terlambat sehingga para
dilaksanakan oleh. crew kapal bertahan dangan alat
Crew kapal, biasanya apabila keselamatan yang sudah rusak
dilaksanakan pelumasan wire dan tidak maksimal.
tidak dibersihkan terlebih dahulu, 2) Kurangnya audit untuk para
namun langsung diberi grease crew.
(gemuk). Itu menyebabkan Permasalahan ini terjadi
kotoran-kotoran yang menempel akibatnya kurang ketatnya
pada wire masih ada saat sudah peraturan perusahaan terhadap
diberi grease, maka wire lama- crew yang melanggar. Jadi ada
kelamaan akan kaku dan rusak. efek jera untuk para crew yang
melanggar peraturan perusahaan.
2. Kurangnya pemahaman crew dalam Mengubah paradigma lama crew
prosedur keselamatan kerja kapal yang biasanya tidak ada
Berdasarkan apa yang ditulis dan apa-apa sewaktu-waktu dapat
diamati di atas kapal bahwasanya berubah dan mengakibatkan
yang terjadi di lapangan kurangnya masalah.
kepedulian crew dalam keselamatan
dirinya masing-masing. Sehingga 3. Kurangnya perawatan terhadap
menyebabkan beberapa masalah cargo block (kerek muat).
yang disebabkan beberapa hal Dalam hal ini komponen yang
sebagai berikut: penting yaitu cargo block yang
merupakan jalannya wire yang

1754
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 8 No. 1 Edisi Oktober 2017

dapat mempermudah proses 4. Kurangnya kesigapan crew saat


perputaran wire. Beberapa hal yang terjadinya latihan drill
dapat mengurangi kinerja cargo Rendahnya kedisiplinan crew
block antara lain: dalam mentaati peraturan dalam
a. Keterlambatan mengganti cargo prosedur penanganan terjadinya
block tubrukan di atas kapal. Tidak pernah
Keterlambatan mengganti cargo mengecek alat-alat elektronik
block dikarenakan harganya yang sebagai media bantu untuk
mahal sehingga meskipun sudah pelaksanaan suatu kegiatan. Seperti,
melewati batas waktu layak pakai ullage monitoring tidak pernah
yang sudah diizinkan, tetap saja dikoreksi sehingga terjadi salah
digunakan sampai cargo block penunjukkan yang mengakibatkan
benar-benar aus dan terlihat tidak permasalahan baru pada aktifitas
aman lagi bagi proses bongkar bongkar muat. Adapun penyebab
muat. apabila crew kurang melakukan
b. Keterlambatan pengecekan spare latihan drill.
part cargo block a. Perusahaan sengaja atau tidak
Keterlambatan pengecekan spare sengaja terlambat mengirim
part cargo block sangat sering peralatan-peralatan keselamatan
terjadi sehingga apabila cargo atau peralatan lain yang sangat
block mengalami kerusakan maka penting dalam pengoperasian
tidak bisa langsung diganti pada kapal dan biasanya pihak
saat itu juga dan harus menunggu perusahaan akan mengirimnya
dari perusahaan untuk mengirim apabila kapal akan diaudit.
spare part cargo block tersebut Pemahaman crew yang kurang
sehingga terjadi pemborosan dalam melaksanakan kerja. Ini
waktu. Spare part cargo block diakibatkan karena kurangnya
adalah salah satu unsur dalam pengetahuan dan pengalaman
perawatan crane karena tanpa bekerja di kapal atau rendahnya
pengadaan spare part cargo block sumber daya yang dimiliki oleh
maka crane tidak akan berfungsi crew tersebut.
dan tidak dapat beroperasi dengan b. Peralatan yang sudah tidak layak
maksimal, untuk itu dalam pakai memungkinkan besarnya
pemilihan spare part juga tidak terjadi resiko kecelakaan pada
bisa sembarangan dan harus yang waktu bekerja di lapangan. Disini
sesuai dengan jenis dan nomor Nakhoda mengatakan bahwa
serinya. dengan ketidaklayakan peralatan
tersebut maka pekerja enggan
Tetapi pada kenyataannya yang menggunakannya, ini juga
penulis teliti pada kapal, spare part merupakan salah satu pemicu
cargo block dari crane yang dikirim terjadinya kecelakaan.
oleh perusahaan ke kapal tidak
sesuai dengan requitition
(permintaan) yang dibuat oleh chief
officer sebelum meminta spare part
cargo block, terkadang perusahaan
juga memberikan kualitas spare part
cargo block yang jelek atau pilihan
kedua selain yang diminta oleh pihak Gambar Kurangnya kesigapan crew saat
kapal. melakukan drill

1755
Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Fungsi Ship Crane Terhadap Proses Bongkar Muat MV. Madison

5. Kurangnya pemahaman crew dalam a) Faktor luar


prosedur keselamatan kerja. Faktor luar ini sendiri banyak
Dibutuhkan peran serta perwira di menyebabkan kurangnya fungsi
atas kapal dalam suatu organisasi batang pemuat itu sendiri yang di
kerja dan pengetahuan personil mana batang pemuat sangat
terhadap penanganan kompartemen berpengaruh dalam pengangkutan
tertutup serta penggunaan peralatan muatan. Apabila batang pemuat
dalam menunjang kelancaran seluruh terjadi kerusakan maka akan terjadi
rangkaian kegiatan kerja. Penerapan kecemasan mampukah batang
manajemen dalam menangani pemuat ini mengangkut beban yang
pekerjaan-pekerjaan di dalam tertera di SWL. Bukan hanya batang
kompartemen tertutup di MV. pemuat di badan crane sendiri bnyak
Madison dapat berjalan dengan baik, sekali kerusakan yaitu :
disebabkan adanya usaha-usaha 1) Kurangnya perawatan crane
meningkatkan pengetahuan dan Kurangnya perawatan crane
kemampuan anak buah kapal sebagai sangat mempengaruhi kinerja
tindakan antisipasi terhadap crane tersebut sehingga
terjadinya kecelakaan kerja di dalam menurunkan kinerja dari crane.
kompartemen-kompartemen tertutup. Berikut perawatan crane yang
Berdasarkan yang ditemukan di atas seharusnya dilakukan di atas
kapal dapat diajukan. Dalam kapal:
menangani pekerjaan-pekerjaan di a. Penundaan pengecekan karat
dalam kompartemen tertutup di atas pada crane.
kapal container, tindakan antisipasi Penundaan pengecekan karat
kecelakaan kerja terhadap awak pada batang pemuat crane
kapal yang bekerja di dalamnya dapat menyebabkan kekuatan
harus menjadi prioritas utama. daya muat pada crane
Perencanaan yang matang, berkurang. Biasanya karat
pembentukan organisasi yang tepat, kurang mendapat perhatian
pelatihan-pelatihan keselamatan dari pihak kapal yang
kerja, pengarahan-pengarahan, dan sebenarnya bila diamati
tindakan pengendalian serta kerugian yang ditimbulkan
pengawasan diharapkan dapat oleh karat sangatlah besar.
menekan terjadinya kecelakaan kerja b. Permukaan logam
dalam menangani pekerjaan- Permukaan logam yang tidak
pekerjaan di dalam kompartemen- rata memudahkan terjadinya
kompartemen tertutup seperti yang kutub-kutub muatan, yang
dilakukan di MV. Madison dan akhirnya akan berperan
sesuai dengan pedoman yang dibuat sebagai anode dan katode.
oleh Mualim I dengan mengacu
konvensi SOLAS. 2) Keterlambatan pengecatan
pada crane (batang pemuat
C. Pembahasan Masalah derek)
Berdasarkan judul penelitian di atas, Keterlambatan pengecatan
penulis menemukan 2 (dua) rumusan pada batang pemuat crane yang
masalah, yaitu : menyebabkan proses karat
1. Apakah faktor yang menyebabkan semakin cepat terjadi kembali
rendahnya fungsi ship crane dalam sehingga kekuatan crane menjadi
proses bongkar muat? berkurang. Selama penulis
melaksanakan praktek laut di

1756
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 8 No. 1 Edisi Oktober 2017

kapal, crew kapal kurang peduli 2) Pengadaan spare part yang


terhadap perawatan crane kurang ditanggapi perusahaan.
terutama pengecatan crane. Dalam hal ini spare part sangat di
butuhkan dalam menunjang
3) Banyaknya alat yang tidak optimalnya fungsi crane itu
layak sendiri. Perusahaan kadang
Penggunaan crane secara mengetahui bahwa spare part itu
terus-menerus tanpa ada peraatan dibutuhkan seperti wire, cargo
dan pergantian komponen yang block, cat, grease, dan lain-lain.
rusak atau yang sudah waktunya
diganti dapat menyebabkan 2. Bagaimana meningkatkan fungsi
kurangnya fungsi crane tersebut. penggunaan crane pada proses
Hal ini banyak disepelekan karena bongkar muat MV. Madison ?
harga spare part yang harus Pada saat melakukan pemberian
diganti mahal ataupun barang pemahaman kepada crew kapal
yang sudah tidak ada sehingga menurut PMS atau Planed
tambal sulam atau menggunakan Maintenance System (sistem
spare part yang masih layak. perawatan yang terencana) untuk
merawat peralatan bongkar muat
4) Keterlambatan pelumasan dalam hal ini batang pemuat crane,
(pemberian grease) terhadap crew kurang dapat menangkap yang
wire dimaksud perawatan yang terencana.
Keterlambatan pelumasan a. Meningkatkan perawatan dan
terhadap wire menyebabkan wire fungsi crane kapal
mengeras dan menjadi kaku Untuk meningkatkan fungsi
sehingga mempercepat kerusakan crane kapal dibutuhkan
pada wire. Selama penulis perawatan yang dapat membuat
melaksanakan penelitian pada kondisi crane agar tetap optimal
waktu praktek laut, crew kapal dan dapat digunakan setiap saat.
melakukan pelumasan terhadap Perawatannya pun berbagai
wire biasanya dilaksanakan macam dan berkala. Adapun
dengan wire tidak dibersihkan perawatan yang dilakukan adalah:
terlebih dahulu tetapi langsung 1) Pelaksanakan perawatan pada
diberi grease (gemuk), sehingga waktu-waktu yang
kotoran-kotoran yang menempel dijadwalkan:
pada wire masih ada walaupun a) Perawatan tahunan
sudah terlanjur diberi grease yang Pada perawatan tahunan
baru maka wire lama-kelamaan hal-hal yang perlu
akan kaku dan rusak. dilaksanakan dalam proses
mewujudkan kelancaran
b) Faktor dalam bongkar muat yang ditunjang
Faktor ini merupakan oleh peralatan bongkar muat
permasalahan yang timbul dari khususnya dalam penggunaan
lingkup kapal sendiri dalam crane kapal.
perawatan kapal terhadap karat. 1. Mengganti wire (tali
Faktor dalam yang terjadi di kapal kawat)
penulis meliputi: 2. Pengecekan spare part
1) Kurangnya kesadaran crew kapal (suku cadang) crane dan
terhadap kerugian yang membuat requisition
disebabkan karat.

1757
Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Fungsi Ship Crane Terhadap Proses Bongkar Muat MV. Madison

(permintaan) ke Dari hasil yang diperoleh dalam


perusahaan. penelitian oleh penulis, dapat disimpulkan
3. Pembersihan karat dan bawa:
pengecatan pada batang 1. Peralatan bongkar muat yang di
pemuat crane secara gunakan di atas kapal sangat penting
keseluruhan. kegunaaanya, khususnya crane. Oleh
sebab itu perawatan dan
b) Perawatan bulanan penggunaannya perlu diperhatikan.
Berdasarkan pengalaman 2. Kesadaran crew yang kurang dan
yang dialami penulis selama pemahaman yang sangat minim dalam
menjalankan praktek laut, melakukan perawatan crane kapal, serta
pengecekan wire dilakukan perusahaan yang tidak melihat kesiapan
oleh anak buah kapal saat armadanya yang akan digunakan.
melakukan greasing Sehingga bila terjadi sesuatu dapat
(pelumasan) harus pelan-pelan menghambat bongkar muat dan
yang bertujuan mengecek perusahaan sendiri akan mengalami
secara detail kondisi wire kerugian karena keuntungan yang kecil.
tersebut. 3. Kerusakan yang terjadi pada crane
kebanyakan terjadi akibat kelalaian para
c) Perawatan mingguan crew kapal yang terlalu mengabaikan.
Berdasarkan yang terjadi di Serta kepedulian perusahaan yang
lapangan mingguan tidak kurang terhadap optimalisasi crane di
efektif karena pelayaran yang atas kapal.
pendek tidak sangat 4. Kendala yang dialami ketika berada di
memungkinkan untuk Nabire yang diakibatkan fungsi crane
melakukan perawatan karena yang kurang optimal, yang
trip yang pendek. mengakibatkan keterlambatan proses
bongkar muat.
b. Beberapa tes untuk mengetahui 5. Kurangnya kepedulian perusahaan akan
kelaikan crane pengadaan spare part untuk crane yang
- Pengujian Beban akan digunakan untuk bongkar muat.
Pengujian beban dilaksanakan Dari kekurangan inilah crane akan
meliputi pengujian dinamis dan menjadi tidak terawat.
statis di
mana pengujian dinamis adalah Dalam hal ini penulis akan memberikan
beberapa saran yang dapat bermanfaat bagi
pada beban s/d beban maksimu crew kapal dan perusahaan dengan
m SWL. dilengkapi beberapa keterangan-
Pengujian statis dilaksanakan pa keterangan yang akan membuat semakin
da beban 100% - 125 majunya perusahaan dan meningkatnya
% X SWL maksimum dengan kesadaran crew tentang peralatan bongkar
posisi beban uji kurang lebih 3 muat. Adapun beberapa saran yang akan
0 Cm di disebutkan :
atas lantai dan ditahan selama 1. Hendaknya perawatan terhadap
10 menit. peralatan bongkar muat khususnya
crane dilakukan secara rutin, tidak
V. KESIMPULAN menunggu sampai peralatan bongkar
muat rusak terlebih dahulu
mengakibatkan keterlambatan dan
kerugian terhadap perusahaan pelayaran

1758
Jurnal Dinamika Bahari
Vol. 8 No. 1 Edisi Oktober 2017

tersebut. Sehngga mengakibatkan Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi


terlambatnya bongkar muat. Sebaiknya Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
meningkatkan kesadaran dan Remaja Rosdakarya
pemahaman crew kapal untuk
melakukan perawatan peralatan
bongkar muat sesuai dengan PMS
(Planned Maintenance System). Dengan Kepner, C. H. dan Benjamin B. Tregoe.
memiliki crew yang memiliki kinerja 1981. Manajer Yang Rasional.
yang baik maka akan meningkatkan Edisi Terjemahan. Jakarta: Penerbit
kinerja alat bongkar itu sendiri. Erlangga
2. Menyediakan waktu untuk merawat
peralatan bongkar muat di mana waktu Nawawi, Handari. 1998. Metodologi
tersebut tidak terbentur oleh kegiatan Penelitian Pendidikan. Yogyakarta:
operasi kapal. Menyediakan peralatan Gadjah Mada Universitas Press
dan spare part yang berkualitas
sehingga dapat menunjang dalam Nasution, S. 2006. Metode Research.
pelaksanaan perawatan peralatan Surabaya: Penerbit Bumi Aksara
bongkar muat. Menyediakan
perlengkapan keselamatan bagi crew Sarwono, Jonathan. 2006. Metode
kapal agar meningkatkan kesadaran Penelitian Kuantitatif dan
crew akan pentingnya keselamatan saat Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu
bekerja dan juga keselamatan crew
yang dilatih untuk menghadapi Tim Penyusun Departemen Pendidikan
permasalahan-permasalahan yang ada Nasional. 2008. Kamus Besar
di kapal. Pembenaran jadwal yang Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
harus dikoordinasikan untuk perawatan Pustaka
crane, dan konsistensi dalam
pengerjaannya. NSOS. 1990. Manajemen Perawatan dan
Perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Istopo. 1999. Kapal dan Muatannya.
Wahyuningsih. 2010. Kamus Bahasa Jakarta: Koperasi Karyawan BP3IP
Indonesia, Edisi Baru, Edisi ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka

Abdillah, Pius dan Danu Prasetya. 2009.


Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Surabaya: Arkola

Martopo, Arso dan Soegiyanto. 2004.


Penanganan dan Pengaturan
Muatan. Semarang: Politeknik
Ilmu Pelayaran Semarang

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian


Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara

1759

Anda mungkin juga menyukai