Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi laut memiliki peran signifikan di Indonesia, terutama karena

sekitar 62% wilayah negara Indonesia adalah lautan. Oleh karena itu,

perusahaan pembuat alat transportasi laut harus mematuhi standar yang telah

ditetapkan di Indonesia. Undang-Undang yang mengatur keselamatan kapal

di Indonesia adalah Pasal 1 ayat 34 UU No 17 Tahun 2008 pelayaran,

dijelaskan bahwa keselamatan kapal tergantung pada pemenuhan persyaratan

secara materi, konstruksi, struktur, peralatan mekanis, sistem listrik,

kestabilan, tata letak, dan perlengkapan, termasuk peralatan bantu seperti

radio dan elektronik kapal. Hal ini terverifikasi dengan sertifikasi setelah

dilakukan pemeriksaan dan pengujian. Berbagai peralatan keselamatan di

kapal mencakup life jacket, life buoy, life raft, life boat, dan peralatan

keselamatan lainnya.

Pembuat alat transportasi laut, atau biasa disebut kapal, harus teliti

dalam memperhatikan keselamatan yang menyangkut nyawa para kru kapal,

barang yang dimuat, dan hukum laut. Kapal yang digunakan harus memenuhi

syarat fasilitas keamanan dan keselamatan karena keadaan darurat tidak

mengenal kapan, di mana, dan siapa yang akan terkena musibah. Oleh karena

itu, alat keselamatan di kapal harus siap digunakan kapan saja. Contoh

keadaan darurat di kapal meliputi kandas, kebakaran, orang jatuh dari kapal,
pencemaran di laut, dan sebagainya. Penggunaan alat keselamatan yang

memenuhi standar dimaksudkan untuk setiap orang yang naik di kapal dan

berada dalam situasi darurat atau bahaya agar dapat menyelamatkan orang

lain maupun diri sendiri dengan cepat dan tepat tanpa harus menjadi korban

saat proses penolongan. Oleh karena itu, tujuan standarisasi alat keselamatan

adalah untuk meminimalisir korban jiwa. Pentingnya tidak hanya alat

keselamatan, tetapi juga pengguna yang harus memiliki sertifikasi BST dan

sesuai SOLAS agar mampu menggunakan alat keselamatan dengan benar dan

juga melakukan perawatan. Seiring dengan kemajuan teknologi di lingkungan

maritim, perkembangan peralatan keselamatan, salah satunya, adalah sekoci

penolong (Haris.A. 2016).

Sekoci adalah salah satu bagian penting yang wajib ada dalam

perlengkapan standar untuk kapal yang berlayar, seperti yang diwajibkan

dalam persyaratan konstruksi dan mekanis. Perkembangan teknologi,

khususnya di industri perkapalan, telah menghasilkan banyak perubahan

dalam perlengkapan dan peralatan kapal, termasuk sekoci. Saat ini, sekoci

tidaklah dibuat dari bahan logam ataupun kayu yang cukup berat, yang perlu

peralatan khusus. Di era saat ini, sekoci dibuat dengan bahan sintetis yang

kuat dan ringan, serta tahan terhadap cuaca. Meskipun demikian, sekoci

masih memerlukan perawatan karena terdapat banyak bagian yang perlu

dirawat. Hal ini sangat penting di kapal, karena kegagalan dalam mengatasi

kecelakaan seringkali disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang

penggunaan peralatan keselamatan di kapal dan kondisi peralatan itupun


kurang terjaga, sehingga di saat dibutuhkan tidak dapat digunakan

(Kuncowati, 2016).

Saat sekoci penolong tidak didukung oleh ketersediaan spare part di kapal,

sering terjadi kerusakan pada sekoci dan dewi-dewi sekoci. Bagian David

Hom yang tidak berfungsi optimal ketika sekoci dioperasikan selama latihan

atau saat inspeksi dilakukan oleh Port State Control (PSC), dan kekurangan

spare part untuk bagian-bagian sekoci dan dewi-dewi sekoci yang ada di

kapal, membuat Mualim I, Mualim III, dan Masinis IV diwajibkan untuk

secara berkala memeriksa komponen sekoci, sesuai dengan panduan

penggunaan. Mereka juga harus memperhatikan spare part yang mudah rusak

karena gesekan antar komponen kapal, kekurangan pelumas, dan kebersihan

spare part yang dapat mempengaruhi kerusakan. Saat menurunkan sekoci,

mereka harus berhati-hati terhadap komponen yang berkaitan dengan dewi-

dewi atau lambung kapal. xxx Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis

mengambil judul “Pengecekan Sekoci Secara Berkala Guna

Meningkatkan Keselamatan di Kapal”.

B. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian ini, dibuatlah batasan masalah yang hanya

membahas tentang Pengecekan Sekoci Secara Berkala Guna Meningkatkan

Keselamatan di Kapal

C. Rumusan Masalah

a. Bagaimana penerapan prosedur pengecekan sekoci secara berkala di

kapal?
b. Bagaimana upaya yang dilakukan saat dijumpai kendala dalam

melaksanakan pengecekan sekoci penolong?

D. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui penerapan prosedur pengecekan sekoci secara berkala

di kapal

b. Untuk mengetahui cara mengatasi kendala dalam melaksanakan

pengecekan sekoci penolong

c. Untuk mengetahui Upaya dalam mengatasi kendala saat pengecekan

sekoci secara berkala di atas kapal

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan melakukan pengecekan sekoci secara berkala dengan baik

dan benar sesuai prosedur, pembaca dapat melakukan pengecekan dengan

tepat untuk menyelamatkan kru kapal agar siap digunakan dalam keadaan

darurat setiap saat.

2. Manfaat praktis

a) Manfaat bagi pembaca

 Mengetahui proses pengecekan dengan baik dan benar

untuk mesmastikan tidak ada masalah atau kerusakan

potensial serta untuk keamanan dan kinerja optimal

 Sebagai penambah wawasan serta pengetahuan Ketika

menjadi seorang perwira, terutama Mualim III yang

bertugas pada bidang perawatan dan fungsi

alat keselamatan
b) Manfaat bagi institusi

Dimaksudkan dapat memberikan wawasan bagi

Taruna atau masyarakat pelaut, terutama di bidang nautika,

untuk melakukan pengecekan sekoci secara berkala

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Penelitian Sebelumya

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya berikut :

No Penulis Judul Kesimpulan

1 Fernando (2022) Peningkatan deskriptif kualitatif adalah

fungsi peralatan metode yang digunakan

keselamatan di dalam penelitian ini, dengan

kapal MT. PATRA pengumpulan data

TANKER 2 dilakukan melalui penelitian

lapangan (field research)

yang menggabungkan

metode observasi,

dokumentasi, dan

wawancara secara

mendaam. Di temukan dari


penelitian ini menunjukkan

bahwa peralatan

keselamatan perlu dirawat

secara rutin agar saat

dibutuhkan dalam keadaan

darurat berfungsi dengan

semestinya dan dapat

digunakan dengan efektif.

2 Muhammad Dampak Perawatan sekoci

ridwan fm (2021) perawatan sekoci mempunyai pengaruh

dan latihan positif dan signifikan

darurat terhadap terhadap penanganan

penanganan keadaan darurat abandon

situasi darurat ship di kapal tanker.

abandon ship di Hal tersebut dapat

kapal tanker, dibuktikan dengan uji

dengan responden parsial, dikatakan positif

dari kru kapal karena memiliki hasil nilai t

MT. KIRANA hitung lebih besar dan

NAWA dikatakan signifikan karena

nilai signifikansi lebih

kecil. Berdasarkan hasil

penelitian menyatakan
bahwa perawatan sekoci

memiliki kontribusi atau

sumbangan relatif

sebesar 26,2% dan memiliki

kontribusi atau sumbangan

efektif

sebesar 13,64%.

3 Vega Hardiyati keterampilan dan Sekoci sebagai alat

(Tahun 2016) pengetahuan keselamatan sangatlah

dalam merawat penting untuk mendukung

sekoci penolong sebuah kapal dalam berolah

untuk menunjang gerak terutama jika kapal

keselamatan dalam keadaan bahaya,maka

diatas kapal perlu diadakan perawatan

secara berkala serta latihan

latihan rutin agar setiap alat

dan kru kapal selalu siap

dalam menghadapi keadaan

darurat nantinya

penting untuk memahami dan menjelaskan beberapa pendukung teori dan

penulisan yang diambil dari berbagai sumber sastra yang tergabung dalam

diskusi karya ilmiah ini. Dengan demikian, diharapkan akan lebih banyak
kontribusi yang dapat diperoleh dari diskusi tersebut untuk menyempurnakan

penulisan publikasi ilmiah.

Berdasarkan temuan dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan perawatan

sekoci penolong sebagai upaya untuk meningkatkan keselamatan jiwa di laut.

Maka daripada itu, penulis tertarik untuk mengembangkan penelitian

mengenai Pengecekan Sekoci Penolong Secara Berkala Guna Meningkatkan

Keselamatan di Atas Kapal. Pengecekan merupakan hal yang sangat penting

agar diketahui bahwa setelah rutin dilakukan pengecekan pada sekoci

penolong, sekoci dapat digunakan pada saat situasi darurat. Selain itu, tujuan

penelitian juga mencakup kendala-kendala apa saja yang dijumpai saat

melakukan pengecekan untuk bahan evaluasi selanjutnya dan menemukan

solusi terhadap kendala-kendala tersebut.

B. Landasan Teori

1) Pengecekan

KBBI menjelaskan bahwa pengecekan adalah proses pemeriksaan

atau riset yang bertujuan untuk mengecek kebenaran atau kondisi suatu

hal. Umumnya, pengecekan digunakan untuk memverifikasi informasi,

memastikan kecocokan, atau mengonfirmasi keadaan sesuatu. Secara

lebih umum, pengecekan merujuk pada tindakan memeriksa atau

memverifikasi suatu hal dengan cermat, teratur, dan sistematis.


Mulyadi (2002) mendefinisikan pemeriksaan sebagai proses

terstruktur untuk mendapatkan dan menilai bukti secara obyektif

mengenai pernyataan terkait kejadian ekonomi. Tujuannya adalah untuk

menentukan sejauh mana pernyataan tersebut sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan, dan untuk menyampaikan hasil daripada itu kepada

pemangku kepentingan yang relevan. Pengecekan juga dapat diartikan

sebagai serangkaian langkah untuk memeriksa atau meneliti sesuatu

dengan tujuan memastikan kebenaran, keadaan, atau kelayakan. Proses

ini dilakukan untuk mengonfirmasi informasi, memeriksa apakah objek

atau proses memenuhi standar yang ditetapkan, dan memastikan situasi

yang aktual. Dalam pengecekan, kita menggunakan berbagai metode

seperti pengamatan, analisis, pengukuran, atau pemeriksaan fisik,

tergantung pada apa yang ingin kita periksa. Kita melakukannya secara

sistematis dan hati-hati, mengikuti prosedur yang telah ditetapkan untuk

memastikan hasil yang akurat dan dapat dipercaya. Pengecekan juga

penting untuk memastikan konsistensi, kepatuhan, dan kesesuaian

dengan standar atau peraturan yang berlaku. Hasil dari pengecekan dapat

membantu kita dalam membuat keputusan, merencanakan langkah

selanjutnya, atau memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai. Dari penjelasan

di atas, dapat disimpulkan bahwa bahwa pengecekan merupakan suatu

proses yang penting dalam berbagai konteks, baik itu dalam bidang

teknis, ilmiah, bisnis, maupun kehidupan sehari-hari, karena membantu

untuk memastikan validitas, keandalan, dan kecocokan dari informasi

atau kondisi yang diperiksa.


2) Secara Berkala

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah "secara

berkala" mengartikan bahwa suatu hal terjadi atau dilakukan dalam

interval waktu yang tetap atau teratur. Ini menunjukkan bahwa kegiatan,

peristiwa, atau proses tertentu terjadi dengan pola yang konsisten pada

waktu-waktu tertentu. Secara sederhana, hal yang dilakukan atau terjadi

secara berkala memiliki jadwal atau pola yang dapat diprediksi dan

berulang.

Istilah "secara berkala" mengindikasikan adanya kegiatan atau

peristiwa yang berlangsung secara teratur dalam rentang waktu yang

telah ditentukan sebelumnya. Frasa ini sering digunakan untuk

menggambarkan pola atau rutinitas yang berulang pada titik-titik waktu

tertentu. Sebagai contoh, ketika seseorang menyatakan bahwa mereka

melakukan pengecekan secara berkala, itu berarti mereka melakukan

tugas tersebut dengan jadwal atau frekuensi yang teratur, mungkin setiap

minggu atau bulan. Dengan keseluruhan, konsep "secara berkala"

menunjukkan adanya pola terjadinya suatu proses, tugas, atau aktivitas

dalam periode waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Rentang waktu

ini bisa berupa harian, mingguan, bulanan, tahunan, atau dalam interval

waktu lainnya, bergantung pada konteks yang diberikan. Dari penjelasan

yang disediakan, penulis menyimpulkan bahwa secara berkala merujuk

pada kejadian atau aktivitas yang berlangsung dilakukan secara teratur

sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.

3) Keselamatan di kapal
Keselamatan jiwa di laut tidak semata-mata tergantung pada kapal,

awak kapal, dan peralatan, akan tetapi terutama pada kesiapan peralatan

tersebut untuk digunakan kapan pun diperlukan, baik sebelum

keberangkatan maupun selama perjalanan. Persyaratan kesiapan

peralatan penolong diatur dalam Bab 4 SOLAS 74 :

a) Asas umum aturan yang mencakup tentang sekoci-sekoci

penolong, rakit penolong, dan alat-alat apung di kapal, yang

termasuk dalam bagian ini, menyatakan bahwa semua

perlengkapan harus dalam kondisi siap pakai untuk keadaan

darurat..

b) Agar dianggap siap, rakit penolong, sekoci penolong, dan peralatan

apung lainnya haruslah memenuhi kriteria berikut: dapat

ditempatkan di air dengan cepat dan aman dalam kondisi trim yang

tidak menguntungkan serta kemiringan 15°. Proses memasuki rakit

penolong maupun sekoci harus berlangsung dengan lancar dan

tertib. Tata letak dari masing-masing sekoci, rakit penolong, dan

perlengkapan peralatan apung lainnya harus diatur sedemikian rupa

sehingga tidak menghambat fungsi operasional peralatan tersebut.

c) Semua peralatan penolong harus dipelihara ntuk menjaga kondisi

optimal dan kesiapan penggunaan saat berada di pelabuhan

maupun setiap saat selama berlayar.

4) Sekoci Penolong

Sekoci merupakan bagian dari peralatan maritim yang harus

memenuhi persyaratan dalam pembuatan kapal, termasuk dalam hal


konstruksi dan perlengkapan mekanis untuk menurunkan dan

mengangkat sekoci. Sekoci atau perahu penyelamat adalah jenis perahu,

baik yang kokoh maupun yang dapat dipompa udara, yang dirancang

untuk menyelamatkan nyawa manusia dalam situasi darurat di laut.

Istilah "sekoci" biasanya mengacu pada kendaraan yang dibawa oleh

kapal yang lebih besar untuk digunakan oleh penumpang dan awak kapal

dalam keadaan darurat.

Menurut Kuncowati (2016), sekoci adalah sebuah perahu

keselamatan yang dipergunakan untuk meninggalkan kapal saat kapal

mengalami kondisi darurat. Sekoci ini merupakan kapal yang lebih kecil

yang ditempatkan di atas kapal dan dilengkapi dengan davits, alat

penurunnya, sehingga dapat diluncurkan dari sisi kapal dengan waktu

minimal dan bantuan mekanis untuk menyelamatkan awak kapal.

Penempatan sekoci penolong diatur oleh Safety Of Life At Sea (SOLAS)

dan Life Saving Appliance (LSA) yang dikeluarkan oleh International

Maritime Organization (IMO).

Menurut bab III SOLAS, terdapat berbagai macam jenis sekoci dan

perlengkapan yang terdapat di dalamnya, antara lain:

a) Jenis Sekoci

1) Semi Terbuka (Semi enclosed life boat)

Semi terbuka (semi-enclosed life boat) merupakan jenis sekoci

yang tidak memiliki atap dan biasanya didorong secara manual

dengan menggunakan dayung tangan atau didorong oleh motor

bakar. Namun, sekoci semi terbuka kurang efektif dalam


kondisi hujan atau cuaca buruk, dan risiko air masuk ke

dalamnya cukup tinggi.

2) Sekoci Tertutup (Fully enclosed lifeboat)

Sekoci tertutup adalah jenis sekoci yang banyak digunakan

pada kapal tanker dan kontainer. Sekoci ini populer karena

memiliki penutup yang melindungi awak kapal dari air laut,

angin kencang, dan cuaca buruk. Selain itu, jenis sekoci ini

juga dapat berdiri sendiri jika terbalik oleh gelombang. Sekoci

tertutup dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai bagian

tertutup dan penuh tertutup.

3) Free fall lifeboat

Sekoci jatuh bebas merupakan jenis sekoci tertutup, tetapi

proses peluncurannya berbeda secara keseluruhan. Sekoci ini

didesain aerodinamis sehingga saat diluncurkan dari kapal,

perahu dapat menembus air tanpa merusak badan sekoci.

Biasanya, sekoci ini terletak di bagian belakang kapal dan

menyediakan area yang maksimum untuk jatuh bebas.

Umumnya, hanya satu jenis sekoci ini yang disediakan di

kapal.

4) Sekoci Terbuka (Open life boat)

Seperti namanya tersebut, sekoci terbuka tidak dilengkapi

atap dan biasanya didorong secara manual dengan tangan.

Alternatif lainnya adalah menggunakan mesin motor bakar

untuk menggerakkan sekoci. Namun, penggunaan sekoci


terbuka semakin jarang karena ketatnya standar keselamatan.

Meskipun demikian, terkadang masih dapat ditemukan di

kapal-kapal tua. Sekoci terbuka tidak memberikan banyak

manfaat saat cuaca buruk atau hujan, dan risiko air masuk ke

dalam sekoci lebih tinggi dibandingkan dengan sekoci yang

tertutup.

b) Alat-alat bantu yang berada di sekoci

Perlengkapan sekoci sesuai dengan SOLAS 1974:

1. Tiap bangku dilengkapi dengan satu pasang dayung,

sementara dua dayung cadangan tersedia, dan satu set kleti

terhubung pada sekoci melalui tali atau rantai, bersama

dengan satu ganco sekoci.

2. Setiap propeller memiliki dua buah prop, dan masing-

masing terhubung dengan tali atau rantai pada sekoci

(kecuali jika menggunakan auto prop).

3. Roda kemudi dipasang pada sekoci dengan engsel dan

pennya.

4. Terdapat dua buah kapak.

5. Lentera disertai minyak yang dapat menyala selama 12

jam.

6. Terdapat tiang dan layar berwarna jingga, dilengkapi

dengan tali kawat yang dilapisi galvanis.

7. Kompas dengan pencahayaan yang mudah terbaca.


8. Tersedia tali pengaman dengan pelampung yang

mengelilingi sekoci.

9. Terdapat kala-kala (sea anchor) yang memenuhi

persyaratan.

10. Terdapat satu galon (4,5 liter) minyak peredam ombak.

11. Dua tali tangkap (painters) dengan panjang yang

mencukupi, satu di bagian depan dan satu di belakang.

12. Persediaan makanan yang memadai sesuai dengan

kapasitas orang di dalam sekoci.

13. Terdapat empat cerawat payung yang bisa memberikan

cahaya merah yang terlihat.

14. Dua sinyal asap berwarna jingga (buyant smoke signal)

yang dapat digunakan pada siang hari.

15. Peralatan bantu untuk orang masuk ke dalam sekoci.

16. Peralatan pertolongan pertama (P3K) dalam kotak kedap

air.

17. Senter kedap air yang mampu menyampaikan sinyal morse,

disertai dengan batu baterai dan lampu, yang disimpan

dalam kotak kedap air.

18. Cermin untuk sinyal siang hari.

19. Pisau lipat dilengkapi dengan pembuka kaleng, terhubung

pada sekoci.

20. Dua pasang tali buangan ringan dan terapung.

21. Pompa tangan.


22. Lemari penyimpanan untuk peralatan kecil.

23. Satu suling atau peralatan serupa.

24. Satu set peralatan memancing.

25. Penutup sekoci berwarna mencolok.

26. Salinan isyarat bahaya.

c) Persyaratan Sekoci

Syarat sekoci menurut amandemen SOLAS 2010 yaitu

1. Sekoci harus memiliki panjang minimal 24 kaki atau setara

dengan 7,3 meter.

2. Stabilitas yang baik di laut terbuka dengan muatan penuh

merupakan persyaratan.

3. Wajib memiliki sistem penyangga yang tetap, dengan

tangki yang bebas dari karat atau minyak.

4. Bila dilengkapi dengan motor, harus memiliki pelindung

untuk mencegah masuknya air dari depan.

5. Berat maksimum, termasuk seluruh muatannya, tidak boleh

melebihi 20 logton atau 20,320 kg.

6. Sekoci yang menampung lebih dari 60 namun kurang dari

100 orang harus dilengkapi dengan penggerak baling-

baling yang ditenagai mesin.

7. Bangku lintang dan tepi harus dipasang sejauh mungkin.

8. Block coefficient harus melebihi 0,64 (bahan non-kayu)

d) Jumlah Minimum Sekoci di atas Kapal


1. Semua orang yang berada di atas kapal harus terakomodasi.

2. Kapal penumpang harus mampu menampung setengah dari

jumlah orang yang berada di atas dek; jika kapasitas yang

tersisa hanya mampu menampung 37,5%, maka 12,5% akan

dialihkan ke rakit kapsul.

3. Untuk kapal tanker, boleh membawa dua sekoci dengan

ketentuan bahwa satu sekoci ditempatkan di setiap lambung,

dengan panjang maksimum 28 kaki atau 8,5 meter; ujung

panjang sekoci minimal 1,5 kali panjang sekoci di depan

baling-baling, diletakkan sesedekat mungkin dengan air.

4. Pengecekan untuk sekoci penyelamat.

e) Pengecekan Preventiv Sekoci

Menurut studi yang dilakukan oleh Kuncowati (2016),

pengecekan yang dilakukan pada sekoci di kapal bertujuan untuk

menjaga kondisi peralatan sebelum mengalami kerusakan. Secara

praktis, pengecekan preventif yang dilakukan oleh sebuah

perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Pengecekan rutin, ialah kegiatan pemeliharaan dan pengecekan

yang dilakukan secara teratur. Contohnya mencakup

membersihkan peralatan sekoci, memeriksa alat penurun sekoci

agar selalu siap digunakan, menguji tenaga penggerak sekoci,

melumasi oli, dan memeriksa perlengkapan sekoci,

2) Pengecekan periodic, ialah Kegiatan pemeliharaan dan

pengecekan yang dilakukan secara berkala atau dalam interval


waktu tertentu, seperti saat kapal menjalani dok yang telah

dijadwalkan.

Saat proses pengecekan rutin hal yang perlu diperhatikan

diantaranya :

1) Tenaga Penggerak

 Layar atau dengan dayung

 Baling baling sebagai penggerak

 Menggunakan motor

2) Kontruksi Sekoci

 Kayu

 Sintesis fiberglass

 Alumunium,logan, dan kuningan

Terdapat dua prinsip yang menjadi dasar utama dalam sistem

pengecekan ialah :

1) Memperpendek periode kerusakan hingga batas maksimum dengan

pertimbangan segala aspek ekonomis

2) Sebisa mungkin menghindari kerusakan tidak direncakan dan secara

tiba tiba

Metode pengecekan berkala untuk kapal penyelamat berdasarkan

peraturan SOLAS 1974 Bab 3 Regulasi 20 Edisi 2014 adalah sebagai

berikut:

a) Tiap minggu
Melakukan pemeliharaan dan inspeksi terhadap alat penggerak

awal, termasuk pemeriksaan baterai starter, pengecekan kondisi

baterai, serta evaluasi pengisian daya baterai (battery charger).

Untuk mesin sekoci yang menggunakan penggerak awal manual,

melakukan perawatan terhadap alat engkol dan menempatkannya

di lokasi yang mudah diakses, serta menjalankan uji coba untuk

memverifikasi kinerjanya.

b) Tiap 3 bulan

Melakukan pengecekan,cek kebocoran pada system dan exhaust

manifold

c) Tiap 6 bulan

Melakukan pengecekan lub oil mesin dan gear box, pipa, cek

propeller conditions, dan baut pondasi

d) Tiap 30 bulan, docking:

Open up survei, buka silinder kepala dan bagian utamanya,

keluarkan piston beserta komponennya, buka bantalan utama dan

bantalan pin engkol, periksa keadaan bantalan utama, periksa

keadaan jurnal engkol, evaluasi jurnal engkol, periksa liner silinder,

gearbox, pipa, dan baut fondasi.

Telah ditetapkan dalam SOLAS 1997 bab 3 yang mewajibkan

kapal-kapal harus mengikuti semua ketentuan sebagai berikut :

1) Pada kapal-kapal barang, latihan sekoci dan penanggulangan

kebakaran harus diadakan setiap bulan atau dalam kurun waktu 24


jam setelah kapal berangkat dari pelabuhan apabila terjadi pergantian

ABK (Anak Buah Kapal) melebihi 25%.

2) Pada kapal-kapal penumpang, latihan sekoci dan latihan kebakaran

harus dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu

apabila situasi memungkinkan. Latihan-latihan tersebut juga harus

segera dilaksanakan setelah kapal berangkat dari pelabuhan terakhir

untuk memenuhi pelayaran internasional jarak jauh, paling lambat

dalam waktu 24 jam setelah keberangkatan kapal. Hasil dari

pelaksanaan latihan-latihan tersebut harus tercatat dalam buku catatan,

dan jika latihan tidak dapat dilaksanakan, alasan untuk hal tersebut

juga harus dicatat dalam buku catatan kapal.

3) Sekoci penolong harus digunakan secara bergantian saat latihan

darurat dilaksanakan, idealnya setiap empat bulan sekali, sekoci harus

dijalankan turun ke air.

4) Tanda peringatan untuk mengumpulkan kru di stasiun kumpul (muster

station) harus terdiri dari tujuh atau lebih tiupan pendek diikuti oleh

satu tiupan panjang secara berkelanjutan yang dihasilkan

menggunakan suling kapal.

C. Kerangka Konsep Penelitian

Semua bagian dari peralatan sekoci penolong harus diperiksa secara

menyeluruh, terutama peralatan yang tersimpan di dalamnya. Gancu sekoci harus

dipersiapkan untuk situasi darurat dengan pengikatan yang kuat dan aman di

dalam sekoci. Pengikatan ini harus dipastikan tidak mengganggu alat pengangkat

atau menghambat akses bagi penumpang. Semua perlengkapan yang ada dalam
sekoci harus ringan dan mudah diatur untuk memudahkan penggunaan dalam

latihan atau keadaan darurat, serta agar sekoci tidak terlalu berat.

Pengecekan Sekoci Penolong Secara Berkala Guna Meningkatkan Keselamatan di

atas Kapal

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1) Metode Kualitatif

Sebelum mengumpulkan data, proposal penelitian ini menggunakan

pendekatan studi kasus, di mana fokus penelitian ditujukan pada aspek khusus

yang telah ditetapkan. Data dikumpulkan dari sampel yang mencerminkan

populasi, terutama pada masalah yang telah diidentifikasi, seperti insiden-

insiden yang terjadi saat menggunakan sekoci penolong dalam situasi darurat

atau latihan penyelamatan diri dengan menggunakan sekoci penolong. Fokus

penelitian difokuskan pada pengecekan sekoci penolong. Metode pengumpulan

data adalah elemen penting dalam setiap penelitian ilmiah. Kesuksesan

penelitian bergantung pada keberhasilan dalam mengumpulkan data yang

objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini penting agar data dapat

diolah dan disajikan dengan akurat sesuai dengan gambaran dan perspektif

yang sebenarnya.
2) Teknik pengumpulan data

Dalam konteks ini, penelitian menggunakan berbagai metode untuk

mengumpulkan data yang tersusun secara sistematis sesuai dengan

tujuan penelitian. Terdapat beragam teknik yang diterapkan untuk

pengumpulan data, antara lain melalui wawancara atau intervew serta

observasi. Namun demikian, tidak ada satu teknik pun yang dianggap

sebagai yang terbaik karena masing-masing metode pengumpulan data

memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Oleh karena itu,

pendekatan yang lebih baik adalah memanfaatkan lebih dari satu

teknik pengumpulan data agar saling melengkapi satu sama lain demi

meningkatkan keberagaman sumber data dan mendapatkan

pemahaman yang lebih komprehensif terhadap fenomena yang diteliti.

Dalam merancang proposal ini, digunakan beberapa teknik

pengumpulan data yang dianggap tepat dan relevan dengan konteks

penelitian yang dijalankan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan

data yang lebih komprehensif dan akurat untuk mendukung

kesimpulan yang ditarik dalam analisis penelitian.

B. Lokasi Penelitian

1) Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan ketika penulis menjalani praktek layar di

atas kapal selama sekitar 12 bulan. Tujuan dari praktek ini adalah

untuk dapat menjawab dan mengamati secara langsung permasalahan

yang dirumuskan. Dengan demikian, pada bagian akhir, penulis akan


dapat menarik kesimpulan atas semua permasalahan yang

diidentifikasi dalam proposal ini.

2) Tempat Penelitian

Penulis akan Melaksanan penulisan ini disebuah kapal salah satu

perusahaan di Indonesia. Sekaligus guna memenuhi persyaratan untuk

menyelesaikan Pendidikan.

C. Jenis dan Sumber data

1) Metode Wawancara

Cara tersebut dilakukan dengan melakukan sesi tanya jawab

kepada mualim 3, yang berperan sebagai perwira yang bertanggung

jawab atas peralatan keselamatan di atas kapal, contohnya sekoci

penolong. Dengan langkah ini, penulis memperoleh data mengenai

pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi sekoci penolong.

Metode ini melibatkan latihan bersama yang direncanakan dan

disusun secara teratur untuk membiasakan, mengenali, dan mengatur

waktu saat melakukan perawatan sekoci. Dalam penggunaannya,

aspek waktu menjadi kunci untuk menyelamatkan nyawa manusia di

laut ketika situasi darurat terjadi. Selain itu, pemeriksaan terhadap

gangguan atau kerusakan pada sekoci juga dilakukan secara rutin.

Adapun pertanyaan yang akan diajukan penulis pada saat

melakukan praktek laut nantinya yaitu :

Bagaimana prosedur pengecekan sekoci secara berkala dengan

benar guna meningkatkan keselamatan di kapal sesuai aturan

SOLAS?
2) Metode Observasi

Dalam suatu penelitian, selain menerapkan metode utama, juga

dimanfaatkan metode tambahan yang saling melengkapi. Observasi

adalah salah satu metode pelengkap yang digunakan dengan tujuan

untuk mengumpulkan data secara langsung mengenai fenomena

tertentu melalui pengamatan dan pencatatan informasi yang berkaitan

dengan inti permasalahan yang sedang diselidiki.

Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif

untuk menggambarkan kondisi di atas kapal pada setiap kejadian.

Pendekatan studi kasus dipilih untuk menginvestigasi berbagai kasus

yang terjadi. Analisis dilakukan dengan meneliti penyebab utama yang

memicu terjadinya kasus-kasus tersebut.

Adapun cara observasi yang dilakukan penulis yakni dengan :

a) Menganalisis tentang cara pengecekan sekoci penolong diatas

kapal apakah sudah sesuai dengan standar dari SOLAS

b) Menganalisis pengecekan dewi dewi sekoci yang berfungsi sebagai

alat penunjang untuk menurunkan sekoci diatas kapal

D. Teknik Analisis data

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, teknik deskriptif kualitatif

digunakan untuk menganalisis temuan lapangan dengan menggunakan teori-

teori yang relevan. Tujuan metode ini adalah untuk menguraikan dengan detail

semua permasalahan yang diamati di atas kapal. Kualitas penelitian bergantung

pada metode pengumpulan data dan analisis yang digunakan, yang melibatkan

pengumpulan data yang relevan, akurat, dan identifikasi data yang ada. Data
yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mencapai gambaran yang lebih jelas

dalam penyusunan proposal ini, baik dalam menggambarkan permasalahan

maupun hasil akhirnya. Tidak semua sekoci di atas kapal memiliki kualitas

yang memadai untuk digunakan dalam keadaan darurat, oleh karena itu,

penting untuk memahami penyebab dan tindakan yang harus diambil oleh

nahkoda atau perwira senior di atas kapal guna mencegah masalah ini. Analisis

data mengenai permasalahan yang terjadi akan dibahas lebih lanjut pada bagian

selanjutnya.

WEJANG, M. F. (2023). OPTIMALISASI PERAWATAN SEKOCI

PENOLONG DI KM DOBONSOLO (Doctoral dissertation, POLITEKNIK

ILMU PELAYARAN SEMARANG).

DIFA, N. N. F. A. (2023). OPTIMALISASI PENGADAAN SPARE PART

DIVISI TECHNICAL DALAM MENINGKATKAN KINERJA PERBAIKAN

KAPAL DI PT. ORION TRANSPORTASI INTERNASIONAL (STUDI KASUS

KIP. BABELINDO 2) (Doctoral dissertation, POLITEKNIK ILMU PELAYARAN

SEMARANG).

Bahtianul, M. (2020). Optimalisasi Perawatan Sekoci Penolong Di Mt.

Sungai Gerong (Doctoral dissertation, Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang).

Pratama, K., Arleiny, A., & Widjatmoko, E. N. (2022). Optimalisasi Perawatan

Sekoci Penolong Sebagai Penunjang Keselamatan Awak Kapal. Dinamika

Bahari, 3(2), 86-90.

Widiatmaka, P. (2018). Manajemen Perawatan dan Perbaikan Kapal. PIP

Semarang.
RAMADHANI, N. (2023). OPTIMALISASI PERAWATAN SEKOCI

PENOLONG GUNA MENDUKUNG KESELAMATAN JIWA AWAK KAPAL

MV. TANTO RAYA (Doctoral dissertation, SEKOLAH TINGGI ILMU

PELAYARAN JAKARTA).

Wijayanti, D., Graciafernandy, M. A., & Moeljono, M. (2023). Implementasi

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pegawai PT PLN UP3

Semarang. Maeswara: Jurnal Riset Ilmu Manajemen dan

Kewirausahaan, 1(4), 295-306.

Jusuf, E., Tiong, P., Baharuddin, S. M., & Soemaryo, P. (2022). Manajemen Sumber Daya
Manusia. Pradina Pustaka.

Prahendratno, A., Pangarso, A., Siswanto, A., Setiawan, Z., Sepriano, S., Munizu, M., ...
& Solehati, A. (2023). MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA: Kumpulan Teori &
Contoh Penerapannya. PT Sonpedia Publishing Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai