Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekoci penolong merupakan perahu kecil dimana dirancang untuk

memberikan bantuan dan pertolongan di laut dalam situasi darurat seperti

evakuasi dari kapal yang terancam bahaya atau pencarian dan penyelamatan

orang yang terdampar di laut. Menurut Rudiana et al. (2020), sekoci adalah

alat penolong yang dirancang untuk menyelamatkan semua awak kapal

dengan konstruksi yang lebih kuat daripada alat penolong lainnya. Tergantung

pada ukurannya, sekoci dapat menampung hingga 150 orang sebagai

kapasitas maksimalnya.

Perawatan pengecekan merujuk pada aktivitas yang diperlukan untuk

menjaga semua barang, termasuk yang bersifat teknis untuk memastikan

bahan-bahan tersebut dapat digunakan dan beroperasi secara optimal sesuai

dengan standar internasional, serta yang bersifat non-teknis yang melibatkan

manajemen dan pengelolaan sumber daya manusia agar berfungsi efektif

(Widiatmaka, 2018:1).

Salah satu insiden yang menggambarkan kegagalan mekanisme

operasional sekoci terjadi di KMP Kirana II. Peristiwa ini terjadi pada tanggal

20 Maret 2022 pukul 08.00 saat KMP Kirana II sedang berlabuh jangkar di

Bakauheni. Saat proses penurunan dan pengoperasian sekoci berjalan lancar.

Namun, setelah sekoci dioperasikan, nahkoda memutuskan untuk mengakhiri


latihan dan mengangkat kembali sekoci ke kapal. Saat proses pengangkatan

sekoci penolong, mesin dewi-dewi mengalami masalah karena terjadi

kebuntuan, sehingga sekoci tidak dapat diangkat. Bosun mencoba

memperbaiki motor dewi-dewi, tetapi upaya tersebut tidak berhasil. Karena

kurangnya pemahaman tentang perawatan sekoci, kerusakan pada motor

dewi-dewi tidak dapat dihindari, menyebabkan latihan boat drill terhenti.

Mualim III kemudian mengambil langkah untuk memperbaiki bagian sumber

listrik dari sistem elektronik mesin dewi-dewi yang terletak di bagian

akomodasi kapal. Sementara itu, nahkoda memerintahkan kepada mualim III

agar bosun mengoperasikan dewi-dewi secara manual atau menggunakan

engkol untuk mengangkat sekoci penolong ke atas dewi-dewi. Kurangnya

pemahaman tentang pengecekan sekoci menyebabkan motor dewi-dewi tidak

dapat beroperasi dengan baik, dan juga Indonesia adalah negara kepulauan

yang menjadikan transportasi sangat penting, Berdasarkan latar belakang

tersebut, penulis mengambil judul “Pengecekan Sekoci Secara Berkala

Guna Meningkatkan Keselamatan di Kapal”.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana prosedur pengecekan sekoci secara berkala di kapal?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan saat dijumpai kendala dalam

melaksanakan pengecekan sekoci penolong?

C. Batasan masalah

Untuk memfokuskan penelitian ini, dibuatlah batasan masalah yang hanya

membahas tentang Pengecekan Sekoci Secara Berkala Guna Meningkatkan

Keselamatan di Kapal
D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui prosedur pengecekan sekoci secara berkala di kapal

2. Untuk mengetahui cara mengatasi kendala dalam melaksanakan

pengecekan sekoci penolong

3. Untuk mengetahui Upaya dalam mengatasi kendala saat pengecekan

sekoci secara berkala di atas kapal

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan melakukan pengecekan sekoci secara berkala dengan baik

dan benar sesuai prosedur, pembaca dapat melakukan pengecekan dengan

tepat untuk menyelamatkan kru kapal agar siap digunakan dalam keadaan

darurat setiap saat.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi pembaca

1) Mengetahui proses pengecekan dengan baik dan benar untuk

mesmastikan tidak ada masalah atau kerusakan potensial serta

untuk keamanan dan kinerja optimal

2) Sebagai penambah wawasan serta pengetahuan Ketika menjadi

seorang perwira, terutama Mualim III yang bertugas pada bidang

perawatan dan fungsi alat keselamatan

3) Manfaat bagi institusi

Dimaksudkan dapat memberikan wawasan bagi Taruna atau

masyarakat pelaut, terutama di bidang nautika, untuk melakukan

pengecekan sekoci secara berkala


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Penelitian Sebelumya

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya berikut:

No Penulis Judul Kesimpulan

1 Wejang Miryan “Optimalisasi Pelaksanaan perawatan

(2023) Perawatan Sekoci sekoci penolong di KM

Penolong di KM Dobonsolo belum

Dobonsolo” dilaksanakan secara optimal

sesuai dengan ketentuan

Safety of Life at Sea

(SOLAS) 1974, serta Plan

Maintenance System (PMS)

yang ada di atas

kapal, sehingga belum dapat

beroperasi dengan efektif

pada saat drill

maupun terjadi keadaan

darurat di atas kapal yang

mengharuskan seluruh
kru maupun penumpang

untuk meninggalkan kapal.

penting untuk memahami dan menjelaskan beberapa pendukung teori dan

penulisan yang diambil dari berbagai sumber sastra yang tergabung dalam

diskusi karya ilmiah ini. Dengan demikian, diharapkan akan lebih banyak

kontribusi yang dapat diperoleh dari diskusi tersebut untuk menyempurnakan

penulisan publikasi ilmiah.

Berdasarkan temuan dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pengecekan

sekoci penolong sebagai upaya untuk meningkatkan keselamatan jiwa di laut.

Maka daripada itu, penulis tertarik untuk mengembangkan penelitian

mengenai Pengecekan Sekoci Penolong Secara Berkala Guna Meningkatkan

Keselamatan di Atas Kapal. Pengecekan merupakan hal yang sangat penting

agar diketahui bahwa setelah rutin dilakukan pengecekan pada sekoci

penolong, sekoci dapat digunakan pada saat situasi darurat. Selain itu, tujuan

penelitian juga mencakup kendala-kendala apa saja yang dijumpai saat

melakukan pengecekan untuk bahan evaluasi selanjutnya dan menemukan

solusi terhadap kendala-kendala tersebut.

B. Landasan Teori

1. Sekoci
Sekoci merupakan peralatan keselamatan di kapal yang digunakan

untuk evakuasi dalam situasi darurat atau keadaan di mana bertahan

hidup di kapal tidak memungkinkan. Sekoci saat ini tidak lagi terbuat

dari bahan kayu atau logam yang berat dan memerlukan perawatan

khusus, seperti yang disebutkan oleh Hairuddin (2014). Sekoci juga

diartikan peralatan keselamatan yang tersedia di kapal untuk keadaan

darurat atau evakuasi. Biasanya, sekoci penolong dirancang untuk

menyelamatkan kru kapal dan penumpang ketika kapal tidak dapat lagi

beroperasi atau meninggalkannya adalah keputusan terbaik untuk

keselamatan semua orang di kapal. Ini merupakan bagian integral dari

persiapan keselamatan di kapal laut dan struktur maritim lainnya.

Menurut Kuncowati (2016) dan Faturachman (2015). sekoci

modern umumnya dibuat dari fiberglass sintetis atau bahan lain yang

sangat kuat dan ringan. Sayangnya, perawatan dan pengoperasian sekoci

sering diabaikan dan diremehkan. Pemeliharaan dan pengoperasian

sekoci tidak hanya merupakan rutinitas bagi awak kapal, tetapi juga

merupakan serangkaian kegiatan yang membutuhkan banyak perhatian

dan dukungan manajemen yang baik, seperti yang disarankan. Adapun

jenis sekoci penolong berdasarkan jenisnya yaitu:

a. Sekoci tertutup

Sekoci tertutup penuh adalah salah satu jenis sekoci yang

populer dan umum digunakan di atas kapal. Hal ini disebabkan oleh

sejumlah alasan yang membuatnya menjadi pilihan utama. Pertama-

tama, sekoci ini dirancang untuk memberikan perlindungan


maksimal kepada kru kapal dari paparan air laut, angin kencang,

serta kondisi cuaca buruk lainnya yang mungkin terjadi di laut.

Selain itu, keunggulan utama dari sekoci tertutup penuh adalah

integritasnya yang tinggi terhadap air, sehingga mampu mencegah

air laut masuk ke dalam sekoci dengan lebih efektif. sekoci tertutup

penuh umumnya lebih banyak digunakan pada kapal-kapal besar

seperti kapal tanker dan kapal kontainer, di mana kebutuhan akan

keselamatan dan perlindungan kru sangatlah penting.

b. Sekoci terbuka

Sekoci ini adalah jenis sekoci yang tidak memiliki atap dan

biasanya dioperasikan secara manual. Meskipun demikian, untuk

meningkatkan daya dorongnya, bisa ditambahkan mesin bakar

dalamnya. Namun, karena sifatnya yang terbuka, sekoci ini kurang

efektif dalam cuaca buruk atau saat hujan karena air dapat masuk

dengan mudah. Karena regulasi keselamatan yang ketat, penggunaan

sekoci terbuka semakin jarang dijumpai, terutama di kapal-kapal

modern, meskipun masih dapat ditemukan di kapal-kapal yang lebih

tua.

c. Sekoci jatuh bebas

Sekoci ini menunjukkan kesamaan dengan sekoci tertutup

penuh, namun mempunyai perbedaan dalam metode peluncurannya.

Ketika diluncurkan, sekoci ini mampu masuk ke dalam air dengan

aman tanpa merusak badan sekoci. Penempatannya biasanya berada

di bagian belakang kapal di mana terdapat ruang yang luas untuk


peluncuran bebas. Umumnya, setiap kapal hanya memiliki satu

sekoci jenis ini.

Sekoci penolong juga sudah mempunyai peraturan keselamatan seperti

yang tertuai pada SOLAS BAB 3 tahun 1974. Seperti perlengkapan apa

saja yang ada pada sekoci untuk melakukan penyelamat di kapal yaitu:

a. Tiap bangku dilengkapi dengan satu pasang dayung, sementara dua

dayung cadangan tersedia, dan satu set kleti terhubung pada sekoci

melalui tali atau rantai, bersama dengan satu ganco sekoci.

b. Setiap propeller memiliki dua buah prop, dan masing-masing

terhubung dengan tali atau rantai pada sekoci (kecuali jika

menggunakan auto prop).

c. Roda kemudi dipasang pada sekoci dengan engsel dan pennya.

d. Terdapat dua buah kapak.

e. Lentera disertai minyak yang dapat menyala selama 12 jam.

f. Terdapat tiang dan layar berwarna jingga, dilengkapi dengan tali

kawat yang dilapisi galvanis.

g. Kompas dengan pencahayaan yang mudah terbaca.

h. Tersedia tali pengaman dengan pelampung yang mengelilingi sekoci.

i. Terdapat kala-kala (sea anchor) yang memenuhi persyaratan.

j. Terdapat satu galon (4,5 liter) minyak peredam ombak.

k. Dua tali tangkap (painters) dengan panjang yang mencukupi, satu di

bagian depan dan satu di belakang.

l. Persediaan makanan yang memadai sesuai dengan kapasitas orang di

dalam sekoci.
m. Terdapat empat cerawat payung yang bisa memberikan cahaya

merah yang terlihat.

n. Dua sinyal asap berwarna jingga (buyant smoke signal) yang dapat

digunakan pada siang hari.

o. Peralatan bantu untuk orang masuk ke dalam sekoci.

p. Peralatan pertolongan pertama (P3K) dalam kotak kedap air.

q. Senter kedap air yang mampu menyampaikan sinyal morse, disertai

dengan batu baterai dan lampu, yang disimpan dalam kotak kedap

air.

r. Cermin untuk sinyal siang hari.

s. Pisau lipat dilengkapi dengan pembuka kaleng, terhubung pada

sekoci.

t. Dua pasang tali buangan ringan dan terapung.

u. Pompa tangan.

v. Lemari penyimpanan untuk peralatan kecil.

w. Satu suling atau peralatan serupa.

x. Satu set peralatan memancing.

y. Penutup sekoci berwarna mencolok.

z. Salinan isyarat bahaya.

2. Pengecekan

Pengecekan adalah tindakan memeriksa atau memverifikasi

sesuatu untuk memastikan kebenaran, keadaan, atau kondisi suatu hal. Ini

melibatkan berbagai tindakan seperti memeriksa dokumen, memeriksa


peralatan, atau memeriksa situasi tertentu untuk memastikan bahwa

semuanya berfungsi dengan baik.

Pemeriksaan menyeluruh pada sekoci penolong, inspeksi harus

dilaksanakan secara rutin agar tidak mengganggu pelaksanaan pelatihan

sekoci dan apabila ada bagian sekoci yang tidak bisa diperbaiki oleh

pihak kapal, maka harus dilaporkan kepada pihak perusahaan (Chong &

Lee, 2006; Pranata Rhama, 2017). Pemeriksaan juga dapat diartikan

kegiatan yang perlu dilakukan terhadap semua objek, baik yang bersifat

non-teknis seperti manajemen dan sumber daya manusia, agar objek

tersebut dapat berfungsi secara optimal. Hal ini juga mencakup aspek

teknis, termasuk bahan atau peralatan bergerak maupun yang diam,

sehingga mereka dapat beroperasi dengan baik dan memenuhi standar

internasional yang berlaku Widiatmaka (2017:1).

Pengecekan dan pelaksanaan perawatan secara teratur juga harus

dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Mualim III

memiliki tanggung jawab untuk menyusun jadwal perawatan peralatan

keselamatan, memverifikasi kondisi peralatan keselamatan, dan

mengkoordinasikan latihan terkait. Selain itu, Mualim I dan Nakhoda

juga bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua kegiatan

berlangsung sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan (Rudiana,

Retno Wulandari 2020). Dari beberapa definisi yang telah disebutkan,

dapat disimpulkan bahwa pengecekan adalah suatu tindakan yang

bertujuan untuk mencegah fasilitas dari risiko kerusakan fisik dalam


periode waktu tertentu, sehingga fasilitas tersebut dapat digunakan sesuai

dengan kebutuhan atau keinginan penggunaannya.

Dalam konteks perawatan sekoci penolong, terdapat beberapa

aspek yang memerlukan perhatian, seperti sekoci penolong itu sendiri,

sistem Dewi-dewi sekoci penolong, dan perlengkapan-perlengkapan

sekoci penolong. Perawatan ini dapat dilakukan secara berkala, baik

setiap minggu, setiap bulan, maupun setiap tahun berdasarkan SOLAS

1974 Bab 3 Regulasi 20 Edisi 2014 dan isinya sebagai berikut :

a. Tiap minggu

Melakukan pemeliharaan dan inspeksi terhadap alat penggerak

awal, termasuk pemeriksaan baterai starter, pengecekan kondisi

baterai, serta evaluasi pengisian daya baterai (battery charger).

Untuk mesin sekoci yang menggunakan penggerak awal manual,

melakukan perawatan terhadap alat engkol dan menempatkannya

di lokasi yang mudah diakses, serta menjalankan uji coba untuk

memverifikasi kinerjanya.

b. Tiap 3 bulan

Melakukan pengecekan,cek kebocoran pada sistem dan exhaust

manifold

c. Tiap 6 bulan

Melakukan pengecekan lub oil mesin dan gear box, pipa, cek

propeller conditions, dan baut pondasi

d. Tiap 30 bulan, docking:


Buka silinder kepala dan bagian utamanya, keluarkan piston

beserta komponennya, buka bantalan utama dan bantalan pin

engkol, periksa keadaan bantalan utama, periksa keadaan jurnal

engkol, evaluasi jurnal engkol, periksa liner silinder, gearbox, pipa,

dan baut fondasi.

Referensi kepada Safety of Life at Sea (SOLAS) 1974 dan Plan

Maintenance System (PMS) menjadi acuan bagi seorang perwira di atas

kapal yang bertanggung jawab terhadap perawatan dan pemeriksaan

sekoci penolong, sehingga pemeriksaan perawatan tersebut dapat

dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PMS memiliki peran

yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan pengecekan. Sistem ini

terbagi menjadi dua jenis pengecekan yang terencana, yaitu Preventive

Maintenance dan Predictive Maintenance. Meskipun keduanya

terencana, masing-masing memiliki faktor pelaksanaan yang berbeda.

a. Preventive Maintenance

Pemeriksaan preventif adalah serangkaian tindakan yang

bertujuan untuk mencegah alat-alat agar tidak mengalami kerusakan

atau kegagalan fungsi yang dapat menghambat proses perawatan.

Tindakan pemeliharaan ini meliputi pengecekan dan perawatan yang

dilakukan secara terjadwal atau berkala.

Preventive maintenance adalah suatu sistem perencanaan

aktivitas pengecekan yang dijadikan pedoman dengan interval waktu

tertentu, mencakup rencana jangka pendek dan jangka panjang.

Rencana jangka panjang menggambarkan kegiatan tahunan, dengan


rencana mingguan yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Program ini dijalankan secara teratur dan konsisten, meskipun dapat

disesuaikan jika terjadi kendala. Penundaan pengecekan harus

dihindari karena dapat menyebabkan kerusakan, meskipun jadwal

pelaksanaannya fleksibel. Proses ini melibatkan langkah-langkah

seperti pengumpulan informasi pemeliharaan, penentuan ketentuan

peralatan, penyusunan prosedur kerja, dan penjadwalan pada

program tahunan.

Pelaksanaan pengecekan dengan metode ini relatif tidak rumit

karena mengikuti jadwal pemeriksaan untuk mendeteksi tanda-tanda

kerusakan yang ada. Pemeriksaan dilakukan secara berkala dengan

penyesuaian yang tepat sehingga jumlahnya tidak berlebihan atau

kurang.

b. Predictive maintenance

Predictive maintenance merupakan metode yang digunakan

untuk menjaga peralatan dalam kondisi optimal dengan

memanfaatkan data dan sensor untuk mendeteksi masalah sebelum

terjadi kegagalan. Proses ini umumnya melibatkan penggunaan

peralatan diagnostik untuk memantau dan mendiagnosis kondisi

mesin saat digunakan. Pendekatan ini tidak bergantung pada jadwal

pemeliharaan tetap, melainkan menggunakan Conditional Based

Maintenance yang dipengaruhi oleh kondisi aktual peralatan.

Predictive maintenance merupakan serangkaian inspeksi yang

menggunakan peralatan canggih untuk memperkirakan waktu


terjadinya kegagalan fungsi. Teknologi ini membantu memberikan

waktu yang memadai bagi personel untuk melakukan tindakan

intervensi sebelum terjadinya kegagalan secara langsung.

3. Keselamatan

Menurut Suwardi dan Daryanto (2018), Keselamatan dan

Kesehatan Kerja merupakan usaha untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan.

Secara esensial, keselamatan dan kesehatan tidak dapat dipisahkan satu

sama lain dalam konteks keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut

Sumakmur dalam Larasati (2018), Keselamatan Kesehatan Kerja

bertujuan untuk menjaga kesejahteraan pekerja atau masyarakat dengan

tingkat kesehatan yang optimal dalam segi fisik, mental, dan sosial. Ini

dilakukan dengan upaya pencegahan terhadap penyakit atau gangguan

kesehatan yang bisa dipicu oleh berbagai faktor, seperti kondisi kerja,

lingkungan kerja, atau penyakit umum. Hasilnya, diharapkan

menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi seluruh

karyawan.

Keselamatan diri saat bekerja melibatkan upaya untuk melindungi

diri sendiri dari potensi bahaya dan risiko cedera yang mungkin timbul

selama menjalankan tugas pekerjaan. Menurut Sumakmur dalam Larasati

(2018), Keselamatan Kesehatan Kerja bertujuan untuk menjaga

kesejahteraan pekerja atau masyarakat dengan tingkat kesehatan yang

optimal dalam segi fisik, mental, dan sosial. Ini dilakukan dengan upaya

pencegahan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dipicu


oleh berbagai faktor, seperti kondisi kerja, lingkungan kerja, atau

penyakit umum. Hasilnya, diharapkan menciptakan lingkungan kerja

yang aman dan nyaman bagi seluruh karyawan.

C. Kerangka Konsep Penelitian

Pengecekan Sekoci Secara Berkala Guna Meningkatkan


Keselamatan di Kapal

Bagaimana upaya yang dilakukan


Bagaimana prosedur pengecekan saat dijumpai kendala dalam
sekoci secara berkala di kapal? melaksanakan pengecekan sekoci
penolong?

Penerapan prosedur pengecekan Mengetahui cara mengatasi kendala


sekoci diatas kapal secara berkala dalam melaksanakan pengecekan
dengan benar menurut SOLAS sekoci penolong agar sekoci selalu
1974 dan Plan Maintenance System siap digunakan saat keadaan
(PMS) darurat

Pelaksanaan perawatan sekoci penolong


dilaksanakan secara optimal sesuai
dengan ketentuan Safety of Life at Sea
(SOLAS) 1974, serta Plan Maintenance
System (PMS) yang ada di atas kapal, agar
saat digunakan tidak ada kendala
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif dan juga pendekatan lapangan yang akan dilaksanakan saat penulis

menjalani praktek laut.

Menurut Bahtianul (2020), penelitian kualitatif dapat dijelaskan sebagai

suatu jenis penelitian yang cenderung bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini,

penggunaan teknik analisis yang rasional menjadi sebuah pedoman yang

membantu peneliti dalam mengarahkan fokus penelitiannya sesuai dengan

temuan yang ditemukan di lapangan. Pendekatan ini memungkinkan peneliti

untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang

diteliti dengan memperhatikan konteks dan keadaan yang sesungguhnya

terjadi. Sedangkan. Menurut Moleong (2007:3) mengemukakan bahwa

metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati. Metode kualitatif merupakan salah satu metode yang

memungkinkan pengamat untuk memperoleh data yang akurat melalui

wawancara atau pengamatan langsung terhadap suatu peristiwa.

Laporan yang akan penulis susun akan mencakup kutipan-kutipan untuk

memberikan ilustrasi yang jelas dalam penyampaian laporan. Data-data ini

akan saya peroleh melalui hasil wawancara, dokumentasi pribadi, catatan

lapangan, atau dokumen resmi lainnya.


B. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat penelitian adalah ketika penulis akan menjalani praktik

di laut selama periode 1 tahun pada tahun 2024.

C. Sumber data

Sugiyono (2012) menjelaskan bahwa sumber data mencakup semua

informasi yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Berdasarkan

asalnya, data dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:

1. Data primer

Menurut Sugiyono (2018:456) Data primer yaitu sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data. Terdapat dua metode

yang akan digunakan oleh penulis, yaitu:

a. Observasi

Menurut Sugiyono (2015: 204) observasi merupakan kegiatan

pemuatan penelitian terhadap suatu objek.. Dalam penelitian ini,

penulis menjalankan proses observasi secara langsung di area yang

akan menjadi lokasi praktek laut. Tujuan utama dari observasi ini

adalah untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai

kondisi aktual yang ada di lapangan. Dengan melibatkan diri secara

langsung, penulis dapat mengamati secara langsung berbagai aspek

yang relevan dengan topik penelitian, seperti dinamika lingkungan,

perilaku organisme, dan interaksi antara berbagai faktor yang

mempengaruhi situasi di laut.

b. Wawancara
Menurut Sugiyono (2009) wawancara adalah pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui pertanyaan dan tanggapan,

sehingga komunikasi dan pembangunan bersama yang berarti tentang

topik tertentu. Dalam penelitian ini, penulis akan menerapkan strategi

wawancara terbuka dengan narasumber yang berada di kapal sebagai

salah satu elemen utama dari proses metodologis penelitian yang

dijalankan. Melalui pendekatan ini, penulis berharap dapat

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan komprehensif

mengenai berbagai aspek yang relevan dengan topik penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara

yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam

bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang

berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2015:225), data sekunder adalah sumber

informasi yang diperoleh secara tidak langsung tetapi memberikan

tambahan data atau informasi yang diperoleh melalui pihak lain atau

sumber lainnya. Sumber data sekunder biasanya berasal dari media seperti

jurnal, buku elektronik, dan sumber lain yang relevan untuk mendukung

topik penelitian yang dibahas.

D. Teknik analisis data

Dalam pelaksanaan penelitian kualitatif, penulis berencana menjalankan

tiga tahapan dalam proses analisis data yaitu:


1. Data Reduksi

Menurut Sugiyono (2013:92) mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya Dalam proses reduksi data, penulis melakukan

langkah-langkah yang meliputi pengumpulan data dari berbagai sumber.

Setelah itu, data-data tersebut disaring dan dikelompokkan berdasarkan

kategorisasi yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan relevansi dengan

permasalahan yang sedang diteliti. Data yang dianggap kurang penting atau

tidak relevan kemudian disaring atau dieliminasi. Langkah terakhir dalam

proses ini adalah merumuskan kesimpulan atau temuan berdasarkan analisis

data yang telah disederhanakan dan digolongkan. Proses ini memungkinkan

penulis untuk mengidentifikasi pola-pola, tren, dan hubungan antar data

yang relevan dengan tujuan penelitian.

2. Penyajian Data

Dalam penjelayan Yuni (2011) menyatakan bahwa penyajian data

adalah proses pengemasan data hasil dari reduksi data. Penyajian data dalam

metode kualitatif sering kali dilakukan melalui pendekatan naratif yang

menggambarkan secara rinci temuan dari penelitian, kadang-kadang disertai

dengan tabel, grafik, atau gambar yang dihasilkan selama praktek laut.

Penyajian ini bertujuan untuk menyajikan informasi dengan cara yang

komprehensif dan memungkinkan penulis untuk memahami dengan baik

hasil dari data yang telah dikumpulkan. Melalui berbagai bentuk penyajian

ini, peneliti dapat mengkomunikasikan temuan dan interpretasi mereka

kepada pembaca dengan jelas dan efektif.


3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan bagian akhir dari kegiatan analisis

data dan merupakan konfigurasi yang utuh (Miles dan Huberman, 2007) .

Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan memegang peranan penting karena

harus mampu merangkum dan menjawab rumusan masalah yang telah

ditetapkan oleh penulis sebelumnya. Kesimpulan seharusnya lebih dari

sekadar rangkuman; ia harus memberikan gambaran yang komprehensif

tentang temuan yang dihasilkan dari penelitian, menggambarkan objek

penelitian yang sebelumnya mungkin belum terdefinisi dengan jelas.

Selain itu, kesimpulan juga harus mampu menguraikan teori-teori yang

relevan yang muncul dari analisis data secara tegas dan

menghubungkannya kembali ke pertanyaan penelitian yang diajukan.

Dengan demikian, kesimpulan bukan hanya sekedar ringkasan, tetapi juga

merupakan refleksi yang mendalam tentang signifikansi hasil penelitian

serta implikasi yang mungkin timbul dari temuan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Bahtianul, M. (2020). Optimalisasi Perawatan Sekoci Penolong Di


Mt. Sungai Gerong (Doctoral dissertation, Politeknik Ilmu
Pelayaran Semarang).

DIFA, N. N. F. A. (2023). OPTIMALISASI PENGADAAN SPARE


PART DIVISI TECHNICAL DALAM MENINGKATKAN
KINERJA PERBAIKAN KAPAL DI PT. ORION
TRANSPORTASI INTERNASIONAL (STUDI KASUS KIP.
BABELINDO 2) (Doctoral dissertation, POLITEKNIK
ILMU PELAYARAN SEMARANG).

Habsy, B. A. (2017). Seni memehami penelitian kuliatatif dalam


bimbingan dan konseling: studi literatur. Jurnal Konseling
Andi Matappa, 1(2), 90-100.

Hendriady de Keizer, H., Gunardi, G., Sugiyanto, S., & Arisena, A.


(2022). ANALISIS KREDIT BERMASALAH DITINJAU
DARI NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA PT
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK. Jurnal Co
Management, 5(1), 792-796.

Kuntarto, E., Sofwan, M., & Mulyani, N. (2021). Analisis manfaat


penggunaan aplikasi zoom dalam pembelajaran daring bagi
guru dan siswa di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar
Nusantara, 7(1), 49-62.

Lasari, Y., Dewi, S. I., & Diahloka, C. (2015). Strategi komunikasi


duta hiv/aids dalam kampanye hiv/aids di kalangan
transgender pada ikatan waria Malang. Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (JISIP), 4(3).

Luthfia, L., & Zanthy, L. S. (2019). Analisis kesalahan menurut


tahapan kastolan dan pemberian scaffolding dalam
menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel.
Journal on Education, 1(3), 396-404.

Makbul, M. (2021). Metode pengumpulan data dan instrumen


penelitian.
Maulana, A. (2016). Pengaruh kunjungan wisatawan mancanegara dan
perjalanan wisatawan nusantara terhadap penyerapan tenaga
kerja sektor pariwisata di indonesia. Jurnal Kepariwisataan
Indonesia: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Kepariwisataan Indonesia, 11(1), 119-144.

NUGROHO, N., CHUA, E., & HAN, W. P. (2019). Analisis Motivasi


Kerja Karyawan Bagian Pemasaran PT. Global Mitra Prima.
Jurnal Ilmiah Kohesi, 3(3)

Pratama, K., Arleiny, A., & Widjatmoko, E. N. (2022). Optimalisasi


Perawatan Sekoci Penolong Sebagai Penunjang
Keselamatan Awak Kapal. Dinamika Bahari, 3(2), 86-90.

RAMADHANI, N. (2023). OPTIMALISASI PERAWATAN SEKOCI


PENOLONG GUNA MENDUKUNG KESELAMATAN
JIWA AWAK KAPAL MV. TANTO RAYA (Doctoral
dissertation, SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN
JAKARTA).

Subakti, A. (2022). Prosedur Ekspor Pada Dinas Perindustrian dan


Perdagangan Provinsi Jambi (Doctoral dissertation,
Akuntansi).

WEJANG, M. F. (2023). OPTIMALISASI PERAWATAN SEKOCI


PENOLONG DI KM DOBONSOLO (Doctoral dissertation,
POLITEKNIK ILMU PELAYARAN SEMARANG).

Widiatmaka, P. (2018). Manajemen Perawatan dan Perbaikan Kapal.


PIP Semarang.

Wijayanti, D., Graciafernandy, M. A., & Moeljono, M. (2023).


Implementasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Pegawai PT PLN UP3 Semarang. Maeswara: Jurnal
Riset Ilmu Manajemen dan Kewirausahaan, 1(4), 295-306.

Anda mungkin juga menyukai